Industrial Is As I
Industrial Is As I
Industrial Is As I
Tugas Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah
“Perekonomian Indonesia”
Dosen Pengampu : Sugeng Suprapto, SE, M.Si
Disusun oleh:
SITI PURI ARSILAWANTI
1662118
AKUNTANSI KS-01
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul
“INDUSTRIALISASI” ini membahas mengenai pengertian dan penjelasan dari masing -
masing topik yang kami bahas.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai referensi
buku dan website. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang turut memudahkan penulisan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................6
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................8
2.1 PENGERTIAN INDUSTRI DAN INDUSTRIALISASI.............................................................8
2.2 ARGUMENTASI INDUSTRI.....................................................................................................9
2.3 KLASIFIKASI INDUSTRI.......................................................................................................10
2.5 STRATEGI INDUSTRIALISASI.............................................................................................16
2.7 PERANAN SEKTOR INDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI..........................22
2.8 KETERKAITAN ANTAR INDUSTRI.....................................................................................23
2.9 INDUSTRI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN....................................................................24
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................26
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................26
3.2 SARAN.....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................28
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada awal sejarah kehidupan, manusia baru mengenal dan memanfaatkan segala
sesuatu yang telah disediakan alam. Perekonomian pada tahap ini disebut perekonomian
yang berbasis pertanian, dimana kegiatan pertanian mendominasi seluruh aspek
kehidupan. Kegiatan menghasilkan barang hanyalah terbatas pada industri rumah tangga.
Demikian pula kegiatannya belumlah menonjol seperti keadaan sekarang. Perekonomian
berbasis pertanian ini kemudian berkembang menjadi perekonomian berbasis industri.
Tentu saja perkembangan ini akan menyangkut beberapa aspek, sehingga perlu
diidentifikasi, ada perkembangan apa saja, serta bagaimana pola pengaruhnya kepada
kontribusi kedua sektor yakni pertanian dan industri.
Di Indonesia peranan sektor industri dalam produksi nasional pada tahun 1990
cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya sebesar 21% ke dalam produk
domestik bruto (PDB), ini berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar
19%. (Hartanto, 1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi
perbandingan sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian
(LPE-IBII, 2002). Ketika industri akan dikembangkan pada awal 1970-an, maka
dikenallah tiga konsep pengembangan industri, yaitu:
1. Konsep Keunggulan Komparatif (comparative advantages) yaitu konsep yang
bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam/manusia,
2. Konsep Mengejar ketertinggalan dalam bidang teknologi (State to the art of
technology) yaitu konsep yang mengandalkan kecepatan perubahan teknologi
dan,
3. Konsep ketrekaitan Industri (industrial linkage) yaitu konsep untuk
mengembangkan industry-industri yang saling terkait antara hulu-hilir.
4
Ketiga konsep itu dilaksanakan secara serempak di Indonesia dimulai pada awal
1970-an. Walaupun ketika itu, terjadi tarik-menarik antara mana yang harus dijadikan
prioritas dari masing-masing kelompok pendukung ketiga konsep di atas.
5
Ada beberapa teori tentang industri atau industrialisasi yang dikemukakan oleh
para ahli, Diantaranya adalah:
Menurut Boediono definisi Industrialisasi adalah:
Proses percepatan pertumbuhan produksi barang industri yang dilaksanakan
permintaannya (yang berasal dari dalam negeri sendiri maupun luar negeri).
Internasional 1990).
adalah suatu proses untuk mengelolah bahan-bahan baku konsumsi dan barang-
barang yang olah lebih lanjut dengan memperhatikan aspek produksi dan aspek
permintaan.
6
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Industri dan Industrialisasi
1.3.2 Untuk mengetahui Argumentasi Industri?
1.3.3 Untuk mengetahui Apa saja Klasifikasi Industri?
1.3.4 Untuk mengetahui Konsep Industrialisasi?
1.3.5 Untuk mengetahui Strategi Industrialisasi?
1.3.6 Untuk mengetahui Kebijakan Pembangunan Industri di Masa Depan?
1.3.7 Untuk mengetahui Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi?
1.3.8 Untuk mengetahui Keterkaitan Antar Industri?
1.3.9 Untuk mengetahui Industri dan Tujuan Pembangunan?
7
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN INDUSTRI DAN INDUSTRIALISASI
Pengertian Industri menurut I Made Sandi adalah suatu bentuk usaha guna
memproduksi barang jadi melalui proses produksi penggarapan di dalam jumlah yang
besar, sehingga barang produksi tersebut dapat diperoleh dengan harga yang rendah
namun dengan kualitas yang setinggi-tingginya.
Hinsa Sahaan mengatakan bahwa, Pengertian Industri adalah bagian dari suatu
proses yang mengelolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi
barang jadi, sehingga menjadi suatu barang yang memiliki nilai bagi masyarakat luas.
Menurut UU No. 3 Tahun 2014, Pengertian Industri adalah seluruh bentuk dari
kegiatan ekonomi yang mengelolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya
industri, sehingga dapat menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah atau manfaat
yang lebih tinggi, termasuk juga jasa industri.
Dari definisi industri yang diungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi merupakan bagian dari
industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang, akan tetapi juga dalam bentuk
jasa. Istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).
Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia
dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena merupakan
kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap
negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di
suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin
kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau
pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian
8
industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa
pasar, modal atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut,
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan
keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan
masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus
pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji dan
penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi
dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi
teknologi.
9
2.3 KLASIFIKASI INDUSTRI
Di Indonesia, industri dapat digolongkan berdasarkan kelompok komoditas, skala
usaha, dan berdasarkan hubungan arus produknya. Penggolongan paling universal
berdasarkan “baku internasional klasifikasi industri” (International Standard of Industrial
Classification, ISIC) penggolongan tersebut dibedakan menjadi 9 yaitu:
Kode Kelompok Industri
31 Industri makanan, minuman, dan tembakau
32 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit
33 Industri kayu, dan barang-barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga
34 Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan, dan penerbitan
35 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,
karet, dan plastik
36 Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi, dan batu bara
37 Industri logam dasar
38 Industri barang dari logam, mesin, dan peralatannya
39 Industri pengolahan lainnya
10
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai
99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga
kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki
kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan
industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif
dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus,
dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and
profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan
industri pesawat terbang.
11
Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi :
a. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang
jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh
konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri
otomotif, dan industri meubel.
b. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan
industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri
pemintalan, dan industri baja.
Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang
dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun
pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal yang besar,
keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang
termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut :
1. Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.
2. Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan generator.
3. Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.
4. Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil, motor, dan suku
cadang kendaraan bermotor.
5. Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.
6. Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja, industri
alumunium, dan industri tembaga.
7. Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi kapal.
8. Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi, peralatan
pabrik, dan peralatan kontruksi.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
12
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi
mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk
industri ini adalah sebagai berikut :
1. Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya : mesin traktor,
mesin hueler, dan mesin pompa.
2. Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah batu, buldozer,
excavator, dan motor grader.
3. Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji,
dan mesin pres.
e. Industri Pariwisata
13
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan
wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni dan budaya (misalnya : pertunjukan
seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat
observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan
alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota
(misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan,
restoran, hotel, dan tempat hiburan).
14
Pengalaman di hampir semua Negara menunjukkan bahwa industrialisasi sangat perlu
karena menjamin pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hanya sebagian kecil Negara
dengan jumlah penduduknya yang sedikit dan kekayaan minyak atau SDA yang
melimpah, seperti Kuwait, Arab Saudi, Emirat Arab, Qatar, Libya, dan Brunei
Darussalam dapat berharap mencapai tingkat pendapatan per kapita yang tinggi tanpa
lewat proses industrialisasi atau pembangunan sektor industri yang kuat, tetapi hanya
mengandalkan minyak. Fakta di banyak Negara menunjukkan bahwa tidak ada
perekonomian yang bertumpu pada sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan),
mampu mencapai tingkat Pendapatan Nasional (PN) per kapita di atas US$ 500 selama
jangka panjang (Kahn, 1979). Contohnya sejak Pelita I 1969, pemerintah Indonesia
melaksanakan industrialisasi. Sesudah itu, hingga krisis ekonomi terjadi tahun 1997 PN
per kapita mengalami peningkatan yang cukup pesat setiap tahunnya. Kalau hanya
mengandalkan pertanian dan pertambangan (khususnya migas), Indonesia dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta orang saat ini tidak pernah bisa mencapai laju pertumbuhan
ekonomi rata-rata per tahun 7%, dan tingkat PN per kapita di atas US$ 1000 pada
pertengahan 1997.
15
2.5 STRATEGI INDUSTRIALISASI
2.5.1 STRATEGI INDUSTRIALISASI
Di dalam teori ekonomi, ada dua macam pola strategi yang dapat digunakan
dalam melaksanakan suatu proses industrialisasi, yaitu strategi Substitusi
Impor/Import Subtitution (SI) yang sering disebut dengan istilah inward-looking
strategy atau ”orientasi ke dalam” dan strategi Promosi Ekspor/export promotion
(PE) yang sering disebut dengan istilah outwardlooking strategy ”orientasi ke
luar”. Strategi SI lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi
pasar domestik, sedangkan PE ke pasar internasional. Strategi SI dilandasi oleh
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang
pengganti impor. Sedangkan strategi PE didasari oleh pemikiran bahwa laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk-produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor. Jadi, berbeda dengan strategi
SI,dalam strategi PE tidak ada diskriminasi pemberian insentif dan kemudahan
lainnya dari pemerintah, baik untuk industri yang berorientasi ke pasar domestik,
maupun industri yang berorientasi ke pasar ekspor (Tambunan, 2001).
16
menerapkan strategi SI di dalam pengembangan industrinya. Beberapa dasar
pertimbangan di dalam memilih penggunaan strategi ini adalah:
1. Sumber daya alam dan faktor produksi cukup tersedia di dalam negeri
2. Potensi permintaan di dalam negeri yang memadai
3. Mendorong perkembangan sektor industri manufaktur di dalam negeri
4. Meningkatkan kesempatan kerja 5. Mengurangi ketergantungan terhadap
impor, yang juga berarti mengurangi defisit saldo neraca perdagangan dan
menghemat cadangan devisa.
Proses substitusi impor terhadap barang modal dan input perantara cenderung
lebih padat modal dibandingkan proses substitusi impor terhadap barang
konsumsi.
Proses produksi di industri hulu mengandung skala ekonomis dan sangat
sensitif terhadap factor efisiensi di dalam sistem organisasi, penggunaan
teknologi dan metode produksi.
17
mencoba menjelaskan kegagalan penerapan strategi SI di Indonesia. Analisanya
adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku dan tenaga kerja yang tersedia bukan siap pakai. Hal ini dapat
menimbulkan external diseconomies. Sumber-sumber ekonomi tersebut belum
tentu memiliki kualitas yang baik. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia
masih berpendidikan rendah. Karenanya kualitas tenaga kerja perlu
ditingkatkan terlebih dahulu dan ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.
2. Karena pasar yang dilayani oleh produsen dalam negeri adalah pasar domestik
tanpa ada persaingan dari barang-barang impor, maka setiap produk yang
dihasilkan tidak dikaitkan dengan kemampuan bersaing di pasar internasional.
Tidak heran kalau tingkat daya saing global dari barang produksi Indonesia
masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya
negara-negara maju.
3. Tingkat ketergantungan terhadap barang impor ternyata tidak menjadi lebih
rendah. Sebagai contoh untuk membuat barang-barang konsumsi memerlukan
komponen, spare parts, bahan baku, mesin dan alat-alat produksi yang
semuanya masih harus diimpor.
4. Diharapkan kesempatan kerja akan berkembang dengan luas. Akan tetapi, ini
tentu tergantung pada teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Kalau
teknologi padat karya yang dipilih, harus diperhatikan jangan sampai
mengorbankan tingkat efisiensi, produktivitas dan daya saing.
5. Nilai tambah pada umumnya dapat ditingkatkan, tetapi di pihak lain beberapa
industri dapat mempunyai nilai tambah yang negatif bila dibandingkan dengan
nilai tambah dari industri yang sama di pasar internasional.
6. Tingkat proteksi yang tinggi cenderung membentuk sikap angkuh produsen
dalam negeri. Struktur pasar didominasi oleh produsen (seller’s market).
7. Walaupun potensi permintaan di pasar dalam negeri cukup besar, tetapi masih
ada hal-hal lain yang lebih menentukan apakah potensi tersebut dapat
terealisasi, yaitu jenis barang dan jumlah yang diperlukan konsumen dan dapat
dibuat di dalam negeri, teknologi yang dipakai, target pemakai dan politik
harga yang diterapkan.
18
Seiring melemahnya harga minyak, kebijakan dari tujuan yang semula hanya
untuk pengembangan industri substitusi impor, ditambah misi baru dari
pemerintah, yakni pengembangan industri berorientasi ekspor (strategi PE) yang
harus didukung oleh usaha pendalaman dan pemantapan struktur industri.
Kebijakan ini mulai diterapkan pada industri kimia, logam, kendaraan bermotor,
industri mesin listrik/peralatan listrik dan industri alat/mesin pertanian. Di bidang
industri padat teknologi dikembangkan penguasaan teknologi di beberapa bidang
seperti pesawat terbang, permesinan dan perkapalan.
19
konversi dari kuota ke proteksi dengan tarif, penurunan tarif proteksi secara
bertahap dan memperkenalkan skema pembebasan dan pengembalian pajak bagi
perusahaan-perusahaan eksportir yang mengekspor paling sedikit 85% dari jumlah
output-nya.
20
2. Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai,
3. Meningkatkan sumber daya yang digunakan industri,
4. Menumbuh-kembangkan Industri Kecil dan Menengah.
21
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan
sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan
manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai
tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya
lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah. Banyak pendapat
muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin
(leading sektor). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan
industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti
sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang
pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri.
Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya
lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya,
yang kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti
diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang
pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli).
Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.
22
pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam Muhammad,
1992) adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri
penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar
industri sangat erat, maka perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi
perkembangan industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin
tersebut.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian,
karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar
daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi
perkembangan daerah-daerah lainya.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif dengan
industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri
pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan
mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.
23
2.9 INDUSTRI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN
Setelah melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan peranan
yang diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama, industrialisasi bukanlah
suatu “obat yang paling mujarab” untuk mengobati keterbelakangan. Tidak ada satupun
faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau sektor, yang bisa menyelesaikan secara sendiri-
sendiri proses pembangunan. Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi sektor
industri mempunyai 2 pengaruh yang penting dalam setiap program pembangunan.
Pertama, produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk
meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri pengolahan memberikan
kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi Industri Subsitusi Impor (ISI) yang
efesien dan meningkatkan ekspor daripada industri primer.
24
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi merupakan bagian dari
25
industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang, akan tetapi juga dalam bentuk
jasa.
Di dalam teori ekonomi, ada dua macam pola strategi yang dapat digunakan dalam
melaksanakan suatu proses industrialisasi, yaitu strategi Substitusi Impor/Import
Subtitution (SI) yang sering disebut dengan istilah inward-looking strategy atau
”orientasi ke dalam” dan strategi Promosi Ekspor/export promotion (PE) yang sering
disebut dengan istilah outwardlooking strategy ”orientasi ke luar”. Strategi SI lebih
menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi pasar domestik, sedangkan
PE ke pasar internasional.
3.2 SARAN
Di era globalisasi seperti sekarang ini nampaknya jika suatu Negara mampu
menumbuh kembangkan sektor industrinya, maka dapat dipastikan Negara tersebut akan
tumbuh menjadi Negara yang maju. Khusus indonesia, Negara kita selama ini memang
cenderung untuk bergerak disektir pertanian. Penulis sangat mendukung adanya pasar
perdaganagn bebas cina, mudah-mudahan akibat dari adanya perdagangan bebas tersebut
26
indonesia mampu menunjukkan tajinya untuk kemudian mampu bersaing dengan
Negara-negara maju lainnya. Oleh karena itu, seharusnya kebijakan-kebijakan
perekonomian indonesia lebih menitikberatkan sektor indsutri tapi tanpa mengecualikan
sektor-sektor penting lainnnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pengertianpakar.com/2015/09/pengertian-industri-dan-jenis-jenis-industri.html
diakses tanggal 22 Maret 2018.
27
http://ilmuteknologyindustri.blogspot.com/2016/10/strategi-industrialisasi.html
diakses tanggal 22 Maret 2018.
http://pakguruhonorer.blogspot.co.id/2015/06/makalah-sektor-industri-di-indonesia.html
diakses tanggal 22 Maret 2018.
http://darealekonomi.blogspot.co.id/2015/03/kebijakan-pembangunan-industri.html diakses
tanggal 22 Maret 2018.
Tambunan, Tulus T.H, Dr. 2003. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
28