PKDM 2 New
PKDM 2 New
PKDM 2 New
FARADILLAH(202201184)
MUSDALIPA (202201198)
INTAN CANTIKA(202201191)
FISISKA LATAHIDU(202201186)
2022
DAFTAR ISI
BAB 1.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................4
2.1 Pembahasan................................................................................................................4
PENGERTIAN..................................................................................................................5
PENYEBAB......................................................................................................................5
TANDA DAN GEJALA GANGGUAN TIDUR........................................................................5
JENIS GANGGUAN TIDUR DAN PENYEBABNYA...............................................................5
GEJALA GANGGUAN TIDUR............................................................................................6
PERJALANAN PENYAKIT..................................................................................................7
KELUHAN YANG DIALAMI PASIEN..................................................................................7
CARA PENANGANAN......................................................................................................8
A. PENGKAJIAN.........................................................................................................10
1. Biodata Pasien..................................................................................................10
a. Data Demografi Pasien.....................................................................................10
b. Data Demografi Penanggung Jawab.................................................................10
BAB III..............................................................................................................................31
PENUTUPAN....................................................................................................................31
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................31
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dengan menyusun makalah ini, kami dapat mengetahui pengertian
dan penyebab dari Typhoid.
Dengan menyusun makalah ini, kami dapat mengetahui keluhan apa
saja yang di alami oleh penderita Typhoid dan bagaimana cara
menangani para penderita Typhoid.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
PENGERTIAN
Gangguan tidur adalah kelainan pada pola tidur seseorang Kondisi ini dapat
menimbulkan penurunan kualitas tidur yang berdampak pada kesehatan dan
keselamatan penderitanya. Gangguan tidur dapat ditandai dengan mengantuk di
siang hari, sulit tidur di malam hari, atau siklus tidur dan bangun tidur yang tidak
teratur. Gangguan tidur yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan
risiko munculnya berbagai penyakit lain, seperti hipertensi dan penyakit jantung.
PENYEBAB
Gangguan tidur disebabkan oleh berbagai macam hal. Beberapa penyebab dari
gangguan tidur, antara lain:
1.Gangguan fisik, seperti nyeri perut.
2.Kondisi medis, seperti sesak napas.
3.Obat-obatan, seperti kafein, antidepresan, atau stimulan.4.Gangguan kejiwaan,
seperti depresi atau cemas.
5.Kondisi lingkungan, seperti pekerja shift malam hari.6.Usia lanjut.
7.Pecandu alkohol
8.Faktor genetik.
PERJALANAN PENYAKIT
Patofisiologi demam tifoid bergantung pada beberapa faktor antara lain virulensi,
imunitas inang, dan load bakteri. Virulensi bakteri Salmonella typhi sebagai
penyebab demam tifoid disebabkan karena bakteri Salmonella typhi dapat
memproduksi toksin tifoid, antigen vi (kapsul polisakarida), antigen liposakarida
O, dan antigen flagellar H yang masing-masing memegang peran penting dalam
proses infeksi inangnya yaitu manusia.
Fungsi utama antigen Vi adalah bertindak sebagai agen antifagositik (mencegah
fungsi fagosit makrofag), melindungi antigen O dari antibodi yang memberi
resistensi serum. Antigen flagellar H berfungsi sebagai anggota gerak bakteri dan
melakukan perlekatan pada dinding mukosa usus yang selanjutnya membantu
invasi bakteri ke dalam dinding mukosa usus. Bakteri salmonella mampu
melewati lambung karena tahan terhadap suasana asam di lambung hingga pH 1,5.
Masa inkubasi demam tifoid adalah antara 6-30 hari.
Bakteri salmonella yang tiba di usus akan menginduksi proliferasi plak Payer
dengan mendatangkan limfosit dan sel-sel mononuklear yang pada tingkat lanjut
akan menginduksi nekrosis jaringan usus dan berakhir dengan komplikasi berupa
ulserasi usus. Bakteri patogen mencapai sistem retikuloendotelial melalui jalur
limfatik dan aliran darah dan selanjutnya akan menginfeksi berbagai organ tubuh
lain, paling sering bakteri menginfeksi kandung kemih.
Bakteremia fase awal (24 hingga 72 jam post infeksi) akan bersifat asimptomatik
dan transient karena bakteri akan di fagosit oleh makrofag dan monosit di sistem
retikuloendotelial (namun bakteri tidak mati dan tetap berkembang di dalam sel
makrofag), fase ini disebut dengan bakteremia primer. Bakteri salmonella akan
terus merangsang makrofag untuk berkumpul sehingga dapat menjadi inang untuk
berkembang biak.
Patogen salmonella memiliki kemampuan untuk tetap bertumbuh didalam sel
imun dan bermultiplikasi intrasel yang selanjutnya akan merangsang proses
apoptosis makrofag, kembali memasuki sistem retikuloendotelial serta memasuki
aliran darah, kondisi ini akan menyebabkan kondisi bakterimia secara terus-
menerus selama beberapa hari yang disebut sebagai fase bakteremia sekunder.
Pada fase bakteremia sekunder, pasien akan memanifestasikan berbagai gejala
klinis demam tifoid yang tidak spesifik. Sebagai bakteri gram negatif, bakteri
Salmonella typhi akan melepaskan endotoksin ke dalam aliran darah dalam
jumlah besar yang menyebabkan hiperaktivitas vaskular dan pelepasan
katekolamin yang menyebabkan nekrosis fokal dan perdarahan. Lipopolisakarida
bakteri akan menginduksi reaksi mirip syok.
CARA PENANGANAN
Menurut Potter & Perry (2005) rutinitas menjelang tidur bertujuan untuk
membantu seseorang dalam meningkatkan tidur. Adapun macam-macam ritual
tidur yang dapat dilakukan misalnya: waktu yang sama untuk tidur, kudapan atau
aktivitas tenang yang digunakan secara konsisten membantu anak kecil untuk
tidak
menunda tidur. Todler dan anak prasekolah terlalu bergembira dan penuh energy
untuk pergi tidur. Pola persiapan menjelang tidur perlu diperkuat. Membaca
cerita,
membiarkan anak untuk tidur di pangkuan orang tua sambil mendengarkan music,
atau mendengarkan doa merupakan rutinitas yang dapat dihubungkan dengan
persiapan untuk tidur. Aktivitas-aktivitas tenang seperti mewarnai dan membaca
sangat membantu pada anak usia sekolah (Potter & Perry, 2005).
Orang dewasa perlu menghindari stimuls mental berlebihan sesaat menjelang
tidur. Membaca novel ringan, menonton program televisi, atau mendengarkan
music membantu seseorang untuk rileks. Latihan relaksasi dapat bermanfaat pada
saat menjelang tidur. Pernapasan yang lambat dan dalam selama 1 atau 2 menit
memberikan ketenangan. Kontraksi dan relaksasi otot berirama mengurangi
ketegangan dan menyiapkan tubuh untuk beristirahat (Hoch & Reynolds 1986).
Imajinasi terbimbing dan berdoa juga dapat meningkatkan tidur (Potter & Perry,
2005).
Tidak menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah atau menyelesaikan masalah
keluarga sebelum tidur, tidak menggunakan kamar tidur sebagai tempat kerja, dan
bekerja dengan waktu yang konsisten untuk tidur juga dapat membantu seseorang
mendapatkan pola tidur sehat dan memperkuat irama siklus tidur bangun
(Potter & Perry, 2005)
ASUHAN KEPERAWATAN TYPHOID PADA Sdr. J
DI RUANG KENANGA RSUD KRATON
KABUPATEN PEKALONGAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Data Demografi Pasien
Tgl. masuk : 21 Mei 2016
Ruang : Teratai
Nama : Sdr. J
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Status : Lajang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
d. Faktor Lingkungan
DS : Pasien mengatakan lingkungan baik di luar dan di dalam rumah
bersih, jendela dibuka setiap pagi hari & siang hari. Rumah juga ada
ventilasinya di setiap ruangan, kamar mandi ada 1 juga tempat sampah
pun ada.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
DS : Pasien mengatakan panas naik turun 3 hari, pusing, mual, lemas
sebelum masuk dirawat inap di RSUD UNDATA PALU tanggal 21
Mei 2016, sebelumnya pasien memeriksakan diri ke Puskesmas
terdekat. Setelah beberapa hari tidak ada perubahan dan akhirnya
pasien diantar keluarganya periksa ke RSUD Kajen Pekalongan. Lalu
dirawat di Ruang Teratai pada tanggal 21 Mei 2016. Sudah 2 hari
pasien dirawat, pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2016 pukul 09.00
WIB ditemukan data: Data Subjektif :
Pasien mengatakan panas naik turun.
Pasien mengatakan sulit istirahat.
Pasien mengatakan tidak nafsu makan, makan
Habis 1/3 porsi.
- Pasien mengatakan sakit pada perut
P : nyeri jika sakitnya kambuh
Q : seperti tertekan
R : Perut kanan atas
S : Skala nyeri 5 (sedang)
T : Nyeri hilang timbul
Data Objektif :
A : TB 169 cm, BB sebelum sakit 44 kg, BB
sekarang 43 kg
B : S. typi O 1/160, S. thypi H 1/80, S. paratypi
BH 1/320, leukosit 9900/mm³, trombosit
131000/mm³, hematokrit 39,4 %, hemoglobin
13,9 g/dl,C : Mual, muntah
D : Diit lunak
TD 130/80 mmHg
N 81 x/mnt
S 38 °C
Rr 20 x/mnt
Kulit teraba panas
Wajah pasien tampak pucat
Wajah pasien tampak lesu
Wajah pasien tampak meringis kesakitan
b. Keluhan Utama
DS : Pasien mengatakan panas berulang naik turun.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kesadaran : Comphos Menthis
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg TB : 169 cm
Suhu : 38 °C BB sekarang : 43 kg
RR : 20 x/mnt
c. Rambut
Inspeksi : bersih, rambut pendek.
e. Leher
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran vena jugularis.
f. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada serumen, sistem
pendengaran baik.
g. Mata
Inspeksi : tidak ada lesi dan bengkak pada kelopak mata,
h. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada kotoran, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
i. Mulut
Inspeksi : gigi bersih, tidak ada caries, bibir tidak sumbing,
bercak putih.
j. Kulit
Inspeksi : warna kulit merata, tidak lesi.
nyeri tekan.
k. Paru-paru
Inspeksi : pernapasan diafragma (abdomen timbul dengan
inspirasi)
l. Jantung
Inspeksi : terlihat ictus cordis di ICS 5 mid clavicula sinistra
m. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris.
pubis.
n. Ekstermitas
Inspeksi : tidak ada edema
Q : seperti tertekan
R : regio perut kanan atas
S : skala nyeri 5 (sedang)
T : nyeri hilang timbul
DO : TD 130/80 mmHg, N 81 x/mnt, S 38 °C, Rr 20 x/mnt, wajah pasien tampak meringis
kesakitan
2. DS : Pasien mengatakan panas naik turun, sulit istirahat. Penyakit typhoid Hipertermia
DO : TD 130/80 mmHg, N 81 x/mnt, S 38 °C, Rr 20 x/mnt, kulit teraba panas, wajah pasien tampak
pucat, lesu.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl/pkl No. dx. Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Senin, 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri pasien (PQRST) 1. Mengidentifikasi frekuensi, skala
23-5-2016 keperawatan selama 3x24 jam & kualitas nyeri.
09.00 WIB nyeri berkurang, dengan 2. Berikan posisi nyaman pada 2. Memberikan rasa nyaman pada
kriteria hasil: pasien.
pasien.
- Pasien mampu mengontrol nyeri 3. Mengurangi rasa nyeri.
3. Ajarkan teknik management
dengan kriteria hasil: 3. Jelaskan pada keluarga dan 3. Memberikan informasi pada keluarga
- Suhu menjadi 37 °C pasien tentang penyebab terjadi dan pasien tentang penyebab
- Kulit teraba tidak panas lagi peningkatan suhu tubuh . peningkatan suhu tubuh.
4. Kolaborasi dokter pemberian
terapi antipiretik (Paracetamol
4. Menurunkan panas tubuh pasien.
tablet 500 mg, per oral, 3x
sehari).
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/pkl No. Dx Implementasi keperawatan Respon pasien TTD
Memberikan posisi nyaman pada pasien. S: Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
09.10 WIB
(supinasi) terlentang.
1
O: Pasien tampak rileks
09.40 WIB
Menjelaskan pada keluarga dan pasien tentang S: Pasien mengatakan tidak nafsu makan,
2 penyebab terjadi peningkatan suhu tubuh.
makan habis 1/3 porsi.
09.50 WIB
Mengkaji ada tidaknya rasa mual dan muntah O: - A : TB 169 cm, BB sebelum sakit 44 kg,
pada pasien.
2 BB sekarang 43 kg
- B : S. typi O 1/160, S. thypi H 1/80, S.
Paratypi BH 1/320, leukosit 9900/mm³,
trombosit 131000/mm³, hematokrit 39,4
%, hemoglobin 13,9 g/dl,
- C : Mual, muntah
- D : Diit lunak TKTP
S: -
10.00 WIB Mengukur antropometri pasien.
O: BB 43 kg, TB 169 cm.
3 Menjelaskan pada keluarga dan pasien tentang
penyebab penyakit typhoid.
S: Pasien mengatakan sering telat makan
O: Wajah pasien tampak lesu.
11.00 WIB
2 S: Pasien bersedia
Memberikan terapi injeksi
- Ranitidin 50mg per IV O: Injeksi masuk, tidak terjadi alergi, pasien
- Pantoprazole 40mg per IV kooperatif.
13.00 WIB
- Memberikan terapi obat oral S: Pasien bersedia minum obat.
2 - Paracetamol tablet 500mg per oral
O: Pasien tampak minum obat.
- Thiamphenicol kapsul 500mg per oral
EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/pkl No Dx Evaluasi keperawatan Ttd
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Demam typhoid merupakan suatu infeksi akut yang menyerang system
pencernaan terutama pada bagian usus halus yang di sebabkan oeh bakteri
salmonella typhi. Dengan gejala demam selama 1-2 minggu yang ditandai dengan
demam tinggi nyeri pada bagian perut, dan mual muntah dan bisa menyebabkan
penurunan kesadaran. Sehingga perawat dituntut untuk menjaga dan mengawasi
kebutuhan cairan dan elektrolit, hipertermi, dan status nutrisi pada pasie
Daftar Pustaka
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52057
https://www.alomedika.com
https://www.alodokter.com/gangguan-tidur
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/44494