3801-Article Text-9400-1-10-20230630
3801-Article Text-9400-1-10-20230630
3801-Article Text-9400-1-10-20230630
Dicky Setiady
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat. Kec. Ciputat Timur, Tangerang
Selatan, Banten 15412, Indonesia
[email protected]
Abstract
This research aims to find out the process of internalizing prenatal Islamic education values in Betawi tradition,
analyze the values contained therein, and identify the factors that hinder and support it. The research was
conducted using a qualitative method of document analysis from the book "Profil Orang Betawi" by Ridwan
Saidi with descriptive analytic presentation. The results of this research indicate that the process of internalizing
prenatal Islamic education values in Betawi tradition includes the traditions of nyerep-nyerepin, duduk nikah,
and nuju bulanin. The values contained in these traditions are religious values in the form of faith and moral
values, as well as social values in the form of mutual cooperation. The supporting factors are the roles of
schools, families, and communities in instilling Islamic education values, while the inhibiting factors are
negative globalization trends and the loss of Betawi cultural knowledge due to the passing of Betawi figures.
Therefore, cooperation among the community, family, and school is needed to strengthen Betawi culture based
on Islamic education.
Keywords: Education, Islam, Prenatal, Betawi
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu proses internalisasi nilai pendidikan Islam pranatal dalam tradisi
Betawi, menganalisis nilai-nilai yang terkandung didalamnya, juga mengetahui faktor yang menghambat dan
mendukung didalamnya. Penelitian ini ditulis dengan metode kualitatif studi dokumen dari buku Profil Orang
Betawi karya Ridwan Saidi dengan penyajian deskriptif analitik. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
proses internalisasi nilai pendidikan Islam pranatal dalam tradisi Betawi meliputi tradisi nyerep-nyerepin, duduk
nikah, dan nuju bulanin. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut, yaitu nilai religiusitas berupa nilai
akidah dan nilai akhlak lalu terdapat nilai sosial berupa nilai gotong royong. Faktor pendukung terdapat pada
peran sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menanamkan nilai pendidikan Islam dan faktor penghambatnya
terdapat pada arus negatif globalisasi dan terputusnya pengetahuan kebudayaan Betawi dengan sebab wafatnya
tokoh Betawi. Maka dari itu dibutuhkan kerja sama antar masyarakat, keluarga, dan sekolah dalam menguatkan
kebudayaan Betawi yang berbasis kepada pendidikan Islam.
Kata Kunci: Pendidikan, Islam, Pranatal, Betawi
PENDAHULUAN
Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islami menyatakan bahwa
pendidikan memiliki peran sebagai suatu upaya dalam pengembangan manusia yang dalam
pengembangannya tersebut bernilai positif dan maksimal (Tafsir, 2019). Pendidikan memang terus
menjadi hal pokok dalam hidup manusia, sebagaimana dalam buku Filsafat Pendidikan Islami karya
dari Ahmad Tafsir bahwa dikatakan pendidikan pada hakikatnya adalah pertolongan, oleh karena itu
manusia dalam hidupnya selalu menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup, maka sepanjang
itu pula pendidikan itu diperlukan oleh manusia (Tafsir, 2019).
5994 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5993-6004
Dalam pendidikan Islam, semua itu tidak jauh berbeda hanya saja dalam pendidikan Islam
berdasarkan atau berlandaskan kepada nilai-nilai ajaran Islam (Nata, 2018). Nilai-nilai ajaran Islam
sendiri disini tercakup aspek akidah, fikih, akhlak, dan sejarah Islam. Namun yang paling menonjol
dan yang paling menjadi urgensi dalam pendidikan Islam adalah akhlak, sebagaimana menurut M.
Athiyyah Al-Abrasyi, bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan budi pekerti, yaitu dalam
pendidikan Islam yang menjadi jiwanya adalah budi pekerti, oleh karena itu pendidikan Islam
berusaha untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka (Al-Abrasyi, 1993). Lebih lengkap lagi Zakiah
Daradjat membagi tujuan pendidikan Islam menjadi 4 tujuan, yaitu tujuan umum yang diharapkan
output dari pendidikan Islam mampu menjadi insan kamil, tujuan akhir dalam pandangan Zakiah
Daradjat adalah agar output pendidikan Islam nantinya bertemu Tuhannya dalam keadaan insan
kamil, maka dari itu tujuan akhir berusaha menjaga konsistensi iman peserta didik, berikutnya adalah
tujuan sementara yang meliputi aspek tujuan setelah mendapatkan pembelajaran di lembaga formal,
terakhir ada tujuan operasional yang diharapkan peserta didik dari pendidikan Islam memiliki satu
atau lebih kemampuan tertentu (Daradjat, 2017).
Berbicara mengenai pendidikan maka satu instrumen yang melekat pada pendidikan adalah
lembaganya. Terdapat tiga lembaga pendidikan yang mungkin sudah kita ketahui bersama, yaitu
pendidikan di sekolah, pendidikan keluarga, dan pendidikan di masyarakat. Ketiganya memiliki
urgensi yang sama untuk kehidupan manusia, dalam pendidikan masyarakat hal senada pun dikatakan
oleh S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Pendidikan , yang menyatakan bahwa
pendidikan di sekolah maupun lembaga formal lainnya tidak cukup untuk menampung dan
mengawasi setiap peserta didik, oleh karena itu mereka hanya dapat maksimal memberikan
pendidikan intelktual saja, tetapi selebihnya mengenai etika dan pengalaman lainnya itu didapatkan
melalui pendidikan di masyarakat (Nasution, 1995).
Dalam suatu penelitian juga disampaikan oleh Rama Sani dan Rahmi Wiza dalam hasil
penelitiannya dikatakan bahwa pengaruh pendidikan informal terhadap akhlak remaja memiliki hasil
yang positif yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara keduanya (Sani and Wiza, 2021).
Namun disisi lain terdapat suatu gejala yang dapat mengurangi nilai dari pendidikan, yaitu
kontradiksi nilai, jika kita diajarkan untuk memiliki akhlak yang baik, namun disisi lain mereka yang
mereka melihat perilaku yang menyimpang dari apa yang mereka pelajari, hal itu membuat mereka
kesulitan mencari teladan yang baik untuk dijadikan contoh (Azra, 2020).
Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Sofa Muthohar, dikatakan bahwa
beberapa hal dari sekian banyaknya penyebab terjadinya degradasi moral adalah peran keluarga yang
kurang maksimal disebabkan oleh kesibukan orang tua atau bahkan keluarga yang broken home dan
sikap individualistis masyarakat yang tidak mampu mengarahkan moral remaja ataupun masyarakat
lainnya (Muthohar, 2016).
Berbicara mengenai akhlak maka sudah dikatakan sebelumnya pendidikan agama menjadi
suatu hal yang terdepan mengenai hal ini, namun disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan hal
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pranatal Dalam Buku Profil Orang Betawi Karya Ridwan Saidi, Dicky Setiady 5995
itu, maka pendidikan keluarga menjadi terhambat jalannya. Dikatakan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Fadhlika Cahya Ningrum, yang menyatakan bahwa mudah ataupun sulitnya dalam
mendidik anak itu tergantung kepada kemampuan mendidik orang tua. Anak itu membutuhkan telada,
yang dimana mereka itu mudah untuk mencontoh teladannya (Ningrum, 2021). Maka hasil penelitian
ini dapat kita analogikan secara mandiri bahwa anak yang terkendala pada akhlaknya kemungkinan
terdapat pengaruh dari kurangnya kualitas pendidikan dari orang tua, baik dari segi waktu maupun
bobotnya.
Pada hakikatnya pendidikan masyarakat itu banyak bentuknya, namun salah satu yang
menjadi bentuk pendidikan masyarakat adalah tradisi budaya. Antara kepribadian, masyarakat, dan
kebudayaan adalah tiga hal yang terus menerus beriringan, interaksi antara ketiganya yang dalam
penelitian yang dilakukan oleh Pramudyasari Nur Bintari dan Cecep Darmawan dikatakan sebagai
suatu interaksi yang bernilai pendidikan yang mendidik manusia didalamnya menjadi manusia yang
berkepribadian baik sesuai pada norma-norma yang berlaku didalamnya (Nur Bintari and Darmawan,
2016). Maka lepasnya atau kesenjangan sosial antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya dapat
menjadi kendala tersendiri dalam proses internalisasi nilai karakter yang ada pada masyarakat.
Menurut Abuddin Nata, antara sekolah, masyarakat, dan keluarga perlu untuk bersinergi
dalam membina akhlak. Sekolah dengan kurikulum formalnya, keluarga dengan perhatian orang tua
baik itu berupa teladan langsung dari orang tua maupun melalui pengajaran, dan masyarakat yang
berusaha untuk menciptakan situasi kondisif dalam lingkungannya sehingga tercipta situasi yang
ramah anak dalam lingkungannya dan juga masyarakat harus pula mampu untuk memberikan
kontribusi dalam penyaluran bakat anak (Nata, 2018).
Selain dari penjelasan diatas pada hakikatnya pendidikan Islam itu tidak hanya dilakukan
mulai dari jenjang taman kanak-kanak keatas, namun lebih jauh dari itu bahwa penanaman nilai
pendidikan Islam dilakukan bahkan sejak didalam kandungan, sebagaimana dikatakan oleh Abuddin
Nata dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan Islam, dinyatakan didalamnya bahwa
tahapan usia manusia dalam mendeskrispikan bentuk dari karakter anak-anak dan implementasi
pendidikan Islamnya dimulai pada masa pranatal, dijelaskan pula didalamnya bahwa pada tahap
pranatal ini janin benar-benar dalam perkembangannya dipengaruhi oleh bagaimana keadaan
psikologis ibu, macam-macam makanan ibu, dan sebagainya (Nata, 2018). Oleh karena itu, tahap ini
adalah tanda dimulainya pendidikan keluarga untuk sang anak, bagaimana orang tua khususnya ibu
dalam menjaga janinnya. Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Tiya Latipah, Undang
Ruslan Wahyudin, dan Taufik Mustofa menyatakan dalam penelitiannya tersebut bahwa bentuk Islam
mendidik umatnya pada fase pranatal adalah dalam bentuk perintah untuk memerhatika gerak-gerik
dan perilaku ibu hamil (Latipah et al., 2022).
Jika itu adalah pendidikan pranatal dalam sudut keluarga maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai bagaimana masyarakat melakukan pendidikan Islam pranatal
khususnya pada apa yang terjadi dalam tradisi betawi. Sebagaimana kita ketahui bahwa budaya betawi
5996 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5993-6004
sangat erat dengan nilai-nilai keislaman, salah satunya adalah penyebutan orang betawi di tahun 1865
bercampur dengan sebutan orang selam yang dinisbatkan kepada Islam, yang disampaikan oleh
Ridwan Saidi dalam buku Profil Orang Betawi selain itu juga disampaikan keterikatan antara ulama-
ulama betawi dan proses islamisasinya (Saidi, 1997).
Selain itu mengenai solusi atas krisis akhlak yang terjadi, salah satu ulama Betawi dalam
penelitian yang dilakukan oleh Radinal Mukhtar Harahap mengenai salah satu karya dari intelektual
Betawi yaitu Sayyid Usman dalam karyanya yang berjudul adabul insan, menyatakan bahwa
pendidikan sudah jelas itu menjadi solusi atas krisis akhlak yang terjadi (Harahap, 2019). Selain itu
dalam penelitian lanjutannya mengenai karya sayyid Usman ini dinyatakan dalam penelitian tersebut
bahwa untuk menciptakan peradaban diperlukan tokoh intelektual yang kokoh (Harahap, 2020).
Berbicara mengenai pergerakan intelektual ulama betawi, dalam penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad Nahjil Qowim mengenai pengaruh ulama-ulama betawi yang memberikan pengaruh
besar terhadap kemajuan pendidikan Islam di tanah Betawi. Dengan pengaruh besarnya tersebut
menimbulkan kedekatan antara orang Betawi dan ulama sehingga dapat tertanam budaya yang
bernilai keislaman dalam tradisi Betawi (Qowim, 2022).
Berbicara mengenai intelektualitas ulama Betawi sudah tidak diragukan lagi kualitasnya,
sebagaimana pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahmah bahwa terdapat 26 ulama betawi
dengan masing-masing karyanya yang dominan pada aspek fikih (Rahmah, 2018).
Oleh karena itu, dengan banyaknya corak dari pendidikan Islam dalam tradisi Betawi, maka
sangat menarik jika kita mencari tahunya dalam ruang lingkup pendidikan Islam pranatal dari seorang
pakar kebudayaan Betawi yang sudah banyak dikenal masyarakat, yaitu Ridwan Saidi dari karyanya
yang berjudul Profil Orang Betawi (Saidi, 1997).
Mengungkap mengenai proses internalisasi pendidikan Islam pranatal pada orang-orang
Betawi, nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi pranatal orang Betawi pun juga
menarik untuk dikaji, dan terakhir adalah bagaimana faktor yang dapat menghambat dan
Pendidikan Islam Pranatal
Berbicara mengenai masa sebelum kelahiran atau disebut dengan pranatal, menurut Elizabeth
B. Hurlock dalam teori psikologi perkembangannya dikatakan bahwa periode pranatal ini sebenarnya
memiliki jangka waktu yang berbeda-beda antar manusia, namun Elizabeth B. Hurlock mengukur
antara 180 hari sampai dengan 344 hari, namun dalam karyanya dijelaskan pula bahwa terdapat peran
masing-masing pasangan dan keluarganya dalam memberikan kromosom untuk pembentukan anak
(Hurlock, 1980).
Dalam pendidikan Islam pun disampaikan oleh DJalaluddin bahwa pembentukan keluarga
dalam Islam yang paling awal adalah memilih pasangan. Karena dalam fase memilih jodoh ini dalam
pandangan Islam adalah usaha untuk mempersiapkan anak yang saleh (Djalaluddin). Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Muhammad Za’im dikatakan bahwa pemilihan jodoh akan memengaruhi
kecerdasan intelektual anak, dikarenakan gen yang diturunkan dari pasangan tersebut, semakin baik
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pranatal Dalam Buku Profil Orang Betawi Karya Ridwan Saidi, Dicky Setiady 5997
gen yang diturunkan maka akan semakin baik untuk sang anak, dalam penelitian yang dilakukannya
juga dikatakan bahwa kecerdasan intelektual juga dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan dan
makanan sang ibu (Za’im, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rivai Bolotio, Muhammad Imran, dan Dewi Afiatul
Qutsiyah, yang menyatakan bahwa bahwa terdapat tiga fase dalam pendidikan pranatal, yaitu
pemilihan jodoh, pernikahan, dan kehamilan. Dari ketiga fase tersebut semuanya memliki peranan
dalam pembentukan karakter dan kecerdasan anak (Bolotio et al., 2020).Oleh karena itu, pendidikan
Islam memandang bahwa dalam rangka mendidik anak itu dimulai ketika pemilihan jodoh.
Mengenai pemilihan jodoh sendiri ini semua berkaitan pada bagaimana faktor hereditas dapat
memengaruhi karakteristik anak. Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Amini dan
Naimah mengenai pengaruh genetika pada orang tua yang lebih berpengaruh lebih besar dibanding
faktor-faktor yang diluar itu (Nur Amini and Naimah, 2020).
Selanjutnya, Elizabeth B. Hurlock juga menyampaikan bagaimana ciri-ciri dari periode
sebelum kelahiran ini, banyak dalam pernyataan dari Hurlock yang menjelaskan mengenai himbauan
bahwa pada periode pranatal masalah-masalah psikologis ibu, fisik ibu, dan kuantitas serta kualitas
dari apa yang dikonsumsi oleh sang ibu sangat memengaruhi janin. Kondisi-kondisi yang terjadi pada
kehidupan ibu hamil sangatlah memengaruhi pada apa yang terjadi didalam rahimnya (Hurlock,
1980).
Mengenai pentingnya untuk menjaga psikologis ibu, pendidikan Islam menganjurkan untuk
memberikan stimulus pendidikan berupa interaksi ibu dengan sang janin, berupa kondisi lingkungan
yang kondusif dan membaca ataupun mendengar ayat-ayat suci Al-Quran (Utama and Prasetiawati,
2020).
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Hasnahwati dikatakan bahwa salah satu yang
menjadi sebab keberhasilan pendidikan anak adalah tingkat pemahaman peran seorang ibu, dalam
penelitiannya tersebut dikatakan dalam Islam terdapat beberapa bentuk dari pendidikan anak ketika di
dalam kandungan, yaitu salat lima waktu, membaca Al-Quran, bersedekah, dan berdoa setiap
melakukan sesuatu (Hasnahwati, 2021).
Bebicara mengenai pembacaan pengaruh dari model pendidikan Islam untuk janin yang ada di
dalam kandungan kita dapat melihat pada penelitian yang dilakukan oleh Batoul Jabbari, Mojgan
Mirghafourvand, Fahhimeh Sehhatie, Sakineh Muhammad-Alizadeh-Charandabi menyatakan dalam
penelitiannya yang berusaha untuk mengungkap pengaruh dari ibu hamil yang membaca Al-Quran
dengan yang tidak membaca Al-Quran. Dalam penelitiannya tersebut ditemukan bahwa membaca Al-
Quran dengan terjemahan memiliki hasil yang sangat positif dalam mengurangi tingkat stress ibu
hamil dibandingkan dengan yang tidak membaca Al-Quran sama sekali (Jabbari et al., 2020).
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Mine Yilmaz Kocak, Nazli Nur Gocen, dan Bihter
Akin juga dikatakan bahwa dalam penelitian tersebut berusaha untuk menguji pengaruh dari
pembacaan surat Al-Insyirah. Pada penelitiannya tersebut juga ditemukan hal yang senada seperti apa
5998 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5993-6004
yang sudah disampaikan sebelumnya, bahwa pembacaan surat Al-Insyirah ini mampu mengurangi
rasa sakit, stres, dan memberikan rasa nyaman untuk ibu hamil (Kocak et al. 2022).
Pada penelitian lain juga mengungkapkan bahwa kegiatan keagamaan mampu untuk
memberikan ketenangan psikologis untuk ibu hamil. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Shannon D. Simonovic, Nadia Quad, Zehra Kanji, dan Karen M.Tabb yang menyatakan bahwa
kegiatan-kegiatan keagamaan Islam mampu untuk memberikan ketenangan dan mengurangi tingkat
depresi muslimah yang sedang mengandung (Simonovich et al., 2022).
Pada penelitian lain yang berusaha untuk mengungkapkan solusi atas kasus bayi yang lahir
dengan berat badan rendah adalah dengan terapi mendengarkan ayat-ayat Al-Quran, sebagaimana
dalam penelitian yang dilakukan oleh Muklis Hamid dan Marini yang menghasilkan penemuan positif
mengenai kasus berat badan lahir rendah yang dapat ditanggulangi dengan mendengarkan bacaan
ayat-ayat Al-Quran. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa mendengarkan ayat dapat memengaruhi
frekuensi denyut jantung dan nadi pada janin (Mukhlis and Marini, 2020).
Tradisi Betawi dan Nilai-Nilai Keislaman
Pada dasarnya proses budaya yang didalamnya terkandung erat nilai-nilai agama menurut
Nurcholish Madjid dilalui oleh beberapa siklus, yang pertama adalah ketika wujud dari segala nilai
yang ada didalam agama itu terinternalisasi kedalam masing-masing individu, yang berikutnya dengan
nilai yang sudah terinternalisasi tersebut, nilai-nilai agama itu disosialisasikan dalam masyarakat
dalam bentuk hubungan pergaulan antar manusia, dan terakhir setelah nilai-nilai tersebut
tersosialisasikan maka berikutnya adalah menginstitusionalisasikan nilai-nilai tersebut kedalam
tataran budaya (Madjid, 2014).
Tradisi betawi erat dengan nilai-nilai keislaman, berbagai macam tradisi seringkali dilakukan
dengan tata cara yang bernilai religius Islam. Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh
Suswandari, dalam penelitiannya tersebut Suswandari berusaha untuk menggali nilai-nilai yang ada
pada setiap tradisi Betawi yang ada lalu ia mencoba untuk mencari metode pembelajaran yang tepat
untuk pengembangan nilai karakter dalam mengenalkan budaya Betawi di sekolah, hasil dari
penelitiannya tersebut dikatakan terdapat beberapa nilai yang terkandung didalam budaya Betawi,
yaitu nilai religiusitas, nilai kesenian, nilai bahasa, dan nilai kepribadian (Suswandari, 2017).
Secara lebih rinci Anggi Melinda dan Sinta Paramita dalam penelitiannya yang berusaha
untuk mencari nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari tradisi palang pintu yang ada didalam
tradisi Betawi. Dalam penelitian tersebut ditemukan beberapa nilai yang disampaikan pada rangkaian-
rangkaian yang ada didalam tradisi palang pintu, yaitu nilai religius, nilai moral, dan nilai sosial
(Melinda and Paramita, 2019). Lebih lanjut lagi mengenai palang pintu Dewi Anggraeni, Ahmad
Hakam, Izzatul Mardhiah, dan Zulkifli Lubis menyampaikan bahwa dalam palang pintu terdapat nilai
religiusitas (Anggraeni et al., 2019). Oleh karena itu dalam palang pintu sangat erat kepada nilai-nilai
religiusitas keislaman didalamnya.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pranatal Dalam Buku Profil Orang Betawi Karya Ridwan Saidi, Dicky Setiady 5999
Berikutnya terdapat tradisi nyorog dalam masyarakat Betawi, yaitu tradisi memberikan
makanan kepada para orang tua, yang pada penelitian yang dilakukan oleh Abdul Qodir Zaelani
dinyatakan dalam penelitian tersebut bahwa dalam tradisi nyorog terdapat nilai-nilai keislaman yang
pada penelitiannya Abdul Qodir Zaelani berusaha untuk menghubungkan tradisi nyorog kedalam
perspektif hukum Islam (Zaelani, 2019).
Lebih lengkap lagi Ahmad Irfan meneliti dalam disertasinya mengenai nilai-nilai pendidikan
Islam yang ada didalam tradisi Betawi, dimulai dari awal kehidupan orang Betawi di dunia sampai
kepada kematiannya diteliti oleh Ahmad Irfan sebagai suatu siklus hidup, yang didalamnya terdapat
nilai-nilai pada setiap tradisinya tersebut, yaitu nilai religiusitas, nilai egaliter, dan nilai moderat.
Ahmad Irfan dalam penelitiannya tersebut juga menelaah bagaimana hal-hal yang mampu untuk
mendukung proses internalisasi nilai keislaman dan juga yang menghambat nilai-nilai tersebut untuk
melembaga kedalam kebudayaan Betawi (Irfan, 2021).
METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian yang bermetode kualitatif dengan jenis metode studi
dokumen. Studi dokumen ini sendiri dalam implementasinya berusaha untuk menggali informasi
terhadap suatu pemikiran seorang individu yang telah dituliskan kedalam sebuah naskah ataupun buku
yang sudah dipublikasikan. Penelitian dokumen ataupun studi dokumen ini berfokus kepada
penggunaan analisis pada bahan tertulis yang sesuai dengan topik pembicaraan (Sani, 2022).
Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini berusaha untuk menginterpretasikan nilai-nilai
pendidikan Islam di fase pranatal dari hasil karya dari Ridwan Saidi dalam bukunya yang berjudul
Profil Orang Betawi. Sebagai validitas analisis yang dilakukan peneliti, maka peneliti berusaha
menguatkan analisis tersebut dengan mendatangkan data-data dari penelitian yang relevan mengenai
konteks yang ada.
Selain itu, peneliti juga sedikit melakukan wawancara mengenai apa yang dibutuhkan dalam
meraih data yang tepat, untuk mendukung penelitian ini agar lebih lengkap dalam pembahasan
menyebutnya dengan istilah ngedelengin. Berikutnya perwakilan dari keluarga laki-laki akan
menemui keluarga bakal calon mempelai wanita yang hendak dipinang. Kedatangan perwakilan calon
mempelai laki-laki sudah menyatakan niatnya. Setelah itu sang perwakilan memberikan foto atau
gambar calon mempelai wanita kepada sang calon mempelai laki-laki, ini disebut dengan ajar kenal.
Setelah sang calon mempelai laki-laki setuju maka ia akan mendatangi calon mempelai wanitadalam
rangka berbicara untuk saling mengenal satu sama lain. Calon mempelai pria datang dengan
membawa berbagai macam makanan kepada calon mempelai wanita.
Jika kita melihat tradisi nyerep-nyerepin ini, sangat sesuai dengan apa yang dibuat pada
konsep teori sebelumnya, bahwa pendidikan Islam pranatal dimulai pada saat memilih jodoh. Melihat
bagaimana peran perantara yang ada dalam narasi buku dari Ridwan Saidi ini, tampak erat nilai
akhlak yang ada didalamnya. Melihat bagaimana peran dari perwakilan calon mempelai pria
menghubungkan dengan keluarga dari calon mempelai wanita tampaknya menjadi suatu peranan yang
penting dalam membangun nilai pendidikan Islam didalamnya.
Peran untuk menghindari tradisi pacaran yang dilarang dalam Islam yang membuat kedua
insan bertemu melalui jalan yang halal membuat nilai-nilai pendidikan Islam terbangun dalam tradisi
ini. Hal ini sangat mendukung untuk pendidikan janinnya nanti dalam perspektif keislaman bahwa
nilai-nilai akhlak sudah dibangun sebelum kelahirannya. Namun sebagaimana dikatakan oleh Ahmad
Irfan dalam bukunya yang berjudulu Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Betawi maka kondisi saat
ini banyak berubah dimana anak-anak saat ini lebih ingin mencari pasangan hidupnya sendiri, tanpa
perlu menggunakan jasa mak comblang (Ahmad Irfan, 2021). Dari observasi peneliti sendiri sudah
sangat jarang melihat tradisi mak comblang ini, sesekali peneliti melihat tradisi ini dilakukan oleh
keluarga ustadz-ustadz ataupun kyai-kyai di masyarakat Betawi.
Selanjutnya yang kedua peneliti melihat bagaimana tradisi duduk nikah dalam buku karya
ridwan saidi ini, dengan alunan musik rebana dengan diiringi penampilan palang pintu membuat nilai-
nilai keislaman, sebagaimana yang ada didalam konsep teori maka palang pintu sendiri erat dengan
nilai sosial. Begitu juga rebana, dengan lantunan shalawat yang ada membuat nilai religiusitas
semakin erat adanya. Ahmad Irfan sendiri dalam bukunya menyatakan bahwa dalam tradisi palang
pintu biasanya terdapat pembacaan ayat suci Al-Quran juga didalamnya dalam bukunya disebut
dengan sike (Ahmad Irfan, 2021). Maka dengan tambahan tersebut nilai religiusitas memang sangat
erat didalamnya.
Ketiga, pendidikan Islam pranatal dalam tradisi Betawi pada buku Profil Orang Betawi karya
Ridwan Saidi ini adalah tradisi nuju bulanin. Tradisi yang dilakukan ketika sang istri sedang
mengandung dalam usia kandungan tujuh bulan ini dilakukan oleh masyarakat Betawi yang menurut
hemat peneliti tradisi ini sangat erat sekali rangkaian kegiatannya dengan nilai pendidikan Islam
pranatal. Dalam buku karya Ridwan Saidi ini sendiri dijelaskan bahwa tradisi ini mengundang seluruh
kerabat dan keluarga untuk bersama-sama membaca tahlil. Penulis juga menuliskan dalam narasinya
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pranatal Dalam Buku Profil Orang Betawi Karya Ridwan Saidi, Dicky Setiady 6001
bahwa pengajian dilakukan setiap malam sampai masa kelahiran datang. Surat yang biasa dibaca
adalah surat Yusuf.
Ahmad Irfan menyatakan sebab dari dilakukannya tradisi nuju bulanin ini. Bahwa tradisi ini
dilakukan karena janin sudah sempurna, sudah berbentuk, dan sudah ditiupkan oleh Allah, sehingga
menurut orang-orang Betawi peristiwa ini harus disyukuri, oleh karena itu dibuat upacara nuju bulanin
ini (Ahmad Irfan, 2021).
Peneliti melihat hal tersebut sebagai bentuk nilai akidah yang timbul melalui tradisi nuju
bulanin ini. Selain relaksasi untuk ibu hamil tampaknya pembacaan ayat suci Al-Quran ini memiliki
pengaruh positif untuk kesehatan janin sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya.
Tampaknya dari ketiga tradisi tersebut, maka nilai yang terkandung adalah nilai akhlak, nilai
sosial, nilai religiusitas, dan nilai akidah.
Faktor Pendukung dan Penghambat Internalisasi Nilai Pendidikan Islam Pranatal dalam Tradisi
Betawi
Melalui penelitian Dr. Ahmad Irfan yang disertasinya membahas mengenai Nilai Pendidikan
Islam dalam Upacara Daur Hidup Masyarakat Betawi dan Dampaknya Terhadap Perilaku
Keberagamaan, menyampaikan beberapa faktor pendukung dan penghambatnya.
Dari apa yang peneliti simpulkan dari penelitiannya tersebut yang beberapa kali dalam
penelitiannya tersebut mengutip perkataan Ridwan Saidi sebagai tokoh Betawi, bahwa faktor
pendukung terinternalisasinya nilai-nilai pendidikan Islam ada pada kesadaran beragama yang kuat
dari orang-orang Betawi yang seringkali anak-anak mereka diajak ikut untuk mengikuti kegiatan
tradisi Betawi yang kaya nilai-nilai keislaman, lalu peran dari organisasi kebetawian ataupun
komunitas kebetawian juga memengaruhi internalisasi nilai pendidikan Islam khususnya majelis
taklim, dan tampaknya pergerakan dari lembaga pendidikan formal yang mengadakan mata pelajaran
muatan lokal PLBJ tampaknya semakin mengeratkan nilai-nilai keislaman.
Mengenai faktor penghambat yang ada tampaknya faktor warisan keilmuan yang kurang
disebabkan wafatnya para tokoh-tokoh Betawi. peneliti pun menyampaikan kekurangan tutor
kebudayaan yang kurang kepada masyarakat. Lalu berikutnya faktor ekonomi pun menjadi penyebab
kurang terlaksananya tradisi Betawi di masyarakat sehingga beberapa orang Betawi lebih memilih
langkah yang cenderung simpel ataupun praktis dalam pelaksanaannya, dan yang terakhir
perkembangan iptek selain memberikan informasi yang luas dan mungkin saja menjadi ladang
penyebaran ilmu kebudayaan Betawi, namun juga menjadi faktor penghambat dengan budaya-budaya
negatif yang mudah diakses melalui media digital (A Irfan).
KESIMPULAN
Proses internalisasi nilai pendidikan Islam pranatal melalui tradisi Betawi dalam buku Profil
Orang Betawi karya dari Ridwan Saidi ini setidaknya terdapat tiga tradisi, yaitu nyerep-nyerepin,
duduk nikah, dan nuju bulanin.Dari ketiga tradisi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa didalamnya
6002 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5993-6004
terkandung beberapa nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu nilai religiusitas berupa nilai akidah dan nilai
akhlak, selain itu didalamnya terdapat nilai sosial yang menggambarkan gotong royongnya antar
keluarga dalam membentuk pendidikan Islam.Faktor yang mendukung terinternalisasinya nilai
pendidikan Islam tampaknya melalui peran masyarakat sangat besar pengaruhnya komunitas,
organisasi, dan majelis taklim memegang peranan besar, juga orang tua memiliki peran dalam
menanamkan nilai pendidikan Islam.Faktor penghambat menurut analisis peneliti lebih kepada
terpotongnya jalur pewarisan kebudayaan kepada generasi berikutnya menjadi faktor penghambat,
selebihnya faktor penghambat lebih kepada arus negatif perkembangan iptek menjadi faktor
penghambat yang ada.
REFERENCES
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. 7th Ed., Bulan Bintang,
1993.
Anggraeni, Dewi, Et Al. “Membangun Peradaban Bangsa Melalui Religiusitas Berbasis Budaya
Lokal.” Jurnal Online Studi Al-Qur’an, Vol. 15, No. 1, Jan. 2019, Pp. 95–116,
Https://Doi.Org/10.21009/JSQ.015.1.05.
Azra, Azyumardi. Membebaskan Pendidikan Islam. Edited By Idris Thaha, Kencana, 2020.
Bolotio, Rivai, Et Al. “Konsep Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Pendidikan Islam.” The Teacher
Civilization: Islamic Education Journal, Vol. 1, No. 2, 2020,
Https://Doi.Org/Http://Dx.Doi.Org/10.30984/Jpai.V1i2.1173.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. 13th Ed., Bumi Aksara, 2017.
Djalaluddin. Ibu Madrasah Umat: Fungsi & Peran Kaum Ibu Sebagai Pendidik Kodrati. Kalam
Mulia, 2016.
Harahap, Radinal Mukhtar. “NARASI PENDIDIKAN DARI TANAH BETAWI: Pemikiran Sayyid
Usman Tentang Etika Akademik.” Journal Of Contemporary Islam And Muslim Societies,
Vol. 2, No. 2, Feb. 2019, P. 174, Https://Doi.Org/10.30821/Jcims.V2i2.2919.
---. “PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA ABAD KE-19: Menelisik Serpihan
Pemikiran Sayyid Usman.” Islamijah: Journal Of Islamic Social Sciences, Vol. 1, No. 2, May
2020, P. 199, Https://Doi.Org/10.30821/Islamijah.V1i2.7364.
Hasnahwati, Hasnahwati. “IMPLIKASI PENDIDIKAN ISLAM SEJAK ANAK DALAM
KANDUNGAN.” Jurnal Andi Djemma : Jurnal Pendidikan, Vol. 4, No. 1, Feb. 2021, P. 8,
Https://Doi.Org/10.35914/Jad.V4i1.675.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Edited By Ridwan Max Sijabat, 5th Ed., Erlangga, 1980.
Irfan, A. Nilai Pendidikan Islam Dalam Upacara Daur Hidup Masyarakat Betawi Dan Dampaknya
Terhadap Perilaku Keberagamaan. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung,
25 Nov. 2021, Https://Etheses.Uinsgd.Ac.Id/46496/.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pranatal Dalam Buku Profil Orang Betawi Karya Ridwan Saidi, Dicky Setiady 6003
Irfan, Ahmad. Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Betawi. CV. Putra Surya Santosa, 2021.
Jabbari, Batoul, Et Al. “The Effect Of Holly Quran Voice With And Without Translation On Stress,
Anxiety And Depression During Pregnancy: A Randomized Controlled Trial.” Journal Of
Religion And Health, Vol. 59, No. 1, Feb. 2020, Pp. 544–54,
Https://Doi.Org/10.1007/S10943-017-0417-X.
Kocak, Mine Yilmaz, Et Al. “The Effect Of Listening To The Recitation Of The Surah Al-Inshirah
On Labor Pain, Anxiety And Comfort In Muslim Women: A Randomized Controlled Study.”
Journal Of Religion And Health, Vol. 61, No. 4, Aug. 2022, Pp. 2945–59,
Https://Doi.Org/10.1007/S10943-021-01356-W.
Latipah, Tiya, Et Al. “Urgensi Pendidikan Prenatal Dalam Prespektif Islam.” AS-SABIQUN, Vol. 4,
No. 3, July 2022, Pp. 484–500, Https://Doi.Org/10.36088/Assabiqun.V4i3.1918.
Madjid, Nurcholish. Masyarakat Religius. 3rd Ed., PARAMADINA, 2014.
Melinda, Anggi, And Sinta Paramita. “Makna Simbolik Palang Pintu Pada Pernikahan Etnis Betawi
Di Setu Babakan.” Koneksi, Vol. 2, No. 2, May 2019, P. 218,
Https://Doi.Org/10.24912/Kn.V2i2.3888.
Mukhlis, Hamid, And M. Marini. “Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Denyut Nadi Dan Pernafasan
Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah.” Indonesia Berdaya, Vol. 1, No. 1, Feb. 2020,
Pp. 29–37, Https://Doi.Org/10.47679/Ib.202015.
Muthohar, Sofa. “Antisipasi Degradasi Moral Di Era Global.” Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, Vol.
7, No. 2, Mar. 2016, Pp. 321–34, Https://Doi.Org/10.21580/Nw.2013.7.2.565.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara, 1995.
Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia.
Prenadamedia Group, 2018.
---. Psikologi Pendidikan Islam. Rajawali Pers, 2018.
---. Studi Islam Komprehensif. 3rd Ed., Prenadamedia Group, 2018.
Ningrum, Fadhlika Cahya. “URGENSI PENGETAHUAN PARENTING SKILL ISLAMI BAGI
ORANG TUA UNTUK PEMBINAAN AKHLAK ANAK.” MA’ALIM: Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 2, No. 02, Dec. 2021, Https://Doi.Org/10.21154/Maalim.V2i2.3648.
Nur Amini, And Naimah Naimah. “FAKTOR HEREDITAS DALAM MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN INTELLIGENSI ANAK USIA DINI.” Jurnal Buah Hati, Vol. 7, No. 2,
Sept. 2020, Pp. 108–24, Https://Doi.Org/10.46244/Buahhati.V7i2.1162.
Nur Bintari, Pramudyasari, And Cecep Darmawan. “PERAN PEMUDA SEBAGAI PENERUS
TRADISI SAMBATAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KARAKTER GOTONG
ROYONG.” JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL, Vol. 25, No. 1, Sept. 2016, P. 57,
Https://Doi.Org/10.17509/Jpis.V25i1.3670.
6004 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5993-6004