Askep Hiv Aids Dengan Infeksi TBC (Yang Benar)
Askep Hiv Aids Dengan Infeksi TBC (Yang Benar)
Askep Hiv Aids Dengan Infeksi TBC (Yang Benar)
Disusun oleh:
UNIVERSITAS KADIRI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
Asuhan Keperawatan pada klien HIV-AIDS dengan TB paru ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah Keperawatan Dewasa III, Kun Ika Nur R, S.Kep, Ns, M.Kep.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku
panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan pada klien
HIV-AIDS dengan TB paru dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai kasus kasus yang terjadi sehubungan dengan Asuhan
Keperawatan pada klien HIV-AIDS dengan TB paru dan segala hal yang berkaitan dengan hal
tersebut, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi para praktisi
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
Penyusun
DAFTAR ISI
HalamanJudul
Kata Pengantar.
Daftar Isi.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 RumusanMasalah
1.3 TujuanPenulisan..
1.4 ManfaatPenulisan.
BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DaftarPustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak di dunia. World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 1,9 miliar manusia (sepertiga penduduk dunia)
telah terinfeksi kuman TB. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi TB di dunia ini. Dan
dalam dekade mendatang tidak kurang dari 300 juta orang akan terinfeksi olehnya. Setiap
tahunnya dijumpai sekitar 4 juta penderita TB paru menular di dunia, ditambah lagi dengan
penderita yang tidak menular. Artinya, setiap tahun akan ada sekitar 8 juta penderita TB paru di
dunia dan akan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini.
merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah sekitar 10% dari total
jumlah penderita TB di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 539.000 kasus baru dengan
kematian sekitar 100.000 orang. Insiden kasus TB Basil Tahan Asam (BTA) positif sekitar 110
Hingga akhir tahun 2002, WHO dan Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)
memperkirakan lebih dari 42 juta orang terinfeksi dengan HIV dan lebih dari 20 juta orang di
seluruh dunia kehilangan jiwa akibat AIDS. Dari data terbaru diperoleh informasi bahwa sekitar
16.000 orang terinfeksi tiap harinya. Selama tahun 2002, diperkirakan telah terjadi 5 juta kasus
infeksi HIV baru dan 3 juta kematian. Diperkirakan pula 6 juta anak-anak hidup dengan
HIV/AIDS saat ini. Di kawasan Asia pasifik, jumlah penderita yang tertinggi terjadi di India
Epidemi HIV di Asia seperti Vietnam, India, Cina dan Indonesia telah masuk ke dalam tahapan
epidemi yang relatif cepat. Tingkat penularan HIV pada beberapa subpopulasi di Indonesia telah
menunjukkan penularan yang memprihatinkan. Hal ini merupakan tantangan terbesar yang
dihadapai dalam upaya penanggulangan TB oleh karena sepertiga dari 40 juta orang yang hidup
Gambaran sitologi TB terdiri dari histiosit epiteloid dengan latar belakang limfosit,
multinucleated giant cells dari tipe foreign body atau tipe Langhans giant cells dan bisa pula
Pada penderita HIV yang lanjut, Cluster of Differentiation 4 (CD4) akan berkurang dalam
jumlah dan fungsinya. Kerusakan sistem imun pada penderita HIV/AIDS akan menyebabkan
tidak aktifnya imunitas seluler yang ditandai dengan tes Mantoux yang negatif, tidak
terbentuknya granulomatosa, ditemuinya nekrosis kaseosa dan kavitas tetapi jarang ditemukan
1.4. ManfaatPenulisan
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami pemahaman
2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep asuhan
keperawatan pada penyakit TB paru sebagai infeksi oportunistik dari HIV-AIDS yang sesuai
dengan standart kesehatan demi meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Defenisi
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat
disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut
merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya
tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. (Pedoman Nasional Perawat, Dukungan
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah
putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut
2.1.2. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV
pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986
di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
2.1.3. Morfologi
HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120
nm dalam diameter (1/120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah) dan
kasarnya "spherical".
Menurut WHO:
- Limfodenopati
- Herpes zoster
- Pneumonia
- Sarkoma kaposi
- Angiomatosis
- Kandidiasis orofaringeal
- Kandidiasis vulvovaginal
- Herpes zoster
- Kandidiasis esophagus
a. Asimptomatic
b. Limfodenopati generalisata
bakteriaslis
a. BB > 10%
d. Kandidiasi orofaringeal
dan piomiositish
c. Toksoplasmosis otak
n. Limfoma
o. Sarkoma kaposi
- ELISA
- Western blot
- Kultur HIV
- LED
- Hematokrit.
- CD4 limfosit
- Hemoglobulin
2.1.7. Komplikasi
1. Oral Lesi
Candidiasis oral, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
2. Neurologik
kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)
pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Universal precaution
- Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang
dipakai
- Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman
c. Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan
untuk beban HIV AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral.
- Rasionalisasi
- Teknik perilaku
2. Respon sosial
- Dukungan emosional
- Dukungan penghargaan
- Dukungan instrumental
- Dukungan informatif
3. Respon spiritual
- Kestabilan hati
- Homoseksual
- Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat
prostitusi terselubung
- Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Microbacterium
tubercolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.
TB masih meningkat saat ini meskipun banyak yang meyakini bahwa ini merupakan masalah
pada waktu lampau. Meskipun paling sering terlihat sebagaipenyakit paru, TB dapat mengenai
selain paru (16%) dan mempengaruhi organ dan jaringan lain. Insiden tetinggi pada laki-laki,
pada waktu lalu dan yang tidak mampu atau mempunyai kekebalan rendah karena kondisi kronis,
misalnya AIDS, kanker, usia lanjut, malnutrisi, dan sebagainya. Kebanyakan pasien diobati
sebagai pasien rawat jalan, tetapi dapat dirawat di rumah sakit selama evaluasi diagnostik/awal
Sistem pernafasan terdiri dari hidung, nasofaring, orofaring, laring, trakea, bronkus, sampai
Paru - paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
gelembung .Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri
dua lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga
dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan
darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat
udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-
kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan kapasitas paru-paru adalah
volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal
Fungsi peru-paru adalah pertukaran gas O2 dan CO2 melalui proses respirasi atau pernafasan.
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa
oksidasi keluar tubuh ( ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang
mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar,
akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-
otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka
2. Difusi Gas.
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang bertekanan
tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran pernafasan yang
dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran,
koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan
bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan
hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang
2.2.3. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu saluran
pernafasan , saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini
sering terjadi melalui udara ( airbone ) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya
sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil
TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa
angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu
penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah.
Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam
jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang
bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3
basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan.
Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini
juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga
makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut membutuhkan
Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.Pada proses ini
akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijauan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat
tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
TB adalah penyakit yang di kendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah
makrofag, dan limfosit ( biasanya sel T ) adalah sel imunoresponsif. Tipe imunitas seperti ini
biasanya local, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi dan limfosit dan
limfokinnya. Respons ini disebut dengan reaksi hipersensitivitas selular ( lambat ). Apabila
jaringan nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah,
Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan saluran
nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah masif yaitu 600-
1000cc/24 jam.Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik.
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-
mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-
bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi
karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam
influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Batuk darah
2. Muntah darah
3. Epistaksis
1. Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek kelenjar
getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen posterior lobus
atas paru paru atau pada segmen superior lobus bawah. (Dr. dr. Soeparman. 1998). Hal 719)
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
Adanya kurang darah, ada sel sel darah putting yang meningkatkan serta laju endap darah
b. Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita
Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau
belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan
Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24
26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001
mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau
lebih reaksi antara 5 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui
PEMBAHASAN
Tuberkulosis paru (TB paru) masih merupakan problem penting pada infeksi HIV/AIDS dan
menjadi penyebab kematian pada sekitar 11% penderita. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO), pada akhir tahun 2000 kira-kira 11,5 juta orang penderita infeksi HIV di
dunia mengalami ko-infeksi M. tuberculosis dan meningkatkan risiko kematian sebesar 2 kali
lipat dibandingkan tanpa tuberkulosis, dan seiring dengan derajat beratnya imunosupresi yang
terjadi.
ataupun reinfeksi berhubungan dengan pola sitokin yang diproduksi oleh limfosit T, dalam hal
ini limfosit T1 melalui produksi interferon yang berperan defensif terhadap mikobakterium. Pada
infeksi HIV, depresi limfosit inilah yang menyebabkan suseptibilitas terhadap tuberkulosis
meningkat. Di lain pihak, infeksi M. tuberculosis itu sendiri merangsang makrofag memproduksi
TNF-, IL-1 dan IL-6 yang menyebabkan peningkatan replikasi virus HIV. Jadi antara infeksi
HIV dan tuberkulosis terjadi interaksi patogenik 2 arah (bidirectional pathogenic interactions)
Pada umumnya presentasi klinis dan radiologis TB paru pada penderita infeksi HIV dengan CD4
> 350 sel/L sama dengan penderita tanpa infeksi HIV, dimana tuberkulosis terbatas pada paru
saja dan gambaran radiologis umumnya menunjukkan adanya fibroinfiltrat pada lobus atas paru
dengan atau tanpa kavitas. Penurunan CD4 < 50 sel/L sering disertai tuberkulosis
ekstrapulmoner. Gambaran radiologis pada kondisi infeksi HIV yang berat sangat berbeda,
dimana infiltrat dapat terlihat di lobus tengah atau bawah paru, dapat berupa infiltrat milier (TB
Derajat imunodefisiensi ini juga berpengaruh pada gambaran laboratoris (BTA pada sputum) dan
histopatologis. Pada penderita dengan fungsi imun yang masih intact lebih mudah didapatkan
adanya BTA pada sputum dan gambaran granulomatus secara histopatologi. Seiring dengan
menurunnya sistem imun maka kemungkinan untuk didapatkan BTA pada sputum semakin kecil
dan secara histopatologi gambaran granuloma juga sulit ditemukan karena semakin sulit
Pendekatan diagnosis TB paru pada penderita dengan infeksi HIV menggunakan kriteria yang
sama dengan tanpa infeksi HIV. Namun pada sekitar 10% penderita infeksi HIV dengan
dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh M. tuberculosis) dan polymerase chain rection
(PCR).
Pada daerah endemis tuberkulosis atau adanya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis
maka kultur dan pengecatan BTA rutin dikerjakan pada semua penderita HIV/AIDS dengan
infiltrat pada paru, untuk keperluan klinis dan kontrol infeksi. Penatalaksanaan TB paru dengan
infeksi HIV pada dasarnya sama dengan tanpa infeksi HIV. Saat pemberian obat pada koinfeksi
TBC-HIV harus memperhatikan jumlah CD4 dan sesuai dengan rekomendasi yang ada. Namun
pada beberapa studi mendapatkan tingginya angka kekambuhan pada penderita yang menerima
terhadap aktivitas sistem enzim liver sitokrom P450 yang memetabolisme protease inhibitor (PI)
dan nonnucleosidase reverse trancriptase inhibitor (NNRTI), sehingga terjadi penurunan kadar
PI dan NNRTI dalam darah sampai kadar sub-terapeutik yang berakibat incomplete viral
suppresion dan timbulnya resistensi obat. Protease inhibitor dan NNRTI dapat pula
mempertinggi atau menghambat sistem enzim ini dan berakibat terganggunya kadar rifampicin
dalam darah. Interaksi obat-obat ini akhirnya berakibat tidak efektifnya sehingga terjadi
penurunan kadar PI dan NNRTI dalam darah sampai kadar sub-terapeutik yang berakibat
Protease inhibitor dan NNRTI dapat pula mempertinggi atau menghambat sistem enzim ini dan
berakibat terganggunya kadar rifampicin dalam darah. Interaksi obat-obat ini akhirnya berakibat
tidak efektifnya obat ARV dan terapi tuberkulosis serta meningkatnya risiko toksisitas obat,
1. Saat mengawali ARV harus didasarkan atas pertimbangan klinis sehubungan dengan adanya
tanda lain dari imunodefisiensi. Untuk TBC ekstraparu, ARV harus diberikan secepatnya setelah
2. Sebagai alternatif EFV adalah SQV/r (400/400 mg 2x sehari atau soft gel 1600/200 1x
3. NVP (200 mg sehari selama 2 minggu diikuti 200 mg 2x sehari). Regimen yang
5. Kecuali HIV stadium IV, mulai ARV setelah terapi TBC selesai.
6. Bila tak ada tanda lain dari imunodefisiensi dan penderita menunjukkan perbaikan setelah
Singkatan :
Pada sekitar 36% penderita tuberkulosis aktif yang mendapatkan OAT dan ARV secara simultan,
terjadi reaksi paradoksal (kemungkinan akibat terjadinya immune restitution) dengan tanda dan
gejala seperti demam 0,7 mg/kgBB/hari selama minimal 2 minggu dan kondisi klinisnya stabil,
kemudian diikuti pemberian flukonazol per oral 400 mg/hari. Setelah infeksi terkontrol,
dilanjutkan dengan terapi maintenance dengan flukonazol 200 mg/hari. Penghentian terapi
maintenance ini dapat dipertimbangkan jika penderita tetap asimptomatis, dengan CD4 > 100-
4.1.1. Identitas
Menyajikan data identitas diri pasien secara lengkap dengan tujuan menghindari kesalahan
dalam memberikan terapi dan patokan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai. Data
identitas meliputi Nama, Tgl. MRS, Umur, Diagnosa, Jenis kelamin, Suku/bangsa, Agama,
Untuk mengetahui riwayat kesehatan dan keperawatan pasien, maka dikakukan anamnesis.
Anamnesis pada pasien dengan gangguan sistem vaskular meliputi keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian
psikososiospiritual.
a. Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya
berhubungan dengan gangguan pernafasan yang terjadi selama beberapa minggu, batuk yang
tidak kunjung sembuh, dan nyeri dada yang menurunkan kemampuan ekspansi dada selama
proses respirasi.
Pengkajian mengenai riwayat penyakit yang sedang diderita pasien. Mulai dari pasien merasakan
penyakit pasien saat ini, misalnya AIDS, pneumonia. Kaji riwayat penggunaan obat yang pernah
dikonsumsi oleh klien. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
Kaji tingkat kesehatan pada keluarga akan adanya penyakit yang sama atau mirip pada keluarga
e. Pengkajian psikososiospiritual
Menunjukkan interaksi inter dan intra personal pasien. Kemungkinan akan adanya kelainan
psikologis dan gangguuan interaksi sosial. Tentang bagaimana hubungan antara pasien dengan
f. Pengkajian lingkungan
Menunjukkan linglungan dimana klien tinggal. Keadaan lingkungan klien dapat memberikan
gambaran untuk menegakkan diagnosa dan program asuhan keperawatan yang akan diberikan
a. Keadaan Umum
Menunjukkan penampilan dan kesan pertama tentang klien saat dilakukan pengkajian.
b. Tanda-Tanda Vital
Pengkajian TTV meliputi RR, HR, Tekanan darah, dan suhu tubuh klien.
c. Body System
- Pernapasan (B1)
Batuk produktif maupun tidak produktif, nafas pendek (frekuensi pernafasan meningkat), adanya
suara nafas tambahan, adanya sputum purulen, mukoid kuning, atau adanya bercak darah.
- CardioVaskuler (B2)
Takikardi
- Persyarafan (B3)
Tidak ada gangguan jika bakteri TB maupun infeksi TB belum mencapai bagian persyarafan
(SSP).
- Perkemihan
Kelemahan; turgor kulit buruk, kering, dan bersisik; kehilangan lemak subkutan.
1. Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek kelenjar
getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen posterior lobus
atas paru paru atau pada segmen superior lobus bawah. (Dr. dr. Soeparman. 1998). Hal 719)
2. Pemeriksaan laboratorium
Darah
Adanya kurang darah, ada sel sel darah putting yang meningkatkan serta laju endap darah
Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita
Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau
belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan
Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24
26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001
mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau
lebih reaksi antara 5 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui
- Klien penyakit
mengatakan takut
mengatakan
khawatir akan
Takut tidak sembuh
kesetahannya.
DO :
Ansietas
- Bingung
- Gelisah
- Wajah tegang
2. DS: Proses inflamasi pada paru Ketidakefektifan
mengatakan sessak
Nyeri dada
nafas
DO :
Menurunnya kemampuan ekspansi
- Penurunan
paru
gerakan dada
- Penggunaan otot
mengatakan sesak
Makrofag membentuk sel tuberkel
DO :
epiteloid
- Adanya bunyi
nafas tambahan
Lesi primer
- Perubahan pada
- Adanya sputum
nafas
saat bangun
- Gangguan
Kerusakan membran alveolar-
penglihatan.
kapiler
DO :
- Diaforesis
- Gelisah
5. DS : - Pre-terapi; dispnea, batuk, Ketidakseimbangan
- Tidak mampu
untuk menelan
anoreksia ;kurus
makanan.
DO :
gangguan nutrisi < keb.tubuh
- Tidak tertarik
untukmakan
- Penurunan
beratbadan
Bising usus
hiperaktif
- Pasien aktivitas
berpengalaman
terhadap aaktivitas
sumber energi tidak adekuat
yang harus
- Adanya masalah
sirkulasi atai Resiko intoleransi aktivitas
respirasi
(Rrmeningkat, HR
meningkat)
DS : - penyebaran infeksi
bronkus)
infeksius; pneumonia,dsb
mengatakan tidak
Gangguan pola tidur
puas tidur
- pasien
mengatakan sulit
tidur
mengatakan belum
DO :
- tidak
Takut tidak sembuh
mengikutiinstruksi
yang diberikan
Defisiensi pengetahuan
secara akurat
1. Kulit memerah
37,50 C)
3. RR meningkat Hiperthermi
4. Kulit hangat bila
disentuh
5. Takikardia
DS : -
3. Tonus otot
buruk
Resiko kekurangan cairan
4. Anoreksia
DS :
1. Kram abdomen
2. Nyeri abdomen
3. Merasa kenyang
1. Skala nyeri
2. Ekspresi non
nyeri
3. RR, nadi
Nyeri
meningkat
DS :
pasien melaporkan
(dengan kata-kata)
6. Ketidakefektifan pola nafas b.d proses inflamasi pada paru yang ditandai dengan
hiperventilasi.
7. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penyakit kronis yang ditandai
dengan anoreksia dan penurunan berat badan.
nutrisi.
10. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan akibat batuk persisten pada malam
hari.
11. Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan akibat kurangnya
Dx
diberikan askep pasien normal (16-20 kali napas klien terjadi bronkokontriksi
selama ...x 30 per menit) 2. Catat upaya pernapasan, terjadi ketidak patenan jal
menit, pasien 2. Pasien tidak merasa termasuk pengguanaan otot 2. Dispnea dan
akan sesak lagi, tidak ada PCH bantu/ pelebaran masal. peningakatan kerja napas.
menunjukkan dan penggunaan otot 3. Auskultasi bunyi napas dada terbatas yang ber
tanda-tanda bantu napas. dan catat adanya bunyi dengan atelektasis atau n
kepatenan jalan 3. Tidak ada bunyi napas napas adventisius seperti pleuritik.
6. Pengubahan pos
ambulansi men
difusi gas.
diberikan askep kembali normal ( 36,5 oC derajat dan pola ) menunjukkan proses
panas tinggi.
3. Antipiretik, contoh
asetaminofen (Tylenol)
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
dengan infeksi HIV maupun tidak dengan infeksi adalah sama. Hanya saja, pada
pasien dengan infeksi harus lebih diperhatikan adanya interaksi OAT dengan
ARV. Harus diperhatikan pula adanya sinergi antara HIV dengan M. Tuberculosis
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah saat dilakukan tes laboratoriun akan
adanya BTA yang mungkin tidak terdeteksi dan granuloma yang mungkin sangat
sedik terbentuk atau bahkan tidak terbentuk sehingga diprlukan tes lain, yaitu
5.2. Saran
1. Bagi Penulis
Kami sebagai penyusun menyadari penulisan tugas kelompok ini masih jauh dari
sempurna maka kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pihak pembaca
2. Bagi Pembaca
Setelah membaca tugas kelompok ini kami harapkan kepada pembaca, khususnya
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga, jilid 1 cetakan ke
Jakarta :EGC.
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1992/01/18/KSH/mbm.19920118.KS
http://aangcoy13.blogspot.com/2012/04/askep-hivaids-terbaru.html. (Diakses
http://zumrohhasanah.wordpress.com/2010/12/31/makalah-tb-paru/ . (Diakses