G. BAB III
G. BAB III
G. BAB III
LANDASAN TEORI
Menurut PKJI (2014) untuk kerja simpang dibedakan atas simpang bersinyal dan
simpang tak bersinyal. indikator untuk kerja simpang bersinyal antara lain nilai arus
jenuh dasar (So), nilai arus jenuh (S), perbandingan arus lalu lintas dengan arus jenuh
(RQ/S), waktu siklus (c), waktu hijau (H), kapasitas (C), derajat kejenuhan (DJ).
18
19
Gambar 3.1 Lebar pendekat dengan dan tanpa pulau lalu lintas
(Sumber : Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia, 2014)
1) Bila LBKiJT ≥ 2m, maka arus kendaraan BKiJT dapat mendahului antrian
kendaraan lurus dan belok kanan selama isyarat merah. LE ditetapkan
sebai berikut :
Langkah 1
keluarkan arus BKiJT (qKiJT ) dari perhitungan dan selanjutnya arus yang
dihitung adalah q = qLRS + qBKa, maka lebar efektif
� − ���𝑖��
20
Data lalu lintas yang diperoleh dibagi kedalam beberapa tipe kendaran yaitu
kendaraan kendaraan berat (KB), kendaraan ringan (KR), sepeda motor (SM),
kendaraan tak bermotor (KTB). Pada PKJI (2014) kendaraan tidak bermotor termasuk
kategori sebagai hambatan samping.
Untuk perhitungan arus lalu lintas digunakan satuan smp/jam yang dibagi
kedalam dua tipe yakni arus terlindung (protected traffic flow) dan arus berlawanan
arah (opposed traffic flow), yang tergantung pada fase sinyal dan gerakan belok
kanan.
Tabel 3.1 Klasifikasi kendaraan
Nilai ekr
Tipe kendaraan
Terlindung Terlawan
KB 1,3 1,3
KR 1,0 1,0
SM 0,15 0,4
(Sumber : Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia, 2014)
Keterangan :
FHS adalah faktor penyesuian So akibat HS lingkungan jalan
FUK adalah faktor penyesuian So terkait ukuran kota
FG adalah faktor penyesuian So akibat kelandaian memanjang pendekat
FP adalah faktor penyesuian So akibat adanya jarak garis henti pada mulut
pendekat terhadap kendaraan yang parkir pertama
FBKi adalah faktor penyesuian So akibat arus lalu lintas yang membelok ke
kiri
FBKa adalah faktor penyesuian So akibat arus lalu lintas yang membelok ke
kanan
2. Arus Jenuh Dasar
Arus jenuh dasar dibagi atas 2 tipe yaitu
a. Untuk pendekat terlindung (P), So sebagai fungsi dari lebar efektif
pendekat. So ditentukan oleh persamaan rumus dan dapat pula dengan
menggunakan diagram.
So = 600 x LE ………………………………………………………………………………(3.5)
Keterangan
LP adalah jarak antara garis henti ke kendaraan yang parkir pertama pada
lajur belok kiri atau panjang dari lajur belok kiri yang pendek, (m)
L adalah lebar pendekat (m)
H adalah wajtu hijau pada pendekat yang ditinjau (nilai normalnya 26
detik)
Gambar 3.4 Faktor penyesuaian parkir
(Sumber : Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia, 2014)
7. Faktor penyesuaian belok kanan (FBKa)
Faktor penyesuian belok kanan ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan
belok kanan RBKa. Perhitungan hanya berlaku untuk pendekat tipe P, tanpa
median, tipe jalan dua arah, dan lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
FBKa = 1,0 + RBKa X 0,26 ………………………………………………………..…………...(3.7)
�����𝑖�
���
Rasio arus simpang (RAS) dihitung sebagai jumlah dari nilai RQ/S Kritis dimana
RQ/S Kritis diambil dari rasio arus tertinggi dari masing-masing fase.
(3.11)
keterangan
c adalah waktu siklus (detik)
HH adalah jumlah waktu hijau hilang per siklus (detik)
RQ/S adalah rasio arus, yaitu arus dibagi arus jenuh (Q/S)
RQ/S kritis adalah nilai RQ/S yang tertinggi dari semua pendekat
yang berangkat pada fase yang sama
∑ RQ/S kritis adalah rasio arus simpang (sama dengan jumlah semua
RQ/S kritis dari semua fase) pada siklus tersebut
Waktu siklus yang diperoleh diharapkan sesuai dengan batas yang disarankan
pada PKJI 2014 sebagai pertimbangan yang dijelskan pada table berikut :
Tabel 3.5 Waktu siklus yang layak
Keterangan :
)𝑖
(3.14)
�
Keterangan :
C : Kapasitas simpang bersinyal (skr/jam)
S : Arus jenuh (skr/jam)
H : Total waktu hijau dalam satu siklus (detik)
13. Derajat Kejenuhan (Dj)
Keterangan
Dj = derajat kejenuhan
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)
14. Panjang Antrian (PA)
Jumlah rata-rata antrian kendaraan (skr) pada awal isyarat lampu hijau (NQ)
dihitung sebagai jumlah kendaraan terhenti (skr) yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya (NQ1) ditambah jumlah kendaraan (skr) yang dating dan terhenti
dalam antrian selama fase merah (NQ2), dihitung dengan rumus :
0,5)
�
16. Tundaan
Tundaan pada suatu simpang terjadi Karena dua hal, yaitu tundaan lalu lintas
(TL) dan tundaan geometric (TG). Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat I
dihitung menggunakan rumus
Ti = TLi + TGi ………………………………………………………...………...(3.22)
Nilai normal TGi untuk kendaraan belok tidak berhenti adalah 6 detik,
dan untuk yang berhenti adalah 4 detik. Nilai normal ini didasarkan
pada anggapan-anggapan, bahwa:
1) Kecepatan = 40 km/jam;
2) Kecepatan belok tidak berhenti =10 km/jam;
3) Percepatan dan perlambatan = 1,5 m/det2;
4) Kendaraan berhenti melambat untuk meminimumkan tundaan,
sehingga menimbulkan hanya tundaan percepatan.
(3.25)
(� �� + ��� ) � ��
− } ……………………………………...(3.26)
������� = { ��� ��� ��𝑥
�
�