Laporan PKL Bu Murti
Laporan PKL Bu Murti
Laporan PKL Bu Murti
PENDAHULUAN
1
2
Cabai merah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, dalam 100 gram
cabai merah terkandung kalori 31,0 kal; protein 1 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 7,3
g; kalsium 29,0 mg; fosfor 24,0 mg; besi 0,5 mg; vitamin A 470 Sl; vitamin C
18,0 mg; vitamin B1 0,05 mg; vitamin B2 0,03 mg; niasin 0,20 mg; kapsaikin 0,1
s/d 0,5 %; pectin 2,33 %; pentosan 8,57 dan pati 0,8 s/d 1,4 % (Salim, 2013).
Permintaan cabai dari tahun ketahun semakin meningkat, hal tersebut terjadi
karena jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat. Selain permintaan oleh
rumah tangga, permintaan terhadap cabai juga datang dari subsektor industri
pengolahan bahan makanan, yang memerlukan cabai sebagai bahan baku utama
atau bahan baku campuran. Meningkatnya permintaan cabai dan prospek peluang
pasar cabai yang sangat luas dan besar tersebut mendorong petani untuk
membudidayakan cabai, sehingga permintaan terhadap kebutuhan benih cabai
varietas unggul juga akan semakin meningkat. Menurut Syukur, dkk., (2010)
salah satu penentu keberhasilan dalam suatu usaha budidaya tanaman adalah
faktor penggunaan benih yang berasal dari varietas unggul.
Salah satu lembaga pemerintah yang melakukan kegiatan produksi benih
cabai unggul adalah Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BP2TPH) yang terdapat di wilayah Ngipiksari, Kaliurang, Sleman,
Yogyakarta. Balai ini terletak di daerah Kaliurang yang memiliki ketinggian
tempat 850 m dpl. BP2TPH merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis dari
Dinas Pertanian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki
fungsi melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian DIY di bidang pembenihan
tanaman hortikultura. Produksi benih unggul yang dihasilkan oleh BP2TPH
antara lain benih tomat, cabai dan jamur. Jenis benih cabai merah yang
dikembangkan di BP2TPH ini adalah cabai merah varietas Branang, Gantari dan
Lokal-pakem.
1.2 Permasalahan
Benih unggul merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya
pertanian dan merupakan awal untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Cabai merah
3
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permasalahannya produsen benih saat ini
dalam melakukan penanganan pascapanen belum sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan sehingga mutu benih kurang terjamin. Dalam praktik kerja
lapangan ini dikaji bagaimana penanganan pascapanen cabai merah yang baik
untuk produksi benih supaya menghasilkan benih cabai merah yang unggul.
1.3 Tujuan
1 Sebagai syarat untuk memenuhi kurikulum Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Tidar,
2 Mengetahui proses penanganan pascapanen cabai merah untuk produksi benih
di Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Ngipiksari Yogyakarta,
3 Memperoleh keterampilan dalam bidang produksi benih cabai merah.
1.4 Manfaat
1 Memahami teknik penanganan pascapanen cabai merah untuk produksi
benih,
2 Terampil dalam penanganan pascapanen cabai merah untuk produksi benih.
1.5 Ruang Lingkup
Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BP2TPH) yang terdapat di wilayah Ngipiksari, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.
Balai ini terletak di daerah Kaliurang yang memiliki ketinggian tempat 850 m dpl.
BP2TPH merupakan salah satu unit pelaksana teknis dari Dinas Pertanian
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki fungsi melaksanakan
sebagian tugas Dinas Pertanian DIY di bidang pembenihan tanaman hortikultura.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa
dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya dipasar
(Harpenas, dkk., 2010).
2 Morfologi tanaman cabai merah
a Akar
Cabai adalah tanaman yang mempunyai akar tungang dan sistem
perakaran agak menyebar, panjangnya berkisar 25 - 35 cm, akar ini
berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta
menguatkan berdirinya batang tanaman. Akar tanaman cabai tumbuh tegak
lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki
kedalaman kurang lebih 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang
tumbuh akar-akar cabang, akar cabang tumbuh horizontal didalam tanah,
dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil-kecil dan
membentuk masa yang rapat.
b Batang
Batang utama tanaman cabai tegak, pangkalnya berkayu dengan
panjang 20 - 28 cm dan diameter 1,5 - 2,5 cm. Batang percabangan
berwarna hijau dengan panjang mencapai 5 – 7 cm, diameter batang
percabangan mencapai 0,5 - 1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau
menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan.
c Daun
Daun cabai berbentuk hati, lonjong, atau agak bulat telur dengan
posisi berselang-seling, ujung meruncing atau diistilahkan dengan oblongus
acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian
permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian
permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun
berkisar 9 - 15 cm dengan lebar 3,5 - 5 cm (Herwindati, dkk., 2006).
6
d Bunga
Bentuk bunga cabai merah umumnya tunggal yang keluar dari
ketiak-ketiak daun. Bunga berwarna putih atau ungu, dan mempunyai lima
benang sari serta satu buah putik. Penyerbukan dapat berlangsung secara
silang ataupun menyerbuk sendiri, buah yang terbentuk umumnya tunggal.
Struktur buah cabai merah terdiri atas kulit, daging buah, dan didalamnya
terdapat sebuah plasenta (tempat biji menempel secara tersusun). Buah
cabai banyak mengandung karoten, vitamin A, dan Vitamin C (Rukmana,
1996).
e Buah dan biji
Bentuk dan ukuran buah cabai berbeda-beda. Cabai besar yang lurus
bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai keriting dan cabai rawit
ukurannya kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika bentuknya ada yang seperti
buah apel (Wijoyo, 2008).
3 Syarat tumbuh tanaman cabai
Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budidaya tanaman cabai adalah
sebagai berikut :
a Iklim
Iklim sangat penting untuk diperhatikan dalam budidaya cabai,
faktor iklim meliputi angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan
kelembaban. Iklim mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk
dibudidayakan pada suatu kawasan, penjadwalan budidaya pertanian dan
teknik budidaya yang harus digunakan. Tanaman cabai akan tumbuh
optimal dengan distribusi curah hujan merata berkisar 1.500 - 2.500 mm
per tahun, suhu udara 16 - 32 °C. Tanaman cabai memerlukan kelembaban
relatif 80% dan sirkulasi udara yang lancar. Suhu untuk perkecambahan
benih paling baik antara 25 - 30°C. suhu optimal untuk pertumbuhan
adalah 24 - 28°C. Pada suhu <15°C atau >32°C buah yang dihasilkan
kurang baik. Lamanya penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai antara
7
maksimal serta sesuai dengan yang diinginkan dalam budi daya harus
menggunakan sumber benih yang benar dan berkualitas.
b Benih ditanam pada lahan yang bersih, bebas dari gulma atau tanaman
lain. Areal pertanaman yang akan dipergunakan untuk lahan penanaman
cabai harus bersih, bebas dari gulma atau sisa tanaman, hal ini untuk
menghindari adanya kompetisi terutama untuk unsur air dan unsur hara
serta untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit.
c Benih ditanam pada lahan yang sebelumnya tidak ditanami tanaman
keluarga / famili terung - terungan. Areal pertanaman yang akan
digunakan bukan bekas tanaman cabai atau tanaman yang termasuk famili
Solanaceae, jika tanaman sebelumnya adalah yang termasuk famili
Solanaceae seperti kelompok cabai, tomat, terung atau kentang, maka
sebaiknya tanah harus diberakan sekurang – kurangnya selama 3 bulan.
d Isolasi pertanaman yang baik untuk mencegah terjadinya penyerbukan
silang dengan varietas lain. Isolasi dapat dilakukan dengan menanam
cabai dengan jarak 200 meter antar galur, kemudian apabila
penanamannya dengan skala besar (minimal 1 hektar) dapat menggunakan
tanaman penghalang yaitu tanaman yang memiliki tinggi tanaman
melebihi cabai seperti tebu, jagung atau sorghum di sekeliling cabai,
namun untuk skala kecil dapat dilakukan penutupan bunga sebelum mekar
menggunakan kantung kertas atau kantung kain kasa.
e Pencegahan kemungkinan tercampurnya benih dengan benih varietas lain
pada saat panen dan prosesing benih apabila waktu tanam beberapa
varietas terjadi pada waktu yang bersamaan, maka harus diperhatikan
jangan sampai buah cabai dari varietas yang berbeda tercampur. Demikian
pula dalam prosesing benih, perlu memperhatikan kebersihan alat yang
dipergunakan.
f Benih diberi label yang benar dan jelas menurut nama varietas, atau
dengan keterangan lain, seperti daya kecambah dan kadar air benih.
9
13
14
Bulan Keterangan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
2 Pembuatan Proposal
3 Pelaksanaan PKL
4 Penyusunan laporan
dan Ujian PKL
15
BAB 4
KEADAAN UMUM
termasuk kategori tipe basah, suhu minimal rata-rata ± 18oC dan suhu
maksimal rata-rata ± 30oC dengan kelembaban ± 82%.
4.3 Visi dan Misi Balai Pengembangan Perbeniha Tanaman Pangan dan
Hortikultur (BPPTPH)
Visi:
Sebagai Balai yang Bergerak dalam agribisnis perbenihan
tanaman pangan dan hortikultura, serta melayani dinamika kebutuhan
benih.
Misi:
1 Menghasilkan benih tanaman pangan dan hortikultura berkualitas
untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani;
2 Melaksanakan upaya pemurnian/pemutihan varietas unggul lokal
maupun nasional tanaman pangan dan hortikultura;
3 Meningkatkan daya saing dalam agribisnis perbenihan;
4 Mengembangkan jejaring kerjasama kelompok penangkar;
5 Mengembangkan kapasitas Balai untuk meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme dengan melaksanakan pengamatan, pengkajian, dan
pengembangan varietas unggul tanaman pangan dan hortikultura.
4.4 Susunan Organisasi Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPPTPH)
Susunan organisasi Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan
dan Hortikultura Ngipiksari sebagai berikut :
1 Kepala Balai
2 Subbagian Tata Usaha
3 Seksi Pengembangan Produksi Benih Tanaman Pangan
4 Seksi Pengembangan Produksi Benih Hortikultura dan
5 Kelompok Jabatan Fungsional.
18
KEPALA BALAI
UNIT GESIKAN
21
22
guludan dengan tepi lebih tinggi daripada bagian tengahnya untuk efisiensi
penyiraman, membuat garis pada guludan tersebut dengan kedalaman 2-3 cm
untuk penyemaian benih dengan jarak antar baris 5 cm, menaburkan benih
dalam baris dan menambahkan diazinon sebagai insektisida dengan cara
menaburkannya diatas benih, menaburkan pupuk kompos, dan meratakan
kembali, menutup permukaan tanah menggunakan daun kaliandra atau daun
lamtoro dan melakukan penyiraman menggunakan gembor dua kali sehari
ketika benih belum berkecambah dan satu kali sehari ketika benih sudah
berkecambah. Apabila terdapat hama / penyakit langsung menyemprot
meggunakan pestisida dengan dosis yang rendah. Penutupan menggunakan
daun kaliandra atau lamtoro berfungsi untuk mendinginkan / menurunkan suhu,
supaya air tidak mudah menguap dan dapat dijadikan sebagai pupuk. Ketika
bibit berumur 30 hari, bibit sudah dapat dipindah tanamkan ke lahan.
Penyemaian menggunakan minitray, media yang digunakan yaitu tanah dan
kompos. Pertama, mengayak tanah dan kompos sampai tercampur. Setelah
tercampur, memasukkan media kedalam minitray, meratakan media dan
membuat lubang tanam, memasukkan benih kedalam lubang tanam masing-
masing satu benih, menaburkan diazinon dan pupuk kompos, menutup
permukaan media dengan daun kaliandra atau lamtoro dan menyiram setiap hari
pada pagi hari.
Gambar 4 Pemberian pupuk organik (kiri) serta pemberian pupuk kimia dan
dolomite (kanan)
3 Pemasangan mulsa dan pembuatan lubang tanam
Setelah pembuatan bedeng selesai, tanah ditutup menggunakan mulsa
hitam perak dan dipasang dengan kencang. Mulsa yang dipasang dibagian atas
berwarna perak dan yang dibagian bawah berwarna hitam. Pemasangan mulsa
bertujuan untuk mempermudah kegiatan pemeliharaan tanaman cabai yang akan
ditanam karena mulsa dapat mengurangi fluktuasi suhu tanah, mengurangi laju
evaporasi tanah, mengurangi kerusakan (erosi) tanah karena air hujan, menekan
pertumbuhan gulma dan lain sebagainya. Lahan yang akan dipasang mulsa
25
didiamkan selama kurang lebih 1 - 2 minggu setelah itu dibuat lubang tanam.
Jarak antar lubang 50 x 50 cm. Setelah pembuatan lubang tanam, lahan didiamkan
1 - 2 hari atau 1 minggu sebelum ditanami tanaman cabai, hal ini bertujuan agar
pupuk kandang yang diberikan menjadi lebih matang.
5 Pemeliharaan
Pemeliharaan untuk tanaman cabai meliputi beberapa hal, diantaranya
sebagai berikut :
a Penyulaman
penyulaman tanaman dilakukan tiga hari setelah tanam. Penyulaman
dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak tumbuh maupun
tanaman yang tidak sehat pertumbuhannya. Bibit untuk penyulaman diambil
dari tempat persemaian cadangan. Tujuan dilakukan penyulaman adalah untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan penyeragaman pertumbuhan
tanaman, sebab apabila pertumbuhan tanaman tidak seragam akan dapat
menyulitkan pemeliharaan.
b Penyiraman atau pengairan
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai bibit umur 1 bulan di lahan.
Setelah bibit berumur lebih dari 1 bulan, penyiraman dilakukan 2 kali dalam
seminggu. Penyiraman dilakukan sampai panen dengan melihat kondisi lahan,
apabila kondisi lahan kering, maka harus segera dilakukan penyiraman, namun
apabila kondisi lahan tidak terlalu kering atau setelah turun hujan maka
pengairan atau penyiraman tidak perlu dilakukan. Pengairan atau penyiraman
yang dilakukan di BP2TPH ada 2 tipe yaitu disemprot dan di lep. Penyiraman
dilakukan pada pagi hari dengan sistem kocor per lubang menggunakan
gembor.
c Pemupukan susulan
Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman berumur ± 21 HST
dengan tujuan untuk menjaga kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman cabai. Waktu pemberian pupuk susulan ini tidak terjadwal, selalu
melihat kondisi tanaman apakah tanaman membutuhkan pemupukan kembali
atau tidak. Pemberian pupuk ini dapat dilakukan dengan sistem kocor maupun
disemprot. Pupuk yang diberikan adalah campuran antara calsimax dan NPK
dengan perbandingan 1 : 1 pada 1 liter air. Dosis pemupukan susulan untuk
27
Calsimax adalah 3 g/l apabila pemupukan sengan disemprot dan 10 g/l apabila
dikocor. Dosis pupuk NPK yang diberikan yaitu 20 g/l.
d Pengocoran
Pengocoran merupakan istilah dalam pemberian pupuk yang diberikan
dengan cara dikocor. Pupuk yang digunakan untuk pengocoran tanaman cabai
yaitu pupuk rumput laut dan NPK. Pupuk rumput laut dibuat dengan
memfermentasi rumput laut, tetes tebu dan alkohol. Dosis yang digunakan yaitu
5 cc fermentasi rumput laut ditambah 1 liter air dan 1 cc NPK yang sudah
dilarutkan ditambah 1 liter air. Pupuk ini juga bisa digunakan untuk pengocoran
bibit cabai. Pengocoran dilakukan setiap 3 minggu sekali. Total dilakukan
pengocoran selama budidaya yaitu 4 - 5 kali dengan pengocoran terakhir yaitu
pada panen kedua.
e Pemasangan ajir
Pemasangan ajir dilakukan setelah tanaman cabai berumur 1 bulan
setelah tanam. Pemasangan ajir dibuat berbentuk silang karena tanahnya yang
bersifat semi pasir. Pemasangan ajir ini bertujuan untuk menjaga agar tanaman
tidak roboh. Cara pemasangannya dilakukan dengan menancapkan sebilah
bambu yang tingginya kurang lebih 1 meter pada tiap lubang tanam yang
dipasang dipinggir lubang tanam agar tidak merusak perakaran dan tanaman
cabai tersebut.
f Pemangkasan dan penyiangan
Pemangkasan dan penyiangan merupakan tindakan yang tidak bisa
ditinggalkan dalam budidaya cabai merah. Dalam budidaya cabai merah istilah
pemangkasan disebut dengan pewiwilan. Pewiwilan merupakan proses
pemotongan atau pembuangan tunas maupun daun yang sudah tua yang
bertujuan agar nutrisi yang diserap tanaman terpusat pada batang utama
sehingga menghasilkan kualitas buah yang baik. Pewiwilan dilakukan sebanyak
3 kali. Tunas yang dipelihara adalah tunas yang berbentuk Y. tunas yang
berbentuk Y keatas dipelihara, sedangkan yang dibawahnya diwiwil. Pewiwilan
28
dilakukan pada tunasnya saja bukan dengan daunnya. Tunas yang berbetuk Y
diikat dengan ajir.
Penyiangan merupakan tindakan pengendalian gulma yang tumbuh
disekitar tanaman cabai. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma
yang tumbuh dengan menggunakan tangan atau peralatan lain seperti sabit,
selain itu penyiangan juga dapat dilakukan menggunakan herbisida round up.
g Pengendalian hama penyakit
Keberadaan hama dan penyakit di lahan dapat menurunkan produktifitas
tanaman cabai, maka dari itu perlu adanya pengendalian. Pengendalian hama
penyakit pada tanaman cabai dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida
maupun fungisida. Pestisida dan fungisida yang diberikan tergantung dari
kebutuhan tanaman dan tingkat hama penyakit yang menyerang. Macam-
macam pestisida yang digunakan yaitu Ridomil gold (merupakan fungisida
yang digunakan untuk pengendalian jamur, dosis yang diberikan 1 g/l air),
Jossefat (untuk pengendalian ulat namun lebih cocok untuk pengendalian lalat
buah, pestisida ini digunakan sebagai pengganti Yellow trap, dosis yang
digunakan yaitu 1 g/l air), Curacron (untuk pengendalian lalat buah dan ulat,
dosis 1 cc/l air), Dithane (fungisida, untuk pengendalian jamur, dosis yang
digunakan 1 g/l air) dan Bramek (untuk meluruskan buah cabai, dosis yang
digunakan 0,5 cc/l air). Pengendalian dapat dilakukan mulai umur 3 minggu
setelah tanam dengan penyemprotan. Penyemprotan ini dilakukan setiap 1
minggu sekali sampai panen. Dalam penyemprotan, alat yang digunakan adalah
sprayer dengan muatan 16 liter. Pestisida yang digunakan biasanya dioplos serta
ditambah perekat dan ridomil.
h Panen
Panen merupakan tahapan terakhir dari suatu kegiatan budidaya tanaman.
Panen buah unuk dijadikan benih sebaiknya dilakukan apabila buah telah
mencapai masak fisiologis dengan ciri-ciri seluruh buahnya berwarna merah
dan mengkilat. Panen pertama dilakukan ketika tanaman berumur 4 bulan atau
29
setelah buah cabai masak fisiologis. Kriteria panen yang ditentukan di BP2TPH
untuk buah siap panen adalah yang warnanya merah sempurna, buah lebat dan
lurus-lurus, tingginya sejajar, panjang buah sama dan daun tidak berwarna
kuning. Jarak panen yaitu 5 hari sekali dan total pemanenan cabai yaitu
sebanyak 7 kali. Cabai untuk produksi benih semakin tua umurnya maka
semakin bagus. Cabai yang dipanen harus benar-benar matang agar benih yang
dihasilkan bermutu tinggi. Setelah dipanen, cabai segera disimpan di gudang
penyimpanan dengan menghamparkannya dilantai agar sirkulasi udara tetap
terjaga. Dasuki dan Muhamad (1997) menyatakan bahwa, penyimpanan dengan
udara terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme sehingga
menunda pematangan dan pembusukan buah. Oleh karena itu, cabai yang akan
disimpan hendaknya sehat dan seragam kematangannya.
serta memisahkan varietas yang tidak diharapkan. Hal ini bertujuan supaya benih
yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
2 Ekstraksi
Buah cabai yang sudah diseleksi kemudian diekstrak untuk diambil bijinya.
Ekstraksi dilakukan menggunakan mesin ekstraksi (ekstrac pulper) (Gambar 7).
Cabai dimasukkan kedalam mesin untuk memisahkan antara kulit buah dengan
bijinya (Gambar 8). Biji dan kulit buah akan terpisah dan keluar melalui saluran
yang berbeda. Biji yang terpisah ditampung dalam karung goni besar (Gambar
9), sedangkan kulit buah ditampung menggunakan ember bak besar yang akan
diproses kembali. Proses ekstraksi ini dilakukan sebanyak 3 – 4 kali atau sampai
kelihatan tidak ada lagi biji yang masih menempel pada daging buah cabai.
Kemudian benih yang telah diekstrak diletakkan pada ember-ember untuk
dilakukan pencucian (Gambar 10).
lapangan menunjukkan kesesuaian dan bukan bekas dari tanaman sefamili maka
lahan penangkaran tersebut syah sebagai lahan produksi benih bersertifikat.
3 Permohonan pemeriksaan fase pertumbuhan (Vegetatif)
Pengawas BPSB datang memeriksa pertumbuhan vegetative tanaman
cabai merah yang ditanam dengan kriteria apakah terdapat campuran tanaman
varietas lain atau tidak, apakah terjadi penyimpangan sifat tanaman dan
bagaimana kondisi rumput atau gulma pada area tersebut. Apabila hasil
pemeriksaan oleh pengawas BPSB dinyatakan lulus maka lahan tersebut dapat
diteruskan untuk proses sertifikasi selanjutnya.
4 Permohonan uji laboratorium
Pada tahap ini benih yang telah selesai diproses kemudian dikirim ke
BPSB untuk dilakukan pengujian laboratorium. Pengujian laboratorium
bertujuan memenuhi syarat pelabelan, antara lain kadar air, daya tumbuh,
kemurnian varietas dan kesehatan benih. Benih yang lulus uji laboratorium
BPSB diberi label sertifikasi dengan warna biru.
5.4 Pengujian Benih
Benih yang sudah dikeringkan dan dikemas dalam kemasan 5 kg
selanjutnya dilakukan pengujian benih. Pengujian benih tidak dilakukan di
BP2TPH namun dilakukan di BPSB DIY. Pengujian yang dilakukan oleh BPSB
antara lain diantaranya uji kadar air, uji kemurnian benih dan uji daya tumbuh.
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengujian tersebut yaitu 3 minggu.
1 Uji kadar air
Standar benih cabai merah bermutu baik yaitu jika kadar airnya < 7 %.
Jika kadar air melebihi standar tersebut maka benih tidak lolos uji laboratorium
sehingga tidak bisa dikatakan sebagai benih bermutu. Apabila kadar air belum
memenuhi standar yang sudah ditentukan maka benih dikembalikan ke
BP2TPH untuk dikeringkan kembali sampai pada kadar air yang dianjurkan,
kemudian dapat mengajukan untuk uji laboratorium kembali. Cara yang
digunakan untuk mengetahui kadar air benih yaitu metode oven. Metode oven
35
ujungnya tumpul dan yang keluar bukan akar utama akan tetapi akar samping.
Cara mengetahui daya tumbuh yaitu menghitung rata-rata benih yang
berkecambah dari semua ulangan. Standar daya tumbuh yang dapat dinyatakan
lolos uji laboratorium adalah jika daya tumbuhnya ±85 %.
5.5 Pengemasan
Setelah benih lolos uji laboratorium dan proses sertifikasi dari BPSB, benih
dikemas dengan berat 10 g per bungkus untuk selanjutnya dipasarkan. Harga per
sachet kemasan 10 g sebesar Rp.10.000 dengan merk “Tugu Jogja” (Gambar 14).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan Dan Hortikultura
merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Pertanian Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) yang bergerak dalam bidang pengembangan
perbenihan tanaman pangan dan hortikultura. Dari praktik kerja lapangan yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa benih yang dihasilkan di UPTD BP2TPH
adalah benih yang bersertifikat. Dalam menghasilkan benih bersertifikat hal
penting yang harus diperhatikan adalah proses budidaya tanaman. Proses
budidaya tanaman untuk menghasilkan benih bersertifikat ini berada dibawah
pengawasan BPSB. Selain budidaya tanaman hal penting lain yang harus
diperhatikan dalam menghasilkan benih bersertifikat adalah penanganan
pascapanen, dengan penanganan pascapanen yang baik dan sesuai standar, akan
dihasilkan benih yang berkualitas dan bermutu tinggi. Penanganan pascapanen
yang dilakukan di BP2TPH meliputi beberapa tahap diantaranya seleksi buah
cabai, ekstraksi, pencucian, pengeringan, uji sertifikasi, pengujian laboratorium
dan pengemasan. Kemudian, tahapan selanjutnya yang harus dilakukan setelah
proses budidaya dan penanganan pascapanen untuk mendapatkan label benih
bersertifikat adalah uji sertifikasi. Dengan adanya uji sertifikasi, benih yang
dihasilkan akan mendapatkan label benih sesuai dengan yang diinginkan. Varietas
benih cabai merah yang dihasilkan UPTD BP2TPH adalah cabai merah varietas
Branang, Gantari serta Cipanas (Lokal pakem) dengan kelas benih sebar (ES) dan
warna label biru. Benih yang dipasarkan dikemas dalam kemasan sachet 10 g
dengan harga yang cukup murah sebesar Rp.10.000 dengan merk “Tugu Jogja”.
6.2 Saran
UPTD BP2TPH sebagai produsen benih yang dapat memenuhi kebutuhan
benih khususnya di wilayah DIY hendaknya meningkatkan pengawasan mutu
38
benih dari sebelum tanam sampai dipasarkan ke konsumen. Agar dalam kegiatan
produksi benih cabai merah diperoleh hasil yang lebih maksimal, maka
keterampilan dari sumber daya manusia atau pekerja di lapang perlu diperhatikan
dan ditingkatkan sehingga semua rangkaian kegiatan produksi benih cabai merah
dapat dilaksanakan secara maksimal. Selain itu sarana prasarana di BP2TPH
harus diperbarui atau ditingkatkan khususnya sarana prasarana untuk
penggilingan cabai misalnya dengan penambahan mesin ekstraksi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
39
40
Wijoyo, Padmiyarso M. 2008. Taktik Jitu Menanam Cabai di Musim Hujan. Bee
Media Indonesia : Jakarta.
Wiryanta, Bernardius T. Wahyu. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan.
Agro Media Pustaka . Depok.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar pertanyaan tentang masalah umum di Balai Pengembangan dan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta.
1. Dimana lokasi Balai Pengembangan dan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
2. Bagaimana sejarah singkat, latar belakang, fungsi serta peranan Balai
Pengembangan dan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari
Yogyakarta ?
3. Apa visi dan misi Balai Pengembangan dan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
4. Bagaimana struktur organisasi di Balai Pengembangan dan Perbenihan
Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
5. Benih unggul apa saja yang diproduksi di Balai Pengembangan dan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
6. Bagaimana ketenagakerjaan di Balai Pengembangan dan Perbenihan Tanaman
Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
41
42