Lorita Gwee

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN FISKAL

PEREKONOMIAN INDONESIA (G1)

Dosen Pengampu :
Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si.
Oleh :
Lorita Gwee (1907531026)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
A. PENGANTAR
Sistem dan prestasi fiskal satu negara harus dipelajari dalam konteks
sejarahnya. Antara tahun 1951-1958 sistem fiskal Indonesia sangat tergantung pada
sumber penerimaan yang berasal dari perdagangan internasional Pemerintah Orde Baru
(pemerintahan Soeharto) telah menentukan beberapa kebijaksanaan di bidang anggaran
belanja dengan tujuan mempertahankan stabilitas proses pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Tindakan-tindakan ini pada dasarnya
adalah sbb.:
1. Anggaran belanja dipertahankan agar seimbang dalam arti bahwa pengeluaran total
tidak melebihi penerimaan total yang berasal dari sumber dalam negeri maupun
sumber dari luar negeri, termasuk bantuan luar negeri.
2. Tabungan pemerintah yang diartikan sebagai penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin diusahakan meningkat dari waktu ke waktu dengan tujuan agar
mampu menggeser secara berangsur-angsur bantuan luar negeri dan akhirnya
menghilangkan ketergantungan terhadapnya sebagai sumber pembiayaan
pembangunan.
3. Basis perpajakan diusahakan diperluas secara berangsur- angsur guna menghindari
pengalaman yang kurang menyenangkan di tahun 1959-60
4. Prioritas harus diberikan kepada pengeluaran-pengeluaran produktifpembangunan,
sedangkan pengeluaran-pengeluaran rutin dibatasi.
5. Kebijaksanaan anggaran diarahkan pada sasaran untuk mendorong pemanfaatan
secara maksimal sumber-sumber dalam negeri, termasuk tenaga kerja dalam negeri,
untuk mengembangkan produksi dalam negeri.

Sasaran kebijaksanaan seperti ini sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai oleh
pemerintah-pemerintah di negara-negara yang sedang berkembang lainnya yang ingin
mencapai stabilita pertumbuhan ekonomi melalui kebi anaan fiskal

B. PROSEDUR PENYUSUNAN APBN


Ada tiga macam anggaran pendapatan dan belanja yaitu untuk pemerintah
pusat, dikenal dengan istilah APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), untuk
pemerintahan provinsi, dikenal sebagai APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah) Provinsi, dan untuk pemerintahan kabupaten/kota, dikenal sebagai APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) kabupaten/kota. Masing-masing anggaran
mempunyai unit-unit di mana anggaran penerimaan diperoleh dan anggaran belanja
dikeluarkan. Unit kerja untukAPBN adalah semua departemen, seperti misalnya
departemen dalam negeri, departemen pendidikan nasional, departemen luar negeri,
departemen agama, departemen pertahanan, departemen tenaga kerja dan transmigrasi
dan sebagainya. Unit kerja untuk APBD Provinsi adalah kantor gubernur, dan dinas-
dinas seperti misalnya dinas pertanian, dinas pendidikan nasional, dinas agama, dinas
tenaga kerja dan transmigrasi, dinas kesehatan, dan dinas- dinas lainnya. Sedangkan
unit kerja untuk APBD Kabupaten/Kota adalah kantor bupati/wali kota, dan
kecamatan-kecamatan.
Prosedur penyusunan anggaran pendapatan dan belanja memakai sistem
bottom-up yang artinya dimulai dari unit kerja yang paling bawah, kemudian ke unit
kerja yang lebih tinggi. Semua unit kerja yang disebutkan di atas menyusun anggaran
pendapatan dan belanja tiap tahun.
Dengan menggunakan data yang diperoleh dari semua departemen dan asumsi
di atas maka pemerintah atau Bappenas dapat menyelesaikan penyusunan APBN tahun
tertentu. APBN yang telah disusun oleh pemerintah ini mungkin bersifat defisit (belanja
lebih besar dari pendapatan), atau seimbang (belanja sama dengan pendapatan), atau
surplus (pendapatan lebih besar dari belanja). Namun dalam sejarah APBN Indonesia
keadaan defisit lebih sering atau selalu dihadapi oleh APBN. Setelah pembahasan
APBN selesai di tingkat pemerintah, konsep APBN tersebut disampaikan ke DPR untuk
dibahas. Di sini, APBN dibahas berulang-ulang; masing- masing pos pendapatan dan
pos belanja dibahas dengan teliti oleh komisi di DPR. Setelah semuanya dianggap
memadai dan APBN yang diusulkan oleh pemerintah dapat diterima oleh DPR maka
APBN itu diundangkan menjadi Undang-Undang APBN untuk tahun tertentu.
Kemudian APBN itu diterapkan oleh pemerintah sesuai dengan undang-undang yang
telah ditetapkan.
Dengan telah ditentukan APBN maka sumber dana pemerintah daerah dari
APBN dapat diketahui dan oleh karenanya APBD Provinsi maupun APBD
Kabupaten/Kota dapat disusun untuk kemudian diserahkan kepada DPRD Provinsi dan
Kabupaten/Kota untuk mendapat pengesahan dan diundangkan menjadi Peraturan
Daerah, serta kemudian dilaksanakan oleh pemerintah daerah
C. STRUKTUR APBN
Struktur APBN atau komponen-komponen yang membentuk APBN adalah pendapatan
dan pengeluaran negara, yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
D. APBN PERUBAHAN DAN REALISASI
Dalam pelaksanaannya sepanjang Tahun Anggaran (1 Januari sampai 31 Desember)
sangat mungkin terjadi perubahan-perubahan di dalam perekonomian sehingga asumsi
yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kenyataan. Sebagai contoh pada Tahun
Anggaran 2007 telah terjadi kenaikan harga minyak mentah dunia, berturut- turut
seolah-olah tidak bisa distop. Akhirnya perlu diadakan penyesuaian APBN, karena
perubahan harga bahan bakar minyak di dalam negeri, perubahan jumlah subsidi bahan
bakar minyak dan sebagainya.
E. PEMBIAYAAN DEFISIT ANGGARAN
Pada seksi sebelumnya telah diungkapkan bahwa baik APBN maupun APBD
bisa surplus, seimbang, ataupun defisit. Dalam hal APBN yang surplus, di mana
pendapatan negara lebih besar dari belanja negara, satu keadaan yang jarang sekali
terjadi atau boleh dikatakan tidak pernah terjadi di Indonesia, rupanya tidak ada
masalah.
Pada masa pemerintahan Suharto APBN selalu disusun agar seimbang
(pendapatan negara sama dengan belanja negara). Anggaran yang demikian ini dikenal
dengan balance budget. Kalau APBN selama Orde Baru ditinjau tahun demi tahun,
sesungguhnya tidaklah selalu terjadi keseimbangan, melainkan pada satu tahun terjadi
deficit dan pada tahun lainnya terjadi surplus, namun pemerintah selalu mengatakan
bahwa kebijaksanaan anggaran adalah anggaran seimbang dalam jangka panjang (lebih
dari satu tahun).
Pada masa pemerintahan Sukarno (Orde Lama), pemerintah selalu mengalami
defisit dalam APBNnya. Hal ini oleh karena penerimaan dari pajak sangat kecil karena
perekonomian yang boleh dikatakan tidak berkembang (stagnan), sedangkan
pengeluaran pemerintah selalu mengalami peningkatan yang disebabkan oleh, antara
lain, pembiayaan untuk keamanan (perang) di dalam negeri maupun untuk melawan
penjajahan, neokolonialisme, dan neoliberalisme
F. POLA PENERIMAAN PEMERINTAH
Kebijaksanaan fiscal umumnya terdiri dari kebijaksanaan penerimaan dan pengeliuaran
negara/pemerintah. Penerimaan dalam negeri dibedakan menjadi:
1. Penerimaan dari perpajakan (baik pajak langsung maupun tidak langsung, baik di
dalam negeri maupun pajak dari perdagangan internasional), dan
2. Penerimaan bukan pajak (PNBP), semua penerimaan negara yang bukan pajak
seperti halnya uang sekolah (SPP), penerimaan dari penjualan bibit oleh
departemen yang membuat pembibitan untuk rakyat, aset milik pemerintah yang
dijual kepada rakyat seperti misalnya rumah dinas, mobil dinas dan sebagainya.

Selanjutnya penerimaan negara dari pajak dibedakan menjadi:

1. Pajak Dalam Negeri, yang terdiri dari komponen: Pajak Penghasilan (Pph) dari
Migas dan Nonmigas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah & Bangunan, Cukai, dan Pajak Lainnya,
dan
2. Pajak dari perdagangan internasional, pajak impor dan pungutan administrasi
ekspor.
G. POLA PENGELUARAN PEMERINTAH
Anggaran belanja negara/pemerintah terdiri dari anggaran untuk Pemerintah
Pusat dan anggaran untuk Pemerintah Daerah, di mana anggaran untuk Pemerintah
Pusat sekitar dua kali dari anggaran untuk Pemerintah Daerah. Anggaran belanja untuk
Pemerintah Pusat, juga keadaannya untuk Pemerintah Daerah, dibedakan menjadi
untuk pengeluaran rutin (administrasi pemerintahan) dan untuk pengeluaran
pembangunan. Anggaran belanja negara untuk pembiayaan Pemerintah Daerah terdiri
dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus (+ penyeimbang). Dan
Perimbangan terdiri dari dana Bagi hasil, dana Alokasi umum dan dana alokasi khusus.
Anggaran belanja negara untuk Pembiayaan Pemerintah Daerah diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pembiayaan ini dibicarakan dengan
rinci pada Pasal 10 sampai Pasal 42, yang pada prinsipnya menjelaskan bahwa dana
perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.
H. PENGARUH APBN TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR
Kita semuanya mengetahui bahwa kebijaksanaan moneter dalam arti luas
adalah kebijaksanaan moneter dalam arti sempit (uang dan lembaga keuangan) dan
kebijaksanaan APBN. Jadi, APBN itu adalah alat kebijakan moneter. Tentu saja
demikian halnya, karena setiap rupiah yang diambil dari masyarakat dan masuk ke kas
negara akan mempengaruhi jumlah uang beredar di masyarakat. Demikian juga halnya
dengan setiap rupiah yang keluar dari pemerintah, entah itu dipergunakan untuk
membayar gaji pegawai ataupun membayar subsidi atau untuk membiayai proyek
pembangunan akan meningkatkan jumlah uang beredar di masyarakat. Jadi semua
aktivitas pendapatan dan belanja negara akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar
di masyarakat. Kalau realisasi APBN bersifat surplus, penerimaan negara lebih besar
dari pengeluaran negara. Hal ini sering terjadi pada realisasi APBN Indonesia pada mas
Soeharto sampai sekarang dan di negara maju
I. KEBIJAKAN PERPAJAKAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH
Sebagaimana kita ketahuia bahwa anggara belanja pmerintah berbeda dengan
anggaran rumah tangga pribadi. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap
Penghasilan nasional. Pengeluaran pemerintah rutin dan pembangunan dibayarkan
kepada masyarakat (pegawai dan pelaksana pembangunan). Mereka menerima
tambahan pendapatan. Dari tambahan pendapatan tersebut mereka cenderung untuk
melakukan tambahan konsumsi dan tambahan tabungan.
Pengaruh Pajak terhadap Penghasilan nasional. Untuk membiayai
pengeluarannya, pemerintah menarik pajak dari rakyat. Pajak ini mempunyai sifat
mengurangi pendapatan dari mereka yang membayar pajak itu (orang 1). Tabungan
Pemerintah dan Pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi satu negara dapat
dibiayai oleh sumber-sumber dari dalam negeri dan dari luar negeri. Sumber
pembiayaan pembangunan ekonomi dari dalam negeri dapat berupa tabungan
perseorangan, tabungan perusahaan, dan tabungan pemerintah, sedangkan yang
bersumber dari luar negeri bisa berupa bantuan dan pinjaman luar negeri, penanaman
modal langsung dari luar negeri atau penanaman modal tidak langsung dari luar negeri.
Yang dimaksud dengan tabungan pemerintah adalah semua penerimaan dari dalam
negeri dikurangi dengan semua pengeluaran rutin. Namun untuk Indonesia masih
dikurangi lagi dengan anggaran belanja untuk daerah yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah Pusat tiap tahun (bersifat rutin).
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Bali : Udayana Press.

Anda mungkin juga menyukai