Industrial Is As I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

INDUSTRIALISASI

Tugas Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah
“Perekonomian Indonesia”
Dosen Pengampu : Sugeng Suprapto, SE, M.Si

Disusun oleh:
SITI PURI ARSILAWANTI
1662118
AKUNTANSI KS-01

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
PGRI DEWANTARA JOMBANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul
“INDUSTRIALISASI” ini membahas mengenai pengertian dan penjelasan dari masing -
masing topik yang kami bahas.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai referensi
buku dan website. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang turut memudahkan penulisan makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.

Jombang, 22 Maret 2018


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................6
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................8
2.1 PENGERTIAN INDUSTRI DAN INDUSTRIALISASI.............................................................8
2.2 ARGUMENTASI INDUSTRI.....................................................................................................9
2.3 KLASIFIKASI INDUSTRI.......................................................................................................10
2.5 STRATEGI INDUSTRIALISASI.............................................................................................16
2.7 PERANAN SEKTOR INDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI..........................22
2.8 KETERKAITAN ANTAR INDUSTRI.....................................................................................23
2.9 INDUSTRI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN....................................................................24
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................26
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................26
3.2 SARAN.....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................28

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada awal sejarah kehidupan, manusia baru mengenal dan memanfaatkan segala
sesuatu yang telah disediakan alam. Perekonomian pada tahap ini disebut perekonomian
yang berbasis pertanian, dimana kegiatan pertanian mendominasi seluruh aspek
kehidupan. Kegiatan menghasilkan barang hanyalah terbatas pada industri rumah tangga.
Demikian pula kegiatannya belumlah menonjol seperti keadaan sekarang. Perekonomian
berbasis pertanian ini kemudian berkembang menjadi perekonomian berbasis industri.
Tentu saja perkembangan ini akan menyangkut beberapa aspek, sehingga perlu
diidentifikasi, ada perkembangan apa saja, serta bagaimana pola pengaruhnya kepada
kontribusi kedua sektor yakni pertanian dan industri.

Di Indonesia, secara historis, proses industrialisasi itu telah berlangsung lama


walaupun berbeda tingkat intensitasnya. Jika dikaitkan dengan kontribusi sektor industri
kepada pendapatan domestik bruto, perubahan besar kecilnya kontribusi menunjukkan
besarnya peran dalam perjalanan suatu sektor terhadap perekonomian bangsa.
Persoalannya adalah seberapa besar peranan transformasi industri kepada perekonomian
rakyat secara menyeluruh?

Di Indonesia peranan sektor industri dalam produksi nasional pada tahun 1990
cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya sebesar 21% ke dalam produk
domestik bruto (PDB), ini berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar
19%. (Hartanto, 1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi
perbandingan sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian
(LPE-IBII, 2002). Ketika industri akan dikembangkan pada awal 1970-an, maka
dikenallah tiga konsep pengembangan industri, yaitu:
1. Konsep Keunggulan Komparatif (comparative advantages) yaitu konsep yang
bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam/manusia,
2. Konsep Mengejar ketertinggalan dalam bidang teknologi (State to the art of
technology) yaitu konsep yang mengandalkan kecepatan perubahan teknologi
dan,
3. Konsep ketrekaitan Industri (industrial linkage) yaitu konsep untuk
mengembangkan industry-industri yang saling terkait antara hulu-hilir.

4
Ketiga konsep itu dilaksanakan secara serempak di Indonesia dimulai pada awal
1970-an. Walaupun ketika itu, terjadi tarik-menarik antara mana yang harus dijadikan
prioritas dari masing-masing kelompok pendukung ketiga konsep di atas.

Dawam Rahardjo (1995) menguraikan bahwa di zaman penjajahan kolonial


Belanda perkembangan sektor industri di Hindia Belanda (Indonesia) merupakan isue
kontroversial, sebab kelompok konservatif di parlemen Belanda, tidak menyetujui
adanya proses industrialisasi di tanah jajahan. Setelah merdeka dari penjajahan Belanda,
beberapa tokoh mencoba menerangkan perlunya proses industrialisasi di Indonesia
antara lain; Mohammad Hatta, Soemitro Djojohadikusumo dan Syafrudin Prawiranegara.
Sumitro dari awal berpendapat bahwa industrialisasi perlu sebagai jalan keluar
mengentaskan kemiskinan yang disebabkan karena bersumber pada ketergantungan
kepada sektor pertanian. Sementara Hatta berargumen bahwa industrialisasi diperlukan
sebab dapat menciptakan kemandirian yang lebih besar, sementara sektor pertanian
dikhawatirkan karena sangat sensitif terhadap konjungtur perekonomian dunia. Syafrudin
Prawiranegara, berbeda pendapat dengan banyak kalangan ketika bersemangat untuk
menasionalisasikan perusahaan Belanda. Bagi Syafrudin ketika itu, proses
Indonesianisasi jauh lebih penting ketimbang proses nasionalisasi. Karena itu ketika de
Javasche Bank diubah menjadi Bank Indonesia, Safrudin membiarkan tenaga ahli
Belanda tetap dimanfaatkan.Bagi Syafrudin bukan menguasai lembaganya, tetapi
menguasai sistemnya jauh lebih penting.

Dari sudut pandang kepentingan perekonomian suatu bangsa, industrialisasi


memang penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun,
industrialisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya merupakan salah satu strategi
yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai
tingkat pendapatan perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar
negara, periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur
ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor
industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan
kerja. (Tulus Tambunan, 2001).

5
Ada beberapa teori tentang industri atau industrialisasi yang dikemukakan oleh
para ahli, Diantaranya adalah:
 Menurut Boediono definisi Industrialisasi adalah:
Proses percepatan pertumbuhan produksi barang industri yang dilaksanakan

di dalam negeri, yang diimbangi dengan pertumbuhan yang serupa di bidang

permintaannya (yang berasal dari dalam negeri sendiri maupun luar negeri).

Industrialisasi akan terhambat apabila aspek produksinya atau aspek

permintaanya atau keduannya terhambat pertumbuhannya. (Ekonomi

Internasional 1990).

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pengertian industrialisasi

adalah suatu proses untuk mengelolah bahan-bahan baku konsumsi dan barang-

barang yang olah lebih lanjut dengan memperhatikan aspek produksi dan aspek

permintaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian Industri dan Industrialisasi?
1.2.2 Bagaimana Argumentasi Industri?
1.2.3 Apa saja Klasifikasi Industri?
1.2.4 Bagaimana Konsep Industrialisasi?
1.2.5 Bagaimana Strategi Industrialisasi?
1.2.6 Bagaimana Kebijakan Pembangunan Industri di Masa Depan?
1.2.7 Bagaimana Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi?
1.2.8 Bagaimana Keterkaitan Antar Industri?
1.2.9 Apa Industri dan Tujuan Pembangunan?

6
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Industri dan Industrialisasi
1.3.2 Untuk mengetahui Argumentasi Industri?
1.3.3 Untuk mengetahui Apa saja Klasifikasi Industri?
1.3.4 Untuk mengetahui Konsep Industrialisasi?
1.3.5 Untuk mengetahui Strategi Industrialisasi?
1.3.6 Untuk mengetahui Kebijakan Pembangunan Industri di Masa Depan?
1.3.7 Untuk mengetahui Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi?
1.3.8 Untuk mengetahui Keterkaitan Antar Industri?
1.3.9 Untuk mengetahui Industri dan Tujuan Pembangunan?

7
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN INDUSTRI DAN INDUSTRIALISASI

Menurut Tegus S Pamudi, Pengertian Industri adalah sekelompok perusahaan yang


menghasilkan suatu produk yang bisa saling menggantikan satu sama lainnya.

Pengertian Industri menurut I Made Sandi adalah suatu bentuk usaha guna
memproduksi barang jadi melalui proses produksi penggarapan di dalam jumlah yang
besar, sehingga barang produksi tersebut dapat diperoleh dengan harga yang rendah
namun dengan kualitas yang setinggi-tingginya.

Hinsa Sahaan mengatakan bahwa, Pengertian Industri adalah bagian dari suatu
proses yang mengelolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi
barang jadi, sehingga menjadi suatu barang yang memiliki nilai bagi masyarakat luas.

Menurut UU No. 3 Tahun 2014, Pengertian Industri adalah seluruh bentuk dari
kegiatan ekonomi yang mengelolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya
industri, sehingga dapat menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah atau manfaat
yang lebih tinggi, termasuk juga jasa industri.

Dari definisi industri yang diungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi merupakan bagian dari
industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang, akan tetapi juga dalam bentuk
jasa. Istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).
Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia
dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena merupakan
kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap
negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di
suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin
kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau
pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian

8
industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa
pasar, modal atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut,
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan
keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan
masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.

Sedangkan industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang

mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.

Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus

pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji dan

penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi

dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi

teknologi.

2.2 ARGUMENTASI INDUSTRI


Ada empat argumentasi dalam industrialisasi, dimana masing- masing dari
argumentasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Jenis keunggulan kelebihan kekurangan


Argumentasi keunggulan Industri akan unggul, Jenis produk kurang
komparatif (compartive sumber daya ekonomi diminati
advantage) akan teralokasikan
dengan baik
Teori keterkaitan industrial Mampu menggerakan Kurang efisien
(industrial linkage) sektor lain
Argumentasi kesempatan Sangat manusiawi karena Kurang dapat
kerja berbasis pada penciptaan menggerakan sektor lain
lapangan kerja
Argumentasi loncatan Memicu perkembangan Boros defisa
teknologi industri sektor lain

9
2.3 KLASIFIKASI INDUSTRI
Di Indonesia, industri dapat digolongkan berdasarkan kelompok komoditas, skala
usaha, dan berdasarkan hubungan arus produknya. Penggolongan paling universal
berdasarkan “baku internasional klasifikasi industri” (International Standard of Industrial
Classification, ISIC) penggolongan tersebut dibedakan menjadi 9 yaitu:
Kode Kelompok Industri
31 Industri makanan, minuman, dan tembakau
32 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit
33 Industri kayu, dan barang-barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga
34 Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan, dan penerbitan
35 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,
karet, dan plastik
36 Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi, dan batu bara
37 Industri logam dasar
38 Industri barang dari logam, mesin, dan peralatannya
39 Industri pengolahan lainnya

Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan,


pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga subsektor yaitu:
1. Subsektor industri pengolahan nonmigas
2. Subsektor pengilangan minyak bumi, dan
3. Subsektor pengolahan gas alam cair.

 Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja


Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang
dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya
kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri
anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga
kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

10
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai
99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga
kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki
kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan
industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif
dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus,
dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and
profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan
industri pesawat terbang.

 Klasifikasi industri berdasarkan lokasi usaha


Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan
industri. Berdasarkan lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industri), yaitu industri yang
didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industri), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah
yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industri), yaitu industri
yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan. Misalnya: industri semen di
Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang
(dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan
Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat
tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri
tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri
gula berdekatan lahan tebu.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industri), yaitu
industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat
didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas
serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri
otomotif, dan industri transportasi.

11
 Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi :
a. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang
jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh
konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri
otomotif, dan industri meubel.
b. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan
industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri
pemintalan, dan industri baja.
 Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang
dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun
pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal yang besar,
keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang
termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut :
1. Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.
2. Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan generator.
3. Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.
4. Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil, motor, dan suku
cadang kendaraan bermotor.
5. Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.
6. Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja, industri
alumunium, dan industri tembaga.
7. Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi kapal.
8. Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi, peralatan
pabrik, dan peralatan kontruksi.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

12
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi
mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk
industri ini adalah sebagai berikut :
1. Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya : mesin traktor,
mesin hueler, dan mesin pompa.
2. Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah batu, buldozer,
excavator, dan motor grader.
3. Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji,
dan mesin pres.

c. Aneka Industri (AI)


Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam
barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah
sebagai berikut :
1. Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi.
2. Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es, dan mesin
jahit, televisi, dan radio
3. Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik,
obatobatan, dan pipa.
4. Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan
makanan kemasan.
5. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian, kayu lapis,
dan marmer.

d. Industri Kecil (IK)


Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan
teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya :
industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah
(gerabah).

e. Industri Pariwisata

13
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan
wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni dan budaya (misalnya : pertunjukan
seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat
observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan
alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota
(misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan,
restoran, hotel, dan tempat hiburan).

2.4 KONSEP INDUSTRIALISASI

Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari revolusi


industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris, yang ditandai dengan
penemuan metode baru untuk permintalan, penenunan kapas yang menciptakan
spesialisasi dalam produksi, serta peningkatan produktivitas dari faktor produksi yang
digunakan. Selain itu, inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap,
yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja, kereta api, dan kapal
tenaga uap. setelah itu kemudian menyusul revolusi industri kedua pada akhir abad ke-
18, dan awal abad ke-19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi. Setelah
Perang Dunia II, mulai muncul berbagai teknologi baru seperti sistem produksi masal
dengan menggunakan jalur assembling, tenaga listrik, kendaraan bermotor, penemuan
berbagai barang sintetiss, dan revolusi teknologi komunikasi, elektronik, bio, komputer,
dan penggunaan robot. Semua perkembangan ini mengubah pola produksi industri,
meningkatkan volume perdagangan dunia, dan memacu proses industrialisasi di dunia
(Pangestu dan Aswicahyono, 1996).

Sejarah ekonomi dunia menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses


interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan
perdagangan antarnegara, yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi di banyak Negara, dari yang tadinya
berbasis pertanian menjadi berbasis industri. Dapat dikatakan bahwa terutama kombinasi
antara dua pendorong dari sisi penawaran agregat (produksi), yakni progres teknologi
dan inovasi produk serta proses produksi, dna peningkatan pendapatan masyarakat yang
mengubah volume dan komposisi konsumsi sisi permintaan agregat, merupakan
kekuatan utama di balik akumulasi proses industrialisasi di dunia.

14
Pengalaman di hampir semua Negara menunjukkan bahwa industrialisasi sangat perlu
karena menjamin pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hanya sebagian kecil Negara
dengan jumlah penduduknya yang sedikit dan kekayaan minyak atau SDA yang
melimpah, seperti Kuwait, Arab Saudi, Emirat Arab, Qatar, Libya, dan Brunei
Darussalam dapat berharap mencapai tingkat pendapatan per kapita yang tinggi tanpa
lewat proses industrialisasi atau pembangunan sektor industri yang kuat, tetapi hanya
mengandalkan minyak. Fakta di banyak Negara menunjukkan bahwa tidak ada
perekonomian yang bertumpu pada sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan),
mampu mencapai tingkat Pendapatan Nasional (PN) per kapita di atas US$ 500 selama
jangka panjang (Kahn, 1979). Contohnya sejak Pelita I 1969, pemerintah Indonesia
melaksanakan industrialisasi. Sesudah itu, hingga krisis ekonomi terjadi tahun 1997 PN
per kapita mengalami peningkatan yang cukup pesat setiap tahunnya. Kalau hanya
mengandalkan pertanian dan pertambangan (khususnya migas), Indonesia dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta orang saat ini tidak pernah bisa mencapai laju pertumbuhan
ekonomi rata-rata per tahun 7%, dan tingkat PN per kapita di atas US$ 1000 pada
pertengahan 1997.

Walaupun demikian, industrialisasi bukanlah merupakan tujuan akhir dari


pembangunan ekonomi, melainkan hanya salah satu strategi yang harus ditempuh untuk
mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan per kapita
yang tinggi dan berkelanjutan (Riedel, 1992). Meskipun pelaksanaan sangat bervariasi
antarnegara, periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan
struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi
sektor industri manufaktur dalam pembentukan PDB, perimintaan konsumen, ekspor dan
kesempatan kerja (Chenery, 1992).

Rute industrialisasi telah menunjukkan bukti-bukti keberhasilan bagi Negara-negara


yang sekarang dikenal dengan sebutan Negara-negara industri maju seperti Eropa, AS,
Kanada, Jepang, dan Australia. Melihat keberhasilan ini, banyak Negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia, yang mendapatkan kemerdekaannya setelah Perang
Dunia II usai, mencoba menggunakan model-model pembangunan yang telah berhasil
diterapkan di Negara-negara industri maju tersebut (Hasibuan, 1993).

15
2.5 STRATEGI INDUSTRIALISASI
2.5.1 STRATEGI INDUSTRIALISASI
Di dalam teori ekonomi, ada dua macam pola strategi yang dapat digunakan
dalam melaksanakan suatu proses industrialisasi, yaitu strategi Substitusi
Impor/Import Subtitution (SI) yang sering disebut dengan istilah inward-looking
strategy atau ”orientasi ke dalam” dan strategi Promosi Ekspor/export promotion
(PE) yang sering disebut dengan istilah outwardlooking strategy ”orientasi ke
luar”. Strategi SI lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi
pasar domestik, sedangkan PE ke pasar internasional. Strategi SI dilandasi oleh
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang
pengganti impor. Sedangkan strategi PE didasari oleh pemikiran bahwa laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk-produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor. Jadi, berbeda dengan strategi
SI,dalam strategi PE tidak ada diskriminasi pemberian insentif dan kemudahan
lainnya dari pemerintah, baik untuk industri yang berorientasi ke pasar domestik,
maupun industri yang berorientasi ke pasar ekspor (Tambunan, 2001).

Pola strategi kelebihan kekurangan


industrialisasi
Pola substitusi impor Industri akan bertumbuh Industri akan tidak
besar kunjung dewasa
(ketergantungan)
Pola substitusi ekspor Menumbuhkan devisa Tergantung pada pasar
negara

2.5.2 STRATEGI INDUSTRIALISASI DI INDONESIA


Sebagai negara berkembang Indonesia telah menerapkan strategi SI sepanjang
proses industrialisasinya sampai dengan pertengahan tahun 1980-an, pemerintah

16
menerapkan strategi SI di dalam pengembangan industrinya. Beberapa dasar
pertimbangan di dalam memilih penggunaan strategi ini adalah:

1. Sumber daya alam dan faktor produksi cukup tersedia di dalam negeri
2. Potensi permintaan di dalam negeri yang memadai
3. Mendorong perkembangan sektor industri manufaktur di dalam negeri
4. Meningkatkan kesempatan kerja 5. Mengurangi ketergantungan terhadap
impor, yang juga berarti mengurangi defisit saldo neraca perdagangan dan
menghemat cadangan devisa.

Tambunan (2001) menjelaskan bahwa dalam penerapan strategi SI, impor


barang dikurangi atau bahkan dikurangi sama sekali. Pelaksanaan strategi SI terdiri
atas dua tahap. Pertama, industri yang dikembangkan adalah industri yang
membuat barang-barang konsumsi. Untuk membuat barang-barang tersebut
diperlukan barang modal, input perantara, dan bahan baku yang di banyak negara
yang menerapkan strategi ini banyak tidak tersedia sehingga harus tetap diimpor.
Dalam tahap kedua, industri yang dikembangkan adalah industri hulu (upstream
industries).

Pengalaman menunjukkan bahwa tahap pertama ternyata lebih mudah


dilakukan. Sedangkan dalam transisi ke tahap berikutnya banyak negara
menghadapi kesulitan. Dalam banyak kasus, industri yang dikembangkan menjadi
high-cost industries. Ada beberapa penyebabnya, yaitu:

 Proses substitusi impor terhadap barang modal dan input perantara cenderung
lebih padat modal dibandingkan proses substitusi impor terhadap barang
konsumsi.
 Proses produksi di industri hulu mengandung skala ekonomis dan sangat
sensitif terhadap factor efisiensi di dalam sistem organisasi, penggunaan
teknologi dan metode produksi.

Di dalam perkembangan selanjutnya, sektor industri manufaktur ternyata tidak


berkembang cukup baik. Pengalaman menunjukkan bahwa kebijakan proteksi yang
berlebihan, terutama pada kurun waktu 1970-an sampai awal 1980-an telah
mengakibatkan high cost economy (ekonomi biaya tinggi). Hasibuan (1993)

17
mencoba menjelaskan kegagalan penerapan strategi SI di Indonesia. Analisanya
adalah sebagai berikut:

1. Bahan baku dan tenaga kerja yang tersedia bukan siap pakai. Hal ini dapat
menimbulkan external diseconomies. Sumber-sumber ekonomi tersebut belum
tentu memiliki kualitas yang baik. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia
masih berpendidikan rendah. Karenanya kualitas tenaga kerja perlu
ditingkatkan terlebih dahulu dan ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.
2. Karena pasar yang dilayani oleh produsen dalam negeri adalah pasar domestik
tanpa ada persaingan dari barang-barang impor, maka setiap produk yang
dihasilkan tidak dikaitkan dengan kemampuan bersaing di pasar internasional.
Tidak heran kalau tingkat daya saing global dari barang produksi Indonesia
masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya
negara-negara maju.
3. Tingkat ketergantungan terhadap barang impor ternyata tidak menjadi lebih
rendah. Sebagai contoh untuk membuat barang-barang konsumsi memerlukan
komponen, spare parts, bahan baku, mesin dan alat-alat produksi yang
semuanya masih harus diimpor.
4. Diharapkan kesempatan kerja akan berkembang dengan luas. Akan tetapi, ini
tentu tergantung pada teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Kalau
teknologi padat karya yang dipilih, harus diperhatikan jangan sampai
mengorbankan tingkat efisiensi, produktivitas dan daya saing.
5. Nilai tambah pada umumnya dapat ditingkatkan, tetapi di pihak lain beberapa
industri dapat mempunyai nilai tambah yang negatif bila dibandingkan dengan
nilai tambah dari industri yang sama di pasar internasional.
6. Tingkat proteksi yang tinggi cenderung membentuk sikap angkuh produsen
dalam negeri. Struktur pasar didominasi oleh produsen (seller’s market).
7. Walaupun potensi permintaan di pasar dalam negeri cukup besar, tetapi masih
ada hal-hal lain yang lebih menentukan apakah potensi tersebut dapat
terealisasi, yaitu jenis barang dan jumlah yang diperlukan konsumen dan dapat
dibuat di dalam negeri, teknologi yang dipakai, target pemakai dan politik
harga yang diterapkan.

Periode Berkembang (1982-1996)

18
Seiring melemahnya harga minyak, kebijakan dari tujuan yang semula hanya
untuk pengembangan industri substitusi impor, ditambah misi baru dari
pemerintah, yakni pengembangan industri berorientasi ekspor (strategi PE) yang
harus didukung oleh usaha pendalaman dan pemantapan struktur industri.
Kebijakan ini mulai diterapkan pada industri kimia, logam, kendaraan bermotor,
industri mesin listrik/peralatan listrik dan industri alat/mesin pertanian. Di bidang
industri padat teknologi dikembangkan penguasaan teknologi di beberapa bidang
seperti pesawat terbang, permesinan dan perkapalan.

Keberhasilan strategi PE sering diilustrasikan dengan pengalaman dari


Negara-negara di Asia Timur dan Tenggara seperti Korea, Taiwan, Singapura, dan
Hongkong, hingga pengalaman dari negara-negara Amerika Latin seprti Brazil,
Argentina dan Meksiko. Dari banyak studi mengenai keberhasilan dari Negara-
negara tersebut, beberapa syarat penting yang diberikan agar penerapan strategi
tersebut membawa hasil yang baik adalah sebagai berikut (Tambunan, 2001):

1. Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar, yang sepenuhnya


merefleksikan kelangkaan dari barang yang bersangkutanm baik di pasar
output maupun di pasar input.
2. Tingkat proteksi impor harus rendah.
3. Nilai tukar mata uang harus realistis, sepenuhnya merefleksikan keterbatasan
uang asing yang bersangkutan.
4. Lebih penting lagi, harus ada insentif untuk meningkatkan ekspor.

Pada pertengahan 1980-an, pemerintah Indonesia mulai menyadari bahwa


kebijakan proteksi yang sebelumnya diterapkan ternyata lebih banyak merugikan
Indonesia. Sehingga mulai dilakukan perubahan strategi secara bertahap dari
proteksi ke promosi ekspor, khususnya ekspor nonmigas, termasuk produk-produk
manufaktur. Perubahan kebijakan ini didukung oleh sejumlah paket deregulasi.
Paket deregulasi pertama dilakukan pada tahun 1982 di sektor keuangan yang
dikenal dengan nama Gebrakan Sumarlin I.
Dalam strategi ini pemerintah menghilangkan sejumlah rintangan nontarif,
khususnya pembatasan jumlah impor, dengan tujuan untuk menghilangkan anti-
export biasa dari strategi sebelumnya. Selain itu pemerintah juga melakukan

19
konversi dari kuota ke proteksi dengan tarif, penurunan tarif proteksi secara
bertahap dan memperkenalkan skema pembebasan dan pengembalian pajak bagi
perusahaan-perusahaan eksportir yang mengekspor paling sedikit 85% dari jumlah
output-nya.

2.6 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI DI MASA DEPAN


Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab
tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi perubahan lingkungan
yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua
negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah
membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional.
Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan tersebut dengan upaya pemanfaatan
seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa serta kemampuan untuk
memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar maupun di dalam negeri harus
dilakukan secara optimal. Esensi daya saing yang berkelanjutan tersebut terletak pada
upaya menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif
untuk menghasilkan produk innovative yang lebih murah, lebih baik, lebih mudah di
dapat dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar. Strategi pembangunan
industri manufaktur ke depan dengan mengadaptasi pemikiran-pemikiran terbaru yang
berkembang saat ini, yaitu pengembangan industri melalui pendekatan klaster dalam
rangka membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Dalam jangka menengah,
peningkatan daya saing industri dilakukan dengan membangun dan mengembangkan
klaster-klaster industri prioritas sedangkan dalam jangka panjang lebih dititikberatkan
pada pengintegrasian pendekatan klaster dengan upaya untuk mengelola permintaan
(management demand) dan membangun kompetensi inti pada setiap klaster.

Strategi pengembangan industri di masa depan menggunakan strategi pokok dan


strategi operasional. Strategi pokok, meliputi:
1. Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada klaster dari industri
yang bersangkutan,

20
2. Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai,
3. Meningkatkan sumber daya yang digunakan industri,
4. Menumbuh-kembangkan Industri Kecil dan Menengah.

Sedangkan untuk strategi operasional terdiri dari:


1. Menumbuh-kembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif,
2. Penetapan prioritas industri dan penyebarannya,
3. Pengembangan industri dilakukan dengan pendekatan klaster,
4. Pengembangan kemampuan inovasi teknologi.

Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi pemikiran


terbaru yang berkembang saat ini, yang berhubungan dengan era globalisasi dan
perkembangan teknologi abad 21, yaitu pendekatan pengembangan industri melalui
konsep klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada
dasarnya klaster industri adalah upaya pengelompokan industri inti yang saling
berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait
(related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait. Untuk
menentukan industri yang prospektif, dilakukan pengukuran daya saing, baik dari sisi
penawaran maupun sisi permintaan, untuk melihat kemampuannya bersaing di dalam
negeri maupun di luar negeri. Konsep daya saing internasional, merupakan kata kunci
dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi sektoral, sinergi
dengan seluruh pelaku usaha, serta seluruh daerah yaitu kabupaten-kabupaten/kota
merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu dengan dukungan aspek kelembagaan
yang mengatur tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor industri
baik secara sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan
sukses atau gagalnya pembangunan sektor industri yang di cita-citakan.

2.7 PERANAN SEKTOR INDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih
bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu merupakan suatu fungsi dari tujuan
pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya
sekedar mencapai fisik saja.

21
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan
sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan
manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai
tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya
lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah. Banyak pendapat
muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin
(leading sektor). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan
industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti
sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang
pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri.
Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya
lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya,
yang kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti
diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang
pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli).
Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.

UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization)


mengelompokkan negara-negara sebagai berikut (Muhammad, 1992) :

1. Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB


kurang dari 10 persen.
2. Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10-
20 persen.
3. Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30 persen.
4. Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.

Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu


yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat

22
pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam Muhammad,
1992) adalah sebagai berikut :

1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri
penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar
industri sangat erat, maka perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi
perkembangan industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin
tersebut.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian,
karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar
daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi
perkembangan daerah-daerah lainya.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif dengan
industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri
pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan
mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.

2.8 KETERKAITAN ANTAR INDUSTRI


Pendapat-pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri sebagai suatu
prioritas pembangunan bukan hanya didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pertumbuhan industri menyertai pembangunan. Para penganjur industri
menunjukkan bahwa industri merupakan suatu sektor pemimpin karena industri tersebut
merangsang dan mendorong investasi-investasi di sektor-sektor lain juga. Pola
perkembangan industri dimana barang hasil produksi suatu industri dimanfaatkan oleh
industri lainnya adalah bentuk keterkaitan antar industri.

Konsep pertumbuhan tidak seimbang menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat


dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri lainnya yang
terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut. Keterkaitan-keterkaitan
ini bisa keterkaitan ke belakang, misalnya industri tekstil menyebabkan peningkatan
produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk disediakan bagi industri tekstil tersebut.
Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan ke depan, misalnya adanya industri tekstil
domestik mendorong tumbuhnya investasi dalam industri pakaian jadi.

23
2.9 INDUSTRI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN
Setelah melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan peranan
yang diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama, industrialisasi bukanlah
suatu “obat yang paling mujarab” untuk mengobati keterbelakangan. Tidak ada satupun
faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau sektor, yang bisa menyelesaikan secara sendiri-
sendiri proses pembangunan. Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi sektor
industri mempunyai 2 pengaruh yang penting dalam setiap program pembangunan.
Pertama, produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk
meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri pengolahan memberikan
kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi Industri Subsitusi Impor (ISI) yang
efesien dan meningkatkan ekspor daripada industri primer.

Jika industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi keterbelakangan,


demikian juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing membutuhkan yang
lainnya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak seimbang serta terlalu jauh. Industri bisa
menyediakan input-input produktif, terutama pupuk dan peralatan pertanian yang
sederhana, bagi pertanian. Jika kebijaksanaan luar negeri dijalankan dan industri
pengolahan telah efisien, input-input tersebut bisa ditawarkan dengan harga yang lebih
murah daripada harga impor. Hubungan tersebut bisa kebalikannya, karena pertanian
menyediakan bahan-bahan baku untuk industri, misalnya kapas, tembakau atau karet.

Pertanian dan industri juga saling menyediakan pasar bagi barang-barang


produksinya masing-masing. Jika pendapatan sektor pertanian tersebut tumbuh secara
merata. Dimana di butuhkan land-reform dan pembangunan pedesaan yang sangat
meluas, maka industri akan menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-barang
konsumsinya. Sejalan dengan itu. Pertumbuhan pendapatan di perkotaan yang didorong
oleh perluasan industri, akan mendorong pertumbuhan output pertanian dan produktivitas
melalui kenaikan permintaan akan pangan. Namun demikian, kunci dari permintaan akan
pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan yang meningkat dan perbaikan distribusi
pendapatan di perkotaan.

24
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi merupakan bagian dari

25
industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang, akan tetapi juga dalam bentuk
jasa.

Di dalam teori ekonomi, ada dua macam pola strategi yang dapat digunakan dalam
melaksanakan suatu proses industrialisasi, yaitu strategi Substitusi Impor/Import
Subtitution (SI) yang sering disebut dengan istilah inward-looking strategy atau
”orientasi ke dalam” dan strategi Promosi Ekspor/export promotion (PE) yang sering
disebut dengan istilah outwardlooking strategy ”orientasi ke luar”. Strategi SI lebih
menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi pasar domestik, sedangkan
PE ke pasar internasional.

Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi pemikiran terbaru


yang berkembang saat ini, yang berhubungan dengan era globalisasi dan perkembangan
teknologi abad 21, yaitu pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster
dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya
klaster industri adalah upaya pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik
dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries),
jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait.

3.2 SARAN

Di era globalisasi seperti sekarang ini nampaknya jika suatu Negara mampu
menumbuh kembangkan sektor industrinya, maka dapat dipastikan Negara tersebut akan
tumbuh menjadi Negara yang maju. Khusus indonesia, Negara kita selama ini memang
cenderung untuk bergerak disektir pertanian. Penulis sangat mendukung adanya pasar
perdaganagn bebas cina, mudah-mudahan akibat dari adanya perdagangan bebas tersebut

26
indonesia mampu menunjukkan tajinya untuk kemudian mampu bersaing dengan
Negara-negara maju lainnya. Oleh karena itu, seharusnya kebijakan-kebijakan
perekonomian indonesia lebih menitikberatkan sektor indsutri tapi tanpa mengecualikan
sektor-sektor penting lainnnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Utsman. 2015. Pengertian Industri dan Jenis-jenis Industri. (online).

http://www.pengertianpakar.com/2015/09/pengertian-industri-dan-jenis-jenis-industri.html
diakses tanggal 22 Maret 2018.

27
http://ilmuteknologyindustri.blogspot.com/2016/10/strategi-industrialisasi.html
diakses tanggal 22 Maret 2018.

Guru Honerer. Makalah Sektor Industri di Indonesia. 2015. (online).

http://pakguruhonorer.blogspot.co.id/2015/06/makalah-sektor-industri-di-indonesia.html
diakses tanggal 22 Maret 2018.

Kurniawan, Yusuf. 2015. Kebijakan Pembangunan Industri. (online).

http://darealekonomi.blogspot.co.id/2015/03/kebijakan-pembangunan-industri.html diakses
tanggal 22 Maret 2018.

Tambunan, Tulus T.H, Dr. 2003. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai