Konsep Ilmu Dalam Al-Qur'an
Konsep Ilmu Dalam Al-Qur'an
Konsep Ilmu Dalam Al-Qur'an
Dosen Pengampu
Ahmad Nu’man Hakim, M.Ag
Disusun oleh :
PAI A / Kelompok 09
Arijalu Khowamu S. A. (201190035)
Alvina Yuli Cahyanti (201190017)
Anisa Ilma Rahmawati (201190027)
Segala puji hanya untuk Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah Nya, kami
dapat menyelesaikan Makalah “Ilmu Pendidikan Islam” dengan tepat waktu. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam, yakni Nabi besar Muhammad
SAW, dengan mengucapkan “Allahumma shali’ala Muhammad Wa’ala alihi Muhammad”,
yang mana berkat ketekunan dan keuletan beliau yang telah membawa kita dari alam
kebodohan sampai ke alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.
Penulis merasa perlu mengangkat judul makalah Konsep Ilmu dalam al-Qur’an
dikarenakan masih banyaknya umat Islam yang belum mengetahui Konsep Ilmu dalam al-
Qur’an. Selanjutnya kami selaku penyususn makalah ini mengucapkan terima kasih kepada
bapak Ahmad Nu’man Hakim selaku dosen mata kuliah ini yang telah bersedia memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini. Dan kami mohon maaf apabila
terdapat kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk bahan acuan kedepannya. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6/ PAI A
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep ilmu dalam al-qur’an.Ilmu merupakan usaha kita untuk
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan yang terjadi di alam manusia. Dan Al-Qur’an sebagai gudang
pengetahuan, dalam sederetan ayat-ayatnya senantiasa memerintahkan
umat manusia untuk menuntut ilmu Karena itu pula, bukan secara kebetulan
kalau ayat pertama dari Al-Qur’an yang diturunkan adalah iqra’ (perintah
membaca). Meskipun secara eksplisit Al-Qur’an tidak menyebutkan apa yang
harus dibaca, namun secara implisit dapat dipahami bahwa Al-Qur’an
menghendaki umat manusia agar senantiasa membaca apa saja selama
bacaan tersebut bismi rabbik, dalam arti bermanfaat bagi manusia dan untuk
kemanusiaan.
Di samping perintah ber-iqra’, Allah swt. juga menjanjikan akan
menempatkan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan pada derajat
yang lebih tinggi. Penghargaan yang Allah berikan kepada orang-orang yang
senantiasa menuntut ilmu ini, sangat luar biasa. Berdasarkan latar belakang
di atas, maka dapat dirumuskan bahwa konsep ilmu dalam Al-Qur’an sangat
menarik untuk dipelajari.
Bagaimanakah konsep ilmu dalam al-Quran? Mari kita sama-sama pelajari
supaya wawasan kita tentang Ilmu pendidikan ini bertamabah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu?
2. Bagaimana pandangan al-Quran tentang ilmu pengetahuan?
3. Apa saja Objek Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan al-Qur`an?
4. Bagaimana Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu.
2. Untuk mengetahui pandangan al-Quran tentang ilmu pengetahuan.
3. Untuk mengetahui Objek Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan al-Qur`an.
3
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Qur’an.
D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui pengertian Ilmu.
2. Mengetahui pandangan al-Quran tentang ilmu pengetahuan.
3. Mengetahui Objek Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan al-Qur`an.
4. Mengetahui Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Qur’an.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: “alima, ya'lamu, `ilman, dengan wazan fa'ila, yaf'alu,
yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science; dari
bahasa Latin scientia (pengetahuan) – scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan
bahasa Yunani adalah episteme.Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu.1
Dalam al-Qur`an banyak sekali disebut pengungkapan kata ilmu dengan berbagai
bentuk kata jadiannya. Kata-kata tersebut dan frekuensinya sebagai berikut: `ilm (105),
`alima (35), ya`lamu (215), i`lam (31), yu`lamu (1), `aliim (35), `alim (18), ma`lum (13),
`alamin (73), `alam (3), a`lam (49), `alim atau ulama` (163), `allam (4), `allama (12),
yu`allimu (16), `ulima (3), mu`allam (1), dan ta`allama (2).2
Dari kata jadian tersebut timbul berbagai pengertian: mengetahui, pengetahuan, orang
yang berpengetahuan, yang tahu, terpelajar, paling mengetahui segala sesuatu, lebih tahu,
sangat mengetahui, cerdik, mengajar, belajar, orang yang diajari dan mempelajari.3 Untuk
menemukan pengertian tentang ilmu dalam al-Qur`an, tidak cukup hanya dengan mencari
kata-kata yang berasal dari kata i-l-m karena kata “tahu” itu tidak hanya diwakili oleh kata
tersebut. Minimal, ada beberapa kata yang mengandung pengertian “tahu”, seperti: `arafa,
dara, khabara, sya`ara, ya`isa, ankara, basirah, dan hakim. 4
Kata ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek
pengetahuan.`Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Perhatikan misalnya kata `alam (bendera), `ulmat (bibir
sumbing), `a`laam (gunung-gunung), `alamat (alamat) dan sebagainya. 5
1
Mochamad Arifinal.Konsep Ilmu (Al-Qur’an) Sebagai Wujud Ajaran Ilmu Allah.Al-Qolam Vol.33
2
Muhaimin Eta.Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Prenanda Media, 2005, h. 83.
3
M. Dawam Raharjo.Ensiklopedia Al-Qur’an, Ulumul Qur’an No.4, Vol.1, 1990-103
4
Ibid.
5
M. Quraish Shihab.Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2006), h.434.
5
Menurut Herman Soewardi mengenai apa ilmu itu? untuk menjawab hal itu, Ia
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :“Ilmu adalah suatu bentuk ciptaan tuhan. Orang
tidak menciptakan ilmu, melainkan mengungkapkan ilmu, atau mencari ilmu. Mencari ilmu
itu wajib bagi setiap muslim. Namun setelah seseorang menguasai ilmu, ilmu pun
memberikan kenikmatan kepadanya. Kita sudah terbiasakan berkecimpung dalam ilmu.
Namun pada permulaan S2 ini, kita mulai memahami ilmu dengan “Filsafat Ilmu”, ialah
pokok pangkal dari ilmu itu yang berupa sains empirical yang sudah lazim bagi kita sekalian.
Dalam filsafat ilmu, ilmu atau sains itu dibagi dalam tiga bagian, ialah Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi.”
Selanjutnya, Herman Soewardi menjelaskan bahwa :“Yang dimaksud dengan ontologi
adalah segala sesuatu yang bertalian dengan terbentuknya ilmu, dan dengan epistemologi
dimaksudkan dengan makna ilmu, ialah tentang seluk beluk ilmu itu sendiri, apa kemampuan
dan apa keterbatasannya. Dan aksiologi adalah segi gunalaksana dari ilmu, ialah hal-hal yang
bertalian dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.” Pandangan
Herman Soewardi di atas, menunjukkan bahwa “Ilmu itu tidak bersifat netral” atau Ilmu itu
bersifat Transenden artinya berbeda dengan pandangan barat yang menyatakan bahwa “Ilmu
itu bersifat netral”
6
Ibid.
6
orang yang berpengetahuan. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur`an : “Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
al-Mujadalah: 11).
Pandangan al-Qur`an tentang ilmu dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis
wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad dalam surat Al ‘Alaq : 1-5 :“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Ia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, 5. Ia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Wahyu pertama tersebut tidak menjelaskan apa yang harus dibaca karena al-Qur`an
menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti
bermanfaat untuk kemanusiaan. Pengulangan membaca dalam wahyu pertama ini bukan
sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang-
ulang bacaan atau dalam bahasa lain, membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas
maksimal kemampuan, tetapi hal itu mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan bismi
Rabbik akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru, walaupun yang dibaca masih itu-
itu juga. Kata iqra` dalam ayat tersebut akar katanya berarti menghimpun. Dari menghimpun
lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak. Jadi, iqra` berarti bacalah, telitilah,
dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri
sendiri, yang tertulis maupun tidak.7
Dalam wahyu pertama ini mengisyaratkan perintah untuk mengkaji ilmu. Kajian-
kajian tersebut meliputi tiga aspek, yaitu mengenai objek-objek yang menjadi kajian ilmu,
bagaimana cara memperoleh ilmu dan bagaimana pemanfaatan dan pengembangan ilmu
menurut pandangan al-Qur`an.
7
Ibid.
7
Al-Qur`an memberikan bermacam-macam nama kepada alam yang menjadi objek
kajian ilmu, di antaranya adalah: (1)`alamin, yang berarti alam semesta. Bentuk ini
diungkapkan sebanyak 73 kali yang tersebar di berbagai ayat 9 (2) As Samawat wa Al Ardl,
yang artinya langit dan bumi. Bentuk as samawat diungkapkan sebanyak 99 kali, sedangkan
bentuk al ardl diungkapkan sebanyak 450 kali (3) Kull syai`in, yang artinya segala sesuatu,
diungkapkan sebanyak 202 kali yang tersebar di berbagai ayat, (4) Makhluq (kholq), yang
artunya yang diciptakan, atau ciptaan, antara lain dalam (QS, 23:14), (QS, 37: 125).
Sedangkan mengenai adanya alam non materi sebagaimana ditegaskan dalam QS. al Haaqah
ayat 38-39: “Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak
kamu lihat.”
Dengan demikian, objek kajian ilmu menurut pandangan al-Qur`an luas sekali, tidak
sempit seperti pandangan sains modern yang cenderung berkutat pada alam materi yang bisa
diuji oleh panca indra manusia. Objek ilmu menurut mereka hanya mencakup sains kealaman
dan terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi terbatas,
dan pengalihan antarbudaya. Inilah yang membedakan pandangan antara sains modern dan
al-Qur`an mengenai objek ilmu.
Oleh karena itu, sebagian ilmuwan Muslim–khususnya kaum sufi, melalui ayat-ayat al-
Qur`an–memperkenalkan ilmu yang mereka sebut al hadlarat al Ilahiyah al khams (lima
kehadiran Ilahi) untuk menggambarkan hierarki keseluruhan realitas wujud. Kelima hal
tersebut adalah: 1). Alam nasut (alam materi), 2). Alam malakut (alam kejiwaan), 3). Alam
jabarut (alam ruh), 4). Alam lahut (sifat-sifat Ilahiyah), 5). Alam hahut (wujud zat Ilahi).10
8
Ibid.
Abd. Muhammad Fuad Al Baqi,ALmu’jam al Mufabras li Alfaz al-Qur’an al Karim (Beirut:Dar Al
9
8
Ada pula yang membagi ilmu tersebut menjadi ilmu “aqli” dan ilmu “sam’i”. Yang
pertama, yaitu ilmu aqli yang didapat melalui penelitian, seperti ilmu tentang adanya
hubungan saling mempengaruhi antara dua hal. Yang kedua, yaitu ilmu sam’i yang didapat
melalui pendengaran tanpa penelitian; seperti mengetahui hasil pertambahan angka 1 dan 2
menjadi 3 (1 + 2 = 3).
Dari pengklasifikasian ilmu dalam Al-Qur’an pada dasarnya terklasifikasi atas dua
jenis. Pertama, ilmu al-‘ilm kasbiy atau yang diperoleh melalui proses belajar . Kedua, ilmu
ladunniy atau anugerah Allah tanpa proses belajar .
1. Ilmu Kasbiy
Ilmu kasbiy adalah Ilmu yang diperoleh manusia atas dasar usaha manusia
tersebut. Allah Swt telah membekali manusia sarana-sarana yang dapat digunakan
untuk usaha mencari ilmu ini, yaitu panca indra, akal dan hati.11 Sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur`an surat an Nahl ayat 78: “Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan ia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Adapun Paradigma ilmu kasbiy ini adalah firman Allah dalam QS. al-Alaq (96) :
1-5, yakni :
ۗ ْاِﻗْﺮَأْ ﺑِﺎﺳْﻢِ رَﺑﱢﻚَ اﻟﱠﺬِيْ ﺧَﻠَﻖَ ۚ ﺧَﻠَﻖَ اﻻِْﻧْﺴَﺎنَ ﻣِﻦْ ﻋَﻠَﻖٍ ۚ اِﻗْﺮَأْ وَرَﺑﱡﻚَ اﻻَْﻛْﺮَمُ ۙ اﻟﱠﺬِيْ ﻋَﻠﱠﻢَ ﺑِﺎﻟْﻘَﻠَﻢِ ۙ ﻋَﻠﱠﻢَ اﻻِْﻧْﺴَﺎنَ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﯾَﻌْﻠَﻢ
11
Khusnul Khotimah, “Paradigma dan Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur’an”, Episteme Jurnal
Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 9 No. 1, Juni 2014, 74.
12
Nadjmudin, “Konsep Ilmu Dalam Al-Qur’an”, Inspirasi, No. X Edisi, Juli 2010, 179
9
ayat qur’aniyah dan kawniyah, dan untuk memperolehnhya maka manusia dituntut
untuk senantiasa membaca.
2. Ilmu Ladunny
Ilmu ladunny adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses
belajar. Paradigma ilmu ladunny ini adalah firman Allah dalam QS. al-Kahfi (18) : 65,
yakni :
ً ﻓ َ ﻮ َ ﺟ َ ﺪ َا ﻋ َ ﺒ ْ ﺪ ًا ﻣ ِ ﻦ ْ ﻋ ِ ﺒ َﺎ د ِ ﻧ َﺎ آ ﺗ َ ﯿ ْ ﻨ َﺎ ه ُ ر َ ﺣ ْ ﻤ َ ﺔ ً ﻣ ِ ﻦ ْ ﻋ ِ ﻨ ْ ﺪ ِ ﻧ َﺎ و َ ﻋ َ ﻠ ﱠ ﻤ ْ ﻨ َﺎ ه ُ ﻣ ِ ﻦ ْ ﻟ َ ﺪ ُ ﻧ ﱠﺎ ﻋ ِ ﻠ ْ ﻢ
Artinya: Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami,
yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. bahwa ilmu ladunny ini, adalah pengetahuan
limpahan, misalnya ilham atau berupa. Karena itu tepat juga bila dikatakan bahwa ia
sama dengan ilmu wahabiy sebagaimana yang dikonsepsikan oleh Prof. Dr. H. Abd.
Muin Salim yaitu pengetahuan yang diperoleh manusia bersumber dari luar dirinya
sebagai pemberian Tuhan kepadanya baik untuk kepentingannya sendiri maupun
untuk kepentingan kemanusiaan dan juga lingkungannya.
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: “alima, ya'lamu, `ilman, dengan wazan fa'ila, yaf'alu,
yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science; dari
bahasa Latin scientia (pengetahuan) – scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan
bahasa Yunani adalah episteme.Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu
B. Pandangan al-Qur`an tentang Ilmu Pengetahuan
Dalam al-Qur`an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia dipandang
lebih unggul ketimbang makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya. Ini
tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan al-Qur`an pada surat al-
Baqarah, 31-32
C. Objek Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan al-Qur`an
objek kajian ilmu menurut pandangan al-Qur`an luas sekali, tidak sempit seperti
pandangan sains modern yang cenderung berkutat pada alam materi yang bisa diuji oleh
panca indra manusia. Objek ilmu menurut mereka hanya mencakup sains kealaman dan
terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi terbatas, dan
pengalihan antarbudaya. Inilah yang membedakan pandangan antara sains modern dan al-
Qur`an mengenai objek ilmu.
D. Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Qur’an
1. Ilmu Kasbiy
Ilmu kasbiy adalah Ilmu yang diperoleh manusia atas dasar usaha manusia
tersebut. Allah Swt telah membekali manusia sarana-sarana yang dapat digunakan
untuk usaha mencari ilmu ini, yaitu panca indra, akal dan hati.
2. Ilmu Ladunny
Ilmu ladunny adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses belajar.
11
Daftar Pustaka
Khotimah,.Khusnul “Paradigma dan Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur’an”,
Episteme Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 9 No. 1, Juni 2014
Nadjmudin, “Konsep Ilmu Dalam Al-Qur’an”, Inspirasi, No. X Edisi, Juli 2010
Muhaimin Eta.Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Prenanda Media, 2005)
12