Tugas Kepemimpinan Trasnformatif - Kel 6
Tugas Kepemimpinan Trasnformatif - Kel 6
Tugas Kepemimpinan Trasnformatif - Kel 6
KELAS : 2A
SEMESTER : II (Dua)
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji syukur tim penulis haturkan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, tim penulis dapat
menyelesaikan tugas membuat makalah mata kuliah Kepemimpinan Transformatif
dengan judul Model Kepemimpinan Transformatif
Tim penulis sadari dalam menyusun makalah ini tidak semudah seperti
menulis karangan fiksi. Oleh sebab itu tim penulis sangat bersyukur dan
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Muhammad Rusdi Rasyid selaku
dosen mata kuliah Kepemimpinan Transformatif yang telah memberi arahan dan
pengetahuaan baru.
Tim penulis juga sangat menyadari bahwa makalah ini tidak pernah lepas
dari adanya kekurangan. Oleh sebab itu, kritik ataupun masukan serta saran yang
membangun sangat diharapkan.
Akhirnya, dengan selesainya makalah ini, tim penulis dengan rendah hati
mempersembahkan. Semoga bermanfaat.
Sorong, 4 Juli 2024
Tim Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara terkait dengan kepemimpinan, maka tidak lepas dari kata ketua,
perintah dan wewenang. Namun dibalik semua itu, terdapat poin-poin penting
yang seharusnya diperhatikan lebih terinci, sehingga dapat terbentuk para
pemimpin yang benar-benar dapat dipercaya. Kepemimpinan juga merupakan
suatu hal yang termasuk dalam sebuah fenomena yang universal atau menyeluruh.
Dimana dikatakan bahwa setiap pemimpin memiliki perannya sendiri untuk dapat
mempengaruhi orang yang berada dibawah kepemimpinannya. Sebuah organisasi
maupun dunia pekerjaan memiliki seorang pemimpin yang sangat dipercaya dan
dijunjung tinggi perkataannya dimana kemudian itu menjadi salah satu jalan
pilihan yang harus disikapi dengan sebaik-baiknya.
Diantara fungsi manajemen ialah kepemimpinan, yang merupakan sesuatu yg
begitu mendasar untuk mencapai tujuan pada suatu organisasi. Kepemimpinan
artinya kemampuan seseorang buat mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan dan target yang ingin dicapai (Rahayuning Tyas, 2019). Sedangkan
kepemimpinan menurut Setiawan (2020) adalah metode persuasi dan perilaku
yang dimaksudkan untuk mengendalikan emosi, pikiran, dan tindakan orang lain.
Proses perilaku membujuk orang untuk mencapai tujuan bersama umumnya akan
disebut sebagai kepemimpinan. Dengan kata lain, dapat diuraikan bahwasannya
kepemimpinan adalah suatu proses di mana seseorang memberikan pengaruh
terhadap orang lain dengan menyalakan, memacu, dan mengkoordinasikan upaya
mereka untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai orang yang akan menggerakkan
dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuannya, pemimpin memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap suatu organisasi.
Namun banyak sekali ditemukan saat ini pemimpin yang tidak menyadari
dengan baik tanggung jawab dan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Sedangkan
dalam dimensi yang lain, keberadaan seorang pemimpin juga menjadi alat
pemersatu bagi berbagai individu yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang
ideal memiliki karakteristik tertentu yang menjadi modal awal dalam menjalankan
suatu organisasi ataupun lembaga yang didirikan. Pemimpin memiliki banyak
3
tanggung jawab baik untuk peningkatan organisasi ataupun lembaga yang
dipimpinnya, anggota ataupun bawahannya dan bahkan dirinya sendiri. Seorang
pemimpin yang tidak kompeten akan menyampingkan beberapa hal yang
mengakibatkan lambatnya kemajuan dan perubahan pada instansi ataupun
lembaga yang dipimpinnya.
Sebagai umat Islam, hendaknya tidak boleh melupakan sosok pemimpin yang
paling agung yang hidup ditengah-tengah umat muslim dahulu kala, yaitu Nabi
Muhammad S.A.W yang telah terbukti sebagai seorang pemipin ulung dan juga
manager terhebat sepanjang sejarah kehidupan manusia. Setiap gerak-gerik Nabi
Muhammad menjadi contoh bagi para pengikutnya hingga saat ini. Nabi
Muhammad S.A.W terkenal sebagai seorang pemimpin diberbagai hal, baik
pemimpin dalam keluarganya, pemimpin dalam hal pendidikan, dan sampai
kepada pemimpin seluruh suatu Negara kala itu. Dengan kehadiran Nabi
Muhammad S.A.W kala itu, kota Madinah yang sebelumnya merupakan Negara
yang cukup lemah dikarenakan banyaknya peperangan antar saudara yang terjadi
dapat menjadi salah satu kota terbesar dan termaju kala itu.
Kebutuhan manusia saat ini akan sosok pemimpin yang memiliki karakter
seperti Nabi Muhammad S.A.W menjadi salah satu problematika yang perlu
diselesaikan. Hal itu disebabkan karena banyaknya orang yang menjabat menjadi
pemimpin namun tidak berkompeten dalam menjalankan tanggung jawabnya
sebagai seorang pemimpin. Tidak sedikit pula yang menyalahkan kekuasaannya
sebagai seorang pemimpin yang mengakibatkan kepemimpinan saat ini
mengalami krisis esensial yang mengacu kepada krisis nilai ketuhanan dan
spiritual, nilai moral, dan akhlak. Di Indonesia sendiri terdapat banyak laporan
penyimpangan yang dilakukan oleh para pemimpin baik disebuah lembaga
pendidikan ataupun instansi pemerintah. Di Sorong tempat penulis berada pada
tahun 2023 terdapat kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang
pemimpin pondok kepada beberapa santriwatinya.
Pengkajian ulang tentang hakikat kepemimpinan, khususnya dilembaga
pendidikan Islam sangat perlu dilakukan, lebih khususnya bagi para generasi
muda yang kelak akan menggantikan stokeholder kepemimpinan diberbagai
lembaga maupun instansi pemerintah. Terkhusus dalam dunia Islam, umat Islam
4
sering kali melupakan contoh panutan yang paling sempurna yaitu Nabi
Muhammad S.A.W. Kepemimpinan dan karakter beliau penting untuk dijadikan
rujukan tauladan khususnya dibidang pendidikan, guna dapat mewujudkan
lembaga pendidikan yang berkualitas. Sehingga tujuan dari pendirian lembaga
sebagai tempat pencetak generasi yang berkarakter dan memiliki spriritualitas
yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kepemimpinan pendidikan Islam?
2. Bagaimana karakteristik Nabi Muhammad S.A.W?
3. Bagaimana model kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W?
C. Metode Penelitian
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan,(Jakarta: Grafindo Persada, 1982), h.50.
2
Jaja Jahari & Rusdiana, Kepmimpinan Pendidikan Islam, (Bandung:Darul Hikam,2020)
h.15
6
Kedua, Kepemimpinan merupakan esensi dalam berbagai organisasi dan
cara seseorang mempengaruhi orang lain. Dalam konteks ini disebutkan
bahwa kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi suatu
kelompok yang terorganisir untuk mencapai tujuan mereka bersama. Ketiga,
Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi antara anggota kelompok,
karena itu pemimpin adalah agen perubahan, yaitu orang yang tindakanya
mempengaruhi orang lain lebih dari pada tindakan orang lain
mempengaruhinya. Randicha mengatakan kepemimpinan dalam perspektif
Islam ialah proses dalam mempengaruhi, menstimulasi, menggerakkan,
membimbing, mengarahkan, mengkoordinasikan baik secara horizontal
maupun vertikal sehingga individu-individu dapat berperilaku positif dalam
rangka mencapai tujuan bersama yang diridhoi oleh Allah swt. 3 Sehingga
Kepemimpinan dalam Islam bertujuan untuk; menegakkan Agama Islam,
menjaga kemurnian Agama, dan mengatur dunia berdasarkan syariat.
a) Menegakkan Agama Islam
Imam Al-Kamal Bin Hammad Al-Hanafi berkata: “Tujuan pertama
dalam penegakkan imamah (kepemimpinan) adalah untuk menegakkan
agama. Maksudnyaadalah menegakkan syi’ar-syi’ar agama
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt, yaitu dengan
memurnikan segala ketaatan kepada Allah, menghidupkan sunnah-
sunnah, dan menghilangkan bid’ah agar seluruh manusia dapat
sepenuhnya mentaati Allah swt.”
b) Menjaga kemurnian Agama
Kemurnian agama ialah menjaga nilai- nilai agama Islam dari
pemahaman-pemahan serta pemikiran yang menyesatkan yang dapat
mengehilangkan keotentikan ajaran Islam.
c) Mengatur dunia berdasarkan Syariat
Para ulama sepakat bahwa seorang pemimpin harus mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia berdasarkan syariat Allah, baik dalam
3
Randicha Muhammad, Karakteristik Kepemimpinan dalam Perspektif Islam,” JKPI: Jurnal
Komunikasi Islam dan Kehumasan 5, no 2 (Desember 2021): 73
7
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun militer dengan
berpedoman pada Al-qur’an dan As-sunnah.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kepemimpinan dalam
perspektif Islam memiliki beberapa tujuan yang meliputi menegakkan
agama islam (iqamatuddin), menjaga kemurnian agama (hifzhuddin), serta
mengatur dunia berdasarkan syariat Islam. Tujuan- tujuan tersebut dapat
tercapai dengan baik apabila seorang pemimpin dapat benar-benar menjaga
agamanya serta konsisten dalam ketaatan dan keimanannya kepada Allah
swt. di mana ia tidak mudah terpengaruh oleh bisikan-bisikan yang ia temui
dalam perjalanan masa kepemimpinannya.
b. Dasar Kepemimpinan Islam
Setiap perilaku yang diperbuat oleh manusia hendaklah memiliki dasar
yang jelas sehingga dapat mengetahui alasan mengapa harus melakukan hal
tersebut. Dengan demikian, semangat akan dapat dengan mudah diraih untuk
menjalankan kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dalam kepemimpinan
Islam, terdapat beberapa dasar yang dapat menjadi acuan dalam menjalankan
tugas sebagai seorang pemimpin. Adapun dasar kepemimpinan Islam
tersebut meliputi dasar tauhid, dasar persamaan derajat sesama umat
manusia, dasar persatuan islamiyyah, dasar musyawarah untuk mufakat atau
kedaulatan rakyat serta dasar keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat.
a) Dasar Tauhid
Dasar tauhid yakni dasar menegakkan ketauhidan atau dasar
menegakkan kalimat tauhid dan memudahkan penyebaran Islam
kepada seluruh umat manusia. Dasar tauhid ini didasarkan pada Q.S
Al-Ikhlas ayat 1-4, Q.S. Al-Baqarah ayat 163, serta Q.S. An- Nisa
ayat 59.
b) Dasar Persamaan Derajat Sesama Umat Manusia
Prinsip ini menjelaskan bahwa manusia memiliki dejarat yang
sama di hadapan Allah SWT dan yang membedakan antara manusia
satu dengan yang lainnya hanyalah ketakwaan kepada Allah SWT.
Adapun dasar ini terdapat pada Q.S. Hujurat ayat 13.
c) Dasar Persatuan Islamiyah
8
Dasar persatuan Islamiyyah berfungsi untuk mengglang dan
mengukuhkan semangat persatuan dan kesatuan umat Islam. Prinsip
ini didasarkan pada Q.S. Ali Imran ayat 103.
d) Dasar Musyawarah untuk Mufakat atau Kedaulatan Rakyat
Dalam hal ini, Allah swt. telah menegaskan pentingnya
bermusyawarah dalam memutuskan suatu perkara seperti pada Q.S.
Ali Imran ayat159 dan Ash-Syura ayat 38.
e) Dasar Keadilan dan Kesejahteraan bagi Seluruh Umat
Dasar ini bermakna bahwa pemimpin harus menegakkan
persamaan hak segenap warganya. Artinya, seorang pemimpin
hendaklah mempunyai kewajiban untuk menjaga hak-hak rakyat dan
harus dapat merealisasikan keadilan di antara mereka secara
menyeluruh tanpa terkecuali. Dasar ini sesuai dengan firman Allah
swt. pada Q.S. An-Nahl ayat 90.4
Dasar-dasar kepemimpinan Islam yang telah dijelaskan di atas dapat
digunakan oleh seorang pemimpin yang mengharapkan cinta dari Allah swt.
Pemimpin yang sangat mencintai Rabbnya akan menjunjung tinggi kalimat
tauhid, tidak akan melakukan diskriminasi, selalu mengutamakan persatuan
umat Islam, bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan serta selalu adil
kepada masyakat dan berjuang untuk kesejahteraan mereka.
c. Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam
Untuk menjadikan kondisi bumi menjadi aman, tentram dan damai,
maka perlu adanya pemahaman mengenai karakteristik kepemimpinan
dalam Islam. Sebab, Islam adalah agama yang benar dan menyeluruh.
Dengan karakteristik kepemimpinan yang sesuai syariat Islam tentu tidak
akan ada pemimpin yang memanfaatkan kepemimpinannya untuk
memperkaya diri dan membahagiakan diri sendiri dan keluarganya. Adapun
karakteristik kepemimpinan dalam Islam tidak terlepas dari empat sifat yang
dimiliki oleh Rasulullah saw. yakni tabligh, siddiq, amanah serta fathonah.5
4
Nidawati, Kepemimpinan dalam perspektif Islam, Pionir, Vol. 7 No. 2, 2018, Hal. 9-11
5
Wahyu Hidayat, dkk., Kepemimpinan dalam perspektif Islam, El-Hikmah, Vol. 14 No.
1, 2020, h. 105-106
9
Selain empat sifat nabi yakni siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah,
Rivai menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kriteria
berikut6:
a) Setia, di mana pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan
kepada Allah swt.
b) Tujuan, di mana pemimpin dapat melihat tujuan dari organisasi bukan
hanya berdasarkan kepentingan kelompok, namun juga melihat pada
ruang lingkup tujuan dari agama Islam yang lebih luas.
c) Berpegang teguh pada syariat dan akhlak Islam, di mana pemimpin
terikat pada peraturan Islam, ia boleh menjadi pemimpin selama ia
berpegang pada perintah syari’at.
d) Pengemban amanah. Dalam hal ini, pemimpin telah menerima
kekuasaan sebagai amanah dari Allah swt. yang disertai oleh tanggung
jawab yang besar
e) Tidak sombong. Seorang pemimpin hendaklah menyadari bahwa
dirinya adalah kecil, yang besar hanyalah Allah swt.
f) Disiplin, konsisten dan konsekuen. Ketiganya adalah perwujudan dari
seorang pemimpin profesional yang akan memegang teguh janji,
ucapan dan perbuatan yang dilakukannya.
Pandangan Al-Ghazali menguatkan bahwa seorang pemimpin
hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut7:
a) Tanggung jawab. Dalam hal ini, seorang pemimpin hendaknya
mengetahui batas dan kadar kekuasaan serta menyadari kemungkinan
buruk dari kekuasaan sehingga dapat secepatnya melakukan evaluasi.
b) Menerima pesan ulama. Seorang pemimpin hendaknya senang bersama
dengan para ulama dan mau menerima nasihat-nasihat dari ulama
dengan hati-hati.
c) Berlaku baik kepada bawahan. Seorang pemimpin hendaknya dapat
mengatur dan mengarahkan bawahannya pada keadilan. Pemimpin juga
6
Vethzal Rivai, Kiat kepemimpinan dalam abad 21, (Jakarta: Murai Kencana, 2004), h.
202
7
Tuti Munfaridah, Kepemimpinan dalam Islam, Wahana Akademika, Vol. 14 No. 1, 2012,
hl. 29-31
10
harus menjaga dan mengawasi keadaan bawahan beserta keluarga dan
tempat tinggalnya.
d) Rendah hati dan penyantun. Pemimpin hendaknya dapat merasakan
atau menganggap dirinya sama dengan rakyatnya dalam semua hal.
e) Tidak mementingkan diri sendiri. Dalam hal ini, segala persoalan dan
kejadian akan dilaporkan kepada pemimpin sehingga pemimpin harus
mengandaikan diri sebagai salah seorang rakyat biasa dan orang lain
sebagai pemimpinnya.
f) Loyalitas tinggi. Seorang pemimpin hendaknya tidak mencemooh
orang-orang yang menunggu di depan pintu untuk suatu keperluan.
g) Hidup sederhana. Seorang pemimpin harus mampu mengendalikan
hawa nafsu seperti memakai pakaian mewah dan makanan yang enak.
h) Lemah lembut. Hendaknya pemimpin dapat menjauhi sifat-sifat yang
kasar dan keras, apabila sifat lemah lembut dan bijaksana masih dapat
dilakukan.
i) Cinta rakyat. Hendaklah seorang pemimpin dapat berusaha untuk dapat
membuat rakyatnya senang dan rela, sesuai dengan tuntutan dan
kehendak agama.
j) Tulus dan ikhlas. Dalam hal ini, orang yang paling bodoh adalah orang
yang meninggalkan ridha Allah swt. hanya karena mencari ridha
manusia
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa karakteristik
kepemimpinan dalam perspektif Islam meliputi (1) beragama Islam,
beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, (2) kekuatan aqidah yang
konsisten, (3) semata-mata karena Allah swt., (4) cinta pada kebenaran, (5)
laki-laki, (6) memiliki empat sifat rasul (tabligh, siddiq, amanah, fathonah),
(7) tidak meminta jabatan, (8) adil, (6) tidak menerima hadiah, (9) sabar,
tidak sombong, lemah lembut dan rendah hati, (10) kerja keras, tegas,
displin, konsisten dan konsekuen, (11) tidak mementingkan diri sendiri, (12)
cinta rakyat, (13) hidup sederhana, (14) rela berkorban, serta (15) teladan
dan bagi masyarakat luas.
B. Sifat Personal dan Karakter Nabi Muhammad saw.
11
Berangkat dari pernyataan Al-Qur’an bahwa Muhammad saw. adalah
manusia seperti kita yang membedakannya adalah beliau diberikan wahyu
oleh Allah.8 Sedangkan kita tidak diberikannya, namun wajib mengikutinya
karena ia sebagai utusan Allah untuk seluruh alam semesta yang membawa
rahmatan lil’alamin.9 Muhammad Saw. adalah sosok manusia yang ideal dan
tiada bandingannya dengan manusia-manusia lainnya karena dalam diri
Muhammad saw. adalah manusia yang sempurna.
Kesempurnaan dan keagungan Muhammad Saw. diakui oleh K.S.
Ramakrisna Rao bahwa kepribadian Muhammad sangat sulit untuk
menggambarkannya dengan tepat, hanya bisa menangkap sekilas saja, ia
adalah lukisan yang indah sebagai sang Nabi, sang penjuang, sang pengusaha,
sang negarawan, sang orator ulung, sang pembaharu, sang pelindung anak
yatim piatu, sang pelindung hamba sahaya, sang pembela hak wanita, sang
hakim, sang pemuka agama. Dalam setiap perannya ia adalah seorang
pahlawan.10 Keagungan Muhammad Saw. memang telah disiapkan oleh Allah
sebagai seorang yang agung tanpa ada cacat dalam kehidupannya, sejak lahir
hingga meninggalnya. Baik Muhammad Saw. sebagai anak, sebagai pemuda,
sebagai suami, sebagai bapak maupun sebagai kakek. Hal ini, yang akan
diselusuri dalam kemanusiannya.
a) Muhammad Sebagai Anak
Muhammad adalah seorang anak yang dipilih oleh Allah untuk
menjadi pepimpin besar dari Mekkah. Allah menjadikannya sebagai
seorang anak yatim yang ditinggalkan oleh ayahnya, Abdullah bin Abdul
Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf. Ketika ia masih berada dalam
kandungan ibunya, Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf. 11 Muhammad
Saw. dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah atau
bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 570. Kelahiran Muhammad Saw.
ditandai dengan terjadinya pasukan gajah yang dipimpin oleh raja Abrahah
8
Al-Qur’an, surat Al-Kahfi [18]: 110
9
Al-Qur’an, surat Al-Anbiya [21]: 107
10
Mohammad Sondan A., Rasul Juga Manusia, {Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2009}, cet.
ke-1, h.10
11
Ibnu Qayyim Al-jauziyah, Zadul Ma’ad Panduan Lengkap Meraih Kebahagian Dunia
Akhirat, {Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009}, cet. ke-3, jld. 1, hlm. 47 dan 60
12
yang akan menghancurkan Ka’bah, namun Allah menggagalkan
rencananya.12
Kehidupan Muhammad Saw. kecil berbeda dengan anak-anak yang
hidup pada saat itu, yang memiliki ayah, tapi Muhammad Saw. tidak
demikian, namun ia menyenangkan bagi teman sebayanya. Bahkan Aidh
Abdullah Al-Qarny menggambarkan bahwa Muhammad Saw. adalah
seorang anak kecil tapi tidak seperti sebayanya, cerdas dalam kesucian dan
cerdik dalam pertolongan. Pemeliharaan senantiasa menjaganya dan
tangan Sang penjaga senantiasa menolongnya serta dahan-dahan
kekuasaan senantiasa melindunginya. Beliau adalah sinar cahaya di antara
anak seusianya. Allah menjaganya dari kebodohan dan dari semua akhlak
tercela, sifat buruk dan perilaku jelek, karena beliau adalah orang terpilih
untuk memperbaiki dunia. Disiapkan untuk membawa kebahagian pada
manusia dan disiapkan dengan pasti untuk mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya. Beliau adalah seorang laki-laki, namun juga
seorang Nabi, beliau bagai manusia lainnya tapi adalah juga seorang
Rasul, belaiu seorang hamba tapi ma’shum dan beliau adalah manusia tapi
diberi wahyu.13
Muhammad adalah anak kecil yang menyenangkan bagi ibu dan
kakek serta paman dan saudara-saudaranya. Bahkan sekelilingnya
merasakan kehangatan dan keberkahan dari Allah Yang Maha Agung.
Beliau adalah anak yang terlahir dari keluarga besar bangsawan Mekkah
yang dihormati. Nama Muhammad, dikala itu kurang popule dii
Semenanjung Arab, namanya berasal dari mimpi ibunya ketika ia masih
mengandung yang akan menjadi pemimpin umat. Aminah segera
menyadari bahwwa ia adalah ibu dari seorang anak luar biasa. Hal yang
sama juga dirasakan kakek Muhammad, Abdul Muththalib yang memikul
tanggung jawab untuk merawatnya.14
12
Al-Qur’an, surat Al-Fil [105]: 1-5
13
Aidh Abdullah Al-Qarny, Muhammad Ka Annaka Tara, {Jakarta: Cakrawala, 2005},
cet. ke-1, h. 10-11
14
Tariq Ramadan, Muhammad Rasul Zaman Kita, {Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2007}, cet. ke-1, h. 34
13
Kakek Nabi Muhammad Saw. menurut M. Fethullah Gelen adalah
sesepuh Mekkah yang disegani sehingga Allah menyalamatkan dari
kemalangan. Dia memeluk cucunya tersayang dan selalu memberi tempat
terhormat di rumahnya. Dia merasa bahwa Muhammad akan tumbuh besar
untuk menyelamatkan umat manusia. Muhammad sangat mulia dan sopan
sehingga kakeknya meramalkan kenabiannya. Bahkan dia menangis ketika
mendekati ajalnya. Abu Thalib bertanya kepada ayahnya, dia menjawab
bahwa aku menangis karena aku tak bisa lagi memeluk Muhammad dan
aku takut sesuatu terjad Permata tanpa Banding ini, maka kupercayakan
dia kepadamu.15
Memang Muhammad adalah seorang anak yang membawa tanda-
tanda keberkahan, baik yang dirasakan oleh Aminah, Halimah, Abdul
Muththalib, dan juga Abu Thalib yang akan menjadi manusia yang agung
dan menjadi Nabi penutup akhir zaman yang telah disiapkan oleh Allah
sebagai Rasul yang membawa kedamaian dan kebahagian dunia dan
akhirat bagi umat manusia.
b) Muhammad Sebagai Pemuda
Muhammad Saw. adalah tumbuh menjadi pemuda yang hidup dalam
kondisi dekadensi moral kaum Quraisy karena banyak anak-anak
perempuan di kubur hidup-hidup oleh orang tuanya dan sudah menjadi
kebiasan mabuk, berjudi dan berzina. Namun Muhammad Saw. sebagai
pemuda yang bersih dan tidak terpengaruh dengan kondisi seperti itu,
bahkan Muhammad Saw. dikenal sebagai pemuda yang jujur dan dapat
dipercaya. Dalam hal ini, Abbas Mahmud Aqqod menggambarkan bahwa
Muhammad Saw. menghabiskan masa mudanya di tengah-tengah
kerusakan dan kesesatan zaman. Dengan keyakinannya, ia tidak larut
dengan semua itu, namun ia berada pada tempat yang unggul, terutama
dalam hal kejujuran dan kesadaran akan kebenaran usaha yang dilakukan,
15
M. Fethullah Gulen, Versi Terdalam Kehidupan Rasulullah Muhammad Saw., {Jakarta:
Murai Kencana, 2002}, cet. ke-1, h. 4-5
14
maka bertemualah peninggalan lama, warisan dari kakek dan ayahnya
dengan pribadi Muhammad Saw. yang memang benar-benar baik16.
Begitu pula, Aidh Abdullah Al-Qarny menegaskan bahwa
Muhammad masa remajanya adalah sosok pemuda idaman, seorang
pemuda yang penuh wibawa, harga diri, intelektual, amanah dan
kecakapan. Belum pernah dan tidak akan pernah berdusta sekali pun, tidak
pernah diketahui satu kesalahan, kekurangan dan ketergelinciran dari
dirinya. Beliau adalah sebuah figur yang bersih tampilannya dan
terpercaya integritasnya, beliau seorang yang suci dalam kesendiriannya
maupun keramaiannya, penuh kerendahan hati dan kewibaan. Lembut
akhlaknya dan baik perilakunya, benar ucapannya dan terjaga
kepribadiannnya. Para musuhnya tidak mampu mencari-cari kesalahannya,
walaupun begitu besar permusuhan, kedengkian, dan makarnya, bahkan
mereka sedikit pun tidak menemukan dalam lembaran hidup dan
perilakunya suatu celah untuk mencelanya, tetapi segala puji bagi Allah,
dimana mereka malah mendapati dari semua kebenciannya sebuah obsesi
yang begitu tinggi dan kesucian diri. Mereka mendapati sebuah kejujuran
dan kebenaran yang terus menggema di penjuru langit, mereka mendapati
sebuah kesucian yang mampu membersihkan kekeruhan.17
Muhammad sebagai pemuda yang tidak diragukan kemuliannya,
kecerdasan dan kejujurannya. Abu Sufyan yang menjadi musuh dikala itu,
mengakui atas kemuliaan di hadapan penguasa Romawi. Kaum yang
paling mulia adalah kaumnya, kabilah yang paling mulia adalah kabilanya
dan suku yang paling mulia adalah sukunya. Memang Muhammad Saw.
sejak kanak-kanak hingga menjadi pemuda, sudah menjadi buah bibir
pembicarakan oleh keluarga, masyarakat dan pemuka-pemuka Qurasaiy,
baik yang senang maupun yang membencinya. Bahkan mereka mengakui
baik yang memusuhi maupun yang terpesona bahwa Muhammad adalah
“Al-Amin” atau orang yang benar dan dapat dipercaya.
16
Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan Muhammad Saw., {Solo: Pustaka Mantiq, 1990},
cet. ke-1, h. 24
17
Aidh Abdullah Al-Qarny, Muhammad Ka Annaka Tara, {Jakarta: Cakrawala, 2005},
cet. ke-1, h. 12-13.
15
Dalam kaitan ini, M. Fethullah Gulen menyatakan bahwa musuh-
musuhnya mengakui atas kejujuran Muhammad Saw. termasuk kaum
Quraisy mengakui pula, jika engkau harus pergi dan perlu seseorang untuk
menjaga istrimu, percayakan dia kepada Muhammad tanpa ragu-ragu,
sebab dia tidak akan menatap sekejappun pada wajahnya. Jika engkau
ingin mempercayakan hartamu untuk dijaga, percayakan kepada orang
jujur dan dapat dipercaya ini karena dia tidak akan pernah menyentuhnya.
Jika engkau mencari seseorang yang tidak akan pernah berbohong dan
tidak pernah melanggar kata-katanya, pergilah ke Muhammad sebab apa
pun yang dikatakannya adalah benar.33 Sampai-sampai Khadijah
terpesona dengan kemuliannya, kejujuran dan kebenarannya, ketika
Muhammad Saw. membawa dagangannya. Pada akhirnya, Muhammad
Saw. menerima lamaran Khadijah menjadi pendamping hidupnya.
c) Muhammad Sebagai Suami
Muhammad Saw. adalah suami yang ideal bagi istri yang
mendampinginya, terutama Khadijah sebagai istri pertama Muhammad
Saw. yang berumur 40 tahun ketika menikah dengan Muhammad Saw.
Sedangkan beliau dalam usia 25 tahun. Pernikahan Muhammad Saw.
dengan Khadijah selama 25 tahun. Khadijah meninggal dunia ketika usia
65 tahun. Dalam hal ini, Muhammad Ahmad Jad Al-Maula Bik
menggambarkan bahwa Muhammad berumah tangga dengan khadijah
dalam sebuah keluarga yang tentram, damai dan penuh kasih sayang.
Beliau sangat mencintai istrinya, bahkan beliau disanjung-sanjung oleh
kawan dan tetangganya. Beliau sama sekali tidak pernah berfikir untuk
menikah dengan wanita selain Khadijah sampai ajal menjemputnya,
karena Khadijahlah yang banyak membantu dakwah beliau, baik dengan
menggunakan harta maupun kepintarannya. Beliau selalu memuji
Khadijah dengan ungkapan bahwa ia percaya kepadaku ketika orang-orang
masih kafir kepadaku, ia membenarkan aku ketika mereka mendustakan
aku. Ia memberikan harta kepadaku ketika mereka sama menghinaku.18
18
Muhammad Ahmad Jad Al-Maula Bik, Muhammad saw.. Insan Teladan, {Rembang:
Pustaka Anisah, 2004}, cet. ke-1, hlm. 9-10
16
Muhammad Saw. sebagai suami yang sangat mencintai dan
menyayangi Khadijah, bahkan Muhammad tidak berpologami ketika
masih bersama dengannya. Tetapi setelah meninggalnya Khadijah
Muhammad Saw. melakukan poligami dengan banyak istri, namun dengan
penuh kasih sayang. Bahkan Aisyah istri Muhammad Saw. yang paling
muda dan bukan janda karena istri-istri Muhammad adalah janda-janda
hanya Aisyah yang perawan. Tetapi kesetian beliau kepada Khadijah
masih menganggumkan sehingga membuat cemburu Aisyah ia
menyatakan bahwa apakah tidak ada wanita lain selain Khadijah? Dia
sudah tua dan sudah wafat, sedangkan Allah telah menggantikannya
dengan wanita yang lebih baik? Nab iMuhammad Saw. menjawab dengan
muka merah, Demi Allah, aku tidak akan mendapatkan ganti yang lebih
baik darinya. Hanya dialah satu-satunya yang beriman disaat semuanya
kufur. Dia percaya padaku saat semua mendustakanku. Dialah yang
menghiburku dengan hartanya di saat semua orang mengharamkan
untukku. Dari dialah Allah SWT. memberikan rizqi anak kepadaku,
sedang yang lain tidak.
Demikian, Muhammad Saw. memperlakukan terhadap istri-istrinya,
baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup selalalu dicintai,
maka wajar kalau Aisyah menyatakan bahwa kewibawaan Rasulullah
adalah bendungan yang kokoh bagi isteri-isterinya. Tidak pernah lupa
dengan kasih sayang, kelembutan atau keserasian. Dengan itu para isteri
belum dapat berbincang dengan Rasulullah tanpa takut. Kebiasaan
demikian membuat mereka berani berkata tentang segala sesuatu dengan
sebenarnya. Keberaniannya itu juga akhirnya dimiliki oleh putri Umar bin
Khatab, Hafshah R.A, yang mengagetkan ayahnya. Hampir-hampir Umar
kehilangan kesabaran, ingin mencengkram leher anaknya begitu tau
Hafshah berani bersengkokol dengan isteri yang lain. Bahkan meniru
lagak mereka itu. melihat demikian Rasulullah Saw. berkata bahwa “Kami
memanggilmu bukan untuk berlaku demikian!” Beliau tidak ingin Umar
berlaku demikian kepada isterinya meskipun itu anak perempuan Umar
R.A. Rasulullah Saw. juga tidak enggan membantu pekerjaan isterinya
17
dirumah. Sebab beliau pernah bersabda, “Bantuanmu dirumah adalah
sedekah.” Bahkan dengan tegas menyatakan bahwa “Orang mukmin yang
paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya dan
sebaik-baik di antara kamu adalah yang berbuat baik terhadap istrinya” 19
d) Muhammad Sebagai Bapak
Muhammad Saw. adalah Bapak yang sempurna di mata anak-
anaknya. Beliau mempunyai anak dari Khadijah yang telah melahirkan
putra dan putrinya adalah Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum,
Fathimah dan Abdullah. Sedangkan dari Maria Al-Qibtiyah telah
melahirkan anak putra bernama Ibrahim. Semua anak laki-laki Muhammad
Saw. adalah meninggal dunia ketika masih kecil, sedangkan anak-anak
perempuannya adalah meninggal semasa beliau masih hidup, kecuali
Fathimah yang meninggal enam bulan kemudian setelah Nabi Muhammad
Saw. meninggal dunia.
Muhammad Saw. adalah Bapak yang sangat baik dan menyayangi
terhadap anak-anak perempuannya dan terhadap saudara-saudaranya.
Bahkan Abbas Mahmud Aqqod menyatakan bahwa Muhammad Saw.
adalah contoh paling baik dari profil seorang Bapak yang tidak pernah
membedakan siapa pun. Laki-laki atau perempuan, anak sendiri, cucu atau
keponakan yang lain. Kecintaan beliau kepada putrinya pun begitu dalam,
bagaimana miripnya Fathimah binti Muhammad dengan Bapaknya. Mirip
dalam gerak maupun jalannya, memang di antara kedua terjalin rasa kasih
sayang begitu erat, melihat Fathimah dalam geraknya, rasanya melihat
kasih sayang Bapak yang meresap dalam hati anaknya. Itulah Fathimah,
satu-satunya anak yang tersisa, saat akan wafat Rasulullah Saw.
menemuinya secara khusus, katanya “Putriku, sebentar lagi kita akan
berpisah di dunia ini”. Mendengar itu Fathimah menangis, tapi tak lama
kemudian Fathimah pun tersenyum lagi setelah mendengar bapaknya
berkata “Kau akan segera menyusulku”. 20
19
Muhammad Ahmad Jad Al-Maula Bik, Muhammad Saw. Insan Teladan, {Rembang:
Pustaka Anisah, 2004}, cet. ke-1, h.154.
20
Muhammad Ahmad Jad Al-Maula Bik, Muhammad Saw. Insan Teladan, {Rembang:
Pustaka Anisah, 2004}, cet. ke-1, h. 196-197
18
e) Muhammad Sebagai Kakek
Muhammad Saw. adalah kakek yang sangat baik, penyayang dan
mencintai terhadap anak-anak cucunya. Sebagaimana yang digambarkan
oleh M. Fethullah Gulen bahwa Muhammad adalah suami yang luar biasa,
ayah yang sempurna dan kakek yang istimewa. Beliau istimewa dalam
banyak hal karena beliau memperlakukan anak-anak dan cucu-cucunya
dengan kasih sayang yang besar dan tidak pernah lupa untuk membimbing
mereka menuju akhirat dan mengajak beramal baik. Beliau tersenyum
kepada mereka, merawat dan mencintai mereka, tetapi tidak membiarkan
mereka lupa pada hal yang berkaitan dengan akhirat dan terbuka dalam
persoalan-persoalan dunia.
Kasih sayang Muhammad Saw. terhadap cucu-cucunya, begitu akrab
dan mendalam ketika Hasan bin Ali bin Abi Thalib, putra Fathimah datang
berkunjung kerumah Rasulullah Saw. di saat itu beliau sedang bersujud
dalam shalat, Hasan tiba-tiba naik ke atas punggung, tidak tega beliau
membuat gerakan yang memaksa anak itu turun. Beliau amat kasih
terhadap cucunya itu. Akhirnya beliau menunggu sampai anak itu turun
dan barulah menghentikan sujud. Setelah selesai, beliau ditanya sebagian
sahabatnya tentang mengapa beliau sujud begitu lama, beliau menjawab
“Cucuku naik ke punggungku dan aku tidak ingin memaksa dia untuk
turun”21
f) Muhammad Sebagai Pemimpin bijaksana, adil dan selalau memperhatikan
segala problem manusia dan beliau memberikan jalan keluar dengan baik.
Bahkan Khalid Muhammad Khalid menyatakan bahwa sifat kemanusian
Muhammad yang baik dan murah hati dapat menyingkirkan segala
rintangan bagi umat manusia. Beliau telah membukakan pintu supaya
problem kesengsaraan manusia dan masyarakat bisa dipecahkan. Beliau
telah memerintahkan setiap penguasa berkewajiban mendengarkan keluh
kesah dan pendapat rakyatnya serta menunaikan kewajiban dan amanatnya
dengan sebaik-baiknya karena tugas kewajiban utama seseorang kepala
21
Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan Muhammad Saw., {Solo: Pustaka Mantiq, 1990},
cet. ke-1, h. 196
19
negara adalah pemimpin dan menjaga kesejahteraan rakyatnya, maka
beliau memperingatkan pula agar jangan sampai mengangkat pemimpin
yang lemah, yang tidak mampu menyandang amanat itu dengan baik.
Di samping itu, Muhammad Saw. adalah pemimpin yang tidak ada
bandingan karena kepemimpinan beliau menjadi contoh dan teladan bagi
umatnya, baik kepemimpinan dalam keluarga, kepemimpinan dalam agama,
kepemimpinan militer, kepemimpinan dalam qadha dan sebagainya. Bahkan
Said Hawa menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah pemipin orang-orang
Islam baik sebagai seorang politik maupun sebagai militer. Beliau mengatur
mereka dari satu kemenangan ke lain kemenangan. Kemampuan orang-orang
Islam membebaskan daerah-daerah lain tidak lepas dari keteladan dan
ketundukan mereka kepada beliau.22
C. Model Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W
Noor Syam dalam bukunya “Kepemimpinan dalam Organisasi”
sebagaimana dikutip oleh Aly Kuswadi dalam jurnalnya mengatakan bahwa:
“kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan yang dilakukan seseorang guna
dapat mempengaruhi serta menggiatkan orang-orang yang berada dalam
usaha bersama untuk mencapai tujuan atau proses pemberian bimbingan dari
pimpinan atau teladan, pemberian jalan yang mudah (fasilitas) dari pekerjaan
orang lain yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan”.23
Nabi Muhammad S.A.W sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an
yaitu kalimat Rasulullah yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah utusan
Allah. Dalam pengertiannya juga menjelaskan bahwasannya Nabi
Muhammad S.A.W diciptakan dan dijadikan sebagai utusan Allah untuk
membawa seluruh umat manusia kedalam jalan kebeneran. Tidak hanya
kepada umat Islam saja, namun kepada seluruh umat manusia. Ajaran yang
dibawanya harus menjadi bagian tugas yang harus dilaksanakan di muka
22
Said Hawa, Ar-Rasul Muhammad Saw., {Solo: Pustaka Mantiq, 1991}, cet. ke-1,
hlm.256
23
Aly Kuswadi, Nilai-Nilai Edukatif Dalam Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W, Way
Kanan, Al-Hikmah Way Kanan; Jurnal Media Pendidikan, Kependidikan, dan Sosial
Kemasyarakatan, hlm. 26
20
bumi. Sebagaimana firman Allah S.W.T dalam surah al-A’raf ayat 158 yang
berbunyi:24
َ ْ َْ َ ٰ ٰ َّ ُ ْ ُ ٗ َ ْ َّ ً ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ ه َّ َ ُّ َ ٰٓ ْ ُ
ُ الن
اّٰلل ِاليكم ج ِميعا ال ِذي له ملك السمو ِت والار ِضِۚ ل ٓا ِ اس ِ ِاني رسول قل يايها
ۨ
َ َ ْ ُ َّ ْ ُ ْ ُ ه َّ ْ ُ َ َ ه ْ ُ ٰ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ ُ َّ َ ٰ
ٰ
ٖ ٖ اّٰلل وَك ِِم ِج ِ ِاله ِالا هو يحي وي ِميتُۖ فا ِمنوا ِب
ِ اّٰلل ورسولِ ِه النبي الا ِمي ال ِذي يؤ ِمن ِب
ِ ِ ِ ٖ
َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ُ ْ ُ َّ َ
واث ِبعوه لعلكم ثهجدون
24
Qur’an Kemenag 2002
25
Dr. Zainun, Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W, Medan, Universitas Medan Area,
22 Januari 2019
21
3. Sebagai pemimpin, yaitu guna memimpin manusia, pembuat
undang-undang, dan lain sebagainya.
Dari ketiga peran diatas, maka dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad
S.A.W merupakan seorang pemimpin di dalam agama dan juga merupakan
pemimpin di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad S.A.W
memiliki peranan penting dalam memimpin dan mengarahkan umat manusia
khususnya pada periode Madinah. Mengapa di Madinah? Karena selama di
Madinah itulah agama Islam mulai berkembang pesat dan bahkan dapat
membentuk suatu pusat pemerintahan yang berlandasakan oleh asas-asas
ajaran agama Islam. Dan berlandaskan kepada syariat Islam, maka menurut
Imam al-Qarafi kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W dapat dibagi
kedalam tiga hal yaitu26:
1. Kepemimpinan yang berdasarkan kepada rahmat.
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Anbiya’
ayat 107 yang berbunyi:
َ َ ْٰ ً ْ َّ َ ٰ ْ َ
َو َمآ ا ْر َسلنك ِالا َرح َمة ِللعل ِم ْين
26
Dr. Zainun, Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W, Medan, Universitas Medan Area,
22 Januari 2019
27
Qur’an Kemenag 2002
22
mengadili segala perkara, dan bahkan juga menjadi tempat jual-beli
yang dilakukan disekitar kawasan masjid.
2. Kepemimpinan yang berdasarkan kepada Mahabbah.
Mahabbah sendiri artinya adalah cinta dan kasih sayang.
Sebagaimana diceritakan oleh para sahabat kepata tabi’in dan
tabi’at, bahwasannya Nabi Muhammad S.A.W adalah sosok yang
sangat penyayang kepada semua umatnya, bahkan kepada para
pemuka Quraisy yang membencinya. Dalam masa
kepemimpinannya di Madinah, Nabi Muhammad S.A.W
mempersatukan kelompok anshar dan muhajirin yang berselisih
paham, sehingga terciptalah rasa persaudaraan, rasa kasih saying
diantara mereka dan menciptkan suatu Negara Islam yang kuat dan
Berjaya pada masanya.
3. Kepemimpinan yang berdasarkan kepada ukhuwah
Ada dua hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W
ketika memimpin kota Madinah, yaitu yang pertama adalah
mempersatukan antara kelompok Anshar dan Muhajirin, dan yang
kedua adalah membuat perjanjian perdamaian dan saling membantu
antara kaum muslimin dengan masyarakat Madinah yang non Islam.
Peristiwa tersebut dikenal dengan pembangunan masyarakat
madani, yaitu adanya persamaan hak dan kewajiban bagi setiap
masyarakat yang berada di Madinah yang dikenal juga dengan
istilah “Piagam Madinah”.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya, Nabi
Muhammad S.A.W menjadi sosok pemimpin yang sangat peduli terhadap
rakyatnya, tanpa mendeskriminasikan sebagian kelompok minoritas lainnya.
Selain itu, hal yang paling penting dari penjelasan diatas adalah,
bahwasannya sosok pemimpin yang ideal adalah ia yang dapat membawa rasa
nyaman, rasa tentram, dan penuh kasih sayang kepada bawahannya.
Pemimpin yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi akan menjadi poin
menarik untuk dapat mengayomi orang-orang yang berada dibawah
23
naungannya. Namun hingga saat ini, tidak banyak dijumpai pemimpin yang
memiliki sikap kepedulian yang tinggi diberbagai instansi.
Dalam suatu telaah terhadap seratus tokoh yang berpengaruh di dunia,
maka ditemukan bahwasannya Nabi Muhammad S.A.W adalah tokoh
pemimpin yang paling berpengaruh dan menduduki rangking pertama dalam
segi perubahan dan inovasinya. Hal itu disebabkan karena Nabi Muhammad
S.A.W memiliki sudut kepribadian yang sangat mulia dan jarang diterapkan
oleh manusia ataupun pemimpin-pemimpin pada umumnya. Selain itu jasa-
jasa dan prestasi beliau dalam memimpin kota Madinah dan bahkan menjadi
pemimpin umat Islam. Kesuksesan beliau dalam berbagai bidang merupakan
dimensi lain kemampuan sebagai leader dan manajer yang menambah
keyakinan akan kebenaran Rasul. Dikatakan leader karena beliau selalu
tampil di muka umum, menampilkan keteladanan, dan kharismanya, sehingga
mampu mengarahkan, membimbing dan menjadi panutan. Dikatakan manajer
karena beliau pandai mengatur pekerjaan atau bekerja sama dengan baik,
melakukan perencanaan, memimpin dan mengendalikannya untuk mencapai
sasaran.
Umat Islam memandang Muhammad saw bukan hanya sebagai
pembawa agama terakhir (Rasul) yang sering disebut orang sebagai
pemimpin spiritual, tetapi sebagai pemimpin umat, pemimpin agama,
pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim), suami yang adil, ayah
yang bijak sekaligus pemimpin bangsa Arab dan dunia. Peran yang sangat
komplek ini telah diperankan dengan baik oleh Nabi Muhammad saw.,
sehingga menjadi dasar bagi umatnya sampai akhir zaman. Hal ini
menunjukkan bahwa peran Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin umat
sangat besar pengaruhnya.
Perwujudan kepemimpinan beliau adalah dengan memberi pendidikan
dan pengajaran yang baik kepada umat dengan keteladanan yang baik
(uswatun hasanah). Pada dasarnya Islam memandang bahwa setiap manusia
merupakan pemimpin. Sehingga setiap umat Islam sebagai pemimpin yang
beriman harus berusaha secara maksimal untuk meneladani kepemimpinan
Rasulullah sebagai konkretisasi kepemimpinan Allah SWT., untuk itu Allah
24
SWT. memfirmankan agar mentaati Rasulullah, baik berdasarkan sabda dan
perilakunya, maupun diamnya beliau dalam menghadapi dan menyelesaikan
berbagai masalah kehidupan. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat An-
Nisa’:64
َ َ َُْ َ َّ ْ ُ ََّ َ َ ه ْ َ َ َّ َْ َ
ۗول ْو انه ْم ِاذ ظل ُم ْوٓا انف َس ُه ْم جا ُۤء ْوكاّٰلل
ِ َو َمآ ا ْر َسلنا ِم ْن َّر ُس ْو ٍل ِالا ِل ُيطاع ِب ِاذ ِن
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati
dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya
datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan
Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati
Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang”.
Dari ayat diatas, Allah ingin mengingatkan kepada manusia untuk
selalu mematuhi perintah Allah dan RasulNya. Dan bahwa setiap utusan
Allah yang diutus kepada manusia semata-mata bertujuan untuk membawa
manusia kejalan yang benar. Untuk mengingatkan manusia agar tidak lupa
kepada tanggung jawabnya sebagai seorang hamba.
Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. berjalan di atas nilai-nilai Islam
yang berhasil menanamkan keimanan, ketakwaan, kesetiaan dan semangat
juang para pengikutnya untuk membela kebenaran dan mempertahankan hak
selain beroleh bantuan Allah SWT. Pada titik ini memang layak dimunculkan
pertanyaan di mana letak kunci kesuksesan kepemimpinan Nabi Muhammad
saw. Selain memang mendapat petunjuk, bantuan dan perlindungan Allah
SWT. Ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dari keberhasilan
Nabi Muhammad S.A.W dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai
pemimpin yaitu:
1) Melakukan tindakan terpuji tanpa cela
2) Menjadi seorang pemimpin yang tahan ujian, tangguh, ulet,
sederhana, dan bersemangat baja.
3) Menggunakan metode himbauan dan hikmah kebijaksanaan untuk
mengajak manusia.
25
4) Membuat tujuan dan visi misi yang jelas guna menuju kearah yang
lebih baik.
5) Adanya persamaan dan kebersamaan
6) Mendahulukan kepentingan umat dibandingkan kepentingan
pribadi.
7) Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat kepada setiap
orang tanpa mendeskriminasikan salah satu kelompok.
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin terhebat sepanjang masa,
karena dari kepemimpinan beliaulah dapat terciptanya suatu masyarakat yang
sejahtera dan menjadi umat terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri
mereka. Masyarakat itulah yang selama ini dikenal dengan istilah masyarakat
madani. Masyarakat madani adalah masyarakat yang sejahtera karena
peraturan hukumnya berdiri tegak dengan adil. Menurut Shihab suksesnya
kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W tidak lepas dari 3 hal konsep pola
kepemimpinan yaitu Kepemimpinan yang holistic, acceptedndan proven.28
a. Pemimpin yang holistic.
Muhammad SAW merupakan pemimpin yang holistic karena ia
mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang kehidupan.
Kepemimpinannya mampu meresap keberbagai nuansa kehidupan
melalui celah-celah yang tanpa disadari oleh manusia yang lain pada saat
itu. Beliau mengembangkan kepemimpinannya dimuali pertama kali dari
dirinya sendiri (self development) terlebih dahulu. Dari segi hukum,
Muhammad SAW menjunjung tinggi keadilan. Keadilan tanpa pandang
bulu. Seandainya ada keluarganya yang bersalah maka hukumpun tetap
diterapkan. Tatanan kehidupan masyarakat benar-benar berubah menjadi
lebih baik karena kepemimpinan beliau. Nabi Muhammad seorang
pemimpin yang holistic juga terlihat dari strategi pertahanan yang
diterapkan dalam masyarakat maupun peperangan. Hampir semua
peperangan yang beliau pimpin selalu menang. Keamanan
masyarakatnya juga diutamakan. Warga masyarakatnya benar benar
28
Aly Kuswadi, Nilai-Nilai Edukatif Dalam Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W, Way
Kanan, Al-Hikmah Way Kanan; Jurnal Media Pendidikan, Kependidikan, dan Sosial
Kemasyarakatan, hlm.31-32
26
mendapat perlindungan tidak melihat apakah itu muslim maupun non
muslim. Adakah saat ini pemimpin yang mampu berbuat seperti itu, atau
paling tidak mendekati seperti itu.
b. Pemimpin yang accepted atau diterima dan diakui
Beliau adalah pemimpin yang accepted. Seorang pemimpin yang
diterima dan diakui oleh semua masyarakatnya. Bahkan kepemimpinan
beliau masihditerima sampai saat ini. Jika terhitung sudah berapa milyar
orang yang mengakui kepemimpinannya. Terlepas dari wahyu yang
disampaikan, akhlaq beliau juga patut untuk diterima dan dijadikan suri
tauladan. Mencari sosok pemimpin yang diakui oleh semua masyarakat
saat ini memang bukan hal yang mudah.
c. Pemimpin yang proven atau yang membawa kepada perubahan
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang proven. Figur
pemimpin yang terbukti telah membawa perubahan bagi masyarakat.
Kepemimpinan yang selalu berorientasi pada bukti real tidak sekedar
kata kata persuatif. Pemimpin yang berorientasi kedepan. Seperti
disinggung sebelumnya bahwasanya sampai saat ini kepemimpinannya
masih relevan untuk diterapkan. Bahkan patut untuk selalu dilakukan dan
diikuti oleh seluruh umat Islam khususnya.
Adapun langkah-langkah lain dari model kepemimpinan Nabi
Muhammad S.A.W adalah selain sebagai pemimpin Negara, Nabi
Muhammad S.A.W adalah sosok pemimpin yang membawa perubahan dalam
dunia pendidikan. Karena dengan pendidikan, tujuan dari terbentuknya umat
yang baru yang berkualitas akan mudah untuk direalisasikan.
1. Nabi Muhammad menjadi pelopor pendidikan.
2. Nabi Muhammad juga berperan menjadi seorang pendidik baca tulis al-
Qur’an
3. Mendirikan lembaga pendidikan pertama
4. Mendidik umat dan menjadi seorang pemimpin dengan mengedepankan
peneladanan karakteristik yang telah ada dalam diri Nabi Muhammad
S.A.W jauh sebelum diangkat menjadi utusan Allah. Adapun setidaknya
ada 4 sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin guna
27
mengarahkan orang yang dipimpinnya kearah yang lebih baik. 4 sifat ini
yang menjadi dasar terciptanya pemimpin yang berkualitas dan dapat
membawa perubahan.
a. Sifat Shiddiq atau Jujur
Kata shidiq berasal dari bahasa arab yaitu shadaqa yang artinya
benar, nyata, berkata benar. Rasulullah tidak pernah berbohong,
selalu mengatakan kebenaran meskipun ancaman yang didapatkan.
Beliau memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur. Antara kata
dan perbuatan selalu sama.
Sifat shiddiq bagi seorang pemimpin yaitu sesorang yang
memiliki jiwa kepemimpinan yang mengedepankan integritas moral
(akhlak), satunya kata dan perbuatan, kejujuran, sikap dan perilaku
etis. Sifat jujur merupakan nilai- nilai transendental yang mencintai
dan mengacu kepada kebenaran yang datangnya dari Allah swt.
(shiddiq) dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Perilaku pemimpin
yang shiddiq (shadiqun) selalu mendasarkan pada kebenaran dari
keyakinannya, jujur dan tulus, adil, serta menghormati kebenaran
yang diyakini pihak lain yang mungkin berbeda dengan
keyakinannya, bukan merasa diri atau pihaknya paling benar.
b. Sifat Amanah
Amanah dapat diartikan dapat dipercaya dan bertanggung
jawab. Diantara bukti Nabi Muhammad bersifat amanah adalah
menyebarluaskan risalah yang dipercayakan kepada beliau oleh
Allah Swt(Rahayuning Tyas, 2019). Disepakatinya Nabi sebagai
peletak Hajar Aswad di sisi Ka‟bah oleh para pemuka Kabilah Arab
diantaranya karena sifat amanah tersebut.29
Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang manajer
sebagaimana karakter yang dimiliki Rasul yaitu sifat dapat dipercaya
atau bertanggung jawab. Beliau jauh sebelum menjadi Rasul pun
sudah diberi gelar al-Amin (yang dapat dipercaya). Sifat amanah
29
Rahayuning Tyas, N. (2019). Model Kepemimpinan Pendidikan Nabi Muhammad Saw.
Muslim Heritage, 4(2). https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v4i2.1851
28
inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin umat
atau Nabi-Nabi terdahulu. Pemimpin yang amanah yakni pemimpin
yang benar-benar bertanggungjawab pada amanah, tugas dan
kepercayaan yang diberikan Allah swt.
Karakter amanah yang dimiliki oleh pemimpin jika diterapkan
dalam pendidikan akan memberikan keberhasilan pada madrasah
atau lembaga pendidikan yang dipimpin. Apabila pemimpin dapat
menyampaikan suatu hal yang dapat disampaikan dan tidak
menyembunyikan suatu hal otomatis akan berpengaruh pada
keberhasilan atau kesuksesan dalam madrasah atau lembaga
pendidikan lainnya. Sebaliknya, jika terdapat hal yang harus
disampaikan tetapi tetap disembunyikan maka lambat laun akan
berpengaruh terhadap 12 kebobrokan madrasah atau lembaga
pendidikan yang dipimpinnya.
Amanah bagi seorang pemimpin termasuk pemimpin
pendidikan bisa diimplementasikan dalam dua bentuk perilaku,
yakni ucapan dan perbuatan dalam berorganisasi dan di luar
organisasi. Amanah dalam ucapan berarti ucapan pemimpin itu
benar, bisa dipercaya, tidak bohong, mengandung kebenaran, tidak
mengandung kebohongan. Amanah dalam perbuatan berarti perilaku
pemimpin itu benar sesuai dengan aturan main dan konstitusi yang
ada. Pemimpin amanah adalah orang yang ucapannya benar dan bisa
dipercaya, tidak mengandung kebohongan. Seorang pemimpin yang
amanah ketika berbicara pasti akan mengatakan sesuai fakta bukan
asumsi yang tidak ada dasarnya. Karena berdasarkan fakta, ucapan
pemimpin yang amanah akan menentramkan anggotanya, tidak akan
meresahkan publik dan menimbulkan fitnah.
c. Sifat Tabligh
Tabligh berasal dari kata balagha yang berarti sampai,
maksudnya menyampaikan informasi seperti apa adanya, tanpa
menambahkan atau mengurangi. Nabi Muhammad adalah seorang
penyampai risalah Tuhan. Dimulai saat wahyu pertama turun pada
29
tanggal 17 Ramadhan. Rosulullah menyampaikan pesan kepada
umatnya dengan diawali perintah dari Allah dan beliau tidak
berbicara kecuali sesuia wahyu dari Allah.
Nabi Muhammad mendapatkan gelar khusus dari allah yaitu
mundhir (pemberi peringatan). Predikat mudhir yang disandang
menuntut beliau untuk menguasai informasi agar dapat memimpin
umatnya serta bertugas untuk menyampaikan (tabligh) risalah
kepada manusia. Tabligh dalam kepemimpinan juga bermakna open
management, serta ber-amar ma’ruf nahi mungkar (mengajak
melakukan kebaikan dan menjauhi larangan). Perilaku pemimpin
tabligh adalah berani menyatakan kebenaran dan bersedia mengakui
kekeliruan
d. Sifat Fathanah
Fathonah memiliki arti cerdas. Cerdas yang ada dalam diri nabi
Muhammad tidak hanya pandai, namun cerdas yang dibangun dari
ketakwaan kepada Allah dan memiliki keterampilan yang teruji.
Kecerdasan rosulullah lebih dari kondisi beliau tidak bisa menulis
dan membaca, tetapi pemecahan permasalahan pelik dapat
diselesaikan (S. R. Saw & Dasar, 2019). Cerdas tidak hanya
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan prestasi dan akademis
saja, karena nyatanya rosulullah adalah orang yang buta huruf,
namun kecerdasan juga berkaitan dengan life-skill dan soft-skill
yang tercermin dari perilaku dalam kehidupan. Kecerdasan
seseorang bisa terlihat dari cara dia memperlakukan orang lain, cara
menjaga harta yang dimiliki, cara bersikap untuk menghadapi
masalah. Sifat fathonah rosulullah bisa dipelajari dari cara beliau
menyelesaikan berbagai masalah.
Perilaku pemimpin yang fathonah tercermin pada etos kerja
dan kinerja pemimpin yang memiliki skill yang teruji dan terampil,
dan (Fadhl, 2018). Seorang pemimpin yang cerdas harus pandai
mengontrol emosi agar tetap stabil. Pemimpin tersebut harus
sanggup menyelesaikan permasalahan dengan cepat, tepat, dan
30
bijaksana. Implementasinya yaitu pemimpin yang cerdas harus
mengatahui akar permasalahan yang dihadapi dan tindakan yang
seharusnya dilakukan untuk mengatasi permasalan dengan tanpa
menimbulkan permasalahan yang lain. Karakter fathonah yang
diimplementasikan dalam kepemimpinan Pendidikan dalam suatu
sekolah atau madrasah harus bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang
ditentukan, karena dengan pemimpin yang cerdas dapat memahami
organisasi yang dipimpin dengan memberikan arahan, bimbingan,
nasihat, dan petunjuk.
31
BAB III
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik kepemimpinan nabi Muhammad
SAW mengacu pada empat sifat istimewa yang dimiliki nabi Muhammad SAW.
Empat sifat tersebut adalah sifat shidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Sedangkan
berdasarkan rumusan masalah peneliti menyimpulkan hasil penelitiaannya yaitu:
Pertama, konsep kepemimpinan menurut para tokoh memiliki banyak
pendapat. Dari banyak pendapat tersebut kepemimpinan memiliki dua kata kunci
utama yaitu mempengaruhi dan perubahan. Pengaruh atau mempengaruhi berarti
hubungan antara pemimpin dan bawahan bersifat aktif. Konsep dari
mempengaruhi adalah tidak adanya paksaan. Kata kunci yang kedua dari
kepemimpinan adalah perubahan. Sekumpulan orang yang terlibat dalam suatu
organisasi pasti menginginkan suatu perubahan. Seorang pemimpin menjadi
pemegang kendali dan pendorong untuk memberikan kontribusi perubahan dalam
suatu organisasi.
Kedua, kepemimpinan Pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
suatu kelompok menuju arah tercapainnya tujuan dengan mendidik, melatih, dan
membimbing seseorang agat dapat mengembangkan kemampuan individu dan
social atau untuk menciptakan manusia seutuhnya.
Ketiga, karakteristik kepemimpinan nabi Muhammad mengacu pada empat
sifat istemewa nabi Muhammad yaitu sifat shidiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
Dari karakteristik tersebutlah maka ditemukan setidaknya ada 3 model
kepemimpinan yang dilakukan oleh rasullah. Yaitu kepemimpinan holistic,
kepemimpinan accepted, dan kepemimpinan proven atau lebih dikenal dengan
sebutan kepemimpinan transformasi.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aidh Abdullah Al-Qarny, Muhammad Ka Annaka Tara, {Jakarta: Cakrawala,
2005}, cet. ke-1,
AL-Qur’an Kemenag, 2002
Aly Kuswadi, Nilai-Nilai Edukatif Dalam Kepemimpinan Nabi Muhammad
S.A.W, Way Kanan, Al-Hikmah Way Kanan; Jurnal Media Pendidikan,
Kependidikan, dan Sosial Kemasyarakatan, dan Kehumasan 5, no 2
(Desember 2021)
Dr. Zainun, Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W, Medan, Universitas Medan
Area, 22 Januari 2019
Hidayat, Wahyu, dkk., Kepemimpinan dalam perspektif Islam, El-Hikmah, Vol.
14 No. 1, 2020
Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan,(Jakarta: Grafindo Persada, 1982Jaja
Jahari & Rusdiana, Kepmimpinan Pendidikan Islam, (Bandung:Darul
Hikam,2020)
M. Fethullah Gulen, Versi Terdalam Kehidupan Rasulullah Muhammad Saw.,
{Jakarta: Murai Kencana, 2002}, cet. ke-1
Muhammad Ahmad Jad Al-Maula Bik, Muhammad Saw. Insan Teladan,
{Rembang: Pustaka Anisah, 2004}, cet. ke-1
Muhammad, Randicha, Karakteristik Kepemimpinan dalam Perspektif Islam,”
JKPI: Jurnal Komunikasi Islam Nidawati, Kepemimpinan dalam perspektif
Islam, Pionir, Vol. 7 No. 2, 2018
Munfaridah, Tuti, Kepemimpinan dalam Islam, Wahana Akademika, Vol. 14 No.
1, 2012
Qayyim Al-jauziyah, Zadul Ma’ad Panduan Lengkap Meraih Kebahagian Dunia
Akhirat, {Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009}, cet. ke-3
Rahayuning Tyas, N. (2019). Model Kepemimpinan Pendidikan Nabi Muhammad
Saw. Muslim Heritage, 4(2).
https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v4i2.1851
Ramadan, Tariq, Muhammad Rasul Zaman Kita, {Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2007}, cet. ke-1
Vethzal Rivai, Kiat kepemimpinan dalam abad 21, (Jakarta: Murai Kencana, 2004
33