Kelompok 5 - Pembangunan Sektor Industri
Kelompok 5 - Pembangunan Sektor Industri
Kelompok 5 - Pembangunan Sektor Industri
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan segala berkat
dan rahmat-Nya kami dari kelompok 5 mampu menyelesaikan makalah rangkuman mata kuliah
ini yang berjudul “Pembanguan Sektor Industri”.
Pembuatan rangkuman mata kuliah ini tidak lain adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah
Perekonomian Indonesia, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisn is Universitas
Udayana. Tentunya dalam penyusunan tugas ini kami mendapat dukungan dari banyak pihak
dan banyak sumber sehingga mampu menyelesaikannya tepat waktu.
Dengan diselesaikannya makalah rangkuman mata kuliah ini, sangat besar harapan kami
makalah ini akan berguna serta dapat memberikan ilmu bagi para pembaca. Dalam penyusunan
ini, kami ketahui akan terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyusunannya, maka dari itu
kami sangat terbuka terhadap kritik, saran serta masukan dari para pembaca untuk dapat
menyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
3.2 SARAN.............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Subtitusi impor adalah hal yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi terutama
di negara-negara berkembang. Tujuan dari industri subtitusi impor adalah agar banyak
barang barang baru yang di hasilkan didalam negeri yang sebelumnya barang tersebut di
impor. Sehingga dengan adanya industri subsitusi impor ini, maka dapat meningkatkan
taraf hidup rakyatnya di Negara-negara tersebut.
Industri subsitusi impor akan berkembang lebih cepat jika di bantu dengan proteksi,
karena industrilisasi ini pada mulanya didasarkan pada pasar dalam negeri dalam bentuk
barang-barang subsitusi impor. Sehingga perkembangan industri subsitusi impor akan
menghemat penggunaan devisa. Devisa yang hemat dapat di gunakan untuk mengimpor
barang capital dan barang lain yang berguna yang belum dapat segera dihasilkan sendiri.
Selanjutnya apabila industri subsitusi sudah berkembang dengan baik dan pasar dalam
negeri sudah tidak lagi menampung hasi produksinya, maka kelebihan hasil produksi dapat
diekspor guna memperoleh tambahan devisa.
Ekspor juga menjadi faktor penting untuk memajukan perekonomian, dengan ekspor
maka akan meningkatkan penerimaan devisa yang akan memperkuat neraca perdagangan.
Dengan memiliki banyak devisa maka memungkinkan perekembangan industri berjalan
lebih cepat sehingga untuk mewujudkan hal ini diperlukan kebijakan strategis untuk
membangun industri pendorong ekspor.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana industri substitusi impor di Indonesia?
2) Bagaimana industri pendorong ekspor di Indonesia?
3) Bagaimana pengangguran di Indonesia dan keterkaitannya dengan perkembangan
teknologi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1950 sampai 1960, gagasan substitusi impor ini dikenal sebagai
strategi untuk memajukan kebebasan ekonomi dan mengembangkan ekonomi di
negara berkembang (Bruton, 1998). Ekonomi lokal sering kali dideskripsikan
sebagai "Leaky Bucket" yang merupakan model bucket yang merepresentasikan
3
local region dan money yang masing-masing memiliki peredaran dalam bucket.
Istilah leaky bucket memiliki fokus dalam memastikan bahwa uang secara
kontinuitas mengalir dalam local region. Salah satu cara untuk melindungi uang agar
dapat secara kontinuitas mengalir dan tidak stagnan dalam local economy adalah
dengan cara menghubungkan local demand untuk barang dan jasa dengan supplier
local barang dan jasa tersebut. Dengan mensubstitusi permintaan untuk produksi
barang eksternal dengan produksi barang lokal, masyarakat dapat meminjam modal
untuk digunakan.
6
ahli diperlukan sejumlah besar kapital. Oleh karenanya didalam
melaksanakan industrialisasi, sumber tenaga kerja ini harus dialokasikan
sebaik mungkin sehingga efisiensi kerjanya dapat meningkat dan dapat
mendorong perkembangan industri-industri substitusi impor lebih jauh lagi.
c) Faktor Sumber Daya Alam
Negara berkembang biasanya memiliki pasokan sumber daya alam
potensial yang melimpah, namun baru sedikit yang diolah. Untuk dapat
mengolah sumber daya alam potensial, dibutuhkan berbagai faktor produksi
lain yang berwujud kapital, tingkat teknologi, dan wiraswasta yang cukup.
Dalam usahanya mengolah sumber daya alam yang potensial, negara
berkembang kerap kali mendatangkan bantuan dari negara-negara yang
sudah maju dalam bentuk kapital maupun tenaga-tenaga ahli. Jelaslah
bahwa pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di negara sedang
berkembang kurang efektif. Oleh karenanya dalam melaksanakan
industrialisasi dengan jalan substitusi impor hendaknya sungguh -sungguh
dipilih sumber daya alam yang dapat segera dimanfaatkan guna mendorong
perkembangan industri substitusi impor itu sendiri.
d) Faktor Wiraswasta dan Teknologi
Faktor perkembangan ekonomi yang lain, yaitu wiraswasta dan
teknologi, juga masih sedikit jumlahnya di negara-negara sedang
berkembang dan relatif masih dalam tingkatan yang rendah. Tugas
wiraswasta di negara yang sedang berkembang lebih ringan daripada di
negara-negara maju. Mereka tidak perlu mengadakan penemuan-penemuan
baru, melainkan dengan hanya meniru penemuan-penemuan baru yang
telah ditemukan dahulu di negara-negara maju. Hal inilah yang
menghalangi timbulnya para wiraswasta dan perkembangan teknologi di
negara yang sedang berkembang. Hal lain yang merintangi tumbuhnya
wiraswasta di negara yang sedang berkembang adalah keadaan sosial dan
kebudayaan yang terdapat di negara tersebut, sistem politik maupun adat
istiadatnya. Jelas bahwa wiraswasta yang terdapat di negara yang sedang
berkembang masih sedikit sekali. Maka dari itu penggunaan wiraswasta
harus seefisien mungkin. Jangan sampai wiraswasta yang sedikit jumlahnya
itu dialokasikan di sektor-sektor yang kurang efisien dan kurang produktif.
7
2.1.4 Substitusi Impor dan Pinjaman Luar Negeri
Kebijakan yang diambil pemerintah negara sedang berkembang diarahkan
kepada pembangunan ekonomi negaranya, yang tentun ya memerlukan banyak
kapital. Namun kenyataannya, jumlah kapital negara berkembang jauh lebih sedikit
dibanding kebutuhan pembangunannya. Karena negara tersebut tidak mempunyai
dan belum dapat membuat sendiri alat kapital yang diperlukan untuk melaksanakan
pembangunan, maka mereka terpaksa mendatangkannya dari negara dengan industri
yang sudah maju. Oleh karena itu diperlukanlah alat pembayaran luar negeri atau
devisa. Devisa dapat diperoleh diantaranya dengan mengekspor barang ke luar
negeri, menarik pinjaman atau kredit dari luar negeri, bantuan atau hadiah yang
diterima negara tersebut dari negara lain, dan menarik kapital asing untuk
diinvestasikan langsung di dalam negeri.
Sumber devisa yang utama adalah dari sektor ekspor barang dan jasa serta dari
pinjaman luar negeri. Bagi negara berkembang, kemampuan untuk mendapatkan
devisa sangat kecil, karena barang yang diekspornya terutama berwujud produksi
primer, sehingga nilai tukar yang dipunyainya relatif rendah bahkan selalu menurun.
Menurunnya nilai tukar terjadi karena menurunnya permintaan akan produksi primer
tersebut, sedangkan penawaran meningkat karena bertambahnya produksi primer di
beberapa negara penghasil, dan juga bertambah banyaknya barang-barang sintetis.
Oleh karena ekspor produksi primernya tidak mencukupi sedangkan pembangunan
tetap harus dilaksanakan, maka negara tersebut terpaksa mencari jalan lain yaitu
berupa pinjaman luar negeri yang dapat digunakan untuk melaksanakan
industrialisasi terutama dibidang industri substitusi impor. Kemudian, pembayaran
kembali pinjaman luar negeri itu dapat dibiayai dengan berhasilnya pendirian
industri substitusi impor. Pembayaran kembali pinjaman luar negeri tersebut dapat
juga melalui pinjaman dari negeri lain, tetapi ini tidak efektif, tidak mempunyai efek
yang positif bagi kestabilan dan pembangunan ekonomi negara. Pinjaman luar negeri
dapat pula dibiayai dengan penarikan pajak oleh pemerintah yang dalam prosesnya
akan mengurangi tingkat konsumsi atau tingkat investasi.
Ekspor dan pinjaman luar negeri saling mengisi, dan pembangunan ekonomi
negara berkembang selalu membutuhkan kapital dari luar negeri. Bila pertambahan
impor tidak dapat ditutup dengan hadiah dan pinjaman luar negeri maka negara
tersebut harus menaikkan volume ekspornya. Bagi negara sedang berkembang
8
disamping mengekspor produksi primer yang semakin besar jumlahnya, juga harus
mengembangkan ekspor dalam bentuk barang yang telah diproses. Tetapi
kesulitannya, selalu ada proteksi tarif dari negara yang lebih maju dalam mengimpor
barang dari negara yang sedang berkembang.
Namun demikian, pada saat harga minyak bumi anjlok pada tahun 1982 dan
jatuh pada tingkat yang sangat rendah pada tahun 1986, pemerintah melakukan
reorientasi pengembangan industri dari substitusi impor ke promosi ekspor.
Disamping itu kegagalan substitusi impor yang pernah dilakukan di Indonesia
diakibatkan tidak adanya kebijakan industrialisasi yang terintegrasi den gan
kebijakan sektor lain, seperti perdagangan, pengembangan sumber daya manusia,
dan teknologi. Selain itu, yang juga menjadi penyebab adalah adanya kegagalan
strategi industri di bawah kepemimpinan negara (pemerintah pusat), kegagalan
dalam mendorong pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kegiatan riset
10
dan pengembangan swasta, serta kegagalan dalam mendorong pembangunan usaha
kecil dan menengah (UKM).
Pada tahun 2016 – 2020 data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa
impor terbesar Indonesia pada sektor industri yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Non Sektor
Tahun Total Migas
Migas Pertanian Industri Tambang
2016 135.652,8 18.739,2 116.913,6 14.399,5 101.681,4 832,7
2017 156.985,6 24.316,2 132.669,4 15.504,8 116.134,8 1.029,8
2018 188.711,3 29.868,8 158.842,5 17.372,1 139.338,2 2.132,2
2019 171.275,7 21.885,3 149.390,4 16.317,1 131.302,5 1.770,8
2020 141.568,8 14.256,8 127.312,0 16.195.9 109.213,4 1.902,7
Sumber : Data Badan Pusat Statistik
Dari data di atas terlihat bahwa impor terbesar dari non migas adalah sektor
industri yang dari tahun 2016 sampai 2018 terus mengalami peningkatan, dan mulai
mengalami penurunan dari tahun 2019 sampai 2020. Untuk mengurangi
ketergantungan impor barang dari negara lain di sektor industri, maka Indonesia
harus melakukan industrialisasi substitusi impor di sektor industri.
12
berinteraksi secara bebas dengan perekonomian lain di seluruh dunia. Salah satu kegiatan
interaksi perekonomian secara internasional adalah dengan melakukan ekspor barang dan
jasa.
Adapun lima sektor industri pengolahan nonmigas yang mencatatkan nilai ekspornya
paling besar pada tahun 2019, yakni industri makanan dan minuman yang mampu
menembus hingga 27,28 miliar dollar AS. Kemudian, industri logam dasar sebesar 17,37
miliar dollar AS, serta industri tekstil dan pakaian jadi mencapai 12,90 miliar dollar AS.
Selanjutnya, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia menyumbang 12,65
miliar dollar AS, serta industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan
peralatan listrik yang menyetor senilai 11,91 miliar dollar AS.
13
unggulan, membuka secara agresif pasar-pasar baru, dan mendorong investasi untuk
menjadikan Indonesia sebagai basis ekspor.
Bertolak dari latar belakang konsep dan klasifikasi tersebut, mengenai strategi
promosi ekspor yang berorientasi ke luar versus strategi substitusi impor yang
berorientasi ke dalam. Terdapat beberapa kategori pokok yang saling berkaitan
sebagai berikut:
15
• Negara-negara berkembang dengan struktural pertanian yang dualistik,
pertumbuhan dalam pendapatan ekspor jarang sekali terdistribusikan pada
penduduk-penduduk di daerah perdesaan.
16
2.3 TEKNOLOGI DAN PENGANGGURAN
2.3.1 Teknologi
Secara harfiah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “technologia” yang
berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Menurut Elul,
(dalam jurnal Setiadi, 2007) Teknologi adalah keseluruhan dari metode yang secara
rasional mengarah dan memiliki ciri-ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan
manusia. Iskandar Alisyahbana (dalam jurnal Setiadi, 2007) merumuskan lebih jelas
dan lengkap mengenai definisi teknologi yakni teknologi merupakan cara melakukan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga
seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota
tubuh, panca indera dan otak manusia. Martono (dalam jurnal Bacti, 2013)
menyebutkan bahwa teknologi juga dapat dimaknai sebagai pengetahuan mengenai
bagaimana membuat sesuatu atau bagaimana melakukan sesuatu, dalam arti
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat
maupun nilai jualnya. Martono berpendapat bahwa ada beberapa hal yang dijanjikan
teknologi, diantaranya yaitu:
17
Teknologi memang diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi individu.
Orang tidak perlu susah-susah untuk menghubungi sanak keluarganya di luar kota,
bahkan di luar negeri; mereka cukup menekan beberapa nomor melalui handphone.
Manusia dengan mudahnya muncul di layar kaca melalui internet. Situs You
Tube akan memfasilitasi kita untuk bergaya, bisa menjadi narsis, menampakkan dan
mempromosikan wajah dan penampilan kita di internet, hanya dengan berbekal
kamera dan modem untuk dapat meng-upload rekaman gambar yang kita miliki.
kita dapat bergaya sesuka hati, dan masyarakat di seluruh dunia dapat dengan
mudah menonton aksi kita. Banyak artis dadakan yang sangat terkenal setelah ia
meng-upload video mereka melalui You Tube.
2.3.2 Pengangguran
Menurut Sukirno (2008: 13), pengangguran adalah seseorang yang sudah
digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan
18
pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang
diinginkan. Pengangguran berkaitan erat dengan tenaga kerja, dimana tenaga kerja
adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari
pekerjaan dan melakukan kegiatan lainnya, seperti bersekolah dan mengurus rumah
tangga. Penduduk berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai Angkatan Kerja (AK)
dan bukan angkatan kerja.
Pengangguran di Indonesia
Berdasarkan sensus penduduk oleh BPS pada tahun 2020 jumlah penduduk
Indonesia Mencapai 270.203.900 jiwa. Jumlah ini merupakan peningkatan dari
jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar 237.641.300 jiwa. Peningkatan
populasi penduduk akan menyebabkan peningkatan pengangguran. Peningkatan
angka pengangguran ini merupakan dampak dari bertambahnya jumlah penduduk
yang melebihi jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga kelebihan
penduduk ini tidak terserap oleh pekerjaan yang ada. Selain itu, pengangguran juga
dapat dise babkan oleh kondisi lingkungan suatu negara. Adanya pandemi covid-
19 yang melanda negara Indonesia menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi rapuh
dan terhambat. Data BPS per Februari 2021 menunjukkan bahwa terdapat 19,10
juta orang (9,30 % penduduk usia kerja) yang terdampak Covid-19 yakni terdiri dari
pengangguran karena Covid-19 (1,62 juta orang), bukan angkatan kerja karena
Covid-19 (0,65 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid -19 (1,11 juta
orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena
Covid-19 (15,72 juta orang). Terkait dengan permasalahan ini pemerintah telah
melakukan upaya-upaya mitigasi dampak pandemi terhadap sektor tenaga kerja.
Upaya tersebut dilakukan melalui pemberian paket stimulus ekonomi untuk dunia
usaha, insentif pajak penghasilan bagi pekerja, jaring pengaman sosial melalui
program bantuan sosial bagi pekerja formal dan informal, program Kartu Prakerja,
19
perluasan program industri padat karya, dan perlindungan bagi para Pekerja Migran
Indonesia. Pemerintah juga melakukan reformasi di sektor ketenagakerjaan melalui
UU Cipta Kerja dengan mempermudah masuknya investasi, tetapi juga
memberikan kepastian perlindungan dan peningkatan kesejahteraan bagi para
pekerja. Pemerintah juga memfokuskan pengembangan kualitas sumber daya
manusia sebagai salah prioritas sektor tenaga kerja.
20
Uni Soviet dalam era Perang Dingin lewat teknologi. Pada zaman tersebut, internet
masih terpikir hanya sebagai sebuah alat untuk urusan politik maupun militer dan
belum sampai seperti saat ini di mana penggunaan internet untuk banyak tujuan lain.
21
mereka dapat mendapatkan kemampuan yang sesuai dengan jenis pekerjaan di masa
yang akan datang.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor yang paling
terdampak akibat guncangan ekonomi di saat Pandemi Covid-19. Hal tersebut tentu
akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia dimana kontribusi
UMKM sangat besar dalam berbagai bidang diantaranya:
1) sebesar 99.9% (64,1 juta) dari jumlah unit usaha di Indonesia merupakan
UMKM;
2) sebesar 97% (116,9 juta) dari jumlah tenaga kerja di Indonesia terserap di
UMKM;
3) sebesar 61,07% (8.573.895 miliar) dari PDB Indonesia adalah berasal dari
UMKM;
4) sebesar 14,37% (293.840 miliar) dari jumlah ekspor non migas Indonesia adalah
berasal dari UMKM;
5) sebesar 60,42% (2.564.549 miliar) dari jumlah investasi di Indonesia adalah
berasal dari UMKM.
22
beberapa pasar tutup dan UMKM terancam gulung tikar. Hal tersebut menunjukkan
bahwa PSBB berpengaruh positif terhadap penurunan pendapatan UMKM (Fathoni,
2020). Jika menggunakan asumsi perputaran uang di Jabodetabek sebesar 70% dari
total uang yang beredar di Indonesia. Hal ini diartikan bahwa 70% PDB Indonesia
dipengaruhi pergerakan ekonomi di Jabodetabek, maka penghentian aktivitas secara
total di Jabodetabek selama 1 bulan akan menimbulkan kerugian nasional sebesar =
Rp 923 triliun (Hadiwardoyo, 2020).
1) Pemanfaatan E-Commerce
Perkembangan UMKM dari tahun ke tahun dipengaruhi dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan sistem informasi. E-commerce adalah
kegiatan yang berhubungan dengan jual beli, transfer dana, pemasaran jasa
ataupun barang dengan memanfaatkan fasilitas internet. Teknologi ini dibangun
dengan menggunakan aplikasi berbasis website, sehingga para pelaku usaha
dapat mempromosikan hasil usaha dengan mudah. Teknologi E-Commerce ini
merupakan salah satu teknologi yang mendukung perkembangan UMKM dan
perdagangan di saat pandemi. Pada masa pandemi, banyak masyarakat yang
merasa enggan atau tidak berani berbelanja secara langsung sehingga lebih
memilihi untuk berbelanja secara online melalui platform e-commerce seperti
Tokopedia, Shopee, OLX, Carousell, dll. Tanpa adanya pandemi sekalipun, E-
Commerce mampu menarik banyak konsumen di Indonesia. Oleh karenanya, e-
commerce juga menjadi salah satu pendorong utama yang menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia
23
Tenggara yakni mencapai $40 miliar pada tahun 2019 dan diprediksi meningkat
hingga $130 miliar pada tahun 2025 (Sudaryono et al., 2020).
Dalam kaitannya dengan UMKM, penelitian (Mumtahana et al., 2017)
menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi e-commerce dapat berdampak pada
peningkatan pendapatan UMKM sebanyak 15%. (Ningtyas et al., 2015) juga
menjelaskan bahwa adopsi atau pemanfaatan e-commerce berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja UMKM. Begitupun juga dengan penelitian
(Setyorini et al., 2019) dan (Helmalia & Afrinawati, 2018) yang juga
menyebutkan bahwa e-commerce berpengaruh signifikan terhadap pendapatan.
2) Pemanfaatan Digital Marketing
Pada masa pandemi Covid-19 ini, jumlah pengguna media sosial terus
meningkat seiring dengan kebijakan PSBB yang membuat masyarakat
melakukan kegiatan secara online. Oleh karena itu, media sosial cukup efektif
sebagai alat untuk mengembangkan UMKM terutama dalam kegiatan
pemasaran. Media sosial tersebut antara lain adalah Instagram, Facebook,
Twitter, WhatsApp dll. (Sidokumpul et al., 2020) menjelaskan bahwa ternyata
pemanfaatan media sosial memberikan prospek yang baik utnuk menaikan
angka penjualan produk UMKM. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran
digital (digital marketing) menyediakan platform jual beli secara daring, agar
memudahkan proses jual beli dan memudahkan konsumen berinteraksi
langsung dengan pemilik UMKM.
(Hendrawan et al., 2019) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa
digital marketing memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja penjualan
produk UMKM. Digital marketing dapat meperpendek rantai pasokan yang
tentunya akan mengurangi biaya operasionalnya dan dapat berdampak positif
baik bagi UMKM mamupun konsumennya. (Febriyantoro & Arisandi, 2018)
juga menjelaskan bahwa penggunaan digital marketing membantu UMKM
dalam menginformasikan dan berinteraksi secara langsung dengan konsumen,
memperluas pangsa pasar, meningkatkan awareness bagi konsumen karena
pelaku UMKM rutin memperbarui informasi mengenai produk setiap hari serta
meningkatkan penjualan karena beberapa UMKM juga berkolaborasi dengan e-
commerce.
3) Pemanfaatan Financial Technology
24
Financial technology (Fintech) adalah gabungan teknologi dengan jasa
keuangan/finansial yang akhirnya berkembang ke arah model bisnis dari
konvensional menjadi online, yang awalnya dalam membayar harus bertatap
muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan transaksi jarak
jauh dengan melakukan pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan detik.
Fintech selalu berinovasi, seperti mengembangkan produk yang fleksibel dan
cara yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM
(Winarto, 2020). Fintech di Indonesia pun cukup berkembang saat ini seperti
platform pembayaran non-tunai (ovo, go-pay, doku); platform peminjaman dana
(kredivo, modalku, uang teman); platform investasi (investree, amartha, santara)
dan platform pembukuan dan laporan keuangan (bukukas, quickbooks,
freshbooks, wave apps, kasho, paper.id).
25
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Memajukan industrialisasi dengan strategi subtitusi impor dapat menaikan taraf hidup
rakyat di negara berkembang. Strategi ini lahir sejak merkantilisme eropa abad ketujuh
belas dengan tujuan mencapai neraca perdagangan yang menguntungkan yang dilakukan
dengan cara memproduksi sendiri di dalam negeri atas barang yang sebelumya di impor,
adapun manfaat subtitusi impor yaitu untuk menghemat penggunaan devisa guna
mengimpor barang barang kapital yang belum bisa di produksi sendiri dan juga untuk
memperbaiki neraca pembayaran yang defisit.
Di dalam pelaksanaan tidak mudah untuk memajukan industri subtitusi impor karena
sering terdapat masalah seperti rendahnya kualitas produk dalam negeri, biaya produksi
yang tinggi di awal penerapan strategi ini, dan alokasi faktor produksi yang kurang efisien,
selain itu kurangnya kapital di negara berkembang menyebabkan naiknya hutang luar
negeri guna merealisasikan industrialisasi tersebut.
Di indonesia strategi subtitusi impor diterapkan sejak orde baru pada sektor industri
baja, barang logam, kilang minyak dan industri semen namun tidak disertai dengan
pengembangan di bagian hilir sehingga harus di dukung oleh kebijakan perdagangan luar
negeri restriktif untuk memproteksi infant industri.
Indonesia pernah mengalami kegagalan subtitusi impor akibat kebijakan industrialisasi
yang tidak terintegrasi dengan kebijakn sektor lain seperti perdagangan, pengembangan
SDM, dan teknologi namun strategi ini harus tetap dilaksanakan karena melihat impor
yang meningkat. Kekayaan alam yang melimpah menjadi pendukung untuk
merealisasikan subtitusi impor namun harus tetap dengan pengelolaan yang baik sehingga
kedepannya dapat terwujud industri nasional yang tangguh dan mandiri dan indonesia siap
bersaing dalam liberalisasi perdagangan internasional
Untuk memajukan perekonomian indonesia selain industri subtitusi impor juga
diperlukan industri pendorong ekspor . Pemerintah tengah fokus meningkatkan nilai
ekspor nasional dari sektor industri dimana 2019 sektor ini telah berkontribusi lebih dari
75% dari capaian nilai ekspor nasional.
Dalam menunjang keberhasilan strategi industri pendorong ekspor maka perlu
dilakukan beberapa hal seperti nilai tukar harus realistis, adanya insentif peningkatan
ekspor, dan tingkat proteksi impor yang rendah, namun dalam pelaksanaannya terdapat
26
hambatan berupa tarif impor yang dikenakan oleh negara pengimpor, larangan non tarif,
dan larangan berupa kuota yang ditentukan negara pengimpor.
Di era modern ini teknologi menjadi faktor penting untuk mendorong kemajuan sektor
industri dimana dengan teknologi pekerjaan menjadi lebih mudah dan efisien sehingga
meningkatkan produktivitas, namun disisi lain perkembangan teknologi sering dianggap
sebagai penyebab terjadinya pengangguran karena tergantikannya tenaga kerja manusia
oleh mesin. Seiring berjalannya revolusi industri muncul pekerjaan-pekerjaan baru tetapi
harus disertai dengan kemampuan tenaga kerja yang lebih baik.
3.2 SARAN
Dengan pembuatan Ringkasan Materi Kuliah ini, penulis mengharapkan bahwa materi
yang terdapat didalam ringkasan mata kuliah ini dapat dipahami oleh para pembacanya
serta dapat menambah wawasan para pembaca. Selain itu, penulis mengharapkan
ringkasan mata kuliah ini dapat digunakan dalam memahami materi yang terkait dengan
pembangunan sektor industri.
27
DAFTAR PUSTAKA
Alam , Teduh G., Achmad L. N. Antony, Kezia V. Hotama, dan Syahira S. Kuswandi. 2019.
Revolusi Industri Keempat: Akhir dari Buruh di Seluruh Dunia. Jurnal Hubungan
Internasional Vol 12 No.2.
Dewi, Mia Clarissa. 2020. Pemanfaatan Teknologi Bagi Umkm Selama Pandemi Covid -19.
Jurnal Mozaik Volume XII Edisi 2 Desember 2020.
Lestari, Ariyana. 2010. “Pembangunan Ekonomi Politik Indonesia dalam Perspektif Immanuel
Wallerstein”. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Mumtahana, H. A., Nita, S., & Tito, A. W. (2017). khazanah informatika Pemanfaatan Web
ECommerce untuk Meningkatkan Strategi Pemasaran. Pemanfaatan Web E-Commerce
Untuk Meningkatkan Strategi Pemasaran, 3(1)
Ngafifi, Muhamad. 2014. Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif
Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Volume 2. No.1.
28