Typoid
Typoid
Typoid
TYPOID
Disusun Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
penulisan Makalah " TYPOID" ini dapat diselesaikan. Dan tak lupa, penulis
berterima kasih kepada bapak Cahyo Nugroho, S.Kep., Ns., M.Kep selaku
Dosen mata kuliah Patofisiologi di Universitas Harapan Bangsa yang telah
memberikan penyusun tugas membuat makalah yang sangat bermanfaat ini untuk
kelengkapan tugas kelompok Mata Kuliah Patofisiologi.
Akhir kata, sekiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi
pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta memahami tentang
TYPOID. Sekian dan terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi...........................................................................................................2
2.2 Etiologi...........................................................................................................2
2.5 Patofisiologi...................................................................................................4
2.6 Pathway..........................................................................................................6
2.8 Penatalaksanaan............................................................................................9
iii
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.........................................................................................11
B. SARAN.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid
disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016). Thypoid fever atau
demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan
gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).
2.2 ETIOLOGI
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-
41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor
pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari
Titik, 2016).
Tanda dan gejala klinis penyakit typhoid sangat bervariasi, dari gejala
yang ringan sekali (sehingga tidak terdiagnosis), dan dengan gejala yang khas
(sindrom typhoid) sampai dengan gejala klinis berat yang sisertai komplikasi.
Berdasarkan daerah atau negara serta menurut watu di negara berkembang dapat
berbeda dengan negara yang maju, tanda dan gejala klinis yang timbul.
2
Tanda dan Gejala Klinis yang sering muncul pada typhoid meliputi:
Demam atau peningkatan suhu tubuh adalah gejala utama pada typhoid. Apa
awalnya penerita mengalami demam ringan, selanjutnya suhu tubuh sering naik
turun. Pada pagi hari suhu tubuh lebih rendang atau normal dari pada sore hari
dan malam hari suhu tubuh lebih tinggi (demam intermitten). dari hari ke hari
intensitas demam pada penderita semakin tinggi disertai juga dengan gejala klinis
lainnya seperti sakit kepala (pusing) yang sering dirasakan pada area frontal, nyeri
pada otot, pegal-pegal, insomnia, anoreksia, mual dan muntah. Pada minggu ke-2
intensitas demam pada penderita semakin tinggi, kadang pula terus menerus
(demam kontinue). ketika kondisi pasien mulai membaik pada minggu ke-3 suhu
badan berangsur menurun dan padat normal kembali pada minggu ke-3 akhir.
Demam yang khas pada typhoid tersebut tidak selalu ada, tipe demam menjadi
tidak beraturan, hal ini dikarenakan intervensi pengobatan atau komplikasi yang
dapat terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita, saat demam tinggi sangat
rentang terjadi kejang. Pada pasien typhoid sering ditemukan bau mulut yang
tidak sedap
karena adanya demam yang terlalu lama. Mukosa bibir kering, kadang pecah-
pecah, dan lidah terlihat kotor pucat. Ujung dan tepi pada lidah kemerahan dan
tremor (coated tongue/selaput putih). Pada anak jarang ditemukan, dan pada
umumnya pasien sering mengeluh nyeri perut. terutama pada regio epigastrik
(nyeri ulu hati), desertai dengan mual dan juga muntah. Pada awalnya pasiena
sering mengalami konstipasi. Pada minggu berikutnya pasien terkadang
mengalami diare.
3. Gangguan Kesadaran
3
jarang pasien sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala klinis seperti
psychosis (Organic Brain Syndrome). Pada pasien dengan toksik gejala delirium
lebih menonjol.
4. Hepatosplenomegali
Gejala klinis pada hati atau limpa ditemukan adanya pembesaran, dan adanya
nyeri tekan.
5. Bradikardia Relatif
Pada pasien typhoid, bradikardi relatif tidak sering ditemukan, mungkin kerana
teknis pemeriksaan yang sulit dilakukan. Bradikardi relatif yaitu peningkatan suhu
tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi. Bahwa setiap
peningkatan suhu 1°C tidak diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1
menit. Gejala lain yang timbul dapt ditemukan pada typhoid yaitu rose spot
(bintik merah) yang biasanya ditemukan diregio abdomen atas, serta sudamina,
serta gejala-gejala klinis yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi. Rose
spot pada anak sangatlah jarang ditemukan, yang lebih sering yaitu epitaksis
(gangguan rongga hidung yang ditandai dengan keluarnya darah dari lubang
hidung).
2.4 PATOFISIOLOGI
4
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati,
sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali).
Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi
darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan
gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,
instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).
2.5 PATHWAY
5
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
6
Pemeriksaan penunjang pada anak dengan dengan typoid antara lain:
Pemeriksaan leukosit
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darahtergantung dai beberapa faktor :
7
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
5) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum klien dengan
demam typhoid juga terdapat pada orang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh
salmonella typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
3) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen VI (berasal dari simpai
kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
Kultur
8
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada akhir
minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu kedua hingga minggu
ketiga.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella
Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
2.7 PENATALAKSANAAN
Perawatan
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
Diet
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.
Obat-obatan
9
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika,
seperti ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan
ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-
negara barat. Obat-obatan antibiotik adalah:
5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama
5-7 hari.
6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon. Bila tak terawat, demam
typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian
terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat. Pengobatan
penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3
mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian
dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian.
Tatalaksanaan bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi
usus.
BAB III
10
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada
iklim Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit
ini meskipun lingkungan hidupumumnya adalah baik Dengan kasus
demam typoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman mengenai bagian
bagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat mengetahui cara
pencegahan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
11
Zulkoni., 2011. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Depkes RI., 2013. Sistematika Pedoman Pengendalian Penyakit Demam Tifoid. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan.Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
12