Kelmpok 7 Kpi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 46

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Kepemimpinan Pendidikan Islam Pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam

Semester IV (Empat)

Dosen Pengampu:

Dr.Wahyuddin Rudding, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

1. Zakiah Sananiah

Nim: 20300122046

2. Azizan Abdi Pratama

Nim: 20300122054

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Kehadiran Allah SWT diakui dengan rasa syukur. yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Kepemimpinan Pendidikan Islam

Tentang Membangun Kreativitas Kepemimpinan Lembaga Pendidikan

Islam dapat terselesaikan dengan sukses. Jangan lupa shalawat serta salam

disampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan kita sebagai

umatnya.

Dalam rangka menyelesaikan tugas kelompok pada Mata Kuliah

Kepemimpinan Pendidikan Islam penulis menulis makalah ini. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi

dalam penulisan makalah ini. Penulis juga memahami pentingnya membaca

buku dan menggunakan internet untuk penelitian, yang keduanya telah

berkontribusi pada konten informasi makalah masa depan.

Penulis memohon maaf jika karya tulis ini penuh dengan kesalahan dan

kekurangan; hanya Allah SWT, Yang Maha Kuasa, yang sempurna. dan

kekurangannya tidak diragukan lagi adalah milik kita sebagai manusia. Penulis

sangat berharap semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua.

Gowa, 05 Juni 2024

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
A. Konsep Dasar Pengembangan Kepemimpinan ..................................................... 3
B. Pengembangan Potensi Kepemimpinan Pendidikan Islam .................................. 9
C. Kreativitas Pemimpin Lembaga Pendidikan....................................................... 16
D. Membangun dan Mengembangkan Kreativitas Pemimpin Lembaga Pendidikan
21
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 39
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 39
B. Saran..................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 41

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandangan yang mendasari setiap aktivitas pemimpin dalam

kepemimpinannya baik dalam penyusunan perencanaan maupun

pelaksanaan di lembaga, atau tempat yang dipimpinnya. Karena

pemimpin sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi kelompok

individu sebagai pembimbing, motivator, dan penggerak yang


menyebabkan orang lain bertindak sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. Seseorang dapat menduduki jabatan pemimpin biasanya

disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya: a) Faktor Situasi dan

Kondisi, b) Faktor Kemampuan, c) Faktor Keturunan, d) Faktor

Pengangkatan (Penunjukan), dan e) Faktor Kepentingan.

Kepemimpinan (leadership) merupakan pembahasan yang selalu

menarik, karena ia merupakan salah satu faktor penting dan

menentukan keberhasilan atau gagalnya suatu organisasi dalam

mencapai tujuannya. 1

Berbicara mengenai kepemimpinan pada lembaga pendidikan

sangat terkait dengan kesiapan sumber daya manusia yang ada di

dalamnya. Elemen pokok kemajuan lembaga pendidikan khususnya

pada Pendidikan Agama Islam, terletak pada kesiapan seluruh

komponen yang meliputi figur kultur, dan struktur dalam organisasi

tersebut. Upaya mengembangkan kreativitas kepemimpinan dalam

pengelolaan di lembaga pendidikan Islam, sangat tergantung pada

1 Nurhayati, “Kepemimpinan Dan Pendidikan Islam” (2021).

1
komitmen setiap unsur di dalamnya. Pencapaian tujuan organisasi

lembaga pendidikan itu sendiri, terintegrasi dalam visi organisasi dan

melalui pemimpin yang kreatif mampu membawa perubahan kearah

kemajuan. Pada sisi yang lain kualitas dukungan seluruh stakeholder

berpengaruh dalam membantu usaha-usaha lembaga pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu konsep dasar pengembangan kepemimpinan?

2. Bagaimana pengembangan potensi kepemimpinan pendidikan

islam?

3. Bagaimana kreativitas pemimpin lembaga pendidikan?

4. Bagaimana membangun dan mengembangkan kreativitas

pemimpin lembaga pendidikan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar pengembangan kepemimpinan

2. Untuk mengetahui pengembangan potensi kepemimpinan

pendidikan islam

3. Untuk mengetahui kreativitas pemimpin lembaga pendidikan

4. Untuk mengetahui membangun dan mengembangkan kreativitas

pemimpin lembaga pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pengembangan Kepemimpinan

1. Konsep Kepemimpinan

Secara umum definisi kepemimpinan berarti kemampuan dan

kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,

mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan,

dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima

pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat

membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan secara etimologi (asal kata) menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar “pimpin”. Dengan

mendapat awalan me menjadi “memimpin” yang berarti menuntun,

menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain yang

disamakan pengertiannya adalah “mengetuai atau mengepalai,

memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya

dapat mengerjakannya sendiri.” 2

Menurut Overton (2002: 3), kepemimpinan adalah

kemampuan untuk memperoleh tindakan pekerjaaan dengan

penuh kepercayaan dan kerjasama. Dalam menjalankan

kepemimpinannya seorang pemimpin memiliki gaya-gaya sendiri.

Pendapat Overton menekankan fokus kepemimpinan terhadap

kemampuan seseorang memperoleh tindakan dari orang lain.

Hersey dan Blanchard (1996:1000), berpendapat bahwa:

2 Bashori, “Konsep Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam,” HIKMAH: Jurnal Pendidikan

Islam 6, no. 2 (2017): 156–192,


https://ojs.staituankutambusai.ac.id/index.php/hikmah/article/view/54.

3
“kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang

atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.

Pendapat Hersey dan Blanchard menekankan makna pimpinan

sebagai proses mempengaruhi orang lain mencapai tujuan dalam

suatu situasi. Kepemimpinan juga dapat berlangsung di mana saja.3

Menurut Anogara (2003) kepemimpinan itu sendiri

kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain,

melalui komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung

dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar

dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia

mengikuti kehendak-kehendak pemimpin itu. Menurut Robbins

(2015) kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang

ditetapkan. 4

Dalam hal ini kepemimpinan dapat berperan beberapa

pengaturan organisasi yang tidak tepat seperti: distribusi

kekuasaan yang menjadi penghalang tindakan yang efektif,

kekurangan berbagai macam sumber, prosedur yang dianggap

buruk (archaic procedure), dan sebagainya yaitu problem-problem

organisasi yang lebih bersifat mendasar. Jadi suatu kenyataan

bahwa di dalam situasi tertentu kepemimpinan dirasakan sangat

penting. Jadi, dalam menjalankan kepemimpinan dalam

pembelajaran adalah guru memproses seorang murid agar mau

3 Oktavianus Supriyanto Seni, “Kepemimpinan Pendidikan Di Sekolah,” Atma Reksa :

Jurnal Pastoral dan Kateketik 5, no. 2 (2021): 25.


4 Agus Joko Pitoyo, “Jurnal Populasi,” DINAMIKA SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA :

Prospek, Perkembangan, dan Kedudukannya dalam Sistem Ekonomi Makro 18, no. 2 (2007):
33–38.

4
belajar dengan sukarela dan senang yang memungkinkan tujuan

pembelajarannya dapat dicapai dengan baik. Semakin semangat

peserta didik dalam menjalani pembelajaran, maka ada perasaan

anak sungguh-sungguh dalam mengikutinya, dan diharapkan dalam

tujuan pembelajaran itu agar dapat mengubah tingkah laku peserta

didik secara baik. 5

Menurut Wahjosumidjo (1991) ada beberapa indikator

kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1. Bersifat Adil

2. Memberi Sugesti

3. Mendukung Tujuan

4. Sebagai Katalisator

5. Menciptakan Rasa Aman

6. Sebagai Wakil Organisasi

7. Sumber Inspirasi

8. Bersikap Menghargai 6

Pemimpin dalam pandangan Islam adalah orang yang siap

melayani, bukan meminta untuk dilayani apalagi difasilitasi. Al

Quran Surah An-Nisa’/4: 59 sering dijadikan referensi penting

terhadap eksistensi kepemimpinan.


ٰ َ ُ ُّ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ْ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َّ َّ َ ُّ َ
ُ ْ َ َ َٰٓ ٰ ‫ٰٓالذ ْي َن ٰٰٓٓا َٰٓم ُن ْٰٓوا َٰٓاط ْي ُعوا‬
ِٰٓ ‫ٰٓش ٍءٰٓف ُرد ْوه ِٰٓاِل‬
ٰٓ‫ٰٓاّلل‬ ‫ٰٓف ي‬
‫مٰٓف ِانٰٓتنازعتم ِ ي‬ٰٓ ‫وِلٰٓاْلم ِر ِٰٓمنك‬
ِ ‫ٰٓاّللٰٓوا ِطيعوآٰالرسولٰٓوا‬ ِ ِ ‫يٰٓايها‬
ًْࣖ َْ ُ ْ َ َ َ ْ ْ ٰ َ ُْ ُْ ُُْْ ْ
‫۝‬ ٰٓ ‫ٰٓاْل ِخ ِٰٓرٰٓذٰٓ ِلكٰٓخ ْْ ٌي َّٰٓواح َسنٰٓتأ ِوي‬
٥٩ ٰٓ‫ل‬ ٰٓ ‫اّلل َٰٓوال َي ْو ِم‬
ِٰٓ ‫الر ُس ْو ِل ِٰٓانٰٓكنتمٰٓتؤ ِمنون ِٰٓب‬ َّ ‫َو‬

5 Lalang Nanda Fernando Nanda Imroatus Solikhah, Asri Rahmawati, Diya Putri Indah

Sari, “Konsep Kepemimpinan Dalam Prespektif Islam,” AL YASINI: Jurnal Hasil Kajian dan
Penelitian dalam bidang Keislaman dan Pendidikan 5, no. 1 (2020): 154–167.
6 Pitoyo, “Jurnal Populasi.”

5
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang

kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang

sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul

(sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang

demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia

dan di akhirat).

Di dalam ayat ini, perintah pemimpin disetarakan dengan

suruhan Allah swt. serta Rasulullah saw. bahkan mentaatinya

adalah sebuah keniscayaan yang sepadan. Paling tidak dalam

konteks tulisan ini pemimpin dikenal dengan istilah Ulil Amri dan

Khadimul Ummah. Ulil Amri yaitu para pejabat yang mendapatkan

amanah mengurus bidang tertentu. 7

Dari pemaparan diatas mengenai kepemimpinan maka dapat

penulis simpulkan bahwasannya kepemimpinan ini adalah adalah

sebuah kekuatan atau kemampuan seseorang untuk mempengaruhi

atau menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Dimana hal ini melibatkan beberapa kemampuan dan kreativitas

seorang pemimpin dalam hal memotivasi, menginspirasi, dan

membingbing individu atau kelompok untuk bekerjasama dalam

mencapai visi misi organisasi atau lembaga.

2. Konsep Pengembangan

Kata “pengembangan” diartikan proses menterjemahkan atau

menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fitur fisik.

7 Fahmi Khumaini and Rz. Ricky Satria Wiranata, “Kepemimpinan Dalam Pendidikan

Islam,” AL-FAHIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2 (2019): 1–17.

6
Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan bahan-

bahan pembelajaran. Menurut Tessmer dan Richey dalam (Alim

Sumarno, 2012) pengembangan memusatkan perhatiannya tidak

hanya pada analisis kebutuhan, tetapi juga isu-isu luas tentang

analisis awal akhir, seperti analisis kontekstual. Pengembangan

bertujuan untuk menghasilkan produk berdasarkan temuan-

temuan uji lapangan. 8

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengembangan

memiliki arti proses, cara, perbuatan mengembangkan. (Dzulfiqar,

2018, p. hal. 19.) Pengembangan adalah suatu usaha untuk

meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral

sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. 9

Istilah “pengembangan” adalah suatu usaha untuk

meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral

karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui

pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu usaha untuk

meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral

sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. 10

Dari pemaparan diatas maka dapat penulis menyimpulkan

bahwasannya pengembangan adalah suatu proses, cara, atau

perbuatan mengembangkan suatu produk, desain, atau sistem yang

sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

konteks pendidikan, pengembangan biasanya dilakukan untuk

8 Jaja Jahari dan Rusdiana, “Buku Kepemimpinan Pendidikan 2020.Pdf,” 2020.


9 Adelia Priscila Ritonga, Nabila Putri Andini, and Layla Iklmah, “Pengembangan Bahan
Ajaran Media,” Jurnal Multidisiplin Dehasen (MUDE) 1, no. 3 (2022): 343–348.
10 Abdul Majid, “Perencanaan Pembelajaran” (2015).

7
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral

karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Konsep Pengembanga Kepemimpinan

Krauss dkk, (2010:4) mengemukakan pengembangan

kepemimpinan adalah proses pengembangan kerelaan dan

motivasi searah dengan keterampilan dan pengetahuan untuk

melakukan kegiatan memimpin. Pengembangan kepemimpinan

adalah satu proses yang menyeduakan suatu keadaan yang

memfasilitasi pembelajaran yang mendalam, reflektif dan tacit,

membangun kapabilitas individu untuk bekerja dengan orang lain

dalam cara-cara yang kolaboratif dan saling berhubungan serta

mengenalkan pada ethos integrasi yang berfokus pada berbagai

jaringan, makna dan penghargaan. Dimana membicarakan

mengenai pengembangan kepemimpinan berarti membicarakan

tentang kemampuan seseorang untuk membuat suatu perubahan

didalam suatu organisasi yang mampu memberikan dampak positif

bagi organisasi dan masyarakat sekitarnya. 11

Dalam manajemen SDM, dikenal dengan istilah

”pengembangan karir”, menurut Simamora, dalam (Denny Yusak

Lasut, dkk.2018), adalah pendekatan formal yang diambil

organisasi untuk memastikan bahwa orang-orang dengan

kualifikasi dan pengalaman yang tepat tersedia pada saat

dibutuhkan, karena perencanaan dan pengembangan karir

menguntungkan individu dan organisasi. 12

11APRIYANA, “Bab I Pendahuluan‫با حض خ ِ ي‬,” Galang Tanjung, no. 2504 (2011): 1–9.
12 Dkk Denny Yusak Lasut, “Pengaruh Motivasi Kerja, Pengembangan Karir Dan
Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Pt.Bank Sulut Go”” V0L 6 NO 4
(2018).

8
Menurut Dubrin dalam (Prabu 2004), pengembangan karier

adalah aktivitas kepegawaian yang membantu pegawaipegawai

merencanakan karier masa depan mereka di perusahaan agar

perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat

mengembangkan diri secara maksimum.13

Maka dapat di tarik kesimpulannya bahwasannya

pengenembangan kepemimpinan berarti membicarakan

kemampuan seseorang untuk membuat suatu perubahan di

organisasi (Mayo & Nohria, 2005 dalam Whitehead, 2009).

Pengembangan kepemimpinan juga dipandang dapat

meningkatkan aktivitas yang memungkinkan pencapaian yang

positif untuk organisasi, masyarakat dan negara oleh individu. 14

B. Pengembangan Potensi Kepemimpinan Pendidikan Islam

Kepemimpinan mempunyai peran yang sangat vital dalam suatu

organisasi atau lembaga pendidikan Islam, sebagaimana gaya

kepemimpinan sebagai suatu pengembangan ide dan pendekatan


perilaku para pemimpin. Pemimpin bisa dikatakan berhasil jika

mampu bergaya kepemimpinan yang participative management.

Penekanan gaya kepemimpinan tersebut terdapat pada bawahan dan

komunikasi, hal ini menandakan bahwasanya semua stakeholder akan

saling menjalankan pola hubungan yang mendukung (supportive

relationship).

13 Dkk Wahidatus Sarifah, “‘Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Pengembangan

Karterhadap Kinerja Pegawai Melalui Komitmen Organisas Pada Pt Nusantara Tour Semarang’
Journal of Management,” VOL 2 NO 2 (2016).
14 Rusdiana, “Buku Kepemimpinan Pendidikan 2020.Pdf.”

9
Kepemimpinan seorang pemimpin sebagai individu yang

bertanggung jawab di lembaga pendidikan Islam, mempunyai

kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di lembaganya

dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan yang

diharapkan. 15

1. Syarat Pengembangan Pemimpin Pendidikan Islam

Kepemimpinan seorang pemimpin sebagai individu yang

bertanggung jawab di lembaga pendidikan Islam, mempunyai

kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di

lembaganya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya

tujuan yang diharapkan. Pendidikan Islam dalam konteks lembaga

pendidikan, harus mau terlibat dalam menghadapi setiap tantangan

yang ada.

Harus ada evaluasi diri dalam pendidikan Islam jika ingin

keberadaannya sejajar dengan pendidikan nasional. Pemimpin

pendidikan Islam harus mampu memenuhi tiga syarat pokok utama

yakni:

a. Kompetensi, hal ini sangat dibutuhkan oleh semua pemimpin

karena tanpa kompetensi sangat mustahil ada prestasi di

alamnya.

b. Integritas, pemimpin tanpa integritas atau moral yang dijiwai

oleh nilai-nilai keislaman akan membawa dirinya dalam

tindakan yang merendahkan martabat yang akhirnya tersingkir

dari lingkungan sekitar.

15 Aldo Redho Syam, “Konsep Kepemimpinan Bermutu Dalam Pendidikan Islam, At-Ta’dib

(12. 2” (2017).

10
c. Visi dan misi, yang berarti bahwasanya pendidikan Islam harus

memiliki pemimpin yang mempunyai visi dan misi yang jauh ke

depan. Supaya tidak ada pragmatisme sesaat di dalamnya. 16

Syarat di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam

pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh kompetensi, integritas

dan visi serta misi yang baik.

Pengembangan kepemimpinan (leadership development)

keberadaannya dapat diartikan sebagai suatu perluasan dari


kapasitas seseorang dalam menjalankan suatu pengelolaan guna

mencapai suatu hal yang lebih efektif dalam peran dan proses

kepemimpinan. Peran dan proses kepemimpinan yang terdapat

dalam pengelolaan merupakan peran dan proses yang

memungkinkan dari sekelompok orang dalam menjalankan suatu

pekerjaan bersama agar mampu memperoleh yang produktif dan

bermanfaat.

2. Pokok-pokok Pengembangan Pemimpin Pendidikan Islam

Ada tiga hal penting dalam pengembangan kepemimpinan ini,

yaitu:

a. Pengembangan kepemimpinan diarahkan terhadap suatu

pengembangan kapasitas individu, atau terdapat suatu tujuan

utama berupa kapasitas individu

b. Terdapatnya sesuatu hal yang mampu membuat seseorang

menjadi efektif ketika berperan dan berproses dalam

kepemimpinan. Setiap orang yang memiliki sesuatu kelebihan

16 Majid, “Perencanaan Pembelajaran.”

11
serta kekurangan dalam kehidupannya harus mampu

melakukan pengambilan peran dan berpartisipasi dalam proses

kepemimpinan supaya mampu melaksanakan tanggung

jawabnya dalam masyarakat sekitarnya, organisasi di mana

mereka bekerja, kelompok profesional di mana mereka diakui

keberadaannya, tetangga di mana mereka bermasyarakat, dan

seterusnya.

c. Individu dapat memperluas kapasitas kepemimpinannya.

Kuncinya adalah bahwa setiap orang bisa belajar, tumbuh dan

berubah.

Tiga hal tersebut menjelaskan bahwasanya pemimpin tidak

hanya dari segi kharismatik dan kewibawaannya saja, namun harus

ada tiga syarat di atas.

3. Pola Sistem Pengembangan Pemimpin Pendidikan Islam

Pola yang terdapat dalam kepemimpinan memiliki empat

sistem yang dijabarkan sebagaimana pemaparan Likert terhadap

pola sebagai berikut:

a. Sistem Explorative Authority (Pola Otoriter yang memeras)

Pola ini cenderung bersifat pemaksaan, karena pemimpin yang

sudah membuat keputusan, maka bawahannya yang ada harus

melaksanakannya. Sehingga nilai-nilai ajaran Islam cenderung

menjauh, biarpun ada hasil maksimal menggunakan pola ini

b. Sistem Benevolent Authority (Pola Otoriter yang baik)

Pola yang bersifat melunak biarpun ada sisi pemaksaan, karena

bawahan diberi kebebasan untuk memberikan tanggapan

12
dalam perintahnya. Nilai ajaran Islam sudah mulai diterapkan

berupa sistem musyawarah biarpun unsur pemaksaan.

c. Sistem Consultative (Konsultatif)

Pola ini memberikan gambaran kondisi pemimpin yang

cenderung menetapkan sasaran tugas dan perintah

berdasarkan hasil diskusi dengan bawahannya. Nilai ajaran

Islam sudah sebagian diterapkan di dalamnya, karena unsur

kemufakatan lebih ditonjolkan ketimbang keputusan sepihak

pimpinan.

d. Sistem Participative (Partisipatif)

Pola ini menggambarkan perkembangan seorang pimpinan,

sebagaimana pemberian tugas maupun keputusan, semuanya

tergantung bagaimana kelompok membuat.

Hal ini mengindikasikan bahwasanya pemimpin bukan

sebagai top leader semata, namun penerapan kolega juga menjadi

pertimbangan seorang pimpinan. Nilai ajaran islam juga sangat

nampak dari pola partisipatif ini, sebagaimana Rasulullah yang

selalu mengambilkan keputusan berdasarkan keputusan bersama

antara kaum muhajirin dan kaum Anshar di kota Madinah.

4. Faktor-faktor Pengembangan Pemimpin Pendidikan Islam

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin,

diantaranya keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis

pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat dan

kepribadiannya, sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta

kekuatan-kekuatan yang dimilikinya. Faktor-faktor ini tentunya


juga memiliki pengaruh dalam pengembangan kemampuannya.

13
Menurut Mulyasa, dalam (Rusydi Syadzili 2018), secara

internal, seorang pemimpin dapat melakukan hal-hal yang dapat

mengembangkan kemampuannya, diantaranya:

a. Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara

kerja anggotanya.

b. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana.

c. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan yang sedang dilaksanakan.

d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain.

e. Berfikir untuk masa yang akan datang.

f. Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.

5. Cara Yang Tepat Guna Untuk Mengembangkan Kepemimpinan

Pendidikan Islam

Pemilihan pemimpin bagi Wahjosumidjo terdapat cara yang

tepat guna mengembangkan kepemimpinan pendidikan (kepala

sekolah), yaitu, adanya pemberian perhatian yang berlangsung

secara sistemik serta terjadi secara terus menerus terhadap siklus,

seperti adanya: rekrutmen, seleksi, pengangkatan, penempatan,

pembinaan, evaluasi terhadap kepala sekolah, dan komputerisasi di

sekolah.

a. Adanya Seleksi Kepala Sekolah

Seleksi yang berlangsung dalam proses pengambilan

keputusan terhadap individu yang dipilih merupakan suatu cara

mencari kebaikan yang dimiliki oleh pemimpin tersebut

daripada yang lain, potensi yang dimiliki oleh pemimpin akan

mampu mengisi satu jabatan yang didasarkan pada karakter

14
atau sifat-sifat baik daripada individu tersebut, sesuai dengan

persyaratan jabatan yang diinginkan.

Tujuan seleksi adalah untuk mengisi kekosongan jabatan

atau untuk perombakan atas kondisi kurang baik dari lembaga

yang ada, hal ini untuk mencari orang yang mampu memenuhi

kualifikasi yang diharapkan. Salah satu usaha agar proses

seleksi dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, diperlukan standar

kriteria seleksi yang didefinisikan lebih sempurna dan spesifik.

b. Adanya Pengangkatan dan Penempatan Kepala Sekolah

Setelah berjalan proses seleksi, maka langkah selanjutnya

adalah berlangsungnya proses pengangkatan dan penempatan

kepala sekolah. Proses ini akan berlalu dengan baik, sesuai

dengan keadaan proses seleksi yang ditentukan oleh hasil yang

dicapai dalam proses seleksi di mana di dalam proses seleksi

telah dipilih, dan ditentukan calon-calon terbaik melalui

berbagai cara atau pendekatan baik melalui pemeriksaan

dokumen, tes dan interview.

c. Adanya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pelatihan merupakan metode yang paling banyak dipakai

untuk memperbaiki kepemimpinan. Pendidikan dan pelatihan

merupakan bentuk pengembangan sumber daya manusia yang

amat strategis. Sebab dalam program pendidikan dan pelatihan

selalu berkaitan dengan masalah nilai, norma, dan perilaku

individu dan kelompok. Program pendidikan dan pelatihan

selalu direncanakan untuk tujuan-tujuan seperti

pengembangan pribadi, pengembangan profesional, pemecahan

15
masalah, tindakan yang remedial, motivasi, meningkatkan

mobilitas, dan keamanan anggota organisasi. 17

C. Kreativitas Pemimpin Lembaga Pendidikan

1. Konsep Kreativitas Kepemimpinan

Kata ”kreativitas” atau ”berfikir kreatif”, merupakan

kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian

suatu masalah,merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini

masih kurang mendapat perhatian.Seperti penerimaan

pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berfikir logis).

Kreativitas yang biasanya digunakan dalam buku-buku

manajemen memerlukan kedua divergensi, yaitu kebaruan dan

orisinalitas, yang lebih mengarah pada suatu inovasi dan kegunaan

dalam konteks yang ada (Amabile, 1983). Pemikiran divergen

adalah proses yang menghasilkan banyak ide yang inovatif dan

sekaligus menjadi aspek penting dari kreativitas anggota dalam

organisasi (Williams, 2004). Woodman (dikutip oleh Williams,


2004) mencatat, pemikiran divergen telah lama menjadi kunci

kognitif terhadap kreativitas dan menjadi pertimbangan utama

dalam penelitian kreativitas.

Pemikiran divergen adalah proses yang menghasilkan banyak

ide yang inovatif. Pemikiran divergen menjadi aspek penting dari

kreativitas karyawan dalam organisasi. Pemecahan masalah secara

efektif dan kreatif membutuhkan ide dari solusi potensial yang

beragam dan berbeda (Ford, 1996) dan pemikiran divergen

17 M N Rofiq, “Pengembangan Potensi Kepemimpinan Transformasional Dalam

Pendidikan Islam,” FALASIFA: Jurnal Studi Keislaman 11, no. 1 (2020): 204,
http://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/falasifa/article/view/362.

16
membantu karyawan mengidentifikasi masalah-masalah menarik

dan cara-cara kreatif untuk menerapkan solusinya (Basadur, 1994).

Quentin Newark dalam Pujiyanto, menyatakan ada dua hal dalam

berkreativitas, yaitu: (1) Making sense, dengan berpikir simple dan

jelas dalam ide dan visual, tidak membuat audiens bingung dengan

karya yang rumit. (2) Creating difference, memiliki semangat untuk

membuat segala sesuatunya tampak berbeda dengan yang lain,

selanjutnya diharapkan dapat merangsang lahirnya karya-karya

orisinil dan inovatif. Kreativitas muncul dari hasil pemikiran-

pemikiran seseorang, pengolahan ide yang dilakukan secara terus

menerus untuk mendapatkan sesuatu yang baru, unik dan beda dari

lainnya. Jadi pada bagian ini, kita ditantang untuk merumuskan

tidak hanya menciptakan pesan komunikasi pemasaran yang

persuasif dalam bauran komunikasi pemasaran yang ada.

kreativitas didefinisikan sebagai; 18

a. Kemampuan untuk berimajinasi dan menghasilkan ide-ide baru

dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan ide-

ide yang sudah ada dengan cara yang belum dipikirkan

sebelumnya;

b. Ide-ide kreatif yang kemudian diproses melalui beberapa

tahapan sehingga menghasilkan produk atau jasa atau model

bisnis disebut inovasi.

c. Kreativitas tidak hanya sekedar keberuntungan tetapi

merupakan kerja keras yang disadari. Kegagalan bagi orang

18 Jihanti Dama & Imelda W.J. Ogi, “”Pengaruh Inovasi Terhadap Dan Kreativitas

Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt Bank Mandiri (Persero) Tbk. Manado” Jurnal EMBA 6:.1”
(2018).

17
yang kreatif hanyalah merupakan variabel pengganggu untuk

keberhasilan. Dia akan mencoba lagi, dan mencoba lagi hingga

berhasil.

d. Orang yang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua

memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan,

mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru.

e. Kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam

bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha

manusia.

Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi

kreativitas adalah pengertian kreativitas sebagai sifat yang

diturunkan/diwariskan oleh orang yang berbakat luar biasa atau

genius. Menurut Handoko, dalam (Almasri. M 2016), Sumber daya

manusia merupakan penggerak kreativitas dan inovasi di dalam

sebuah perusahaan yang nantinya akan meningkatkan reputasi dan

profit perusahaan dalam kurun waktu yang panjang. 19

2. Indikator Kreativitas Pemimpin

Pemimpin lembaga pendidikan yang kreatif tampak dari

performa lembaga secara keseluruhan, karena ia mampu mengelola

dengan baik sekaligus dapat merencanakan dan mengembangkan

dengan baik pula. Ima Ismara (2009) antara lain mengemukakan

beberapa hambatan mental yang dapat mengurangi daya imajinasi

pemimpin diantaranya:

19 Nazar Almasri. M., “”Manajemen Sumber Daya Manusia: Imlementasi Dalam

Pendidikan Islam” Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 19:.2” (2016).

18
a. Pandangan hidup yang sempit,

b. Kepercayaan terhadap takhayul,

c. Keputusasaan,

d. Kurangnya kepercayaan pada diri sendiri,

e. Kesombongan,

f. Kedengkian dan iri hati,

g. Kebodohan,

h. Kekhawatiran akan kegagalan.

i. Budaya Masyarakat 20

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Pemimpin

Dyer, J., Gregersen, H., & Christensen, C. M. dalam (Harta, I.,

2016), menyatakan bahwa dua pertiga dari kemampuan kreativitas

seseorang diperoleh melalui pendidikan, dan sisanya berasal dari

genetik. Kemampuan kreativitas diperoleh melalui mengamati

(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting),

menalar (associating), dan membentuk jaringan (networking).

Elizabeth Hurlock yang diterjemahkan oleh Meitasari

Tjandrasa, (2002), dalam. (Krisma Wardani, 2017), menegaskan

ada 8 faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu:

a. Waktu, sebaiknya jangan terlalu banyak diatur,

b. Kesempatan, kesempatan untuk menyendiri diperlukan guna

mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya.

c. Dorongan, didorong untuk kreatif dan bebas dari

ejekan/kritikan.

20 Eka Sapti Cahyaningrum, “”Mengembangkan Kreativitas Kepemimpinan Dalam

Pengelolaan Di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, I” VOL
4 NO 2 (2015).

19
d. Sarana, harus disediakan guna merangsang dorongan

eksperimentasi dan eksplorasi yang merupakan unsur penting

dari kreativitas.

e. Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan sekolah

harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan

dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan

mendorong kreativitas.

f. Hubungan orang tua dan anak yang tidak posesif, orang tua yang

tidak terlalu melindungi/posesif terhadap anak mendorong

anak untuk mandiri dan percaya diri yang merupakan dua

kualitas yang sangat mendukung kreativitas.

g. Cara mendidik anak, mendidik anak demokratis akan

menyebabkan anak menjadi kreatif daripada cara mendidik

anak secara otoriter.

h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, semakin banyak

pengetahuan yang dapat diperoleh anak semakin baik dasar

untuk mencapai hasil yang kreatif.

Intinya faktor yang mempengaruhi kreativitas antara lain:

adanya waktu, kesempatan menyendiri, dorongan dari orang lain,

sarana, lingkungan yang mendukung dan kondusif, hubungan

antara anak dengan orang tua, cara mendidik anak dan kesempatan

untuk memperoleh pengetahuan melalui melalui kegiatan

mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba

(experimenting), menalar (associating), dan membentuk jaringan

(networking).

20
D. Membangun dan Mengembangkan Kreativitas Pemimpin Lembaga
Pendidikan

1. Pentingnya Membangun Kreatifitas

Pentingnya kreativitas tertera dalam Sistem Pendidikan

Nasional No 20 Tahun 2003 yang intinya antara lain adalah melalui

pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap,

kreatif, juga mandiri. Selain itu Utami Munandar dalam (Tite

Juliantin, 2009), menjelaskan mengenai pentingnya kreativitas,


antara lain:

a. Kreativitas adalah esensial untuk pertumbuhan dan

keberhasilan pribadi, dan sangat vital untuk pembangunan

Indonesia; sehubungan dengan ini peranan orang tua, guru, dan

masyarakat amat menentukan.

b. Pengembangan sumber daya berkualitas yang mampu

mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar

dengan negara negara lain, baik dalam pembangunan ekonomi,

politik, maupun sosial-budaya, pada hakekatnya menuntut

komitmen kita untuk dua hal yaitu:

1) Penemuan dan pengembangan bakat-bakat unggul dalam

berbagai bidang, dan

2) Penumpukan dan pengembangan kreativitas yang pada

dasarnya dimiliki setiap orang, tetapi perlu ditemukenali

dan dirangsang sejak usia dini.

c. Perusahaan-perusahaan mengakui makna yang sangat besar

dari gagasan-gagasan baru. Banyak departemen/kementerian


pemerintah mencari orang-orang yang memiliki potensi kreatif-

21
inovatif. Kebutuhan-kebutuhan ini belum cukup dapat

dilayani.21

2. Kreativitas Dalam Perspektif (Psikologi) Islam

Mengacu pada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli

di atas. Kreativitas sebenarnya memiliki sifat ilmiah, dan ketika kita

berpikir ilmiah, berarti ada orisinalitas di dalamnya. Disamping

bersifat ilmiah, kreativitas juga merupakan sesuatu yang khas pada

setiap individu. Ahli kreativitas Conny Semiawan dkk (Nashori &

Mucharram, 2014) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah

potensi yang pada dasarnya dimiliki setiap orang dalam derajat dan

tingkatan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Asiah (2007) dalam

Jurnal Komunitas yang menyatakan bahwa masyarakat pada

dasarnya memiliki potensi untuk berkembang. Asiah, lebih lanjut,

mengutip pendapat Piaget dalam bukunya Sund tahun 1976 yang

menyatakan bahwa kemampuan operasi berpikir manusia

ditentukan oleh kemampuan manusia itu sendiri untuk

mengasimilasi atau mengadaptasikan lingkungan dalam

pikirannya. 22

Dalam terminologi lain, maka kemampuan berpikir kreatif

manusia ini ditentukan oleh dua komponen: pertama; Kemampuan

Yang menangkap gejala, kedua, kemampuannya untuk

mengkonsepsikan gejala itu menjadi suatu pengertian umum.

21 Rusdiana, “Buku Kepemimpinan Pendidikan 2020.Pdf.”


22 N. Asiah, ““Urgensi Pendidikan Islam Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Komunitas:
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam.” VOL 2 NO 3 (2017).

22
Namun potensi berpikir kreatif ini tidak berkembang apabila

manusia tidak memanfaatkan kesempatannya itu.

Kedua; Pandangan di atas, rupanya sudah dijelaskan secara

mendetail di dalam al Qur’an sebagaimana dikutip oleh ahli-ahli

agama Islam seperti Quraish Shihab (Nashori & Mucharram, 2017)

yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk unik (khalqan

akhar).

Allah SWT., berfirman dalam Surat Al-Mu’minun ayat 12-14.

Firman-Nya:
ْ ِّ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ
‫۝‬ ٰٓ ْ ْْ ‫ٰٓط‬
١٢ ٰٓ‫ي‬ ِ ‫ٰٓاْلنسان ِٰٓمنٰٓسلٰٓل ٍةٰٓمن‬
ِ ‫ولقدٰٓخلقنا‬

Artinya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati

(yang berasal) dari tanah.

Adapun penyebab kreativitas tidak dapat berkembang secara

optimal adalah karena seseorang terlalu dibiasakan untuk berpikir

secara tertib dan dihalangi oleh kemungkinannya untuk merespon

dan memecahkan persoalan secara bebas. Dengan berpikir tertib

semacam ini, maka seseorang dibiasakan mengikuti pola bersikap

dan berperilaku sebagaimana pola kebiasaan yang dikembangkan

oleh masyarakat atau lingkungannya.

Islam sebagai sebuah keyakinan yang bersumber dari al

Qur’an dan al Hadits dianggap oleh beberapa kalangan sebagai

agama yang tradisional, terbelakang, dan kaku. Pendapat ini

dikemukakan oleh kalangan pemikir barat yang tidak mengetahui

perkembangan sejarah Islam. Jika kita melihat pada masa silam,

Islam banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar yang tidak hanya

sekedar memiliki intelegensi tinggi, tapi juga memiliki kreativitas

23
yang tinggi. Sebut saja Ibnu Sina, Salman al Farisi, dan para sahabat

lain yang menggunakan pemikiran kreatifnya dalam

mengembangkan pengetahuan di bidang mereka masing-masing.

Di kalangan umat pada masa kini, juga terdapat pemikir-

pemikir atau ilmuwan kreatif dalam bidangnya masing-masing.

Seperti Yusuf Qordhawi, Muhammad al Ghazali, Muhammad Naquib

al Attas, Ismail Raji al Faruqi, Seyyed Hossein Nasr, dan yang

lainnya. Sementara untuk yang di Indonesia, kita bisa mengambil

contoh seperti Nur Cholis Madjid, Quraish Shihab, Amien Rais,

Abdurrahman Wachid (Gus Dur), Jalaludin Rakhmat, dan

sebagainya.Kreativitas dalam Islam, tidak sama dengan kreativitas

dalam musik, seni, ataupun semacamnya yang bertentangan

dengan Qur’an dan Sunnah.

Ada dua hal dalam Islam yang termasuk dalam kreativitas,

yaitu bid’ah dan ijtihad. Pertama, konsep mengenai bid’ah-tentu

yang dimaksud di sini adalah bid’ah hasanah. Konsep bid’ah di sini

bukanlah menciptakan sesuatu yang baru dan bertentangan dengan

ajaran Sunnah, melainkan sebuah konsep bid’ah yang dipandang

sebagai sebuah inovasi atau biasa di sebut dengan finding something

new. 23

3. Teori Membangun dan mengembangkan Kreatifitas

Berdasarkan urgensi adanya kreativitas, para ahli telah

membuat berbagai teori tentang pengembangan kreativitas yang

terangkum dalam teori empat P (pribadi, pendorong (press), proses

23 Rusdiana, “Buku Kepemimpinan Pendidikan 2020.Pdf.”

24
dan produk). Teori empat P tersebut sebagaimana penjabaran

berikut:

a) Teori Tentang Pembentukkan Pribadi Kreatif

Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif adalah yang

mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari

ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya

ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Dua teori yang

akan dibahas yaitu teori psikoanalisis dan teori humanistik

untuk dijadikan sebagai landasan perencanaan.

1. Teori Psikoanalisis

Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang

pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi

dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan

yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif

dari trauma. Tindakan kreatif mentransformasi keadaan

psikis yang tidak sehat menjadi sehat.

2. Teori Freud

Freud menganut sebuah pandangan yang menyatakan

bahwa kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang

menetap pada lima tahun pertama dari kehidupan. Menurut

Freud orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika

mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara

langsung. Pada umur empat tahun anak mengembangkan

hasrat fisik untuk orangtua dari jenis kelamin yang berbeda.

Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi maka terjadi

25
sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan

banyak karya seni sebagai sublimasi dari seniman.

3. Teori Kris

Ernest Kris (1900-1957) menekankan bahwa

mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku

sebelumnya yang memberikan kepuasan) juga sering

muncul dalam tindakan kreatif. Orang-orang yang kreatif

adalah mereka yang mampu untuk memanggil bahan-bahan

dari alam pikiran tidak sadar. Mereka mampu melihat

masalah-masalah yang dihadapi dengan cara yang segar dan

inovatif untuk “regress in the service of ego ”.

4. Teori Jung

Carl Jung (1875-1961) mempercayai bahwa

ketidaksadaran memainkan peran yang amat penting dalam

kreativitas tingkat tinggi. Secara tidak sadar kita mengingat

pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari

nenek moyang kita. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbull

penemuan, teori, seni dan karya karya baru lainnya.

5. Teori Humanistik

Teori ini memandang bahwasannya kreativitas sebagai

hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Kreativitas

dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada

lima tahun pertama.

6. Teori Maslow

Menurut Abraham Maslow (1908-1970) manusia

mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai

26
kebutuhan. Empat kebutuhan pertama yaitu kebutuhan

“deviciency” karena mungkin dapat dipuaskan sampai tidak

dirasakan sebagai suatu kebutuhan lagi. Kebutuhan pada

tingkat tertinggi adalah kebutuhan “being” karena jika

dipupuk maka kebutuhan ini akan semakin kuat yang

memperkaya keberadaan kita. Proses perwujudan diri ini

erat dengan kreativitas.

7. Teori Rogers

Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi dari

pribadi yang kreatif adalah: Pertama, keterbukaan terhadap

pengalaman. Kedua, kemampuan untuk menilai situasi

dengan patokan pribadi seseorang. Ketiga, kemampuan

untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-

konsep.

b) Teori-Teori Tentang Press

Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan

dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan yang

kuat dalam dirinya sendiri untuk menghasilkan sesuatu. Berikut

adalah dua aspek pendorong adanya kreativitas:

1. Motivasi Untuk Kreatifitas

Setiap orang memiliki dorongan untuk mewujudkan

potensinya, untuk mewujudkan dirinya, dorongan untuk

berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk

mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas

seseorang. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk

kreatifitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan

27
baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya

sepenuhnya.

2. Kondisi Eksternal Yang Mendorong Perilaku Kreatif

Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi,

penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis

memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif.

Keamanan psikologis dapat memiliki tiga proses yang saling

berhubungan yaitu menerima individu sebagaimana adanya,

mengusahakan evaluasi didalamnya tidak ada ancaman dan

memberikan pengertian secara empatik terhadap perasaan,

pemikiran serta tindakan mereka. Sedangkan dalam

kebebasan psikologis yaitu kesempatan yang diberikan

untuk secara bebas mengekspresikan secara simbolis

pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan sesuai dengan apa

yang ada dalam dirinya.

c) Teori Tentang Proses Kreatif

Hal yang terpenting dari proses kreativitas adalah

memberikan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara

kreatif dengan syarat tidak merugikan orang lain dan

lingkungannya. Berikut ini adalah dua teori yang berkaitan

dengan proses kreativitas:

1. Teori Wallas

Teori Wallas dikemukakan dalam bukunya The Art of

Thought yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi

empat tahap yaitu : pertama, persiapan dengan cara belajar

berfikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain dan

28
sebagainya. Kedua, inkubasi adalah kegiatan menghimpun

data. Ketiga, iluminasi yaitu tahap timbulnya insight atau

“aha-erlebnis”. Keempat adalah verifikasi atau tahap evaluasi

dimana ide atau kreasi baru tersebut diuji terhadap realitas.

2. Teori Belahan Otak Kanan Dan Kiri

Setelah kelahiran gerakan-gerakan yang semula belum

berdiferensiasi berkembang menjadi pola dengan preferensi

untuk kiri atau kanan. Dihipotesiskan bahwa belahan otak

kanan berkaitan dengan fungsi-fungsi kreatif sehingga

terjadi dicothomania membagi-bagi semua fungsi mental

menjadi belahan kanan dan kiri.

Otak kiri cenderung melihat dan memutuskan sesuatu

melalui tahapan, langkah-langkah linier, logis dan rasional,

serta penuh pertimbangan analisis sebab dan akibat. Otak

kiri bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang

terukur.

Otak kiri ini menjadi tahapan simpul demi simpul

manusia dalam memecahkan misteri sains dan teknologi.

Sedangkan otak kanan adalah pusat kreatifitas manusia.

Fungsinya yang holistic membuat otak bagian anak ini

sebagai otak yang intuitif. Otak kanan dipenuhi hal yang

ramai tanpa batas, semarak, acak acakan indah, kaya dengan

hal yang tak terduga. 24

24 Heru Kurniawan, “Sekolah Kreatif Sekolah Kehidupan Yang Menyenangkan Untuk

Anak. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,” 2016 (n.d.).

29
d. Teori tentang produk kreatif

Suatu kondisi yang memungkinkan terciptanya produk

kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan

yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk

melibatkan dirinya dalam proses kreatif. Dengan dimilikinya

bakat dan ciri-ciri pribadi yang kreatif dan dengan dorongan

untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif

yang bermakna akan timbul dengan sendirinya.

Tujuan utama dari pembelajaran kreatif adalah

mewujudkan anak-anak yang kreatif, yaitu anak-anak yang

cerdas dan berkarakter. Anak yang cerdas adalah suatu potensi

untuk mengatasi permasalahan. Gardner menegaskan

bahwasannya kecerdasan anak itu tidak bersifat homogen

namun heterogen dan jamak. Artinya setiap anak memiliki

kecerdasan yang berbeda.

Kreatifitas pada dasarnya harus memunculkan suatu daya

cipta sebagai suatu produk kreativitas. Memunculkan kreatifitas

tentunya membutuhkan mekanisme dalam pembelajaran

kreatif, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengamati, merupakan suatu kegiatan intensif yang

dilakukan dengan melihat suatu fenomena. Intensitas

mengamati ini terletak pada keinginan anak anak untuk bisa

mendapatkan informasi. Hal ini menunjukkan bahwa

lingkungan adalah kehidupan paling menarik bagi anak-

anak.

30
2. Merumuskan masalah, ini dilakukan saat anak-anak telah

mendapatkan pengetahuan dari hasil pengamatannya yang

selaras dengan minat, pengalaman dan pengetahuan.

Pengetahuan anak anak dikondisikan untuk dapat

merumuskan permasalahan yang memiliki relevansi dengan

materi belajar. Rumusan permasalahan ini diidentifikasi

untuk dicari jawabannya dalam kegiatan pembelajaran

kreatif.

3. Menguji coba, setelah tahap pengamatan dan menemukan

permasalahan anak akan melakukan uji coba untuk

mendapatkan jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

Kegiatan uji coba ini dilakukan melalui eksplorasi atas

pemahaman yang diperoleh.

4. Menghasilkan karya, karya merupakan hasil dari aktifitas uji

coba yang dilakukan anak-anak. Dalam pembelajaran

kreatif, karya cipta merupakan karya yang diciptakan oleh

kecerdasan anak-anak dalam memecahkan persoalan. Karya

cipta merupakan aktualisasi kecerdasan anak-anak dalam

memahami jawaban atas persoalan yang dihadapi. Terdapat

korelasi antara hasil karya dan kecerdasan anak anak.

Kecerdasan adalah kemampuan untuk mengatasi

permasalahan dengan menggunakan media pembentuk

karya sesuai dengan konteks budaya.

5. Membagikan, membagikan karya anak-anak merupakan

wujud dari representasi kemampuan anak-anak dalam

mengatasi persoalan melalui dominasi kecerdasannya. Maka

31
membagikan karya anak anak memiliki tujuan agar

diketahui oleh masyarakat luas tentang karya yang telah

dihasilkan oleh anak-anak. Selain itu sebagai cara untuk

meningkatkan rasa senang pada anak karena karyanya

dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Publikasi ini tentunya

dapat membangun motivasi, eksistensi dan tanggungjawab

agar anakanak terus belajar dan menghasilkan karya cipta

6. Apresiasi, merupakan wujud penghargaan terhadap hasil

karya anak-anak. Adanya pengakuan bagi anak-anak setelah

menghasilkan karya merupakan hal yang wajib dilakukan

setelah anak-anak meraih prestasi. Pengakuan ini akan

membagun keyakinan bagi anak-anak untuk menghasilkan

karya yang lebih baik lagi. Apresiasi ini dapat disampaikan

dengan tiga hal yaitu ekspresi perhatian, ucapan selamat,

dan materi. 25

e. Teori Pengembangan Kualitas Soft Skill

Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi

kreatifitas tentunya membutuhkan dua kemampuan yang

menunjang kreativitas dalam rangka memenuhi kebutuhan

manusia yaitu kemampuan hard skill dan soft skill. Hard skill

mengacu pada kemampuan teknis dan pengetahuan faktual

yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, namun soft skill

memungkinkan manusia untuk menggunakan kemampuan

teknis lebih efektif. 26

25 Rusdiana, “Buku Kepemimpinan Pendidikan 2020.Pdf.”


26 Kaswan, “101 Soft Skills Untuk Mencapai Puncak Kinerja Dan Kepemimpinan,” Alfabeta
(2015).

32
Soft Skills memang bukan pengetahuan tapi lebih

cenderung kepada akhlak seseorang. Bisa berbentuk cinta, daya

tarik pribadi, progress, berubah, bersaing orientasi, visi

harmoni dan seterusnya. Jika ditelaah lebih dalam, soft skill

membuka ruang berpikir konsep yang tentunya tidak mudah

dimiliki jika tidak didasari secara kuat oleh pendidikan orang

tua semasa kecil.

1. Teori Pengembangan Soft Skill Empat Klister

Dalam buku Hard Truth about Soft Skills, Peggy Klaus

(2007), menjelaskan soft skill meliputi komunikasi personal,

sosial, dan perilaku manajemen diri. Soft skill melengkapi

hard skill dan sangat penting bagi kesuksesan. Substansi soft

skill tidak jauh berbeda dengan kompetensi atau kecerdasan

emosi (EQ). Adapun unsur-unsur soft skill menurut Daniel

Goleman dalam (Kaswan, 2015), terdiri dari empat klaster

yaitu:

a) Kesadaran diri, adalah kemampuan untuk mengenali

dan memahami kekuatan, kebutuhan, nilai-nilai, ambisi,

suasana hati, emosi, dorongan diri sendiri dan

dampaknya terhadap orang lain.

b) Manajemen diri yaitu kemampuan untuk mengatur

dirinya sendiri berupa manajemen emosi, manajemen

emosi, mengelola prioritas, mengelola energi,

mengelola pikiran, mengelola kata-kata, mengelola

kehidupan pribadi, mengelola kekuatan, dan

mengetahui cara melakukan pekerjaan.

33
c) Kecerdasan sosial, yaitu kemampuan sosial yang dapat

memahami keadaan batiniah orang lain sampai

memahami perasaan dan pikirannya. Hal ini meliputi

pertama, empati dasar yaitu dapat merasakan isyarat-

isyarat nonverbal. Kedua, penyelarasan yaitu

kemampuan untuk mendengarkan dengan reseptif dan

menyelaraskan diri pada seseorang. Ketiga, ketepatan

empatik yaitu memahami pikiran, perasaan dan

maksud orang lain.

d) Manajemen hubungan yaitu kemampuan untuk

membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Kemampuan sosial ini menentukan kesuksesan pada

seseorang. Membangun hubungan yang baik ini harus

memahami unsur-unsur hubungan yang sehat antara

lain kepercayaan, saling menghargai dan komunikasi.

2. Teori Pemengembangkan Soft Skill Sembilan

Kecerdasan Majemuk

Pengembangan soft skill bagi peserta didik dapat

dilakukan dengan mengembangkan sembilan kecerdasan

majemuk yang ada pada individu. Kecerdasan majemuk

disini yaitu kecerdasan yang banyak dan luas. Kecerdasan

tersebut pada hakikatnya tidak terbatas namun

keterbatasan manusialah yang membatasinya menjadi

sembilan kecerdasan. Sembilan multiple intelligences

tersebut diantaranya adalah:

34
a) Kecerdasan linguistik (cerdas bahasa), yakni

kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata

menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan

menghargai makna yang kompleks.

b) Kecerdasan Logis Matematis (cerdas angka), yakni

kemampuan dalam berhitung, mengukur dan

mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta

menyelesaikan operasi angka-angka.

c) Kecerdasan Spasial-Visual (cerdas ruang dan gambar),

yaitu cara pandang dalam proyeksi tertentu dan

kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi.

Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk

melakukan eksplorasi imajinasi, misalnya memodifikasi

bayangan suatu objek dengan melakukan percobaan

sederhana.

d) Kecerdasan Kinestetik (cerdas olah tubuh dan jasmani),

yaitu kemampuan belajar lewat tindakan dan

pengalaman melalui praktek langsung. Jenis kecerdasan

ini lebih senang berada di lingkungan tempat dia bisa

memahami sesuatu lewat pengalaman nyata.

Kemampuan bergerak di sekitar objek dan

keterampilan-keterampilan fisik yang halus dan

kemampuan mengolah tubuh ke dalam bentuk gerakan

tertentu merupakan pola dasar kecerdasan kinestetis.

e) Kecerdasan Musik (cerdas musik), yaitu kemampuan

seseorang yang mempunyai sensitivitas pada pola titi

35
nada, melodi, ritme, dan nada. Musik tidak hanya

dipelajari secara auditori tapi juga melibatkan semua

fungsi panca indra.

f) Kecerdasan Interpersonal (cerdas bergaul), yaitu

kemampuan memahami dan berinteraksi dengan orang

lain secara efektif. Kecerdasan interpersonal

memungkinkan kita bisa memahami dan

berkomunikasi dengan orang lain. Termasuk

kemampuan membentuk dan menjaga hubungan, serta

mengetahui berbagai peran yang terdapat dalam suatu

kelompok.

g) Kecerdasan Intrapersonal (cerdas diri), yaitu

kemampuan membuat persepsi yang akurat tentang

diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam

itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan

seseorang.

h) Kecerdasan Naturalis (Cerdas Alam), yaitu jenis

kecerdasan yang erat hubungan dengan lingkungan,

flora dan fauna. Tidak hanya menyenangi alam untuk

dinikmati keindahannya namun juga punya kepedulian

untuk kelestarian alam tersebut.

i) Kecerdasan Eksistensial (cerdas spiritual), yaitu

kesiapan manusia untuk menghadapi kematian.

36
3. Teori Pengembangan Kualitas Soft Skill Dalam

Pembelajaran

Pengembangan kualitas soft skill dalam pembelajaran

ini bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam

mengembangkan potensinya melalui proses dan hasil

pembelajaran. Pengembangan soft skill dapat dikembangkan

melalui pendidikan non formal berbasis masyarakat.

Pendidikan non formal sebagaimana Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

Pasal 13, bahwa pendidikan dapat dilakukan dengan tiga

jalur, yaitu pendidikan formal, non formal dan informal.

Berikut adalah konsep dasar dalam pendidikan

nonformal:

a) Pendidikan non formal yakni pendidikan sebagai upaya

untuk mengubah dirinya ataupun orang lain.

Pendidikan ini tidak sebatas akademik saja namun juga

skill yang harus mencangkup kecakapan tertentu.

b) Kebutuhan belajar minimum yang esensial yakni

sesuatu yang harus diketahui dan dapat dikerjakan oleh

anak-anak.

c) Proses pertumbuhan manusia dalam masyarakat

transisi memerlukan layanan pendidikan guna

membantu pertumbuhan individu secara efektif.

d) Berperan dalam pendidikan yang berada di wilayah

pedesaan.

37
e) Untuk mempermudah dalam memahami teori yang

digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, berikut

disajikan tabel tentang teori dalam manajemen

pembelajaran kreatif dalam pengembangan kualitas

soft skill. 27

27 Rusdiana, “Buku Kepemimpinan Pendidikan 2020.Pdf.”

38
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengenembangan kepemimpinan berarti membicarakan

kemampuan seseorang untuk membuat suatu perubahan di

organisasi (Mayo & Nohria, 2005 dalam Whitehead, 2009).

Pengembangan kepemimpinan juga dipandang dapat meningkatkan

aktivitas yang memungkinkan pencapaian yang positif untuk

organisasi, masyarakat dan negara oleh individu.

2. Kepemimpinan mempunyai peran yang sangat vital dalam suatu

organisasi atau lembaga pendidikan Islam, sebagaimana gaya

kepemimpinan sebagai suatu pengembangan ide dan pendekatan

perilaku para pemimpin. syarat pokok utama yakni; Kompetensi,

Integritas, dan Visi dan misi. Yang diperhatikan dalam

pengembangan kepemimpinan salah satunya Pengembangan

kepemimpinan. Pola Sistem Pengembangan Pemimpin Pendidikan

Islam salah satunya Sistem Explorative Authority ( Pola Otoriter yang

memeras ). Faktor-faktor Pengembangan Pemimpin Pendidikan

Islam salah satunya merumuskan ide yang diujicobakan. Cara yang

tepat guna untuk mengembangkan kepemimpinan pendidikan Islam

adanya seleksi kepala sekolah.

3. Kata ”kreativitas” atau ”berfikir kreatif”, merupakan kemampuan

untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian suatu

masalah,merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih

kurang mendapat perhatian.Seperti penerimaan pengetahuan,

39
ingatan, dan penalaran (berfikir logis). Indikator Kreativitas

Pemimpin salah satunya pandangan hidup yang sempit.

4. Pentingnya kreativitas tidak hanya tertuang dalam kebijakan

nasional seperti Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.

Kreativitas dalam perspektif psikologi islam, kreativitas adalah sifat

ilmiah yang orisinal dan khas pada setiap individu, sebagaimana

dijelaskan oleh ahli seperti conny semiawan dan quraish shihab.

teori membangun dan mengembangkan kreativitas, teori empat p:

pribadi, teori pribadi kreatif, teori press, teori proses kreatif, teori

produk kreatif. teori pengembangan kualitas soft skill; empat klaster

soft skill, sembilan kecerdasan majemuk, dan pengembangan soft

skill dalam pembelajaran.

B. Saran

Dengan demikian, penyelesaian makalah ini dapat dilakukan

dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak

permasalahan teknis dan referensi dalam makalah ini, sehingga


makalah ini masih belum lengkap.

Oleh karena itu, demi menambah wawasan, penulis selalu

mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dari para pembaca.

40
DAFTAR PUSTAKA

Asiah, N. ““Urgensi Pendidikan Islam Dalam Pemberdayaan


Masyarakat. Komunitas: Jurnal Pengembangan Masyarakat
Islam.” VOL 2 NO 3 (2017).

APRIYANA. “Bab I Pendahuluan‫با حض خ ِ ي‬.” Galang Tanjung, no.


2504 (2011): 1–9.

Bashori. “Konsep Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam.”


HIKMAH: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2017): 156–192.
https://ojs.staituankutambusai.ac.id/index.php/hikmah/artic
le/view/54.

Cahyaningrum, Eka Sapti. “”Mengembangkan Kreativitas


Kepemimpinan Dalam Pengelolaan Di Lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, I” VOL 4 NO
2 (2015).

Denny Yusak Lasut, Dkk. “Pengaruh Motivasi Kerja, Pengembangan


Karir Dan Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Pada Pt.Bank Sulut Go”” V0L 6 NO 4 (2018).

Fahmi Khumaini, and Rz. Ricky Satria Wiranata. “Kepemimpinan


Dalam Pendidikan Islam.” AL-FAHIM: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1, no. 2 (2019): 1–17.

Kaswan. “101 Soft Skills Untuk Mencapai Puncak Kinerja Dan


Kepemimpinan.” Alfabeta (2015).

Kurniawan, Heru. “Sekolah Kreatif Sekolah Kehidupan Yang


Menyenangkan Untuk Anak. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.” 2016

41
(n.d.).

M., Nazar Almasri. “”Manajemen Sumber Daya Manusia:


Imlementasi Dalam Pendidikan Islam” Kutubkhanah: Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, 19:.2” (2016).

Majid, Abdul. “Perencanaan Pembelajaran” (2015).

Nanda Imroatus Solikhah, Asri Rahmawati, Diya Putri Indah Sari,


Lalang Nanda Fernando. “Konsep Kepemimpinan Dalam
Prespektif Islam.” AL YASINI: Jurnal Hasil Kajian dan Penelitian
dalam bidang Keislaman dan Pendidikan 5, no. 1 (2020): 154–
167.

Nurhayati. “Kepemimpinan Dan Pendidikan Islam” (2021).

Ogi, 2Jihanti Dama & Imelda W.J. “”Pengaruh Inovasi Terhadap Dan
Kreativitas Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Manado” Jurnal EMBA 6:.1” (2018).

Pitoyo, Agus Joko. “Jurnal Populasi.” DINAMIKA SEKTOR INFORMAL


DI INDONESIA : Prospek, Perkembangan, dan Kedudukannya
dalam Sistem Ekonomi Makro 18, no. 2 (2007): 33–38.

Ritonga, Adelia Priscila, Nabila Putri Andini, and Layla Iklmah.


“Pengembangan Bahan Ajaran Media.” Jurnal Multidisiplin
Dehasen (MUDE) 1, no. 3 (2022): 343–348.

Rofiq, M N. “Pengembangan Potensi Kepemimpinan


Transformasional Dalam Pendidikan Islam.” FALASIFA: Jurnal
Studi Keislaman 11, no. 1 (2020): 204.
http://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/falasifa/article/view/

42
362.

Rusdiana, Jaja Jahari dan. “Buku Kepemimpinan Pendidikan


2020.Pdf,” 2020.

Seni, Oktavianus Supriyanto. “Kepemimpinan Pendidikan Di


Sekolah.” Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik 5, no. 2
(2021): 25.

Syam, Aldo Redho. “Konsep Kepemimpinan Bermutu Dalam


Pendidikan Islam, At-Ta’dib (12. 2” (2017).

Wahidatus Sarifah, Dkk. “‘Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan


Pengembangan Karterhadap Kinerja Pegawai Melalui
Komitmen Organisas Pada Pt Nusantara Tour Semarang’
Journal of Management,” VOL 2 NO 2 (2016).

43

Anda mungkin juga menyukai