Tafsir Tarbawi 12
Tafsir Tarbawi 12
Tafsir Tarbawi 12
QS. Al-Mujadalah/58: 11, QS. Al-Fath/35: 27-28, QS. Al-Nahl/16: 79, QS. Al-Mulk/67: 1-5
Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah dari mata kuliah Tafsir Tarbawi dengan judul “Tafsir Ayat Al-Qur’an Tentang
Ilmu Pengetahuan” yang Insya Allah telah diselesaikan dengan sebaik mungkin.
Kemudian shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumul akhir. Atas tersusunnya makalah ini, kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Dr. H. A. Ghani, S.Ag. SH., M.Ag.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami harap kritik dan saran yang membangun supaya dalam pembutan makalah
selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi. Dan semoga makalah yang ini dapat bermanfaat.
Penutup
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan manusia disertai akal yang ada padanya tidak lain agar
manusia berfikir terhadap berbagai kejadia atau fenomena yang terjadi di bumi ini
sehingga dapat mengenal berbagai macam tanda kebesaran Tuhannya. Allah melengkapai
manusia dengan bakat dan pemahaman yang baik melalui akal tersebut yang
memungkinkan manusia mengetahui kenyataan-kenyataan besar di alam raya untuk
mengungkap rahasia dan tujuan penciptaannya serta berakhir dengan memahami posisi
dirinya di alam raya ini dan menentukan bagaimana ia harus berbuat dan bersikap di
dalamnya.
Al-Qur’an sebagai kitabullah berisi berbagai tuntunan agama, pesan hidup, kisah-
kisah umat terdahulu, dan sebagainya yang semuanya berfungsi sebagai pedoman hidup
dan pelajaran berharga bagi kita. Sudah sepatutnya kita umat Islam mempelajari Al-
Qur’an, bukan sebatas membaca, namun memahami isi demi isi dari setiap ayatnya agar
pesan Tuhan dapat tersampaikan.
Untuk memahami isi dari Al-Qur’an lebih jauh, kita perlu menggali lebih dalam
ayat, terjemahan, isi kandungan termasuk tafsirannya. Sebaimana kita tahu bahwa di
dalam Al-Qur’an terdapat keterangan-keterangan tentang ilmu pengetahuan. Oleh
karenanya di dalam makalah ini kami tuliskan dalam empat surah yaitu surah QS. Al-
Mujadalah/58: 11, QS. Al-Fath/35: 27-28, QS. Al-Nahl/16: 79, QS. Al-Mulk/67: 1-5.
Keempat surah tersebut memiliki kekhasan isi kandungan dan tafsirannya yang akan
kami paparkan satu persatu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi ilmu pengetahuan dalam islam ?
2. Bagaimana ilmu pengatahuan dalam islam ?
3. Bagaimana penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menetahui definisi ilmu pengetahuan dalam islam
2. Memahami kedudukan ilmu pengatahuan dalam islam
3. Mengetahui dan memahami penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan
BAB I
PEMBAHASAN
1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Arab-Indonesia (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku Buku Ilmiah
Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984) hlm.1037.
2
Al-Munjid fī al-Lūghah wa al-A’lām (Beirut : Dār al-Masyriq, 1986), hlm. 527.
3
A. Qodri Azizy Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agam Islam
Departemen Agama RI, 2003), hlm. 13.
4
Al-Qur’an surat al-‘Alaq : 96 : 1. Ilmu Pengetahuan dalam Islam Tadris. Volume 3. Nomor 2. 2008 123
“Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk melata di sisi Allah adalah mereka (manusia)
yang tuli dan bisu, yang tidak menggunakan akalnya”. 5 Kata fikr (pikiran) disebut
sebanyak 18 kali dalam Al-Qur’an, sekali dalam bentuk kata kerja lampau dan 17 kali
dalam bentuk kata kerja sekarang. Salah satunya adalah; “…mereka yang selalu
mengingat Allah pada saat berdiri, duduk maupun berbaring, serta memikirkan kejadian
langit dan bumi”.6
Tentang posisi ilmuwan, al-Qur’ān menyebutkan: “Allah akan meninggikan
derajat orang-orang beriman dan berilmu beberapa derajat”. 7 Di samping Al-Qur’an,
dalam Hadīts Nabi banyak disebut tentang aktivitas ilmiah, keutamaan penuntut
ilmu/ilmuwan, dan etika dalam menuntut ilmu. Misalnya, hadits-hadits yang berbunyi;
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimah”
(HR.BukhariMuslim).8
“Barang siapa keluar rumah dalam rangka menuntut ilmu, malaikat akan melindungi
dengan kedua sayapnya” (HR. Turmudzi).9
“Barang siapa keluar rumah dalam rangka menuntut ilmu, maka ia
selalu dalam jalan Allah sampai ia kembali” (HR. Muslim).10
“Barang siapa menuntut ilmu untuk tujuan menjaga jarak dari orang-orang bodoh, atau
untuk tujuan menyombongkan diri dari para ilmuwan, atau agar dihargai oleh manusia,
maka Allah akan memasukkan orang tersebut ke dalam neraka” (HR. Turmudzi).
Ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala hal yang dapat diindera oleh
potensi manusia (penglihatan, pendengaran, perasaan dan keyakinan) melalui akal atau
proses berfikir (logika). Ini adalah konsep umum (barat) yang disebut (knowledge).
Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan formula yang disebut
ilmu pengetahuan (science). Dalam Al-Qur’an, keduanya disebut (ilmu). Para sarjana
muslim berpandangan bahwa yang dimaksud ilmu itu tidak terbatas pada pengetahuan
(knowledge) dan ilmu (sience) saja, melainkan justru diawali oleh ilmu Allah yang
5
Al-Qur’an surat Al-Anfal : 8: 22.
6
Al-Qur’an surat Ali ‘Imran : 3: 191.
7
Al-Qur’an surat Al-Mujadalah : 58: 11.
8
Azyumardi Azra Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos, 1999),
hlm.13.
9
10Sayid ‘Alawī ibn ‘Abbās al-Mālikī, Fath al- Qarīb al-Mujīb ‘ala Tahdzīb alTarghīb wa al-Tarhīb, (Mekah; t.p, t.t),
hlm. 40.
10
Abī Zakariā Yahyā ibn Syarf al-Nawāwī, Riyād al- Shālihīn, (Kairo; al-Maktabah al-Salafīyah, 2001), hlm. 710.
dirumuskan dalam lauhil mahfudzh yang disampaikan kepada kita melalui Al-Qur’an dan
As-Sunnah11.
Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia
sendiri. Bila diikuti jalan fikiran ini, maka dapatlah kita fahami bahwa Al-Qur’an
merupakan sumber pengetahuan manusia (Knowledge dan science). Dengan membaca
dan memahami Al-Qur’an, manusia pada hakekatnya akan memahami ilmu Allah, yaitu
firman-firman-Nya. Jadi, berdasarkan fakta-fakta yang ada dan apa-apa yang terkandung
dalam al-qur’an, kita dapat membulatkan pernyataan bahwa ilmu yang dimiliki oleh
manusia dan yang wajib dituntut oleh manusia, semua berporos pada agama. Agama yang
menjunjung tinggi peran akal dalam mengenal hakikat segala sesuatu. Begitu pentingnya
peran akal, sehingga bahkan dikatakan bahwa tak ada agama bagi orang yang tak berakal,
dengan akal yang telah sempurna itulah maka Islam diturunkan ke alam semesta. Melalui
akal, manusia dengan proses berfikir berusaha memahami berbagai realita yang hadir
dalam dirinya, sehinga manusia mampu menemukan kebenaran sesuatu, membedakan
antara haq dan bathil. Sehingga dapat dikatakan bahwaakal dan kemampuan berpikir
yang dimiliki manusia adalah fitrah manusia yang membedakannya dari makhluk yang
lain.]
11
Qohar Masiqoery, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, 2003), hlm, 213
bukti ini yang menunjukkan sebaliknya misalnya, bahwa wahyu yang pertama kali
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi-Nya Muhammad SAW adalah perintah untuk
membaca/belajar dan menggunakan akal, bukan perintah untuk shalat, puasa atau
dzikrullah. Demikian tinggi hikmah turunnya ayat ini, menunjukkan perhatian Islam yang
besar terhadap ilmu pengetahuan.
Sejarah menunjukkan, bahwa pada masa kaum muslimin mempelajari dan
melaksanakan agamanya dengan benar, maka mereka memimpin dunia dengan pakar-
pakar yang menguasai dalam disiplin ilmunya masing-masing, sehingga Barat pun
belajar dari mereka. Baru di masa kaum muslimin meninggalkan ajaran agamanya dan
tergiur dengan kenikmatan duniawi dan berpaling ke barat, maka Allah SWT
merendahkan dan menghinakan mereka. Sungguh telah benar Rasulullah SAW yang
telah memperingatkan umatnya dalam hal ini. Karena kedudukan ilmu yang sedemikian
tingginya, maka islam mewajibkan umatnya untuk memperlajari ilmu.
Al-Qur’an juga banyak menyebutkan kedudukan dan keutamaan para ilmuwan.
Salah satunya firman Allah swt. berikut: “Katakanlah, Adakah sama orang-orang yang
mengetehui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.” 12 Juga dalam firman Allah swt. yang lain,
“Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antara kalian
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”13 Dari sekian banyak manusia yang ada di muka bumi ini, para ilmuwanlah
yang dinilai paling banyak memiliki pengetahuan, pemahaman, dan keimanan pada
segala hal yang berasal dari Allah. Mereka juga dinilai paling mampu dalam
menyebarkan dakwah. Mengenai posisi istimewa ini, Allah swt. berfirman, “Orang-orang
yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu adalah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.”147 Allah swt. juga berfirman dalam ayat yang lain, “Orang-
orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat.
Semua itu dari sisi Tuhan kami. Hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil
12
QS. Al-Zumar : 9
13
QS. Al-Mujadilah : 9
14
QS. Saba’ : 6
pelajaran (dari ayat-yat itu).”15 Allah swt. berfirman pula, “Perumpamaan-perumpamaan
itu kami buatkan untuk manusia. Tiada yang dapat memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu.”16 Allah swt. senatiasa menganjurkan para ilmuwan untuk mengamati
kerajaan langit dan kerajaan bumi serta segala sesuatu yang telah diciptakan Allah, agar
mereka bertambah yakin akan kekuasaan Allah. Allah swt. berfirman, “Katakanlah,
Berjalanlah di (muka) bumi lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia)
dari permulaannya, kemudian Allah menjadikanya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.”17
Selain menganjurkan kita menuntut ilmu, Allah juga memerintahkan kita untuk
senantiasa menambah ilmu pengetahuan tersebut. Karena, ilmu pengetahuan tak kenal
batas dan maha luas. Allah swt. berfirman, “Katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah
ilmu pengetahuan kepadaku.”18 Allah swt. juga berfirman, “Kami tinggikan derajat orang
yang Kami kehendaki. Di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang
Maha Mengetahui.”19 Di ayat yang lain, Allah swt. berfirman lagi, “Mereka bertanya
kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku dan kalian hanya
diberi pengetahuan sedikit.”20 Sebagaimana dijelaskan Moch. Syarif Hidayatullah, dosen
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta, bahwa banyak sekali ayat al-Qur’an yang
memuat keajaiban ilmiah di berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti bidang
kedokteran, astronomi, matematika, geografi, dan tata hubungan antar individu, yang
sebagian di antaranya persis seperti yang dikemukakan oleh ilmu-ilmu modern. Semua
mukjizat tersebut diturunkan oleh Allah untuk tujuan dan hikmah yang hanya diketahui-
Nya. Salah satu tujuan dan hikmah yang dapat diketahui adalah untuk memperlihatkan
kepada orangorang yang tak beriman bahwa mereka adalah makhluk yang lemah, yang
tidak akan mampu menandingi ayat-ayat Allah itu. Di pihak lain, bagi orang yang
beriman mukjizat tersebut menjadi penguat iman.21
Sebagai contoh keajaiban ilmiah yang terdapat di dalam alQur’an, marilah kita
perhatikan firman Allah swt. berikut: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
15
QS. Ali ‘Imran : 7
16
QS. Al-Ankabut : 43
17
QS. Al-Ankabut : 20
18
QS. Thaha : 114
19
QS. Yusuf : 76
20
QS. Al-Isra’ : 45
21
Moch Syarif Hidayatullah, Al-Qur’an Bicara tentang Ilmu dan Prestasi Kamis, 20 November 2008
dari saripati yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu (menjadi) air
mani mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta Yang paling baik”. 22 Mengenai bahan dasar
penciptaan manusia, Allah swt. berfirman, “Hendaklah manusia memperhatikan dari apa
ia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi
dan tulang dada”.23 Meskipun demikian, al-Qur’an tidak bisa dilihat semata-mata sebagai
buku ilmu pengetahuan dan buku peradaban. al-Qur’an lebih daripada itu. Ia adalah Kitab
Allah yang berisi fakta, lengkap, dan komprehensif. Dalam hal ini, Allah swt. berfirman,
“Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. 24 Berdasarkan ayat
di atas dapat ditegaskan bahwa al-Qur’an mencakup hal-hal yang bersifat umum,
prinsipil, dan masih berupa kaidah. Lalu, semua perincian dari hal-hal yang masih umum
tersebut menjadi wilayah pembahasan Hadis Nabi saw. dan ijtihad para ulama.
Selanjutnya, semua hal tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para ilmuwan, apakah
mereka dapat memanfaatkan ilmu mereka di hadapan Allah? Allah sendiri telah menyeru
mereka untuk mempergunakan perangkat-perangkat keilmuan yang telah Allah
anugerahkan kepada mereka agar bisa mengangkat derajat mereka, menunjang aktivitas
ketaatan mereka kepada-Nya, dan menambah keimanan mereka kepada-Nya. Apakah
mereka juga sudah mengetahui bahwa ilmu yang bermanfaat yang hanya diniatkan untuk
Allah semata akan menjadi pahala sedekah bagi mereka, yang senantiasa mengalir tiada
hentinya setelah mereka meninggal? Dengan pemahaman seperti ini, seorang ilmuwan
akan mampu berprestasi dan unggul melebihi yang lain.
Dengan demikian, terbuktilah bahwa Islam memberi perhatian yang luar biasa
agar para ilmuwan bisa berprestasi. Bahkan, al-Qur’an sendiri--menurut sebagian ahli--
mampu menguatkan memori hafalan, menambah kecerdasan, membina kerangka berpikir
dan sistematika retorika. Al-Qur’an pun mampu membebaskan ketegangan jiwa. Sekadar
bukti, di beberapa negara Timur Tengah sebagian besar anak didik yang berprestasi
22
QS. Al-Mukminun : 12-14
23
QS. Al-Thariq : 5-7
24
QS, Al-Nahl : 89
adalah mereka yang menghafal al-Qur’an dan selalu mengamalkan Sunah Nabi. Mungkin
penting juga bila model pembelajaran seperti ini dipraktikkan di negara kita secara
bertahap.
َٰٓي َأ ُّي َها ٱ َّل ِذي َن َءا َم ُن ٓو ْا ِإ َذا ِقي َل َل ُك ۡم َت َف َّس ُحو ْا ِفي ٱۡل َم َٰج ِل ِس َفٱ ۡف َس ُحو ْا َي ۡف َس ِح ٱل َّل ُه َل ُك ۖۡم َو ِإ َذا ِقي َل ٱن ُش ُزو ْا َفٱن ُش ُزو ْا َي ۡر َف ِع ٱل َّل ُه ٱ َّل ِذي َن َءا َم ُنو ْا ِمن ُك ۡم َوٱ َّل ِذي َن ُأو ُتو ْا
١١ رٞ ٱۡل ِع ۡل َم َد َر َٰج ٖۚت َوٱل َّل ُه ِب َما َت ۡع َم ُلو َن َخ ِبي
a. Tafsir Ayat :
Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada
kamu, oleh siapapun: “Berlapang-lapanglah, yakni berupayalah dengan sungguh-
sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberikan tempat pada orang
lain, dalam majelis-majelis, yakni satu tempat, baik itu tempat duduk maupun
bukan untuk duduk, apabila diminta kepada kamu untuk melakukan itu maka
lapangkanlah tempat itu untuk orang lain itu dengan sukarela. Maka jika kamu
melakukan hal tersebut, niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu buat
kamu dalam hidup ini. Dan apabila dikatakan : Berdirilah kamu ke tempat yang
lain, atau duduk diduduki tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah
untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad, maka berdiri dan
bangkitlah, Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antara kamu, wahai
yang memperkenankan tuntunan ini, dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan Allah
terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang Maha mengetahui.
Kata tafassahuu dan ifsahuu pada ayat tersebut, terambil dari kata fasaha,
yakni lapang. Sedangkan kata unsyuzuu terambil dari kata nuzuz, yakni tempat
yang tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang lebih
tinggi. Yang dimaksudkan adalah pindah ke tempat lain untuk memberikan
kesempatan kepada yang lebih wajar duduk atau berada di tempat yang wajar
pindah itu atau bangkit melakukan suau aktifitas yang positif. Sementara itu, ada
juga yang memahaminya dengan berdirilah dari rumah Nabi, jangan berlama-
lama di sana, karena boleh jadi ada kepentingan nabi saw yang lain dan yang
perlu segera beliau hadapi. Sedangkan kata majaalis adalah bentuk jamak dari
majelis. Pada umumnya berarti tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah
tempat Nabi saw memberikan tuntunan agama ketika itu. Tetapi yang dimaksud di
sini adalah tempat keberadaan secara mutlak, baik itu tempat duduk, tempat
berdiri, atau bahkan tempat berbaring. Karena, tujuan perintah atau tuntunan ayat
ini adalah memberi tempat yang wajar secara mengalah kepada orang-orang yang
dihormati atau pun orang-orang yang lemah. Seorang tua non-muslim sekalipun.
b. Mufrodat
ٰٓي َأ ُّي َها ا َّل ِذي َن َءا َم ُن ٓو۟ا ِإ َذا ِقي َل َل ُك ْم َت َف َّس ُحو۟ا ِفى ا ْل َم ٰج ِل ِس
(Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”) Allah memerintahkan mereka untuk saling menjaga
adab, dengan melapangkan tempat duduk bagi yang lain dalam sebuah majelis.
Qatadah dan Mujahid mengatakan: dahulu mereka saling berlomba-lomba untuk
dapat mengikuti majelis Rasulullah, maka mereka diperintahkan untuk saling
melapangkan tempat bagi orang lain.
ۖ َفا ْف َس ُحو۟ا َي ْف َس ِح الل ُه َل ُك ْم
a. Tafsir Ayat
Sungguh Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya kebenaran
mimpinya dengan sebenarnya saat Allah menampakkannya di dalam tidurnya dan
telah diberitahukan olehnya kepada para shahabatnya, bahwa dia dan para
shahabatnya akan masuk Baitullah al-Haram dalam kondisi aman dari gangguan
musuh kalian. Di antara kalian ada yang menggunduli kepalanya, dan ada yang
mencukur pendek rambutnya sebagai bukti selesainya manasik mereka. Allah
mengetahui maslahat kalian -wahai orang-orang yang beriman- apa yang tidak
kalian ketahui. Dan di samping terbuktinya mimpi untuk masuk Makkah pada
tahun itu, Allah menjadikan kemenangan dalam waktu dekat, yaitu perjanjian
Hudaibiyah yang dirancang oleh Allah lalu diikuti dengan kemenangan perang
Khaibar untuk orang-orang beriman yang menghadiri perjanjian Hudaibiyah
b. Mufrodat
َل َق ْد َص َد َق ال َّل ُه َر ُسو َل ُه ال ُّر ْؤ َيا ِبا ْل َح ِّق َل َت ْد ُخ ُل َّن ا ْل َم ْس ِج َد ا ْل َح َرا َم ِإ ْن َشا َء ال َّل ُه
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti
akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah...”
Ini merupakan pengukuhan bagi terealisasinya berita dan sama sekali bukan
sebagai pengecualian yang tidak pasti.
آ ِم ِني َن
“..dalam keadaan aman...”
Yakni saat kamu memasuki Masjidil Haram.
ُم َح ِّل ِقي َن ُر ُءو َس ُك ْم َو ُم َق ِّص ِري َن
“..dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya..”
Ini merupakan keterangan keadaan bagi kalimat yang tidak disebutkan
karena saat mereka memasukinya tidak dalam keadaan telah mencukur rambut
kepala dan tidak pula mengguntingnya. Melainkan hal tersebut terjadi dalam lain
keadaan. Tersebutlah bahwa sebagian dari mereka mencukur rambut kepalanya,
dan sebagian yang lainnya hanya mengguntingnya. Di dalam kitab Sahihain telah
disebutkan bahwa Rasulullah Saw mendoakan orang-orang yang mencukur
rambut kepalanya.
َلا َت َخا ُفو َن
“..sedangkan kamu tidak merasa takut...”
Berkedudukan sebagai kata keterangan keadaan untuk mempertegas pengertian;
pada mulanya ditetapkan bagi mereka jaminan keamanan saat memasuki Mekah,
selanjutnya dinafikan dari mereka rasa takut saat mereka menetap di Mekah,
tanpa harus merasa takut terhadap seseorang.
Peristiwa ini terjadi di masa umrah qada, yaitu dalam bulan Zul Qa'dah, tahun
tujuh Hijriah. Karena sesungguhnya setelah Nabi Saw. kembali dari Hudaibiyah
dalam bulanZul Qa'dah dan pulang ke Madinah, lalu beliau Saw. tinggal di
Madinah dalam bulan Zul Hijjah dan bulan Muharam, kemudian dalam bulan
Safar beliau Saw. keluar menuju Khaibar dan Allah menaklukkan sebagiannya
kepada Nabi Saw. dengan paksa, sedangkan sebagian lainnya secara damai.
َف َع ِل َم َما َل ْم َت ْع َل ُموا َف َج َع َل ِم ْن ُدو ِن َذ ِل َك َف ْت ًحا َق ِري ًبا
“..Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia
memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat...”
Yakni pengetahuan Allah Swt. yang telah memilih kebaikan dan maslahat bagi
kalian ialah memalingkan kalian dari Mekah dan kalian tidak dapat memasukinya
tahun itu, hal terbut di luar jangkauan pengetahuan kalian.
َف َج َع َل ِم ْن ُدو ِن َذ ِل َك
“..dan Dia memberikan sebelum itu...”
Maksudnya, sebelum kalian memasukinya, seperti apa yang diperlihatkan kepada
Nabi Saw. melalui mimpinya.
َف ْت ًحا َق ِري ًبا
“..kemenangan yang dekat...”
Yaitu perjanjian yang ditandatangani antara kalian dengan musuh-musuh kalian
dari kalangan kaum musyrik. Kemudian Allah Swt. menyampaikan berita
gembira kepada orang-orang mukmin bahwa Rasulullah Saw. akan mendapat
pertolongan dari-Nya dalam menghadapi musuhnya dan semua penduduk bumi:
ُه َو ا َّل ِذي َأ ْر َس َل َر ُسو َل ُه ِبا ْل ُه َدى َو ِدي ِن ا ْل َح ِّق
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang hak..”
Yakni pengetahuan yang bermanfaat dan amal yang saleh karena
Ilmu Syariat adalah ilmu yang benar dan amal yang sesuai dengan ketentuan
syariat diterima. Semua yang diberitakan oleh benar, dan semua perintah serta
larangannya merupakan keadilan belaka.
ِل ُي ْظ ِه َر ُه َع َلى ال ِّدي ِن ُك ِّل ِه
“...agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama...”
Yaitu atas semua agama yang ada di muka bumi, baik dari kalanean orang-orang
Arab maupun orang-orang non Arab; da, aik yang beragama maupun yang
musyrik.
َو َك َفى ِبال َّل ِه َش ِهي ًدا
“...Dan cukuplah Allah sebagai saksi...”
Bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah utusan-Nya dan Dialah Yang menolongnya;
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
a. Tafsir Ayat
Apakah orang-orang musyrikin tidak melihat burung-burung yang siap
terbang dengan leluasa di angkasa dengan sayap pemberian Allah dan angin yang
berhembus lembut. Allah mengilhamkan kepada burung agar mengepakkan sayap
dan menariknya, tidak ada yang membuatnya bisa terbang dan tidak jatuh kecuali
Allah yang Mahakuasa, sesungguhnya kemampuan burung yang merupakan
pemberian dari Allah mengandung petunjuk bagi orang-orang yang beriman
kepada Allah, karena mereka adalah orang-orang yang mengambil faedah dari
petunjuk dan pelajaran.
b. Mufrodat
َأ َل ْم َي َر ْو۟ا ِإ َلى ال َّط ْي ِر ُم َس َّخ ٰر ٍت
“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan
terbang..”
Yakni dimudahkan untuk terbang dengan kedua sayap yang Allah karuniakan
kepadanya dan dengan faktor-faktor lain yang membantunya untuk terbang,
seperti angin yang tenang, dan ilham yang diberikan kepada burung itu agar
mengepakkan kedua sayapnya seperti orang yang berenang di air.
ِفى َج ِّو ال َّس َم آ ِء
“..diangkasa bebas..”
Yakni di angkasa yang jauh tinggi dari permukaan tanah. ( َما ُي ْم ِس ُك ُه َّنTidak ada yang
menahannya) Di angkasa.
ۗ ِإ َّلا الل ُه
“..selain daripada Allah..”
Dengan kuasa-Nya yang Maha Besa
َو َل َق ْد َز َّي َّنا ٱل َّس َم ٓا َء ٱل ُّد ْن َيا ِب َم َٰص ِبي َح َو َج َع ْل َٰن َها ُر ُجو ًما ِّلل َّش َٰي ِطي ِن ۖ َو َأ ْع َت ْد َنا َل ُه ْم َع َذا َب ٱل َّس ِعي ِر
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang,
dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan
bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”.
a. Tafsir ayat
Ayat (1) : Kebaikan Allah sangat Agung dan banyak, yang hanya di tangan-Nya
saja terdapat kerajaan. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak
ada sesuatu pun yang melemahkan-Nya.
Ayat (2) : Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian
wahai manusia- siapa di antara kalian yang paling baik amalnya. Dia
Maha Perkasa, tidak ada sesuatu pun yang bisa mengalahkan-Nya,
Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba-Nya yang bertobat kepada-
Nya.
Ayat (3) : Dia yang menciptakan tujuh langit. Setiap langit berada di atas langit
yang sebelumnya tanpa bersinggungan antara satu langit dengan langit
yang lain. Kamu tidak akan melihat wahai manusia pada ciptaan Allah
ketimpangan atau ketidak teraturan. Maka perhatikan lagi, adakah kamu
lihat suatu retakan atau tidak rata? Sekali-kali kamu tidak akan melihat
itu, akan tetapi kamu hanya akan melihat ciptaan yang teratur dan
detail.
Ayat (4) : Kemudian pandanglah berulang kali niscaya pandanganmu kembali
kepadamu dengan menunduk tanpa mampu melihat aib atau cacat
dalam penciptaan langit dan pandanganmu lemah tidak mampu
memandang.
Ayat (5) : Dan Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan bumi dengan
bintang-bintang yang bersinar dan Kami jadikan bintang-bintang itu
sebagai bara api untuk melempar setan-setan yang sedang mencuri-curi
dengar sehingga api itu membakar mereka, dan Kami telah menyiapkan
bagi mereka di Akhirat siksa Neraka yang menyala-nyala.
b. Mufrodat
Ayat (1) : َت ٰب َر َك ا َّل ِذى ِب َي ِد ِه ا ْل ُم ْل ُك
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan”
Makna ( )تباركyakni kebaikan Allah sangat berlimpah dan agung.
Sedangkan ( )الملكyakni kerajaan langit dan bumi di dunia dan di
akhirat.
25
M. Quraish Shihsb, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume XIV, Jakarta, Lentera Hati.
2006. h. 77.
26
Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawi). Jakarta, RajaGrafindo Persada 2002, h.169.
dijumpai berbagai informasi, teori, rumus dan konsep-konsep yang diperlukan
mewujudkan tujuan pendidikan.
c. Melalui pendidikan diharapkan pula lahir manusia yang kreatif, sanggup
berpikir sendiri, sanggup mengadakan penelitian dan penemuan.
d. Pelaksanaan pendidikan harus mempertimbangkan prinsip pengembangan
ilmu pengetahuan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an.
e. Pengajaran berbagai ilmu pengetahuan dalam proses pendidikan yang sesuai
dengan ajaran al-Qur’an, akan menjauhkan manusia dari sikap takabur,
sekuler dan ateistik.
f. Pendidikan harus mampu mendorong anak didik agar mencintai ilmu
pengetahuan, yang terlihat dari terciptanya semangat dan etos keilmuan yang
tinggi, memelihara, menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya.
2. QS. Al-Fath : 27
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT memberikan kepercayaan diri terhadap
rasulullah saw agar beliau yakin bahwa Allah selalu bersamanya. Seorang penuntut
ilmu tidak boleh sombong dengan ilmu yang talah dimilikinya, karena di mata Allah,
dia hanya memiliki sedikit sekali ilmu, Allah lah yang maha mengetahui segala
sesuatu.
3. QS. An-Nahl : 79
Ayat ini menggambarkan betapa luasnya kekuasaan Allah SWT melalui burung-
burung yang ditundukkan di udara antara langit dan bumi, tidak ada yang
menahannya di angkasa dari jauh ke bumi, kecuali Allah Azza wa Jalla dengan
kekuasaannya yang luas. Padahal tubuhnya yang berat dan udara yang ringan
menharuskan dia untuk jatuh, karena tidak ada gantungan di atasnya dan tidak ada
tiang di bawahnya. Sekiranya saja Allah mengambil kekuatan untuk terbang yang
telah Dia berikan kepadanya niscaya dia tidak akan kuasa untuk terbang tinggi.
Ulama dahulu mengetahui adanya kerenggangan atmosfir di lapisan-lapisan atas
di angkasa. Ini adalah sebuah teori yang baru dipelajari dewasa ini di dalam ilmu-
ilmu fisika. Ka’ab Al-Ahbar mengatakan, burung terbang di angkasa setinggi dua
belas mil, tidak lebih dari itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwasannya Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm),
yang berarti pengetahuan (al-ma’rifah), kemudian berkembang menjadi pengetahuan
tentang hakikat sesuatu yang dipahami secara mendalam. Dari asal kata ‘ilm ini
selanjutnya di-Indonesia-kan menjadi “ilmu” atau “ilmu pengetahuan”.
Hubungan Ayat dengan Pendidikan :
1. Mujaadalah (58) ayat 11
Allah meguraikan sekian banyak mahluk Ilahi, dan fenomena alam, lalu ayat
tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa yang takut dan kagum kepada Allah dari
hamba-hambanya hanyalah ulama, ini menunjukkan bahwa ilmu dalam pandangan al-
Qur’an bukan hanya ilmu agama
2. QS. Al-Fath (35) ayat 27-28
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT memberikan kepercayaan diri terhadap
rasulullah saw agar beliau yakin bahwa Allah selalu bersamanya. Seorang penuntut
ilmu tidak boleh sombong dengan ilmu yang talah dimilikinya, karena di mata Allah,
dia hanya memiliki sedikit sekali ilmu, Allah lah yang maha mengetahui segala
sesuatu.
3. QS. Al-Mulk : 1-4
Allah SWT menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan tujuh lapis langit;
sebahagian lapisan langit itu berada di atas lapisan yang lain di alam semesta. Tiap-
tiap lapisan itu seakan-akan terapung kokoh di tengah-tengah jagat raya, tanpa ada
tiang-tiang yang menyangga dan tanpa ada tali-temali yang mengikatnya.
4. QS. An-Nahl : 79
Ayat ini menggambarkan betapa luasnya kekuasaan Allah SWT melalui burung-
burung yang ditundukkan di udara antara langit dan bumi, tidak ada yang
menahannya di angkasa dari jauh ke bumi, kecuali Allah Azza wa Jalla dengan
kekuasaannya yang luas.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy). Jakarta,
RajaGrafindo Persada. 2002.
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, juz XXVIII, (semarang: CV Toha
Putra, 1989).
Al-Qur’anul Karim
Jalaluddin As-Suyuti, Sebab Turunnya Ayat Al-Quran, Jakarta, Gema Insani.
Muhammad Nasib ar-Arrifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta, Gema Insani, 2000.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume
XIV, Jakarta, Lentera Hati. 2006 .
Sayyid Qutub,Tafsir Fi Zhilalil Quran, Gema Insani, Jakarta,2004.
https://tafsirweb.com/10765-quran-surat-al-mujadilah-ayat-11.html
Diakses tanggal 18-04-2020
https://tafsirweb.com/4427-quran-surat-an-nahl-ayat-79.html
Diakses tanggal 18-04-2020
https://tafsirweb.com/9739-quran-surat-al-fath-ayat-27.html
Diakses tanggal 18-04-2020
https://tafsirweb.com/11029-quran-surat-al-mulk-ayat-1.html
Diakses tanggal 18-04-2020
https://tafsirweb.com/11029-quran-surat-al-mulk-ayat-2.html
Diakses tanggal 18-04-2020
https://tafsirweb.com/11029-quran-surat-al-mulk-ayat-3.html
Diakses tanggal 18-04-2020
https://tafsirweb.com/11029-quran-surat-al-mulk-ayat-4.html
Diakses tanggal 18-04-2020
https://tafsirweb.com/11029-quran-surat-al-mulk-ayat-5.html
Diakses tanggal 18-04-2020