MAKALAH Pembangunan Industri

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Pembangunan Industri

Disusun oleh:

1. Eka Lestari (202130019)


2. Putri Fajar Oktaviani (202130027)
3. Wasis Andian ( 202130031)
4. Feriyanti (202130036)
5. Annisa Rizky Tiara Putri (202130038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah
kami terima. serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan dan
kemudahan bagi kami dalam penyusunan Makalah Pembangunan Industri..
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda kita Nabi
Agung Muhammad SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafa'atnya di hari akhir
nanti. Laporan makalah ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami
peroleh setelah mengikuti pembelajaran Ekonomi Pembangunan, juga dari sumber
informasi lain. Kami selaku penyusun hanya memiliki sebatas ilmu yang bisa
kami sajikan, sebagai tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan.

Kami menyadari bahwa pengetahuan dan pemahaman kami tentang


makalah ini menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran
yang lebih dalam tentang Mata kuliah Ekonomi Pembangunan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Terutama kepada dosen yang
telah membimbing dalam penyusunan makalah tentang Ekonomi Pembangunan

Wasalamu’alaikum wr.wb

Purworejo, 7 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3
A. Sejarah Sektor Industri di Indonesia .................................................................3
B. Permasalahan Industrialisasi di Indonesia ........................................................4
C. Kebijakan Industrialisasi ..................................................................................5
D. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan ..................................................8
BAB III KESIMPULAN ...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................10

iii
1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah industri secara ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan mengolah
bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan
pengolahan di sini dapat dilakukan secara manual, dengan mesin, maupun secara
elektronik. Istilah industri dapat pula diartikan sebagai himpunan perusahaan-
perusahaan sejenis, di mana kata industri dirangkai dengan kata yang
menerangkan jenis industrinya. Misalnya, Industri obat-obatan, industri garmen,
industri perkayuan, dan sebagainya. Kalau kita berbicara masalah industri atau
industrialisasi, berarti ada penyerapan teknologi sehingga meningkatkan nilai
tambah (value added). Dengan sentuhan teknologi berarti ada perbaikan cara
berproduksi, sehingga meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dengan adanya
peningkatan produktivitas dan efisiensi maka keuntungan meningkat, karena
rentabilitas meningkat berarti ada investasi baru dan penyerapan tenaga kerja.
Apabila hal ini berlangsung dengan baik maka GDP dan GNP meningkat, yang
berarti terjadi pertumbuhan ekonomi sesuai dengan yang diharapkan.
Negara Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang yang
perekonomiannya masih agraris, tentunya perlu ditransformasi menuju ke arah
industrialisasi, untuk mendukung sektor pertanian. Karena sektor industri diyakini
sebagai sektor yang mampu memimpin sektor-sektor lain menuju ke arah
perekonomian yang modern. Dengan demikian Indonesia diharapkan mampu
memodernisasi perekonomiannya, dan akan menjadi salah satu negara industri
baru di bidang agroindustri. Hal ini penting, karena banyak negara sedang
berkembang yang kurang menyadari bahwa memajukan sektor industri harus
seiring dengan sektor-sektor lainnya, dan utamanya sektor pertanian. Dengan
sektor pertanian yang maju sangat diperlukan sektor industri, baik sebagai
penyedia bahan baku industri, maupun sebagai pasar hasil produk industri.
Dengan demikian diharapkan kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dapat
mewujudkan mekanisme saling mendukung antara sektor industri dengan sektor-
sektor lainnya, terutama sektor pertanian.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Sektor Industri di Indonesia?
2. Apa permasalahan Industrialisasi di Indonesia?
3. Apa kebijakan Industrialisasi?
4. Bagaimana peranan Sektor Industri dalam Pembangunan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah sektor industri di Indonesia
2. Untuk mengetahui permasalahan industrialisasi di Indonesia
3. Untuk mengetahui kebijakan industrialisasi
4. Untuk mengetahui peranan sektor industri dalam pembangunan
3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Sektor Industri di Indonesia

Pada tahun 1920-an industri-industri modern di Indonesia hampir semua


dimiliki oleh orang asing, walaupun jumlahnya hanya sedikit. Industri kecil yang
ada pada masa itu berupa industri-industri rumah tangga seperti penggilingan padi,
pembuatan gula merah (tebu dan nira), rokok kretek, kerajinan tekstil, dan
sebagainya yang tidak terkoordinasi dengan baik. Perusahaan besar yang modern
hanya ada dua buah yaitu pabrik rokok milik British American Tobaco (BAT) dan
perakitan kendaraan bermotor General Motor Car Assembly. Depresi ekonomi
yang melanda Indonesia sekitar tahun 1930-an telah meruntuhkan perekonomian,
yang mengakibatkan menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 Golden menjadi
505 Gulden (1929) sehingga mengakibatkan pengangguran. Melihat situasi
tersebut pemerintah Hindia Belanda mengubah sistem dan pola kebijakan
ekonomi dari sektor perkebunan ke sektor industri, dengan memberikan
kemudahan-kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industri
baru. Menurut sensus industri pertama (1939), industri yang ada ketika itu
mempekerjakan 173 ribu orang yang bergerak di bidang pengolahan makanan,
tekstil dan barang-barang logam, semuanya milik asing. Meskipun sumber dan
struktur investasi tidak terkoordinasi dengan baik, tetapi investasi di Indonesia
pada tahun 1937 lebih kurang US $ 2.264 juta, di mana lebih dari setengahnya
dimiliki oleh sektor swasta. Dari jumlah tersebut Belanda memiliki andil 63%,
Inggris 14%, Cina 11 %, dan Amerika 7%.
Pada masa perang dunia II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun
setelah pendudukan Jepang keadaannya menjadi berbalik. Hal ini karena ada
larangan impor bahan mentah, dan diangkutnya barang-barang kapital ke Jepang
dan pemaksaan tenaga kerja (romusha) sehingga investasi asing praktis nihil.
Setelah Indonesia. merdeka mulai mengembangkan sektor industri dan
menawarkan investasi walaupun masih dalam taraf coba-coba. Pada tahun 1951.
pemerintah meluncurkan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian). Program
utamanya menumbuhkan dan mendorong industri-industri kecil pribumi, dan
4

memberlakukan pembatasan-pembatasan untuk industri besar atau modern yang


baik dimiliki oleh orang Eropa dan Cina.
Kebijakan ini menyebabkan investasi asing berkurang, namun telah
memacu tumbuh suburnya sektor bisnis kalangan pribumi, kendati relatif kecil.
Menyadari situasi demikian, pemerintah membuat kebijakan yang
menitikberatkan pengembangan industri-industri yang dijalankan dan dimiliki
oleh pemerintah. Sesudah tahun 1957 sektor. industri mengalami stagnasi, dan
perekonomian mengalami masa redup. Sepanjang tahun 1960-an sektor industri
praktis tidak berkembang. Selain karena masalah politik, juga karena kelangkaan
modal, tenaga kerja ahli, dan terampil. Pada masa itu kondisi perekonomian
benar-benar dalam keadaan sulit akibat inflasi yang parah dan berkepanjangan
menurunnya PDB, kecilnya sektor industri (kurang dari 10 %), dan tingginya
angka pengangguran. Sektor industri pada saat itu didominasi industri-industri
berat seperti Pabrik Baja Cilegon dan Pabrik Super-Fosfat di Cilacap.
Keadaan demikian diwariskan pemerintahan Orde Lama ke pemerintahan
Orde Baru yang kemudian mengubah pola kebijakan ekonomi yang demikian
komplek dengan menatanya kembali. Kebijakan tersebut, antara lain mengundang
investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan pemberlakuan
undang-undang dalam bidang Penanaman Modal (PMA tahun 1967 dan PMDN
tahun 1968) mampu membangkitkan gairah sektor industri. Mulai tahun 1978
sumbangan sektor industri dalam membentuk PDB kembali menembus angka
10%. Dan peranan sektor industri ini terus meningkat sepanjang PJP I hingga
terjadinya badai krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997 yang lalu. Pada tahun
1999 hampir semua jenis industri di Indonesia mengalami kemunduran bahkan
ada yang terpaksa harus ditutup karena pailit. Hal ini termasuk juga perusahaan-
perusahaan bidang perkebunan juga mengalami penurunan, kecuali perkebunan
kelapa sawit, teh, dan tembakau yang mengalami peningkatan. Luas tanaman dan
produksi karet pada tahun 1999 menurun sebesar 1,13% dan 8.03 %.

B. Permasalahan Industrialisasi di Indonesia


Dari segi industrialisasi Indonesia dapat dikatakan baru mulai merangkak.
Salah satu indikator dari tingkat industrialisasi adalah sumbangan sektor industri
5

dalam GDP (Groos Domestic Product) yang masih relatif kecil. Dari ukuran ini
sektor industri di Indonesia sangat ketinggalan dibandingkan dengan negara-
negara utama di Asia. Dua ukuran lain adalah besarnya nilai tambah yang
dihasilkan sektor industri dan nilai tambah perkapita. Dari segi ukuran mutlak
sektor industri di Indonesia masih sangat kecil, bahkan kalah dengan negara-
negara kecil seperti Singapura, Hongkong, dan Taiwan. Secara perkapita nilai
tambah sektor industri di Indonesia termasuk yang paling rendah di Asia.
Indikator lain tingkat industrialisasi adalah produksi listrik perkapita dan
persentase produksi listrik yang digunakan oleh sektor industri. Di Indonesia
produksi listrik per-kapita sangat rendah, dan dari tingkat yang rendah ini hanya
sebagian kecil yang digunakan oleh konsumen industri.
Keadaan sektor industri selama tahun 1950-an dan 1960-an pada
umumnya tidak menggembirakan karena iklim politik pada waktu itu yang tidak
menentu. Kebijakan perindustrian selama awal tahun 1960-an mencerminkan
filsafat proteksionisme dan etatisme yang ekstrim, yang mengakibatkan
kemacetan dalam berproduksi. Sehingga sektor industri praktis tidak berkembang
(stagnasi). Selain itu, terjadinya kemacetan produksi juga disebabkan karena
kelangkaan modal dan tenaga kerja ahli yang memadai. Perkembangan sektor
industri mengalami kemajuan yang cukup mengesankan pada masa PJP I, hal ini
dapat dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang dapat diserap, nilai
keluaran yang dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi pembentukan PDB,
serta tingkat pertumbuhannya yang cukup menakjubkan, sampai terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia pada tahun 1998.

C. Kebijakan Industrialisasi
Pemerintah Orde Baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam
kebijakan perindustrian. Keadaan semakin baik dengan berhasilnya kebijakan
stabilitas di tingkat makro dan dilaksanakannya kebijakan di berbagai bidang, ada
tiga aspek kebijakan ekonomi Orde Baru yang menumbuhkan iklim lebih baik
bagi pertumbuhan sektor industri. Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Dirombaknya sistem devisa. Sehingga transaksi luar negeri menjadi lebih
bebas dan lebih sederhana.
6

2. Dikuranginya fasilitas-fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi


perusahaan negara, dan kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan sektor swasta bersama-sama dengan sektor BUMN.
3. Diberlakukannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA).
Sebagai akibat kebijakan ini, Indonesia membuka kemungkinan
pertumbuhan industri dengan landasan yang luas. Sehingga pada tahun 1970
industri-industri utama sektor modern meningkat dengan pesat. Akibatnya sektor
industri dalam pembentukan GDP meningkat dari 9 % menjadi 12 % pada tahun
1977, yang dibarengi dengan menurunnya sektor pertanian dalam pembentukan
GDP.
Dalam pelaksanaannya yang melandasi suatu kebijakan industrialisasi
menurut Dumairy (1996) ada empat argumentasi basis teori, yaitu:
1. Keunggulan komparatif
Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komparatif
(comparative advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-jenis
industri yang memiliki keunggulan komparatif baginya.
2. Keterkaitan industrial
Negara-negara yang bertolak dari keterkaitan industrial (industrial linkage)
akan lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang industri yang
paling luas mengait pengembangan bidang-bidang kegiatan atau sektor-
sektor ekonomi lain.
3. Penciptaan kesempatan kerja
Negara-negara yang industrialisasinya dilandasi argumentasi penciptaan
lapangan kerja (employment creator) maka negara tersebut akan lebih
memprioritaskan pada pengembangan industri-industri yang paling banyak
menyerap tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukan bertumpu pada
industri-industri padat karya dan industri-industri kecil.
4. Loncatan teknologi
Negara-negara yang menganut argumentasi loncatan tekhnologi
(tekhnologi jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan
tekhnologi tinggi (hi-tech) akan memberikan nilai tambah yang sangat
7

besar, diiringi dengan kemajuan bagi teknologi pada berbagai sektor


industri dan sektor-sektor lainnya.
Namun demikian, masing-masing teori di atas, ada kelebihan dan ada
kekurangannya. Teori keunggulan komparatif memiliki kelebihan dalam hal
efesiensi alokasi sumber daya. Dalam. mengembangkan industri-industri yang
secara komparatif unggul. sumber daya ekonomi akan teralokasi ke penggunaan
yang paling menguntungkan. Sedangkan Kelemahannya terletak pada
pendekatannya yang menyadarkan pada sisi produksi. Produk yang memiliki
keunggulan komparatif boleh jadi barang yang kurang diminati konsumen,
sehingga meskipun efisien diproduksi, mungkin sulit dipasarkan. Pendekatan
produksi ini bersifat statis sehingga tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan-
perubahan atau dinamika konsumen.
Keunggulan teori keterkaitan industrial adalah karena kepeduliannya akan
kemungkinan-kemungkinan berkembangnya sektor lain, yaitu terletak pada
keterkaitannya ke depan (forward linkage) maupun keterkaitan kebelakang
(backward linkage). Sektor industrial diharapkan bisa berperan sebagai motor
penggerak perkembangan sektor lain. Sedangkan kelemahannya adalah kurang
memperhatikan pertimbangan efesiensi. Industri yang dikembangkan memiliki
kaitan luas, sehingga diprioritaskan, dan boleh jadi merupakan industri-industri
yang memerlukan modal besar atau menyerap banyak devisa, atau industri yang
tidak memiliki keunggulan komparatif.
Keunggulan teori penciptaan kesempatan kerja adalah karena titik
tolaknya yang sangat manusiawi, yaitu dengan menempatkan manusia sebagai
subyek (bukan objek) pembangunan. Teori ini sangat populis dan cocok bagi
negara-negara sedang berkembang yang memiliki jumlah penduduk dalam jumlah
besar. Namun demikian industri-industri yang dikembangkan berdasarkan
penciptaan kesempatan kerja, mungkin saja industri-industri yang tidak memiliki
kaitan luas dengan sektor-sektor lain, sehingga tidak dapat berperan sebagai
sektor yang memimpin (leading sector). Sedangkan keunggulan teori loncatan
teknologi adalah karena merupakan pandangan baru dalam jajaran teori
industrialisasi. Kekuatan teori ini terletak pada optimisme teknologi, bahwa
pengembangan industri berteknologi tinggi akan memacu kemajuan teknologi di
8

sektor-sektor lain. Kelemahannya teori ini bersifat "tidak perlu biaya", tidak
menghiraukan masalah ketersediaan modal, sehingga potensial boros devisa.
Selain itu, teori ini juga kurang peduli akan kesiapan kultural masyarakat dalam
menghadapi loncatan teknologi yang dikembangkan.

D. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan


Peran sektor industri dalam pembangunan adalah untuk memberikan nilai
tambah faktor-faktor produksi. Pada dasarnya peranan sektor industri dalam
pembangunan ini dikembangkan menjadi strategi industrialisasi yang meliputi
strategi industri (SISI) atau import substitution dan strategi industri promosi
ekspor (SIPE) atau export pomotion. SISI dikenal pula dengan istilah strategi
orientasi ke dalam (inward looking strategy), yaitu strategi industrialisasi yang
mengutamakan pengembangan berbagai jenis industri yang menghasilkan barang-
barang untuk menggantikan kebutuhan akan barang-barang impor produk-produk
sejenis. Sedangkan SIPE atau sering disebut dengan istilah strategi orientasi
keluar (outward looking strategy), yang strategi industrialisasi yang
mengutamakan pengembangan berbagai jenis industri yang menghasilkan produk
produk untuk di ekspor.
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia
setelah sektor pertanian. Sektor ini sebagai penyumbang dalam pembentukan PDB
Indonesia dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan sampai pada tahun
1999. Bahkan sejak tahun 1991 sektor industri ini mampu menjadi sektor utama
(leading sector) dengan mengalahkan peran sektor pertanian dalam menyumbang
pembentukan PDB. Sebagai gambaran pada tahun 1999 peran sektor industri
pengolahan mencapai lebih dari seperempat (25,8%) komponen dalam
pembentukan PDB. Sementara sektor pertanian hanya mampu menyumbang
sebesar 19,4 %. Untuk sektor pertanian angka ini pun lebih rendah dibandingkan
dengan sumbangan dari industri non migas (23,3%). Di Indonesia; industri di bagi
menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil, dan
industri rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya tenaga
kerja yang terlibat di dalamnya, tanpa memperhatikan teknologi industri yang
digunakan.
9

BAB III
KESIMPULAN

Industri secara ekonomi diartikan sebagai kegiatan mengolah bahan


mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan di
sini dapat dilakukan secara manual, dengan mesin, maupun secara elektronik.
Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang cukup mengesankan
pada masa PJP I, hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang
dapat diserap, nilai keluaran yang dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi
pembentukan PDB, serta tingkat pertumbuhannya yang cukup menakjubkan,
sampai terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998.
Pemerintah Orde Baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam
kebijakan perindustrian. Keadaan semakin baik dengan berhasilnya kebijakan
stabilitas di tingkat makro dan dilaksanakannya kebijakan di berbagai bidang
yaitu dirombaknya sistem devisa, dikuranginya fasilitas-fasilitas khusus yang
hanya disediakan bagi perusahaan negara, dan kebijaksanaan pemerintah untuk
mendorong pertumbuhan sektor swasta bersama-sama dengan sektor BUMN,
diberlakukannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA). Sebagai
akibat kebijakan ini, Indonesia membuka kemungkinan pertumbuhan industri
dengan landasan yang luas.
10

DAFTAR PUSTAKA

Subandi. (2019). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai