Gaya Kepemimpinan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MATA KULIAH

KEPEMIMPINAN

MENGENAI

GAYA KEPEMIMPINAN

OLEH:
KELOMPOK 1
1. Anggia Ayu
2. Anisyaq Zylvanne
3. Dewi Amelia F
4. Fajar Shodiq
5. Monica Ayu S
6. Muhammad Dhika S
7. Muhamad Robby
8. Muthia Suharlin
9. Okti Karisma S
10. Resti Karmini
11. Revy Arisandi

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS


TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, taufik
dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyusun makalah mata kuliah Kepemimpinan
mengenai gaya kepemimpinan. makalah ini dibuat guna memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang berperan penting


dalam terselesaikannya tugas ini. Terutama dosen pembimbing kami yaitu ibu Eka
Wahyuningsih telah memberikan arahan serta bimbingan yang bermanfaat bagi kami. Serta
teman-teman yang telah membantu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran atau kritik yang
membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pangkalpinang, September 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Di dalam
hidup, manusia selalu berinteraksi dengan manusia lain. Tujuan dari interaksi tersebut
adalah untuk pemenuhan kepentingan diri sendiri maupun kepentingan suatu
kelompok. Contohnya dalam suatu organisasi yang melibatkan beberapa orang yang
saling berinteraksi secara intensif yang bertujuan untuk pencapaian tujuan bersama.
Suatu organisasi harus memiliki pemimpin agar dapat berjalan dengan baik. Tanpa
adanya pemimpin tentu sangat sulit dalam mengarahkan dan mengatur semua elemen
dan komponen yang ada dalam suatu organsasi tersebut. Berbagai ahli berpendapat
bahwa seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya memimpin suatu organisasi
akan berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedannya terletak pada gaya seseorang
memimpin. Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan
untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula
dikatakan bahwa gaya kepemimpinan sering diterapkan oleh seorang pemimpin,
seperti : memberi perintah, memberi tugas, menegakkan disiplin, memberi teguran,
berkomunikasi dan sebagainya. Gaya atau style ini banyak mempengaruhi
keberhasilan bahkan kehancuran seorang pemimpin dalam mempengaruhi pengikut
atau bawahannya. Jadi gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat menentukan
keberhasilannya dalam memimpin.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan dan gaya kepemimpinan ?
2. Apa saja gaya kepemimpinan yang dapat dimiliki seorang pemimpin?
3. Bagaimanakah pengaruh gaya kepemimpinan seorang terhadap keberhasilannya
dalam memimpin?

C. Identifikasi Masalah
1. Pengertian kepemimpinan dan pengertian gaya kepemimpinan.
2. Beberapa klasifikasi gaya kepemimpinan
3. Gaya kepemimpinan seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam
memimpin

D. Tujuan
1. Membantu dalam meningkatkan pengetahuan dan kreativitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan di dalam mata
kuliah kepemimpinan khususnya tentang kepemimpinan serta gaya-gaya
kepemimpinan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan
hingga pemerintahan sering mendengar sebutan pemimpin/pimpinan,
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memiliki hubungan yang
sangat erat antara satu dengan yang lain.
Terdapat beberapa pendapat ahli mengenai kepemimpinan, diantaranya :
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, pemimpin adalah seseorang
dengan wewenang kepemimpinannya mengerahkan bawahnnya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum, pemimpin adalah mereka yang
menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan,
mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian
pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan bersama.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang
mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri
para bawahannya, pemimpin yang baik masa kini adalah orang yang
religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral demi berbagai
agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan
gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
Menurut Davis dan Filley, pemimpin adalah seseorang yang menduduki
suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan
memimpin.
Menurut Lao Tzu, pemimpin yang baik adalah seseorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi
memerlukan pemimpinnya itu.
Sedangkan menurut Pancasila, pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh
yang mendorong , menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata
lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan
sifat dan perbuatan menjadikan dirinya pola anutan dan
ikutan bagi orang-orang yang di pimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada
orang-orang yang dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mendorong orang-
orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggung jawab.

Seorang pemimpin dapat memiliki prestasi yang tinggi bagi dirinya sendiri,
namun alangkah baiknya seorang pemimpin dapat menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menuentukan tujuan
organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. The art of influencing and directing meaninsuch
away to abatain their willing obdience, confidence, respect, and loyal
coorperation in order to accomplish the mission. Kepemimpinan adalah seni
untuk mempengaruhi dan menggerakan orang-orang sedemikian rupa untuk
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin,
kepemimpinan, serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tidak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi seorang
pemimpin banyak faktor yang mempengaruhi. Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau
pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat,
sifat, atau kewenangan yang dimiliki yang sangat berpengaruh terhadap teori
maupun Gaya Kepemimpinan yang akan di terapkan.

Menurut Prasetyo (p.28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan


dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku
kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak
sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo (1987), gaya
kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu
untuk mencapai suatu tujuan tertentu (p.394).

B. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat penting untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi dikatakan telah dapat dilaksanakan secara
efektif serta menunjang produktifitas organiasi secara keseluruhan. Menurut
Wirawan ( 2013 ) beberapa teori tersebut adalah :

1. Teori Ohio State University


Teori yang paling tua mengenai teori gaya kepemimpinan ini adalah hasil dari
studi Ohio state university. Studi ini dilakukan oleh J.K Hemphil (1949) yang
dimulai dengan mengumpulkan 1.800 butir pertanyaan yang melukiskan
prilaku kepemimpinan. J.K Hemphil dan A.E Cave (1957) kemudian menyortir
butir-butir tersebut menjadi 150 butir pernyataan yang digunakan untuk
menyusun satu set kuisioner yang diberi nama Leadership Behavior
Description Question (LBDQ). LBDQ ini didasari oleh dua dimensi : Dimensi
Perhatian terhadap bawahan dan dimensi perhatian terhadap tugas.

2. Teori University of Michigan


Awalnya studi ini dilakukan terhadap karyawan administrasi di perusahaan
asuransi besar. Studi ini memfokuskan diri pada hubungan antara prilaku
pemimpin , proses kelompok dan pengukuran kinerja kelompok. Instrumen
yang digunakan adalah wawancara dan kuisioner. Penelitian ini dilakukan
untuk menentukan pemimpin efektif atau tidak. Studi ini mengelompokan
prilaku pemimpin menjadi dua kelompok yaitu :
a. Prilaku berorientasi pada ketugasan
b. Prilaku berorientasi pada hubungan
3. Teori Manajerial Grid
Teori managerialgrid mula-mula di kembangkan oleh Robert Rogers Blake
bersama Jane Srygle Mouton (1954). Kemudian di sempurnakan oleh Robert R.
Blake dan Anne Adams McCanse(1991). Teori kepemimpinan Grid rumit
karena dimensinya banyak. kepemimpinan menurut Blake dan McCanse
merupakan proses kepemimpinan yang disebut Three Rs leadership.Resourses
(R1) atau sumber-sumber, Relationship (R2) atau hubungan, dan Result (R3)
atau hasil.

4. Teori Kepemimpinan Kontijensi


Teori kepempimpinan kontijensi disusun berdasarkan asumsi bahwa agar
efektif pempimpin harus mampu mengubah prilakunya menyesuaikan dengan
karakteristik para pengikutnya dan situasi lingkungan dimana kepemimpinan
itu berlangsung. Dengan kata lain, kepemimpinan bergantung pada konyijen
pada pengikut yang dipimpinnya dan situasi lingkungan dimana kepemimpinan
terjadi.
a. Teori Kontinum Prilaku Pemimpin
Menurut teori ini prilaku pemimpin ditentukan oleh kontinum empat faktor:
1. Prilaku berorientasi pada tugas (task oriented). Yaitu berapa besar
pemimpin yang memusatkan perhatian kepada tugas yang harus
diselesaikan dan menghasilkan produksi yang ditargetkan.
2. Prilaku berorientasi pada hubungan (relationship oriented). Yaitu berapa
besar pemimpin menentukan hubungan dengannya dengan para
pengikutnya.
b. Teori Gaya kepemimpinan Berbagi Kekuasaan
Asumsi dan teori berbagi kekuasaan ini adalah :
1. Kekuasaan merupakan bahan mentah kepemimpinan. Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi sedangkan kekuasaan adalah potensi
untuk mempengaruhi. Untuk dapat memimpin seseorang, pemimpin
harus mempunyai kekuasaan. Tanpa kekuasaan pemimpin tidak akan
dapat mempengaruhi pengikutnya.
2. Kepemimpinan merupakan interaksi kekuasaan. Kepemimpinan
merupakan interaksi kekuasaan antara pemimpin dan pengikut. Dalam
interaksi umumya kekuasaan pemimpin lebih besar daripada kekuasaan
pengikut akan tetapi untuk jenis kekuasaan tertentu sering kekuasaan
pengikut lebih besar daripada kekuasaan pemimpin. Contoh : dalam
suatu organisasi sering seorang bawahan memiliki pendidikan dan
pengalaman kerja yang lebih tinggi daripada atasannya.
3. Kebebasan menggunakan kekuasan. Dalam organisasi kebebasan
pemimpin dan pengikut untuk menggunakan kekuasaan berbeda satu
sama lain.
4. Situasi kepemimpinan. Kepemimpinan berlangsung dalam altar situasi
yang beragam. Situasi kepemimpinan mempengaruhi pola prilaku
pemimpin dalam memimpin para pengikutnya.
Klasifikasi Gaya kepemimpinan :
Berdasarkan ketiga asumsi tersebut diatas, Wirawan mengemukakan
ada lima pola prilaku pemimpin dalam memimpin para pengikutnya
yaitu : Otokratik, Paternalistik, Partisipatif, Demokratik dan pemimpin
terima beres.

5. Teori kepemimpinan Primal


Menurut teori kepemimpinan primal, tugas utama para pemimpin adalah
mempersiapkan perasaan dan emosi yang baik bagi para pengikutnya.
teori kepemimpinan primal membagi gaya kepemimpinan menjadi 2
macam yaitu :
a. Gaya kepemimpinan resonans
Meliputi Visionari, melatih, afiliatif dan demokratik.
b. Gaya kepemimpinan disonans
Meliputi perintis jalan dan mengomando.

EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN DARI EMPAT MACAM


KEPRIBADIAN :
Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis
2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
3. Gaya Kepemimpinan Otoriter
4. Gaya Kepemimpinan Moralis
Menurut buku kepemimpinan TIM FISIP UT (2007), gaya
kepemimpinan adalah perilaku dan strategi sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, keterampilan, sikap, sifat, yang sering diterapkan seorang
pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya,
sehingga gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang
dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja pertumbuhan dan
mudah menyesuaikan dengan segala situasi.
Gaya kepemimpinannya terbagi menjadi tiga pola dasar, yaitu :
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
3. Gaya Kepemimpinan Bebas
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan landasan teori, dijelaskan bahwa terdapat beberapa teori gaya
kepemimpinan. Dari beberapa teori yang ada, kami memfokuskan pembahasan
kami kepada teori kepemimpinan kontijensi karena gaya kepemimpinan yang ada
pada teori ini yang umumnya diterapkan oleh para pemimpin diseluruh dunia,
dimana teori kepemimpinan kontijensi tersebut mengklasifikasikan gaya
kepemimpinan menjadi lima kategori yaitu : Otokratik, Paternalistik, Partisipatif,
Demokratik dan pemimpin terima beres/kendali bebas.

1. Autocratic Leadership (Gaya Kepemimpinan Otokratis)


Autocratic berasal dari bahasa yunani yang dapat diterjemahkan sebagai one
who rules by himself (Wikipedia, 2009). Autocratic leadership adalah style
kepemimpinan yang menuntut adanya kepatuhan penuh dari bawahannya tanpa
meminta adanya pembangkangan atau keraguan. Style kepemimpinan seperti
ini seringnya menentukan keputusan berdasarkan pemikiran sendiri dan jarang
sekali mau menerima masukan orang lain.
Autocratic leadership bersifat absolute dan mengontrol total bawahannya
(Lewin, 1939). Pemimpin dengan gaya seperti ini umumnya menentukan
kebijakan, prosedur, peraturan dan tujuan organisasi berdasarkan idenya
sendiri. Keputusan yang diambilnya langsung dan final. Pemimpin dengan style
autocratic leadership menganggap bahwa semua bawahannya tidak mempunyai
kemampuan dan keahlian serta selalu membutuhkan pendampingan dan control
agar memastikan bawahan selalu patuh kepada pimpinan.
Gaya kepemimpinan Otokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung
memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas
harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan membatasi inisiatif
maupun daya pikir tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat
mereka. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan
tugas yang telah diberikan.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis sebagai berikut:
a. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin
b. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu,
sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan
yang luas
c. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap
anggota
d. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan
e. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja
f. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya
terhadap kerja setiap anggota
g. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila
menunjukan keahliannya.

Banyak akibat negatif jika kepemimpinan otokratis ini dijalankan, diantaranya


adalah:

a. Perasaan takut dan ketegangan selalu terdapat pada orang-orang yang


dipimpin karena selalu dibayangi oleh ancaman dan hukuman.
b. Akibat rasa takut maka orang yang dipimpin tidak berani mengambil
inisiatif dan keputusan maka kreatif akan tidak pernah tersalurkan dan
berkembang.
c. Timbul sikap apatis, menunggu perintah baru bekerja.
d. Kegiatan yang berlangsung adalah kegiatan teknis dan rutin, sifatnya statis
karena mengulangi sesuatu yang dianggap sudah benar.

Dalam praktek walaupun sudah diketahui kelemahan gaya kepemimpinan


otokratis ini, tapi orang masih menerima dan tunduk kepada kepemimpinan itu.
Hal itu disebabkan oleh:
a. Orang yang dipimpin percaya bahwa tujuan yang digariskan oleh pimpinan
adalah untuk kepemimpinan umum dan kepentingan bersama.
b. Ada kepercayaan akan kecakapan dan kemampuan pemimpin dalam
mencapai tujuan yang telah digariskan itu.
c. Orang yang dipimpin tidak banyak mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang berhubungan dengan keputusan yang diambil oleh pimpinan.
d. Takut terhadap sanksi-sanksi yang setiap saat dapat dijatuhkan oleh
pimpinan.

Autocratic leadership berkembang dan umumnya dilestarikan di beberapa


organisasi yang mempunyai budaya rantai hierarki yang ketat, seperti militer,
polisi, dan very bureaucratic organizations. Beberapa orang menganggap
kepemimpinan seperti ini sangat efisien, namun sayangnya tipe ini sedikit atau
tidak sama sekali menghasilkan inovasi, perubahan personal atau organisasi,
maupun pertumbuhan dan pekembangan organisasi (MacGrefor, 2004).

Style ini dianggap bukan sebagai metode terbaik, namun demikian pada kondisi
tertentu dimana diperlukan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
yang sangat cepat, style ini sangat bermanfaat. Selain itu autocratic leadership
sangat bermanfaat jika bawahan tidak mengerti dengan tugas-tugasnya
sedangkan keputusan harus segera diambil.

Contoh pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan ini adalah :

1. Adolf Hitler
Sosok kepemimpinan Hitler dimata rakyat Jerman dan Dunia Internasional
dikenal sebagai pemimpin yang bergaya otokratis dan diktator. Hitler
menggunakan suatu pendekatan dengan cara memanfaatkan keadaan ekonomi
yang buruk (karena inflasi yang besar-besaran sehingga mengakibatkan adanya
hutang terhadap Amerika, dalam kredit jangka pendek). Yang membuat
kebijakan adanya kredit jangka pendek Amerika adalah Pemerintahan Weimar,
yang disebut sebagai kemerosotan Weimar. Dengan adanya hutang tersebut
sudah dibayar lunas, maka masyarakat kembali hidup mewah, tetapi disisi lain
banyak warga yang merasakan kesengsaraan. Dengan adanya kejadian ini
maka banyak rakyat yang tidak setuju dengan kemrosotan Weimar ini, dan
ingin kembali hidup lama yang sederhana, (bergabung dengan masuk Ke NAZI
kecil), ini terjadi pada tahun 1920 an.

2. Soeharto
Presiden yang berhasil menggulingkan presiden pertama ini memiliki tipe
Otokratik dalam memimpin. Dengan kemampuan politik dan kekuasaan yang
begitu besar membuat beliau dapat memimpin Indonesia selama 32 tahun.
Dengan tipe Militeristik, beliau sering memimpin dengan perintah karena
beliau sebelumnya merupakan tentara Indonesia. Selain itu beliau juga menarik
simpati bangsa dengan membangun berbagai kemajuan bagi Indonesia,
sehingga rakyat terpedaya oleh kemajuan padahal mereka juga dibodohi oleh
kekuasaan otoriter. Jadi beliau memimpin dengan tipe Otokratik, tipe

Militeristik dan tipe Karismatik.

3. Saddam Hussein
Seperti ciri dari pemimpin yang otokratis, Saddam dalam memimpin Irak
memiliki ambisi pribadi, dia ingin menjadi penguasa, tak hanya penguasa Irak
tapi juga penguasa Arab. Saddam rela menggunakan berbagai cara untuk
melanggengkan ambisinya tersebut, termasuk dengan cara-cara represif. Dia
tanpa segan melakukan tindakan represif pada orang-orang maupun pihak yang
berseberangan dengannya. Selama masa pemerintahannya, ia kerap kali
melakukan manuver yang cukup ekstrim. Ia menganggap bawahannya sebagai
alat untuk dapat mewujudkan ambisinya. Seperti namanya, Saddam adalah
orang yang keras kepala dan tidak mau menerima saran atau kritik dari
bawahannya apabila itu berseberangan dari tujuannya. Dia telah membawa Irak
menjalani peperangan tiada akhir, seperti perang Teluk 1 dan perang Teluk 2.
Sikap represif dari Saddam Hussein banyak mendapat kecaman dari berbagai
pihak, pihak terdepan adalah Amerika Serikat. Ia harus menerima konsekuensi
dari sikapnya tersebut. Banyak peringatan dari PBB maupun pengerahan militer
dari AS harus ia rasakan, disini pihak yang paling merasakan dampak dari sikap
egois Saddam adalah masyarakat Irak yang tak bersalah. Dan dari sinilah
Saddam mulai dibenci dan dukungan terhadapnya mulai berkurang.
Saddam Hussein juga memiliki ciri pemimpin yang militeristis. Untuk
mewujudkan ambisinya pasti ia menuntut tak hanya dirinya sendiri, tapi juga
bawahannya untuk selalu disiplin. Disiplin dalam segala hal terutama disiplin
memanfaatkan waktu. Ia sering menggunakan sistem perintah dalam
menggerakkan bawahannya. Tak salah jika ia adalah pemimpin yang ditakuti
pada masanya.

2.Gaya kepemimpinan Paternalistik


Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin dianggap sebagai orangtua dan
pembimbing anak-anak menuju kedewasaan. Tipe pemimpin ini memiliki sifat
kebapakan, mereka menganggap bahwa bawahan tidak bisa bersifat mandiri
dan perlu dorongan dalam melakukan sesuatu. Pemimpin ini selalu melindungi
bawahannya. Pemimpin paternalistik memiliki sifat maha tahu yang besar
sehingga jarang memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengambil
keputusan.
Kelebihan :
Pemimpin pasti memiliki sifat yang tegas dalam mengambil keputusan
Bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan
Kelemahan :
Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak diberi
kesempatan
Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama
karena menganggap dirinya sudah melakukan yang benar
Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena tidak
ada kesempatan untuk mengembangkannya

Contoh kepemimpinan paternalistik :


1. Guru
Dalam hal ini sebagian besar Guru menganggap seluruh murid muridnya
tersebut sebagai anak mereka. Hal tersebut dapat dilihat ketika cara guru
tersebut mengajar murid muridnya yang menganggap bahwa seluruh
murid- muridnya adalah sebagai anak anaknya sendiri. Sehingga mereka
ikut merasakan apa yang terjadi pada murid muridnya. Contohnya saja
ketika Ujian Nasional sedang berlangsung, para guru secara terus menerus
memotivasi murid- muridnya agar belajar dan lulus dengan nilai yang
memuaskan. Ketika murid muridnya tersebut lulus, mereka juga sangat
gembira.

3.Gaya kepemimpinan Partisipatif

4.Gaya kepemimpinan Demokratik

Pemimpin dengan style Democratic Leadership sering disebut sebagai


Enlightened Leader karena menghargai dan menganggap orang lain.
Democratic Leadership adalah style kepemimpinan yang melibatkan partisipasi
bawahan dalam pengambilan keputusan organisasi. Pemimpin dengan style ini
bertindak berdasarkan kepercayaan, integrity, kejujuran, equality, openness dan
mutual respect. Democratic Leadership menunjukan pengakuan dan perhatian
kepada orang lain dengan mendengarkan dan memahami dengan empathetic.
Mereka memotivasi bawahan agar terus mencapai kemampuan dan hasrat
tertingginya.
Democratic Leadership mempunyai penekanan akan pentingnya kerjasama tim
sementara dirinya memposisikan sebagai fasilitator untuk membangun sinergi
antara individu di dalam kelompok. Democratic Leadership mengharapkan
adanya feedback dari bawahan sehingga dia mengetahui kondisi dan kebutuhan
organasisasi. Democratic Leadership sangat memahami kesalahan dan lebih
memilih reward dibandingkan dengan punishment (MacGrefor, 2004).
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis:
a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin
menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
d. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
e. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
f. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya
dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan
semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
Peneliti menemukan bahwa style Democratic Leadership merupakan salah satu
yang paling efektif dan mempunyai tingkat produkstivitas serta moral
kelompok yang tinggi. Style kepemimpinan seperti ini mempunyai tingkat
partisipasi anggota yang sangat tinggi dan tepat diterapkan pada kondisi dimana
orang dialam kelompok tersebut mempunyai kapasitas tinggi dan keinginan
saling memberi. Namun demikian, pada kondisi tertentu yang membutuhkan
waktu penyelesaikan singkat, Democratic Leadership dapat menyebabkan
kegagalan komunikasi dan proyek (Lewin, 1939).
Contoh pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan demokratik :

1. Presiden John F. Kennedy


Pemimpin demokratis yang terkenal, seseorang tidak salah ketika mengatakan Presiden
Kennedy adalah seorang Demokrat dan tentunya ia akan dikenang sebagai seorang
pemimpin besar.Namun Presiden Kennedy sebenarnya contoh yang sangat baik
dari pemimpin karismatik - tidak demokratis.selain itu, John F. Kennedy juga merupakan
tokoh politik
2. Dwight D. Eisenhower
Eisenhower bekerja keras untuk memastikan bahwa setiap orang bekerja sama untuk
datang ke suatu pemahaman bersama. Ini adalah salah satu prestasi terbesar. Di sinilah
gaya kepemimpinan demokratis, dan upaya kolaboratif, dari bersinar Eisenhower
melalui.Kemenangan berikutnya dari pasukan Aliansi kembali kebenaran pendekatan
dalam situasi tertentu.
3. Mahatma Gandhi
Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari
anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah
ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke
Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras
yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang
aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut.
Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan. Ketika kembali ke India,
dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini
memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang
mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk
kemudian membentuk Persemakmuran

3. Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas


Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas adalah seseorang yang percaya akan kebebasan
memilih kepada bawahannya. Membiarkan bawahannya sendiri sehingga mereka dapat
melakukan apa yang mereka mau. Dasar dari style ini adalah yang pertama, dia sangat
yakin bawahannya sangat paham dengan pekerjaannya dan yang kedua adalah dia
mungkin berada dalam lingkungan politik, dimana dia tidak dapat melakukan apapun
karena ketakutan tidak dipilh kembali oleh pendukungnya.
Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas dicirikan dengan jarangnya pemimpin
memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan anggota
organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor, 2004). Pemimpin
dengan gaya seperti ini jarang mendapatkan informasi dan sumber daya karena tidak ada
komunikasi partisipatif dan keterlibatan pemimpin dalam workforce. Berdasarkan
penilitian para ahli, style kepemimpinan ini mempunyai tingkat produktivitas yang paling
rendah.
Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas:
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari
pemimpin.
b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang
selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
d. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan
dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
e. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
f. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
g. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala
hal yang mereka anggap cocok.

Pimpinan dengan gaya situasi ini berpendapat bahwa tugasnya adalah menjaga dan
menjamin kebebasan tersebut serta menyediakan segala kebutuhan dan fasilitas yang
dibutuhkan organisasi, atau orang yang dipimpinnya guna menyelenggarakan
organisasinya. Suasana kerja seperti ini akan menimbulkan berbagai hal yang negatif
diantaranya adalah:

a. Timbulnya kekacauan dalam pelaksanaan tugas.


b. Timbul kesimpangsiuran kerja dan wewenang.
c. Banyak ide-ide yang tidak terlaksanakan.
d. Hasil kerja sulit dicapai secara maksimal.

Munculnya gaya kepemimpinan ini disebabkan karena:

a. Pimpinan kurang memiliki kemampuan atau kecakapan memimpin lebih-lebih bila ada
anggota yang dianggap lebih mampu dari dirinya.
b. Pimpinan tidak memiliki semangat kerja.
c. Komunikasi yang tidak mementingkan upaya, letak tempat yang berjauhan.
Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas sangat tepat diaplikasikan pada organisasi yang
diisikan orang dengan keahlian tinggi dan dan mampu bekerja sendiri. Gaya
Kepemimpinan Kendali Bebas tidak cocok diterapkan pada kelompok organisasi yang
kurang berpengalaman dalam menyelesaikan tugasnya (Lewin, 1939).

Berdasarkan kepribadian :

1. Gaya Kepemimpinan Karismatis


Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik
orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya
kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan
tantangan.Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini
bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya.
Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah
beberapa lama, orang orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan.
Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan
alasan, permintaan maaf, dan janji.
Contoh pemimpin karismatis adalah : soeharto
2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi
keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya.
Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua
sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga
menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya
diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima
tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa
menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat
para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

3. Gaya Kepemimpinan Otoriter


Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian
prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi
langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah
harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah
langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan
kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga
tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip
hidupnya.

4. Gaya Kepemimpinan Moralis


Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka
hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala
bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang orang yang datang
karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari
pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak
stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat
menyenangkan dan bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan
lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis. Karena melalui gaya
kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan
kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan
bawahan bisa terjalin dengan baik.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Kepemimpinan dan kekuasaan memiliki keterikatan yang sulit untuk
dipisahkan. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria, salah satunya adalah gaya kepemimpinan yang dimilikinya. Dari
ulasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa, gaya kepemimpinan yang
paling baik diterapkan adalah gaya kepemimpinan demokratik karena
gaya kepemimpinan ini lebih melibatkan partisipasi bawahan dalam
pengambilan keputusan, dimana gaya kepemimpinan ini menekankan adanya
kerjasama tim sementara pemimpin memposisikan dirinya sebagai fasilitator
dalam membangun sinergi antar individu dalam kelompok. Sehingga
pemimpinnya mampu mengetahui kondisi dan kebutuhan bawahan dalam
melaksanakan tugas. Dengan demikian, bawahan akan menghormati pemimpin,
dan pemimpin menghargai dan menuntun bawahannya untuk pencapaian tujuan
bersama.

SARAN
Jiwa kepemimpinan sangat diperlukan dalam setiap diri manusia. Jiwa
kepemimpinan perlu di pupuk dan dikembangkan. Paling tidak kita
mampu untuk memimpin diri kita sendiri. Begitu banyak gaya
kepemimpinan yang dapat kita terapkan dalam memimpin, maka dari itu
bijak-bijaklah kita memilih gaya kepemimpinan apa yang cocok untuk
kita terapkan dalam kepemimpinan kita. yang paling penting adalah
bahwa kita mampu mempengaruhi anggota/bawahan untuk bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan. 2013. Kepemimpinan : Teori, Psikologi, Perilaku organisasi, Aplikasi
dan Penelitian. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Enceng dkk (TIM FISIP UT). 2007. Kepemimpinan. (Edisi II) Jakarta: Universitas
Terbuka

Anda mungkin juga menyukai