TB Rekjal Coy
TB Rekjal Coy
TB Rekjal Coy
1
II 5,00 ton f
III 3,50 ton f
III A 2,75 ton f
IV 2,00 ton f
V 1,50 ton f
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Direktorat Binamarga. 1997.
1. Klasifikasi Jalan berdasarkan Fungsi Jalan
a. Menurut PKJI 2014
Volume lalu lintas dinyatakan dalam Skr (Satuan Kendaraan Ringan) rumus :
LHR =
Tabel 1.2 Klasifikasi Kelas Jalan Berdasarkan Nilai LHR dalam Skr
Klasifikasi Fungsi Kelas LHR dalam Skr
Utama I >20000
Sekunder IIA 6000-20000
Sekunder IIB 1500-8000
Sekunder IIC 2000
Penghubung -
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Direktorat Binamarga. 1997.
2
Dalam efisiensi biaya pembangunan suatu standar perlu disesuaikan dengan
keadaan topografi. Jenis medan dibagi menjadi 3 (tiga) golongan umum berdasarkan
besarnya lereng dengan arah tegak lurus as jalan raya.
Gambar 1.1 Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Lingkungan Jalan Antar Kota
3
1.6 Perhitungan Lintas Harian Rata-Rata dan Kelas Jalan
Tabel 1.4 Koefisien (Ekr) Berdasarkan Volume Kendaraan Lalu L intas
LHR setelah 1,5 Tahun jalan dibuka = 1,033 x 2818 = 2910,994 Skr
4
1.7 Menghitung Koordinat Titik
1. Titik C
X = 10000 – (1,3 x 27,777) = 9963,8899 m
Y = 10000 – (4,4 x 27,777) = 9877,7812 m
2. Titik N
X = 10000 + (7,2 x 27,777) = 10199,9944 m
Y = 10000 – (1,4 x 27,777) = 9961,1122 m
3. Titik K
X = 10000 + (25 x 27,777) = 10694,425 m
Y = 10000 – (8 x 27,777) = 9777,784 m
= 250,378 m
dNK =
= 527,324 m
b. Secara Grafis
Jarak dari titik C ke titik N dan titik N ke titik K pada gambar dengan
menggunaka n penggaris adalah :
dCN= 9 x 27,777
= 249,993 m
dNK = 19 x 27,777
= 527,763 m
1.7.2 Menghitung Sudut Tangen
5
Azimuth CN =
=
= 70o33’35,87
Azimuth NK =
= -69o39’320,96”+180
= 110o20’39
6
Perbedaan Jarak
Titik Tinggi Antar
Titik Stationing Elevasi
Titik
( )
d (m)
7
C Sta 0+000 75,000
1,00 50 2,000
C1 Sta 0+50 76,000
1,20 50 2,400
C2 Sta 0+100 77,200
1,10 50 2,200
C3 Sta 0+150 78,300
1,30 50 2,600
C4 Sta 0+200 79,600
1,10 50 2,200
N Sta 0+292 80,700
1,00 50 2,000
N1 Sta 0+300 81,70
1,10 50 2,200
N2 Sta 0+350 82,800
1,40 50 2,800
N3 Sta 0+400 84,20
1,40 50 2,800
N4 Sta 0+450 85,600
1,20 50 2,400
N5 Sta 0+500 86,800
1,15 50 2,300
N6 Sta 0+550 87,950
1,8 50 3,600
N7 Sta 0+600 89,750
2,05 50 4,100
N8 Sta 0+650 91,800
1,35 50 2,700
N9 Sta 0+700 93,15
1,05 50 2,100
N10 Sta 0+750 94,20
0,8 22,2 3,600
K Sta 0+806 95,000
∑ 772,2 21,237
8
Kemiringan melintang rata-rata =
= = 1,180%
Diperoleh nilai kemiringan rata-rata 1,180%, maka medan jalur tersebut adalah datar
(<3%). Standar perencanaan geometrik jalan raya arteri kelas Sekunder II B dengan
klasifikasi medan jalan adalah datar.
9
yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh hambatan samping jalan yang
tidak berarti.
b. VR untuk masing-masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel II.6
(Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Bina Marga).
c. Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan
syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
10
BAB II
ALINYEMEN HORIZONTAL
2.2 Tikungan
a. Jenis-Jenis Tikungan
Bentuk bagian lengkung dapat berupa :
1. Full Circle (C – C)
Bentuk ini dipakai untuk tikungan yang berjari-jari besar, sudut tangen yang
relatif kecil dengan kecepatan rata-rata relatif tinggi.
3. Spiral – Spiral (S – S)
Bentuk ini dipakai dengan syarat besarnya lengkung lingkaran dalam
memperhitungkan kurang dari Lc minimum yang dibutuhkan oleh kendaraan
untuk melintasi tikungan dengan aman Lc minimum = 25 m.
b. Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan
11
melalui tikungan pada kecepatan VR. Nilai superelevasi maksimum ditetapkan
10%.
Dimana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi 9,81 m/s2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal = 0,35-0,55
12
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh Minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Direktorat Binamarga. 1997.
Tabel II.10
Dari tabel di atas maka didapat jarak pandang henti minimumnya adalah 120 m.
Dimana :
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur
semula (m)
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang
dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m)
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan,
yang besarnya diambil sama dengan 213d2 (m)
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Direktorat Binamarga. 1997.
Tabel II.10
Dengan VR = 80 km/jam di dapat untuk kelandaian jalan maksimum ialah 5%.
13
Jari-jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut :
Dimana :
Rmin = jari-jari tikungan minimum (m)
VR = kecepatan rencana (km/jam)
emaks = superelevasi maksimum (%)
f = koefisien gesek untuk perkerasan aspal = 0,14 - 0,24
Tabel 2.5 Panjang Jari-Jari Minimum (dibulatkan)
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Rmin (m) 600 370 210 110 80 50 30 15
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Direktorat Binamarga. 1997.
Tabel II.16
VR = 80 km/jam
Rmin (berdasarkan tabel 2.5) = 210 m
emaks = 10%
Lengkung spiral (Ls) ditentukan dari 3 (tiga) rumus di bawah ini dan diambil nilai
yang terbesar.
(1) Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan
Ls = = detik = 66,667 m.
Ls = = = 10,607 m.
Dimana :
C = perubahan percepatan (m/det3) yang bernilai 1-3 m/det3
e = didapat dalam tabel 4.1 Silvia Sukirman. 1999. Dasar-Dasar
Perencanaan Geometrik Jalan. Hal 76.
(3) Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
14
Ls =
Dimana :
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
re = tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan untuk VR ≤ 70
km/jam re-max = 0,035 m/m/det, untuk VR ≥ 80 km/jam re-max = 0,025
m/m/det.
Berdasarkan perhitungan Ls terbesar adalah 71,111 m.
Berdasarkan tabel II.17 (Binamarga. Halaman 30) untuk V R = 80 km/jam, maka
Ls = 90 m dan LE (panjang pencapaian superelevasi) = 120 m.
Untuk Ls digunakan dari tabel yaitu 90 m dan jari-jari tikungan rencana (Rc) = 210
m.
Mencari sudut-sudut tikungan dan panjang tikungan
θs = = = 12,278o = 12o16’39,6”
θc = ∆ - 2 θs = 39 o33’3,13”– 2 (12o16’39,6”) = 14o59’43,93”
Lc =
= 65,110 m > 25 m (S – C – S)
Karena yang digunakan adalah lengkung peralihan, maka posisi lintasan tikungan
bergeser dari bagian jalan yang lurus ke arah sebelah dalam sebesar p. Nilai p (m)
dihitung berdasarkan rumus berikut:
p =
Nilai p > 0,25 m maka lengkung peralihan tidak diperlukan sehingga tipe
tikungan bukan Full Circle (F – C). Jadi jenis tikungan yang digunakan adalah
Spiral – Circle – Spiral (S – C – S).
15
2.9 Menghitung Elemen Tikungan
Perhitungan elemen-elemen pada tikungan :
Ltotal = Lc + 2Ls
= 65,110 + (2 x 90)
= 245,110 m
(Dilihat dari rumus buku Silvia Sukirman hal.130)
Data lengkung untuk lengkung spiral – circle – spiral tersebut di atas adalah :
= 0,00467
= 0,467%
16
Gambar 2.1 Landai Relatif Jalan
17
TITIK STATIONING
STA B 0+000
STA N 0+292,416
STA Ts 0+165,58
STA Sc 0+255,58
STA Cs 0+320,69
STA ST 0+410,69
STA K 0+797,607
Sumber: Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Silvia Sukirman. 1999. Hal. 126
18
- Kecepatan rencana (VR) = 80 km/jam
- Radius tikungan N rencana (R) = 210 m
- Lebar perkerasan di penampang normal (Wn) = 7 m
-
a. Jarak lintasan keluar sampai terdalam kendaraan (µ)
µ =M+R-
= 2,5 + 210 –
= 2,6006 m
= - 210
= 0,0406 m
Z =
= 0,5797 m
d. Lebar perkerasan yang perlu
Wc = n (µ + C) + (n – 1) Fa + Z
= 2 (2,6006 + 1,5) + (2 – 1) 0,0406 + 0,5797
= 8,8215m
e. Pelebaran
Pelebaran = Wc - Wn
= 8,8215 – 7
= 1,8215 m
Jadi, dari hasil perhitungan di atas, dapat dikatakan bahwa ditikungan
memerlukan pelebaran sebesar 1,8215 m
19
2.12 Diagram Superelevasi
X= = 6,85 %
20
BAB III
ALINYEMEN VERTIKAL
22
3.3 Panjang Minimum Lengkung Vertikal
Tabel 3.1 Panjang minimum lengkung vertikal (Bina Marga)
Perbedaan Kelandaian
Kecepatan Rencana Panjang Lengkung
Memanjang
(km/jam) (m)
(%)
< 40 1 20 – 30
40 – 60 0,6 40 – 80
> 60 0,4 80 – 150
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Direktorat Binamarga. 1997.
Tabel II.24
Pada panjang minimal lengkung berdasarkan tabel di atas, maka untuk kecepatan
rencana 80 km/jam panjang lengkung diambil adalah 80 – 150 m.
Kecepatan pada
Kelandaian (%)
awal tanjakan
(km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 800
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Direktorat Binamarga. 1997. Tabel
II.2
23
Tabel 3.4 Elevasi Rencana Proyek Tiap Stasion
24
g1 = (+)
g2 =0
Keterangan : g1 = kemiringan rata - rata dari Sta.0+000 ke Sta.0+292, Naik (+)
g2 = Kemiringan rata – rata dari Sta.0+292 ke Sta. 0+806, Datar
A = g1 – g2
= 0,34 – 0
= 0,34% (cembung)
L= = = 12,271 m
L= = = 109,180 m
L= = = 122,440 m
L= = = 824,590 m
25
Tabel 3.5 Perhitungan panjang lengkung vertikal
Elevasi Jarak Kelandaian
Titik Stationing Keterangan
(m.) (m) (%)
PLV 0+000 87,000
292 0,34
PPV 0+292 88,000 Cembung
292 0
PTV 0+548 88,000
3.7 Perhitungan Elevasi Landai Peralihan dan Stasioning pada Bagian Landai
y =
26
Y 0 + 150 = x (150)2 = 0,1310 m
Y 0 + 584 =
27
Yg 0 + 100 = 0,34% x (292-100) = 0,6528 m
Yg 0 + 150 = 0,34% x (292-150) = 0,4828 m
Yg 0 + 165,554 = 0,34% x (292-165,554) = 0,4299 m
Yg 0 + 200 = 0,34% x (292-200) = 0,3128 m
Yg 0 + 250 = 0,34% x (292-250) = 0,1428 m
Yg 0 + 292 = 0
Yg 0 + 300 = 0
Yg 0 + 350 = 0
Yg 0 + 400 = 0
Yg 0 + 410,69 = 0
Yg 0 + 450 = 0
Yg 0 + 500 = 0
Yg 0 + 550 = 0
Yg 0 + 584 = 0
28
Ev 0 + 350 = EPPV – Y = 88,000 – 0,3188
= 87,6812 m
Ev 0 + 400 = EPPV – Y = 88,000 – 0,1971
= 87,8029 m
Ev 0 + 410,69 = EPPV – Y = 88,000 – 0,1749
= 87,8251 m
Ev 0 + 450 = EPPV – Y = 88,000 - 0,1045
= 87,8955 m
Ev 0 + 500 = EPPV – Y = 88,000 – 0,0411
= 87,9589 m
Ev 0 + 550 = EPPV – Y = 88,000 – 0,0067
= 87,9933 m
Ev 0 + 584 = EPPV = 88,000 m
29
BAB IV
VOLUME PEKERJAAN TANAH
30
4.2 Data Perencanaan Elevasi Proyek
ELEVASI LEBAR ELEVASI BAHU
ELEVASI ELEVASI PERKERASAN JALAN
STATIONING
MUKA ASLI RENCANA
KIRI KANAN KIRI KANAN
31
ELEVASI LEBAR PERKERASAN :
32
STA 0+500 KIRI = 87,9589 - (2%x3,5) = 87,8889 m
33
STA 0+200 KIRI = 87,3843 - (6%x3) = 87,2043 m
34
STA 0+750 KIRI = 87,930 - (6%x3) = 87,750 m
35
1. Sta 0+00 – Sta 0+050
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+000 =
= 0,1125 m2
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+050 =
= 1,3423 m2
= 36,37 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+000 – 0+050 = Volume Perkerasan Jalan Kiri Sta
0+00 – 0+050 = 36,37 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+000 =
= 0,375 m2
= 44,9025 m3 (Timbunan)
Volume Bahu Jalan Kanan Sta 0+000 – 0+050 = Volume Perkerasan Jalan Kiri Sta
0+000 – 0+050 = 44,9025 m3 (Timbunan)
JUMLAH = 162,545 m3 (Timbunan)
= 98,3525 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+050 – 0+100 = Volume Perkerasan Jalan Kiri Sta
0+050 – 0+100 = 98,3525 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+050 = 1,4211 m2
36
Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+050 – 0+100 = m
= 97,815 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan Sta 0+050 – 0+100 = Volume Perkerasan Jalan Kiri Sta
0+050 – 0+100 = 97,815 m3 (Galian)
JUMLAH = 332,335 m3 (Galian)
37
3. Sta 0+100 – Sta 0+150
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+100 = 2,5918 m2
= 3,9967 m2
= 164,7125 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+100 – 0+150 = Volume Perkerasan Jalan Kiri Sta
0+100 – 0+150 = 164,7125 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+100 = 2,4915 m2
= 3,6957 m2
= 154,68 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan Sta 0+100 – 0+050 = Volume Perkerasan Jalan Kiri Sta
0+100 – 0+150 = 154,68 m3 (Galian)
JUMLAH = 638,785 m3 (Galian)
= 4,3356 m2
= 64,8 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+100 – 0+165,554 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
Sta 0+100 – 0+165,554 = 64,8 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+150 = 3,6957 m2
38
Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+100 – 0+150 = m
= 59,7421 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan Sta 0+100 – 0+150 = Volume Bahu Jalan Kiri Sta
0+100 – 0+150 = 59,7421 m3 (Galian)
JUMLAH = 249,0842 m3 (Galian)
= 177,6208 m3 (Galian)
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+165,554 = 4,3356 m 2
5,7325 m2
= 173,4029 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+165,554 = 3,9862 m 2
= 161,5483 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kanan Sta 0+165,554 = 3,9862 m2
= 157,928 m3 (Galian)
JUMLAH = 670,5 m3 (Galian )
6. Sta 0+200 – Sta 0+250
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+200 = 5,9774 m2
39
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+250 =
= 8,1492 m2
= 353,165 m3 (Galian)
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+200 = 5,7325 m 2
= 6,9242 m2
= 316,4175 m3 (Galian)
40
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+200 = 5,3936 m 2
= 7,2551 m2
= 316,2175 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kanan Sta 200 = 5,18335 m2
= 6,205 m2
= 336,5025 m3 (Galian)
JUMLAH = 1322,3025 m3 (Galian )
= 9,7062 m2
= 374,8878 m3 (Galian)
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+250 = 6,9242 m2
= 8,4812 m2
= 323,5134 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+250 = 7,2551 m2
= 8,5896 m2
41
Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+250 – 0+292 = m
= 332,7387 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kanan Sta 0+250 = 6,205 m2
= 7,5396 m2
= 289,5816 m3 (Galian)
JUMLAH = 1320,7215 m3 (Galian )
8. Sta 0+292 – Sta 0+300
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+292 = 9,7062 m2
= 9,7062 m2
= 77,6496 m3 (Galian)
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+292 = 8,4812 m2
= 8,4812 m2
= 64,8496 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+292 = 8,5896 m 2
= 8,5896 m2
= 68,7168 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kanan Sta 0+292 = 7,5396 m2
= 7,5396 m2
42
Volume Bahu Jalan Kanan 0+292 – 0+300 = m
= 60,3168 m3 (Galian)
JUMLAH = 271,5328 m3 (Galian )
= 8,0304 m2
= 443,415 m3 (Galian)
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kanan 0+300 = 8,4812 m2
= 406,665 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+300 = 8,5896 m2
= 7,1532 m2
= 393,57 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kanan 0+300 = 7,5396 m2
= 6,9432 m2
= 387,07 m3 (Galian)
3
JUMLAH = 1630,72 m (Galian)
43
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+400 =
= 7,52 m2
= 388,76 m3 (Galian)
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kanan 0+350 = 7,7854 m2
= 379,57 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+350 = 7,1532 m2
= 6,7156 m2
= 346,72 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kanan 0+350 = 6,9432 m2
= 6,6106 m2
= 313,845 m3 (Galian)
JUMLAH = 1428,895 m3 (Galian )
11. Sta 0+400 – Sta 0+410,69
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+400 = 7,52 m2
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+410,69 =
= 6,3506 m2
44
= 74,1384 m3 (Galian)
= 73,4831m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+400 = 6,7156 m2
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+410,69 =
= 5,7134 m2
= 66,433 m3 (Galian)
= 5,7134 m2
= 65,8718 m3 (Galian)
JUMLAH = 279,9227 m3 (Galian)
= 5,2062 m2
= 227,1489 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+410,69 – 0+450 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
Sta 0+450 – 0+467,993 = 227,1489 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+410,69 = 5,7134 m2
45
= 5,7318 m2
= 224,9554 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan 0+410,69 – 0+450 = Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+410,69 –
0+450 = 224,9554 m3 (Galian)
JUMLAH = 904,2086 m3 (Galian)
= 5,9194 m2
= 278,14 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+450 – 0+500 = Volume Perkerasan Jalan Kiri Sta
0+450 – 0+500 = 278,14 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta Sta 0+450 = 5,7318 m2
= 4,4866 m2
= 255,46 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan Sta 0+450 – 0+500 = Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+450 –
0+500 = 255,46 m3 (Galian)
JUMLAH = 1067,2 m3 (Galian)
= 3,1092 m2
= 225,715 m3 (Galian)
46
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+500 – Sta 0+550 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
Sta 0+500 – Sta 0+550 = 225,715 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+500 = 4,4866 m 2
= 2,9351 m2
47
Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+500 – Sta 0+550 = m
= 185,5425 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan 0+500 – Sta 0+550 = Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+500 –
Sta 0+550 = 185,5425 m3 (Galian)
JUMLAH = 822,515 m3 (Galian )
= 2,835 m2
= 148,605 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+550 – Sta 0+600 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
Sta 0+550 – Sta 0+600 = 148,605 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+550 = 2,9351 m 2
= 2,7 m2
= 140,8775 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan 0+550 – Sta 0+600 = Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+550 –
Sta 0+600 = 140,8775 m3 (Galian)
JUMLAH = 578,965 m3 (Galian)
= 1,6975 m2
= 113,3125 m3 (Galian)
48
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+600 – Sta 0+650 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
Sta 0+600 – Sta 0+650 = 113,3125 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+600 = 2,7 m2
= 1,725 m2
= 110,625 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan Sta 0+600 – Sta 0+650 = Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+600
– Sta 0+650 = 110,625 m3 (Galian)
JUMLAH = 447,875 m3 (Galian)
= 0,9975 m2
= 67,375 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan 0+650 – Sta 0+700 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
0+650 – Sta 0+700 = 67,375 m3 (Galian
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+650 = 1,725 m2
= 1,3125 m2
= 75,9375 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan 0+650 – Sta 0+700 = Volume Bahu Jalan Kiri 0+650 – Sta
0+700 = 75,9375 (Galian)
JUMLAH = 286,625 m3 (Galian)
49
Luas Bidang Perkerasan Jalan Kiri Sta 0+750 =
= 0,2975 m2
= 32,375 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan 0+700 – Sta 0+750 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
0+700 – Sta 0+750 = 32,375 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+700 = 1,3125 m2
= 0,525 m2
50
Volume Bahu Jalan Kiri 0+700 – Sta 0+750 = m
= 45,9375 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan 0+700 – Sta 0+750 = Volume Bahu Jalan Kiri 0+700 – Sta
0+750 = 45,9375 m3 (Galian)
JUMLAH = 156,625 m3 (Galian)
= 0,2975 m2
= 14,857 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+750 – Sta 0+800 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
Sta 0+750 – Sta 0+800 = 14,857 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+750 = 0,525 m2
= 0,525 m2
= 26,25 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan Sta 0+750 – Sta 0+800 = Volume Bahu Jalan Kiri Sta 0+750
– Sta 0+800 = 26,25 m3 (Galian)
JUMLAH = 82,214 m3 (Galian)
= 0,1225 m2
51
= 1,26 m3 (Galian)
Volume Perkerasan Jalan Kanan Sta 0+800 – Sta 0+806 = Volume Perkerasan Jalan Kiri
Sta 0+800 – Sta 0+806 = 1,26 m3 (Galian)
Luas Bidang Bahu Jalan Kiri Sta 0+800 = 0,525 m2
= 0,105 m2
= 1,89 m3 (Galian)
Volume Bahu Jalan Kanan Sta 0+800 – Sta 0+806 = Volume Bahu Jalan Kiri Sta
0+800 – Sta 0+847,266 = 1,89 m3 (Galian)
JUMLAH = 6,3 m3 (Galian)
52
BAB V
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN
53
Bus besar 2 sumbu = 309,95 x (1+2,2%)10 = 385,30 kendaraan/hari
Truck 2 sumbu = 57,86 x (1+2,2%)10 = 71,93 kendaraan/hari
Truck semi Trailer = 24,80 x (1+2,2%)10 = 30,83 kendaraan/hari +
= 2176,99 kendaraan/hari
5.3 Menentukan Angka Ekivalen (E)
Mobil penumpang dan sejenisnya, berat 2 ton
As depan = 1 ton = 1000 kg = 0,0002
As belakang = 1 ton = 1000 kg = 0,0002 +
∑ = 0,0004
Bus besar 2 sumbu, berat total 8 ton
As depan = 3 ton = 3000 kg = 0,0183
As belakang = 5 ton = 5000 kg = 0,1410 +
∑ = 0,1593
Bus besar 2 sumbu, berat total 9 ton
As depan = 4 ton = 4000 kg = 0,0577
As belakang = 5 ton = 5000 kg = 0,1410 +
∑ = 0,1987
Truk 2 sumbu, berat 10 ton
As depan = 4 ton = 4000 kg = 0,0577
As belakang = 6 ton = 6000 kg = 0,2823 +
∑ = 0,3500
Truck semi – trailer 3 sumbu 20 ton
As depan = 6 ton = 6000 kg = 0,2923
As belakang = 14 ton = 14000 kg = 0,7452 +
∑ = 1,0375
5.4 Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
Koefisien distribusi kendaraan (c) untuk kendaraan ringan dan berat dengan
jumlah 2 lajur 2 arah adalah 0,5 dan 0,5.
Rumus : LEP = c x LHR Tahun 2019 x E
Mobil penumpang = 0,5 x 769,72x 0,0004 = 0,154
Bus / truk ringan = 0,5 x 588,91x 0,1593 = 46,906
Bus besar 2 sumbu = 0,5 x 309,95 x 0,1987 = 30,793
Truk 2 sumbu = 0,5 x 57,86 x 0,3500 = 10,125
Truk semi trailer 3 sumbu = 0,5 x 24,80 x 1,0375 = 12,865
∑ = 100,843
54
∑ = 125,36
55
5.8 Mencari ITP untuk Umur Rencana 10 Tahun
Untuk mencari parameter yang berguna untuk mencari ITP (Indeks Tebal
Perkerasan) adalah digunakan referensi dari Departemen Pekerjaan Umum, yaitu
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan dengan Metode Analisa Komponen
(terlampir) adalah sebagai berikut :
CBR tanah dasar = 6%
DDT = 4,3.Log(CBR)+1,7
4,3.Log(6)+1,7 = 5,046
LER10 = 113,101
IP = 2,0
56
5.9 Menentukan Tebal Perkerasan Umur Rencana 10 Tahun
FR =1
Iklim = < 900 mm/th
Kelandaian < 6%
% Kendaraan Berat =
57
ITP = 6,4 (dari grafik nomogram 3)
58
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3
6,4 = (0,25.5) + (0,13.15) + (0,12.D3)
6,4 = 1,25 + 2,6 + 0,12D3
D3 = = 21,25 cm
59
BAB VI
ANALISA HIDROLOGI
60
Analisa frekuensi dengan distribusi probabilitas gumbel dapat dilakukan
secara analitis dan grafis pada perhitungan ini hanya digunakan cara secara
Dimana :
XTR = Besarnya X untuk periode ulang.
S = Standar deviasi.
K = Faktor frekuensi untuk nilai ekstrim.
a) Menghitung Hujan Rencana (Metode Distribusi Probabilitas Normal)
Data stationing diurutkan dari yang terkecil.
No Xi (mm)
1 102,2 105,57
2 91,3 0,39
3 76,9 225,75
4 73,2 350,62
5 102,2 105,57
6 92,6 0,45
7 96,6 21,85
8 118,4 700,92
9 73,8 328,51
10 75,5 269,78
11 98,2 39,37
12 102,2 105,57
n=12 Ʃ Xi = 1103,1 Ʃ = 2254,35
61
S=
Untuk n = 12, dengan interpolasi linear data dari tabel nilai reduced
standar deviasi (Sn) dan tabel nilai reduced mean (Yn) didapat:
Sn = 0,97822
Yn = 0,50224
Nilai K dicari dengan rumus:
K = Yt –Yn / Sn...............(2)
Dimana:
Sn = reduced strandar deviasi.
Yn = reduced mean.
Yt = reduced variate, tergantung nilai Tr (tahun).
2 0,3065
5 1,4999
10 2,2504
20 2,9702
25 3,1255
50 3,9019
100 4,6001
Dengan menggunakan rumus di atas didapat nilai K untuk berbagai Tr seperti pada
tabel di bawah ini:
Tabel 6.4 Nilai Tr dan K
Tr 2 5 10 20 25 50 100
K -0,20009 1,01987 1,78708 2,52291 2,68167 3,47535 4,18910
Perhitungan nilai curah hujan dengan berbagai periode ulang (Xtr) dengan cara
analitis yaitu dengan menentukan nilai X, K, dan S hasilnya seperti pada tabel di
bawah ini :
62
TR K S XTR
2 91,925 -0,200 14,31 89,063
5 91,925 1,020 14,31 106,521
10 91,925 1,787 14,31 117,5
20 91,925 2,523 14,31 128,029
25 91,925 2,682 14,31 130,304
50 91,925 3,475 14,31 141,652
100 91,925 4,189 14,31 151,870
I= ................(3)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
X24 = Hujan harian maksimum (mm)
Kurva intensitas hujan dapat dibuat dengan mengambil bentuk atau pada intensitas
kota Jakarta, selanjutnya sering disebut lengkung Jakarta. Diketahui hujan wilayah
dengan periode ulang (XTr) 5, 10, 20, 25, 50, dan 100. Tahun hujan berlangsung selama
4 jam.
Dihitung intensitas hujan rencanauntuk masing-masing periode tersebut dan kurva
dapat digambarkan dengan metode Van Breen dan dapat didekati dengan rumus Talbot
(Van Breen + Talbot).
Langkah-langkah penyelesaian:
a. Menghitung intensitas hujan rencana (akibat hujan 5, 10, 20, 25, 50, 100 tahun).
I5 = 90% x (106,521/4) = 20,378 mm/jam
I10 = 90% x (117,5/4) = 21,253 mm/jam
I20 = 90% x (128,029/4) = 22,092 mm/jam
I25 = 90% x (130,304/4) = 22,273 mm/jam
I50 = 90% x (141,652/4) = 23,178 mm/jam
I100 = 90% x (151,870/4) = 23,993 mm/jam
63
Tetapan rumus talbot :
I = .............. (4)
Dimana :
a = 7416,49 (tetapan)
b = 35,46 (tetapan)
Sehingga didapat :
I = ........... (5)
I =K ........... (6)
K = Konstanta
Untuk Tr = 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun dengan durasi (t) = 4 jam = 240 menit
dengan mensubtitusikan nilai XTr pada persamaan (6) maka, angka untuk masing-
masing periode ulang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
64
Harga K kemudian disubstitusikan ke persamaan 6 sehingga didapat lengkung
intensitas hujan rencana , dengan mensubstitusikan nilai t (menit) kepersamaan 5
sehingga didapat lengkung jakarta seperti pada tabel berikut :
Tabel 6.7 Perhitungan Nilai Intensitas Hujan Recana Dan Lengkung Jakarta
Berdasarkan Nilai T Yang Berbeda
BAB VII
PERHITUNGAN PERENCANAAN SALURAN SAMPING
65
Manfaat dari saluran samping yaitu mengatasi air yang mengalir supaya tidak
tergenang sehingga mengakibatkan kerusakan pada konstruksi perkerasan badan jalan
dan sekitarnya.
Prosedur perhitungan drainase meliputi antara lain :
a. Menghitung debit yang akan dilayani saluran (analisa hidrologi).
b. Menghitung drainase saluran/dimensi saluran berdasarkan debit yang ada (analisa
hidrolika).
Keterangan :
L = panjang pengaliran (m)
So = kemiringan aliran
nd = koefisien hambatan
66
tdf = time of consentration dari dith flow. Waktu yang diperlukan air hujan mulai
Keterangan :
L = panjang saluran (m)
2%
3% 3%
2%
6% 6%
I II III
V = kecepatan (m/s)
L = 3,5 m L = 1,5 m L =2m
So = 0,02 So = -0,06 So = -0,06
ndA = 0,013 ndB = 0,1 ndT = 0,02
CA = 0,9 CB = 0,5 CT = 0,2
Mencari harga tc
tc = tof + tdf
tof =
tdf =
tofA=
= 0,943 menit
tofB =
= 1,086 menit
67
tofC =
= 0,871 menit
Total tof = 2,9 menit
tdf = (detik)
tdf = = =
tc = tof + tdf
= 2,9 + (Menit).................................................(1)
tdf = = =
tc = tof + tdf
= 2,9 + (Menit).................................................(2)
68
7.3 Perhitungan Dimensi Saluran
Diasumsikan saluran menggunakan bentuk trapesium ½ hexagonal dengan lining
(memakai pasangan) sehingga Vmax diabaikan, tetapi Vmin harus diperhatikan untuk
mencegah pengendapan.
69
Dari rumus kecepatan manning :
V = 1/n x R2/3 x S1/2
= 1/0,020 (1/2.h)2/3 x 0,00151/2
= 1,197 h2/3
h = 1/1,197 x V3/2
= 0,83542 x V3/2....................................................................(3)
Perhitungan daya tampung debit saluran (Qs) dengan menggunakan persamaan
Q = V.A
= V.h2 x ...............................................................(4)
Tabel 7.1 Perhitungan Qr, Qs, dan h untuk sebelah kiri sungai
V 0,5 0,6 0,7 0,8 0,82559 0,9 1,0 1,1
tc1 4,150 3,942 3,793 3,681 3,657 3,594 3,525 3,468
I1 168,090 168,975 169,615 170,099 170,302 170,472 170,778 171,027
Qr1 4,034 4,055 4,071 4,082 4,087 4,091 4,099 4,105
h1 0,295 0,388 0,598 0,598 0,627 0,713 0,835 0,964
Qs1 0,075 0,156 0,290 0,496 0,562 0,792 1,208 1,771
70
71
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, September 1997, Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997.