Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Cabai merah (Capsicum annum L.) adalah sayuran semusim yang termasuk
tepatnya di daerah Peru, dan menyebar ke daerah lain di benua tersebut. Di Indonesia
sendiri diperkirakan cabai merah dibawa oleh saudagar-saudagar dari Persia ketika
singgah di Aceh antara lain adalah cabai merah besar, cabai rawit, cabai merah
keriting dan paprika. Cabai tidak hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga
sebagai bumbu masak atau bahan campuran pada berbagai industri pengolahan
makanan dan minuman, tetapi juga digunakan untuk pembuatan obat-:obatan dan
kosmetik. Selain itu cabai juga mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk
fosfor (P), besi (Fe), vitamin-vitamin, dan mengandung senyawa alkaloid seperti
holtikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak diusahakan oleh petani di
dataran rendah sampai dataran tinggi. Penanamannya dapat dilakukan di lahan sawah
maupun lahan kering. Manfaatnya beragam, dapat sebagai bahan baku berbagai
industri makanan dan obat-obatan yang membuat cabai merah semakin menarik
untuk diusahakan.
Indonesia, 2012). Produksi cabai di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1.656.620
ton dengan luas tanam seluas 242.366 ha, sehingga rata-rata produktivitas cabai di
yang tumbuh di ketiak daun dan pemupukan yang seimbang dan tepat. Tunas yang
tumbuh di ketiak daun perlu dihilangkan dengan cara pewiwilan. Tunas air harus
dibuang karena tidak akan produktif dan hanya akan memanfaatkan hasil fotositensis
dari daun-daun yang lain sehingga mengganggu pertumbuhan cabang lainnya. Tanpa
pewiwilan tunas air, pertumbuhan tanaman akan lambat. Pewiwilan juga dilakukan
pada bunga pertama. Pewiwilan adalah pembuangan tunas air di bawah cabang
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup
atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, sampah, dan
berfungsi produk antara dari organisme hidup (Chairani, 2008). Pupuk organik ada
beberapa macam, yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, bokhasi, dan kompos (Durirat.
2008). Kompos diperoleh dari hasil pelapukan bahan-bahan tanaman atau limbah
pengolahan pabrik, dan sampah organik yang terjadi karena perlakuan manusia
(Harpenas, 2010). Secara biologi cacing memainkan peranan utama dalam mengubah
bahan organik menjadi humus sehingga dapat memperbaiki keburan tanah. Kotoran
cacing tersebut berupa cascing yang mengandung 40% humus pada bagian atas tanah
dimana cacing hidup (Hatta, 2012). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
Penelitian ini adalah benar-benar dari hasil pemikiran peneliti sendiri tanpa
campur tangan orang lain. Pendapat peneliti yang tercantum dalam tulisan ini ditulis
Muhammadiyah Jember.