Skripsi Nuraeni 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu tanaman


I I I I

sayuran yang penting di Indonesia karena memiliki nilai ekonominya yang besar.
I I I

Cabai merah segar atau olahan dimakan. Cabai merah pertama kali digunakan

sebagai bahan pokok rumah tangga, terutama sebagai suplemen makanan dan

seringkali sebagai bumbu dan komponen obat tradisional. (Ganefianti & Wiyanti, I

1997; Rahmi et.al., 2002).

Kelor (Moringa oleifera L), merupakan tanaman yang mengandung asam


I I I I

amino dan hampir semua makronutrien. Perkembangan tanaman dapat dipercepat

secara alami dengan menggunakan ekstrak daun kelor. Hal ini disebabkan karena
I I

daun kelor kaya akan mineral seperti Ca, K, dan Fe, serta zeatin, sitokinin,
I I I I

askorbat, dan fenolik, yang semuanya dapat merangsang perkembangan tanaman.

Pupuk organik terbaik untuk semua jenis tanaman adalah ekstrak daun kelor
I

karena kandungan nutrisinya yang tinggi. (Krisnadi, 2015).

Air cucian beras sering disebut dengan “air leri”, air cucian beras
I I I

diperoleh selama proses pencucian beras. Karena nasi (beras) merupakan

makanan pokok yang umum di Indonesia dan termasuk karbohidrat yang tinggi,

maka relatif mudah untuk mendapatkannya. nilai nutrisi substansial karbohidrat,

yang terutama terdiri dari pati (85-90%), lemak, protein gluten, selulosa, dan
I I

hemiselulosa, serta vitamin tingkat tinggi . Niasin, riboflavin, piridoksin, dan


I I I

thiamin adalah vitamin yang terdapat dalam air cucian beras. Ini juga termasuk

1
mineral seperti kalsium, magnesium, dan besi, yang diperlukan untuk

pertumbuhan jamur. (Astuti, 2013).

Secara umum pertumbuhan tanaman cabai masa vegetatif berlangsung dari

0 hingga 40 hari setelah tanam dan dibagi menjadi dua fase yaitu terdapat pada

fase generatif dan fase vegetatif. (HST). Setelah tanam, tanaman cabai melalui

fase generatif selama 40–50 hari sebelum berhenti menghasilkan buah. Selama

fase vegetatif, pertumbuhan biasanya menghasilkan perkembangan batang dan

akar. Ini biasanya digunakan selama periode generatif untuk pembungaan,


I

pembuahan, pengisian buah, pengembangan buah, dan pematangan buah.


I

(Wahyudi dan Topan, 2011).

Menurut Harpenas dan Dermawan (2010), Tumbuhan mirip perdu tahunan


I I

yang disebut cabai merah keriting memiliki akar tunggang. Struktur akar tanaman

cabai agak tersebar dan berukuran panjang antara 25 dan 35 cm. Akar ini

melayani berbagai keperluan, termasuk memperkuat batang tanaman dan

menyerap air dan nutrisi dari bumi. Akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus
I I

dengan permukaan, bertindak sebagai penguat coklat yang memanjang sekitar 200
I

sentimeter. Akar cabang muncul dari akar tunggang, berkembang secara

horizontal di dalam tanah, dan diikuti oleh akar kecil berserat yang berkelompok

bersama untuk menciptakan massa yang padat. Selanjutnya menurut (Prajnanta,

2007). Akar tunggang (primer) dan akar samping membentuk akar tunggang

tanaman lada. Akar tunggang tanaman cabai terdiri dari akar lateral (sekunder)
I

yang muncul dari helaian akar dan akar utama (primer). Akar primer memiliki

panjang antara 35 dan 50 sentimeter, dan akar lateral berjarak 35 hingga 45 cm.

2
Keunggulan dan manfaat pupuk organik cair antara lain dapat
I

mempromosikan dan meningkatkan perkembangan nodul akar dan klorofil daun


I

pada tanaman polongan, meningkatkan kapasitas tanaman polongan untuk

menyerap nitrogen secara fotosintesis dari atmosfer. Karena komponen utama

pupuk organik cair bersifat alami, tidak berdampak negatif bagi kesehatan

tanaman dan mudah diasimilasi oleh tanaman secara keseluruhan. Pupuk cair

daun, yang terutama didistribusikan melalui daun dan mengandung unsur makro
I I

dan mikro yang vital, adalah pupuk cair organik. (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu,
I

Fe, Mn, dan bahan organik). (Yusuf, T. 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian yang berjudul “Efektivitas


I I

Air Cucian Beras Dan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L) Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum

Annuum L).“ Di Desa Gattareng Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh air cucian beras dan ekstrak daun kelor (Moringa
I I

oleifera L.) terhadap perkembangan dan produksi tanaman cabai merah keriting
I

(Capsicum annuum L.)?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh air cucian beras dan ekstrak daun kelor
I

(Moringa oleifera L) terhadap perkembangan dan produksi tanaman cabai merah


I

keriting (Capsicum annuum L.)

3
1.4. Hipotesis

Diduga ada pengaruh pemberian kandungan air cucian beras dan ekstrak
I

daun kelor (Moringa oleifera L) terhadap perkembangan dan produksi tanaman


I I I I

cabai merah keriting (Capsicum annuum L.).


I

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Cabai Merah Keriting

Klasifikasi cabai dalam aksonomi sebagai berikut:


I I

I Kingdom : Plantae I

Divisio
I : Spermatophyta I

Subdivisio
I : Angiospermae I

Class
I : Dicotyledone I

Subclass
I : Sympetalae I

Ordo
I : Solanace I

I Familia : Solanaceae I

I Genus : Capsicum I

Spesies
I : Capsicum annuum L I

2.2. Morfologi Tanaman Cabai Merah Keriting

1. Batang

Menurut Agromedia (2008), batang semur cabai memiliki batang berkayu,


I I I I

ruas-ruas, percabangan yang lebar, persilangan segi, batang muda dengan rambut

halus berwarna hijau.

2. Daun

Menurut Hewindati (2006), daun cabai berbentuk lonjong dengan ujung


I

mengencang atau disebut oblongus acutus, tulang daunnya menyirip dan I

dilengkapi dengan urat daun. Permukaan atas daun berwarna hijau kusam,
I I I

5
sedangkan permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau menyilaukan.
I I I I

Panjang daun berkisar antara 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 c cabai, seperti halnya
I I

bunga tanaman lainnya, berbentuk seperti terompet, menurut Wiryanta (2002).

3. Bunga

Cabai merupakan bunga lengkap dengan kelopak, mahkota, benang sari,


I I

dan putik. Bunga cabai juga merupakan bunga berkelamin dua karena benang sari

dan putik berada pada tangkai yang sama dan bunga cabai muncul dari ketiak

daun. I

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah Keriting


I

Cabai dapat ditanam di persawahan dan daerah gersang, di dataran rendah


I

dan pegunungan, serta pada musim kemarau dan musim hujan. (Setiadi, 2005).

Agar tanaman cabai dapat menghasilkan output yang berkualitas, maka harus

diperhatikan kondisi tertentu, yaitu:

2.3.1. Ketinggian Tempat dan Iklim

Jenis cabai yang sebaiknya ditanam tergantung pada ketinggian daerah.

Misalnya, hasil menanam paprika di iklim panas akan mengecewakan. Hal ini

disebabkan varietas cabai ringan ini membutuhkan daerah dengan suhu siang hari

rata-rata 24 hingga 27 derajat Celcius dan suhu malam hari 13 hingga 16 derajat

Celcius. Kisaran suhu ideal untuk menanam cabai adalah antara 21 hingga 28

derajat Celcius, terutama untuk cabai berukuran besar. Untuk tahap pembungaan,

kisaran suhu yang ideal adalah antara 18 hingga 26,7 derajat Celcius.

Temperatur rata-rata yang terlalu tinggi dapat menurunkan jumlah buah.


I I I I I

Suhu rata-rata diatas 30oc dapat mengakibatkan tepung sari menjadi tidak
I I I I

6
berfungsi. Temperatur rata-rata malam hari yang tinggi juga dapat berdampak
I I I

negatif pada produksi cabai. Pada saat tanaman cabai berbunga, hujan lebat dapat
I

menyebabkan bunga patah sehingga buah menjadi lebih kecil. Tanaman cabai

akan tumbuh subur pada lingkungan dengan kelembapan tinggi meskipun tidak I

menyukai curah hujan yang tinggi. Dibandingkan cabai merah besar, cabai merah
I

kecil sedikit lebih tahan terhadap hujan. (Widodo, 2006).

2.3.2. Air

Bagi tanaman, air sangat penting. Ini membantu penyerapan nutrisi

(makanan) oleh akar tanaman dari tanah, mengangkut produk fotosintesis dari
I I I I

daun ke seluruh area tanaman, dan memungkinkan aerasi udara dan pengiriman
I I

oksigen di dalam tanah. Jika terlalu banyak air di lokasi penanaman, tanah akan

menjadi lembek dan becek. Aerasi udara dan aliran oksigen dalam tanah akan

terganggu, dan akar tanaman dapat terserang penyakit busuk akar yang
I I I

mematikan tanaman. Efek ini juga akan terjadi seolah-olah tidak ada cukup air.
I

2.3.3. Tanah

Tanaman dapat tumbuh di tanah. Bahan organik harus melimpah dan bumi

harus subur. Meskipun pH tanah berkisar antara 6,0 sampai 7,0, akan lebih baik
I I I

jika mendekati 6,5. Kotoran harus memiliki tekstur yang longgar atau rapuh.

Tanaman cabai masih dapat tumbuh di tanah liat, baik tanah liat merah maupun
I I I

tanah liat hitam. Sebelum menanam, properti tersebut harus disiapkan.


I I

Dalam banyak hal, karakteristik lingkungan fisik lingkungan tempat

tanaman cabai ditanam mempengaruhi perkembangan dan keluarannya. Meskipun

pH bumi berkisar antara 6,0 hingga 7,0, pH 6,5 lebih disukai. Tanah yang

7
mengandung pasir, subur, gembur, dan tanah yang banyak mengandung bahan
I I I I

organik merupakan jenis tanah yang paling baik untuk menanam cabai. (Setiadi,
I

1995).

2.4. Klasifikasi Tanaman Kelor (Moringa oleifera L) I

Kelor diklasifikasikan dalam taksonomi sebagai berikut menurut (USDA, I

2013) :

I Kingdom : Plantae I

Sub kingdom : Tracheobionta


I I

Superdivisi
I : Spermatophyta I

Divisi
I : Magnoliophyta I

I Kelas : Magnoliopsida I

Subkelas
I : Dilleniidae I

I Famili : Moringace ae I

I Genus : Moringa I

Spesies
I : Moringa oleifera Lam I

2.5. Deskripsi Tanaman kelor (Moringa oleifera)

Tanaman tropis seperti tanaman kelor (Moringa oleifera) mudah tumbuh


I I

di negara-negara dunia, termasuk Indonesia. Semak kelor dapat tumbuh hingga

ketinggian 7 hingga 11 meter. Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon yang

memiliki akar yang dalam, umur panjang, rapuh, mudah patah dahan terbuat dari

kayu, berdiri tegak, berwarna putih kotor, berkulit tipis, permukaan kasar, dan
I I

jarang bercabang.
I

8
Bunga berwarna putih kekuningan dengan keharuman khas mekar
I

sepanjang tahun di pohon kelor. Buah dari tanaman kelor berbentuk panjang dan

berbentuk segitiga, berukuran panjang 20–60 sentimeter. Saat buah kelor masih

muda, warnanya hijau; seiring bertambahnya usia, warnanya menjadi coklat.

(Tilong, 2012).

Tanaman kelor banyak berkembang di Indonesia yang mempunyai nama I

yang berbeda disetiap daerah, kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Maronggih
I I

(Madura), Moltong (Flores), Keloro (Bugis), Ongge (Bima), dan Hau fo,

digunakan di berbagai daerah di Indonesia. (Timur). Genus tumbuhan berbunga

yang termasuk kelor ini memiliki daun berbentuk lonjong dengan ukuran I

majemuk kecil tersusun dalam satu tangkai . (Tilong 2012). Citaasa tanaman kelor
I

agak pahit, mereka netral dan tidak beracun. (Hariana, 2008).

Daun kelor memiliki rupa bulat telur dengan pinggiran daun rata dan
I

ukurannya kecil-kecil tertata majemuk dalam satu tangkai (Tilong, 2012).

Terdapat beberapa julukan untuk pohon kelor diantaranya The Miracle Tree, Tree

For Life, dan Amazing Tree. Julukan tersebut muncul karena bagian pohon kelor
I I

mulai dari daun, buah, biji, bunga, kulit, batang, hingga akar memiliki 8 manfaat
I I I

yang luar biasa. Tanaman kelor mampu hidup di berbagai jenis tanah, tidak
I I

memerlukan perawatan yang intensif, bisa tahan terhadap musim kemarau, dan
I I

mudah dibudidayakan (Simbolon dkk 2007 ).


I I

9
2.6. Deskripsi Air Cucian Beras

Saat mencuci beras, dihasilkan air yang terkadang disebut sebagai "air

leri". Sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan nasi (beras) sebagai


I I I

makanan sehari-hari yang mengandung karbohidrat cukup tinggi untuk


I I I

memenuhi kebutuhan energinya, sehingga relatif mudah untuk memperoleh air


I

cucian beras. Air pencuci beras sejauh ini jarang digunakan; itu biasanya dibuang.

Sebenarnya air yang digunakan untuk membersihkan beras masih mengandung

senyawa-senyawa alami yang dapat digunakan, seperti karbohidrat dan vitamin


I I

seperti thiamin. (Moleksin, 2015).


I

Saat ini mulai dilakukan kajian pemanfaatan air cucian beras sebagai
I I I

bahan penelitian, antara lain pemanfaatan bahan tersebut sebagai bahan baku,
I I I I

pupuk untuk pengembangan tanaman, bahan baku pembuatan bioetanol, media


I I I I

tumbuh jamur. , dan banyak aplikasi lainnya. Alhasil, saat ini air cucian beras
I II

digunakan untuk menciptakan barang-barang yang lebih bermanfaat. (Susilawati,


I

2016). I

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tanaman cabai merah keriting ini dilakukan di Desa I

Gattareng Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone, Pelaksanaan penelitian


I

berlangsung selama 3 bulan, sejak bulan Agustus 2022 sampai bulan Oktober
I

2022.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan berbagai material dan perabotan akan dipakai
I

yaitu : bahan berupa benih cabai merah, air cucian beras, daun kelor, dan gula

merah. Sedangkan alat yang digunakan berupa cangkul, polybag, tanah, meteran,

pengaduk, ember atau 1 wadah air mineral berukuran 1,5 liter dan alat tulis.

3.3. Cara Membuat Pupuk Organik Cair

1. Daun kelor di haluskan yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara

diblender, tambahkan air cucian beras untuk memudahkan pemblenderan.

Setelah diblender halus, tuangkan ke dalam wadah yang telah disiapkan.

2. Di tambahkan gula merah halus, tambahkan pula air cucian beras sesuai

takaran, aduk hingga tercampur merata.

3. Proses selanjutnya adalah fermentasi, caranya memasukkan campuran

material ke dalam wadah, jangan hingga penuh sisakan ruang kosong

untuk menampung gas yang dihasilkan dari proses fermentasi, kemudian

tutup rapat.

11
4. Proses fermentasi ini tidak menggunakan fermentor atau bioaktivator

seperti EM4 ataupun MOL, karena daun kelor itu sendiri merupakan

sumber mikroorganisme, sehingga proses fermentasi ini sekaligus untuk

menghasilkan MOL (mikroorganisme lokal) dari daun kelor tersebut.

5. Proses fermentasi ini berjalan selama 7-10 hari, dan selama proses
I I I

fermentasi bukalah tutupnya setiap pagi hari.


I I I

Cara pengaplikasian POC :

1. Setelah 7-10 hari proses fermentasi, pupuk organic cair daun kelor serta air

cucian beras sudah siap untuk digunakan dengan cara menyaringnya

terlebih dahulu untuk memisahkan pupuk cair dan ampasnya. Sebelum

digunakan, pupuk organik cair tersebut perlu ditambah dengan air bersih

untuk mengencerkannya.

2. Cara aplikasi pupuk organic cair dari daun kelor dan air cucian beras ini

dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dikocorkan atau disiramkan pada

media tanam dan disemprotkan ke daun tanaman.

3. Adapun dosis POC untuk aplikasi dengan cara dikocor misalnya untuk 200

ml POC dilarutkan dengan 2 liter air. Sedangkan dosis aplikasinya pada

tanaman adalah 200 ml per tanaman, dan untuk tanaman yang masih kecil

cukup 100 ml, dengan interval pemberiannya adalah 1-2 minggu sekali.

4. Dosis POC untuk aplikasi dengan cara disemprotkan adalah 1:3, artinya 1

bagian POC untuk dilarutkan dengan 3 bagian air. Misalnya untuk 100 ml

POC dilarutkan dengan 3 liter air.

12
3.4. Rancangan Penelitian I

Penelitian ini dikerjakan melalui percobaan lapangan dengan Rancangan


I

Acak kelompok (RAK) dari 5 perlakuan serta 3 ulangan sehingga terdapat 15


I I I

percobaan. Setiap petak memiliki 2 m x 2 m pada jarak tanam 30 cm. Setiap petak

terdapat 25 sampel, untuk diamati sebanyak 3 tanaman, sehingga total tanaman

yang akan diamati adalah 3 x 15 = 45 tanaman. Adapun data yang dimanfaatkan

terhadap penelitian ini adalah data kuantitatif.

Keterangan :

P0 : Kontrol Pupuk Organik Cair


I I

P1 : Kosentrasi Pupuk Organik Cair (200 ml/liter air cucian beras dan ekstrak

kelor)

P2 : Kosentrasi Pupuk Organik Cair (250 ml/liter air cucian beras dan ekstrak
I I I

kelor)

P3 : Kosentrasi Pupuk Organik Cair (300 ml/liter air cucian beras dan ekstrak
I I

kelor)

P4 : Kosentrasi Pupuk Organik Cair (350 ml/liter air cucian beras dan ekstrak
I I

kelor) I

3.5. Komponen Pengamatan

1. Tinggi tanaman (cm)

2. Panjang daun (cm)

3. Lebar daun (cm)

4. Jumlah buah (biji)

5. Berat buah (gr)

13
3.6. Analisis Data

Jenis penggunaan analisis data yang dipakai untuk penelitian ini adalah

ANOVA (Analisis Of Varians).

1. Faktor Korelasi (FK)

2. Jumlah Juadrat Perlakuan (JKP)

3. Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK)

4. Jumlah Kuadrat Tabel (JKT)

5. Jumlah Kuadrat Sisa (JKS)

6. Kuadrat Tengah Kelompok (KTK)

7. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)


I

8. Kuadrat Tengah Sisa (KTS)

Adapun Denah Penelitian sebagai berikut : I

Ulangan I I Ulangan II I Ulangan IIII

P1 P3 P2

P0 P2 P3

P2 P1 P0

P3 P0 P1

P4 P4 P4

14
Adapun rumus untuk rancangan kelompok (RAK) menurut Hanafiah

(2004) sebagai berikut.

RUMUS : a. ‣ y = Nilai total perlakuan hasil pengamatan

t = Jumlah perlakuan

b = Jumlah kelompok

b. JKP = - FK

c. JKK = - FK

d. JKT = y1-FK

e. JKS = JKT-JKP-JKK

f. KTP = JKP / (t-1)

g. KTK = JKK / (b-1)

3.7. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembibitan Tanaman Cabai

Bibit yang digunakan adalah varietas Cabai keriting hibrida dapat dipanen

dalam jangka waktu lama karena berbunga terus menerus dan perkembangannya

sangat kuat dan kokoh. Teknik yang digunakan untuk menanam cabai merah

keriting ada 1 metode yaitu melakukan pembibitan tanaman cabai merah keriting

dengan cara penyemaian pada polybag.

Bibit cabe merah keriting dipindahkan dalam bedengan setelah usia 20 hst dan

mempunyai 4-5 helai daun. Media yang dipakai adalah tanah, sekam jadi, dan

pupuk kandang pada perbandingan 2:1:1. Polybag yang dikenakan berukuran


I

kecil dengan ukuran luas 6,5 cm dan lebar 3,5 cm.


I

15
2. Penyiapan Lahan

Untuk mengurangi erosi pada polybag, tanah harus terbuka dan tidak

terlalu landai saat memilih lokasi penanaman cabai merah keriting. Tujuannya

adalah memindahkan benih dari bedengan setelah persiapan lahan selesai,

sehingga penyemaian dilakukan bersamaan dengan persiapan lahan.

3. Penggarapan tanah

Penggarapan tanah dilakukan dengan mencangkul sehingga tanah menjadi

gembur. Media tanam untuk cabai merah dibersihkan pertama-tama dari semua

gulma dan kotoran dan kotoran. Setelah tanah diratakan dan dibajak atau diolah di

diamkan selama satu minggu, kemudian dibuat bedengan menggunakan ukuran 2


I

m x 2 m dari 5 perlakuan dan 3 ulangan.

4. Pembuatan bedeng

Bedeng di buat dari ukuran beraneka ragam, yakni pada lebar 2 m serta

panjang 2 m. Pada waktu membuat bedeng sekaligus juga membuatan saluran

antar bedengan.

5. Pengaturan jarak tanam

Pengaturan kebutuhan ruang pada tanaman cabai merah perlu diperhatikan

karena dapat berdampak pada produksi tanaman nantinya. Jarak tanam 30 cm dan

jarak antar bedengan 40 cm. Dengan mengatur jarak tanam, diantisipasi agar

setiap tanaman tidak berebut unsur hara, air atau sinar matahari. Sehingga

pertumbuhan tanaman cabe berjalan dengan efektif yang akan berdampak positif

pada hasil panen nantinya.

16
6. Penanaman

Setelah bibit cabe berumur 20 hari dan tinggi 10-15 sentimeter, atau bila

benih sudah memiliki minimal empat helai daun, maka benih cabai dapat

dipindahkan ke bedengan. Upaya dilakukan untuk menghindari kerusakan akar

selama pemindahan dan penempatan benih tersebut. Benih terpilih disemai

dengan cara ditaburkan di lubang tanam. Tanah di sekitar tanaman ditimbun

sehingga pangkal batang ditekan dan ditekan hingga tanaman dalam posisi kuat.

Penyiraman kemudian cukup untuk mencegah tanaman layu.

8. Penyulaman

Penyulaman dilaksanakan pada tunas mati serta tanaman yang

pertumbuhannya kurang baik. Penyulaman dilakukan setelah tunas muda

bermunculan.

9. Irigasi

Cabai merah keriting ini pada awalnya air dibutuhkan untuk

perkembangan daun, cabang, dan buah. Tanaman cabe akan berproduksi lebih

sedikit jika kebutuhan airnya tidak terpenuhi. Akibatnya, jika tidak ada atau

sedikit hujan, diperlukan pengairan yang luas.

10. Pemupukan

Pemupukan dilaksanakan untuk tanaman bisa tumbuh subur serta

menghasilkan tanaman yang optimal, pupuk yang digunakan untuk tanaman cabai

merah yaitu POC dibuat dengan bahan air cucian beras, gula merah dan daun

kelor. Pengaplikasian POC untuk tanaman cabe merah dilakukan pada umur 20,

17
40 dan 60 HSPT dengan takaran pupuk organik cair 200 ml/liter air,, 250 ml/liter
I

air, 300 ml/liter air, serta 350 ml/liter air.

11. Perlindungan Tanaman

Tanaman harus dilindungi dari potensi bahaya yang disebabkan oleh

penyusup. Hama, penyakit, dan gulma adalah contoh penyusup. Untuk mulai

melindungi tanaman, pertahankan populasi hama, penyakit, dan gulma serendah


I

mungkin sebelum operasi penanaman dimulai. Secara umum, tujuan dari upaya

perlindungan ini adalah untuk menjaga dan mencegah (mencegah) kerusakan


I

yang disebabkan oleh keberadaan tubuh penyusup, bukan untuk mengobatinya.

(kuratif). Pestisida digunakan dengan ketelitian tinggi untuk tujuan kuratif,

termasuk jenis, dosis, waktu, dan cara aplikasi yang tepat. Thrips merupakan

gejala hama dan penyakit yang sering mengincar tanaman cabai merah keriting.
I I

Permukaan bawah daun berlubang, dan berwarna keperakan atau mengkilat

seperti tembaga. Ulat grayak, yang tanda-tandanya berupa daun berlubang dan

rontok, meninggalkan tanaman telanjang, terkadang memakan buahnya. Bercak

daun (Cercospora capsici) yang ditandai dengan bercak bulat berwarna coklat

dengan bagian tengah berwarna putih pada daun yang gugur. Daun keriting,

tanda-tanda daun layu atau keriting, dan pertumbuhan dan perkembangan tunas

baru semuanya akan berhenti.

12. Pemasangan Ajir

Alasan utama memasang ajir adalah untuk membantu memperkuat

tanaman dan mencapai pemerataan penetrasi sinar matahari. Dukungan individu

tersedia dalam konfigurasi batang lurus atau silang. Pasak berbentuk salib lebih

18
menguntungkan karena memungkinkan lebih banyak cahaya menembus, batang

dan cabang ditopang lebih kuat, dan akarnya tetap kokoh.

13. Panen

Tanaman cabe merah dapat dipanen 3 bulan setelah ditanam. Panen

dimungkinkan dua kali pemanenan dalam seminggu.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pengamatan takarann pupuk organik cair terhadap perkembangan dan


I I I I

hasil tanaman cabai merah keriting pada umur 20 HSPT sampai panen, dari hasil
I

pengamatan menunjukan bahwa pemberian dosis yang berbeda memberikan


I I

pengaruh nyata pada pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah keriting
I I I I

mulai dari tinggi tanaman umur 20 HSPT, 40 HSPT, 60 HSPT, panjang daun,
I

lebar daun, jumlah buah, dan berat buah.

Tabel 1.Rata-rata tinggi tanaman (cm) cabai merah keriting umur 20 (HSPT).
I

BNT
NO PERLAKUANn RATA-RATA
0,05 0,01
1. KONTROL 15,76a
2. P1 18,43b
3. P2 21,4bc 0,06 0,97
4. P3 25,46bcd
5. P4 29,23bcde

Sesuai .hasil analisis sidik ragam dengan rancangan acak kelompok (RAK)

bahwa pemberian pupuk organik cair pada pertumbuhan tinggi tanaman

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabe merah keriting. Pengaruh pupuk

organik cair terhadap tinggi tanaman 20 HSPT, memiliki nilai rata-rata tertinggi

dihasilkan 29,23 dari perlakuan (P4) 350ml/liter air dan nilai terendah dihasilkan

dari P0 (Kontrol). Sesuai pada hasil uji anaisis sidik ragam menyatakan bahwa

20
pada Tabel 1 perlakuan P4, P3, P2 dan P1 berbeda nyata sedangkan perlakuan P4,
I I I

P3, P2, P1 dan P0 sangat berbeda nyata.


I I

Tabel 2.Rata-rata tinggii tanaman (cm) cabe merah keriting umur 40 (HSPT).
I

BNT
NO PERLAKUAN. RATA-RATA.
0,05 0,01
1. KONTROL 36,16a
2. P1 37,13b
3. P2 38,73bc 2,21 3,22
4. P3 42,93bcd
5. P4 44,06bcde

Tinggi tanaman cabai. merah keriting (Capsium annuum L) dilakukan

pengukuran pada ke-2 pada umur 40 HSPT. Sesuainhasil analisisi sidik ragam

bahwa pengaplikasian pupuk organic cair pada pertumbuhan tinggi tanaman

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting. Dapat dilihat I

pada Tabel 2 nilai rata-rata tertinggi dihasilkan 44,06 pada perlakuan (P4)
I I I

350ml/liter air dan nilai terendah dihasilkan pada perlakuan P0 (Kontrol). Analisis
I

sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan . P0, P1, P2, P3, dan P4 berbeda
I

sangat nyata. I

Tabel 3.Rata-rata tinggiitanaman (cm) cabaiimerah keriting umur 60 (HSPT).


BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
a
1. KONTROL 66,93
2. P1 69,66b
3. P2 72,2bc 21,80 29,89
bcd
4. P3 73,63
5. P4 75,6bcde

21
Sesuai hasil analisis sidik ragam dengan rancangan acak kelompok (RAK)
I I

bahwa pemberian pupuk organik cair pada pertumbuhan tinggi tanaman


I

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting. Pengaruh

pupuk organik cair terhadap tinggi tanaman 60 HSPT, nilai rata-rata tertinggi
I I I

dihasilkan 75,6 dari perlakuan (P4) 350ml/liter air dan nilai terendah dihasilkan

dari P0 (Kontrol). Sesuai hasil uji anaisis sidik ragam menunjukkan pada Tabel 3

perlakuan P4, P3, P2 dan P1 berbeda sangat nyata.


I

Tabel 4. Rata-rata panjang daun (cm) cabai merah keriting umur 20 (HSPT).
I I

BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
a
1. KONTROL 2,5
2. P1 2,8b
3. P2 2,86bc 0,23 0,33
4. P3 3,13bcd
5. P4 3,43bcde

Sesuai hasil analisis sidik ragam dengan rancangan acak kelompok (RAK)
I I I

bahwa pemberian pupuk organik cair pada pertumbuhan panjang daun

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting. Pengaruh

pupuk organik cair terhadap panjang daun 20 HSPT, nilai rata-rata tertinggi

dihasilkan 3,43 dari perlakuan (P4) 350 ml/liter air dan nilai terendah dihasilkan

dari P0( Kontrol). Sesuai hasil uji analisis sidik ragam menunjukkan pada tabel 4

dapat dilihat bahwa perlakuan P4, P3, P2 dan P1 berbeda sangat nyata.
I

22
Tabel 5.Rata-rata panjang daun (cm) cabai merah keriting umur 40 (HSPT).

BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
1. KONTROL 3,83a
2. P1 4,13b
3. P2 4,5bc 0,18 0,26
4. P3 5,06bcd
5. P4 5,83bcde

Sesuai hasil analisis sidik ragam dengan rancangan acak kelompok (RAK)

bahwa pemberian pupuk organik cair pada pertumbuhan panjang daun

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting. Pengaruh

pupuk organik cair terhadap panjang daun 40 HSPT, nilai rata-rata tertinggi

dihasilkan 5,83 dari perlakuan (P4) 350 ml/liter air dan nilai terendah dihasilkan

dari P0( Kontrol). Berdasarkan hasil uji anaisis sidik ragam menunjukkan pada

Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan P4, P3, P2 dan P1 berbeda sangat nyata.

Tabel 6.Rata-rata panjang daun (cm) cabai merah keriting umur 60 (HSPT).

BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
a
1. KONTROL 6,53
2. P1 6,96b
3. P2 6,9b 0,02 0,03
4. P3 7,7bc
5. P4 7,9bcd

23
Sesuai hasil analisis sidik ragam pada pertumbuhan panjang daun

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting. Pengaruh

pupuk organik cair terhadap tanaman panjang daun 60 HSPT, nilai rata-rata

tertinggi dihasilkan 7,9 dari perlakuan (P4) 350 ml/liter air dan nilai terendah

dihasilkan dari P0 (Kontrol). Berdasarkan hasil uji anaisis sidik ragam

menunjukkan pada Tabel 6 perlakuan P4, P3, P2 dan P1 berbeda sangat nyata.

Tabel 7.Rata-rata lebar daun (cm) cabai merah keriting umur 20 (HSPT).

BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
a
1. KONTROL 1,16
2. P1 1,33b
3. P2 1,53bc 0,057 0,083
4. P3 1,7bcd
5. P4 2,16bcde

Sesuai hasil analisis sidik ragam bahwa pemberian pupuk organik cair pada

lebar daun berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting pada

20 HSPT, nilai rata-rata tertinggi dihasilkan 2,16 dari perlakuan (P4) 350 ml/liter

air dan nilai terendah dihasilkan dari P0 (Kontrol). Sesuai hasil uji analisis sidik

ragam menunjukkan pada Tabel 7 perlakuan P4, P3, P2, P1 dan P0 berbeda sangat

nyata.

24
Tabel 8.Rata-rata lebar daun (cm) cabai merah keriting umur 40 (HSPT).

BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
a
1. KONTROL 1,56
2. P1 1,83b
3. P2 2,06bc 0,09 0,13
4. P3 2,3bcd
5. P4 2,46bcde

Sesuai hasil analisis sidik ragam bahwa pemberian pupuk organik cair pada

lebar daun berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting pada

40 HSPT, nilai rata-rata tertinggi dihasilkan 2,46 dari perlakuan (P4) 350 ml/liter

air dan nilai terendah dihasilkan dari P0 (Kontrol). Sesuai hasil uji analisis sidik

ragam menunjukkan pada Tabel 8 perlakuan P4, P3, P2, P1 dan P0 sangat berbeda

nyata.

Tabel 9.Rata-rata lebar daun.(cm) cabai merah keriting umur 60 (HSPT).

BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
a
1. KONTROL 2,36
2. P1 2,53b
3. P2 2,76bc 0,011 0,016
4. P3 3,03bcd
5. P4 3,33bcde

Sesuai hasil analisis sidik ragam bahwa pemberian pupuk organik cair

pada lebar daun berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting

pada 60 HSPT, nilai rata-rata tertinggi 3,33 dari perlakuan (P4) 350 ml/liter air

dan nilai terendah dihasilkan dari P0( Kontrol). Berdasarkan hasil uji analisis sidik

25
ragam menunjukkan pada Tabel 9 perlakuan P4, P3, P2, P1 dan P0 berbeda sangat

nyata.

Tabel 10.Rata-rata jumlah buah (biji)

BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
1. KONTROL 113,66a
2. P1 116,33b
3. P2 118,33b 0,80 1,17
4. P3 123bc
5. P4 124,33bcd

Sesuai hasil analisis sidik ragam bahwa pemberian pupuk organik cair

pada jumlah buah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah

keriting, nilai rata-rata tertinggi dihasilkan 124,33 dari perlakuan (P4) 350 ml/liter

air dan nilai terendah dihasilkan dari P0 (Kontrol). Sesuai hasil uji analisis sidik

ragam menunjukkan pada Tabel 10 perlakuan P4, P3, P2, P1 dan P0 sangat

berbeda nyata.

Tabel 11.Rata-rata berat buah (gr)

BNT
NO PERLAKUAN RATA-RATA
0,05 0,01
1. KONTROL 383,33a
2. P1 550b
3. P2 683,33bc 34.620 50.325
4. P3 760bcd
5. P4 866,66bcde

26
Pada Tabel 11 berat bauh (gr) tanaman cabai merah keriting (Capsium

annuum) varietas ferosa berpengaruhhterhadapppertumbuhanntanamanccabai

merahhkeriting, nilai rata-rata tertinggi dihasilkan 866,66 dari perlakuan (P4) 350

ml/liter air dan nilai terendah dihasilkan dari P0( Kontrol). Sesuai uji analisis sidik

ragam memperlihatkan pada Tabel 11 perlakuan P4, P3, P2, P1 dan P0 sangat

berbedaanyata.

4.2. Pembahasan

Sesuai hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic

cair berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap semua parameter diamati,

perlakuannberpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, serta luas daun

sejak tanaman berumur 20 HSPT, 40 HSPT dan 60 HSPT. Respon perlakuan

terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah buah, dan berat buah

tanaman cabai merah sesuai penelitiannberbeda nyata setiap perlakuan hal ini

sesuai dengan uji BNT yang menunjukkan perbedaan yang nyata pada masing-

masing pemberian perlakuan.

Pertambahan tinggi tanaman sampai hari ke-60 HSPT dengan pemberian

POC P1 (200 ml/liter air) meningkatkan rata-rata tanaman sebesar 2,73 cm tinggi

tanaman dari kontrol, perlakuan POC P2 (250 ml/liter air) menaikkan rata-rata

tinggi tanaman 5,27 cm dari kontrol, perlakuan POC P3 (300 ml/liter air)

meningkatkan rata-rata tinggi tanaman 6,7 cm dari kontrol, perlakuan POC P4

(350 ml/liter air) meningkatkan rata-rata tinggi tanaman 8,67 cm dari kontrol. Hal

ini karena daun kelor mempunyai zeatin, sitokinin, askorbat, fenolik serta mineral

seperti Ca, K, dan Fe yang dapat mendorong perkembangan tanaman. Ekstrak

27
daun kelor merupakan pupuk organic terbaik untuk semua jenis tanaman karena

kandungan nutrisinya. (Krisnadi, 2015).

Perbedaan panjang daun sampai hari ke-60 HSPT dengan pemberian POC

P1 (200 ml/liter air) meningkatkan rata-rata panjang daun sebesar 0,43 cm dari

kontrol, perlakuan POC P2 (250 ml/liter air) meningkatkan rata-rata panjang daun

0,37 cm dari kontrol, perlakuan POC P3 (300 ml/liter air) meningkatkan rata-rata

panjang daun 1,17 cm dari kontrol, perlakuan POC P4 (350 ml/liter air)

meningkatkan rata-rata panjang daun 1,37 cm dari kontrol. Hal ini disebabkan

pupuk organik cair dapat mendorong serta meningkatkan pembentukan klorofil

daun dan bintil akar pada tanaman polong-polongan, serta meningkatkan

fotosintesis dan penyerapan nitrogen dari air (Joseph, T. 2010).

Perbedaan lebar daun sampai hari ke-60 HSPT dengan pemberian POC P1

(200 ml/liter air) menambah rata-rata lebar daun sebesar 0.17 cm dari. kontrol,

perlakuan POC P2 (250 ml/liter air) menaikkan rata-rata lebar daun 0,4 cm dari

kontrol, perlakuan POC P3 (300 ml/liter air) menaikkan rata-rata lebar daun 0,67

cm dari kontrol, perlakuan POC P4 (350 ml/liter air) menaikkan rata-rata lebar

daun 0,97 cm dari kontrol. Hal ini disebabkan pupuk organik cair yang juga

dikenal sebagai pupuk cair daun banyak diaplikasikan melalui daun dan

mengandung unsur hara makro dan mikro yang penting (N, P, K, S, Ca, Mg, B,

Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). (Yusuf, T. 2010).

Total buah tanaman cabai merah keriting dihasilkan setiap percobaan dari

pengaruh pemberian pupuk organik cair diantaranya perlakuan P1 (200 ml/liter

air) menaikkan rata-rata jumlah buah sebesar 2,67 biji dari kontrol, perlakuan

28
POC P2 (250 ml/liter air) menaikkan rata-rata jumlah buah sebesar 4,67 biji dari

kontrol, perlakuan POC P3 (300 ml/liter air) menaikkan rata-rata jumlah buah

9.34 biji dari kontrol, perlakuan POC P4 (350 ml/liter air) menaikkan rata-rata

jumlah buah 10.67 biji dari kontrol. Menurut Jumin H.B. (2005Apabila kebutuhan

nutrisi atau unsur hara bagi tanaman tercukupi, maka pertumbuhan hingga

produksi buah akan berjalan dengan sempurna.

Berat buah tanaman cabai merah keriting yang dihasilkan setiap perlakuan

dari pengaruh pemberian pupuk organik cair diantaranya perlakuan P1 (200

ml/liter air) menaikkan rata-rata berat buah sebesar 16.67 gr dari kontrol,

perlakuan POC P2 (250 ml/liter air) menaikkan rata-rata berat buah sebesar 300 gr

dari kontrol, perlakuan POC P3 (300 ml/liter air) menaikkan rata-rata berat buah

376,67 gr dari kontrol, perlakuan POC P4 (350 ml/liter air) menaikkan rata-rata

berat buah 483,33 gr dari kontrol. Menurut Jumin H.B. (2005), pertumbuhan

hingga produksi buah itu akan berjalan lancar jika kebutuhan nutrisi atau unsur

hara bagi tanaman terpenuhi.

29
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa tinggi tanaman pada

umur 60 HSPT yang tertinggi pada perlakuan P4 (350 ml/liter air) pada hasil rata-

rata 29,23 cm serta perlakuan P0 yang terendah dengan hasil rata-rata 15,76 cm.

Panjang daun pada umur 60 HSPT yang tertinggi pada perlakuan P4 (350 ml/liter

air) dengan hasil rata-rata 7,9 cm serta perlakuan P0 yang terendah dengan hasil

rata-rata 6,53 cm. Lebar daun pada umur 60 HSPT yang tertinggi pada perlakuan

P4 (350 ml/liter air) pada hasil rata-rata 3,33 cm serta perlakuan P0 yang terendah

pada hasil rata-rata 2,36 cm. Jumlah buah yang tertinggi pada perlakuan P4 (350

ml/liter air) pada hasil rata-rata 124,33 cm serta perlakuan P0 yang terendah

dengan hasil rata-rata 113,66 cm. Berat buah yang tertinggi pada perlakuan P4

(350 ml/liter air) pada hasil rata-rata 866,66 cm serta perlakuan P0 yang terendah

dengan hasil rata-rata 383,33 cm.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan air cucian beras pada tanaman lain atau

komoditi tanaman. Dan perlu ada sosialisasi ke petani tentang pemanfaatan

efektivitas air cucian beras dan ekstrak daun kelor terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman,cabai merah keriting.

30
DAFTAR PUSTAKA

Agromediai 2008. PanduannLengkapiBudidaya DannBisnis Cabai. Agromediaa


Pustaka. Jakarta. 190ihal.

AstutiiFD, Sulistyowati TF. 2013. Hubuungan TingkattPendidikan Ibu dan


Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Prasekolah dan
Sekolah Dasar di Kecamatan Godean.Kes Mas :7(1) : 15-20

Genefianti, D.W dan E, Wiyanti. 1997. Variabilitas genetik dan heritabilitas sifat
I

penting tanaman cabai ( capsicum annuum L.). Akta Agrosia 1:5-8.

Hanafiah, Kemas Ali.2014. Rancangan Percobaan Teori Dan Aplikasi. Jakarta :


I I

PT Raja Grafindo Persada.

Harpenas, A dan R, Dermawan . 2009. Budidaya Cabai Unggul. Penebar


I I I

Swadaya, Jakarta.
I

Hariana A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Depok: Penebar


I I I

Swadaya

Hewindati, Y.T. 2006. Hortikultura . Jakarta : Universitas Terbuka.


I

Jumin H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta: Raja Grafindo Perseda.


I I

Cetakan kelima.

Krisnadi, A. D. 2015. Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi Dan


I

Pengembangan Tanaman kelor Indonesia.

Maflahah, I. 2010. Studi kelayakan industry cabe bubuk di kabupaten cianjur.


I I I

Jurnal Embryo 7:90-96

Moleksin, 2015. Pembuatan Biotani Dari Air Limbah Cucian Beras Menggunakan
MetodeHidrolisis Enzimatik Dan Fermentasi. Universitas Sri Wijaya,
I

Palembang.

Prajnanta F. (2007) Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai Hibrida Secara


I I I

Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

31
Rahmi, A.,R Hariani, dan H. Bakrie. 2002. Respon cabai Kriting (capsicum
annuun L.) terhadap pemberian mulsa (alang-alang atau eceng gondok)dan
pupuk daun starvit. Habitat 13:12-18.

Setiadi.2005. Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadya.

Setiadi.1995. Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadya.

Simbolon, J. M, (2007), Cegah Malnutrisi Denga Kelor, Penerbit Kanisius:


Yogyakarta.

Susilawati, S. 2016. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam (BAL) Dari


I

Fermentasi air Cucian Beras. Tesis. Fakultas Kedokteran dan Ilmu


I I I

Kesehatan Univesitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta


I I

Tilong, AD.2012.Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes. Jogjakarta DIVA Press


I

USDA (United States Departement Of Agriculture). 2013. Natural aresources


Conservation Service : PLANTS Profile Moringa Oleifera Lam.
I

Horseradishtree.

Wahyudi dan M Topan. 2011. Panen cabai di pekarangan rumah. Jakarta :


Agromedia Pustaka.

Widodo dan Wahyu Dwi, 2006. Memperpanjang Umur Produktif Cabai (60 Kali
Petik). Penebar Swadaya. Jakarta. (Edisi Revisi 2012)

Wiryanta, Bernaddinus T. Wahyu. 2002. Bertanam nCabai Pada Musim Hujan,


I I I

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Yusuf, T. 2010 . Pemupukan dan penyemprotan lewat daun.


I

32
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyajian data

Tabel lampiran 1a. Tinggi tanaman (cm) pada umur 20 HSPT


ULANGAN I

NO PERLAKUAN II JUMLAH I RATA-RATA I

I II III I I I

1. KONTROL 15,4 16,4


I 15,5 47,3 15,76
2. P1 18 19.1 18,2 55,3 18,43
3. P2 21,1 21,8 21,3 64,2 21,4
4. P3 25,2 25,5 25,7 76,4 25,46
5. P4 28,8 29,7 29,2 87,7 29,23
JUMLAH 108,8 112,5 109,9 330,9 110,31
RATA-RATA 21,76 22,5 21,98 66,18 22,062

FK I : 7.299,654

JK TOTAL I : 353,68

JK KELOMPOK II : 10,28

JK PERLAKUAN I : 340,216

JK GALAT I : 3,184

Tabel lampiran 1a. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) pada umur 20 HSPT
I I I I

Ftabel
NO SK II DB JK KT Fhitung
I I I

0,05 0,01 I

tn
1. Kelompok 2 I 10,28 5,14 12,91 4,46 8,65
**
2. Perlakuan 4 348,64 87,16 218,99 3,84 7,01
3. Galat 8 0,398 0,398
JUMLAH 14 359,318 2,5147
tn
KETERANGAN : Tidak Nyata

: **Sangat nyata

KK : 0,03
BNT 0,05 : 0,66
BNT 0,01 : 0,97

33
Tabel lampiran 1b. Tinggi tanaman (cm) pada umur 40 HSPT
ULANGAN I

NO PERLAKUAN
I II JUMLAH I RATA-RATA I

I II III II I I

1. KONTROL 35,7 37,2 35,6 108,5 36.16


2. P1 35,7 34,6 41,1 111,4 37,13
3. P2 38,4 37,7 40,1 116,2 38,73
4. P3 41,5 43,5 43,8 128,8 42,93
5. P4 43,5 44 44,7 132,2 44,06
JUMLAH 194,8 197 205,3 597,1 199,01
RATA-RATA 38,96 39,4 41,06 119,42 39,802

FKI : 23.768,56

JK TOTAL I : 118,13

JK KELOMPOK I : 12,6

JK PERLAKUAN I : 148,41

JK GALAT I : 32,98

Tabel lampiran 1b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) pada umur 40 HSPT
I I I I I

Ftabel
NO SK I DB JK KT Fhitung
I I

0,05 0,01 I I

tn
1. Kelompok 2 I12,26 6,13 1,48 44,6 7,01
2. Perlakuan 4 148,41 37,10 9,00** 3,84 10,92
3. Galat 8 32,98 4,122
JUMLAH 14 193,65

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK :4
BNT 0,05 : 2,21
BNT 0,01 : 3,22

34
Tabel lampiran 1c. Tinggi tanaman (cm) pada umur 60 HSPT
ULANGAN I

NO PERLAKUAN
I I JUMLAH I RATA-RATA I

I II I III I I

1. KONTROL 67,8 66,2 66,8 200,8 66,93


2. P1 69,2 69,4 70,4 209 69,66
3. P2 71,8 72,2 72,6 216,6 72,2
4. P3 73,1 73,6 74,2 220,9 73,63
5. P4 75,3 76,1 75,4 226,8 75,6
JUMLAH 357,2 357,5 359,4 1.074,1 358,02
RATA-RATA 71,44 37,5 71,88 214,82 71,60

FK I : 76.912,72

JK TOTAL : 141,47

JK KELOMPOK I : 0,57

JK PERLAKUAN I : 138,03

JK GALAT I : 3,1

Tabel lampiran 1c. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) pada umur 60 HSPT
Ftabel
NO SKI DB JK KT
I I Fhitung
I

0,05 I0,01 I

tn
1. Kelompok I 2 0,57 0,28 0,73 4,46 8,65
2. Perlakuan I 4 138,03 34,50 90,78** 3,84 7,01
3. Galat 8 3,1 0,38
JUMLAH 14 141,7

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK :1
BNT 0,05 : 21,80
BNT 0,01 : 29,89

35
Tabel lampiran 2a. Panjang daun (cm) pada umur 20 HSPT

ULANGAN I

NO PERLAKUAN I JUMLAH I RATA-RATA I

I I II
I III I

1. KONTROL 2,3 2,6 2,6 7,5 2,5


2. P1 2,6 2,9 2,9 8,4 2,8
3. P2 2,8 3,1 2,7 8,6 2,86
4. P3 2,9 3,3 3,2 9,4 3,13
5. P4 3,2 3,6 3,5 10,3 3,43
JUMLAH 13,8 15,5 14,9 44,2 14,72
RATA-RATA 2,76 3,1 2,98 8,84 2,94

FKI : 130,24

JK TOTAL I : 1,88

JK KELOMPOK I : 0,3

JK PERLAKUAN I : 1,5

JK GALAT I : 0,08

Tabel lampiran 2a. Sidik ragam panjang daun (cm) pada umur 20 HSPT
Ftabel
NO SK I DB JK KT I Fhitung I I I

0,05 0,01 I I

tn
1. Kelompok 2 I 0,16 0,8 16 4,46 8,65
2. Perlakuan 4 2,29 0,57 11,4** 3,84 7,01
3. Galat 8 0,04 0,05
JUMLAH 14 2,49

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK :5
BNT 0,05 : 0,23
BNT 0,01 : 0,33

36
Tabel lampiran 2b. Panjang daun (cm) pada umur 40 HSPT
ULANGAN I

NO PERLAKUAN I JUMLAH I RATA-RATA I

I II
I III I I

1. KONTROL I 3,7 4,2 3,6 11,5 3,83


2. P1 4 4,5 3,9 12,4 4,13
3. P2 4,6 4,8 4,1 13,5 4,5
4. P3 5,2 5,3 4,7 15,2 5,06
5. P4 5,9 5,8 5,8 17,5 5,83
JUMLAH 23,4 24,6 22,1 70,1 23,35
RATA-RATA 4,68 4,92 4,42 14,02 4,67

FK : 327,60

JK TOTAL : 8,47

JK KELOMPOK : 0,62

JK PERLAKUAN : 7,58

JK GALAT : 0,27

Tabel lampiran 2b. Sidik ragam panjang daun (cm) pada umur 40 HSPT

Ftabel
NO SK I DB I JK I KT I Fhitung I

0,05I 0,01I

tn
1. Kelompok I 2 0,62 0,31 10,3 4,46 8,65
2. Perlakuan 4 7,58 1,89 60** 3,84 7,01
3. Galat 8 0,27 0,03
JUMLAH 14 8,47

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK : 12,2
BNT 0,05 : 0,18
BNT 0,01 : 0,26

37
Tabel lampiran 2c. Panjang daun (cm) pada umur 60 HSPT
ULANGAN I

NO PERLAKUAN
I I JUMLAH I RATA-RATA I

I II III
I I I

1. KONTROL 6,9 6,5 6,2 19,6 6,53


2. P1 7,2 6,9 6,8 20,9 6,96
3. P2 6,7 7,2 7 20,7 6,9
4. P3 7,8 7,6 7,7 23,1 7,7
5. P4 8 7,7 8 23,7 7,9
JUMLAH 36,6 35,9 35,7 108 35,99
RATA-RATA 7,32 7,18 7,14 21,6 7,198

FKI : 777,6

JK TOTAL I : 7,3

JK KELOMPOK I : 2,9

JK PERLAKUAN I : 3,98

JK GALAT I : 0,42

Tabel lampiran 2c. Sidik ragam panjang daun (cm) pada umur 60 HSPT
Ftabel
NO SK I DB JK KT I Fhitung
I I

0,05 0,01v I

tn
1. Kelompok 2 I 2,9 1,45 29 4,46 8,65
2. Perlakuan 4 3,98 0,97 19,4** 3,84 7,01
3. Galat 8 0,42 0,05
JUMLAH 14 7,3

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK :3
BNT 0,05 : 0,02
BNT 0,01 : 0,03

38
Tabel lampiran 3a. Lebar daun (cm) pada umur 20 HSPT
ULANGAN I

NO PERLAKUAN I JUMLAH I RATA-RATA I

I II I III I I

1. KONTROL 1,2 1,1 1,2 3,5 1,16


2. P1 1,3 1,3 1,4 4 1,33
3. P2 1,5 1,5 1,6 4,6 1,53
4. P3 1,6 1,8 1,7 5,1 1,7
5. P4 2,1 2,2 2,2 6,5 2,16
JUMLAH 7,7 7,9 8,1 23,7 7,88
RATA-RATA 1,54 1,58 1,62 4,74 1,57

FKI : 37,44

JK TOTAL I : 1,83

JK KELOMPOK I : 0,02

JK PERLAKUAN I : 1,78

JK GALAT I : 0,03

Tabel lampiran 3a. Sidik ragam lebar daun (cm) pada umur 20 HSPT
Ftabel
NO SK
I DB I JK I KT
I Fhitung I

0,05 0,01
I I

tn
1. Kelompok 2 0,02 0,01 3,33 4,46 8,65
2. Perlakuan 4 1,78 0,445 148,33** 3,84 7,01
3. Galat 8 0,03 0,003
JUMLAH 14 1,83

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK : 0,06
BNT 0,05 : 0,057
BNT 0,01 : 0,083

39
Tabel lampiran 3b. lebar daun (cm) pada umur 40 HSPT
ULANGAN I

NO PERLAKUAN II JUMLAH I RATA-RATA I

I II III
I I I

1. KONTROL 1,2 1,7 1,8 4,7 1,56


2. P1 1,4 1,9 2,2 5,5 1,83
3. P2 1,6 2,1 2,5 6,2 2,06
4. P3 1,9 2,6 2,4 6,9 2,3
5. P4 2,1 2,5 2,8 7,4 2,46
JUMLAH 8,2 10,8 11,7 30,7 10,21
RATA-RATA 1,64 2,16 2,34 6,14 2,042

FKI : 62,83

JK TOTAL I :3

JK KELOMPOK I : 1,32

JK PERLAKUAN I : 1,55

JK GALAT I : 0,13

Tabel lampiran 3b. Sidik ragam lebar daun (cm) pada umur 40 HSPT
Ftabel
NO SK
I DB I JK I KT I Fhitung I

0,05I 0,01I

tn
1. Kelompok I 2 1,32 0,66 66 4,46 8,65
2. Perlakuan 4 1,55 0,38 38** 3,84 7,01
3. Galat 8 0,13 0,01
JUMLAH 14 3
tn
KETERANGAN : Tidak Nyata
: **Sangat nyata
KK :4
BNT 0,05 : 0,09
BNT 0,01 : 0,13

40
Tabel lampiran 3c. lebar daun (cm) pada umur 60 HSPT
ULANGAN I

NO PERLAKUAN I JUMLAH I RATA-RATA I

I II I III I I

1. KONTROL 2,1 2,4


I 2,6 7,1 2,36
2. P1 2,3 2,6
I 2,7 7,6 2,53
3. P2 2,5 2,8
I 3 8,3 2,76
4. P3 2,7 3
I 3,4 9,1 3,03
5. P4 2,9 3,3 3,8 10 3,33
JUMLAH 12,5 14,1 15,5 42,1 14,01
RATA-RATA 2,5 2,83 3,1 8,42 2,802

FK I : 118,16

JK TOTAL I : 2,75

JK KELOMPOK I : 0,09

JK PERLAKUAN I : 1,79

JK GALAT I : 0,06

Tabel lampiran 3c. Sidik ragam lebar daun (cm) pada umur 60 HSPT

Ftabel
NO SK
I DB I JK I KT
I Fhitung I

I
0,05 0,01
I I

tn
1. Kelompok 2 0,09 0,45 60 4,46 8,65
2. Perlakuan 4 1,79 0,445 148,33** 3,84 7,01
3. Galat 8 0,03 0,003
JUMLAH 14 1,83

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK : 0,06
BNT 0,05 : 0,057
BNT 0,01 : 0,083

41
Tabel lampiran 4a. Jumlah buah
ULANGAN I

NO PERLAKUAN
I I JUMLAH I RATA-RATA I

I I II I III I

1. KONTROL 114 114 113 341 113,66


2. P1 116 11,7 116 349 116,33
3. P2 118 11,9 118 355 118,33
4. P3 121 124 124 369 123
5. P4 124 125 124 373 124,33
JUMLAH 593 599 595 1.787 595,65
RATA-RATA 118,6 119,8 119 357,4 119,13

FK I : 212.891,26

JK TOTAL I : 249,74

JK KELOMPOK I : 3,74

JK PERLAKUAN I : 241,40

JK GALAT I : 4,6

Tabel lampiran 4a. Sidik ragam jumlah buah


Ftabel
NO SK
I DB I JKI KTI Fhitung
0,05 I 0,01 I

tn
1. Kelompok I 2 3,74 1,87 3,28 4,46 8,65
2. Perlakuan 4 241,40 60,35 105,87** 3,84 7,01
3. Galat 8 4,6 0,57
JUMLAH 14 249,74

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK : 0,37
BNT 0,05 : 0,80
BNT 0,01 : 1,17

42
Tabel lampiran 5a. Berat buah
ULANGAN I

NO PERLAKUAN
I I JUMLAH I RATA-RATA I

I
I II IIII I

1. KONTROL 400 400 350 1.150 383,33


2. P1 550 500 600 1.650 550
3. P2 670 700 680 2.050 683,33
4. P3 750 780 750 2.280 760
5. P4 870 850 880 2.600 866,66
JUMLAH 3.240 3.230 3.260 9.730 3.243,32
RATA-RATA 648 646 652 1.946 648,664

FK I : 6.311.526,66

JK TOTAL I : 431973,34

JK KELOMPOK I : 93,34

JK PERLAKUAN I : 423.773,34

JK GALAT I : 8.106,66

Tabel lampiran 5a. Berat buah


Ftabel
NO SK
I DB I JK
I KT I Fhitung
0,05 0,01
I I

tn
1. Kelompok I 2 93,34 46,67 0,046 4,46 8,65
2. Perlakuan 4 423.773.34 105.943,33 104,54** 3,84 7,01
3. Galat 8 8106,66 1.013,33
JUMLAH 14 678,624

KETERANGAN : tnTidak Nyata


: **Sangat nyata
KK : 0,98
BNT 0,05 : 34,68
BNT 0,01 : 50,42

43
Lampiran 2. Denah Penelitian

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

P1 P3 P2

P0 P2 P3

P2 P1 P0

P3 P0 P1

P4 P4 P4

Keterangan :

P0 : Kontrol Pupuk Organik Cair


I I I

P1 : Kosentrasi Pupuk Organik Cair (200 ml/liter air cucian beras dan ekstrak
I I I I I I

kelor)
I

P2 : Kosentrasi Pupuk Organik Cair (250 ml/liter air cucian beras dan ekstrak
I I I I I I

kelor)
I

P3 : Kosentrasi Pupuk Organik Cair (300 ml/liter air cucian beras dan ekstrak
I I I I I I

kelor)
I

P4 : Kosentrasi Pupuk Organik Cair r (350 ml/liter air cucian beras dan ekstrak
I I I I I I I

kelor)
I

44
Lampiran 3a. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Alat dan Bahan Pupuk


I I I I Gambar 2. Hasil Pembuatan Pupuk
I I

Organik Cair Organik Cair

Gambar 3. Hasil Fermentasi Pupuk Organik


Cair Dalam 7 Hari

45
Lampiran 3b. Dokumentasi Penelitian

Gambar 4. Media Tanam Arang Sekam Gambar 5. Merek Tanaman Cabai


dan Tanah yang sudah di Campur Merah Keriting

Gambar 6. Polybag Tempat Penyimpanan Gambar 7. Media Tanam di Kasih


Media Tanam Arang Sekam dan Tanah Masuk di Polybag

46
Lampiran 3c. Dokumentasi Penelitian

Gambar 8. Bibit Tanaman Cabai Gambar 9. Lahan Tanaman Cabai


Merah Keriting Merah Keriting

Gambar 10. Tanaman Cabai Merah Keriting

47
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Nuraeni

Tempat, tanggal lahir : Lacikong, 28 Mei 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Islam

Status : Menikah

Alamat : Desa Gattareng, Kec.Salomekko, Kab.Bone

No. Telepon :

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : 1. SD 12/79 Gattareng

2. MTS Gattareng

3. MA Gattareng

48

Anda mungkin juga menyukai