Bab I Cherian Syahputra Sawi
Bab I Cherian Syahputra Sawi
Bab I Cherian Syahputra Sawi
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran famili
kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari negeri China. Sawi masuk ke
Indonesia sekitar abad ke -17, namun sayuran ini sudah cukup populer dan diminati
Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.
Konon di daerah asal Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang
pada tahun tersebut luas panen sawi di Taiwan mencapai 5000-6000 ha. Tanaman
sawi lebih popular disebut “Mustard”. Pada tahun 1965, luas panen sawi Filipina
mencapai 2.810 ha dengan produksi 12.544 ton. Berawal dari negara tersebut, sawi
varietas sawi unggul yang dapat dikembangkan di daerah iklim subtropis maupun
tropis. Pada tahun 1976 di Asian Vegetable Resarch and Development Center
(AVRDC) Taiwan, mengkoleksikan 640 varietas sawi yang terdiri atas 488 tipe
2
tanaman. Dari 457 varietas (kultivar) pilihan, 69 varietas diantaranya berasal lokal
Taiwan. Negara lainnya seperti Thailand, jepang dan Indonesia merintis perakitan
varietas – varietas sawi unggul, termasuk berbagai jenis sawi hibrida maupun non-
hibrida.
bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayur sub tropis lainnya, terutama
Sayuran ini banyak menyebar di Indonesia, sawi memiliki bentuk dan rasa
yang berbeda dengan sayur-sayuran lain. Sayuran ini dapat ditanam di dataran tinggi
yang memiliki udara cukup dingin dan kesuburan tanah yang sesuai (Suhardi, 1990).
fakor. Pertama, benihnya masih impor dari luar negeri yang harganya mahal dan daya
kecambahnya kadang-kadang rendah. Kedua sampai saat ini sawi ditanam di dataran
tinggi pada ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut. Karena masih sedikit
varietas sawi yang ada dapat terserang penyakit busuk bercak daun Alternaria
brassice (berk) Sacc. Dan busuk lunak Erwinia Crotovora (Jones) Holland dengan
unggul baru, baik yang berasal dari hasil persilangan di dalam negeri maupun
introduksi dari luar negeri. Salah satu sasaran pengembangan sawi adalah diarahkan
Sawi dan Caisim kadang sukar dibedakan. Sawi berdaun lonjong, halus tidak berbulu
dan tidak berkrop. Kedua jenis sayuran ini dapat disilangkan (kawin silang). Tanaman
sawi mempunyai batang pendek dan lebih langsing dari batang petsai. Urat daun
utama lebih sempit daripada petsai, tetapi daunnya lebih liat. Pada umumnya pola
Tanaman sawi (Brasicca juncea L.) telah dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Aneka hidangan yang menggunakan sawi sebagai bahan baku yang digunakan
sebagai campuran sayur seperti lodeh, capcay, bakmi rebus dan lain-lain
(Sunarjono, 2008).
Sawi (Brassica juncea L) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari
oleh masyarakat Indonesia, mulai dari golongan masyarakat kelas atas sampai kelas
bawah. Di Indonesia banyak terdapat jenis makanan yang menggunakan daun sawi
baik sebagai bahan pokok (dimakan bersama nasi) maupun sebagai pelengkap
vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan manusia. Produksi sawi dapat
ditingkatkan melalui budidaya yang baik, yaitu pemeliharaan dan pemupukan yang
tepat. Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang atau kotoran ayam, kotoran
sapi dan kotoran kambing sangat baik untuk pertumbuhan sawi dengan kualitas yang
Menanam sayuran ini tidak rumit, langkah pertama menyiapkan lahan dan
mengolah lahan dengan mencangkul, lalu membuat bedengan dan memberikan pupuk
dasar berupa pupuk kandang. Bibit yang telah disemai ditanam dalam bedengan. Bibit
harus memiliki kualitas yang baik. Proses perawatan juga tidak terlalu rumit. sawi
membutuhkan air yang cukup, pagi dan sore harus disiram. Pemupukan dan mencabut
gulma atau rumput-rumput yang tumbuh di sekitar sayur sawi dilakukan secara rutin
(Yati, 2010).
Di dalam tanaman Fosfor merupakan unsur yang mobil dan bilamana terjadi
kekurangan unsur ini pada suatu tanaman maka Fosfor pada jaringan-jaringan tua
dalam bentuk ion silfat (SO42-) yang tidak banyak terdapat dalam tanah mineral.
Karena bermuatan negatif ion sulfat mudah hilang dari daerah perakaran karena
tercuci oleh aliran air. Khususnya terjadi pada tanah berpasir. Sebagian besar sulfur di
dalam tanah berasal dari bahan organik yang telah terdekomposisi, sulfur elemental
(bubuk/batu belerang) dari aktivitas vulkanis dan partikel dari cerobong asap pabrik
Kalium didalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi
sekitar 1,7 – 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K di dalam
tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam
pengembangan agribisnis dan lain sebagainya. Oleh karena itu penulis tertarik
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Pupuk TSP Dan Pupuk KCl
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.).
6
3. Untuk mengetahui interaksi antara pemberian pupuk TSP dan pupuk KCl
penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang
Pupuk TSP dan Pupuk KCl merupakan variabel bebas, serta pertumbuhan dan
produksi tanaman sawi hijau merupakan variabel terikat, secara sederhana kerangka
Pupuk TSP
Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Sawi
Hijau
Pupuk KCl
Pelaksanaan Penelitian
Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok
Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
9
Kabupaten Labuhanbatu dengan tofografi datar dan jenis tanah top soil yang berada
pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papavorales
Genus : Brassica
tanaman semusim, termasuk tumbuhan semak yang berdiri tegak dan batang
berongga dengan pertumbuhan radikal, daun lonjong dan tipis serta tidak memiliki
bulu.
Tanaman Sawi (Breassicca Juncea L), dimana tanaman sawi memiliki batang
yang ramping dan lebih hijau, sedangkan batang petsai gemuk dan berkelopak dengan
daun putih kehijauan. Ciri khas tanaman sawi ialah berdaun lonjong, halus dan tidak
Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yang biasa di budidayakan, antara lain
yaitu sawi putih, sawi hijau dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal
Caisim alias sawi hijau yang mempunyai ciri-ciri panjang langsing berwarna
kehijauan, rasanya renyah dan segar yang mempunyai sedikit rasa pahit sehingga
Batang tanaman sawi umumnya pendek dan banyak mengandung air (herbaceous).
Disekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yang bertangkai
pendek (Jumin, 2002). Tanaman ini dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral
kearah puncak cabang tak berbatang. Sebagian besar sayuran sawi memiliki ukuran
daun yang lebih besar, dan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada tipe tertentu,
daun yang tersusun secara spiral ini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip
Umumnya bunga berwarna kuning namun ada pula yang berwarna putih.
Bunganya terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang/tunas. sawi
berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran.
Empat benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar. Buah–buah
sawi berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji. Biji-bijinya bulat kecil
12
2.2.1. Akar
arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. akar-akar ini berfungsi antara lain
menghisap air zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang
2.2.2. Batang
Batang (caulis) sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Batang
2.2.3. Daun
krop, pada B. Chinensis, struktur tangkai daunnya panjang, langsing dan berwarna
13
putih kehijauan daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Agak lain
dengan struktur daun sawi pada umumnya daun-daun sawi bersayap dan bertangkai
2.2.4. Bunga
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di
daratan tinggi maupun di daratan rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai
Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas 4 helai daun kelopak, 4 helai daun mahkota
bunga berwarna kuning-cerah, 4 helai benang sari , dan 1 buah putik yang berongga
2.2.5. Biji
maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan ini terbentuk buah yang berisi biji. Buah
sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap
buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji – biji sawi bentuknya bulat kecil berwarna
2.3.1. Iklim
Sawi adalah suatu sayuran musim dingin atau lembab, dapat juga pada musim
panas jangka pendek. Pertumbuhan sawi sepanjang tahun dan pada musim semi,
kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian 1000 – 2000 di atas permukaan
yang baik berkisar antara 15 - 250C serta cukup mendapat sinar matahari.
(Sunarjono, 2008).
Beberapa varietas tanaman sawi dapat berbunga secara alami di daerah tropis
Indonesia. Varietas yang sulit berbunga dapat dirangsang dengan perlakuan suhu
2.3.2. Tanah
Tanaman kailan dapat tumbuh dan beradaptasi di semua jenis tanah, baik tanah yang
15
bertekstur ringan sampai berat. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawi
masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kalian sering mengalami hambatan,
mudah terserang penyakit akar bengkak atau “Club root” yang disebabkan oleh
cendawan Plasmodiophora brassicae Wor. Sebaliknya pada tanah yang basa atau
alkalis (pH lebih besar dari 6,5) tanaman terserang penyakit kaki hitam (blackleg)
rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi,
karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan
organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk
kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan
agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan
(Suhardi, 1990). Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya
tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira
penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur
16
yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO 3) atau dolomit (CaMg(CO3)2) (Cahyono,
2008).
Syarat tanah ideal untuk tanaman sawi adalah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam
tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. Sawi dapat ditanam pada berbagai
jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung
berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu
(Suhardi, 1990).
Tanah yang paling baik untuk tanaman sawi sudah tentu tanah yang subur.
yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum cukup menjamin
berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman sawi juga
membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula
(Jumin, 2002).
tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah
harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik
penanaman sawi di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang tidak terlalu
Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang
tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan
gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.
Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke
lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.
Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek
(Sunarjono, 2008).
Tanah perlu diperhatikan dalam budidaya sawi yaitu jenis tanah dan derajat
keasaman ( pH ) tanah.
1. Jenis Tanah
Tanah yang digunakan sebagai media tanam sebaiknya merupakan tanah yang
gembur, perakaran akan mudah untuk melakukan proses respirasi atau pernapasan.
Tanah yang remah dan berbutir – butir memiliki aerasi dan daya tahan air yang baik.
Selain itu, akar juga akan mudah manembus saat mencari bahan makanan. Tanah
yang baik adalah jenis aluvial dan andosol karena kedua tanah ini memiliki komposisi
Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman sawi
berkisar antara 4,5 – 7. Pada pH yang terlalu rendah (di bawah 4), tanaman akan
keracunan aluminium (AL) dan besi (Fe) atau kekurangan unsur hara yang penting,
misalnya fosfor. Sementara, pada pH yang terlalu tinggi tanaman juga dapat
Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan penambahan bahan – bahan kimia
tertentu. Jika tanah terlalu asam, untuk mengatasinya dapat menambahkan kation
basa seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), atau kalium (K). Senyawa yang paling
umum digunakan adalah kation basa CA dalam bentuk kalsium oksida (CaO) atau
lebih populer dengan sebutan kapur kalsit. Selain kapur kalsit, dapat juga digunakan
dolomit. Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam serta mengandung unsur hara
magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg (CO 3)2. Selain
kapur, untuk meningkatkan pH tanah dapat pula menggunakan abu sekam atau abu
Sementara itu untuk menurunkan pH tanah yang terlalu asam dapat dilakukan
2.3.3. Air
hidupnya mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara
fungsional air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat
yang dapat membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman
(Sunarjono, 2008).
mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan
tumbuh-tumbuhan.
Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman sawi juga sangat membutuhkan air.
Air berfungsi sebagai media pengangkutan unsur – unsur hara yang ada di dalam
Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam terlalu tinggi.
Sel – sel tanaman sawi sangat rentan terhadap pengaruh kadar garam. Tanaman sawi
pada larutan dengan kadar garam tinggi dapat terhambat pertumbuhannya, bahkan
mati. Selain itu, air yang digunakan sebaiknya bebas dari polutan dan logam berat.
Yang dimaksud curah hujan di sini adalah air hujan dengan segala bentuknya
yang diterima oleh bumi, seperti air embun, kabut dan segenap jumlah air yang turun
berbagai macam. Banyak air yang di terima pada permukaan tanah diukur dengan
20
tebalnya lapisan air permilimeter, apabila air tidak mengalir, tidak menguap dan tidak
hidupnya mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara
fungsional air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat
yang dapat membawa zat hara serta gas dari luar kedalam jaringan tanaman
(Yati, 2010).
Peran pupuk Fosfor untuk tanaman antara lain : dapat mempercepat dan
Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, dapat
statis, hanya sebagian kecil saja yang tersedia dalam bentuk anorganis sebagai ion-ion
fosfat, sebagai bahan pembentuk pospor yang terpencar-pencar dalam tubuh tanaman
Di dalam tanaman Fosfor merupakan unsur yang mobil dan bilamana terjadi
kekurangan unsur ini pada suatu tanaman maka Fosfor pada jaringan-jaringan tua
21
unsur Fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman dan gejalanya sulit diketahui
Untuk dasar pupuk TSP di tanaman sawi yaitu sebanyak 3 gram tiap tanaman
disebar merata dengan tanah tergantung jarak tanamannya. Pupuk TSP tersebut
(Rukmana, 2008).
bervariasi sekitar 1,7 – 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara
normal. Ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim
(Hasibuan, 2008).
maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan
(Marsono, 1999).
tanaman.
menggunakan KCl. Pemupukan dapat dilakukan dua kali yaitu pada dua dan empat
minggu setelah tanam dengan dosis 5 gr/tanaman . Pupuk diberikan ke dalam sebuah
lingkaran yang dibuat 3 cm dari batang tanaman, lalu ditutup dengan tanah dan
disiram air.
Unsur C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO2 yang
diambil melalui stomata dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air oleh akar
tanaman, unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia sekitar akar.
Akar akan menghisap hara yang larut dalam air pada kedalaman tertentu,
akar yang tidak normal akibat adanya rintangan dalam menembus tanah, maka unsur
hara yang terdapat jauh dibawah jangkauan daya hisap akar tidak akan terserap
(Sarif, 1996).
24
BAB III
METODE PENELITIAN
● Pupuk TSP,
● Pupuk KCl,
● Tanah topsoil,
● Air .
● cangkul,
● gembor,
● Alat hitung,
25
● Alat tulis,
● Alat ukur,
● Plastik,
● Timbangan,
● Hand Sprayer.
Dari hasil penelitian dianalisis sidik ragam rancang acak kelompok (RAK) dengan
Dimana ;
Y ijk : Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, pada perlakuan N taraf ke-j, dan
perlakuan P taraf ke-k.
(αβ)jk : Efek dari interaksi antara perlakuan N taraf ke-j dan perlakuan P taraf
ke-k
Εijk : Efek eror yang disebabkan oleh ulangan ke-i, perlakuan N taraf ke-j,
perlakuan P taraf ke-k. (Hanafiah, 2010)
Ukuran plot : 80 cm x 50 cm
Jarak tanaman : 20 cm x 20 cm
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
tanahnya subur, ringan dan gembur, keadaan sekelilingnya terbuka atau mendapat
sinar matahari.
kerikil dengan alat bantu parang atau cangkul. Tetapkan lebar bedengan antara 1,0
-1,2 meter dan panjangnya tergantung kebutuhan atau kondisi lahan. Kemudian
bentuk bedengan sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, dan diratakan permukaannya
Untuk melindungi tanaman pembibitan dari teriknya matahari dan guyuran air
hujan secara langsung maka pembuatan dibuat secara kolektif. Naungan dibuat
28
dengan memanjang arah utara selatan, tinggi tiang naungan depan 1,0-1,5 m atau
timur,tiang belakang atau barat setinggi 0,6-0,8 m dengan tujuan untuk mendapatkan
sinar matahari pagi. Jarak antar tiang 1 m, atap terbuat dari pelepah kelapa sawit dan
Sebelum benih sawi disemai, bedengan pesemaian disiram dulu dengan air
bersih sampai cukup basah (lembab). Sebarkan benih sawi secara merata di
permukaan bedengan pesemaian, kemudian tutup dengan tanah tipis setebal 0,5 - 1,0
Penyiapan lahan pada intinya membersihkan lahan dari segala macam gulma
tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin masih ada.
batu/kerikil disingkirkan dari areal dan pembersihan bekas sisa-sisa kayu atau kotoran
selanjutnya pembuatan plot-plot penelitian sesuai dengan ukuran plot yang telah
ditentukan dan setip pinggir plot dibuat parit keliling sebagai drainase. Petak plot
29
dengan ukuran 80 cm × 50 cm dan dibuat parit pemisah antar blok dan plot sebagai
4.3. Penanaman
setelah semai atau berdaun 4 -5 helai. Bibit sawi di persamaian disiram dulu
medianya hingga cukup basah. Berikutnya bibit tersebut tinggal dipindah tanamkan
ke kebun. Tiap lubang tanam ditanami satu bibit di urut serta di padatkan tanahnya
agar perakaran dapat kontak langsung dengan air tanah. Waktu tanam sebaiknya pagi
hari atau sore hari untuk menghindari suhu udara dan penguapan air yang terlalu
tinggi. Selesai penanaman, areal kebun sawi yang baru ditanami, segera diairi
Pupuk TSP diberikan dengan cara ditanam dengan jarak 10 cm dari tanaman
sawi dan pupuk TSP diberikan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan rotasi 1
P1 : Pemberian pupuk TSP = 1,5 gr/ tanaman dengan interval 1 minggu sekali
P3 : Pemberian pupuk TSP = 4,5 gr/ tanaman dengan interval 1 minggu sekali
30
Pupuk KCl diberikan dengan cara ditanam dengan jarak 10 cm dari tanaman
sawi dan pupuk KCl diberikan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan rotasi 1
4.6. Pemeliharaan
Kecambah yang telah tumbuh menjadi bibit selama masa pertumbuhan sampai
4.6.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pagi sebelum pukul
10.00 WIB dan sore hari sesudah pukul 15.00 WIB. Penyiraman dilakukan
menggunakan gembor ukuran 10 liter air, apabila turun hujan dan polibag telah
4.6.2. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak, atau
setelah tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang
pertumbuhannya tidak normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi
Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan
atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang
digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang
4.6.3. Penyiangan
Biasanya setelah turun hujan, tanah disekitar tanaman menjadi padat sehingga
Penyiangan cukup dilakukan dengan tangan atau dikorek dengan garpu pada
saat bersamaan lingkungan media pun harus di gemburkan agar tetap subur
Penyiangan dilakukan pada polibag maupun pada areal tanaman percobaan dengan
32
interval penyiangan 2 minggu sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma diareal
tanaman percobaan.
hama dan penyakit terhadap bibit sawi di pembibitan sangat besar oleh karena itu,
perlu pengamatan yang cermat terhadap setiap individu tanaman agar gangguan hama
dalam hal ini lebih diutamakan pencegahan dari pada penyerangan dan beberapa
macam-macam hama dan penyakit pada tanaman sawi adalah sebagai berikut:
Spodoptera litura berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna hijau tua kecoklatan
dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya. Sedangkan Spodoptera exigua,
mempunyai ukuran yang sama dengan Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau
sampai hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini
sering menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun
berlubang-lubang terutama pada daun muda. Agar tanaman tidak terserang, maka
perlu dilakukan pencegahan yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik.
33
Selain itu juga perlu dilakukan dengan cara memasang perangkap kupu-kupu di
beberapa tempat. Perangkap ini dibuat dari botol-botol bekas air mineral yang diolesi
dengan produk semacam lem yang mengandung hormon sex pemanggil kupu-kupu.
Apabila tanaman ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan
insektisida yang tepat yaitu Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC.
2. Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella),
berwarna hijau muda, dengan panjang tubuh sekitar 7-10 mm. Pada saat
melakukan penyerangan, ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk
tanaman. Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serangan
sudah sampai ke titik tumbuh tunas, pertumbuhan tanaman akan terhenti, sehingga
proses pembentukan krop akan sangat terganggu, dan lebih parah lagi, krop tidak
terbentuk. Agar tidak mudah terserang maka perlu dilakukan sanitasi (penyiangan)
lahan dengan baik. Jika serangan hama ini sudah tampak, segera semprot dengan
insektisida yang tepat, yaitu March 50 EC, Proclaim 5 SG, Decis 2,5 EC dan Buldok
25 EC. Dosis yang digunakan sesuai anjuran yang ada pada label kemasan.
3. Leaf Miner (Liriomyza sp.)
telur di daun, selanjutnya larva yang berukuran sangat kecil masuk ke dalam daun.
34
Larva ini memakan daging daun dan hanya menyisakan kulit daunnya. Akibatnya, di
yang sebenarnya merupakan jalur larva memakan daging daun. Untuk mencegah
serangan hama ini. Selain itu tentu saja perlu dilakukan sanitasi lahan dengan baik.
Namun bila sudah nampak gejala serangan, segera semprot dengan insektisida
sistemik karena sasaran hama berada di dalam daging daun. Insektisida sistemik yang
4. Penyakit Busuk Daun (Phytoptora sp.).
Bentuk bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan akhirnya busuk basah.
Serangan akan semakin parah jika suhu dan kelembaban udara terlalu tinggi.
Umumnya kondisiini terjadi ketika hujan sehari diikuti panas atau terik pada beberapa
dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik, selain itu juga hindari menanam pada
musim hujan. Apabila menanam pada musim hujan, jarak tanam perlu dilebarkan
menjadi 30 x 25 cm, dan selokan diperlebar agar sirkulasi air dan udara lancar.
Namun bila sudah tampak gejala serangan, segera semprot dengan fungisida yang
35
tepat yaitu Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG. Dosis yang
dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang cerah dan panas.
Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar. Pertumbuhan tanaman yang
terserang penyakit ini akan terhambat. Apabila tanaman dicabut, akan tampak
sudah parah, tanaman sama sekali tidak bisa berproduksi. Pencegahan yang harus
dilakukan adalah dengan a) menghindari menanam di lahan bekas tanaman sawi yang
jagung dan kacang-kacangan untuk memutus rantai hidup fungi penyebab penyakit
menaikkan pH tanah). Namun bila tanaman sudah terserang penyakit ini, seharusnya
dilakukan pemberantasan. Akan tetapi sampai saat ini belum ditemukan fungisida
Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah melakukan pengawasan dan
4.6.5 Pemanenan
36
setelah tanam. Cara panen adalah dengan mencabut seluruh tanaman serta akarnya.
Sebelum panen lahan disiram lebih dahulu agar tanah tidak keras dan pencabutan
tanaman dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dan dikumpulkan
sesuai perlakuan.
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang bawah hingga ujung daun
terpanjang dengan cara meluruskan seluruh daun tanaman keatas sehingga diperoleh
ujung daun tertinggi dan diukur dengan alat alat ukur meteran. Pengukuran ini
dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu dengan interval waktu 1 minggu sekali
Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna dengan kriteria
panjang tangkai daun sudah mencapai 2 cm. Penghitungan juga dilakukan terhadap
daun tua yang telah menguning yaitu daun belum gugur. Pengukuran ini dilakukan
setelah tanaman berumur 2 minggu dengan interval waktu 1 minggu sekali hingga
Berat segar per tanaman sampel di hitung setiap tanaman sampel yang ada
diplot tersebut, penghitungan dilakukan pada saat panen atau pada akhir penelitian
yaitu dengan cara mencabut tanaman sampel dari semua plot yang ada di setiap
ulangan, kemudian dibersihkan dari tanah dengan menggunakan air dan dikering
Berat segar tanaman per plot dihitung pada semua tanaman yang ada diplot,
perhitungan dilakukan pada saat pemanenan atau pada akhir penelitian yaitu dengan
cara mencabut tanaman dari semua tanaman diplot yang ada di setiap ulangan,
kemudian dibersihkan dari tanah dengan menggunakan air dan dikering anginkan,
BAB V
Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan menghasilkan data rataan dari
pengaruh Pupuk TSP dan Pupuk KCl serta interaksi keduanya pada parameter yang
diamati seperti, tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar per tanaman sampel, dan
berat segar tanaman per plot dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan Lampiran
11.
Hasil pengamatan dari analisis sidik ragam tanaman umur 2 sampai 4 minggu
dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 6. Untuk perlakuan pupuk TSP dan
pupuk KCl pada umur 4 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata,
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman sawi pada perlakuan
Pupuk TSP dan Pupuk KCl dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terrendah pada
tanaman sawi berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3K2 sebesar 47,48 cm
39
dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 33,95 cm. Dari hasil rataan pada tinggi
Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
Hasil pengamatan dari analisis sidik ragam jumlah daun pada umur 2 sampai
4 minggu dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai Lampiran 9. Untuk perlakuan Pupuk
TSP dan Pupuk KCl pada umur 4 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata,
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun sawi pada perlakuan
Pupuk TSP dan Pupuk KCl dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terrendah pada
tanaman sawi berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3K2 sebesar 22,77 helai
dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 14,85 helai. Dari hasil rataan pada jumlah daun
Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
Hasil pengamatan dari analisis sidik ragam berat segar per tanaman sampel
umur 4 minggu dapat dilihat pada Lampiran 10. Untuk perlakuan Pupuk TSP dan
Pupuk KCl pada umur 4 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata,
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat segar per tanaman sampel sawi
pada perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk KCl dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai
terendah pada tanaman sawi berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3K2
sebesar 477,85 gr dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 223,97 gr. Dari hasil rataan
pada berat segar per tanaman sampel sawi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3
41
Tabel 5.3. Rataan Berat Segar Sawi Per Tanaman (gr) Umur 4 MST
Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
Hasil pengamatan dari analisis sidik ragam berat segar tanaman per plot umur
4 minggu dapat dilihat pada Lampiran 12. Untuk perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk
KCl pada umur 4 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, sedangkan
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat segar tanaman per plot sawi
pada perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk KCl dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai
terendah pada tanaman sawi berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3K2
sebesar 4100,20 gr dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 2276,99 gr. Dari hasil
rataan pada berat segar tanaman per plot sawi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.
42
Tabel 5.4 Rataan Berat Segar Sawi Per Plot (gr) Umur 4 MST
Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
5.2.1. Pengaruh pemberian pupuk TSP terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
sawi (Brassica juncea L.)
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa
perlakuan pupuk TSP berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman,
jumlah daun, dan berat segar tanaman per plot pada umur 4 minggu, sedangkan
terhadap parameter berat segar per tanaman sampel tidak menunjukkan hasil yang
Hal ini disebabkan karena konsentrasi pupuk TSP yang diberikan dengan
dosis 1,5 gr/tanaman, 3 gr/tanaman, dan 4,5 gr/tanaman sudah mampu mendukung
43
pertumbuhan tanaman sawi pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan berat
segar tanaman per plot dan sedangkan untuk produksi tanaman sawi pada konsentrasi
TSP yang diberikan dengan dosis 1,5 gr/tanaman, 3 gr/tanaman, dan 4,5 gr/tanaman
belum mampu mendukung pada parameter berat segar per tanaman sampel.
Pemupukan pada tanaman sawi ini dilakukan supaya bisa menambah unsur-
unsur hara yang kurang dalam tanah. Kalau dilihat dari pengamatan dilaboratorium
pemberian pupuk TSP selalu memberi respon paling nyata pada batang , cabang dan
esensial seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Bagi tanaman sawi, dimana produksi
akhir tanaman adalah daun maka unsur nitrogen sangat besar kontribusinya bagi
inilah yang menjadi sebab utama pengaruh sangat nyata perlakuan terhadap
Jumin (2002), menyebutkan bahwa hasil penelitian akhir dari suatu proses
tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun memiliki pengaruh yang
Dari seluruh parameter yang diamati dalam penelitian ini tinggi tanaman,
jumlah daun, berat segar per tanaman sampel dan berat segar tanaman per plot
pengaruh yang tidak nyata pupuk hanya dijumpai pada parameter berat segar per
tanaman sampel.
berat segar per tanaman sampel dan berat segar tanaman per plot lebih disebabkan
mencerminkan karateristik setiap tanaman yang tidak diamati. Boleh jadi secara
kebetulan ada beberapa tanaman non sampel (jumlahnya lebih besar) dari plot
penelitian yang diberikan perlakuan memiliki ukuran pertumbuhan dan produksi lebih
tanaman yang lebih rendah), sehingga setelah semua tanaman dalam satu plot
Peristiwa seperti ini biasa terjadi dalam sebuah penelitian yang menggunakan
hanya beberapa tanaman untuk dijadikan sampel percobaan , dan hal ini merupakan
konsekwensi yang harus diterima dari sebuah rancangan penelitian yang pengambilan
5.2.2. Pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
sawi (Brassica juncea L.)
45
dan produksi tanaman sawi, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa perlakuan
pupuk KCl berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yang diamati yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar per tanaman sampel, dan berat segar
Hal ini disebabkan karena konsentrasi pupuk KCl yang diberikan dengan
Menurut Marsono (1999) bahwa pupuk KCl (unsur Kalium) bagi tanaman
berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman
muda selain itu kalium berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah
Menurut asumsi penulis bahwa pupuk KCl sangat berperan penting dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi karena pupuk KCl sangat berguna bagi
muda) tanaman sawi sebab dosis yang diberikan sesuai dengan dosis yang dianjurkan
5.2.3. Pengaruh pemberian interaksi antara pupuk TSP dan pupuk KCl terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)
46
Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh interaksi antara pupuk TSP
dan pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi, secara
keseluruhan dapat dijelaskan bahwa perlakuan pengaruh interaksi antara pupuk TSP
dan pupuk KCl berpengaruh sangat nyata pada semua parameter yang diamati yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar per tanaman sampel dan berat segar
Hal ini disebabkan interaksi antara dua faktor perlakuan atau lebih akan
terjadi jika kedua faktor tersebut memiliki hubungan yang cukup erat dalam
percepatan atau perlambatan pertumbuhan atau produksi ketika salah satu faktor
perlakuan dilakukan penambahan atau pengurangan takaran, baik pada taraf yang
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa perubahan takaran pupuk TSP dan
pupuk KCl yang sama atau berbeda juga memberikan hasil yang berbeda. Demikian
juga dengan perlakuan takaran pupuk TSP dan pupuk KCl yang sama atau berbeda
juga memberikan hasil yang berbeda pula. Hal ini membuktikan adanya keterikatan
ini akan dipercepat dengan adanya daya dukung yang optimal dari adanya pengaturan
tanaman inilah yang membuktikan adanya pengaruh sangat nyata dari interaksi antara
BAB VI
6.1. Kesimpulan
tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar tanaman per plot, namun
yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar per tanaman
daun, berat segar per tanaman sampel dan berat segar tanaman per plot.
49
6.2. Saran
gr/tanaman.
3. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap interaksi Pupuk TSP dan Pupuk KCl
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, 2008. Teknik Budidaya dan Analisa Usaha Tani Sawi Putih. Aneka Ilmu,
Semarang
Hanafiah, K. A. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta.
Yati, 2010 . Bertanam 15 Sayuran Organik Dalam Pot Dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta.
51