Kel. 1 Permintaan Dan Penawaran Agregat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas


pada Mata Kuliah Ekonomi Makro II Semester 3
yang Diampu oleh Bapak Johan Wahyu Wicaksono, MEI.

Disusun oleh :
1. Arifatun Nazila (08040121080)
2. Dinda Rahma Azizah B. (08040121085)
3. Rahma Tri Pamungkas (08040121096)

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok Makalah
yang berjudul Permintaan dan Penawaran Agregat. Merupakan salah satu syarat
kelulusan mata kuliah ekonomi makro II program studi ilmu ekonomi fakultas
ekonomi dan bisnis islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembuatan Makalah ini
ditempuh pada Semester 3 tanpa suatu hambatan yang berarti.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas Makalah,
yang berjudul Permintaan dan Penawaran Agregat ini, terutama kepada:

1. Bapak Johan Wahyu Wicaksono, MEI. yang penuh perhatian dan kesabaran dalam
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tugas Makalah, yang
berjudul Permintaan dan Penawaran Agregat.
2. Kepada semua pihak yang telah memberi dukungan serta nasihat dan saran-saran
untuk memperbaiki Makalah ini, saya ucapkan terima kasih.
3. Penulis menyadari dalam penyusunan tugas Makalah, yang berjudul Permintaan
dan Penawaran Agregat ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan terutama
materi yang disajikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah diperlukan guna terciptanya tujuan yang diharapkan. Semoga tugas
Makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Surabaya, 10 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 Konsep Permintaan dan Penawaran..................................................3
2.2 Bentuk Kurva Agregat Demand (AD)..............................................4
2.3 Bentuk Kurva Agregat Supply (AS).................................................5
2.4 Pergeseran Kurva AD-AS ................................................................7
2.5 Perubahan Keseimbangan AD-AS....................................................8
2.6 Analisis Aggregate Supply dan Aggregate Demand ........................9
BAB III PENUTUP ........................................................................................14
3.1 Kesimpulan........................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ekonomi makro terkait permintaan dan penawaran skalanya
lebih besar yang meliputi perekonomian di Indonesia yakni Permintaan
dan Penawaran Agregat. Permintaan Agregat dan penawaran agregat
begitu kompleks dan tidak sesederhana permintaan dan penawaran pasar.
Dimana kurva permintaan dan penawaran agregat bukan penjumlahan
sederhana dari seluruh kurva-kurva individual di dalam perekonomian.
Kurva permintaan agregat pada dasarnya melambangkan jumlah dari
seluruh barang dan jasa yang diminta dalam suatu perekonomian pada tiap
tingkat harga. Artinya, jika hal lain tetap sama, penurunan tingkat harga
keseluruhan dalam perekonomian cenderung meningkatkan jumlah barang
dan jasa yang diminta. Sedangkan kurva penawaran agregat menyatakan
jumlah keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi serta dijual pada
setiap tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian cenderung
menaikkan jumlah penawaran barang dan jasa dan penurunan tingkat
harga cenderung mengurangi jumlah penawaran barang dan jasa.
Hal-hal yang mempengaruhi pergeseran kurva baik permintaan
agregat maupun penawaran agregat akibat beberapa hal. Selain itu bentuk
keseimbangan dari AD-AS yang tentunya masuk dalam pembahasan yang
begitu kompleks mengenai permintaan dan penawaran agregat.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut mengenai “Permintaan dan Penawaran Agregat”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep permintaan dan penawaran agregat?
1.2.2 Bagaimana bentuk kurva aggregate demand (AD)?
1.2.3 Bagaimana bentuk kurva aggregate supply (AS)?
1.2.4 Apa saja sebab dan bentuk pergeseran kurva AD-AS?
1.2.5 Bagaimana perubahan keseimbangan AD-AS?

1
2

1.2.6 Bagaimana analisis dari penerapan Aggregate Demand dan


Aggregate Supply?

1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami konsep permintaan dan penawaran agregat.
1.3.2 Mengetahui bentuk kurva aggregat demand (AD).
1.3.3 Mengetahui bentuk kurva aggregat supply (AS).
1.3.4 Memahami sebab dan bentuk bentuk pergeseran kurva aggregate
demand dan aggregate supply (AD-AS).
1.3.5 Memahami perubahan keseimbangan aggregate demand dan
aggregate supply (AD-AS).
1.3.6 Mengetahui analisis lebih lanjut mengenai aggregate demand dan
aggregate supply (AD-AS).

1.4 Manfaat
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca mampu
memahami lebih lanjut mengenai konsep dari permintaan dan penawaran
agregat, bentuk kurva, pergeseran kurva, perubahan keseimbangan, serta
penerapan analisis langsung dalam menganalisis permintaan dan
penawaran agregat. Dalam hal ini penulis menyajikan dalambentuk
gambar kurva-kurva disertai dengan keterangannya yang dapat
mempermudah pembaca dalam memahami isi dan keterangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Permintaan dan Penawaran Agregat


A. Permintaan Agregat
Permintaan agregat (aggregate demand) ialah bentuk keseluruhan
permintaan akan barang dan jasa yang terjadi dalam suatu
perekonomian pada tingkat harga tertentu, baik dari dalam maupun
luar negeri. Permintaan terhadap barang dan jasa dapat
diklasifikasikan menjadi 4 jenis yakni konsumsi masyarakat,
pengeluaran investasi, pengeluaran/konsumsi pemerintah, dan ekspor
minus impor.1
Dalam memahami penaganalisisan permintaan agregat, dua
ekonom yaitu Keynes dan Pigou memiliki argument yang berbeda.
Menurut Keynes ia memberikan pengertian bahwa apabila ada
perubahan harga, maka jumlah yag beredar riil (Ms/P) akan berubah,
sehingga ada perubahan terhadap tingkat bunga (i). Tingkat bunga ini
kemudian berpengaruh terhadap investasi (I) yang akhirnya
berpengaruh terhadap pendapatan nasional.2
Sedangkan menurut pendapat Pigou, konsumsi msyarakat akan
berubah apabila terjadi perubahan harga dalam perrekonomian
masyarakat yang mana saldo kas rill (real cash balance) mengalami
perubahan juga. Prubahan konsusmsi iniakan memiliki pengruh juga
terhadap pendapatan nasional.3

B. Penawaran Agregat
Penawaran agregat (aggregate supply) merupakan penawaran
barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dalam
kegiatan perekonomian suatu negara. Persamaannya dinamakan juga
1
Gregory Mankiw, Pengantar Teori Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, (Jakarta: Salemba Empat,
2006), hal. 293.
2
John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money, (Palgrave
Macmillan:Britania Raya, 1936), hal.
3
Pigou, The Economic of Welfare, Edisi keempat, (London: Mac Millan & CO LTD, 1960), hal.

3
4

sebagai output total, keseluruhan penawaran barang dan jasa yang


diproduksi pada tingkat harga tertentu dalam sebuah kurun waktu
tertentu biasanya satu tahun.
Penawaran agregat adalah jumlah keseluruhan barang dan jasa
yang diproduksi pada setiap tingkat inflasi di sebuah negara. Terdapat
2 jenis penawaran agregat, yakni jangka pendek dan jangka panjang:
1. Jangka panjang (Short-run aggregate supply, SRAS): kurva akan
berbentuk vertikal ke atas, tidak dipengaruhi oleh tingkat inflasi,
yang mana penentunya ialah faktor produksi itu sendiri yakni SDA,
SDM, kewirausahaan dan modal. Kurva jangka panjang akan
bergeser apabila faktor-faktor tersebut terpenuhi yaitu tenaga kerja,
modal, kemajuan teknologi, investasi.
2. Jangka pendek (Long-run aggregate supplay, LRAS): jika inflasi
naik maka kuantitas supply akan meningkat dan kurva terbentuk
dari kiri bawah ke kanan atas.
Penawaran agregat di dalam suatu perekonomian di pengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Angkatan kerja (size of the labor force)
2. Besarnya stok kapital (size of capital stock)
3. Kemajuan teknologi
4. Tingkatan pengangguran alamiah
5. Harga faktor-faktor produksi

2.2 Bentuk Kurva Permintaan Agregat (Agregat Demand)

Gambar 1. KURVA PERMINTAAN AGREGAT


Sumber: https://www.situsekonomi.com/2019/03/kurva-permintaan-agregat.html (2022)
5

Kurva permintaan agregat menggambarkan kuantitas dari seluruh


barang dan jasa yang diminta dalam suatu perekonomian pada tiap
tingkatan harga. Seperti yang digambarkan pada figur di atas, yaitu kurva
agregat miring ke bawah. Hal ini mengimplikasikan bahwa jika hal lain
tetap sama, penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian
(misalkan dari P1 ke P2) cenderung meningkatkan jumlah barang dan jasa
yang diminta (dari Y1 ke Y2).
Kurva permintaan agregat miring ke bawah hal ini disebabkan
karena beberapa hal. Bila dihubungkan kembali dengan PDB (Y)
merupakan jumlah dari konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah
(G) dan ekspor neto (NX).

Y= C + I + G + NX

Masing-masing dari elemen itu memiliki kontribusi tersendiri bagi


permintaan agregat atas barang dan jasa. Dalam memahami mengapa kurva
permintaan agregat miring ke bawah, maka perlu dikaji satu persatu bagaimana
tingkat harga dapat memengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta untuk
konsumsi, investasi dan ekspor neto.
1. Tingkat harga dan konsumsi: Efek kekayaan
Dimisalkan yang mana nilai nominal uang yang ada di dalam
dompet dan rekening bank Anda adalah tetap. Sejatinya, nilai riil
yang Anda miliki tersebut tidaklah tetap. Andai kata harga-harga
mengalami penurunan maka nilai uang tersebut menjadi lebih
bernilai karena dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa
dengan jumlah yang lebih banyak. Penurunan tingkat harga ini
membuat konsumen sering untuk membelanjakan uangnya.
Peningkatan pengeluaran konsumen berarti juga peningkatan
jumlah barang dan jasa yang diminta.
2. Tingkat harga dan investasi: Efek suku bunga
Semakin rendahnya tingkat harga, maka semakin sedikit jumlah
uang yang perlu dipegang oleh rumah tangga. Saat tingkat harga
menurun bentuk kebutuhan uang pun berkurang. Dengan
demikian, rumah tangga akan berupaya untuk memanfaatkan
6

kelebihan uang yang mereka miliki dengan cara menabungnya di


bank atau menginvestasikannya. Misal, rumah tangga tersebut
juga dapat mendepositokan kelebihan uangnya dalam tabungan
yang menghasilkan bunga dan bank akan menggunakan dana
tersebut untuk memberi lebih banyak pinjaman. Mankiw
menjelaskan "Tingkat harga yang lebih rendah akan menurunkan
tingkat suku bunga. Kemudian, keinginan untuk membelanjakan
barang-barang kebutuhan investasi menjadi terdorong. Secara
tidak langsung, hal ini dapat meningkatkan jumlah barang dan
jasa yang diminta."4
3. Tingkat harga dan ekspor neto: Efek nilai tukar
Perubahan nilai tukar riil terhadap harga relatif barang-barang
dalam dan luar negeri dapat meningkatkan ekspor barang dan jasa
serta menurunkan impor barang dan jasa. Ekspor neto (ekspor
dikurangi impor) juga meningkat. Dengan demikan, jatuhnya
tingkat harga di Indonesia menyebabkan jatuhnya suku bunga di
negara tersebut, terdepresiasinya nilai tukar riil yang kemudian
mendorong ekspor neto Indonesia dan meningkatkan jumlah
permintaan barang dan jasa.

Beberapa hal yang harus menjadi perhatian tentang kurva


permintaan agregat:
1. Kurva permintaan agregat bukan kurva permintaan pasar juga
bukan penjumlahan antara kurva permintaan dalam
perekonomian. Kurva permintaan agregat merupakan konsep
yang kompleks dibandingkan kurva permintaan pasar karena
cakupannya perekonomian negara.
2. Tidak dapat menggunakan asumsi cateris paribus untuk
menggambarkan kurva permintaan agregat karena saat
keseluruhan harga mengalami kenaikan maka harga lain ikut naik

4
Gregory Mankiw, Pengantar Teori Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, (Jakarta: Salemba Empat,
2006), hal. 294.
7

juga secara bersamaan termasuk harga input tenaga kerja naik


pula.
3. Permintaan agregat akan turun jika tingkat harga naik karena pada
harga yang lebih tinggi menyebabkan permintaan uang naik, hal
itu menyebabkan tingkat bunga meningkat.
4. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi menyebabkan investasi
turun dan pengeluaran agregat juga turun, sehingga output agregat
menjadi turun.
5. Pada semua titik sepanjang kurva agregat permintaan mempunyai
arti bahwa pasar barang dan pasar uang dalam posisi
keseimbangan.

2.3 Bentuk Kurva Penawaran Agregat (Agregat Supply)


Kurva penawaran agregat menggambarkan kuantitas PDB riil yang
dipasok oleh perekonomian pada tingkat harga yang berbeda. Kurva
penawaran agregat terkait dengan batas kemungkinan produksi. Keduanya
menunjukkan kapasitas produktif suatu perekonomian. Penalaran yang
digunakan untuk membuat kurva penawaran agregat berbeda dari
penalaran yang digunakan untuk membuat kurva penawaran
untuk barang dan jasa individual.
Kurva penawaran untuk barang individu dibuat dengan asumsi
bahwa harga input tetap konstan. Ketika harga barang X naik, biaya per
unit penjual untuk menyediakan barang X tidak berubah, dan karena itu
penjual bersedia untuk memasok lebih banyak barang X. Oleh karena itu,
kurva penawaran untuk barang X memiliki kemiringan ke atas. Namun,
kurva penawaran agregat didefinisikan dalam istilah tingkat harga.
Kenaikan tingkat harga akan meningkatkan harga yang dapat diperoleh
produsen untuk produk mereka dan dengan demikian mendorong lebih
banyak output.
8

A. Penawaran agregat jangka pendek

Gambar 2. KURVA PENAWARAN AGREGAT JANGKA PENDEK


Sumber: http://halobelajar.blogspot.com/2020/06/tiga-teori-mengapa-kurva-
penawaran.html (2022)

Pada kurva penawaran agregat jangka pendek, kurva penawaran


agregat miring ke atas, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Dapat
diartikan, dalam periode satu atau dua tahun, naiknya tingkat harga
keseluruhan dalam perekonomian cenderung menaikkan jumlah
penawaran barang dan jasa, dan penurunan tingkat harga cenderung
mengurangi jumlah penawaran barang dan jasa (Turunnya tingkat harga
dari P1 ke P2 mengurangi jumlah hasil produksi yang ditawarkan
dari Y1 ke Y2).
Hubungan positif antara tingkat harga dan output ini memiliki tiga
landasan teori.

1. Teori kekakuan upah


Menurut teori ini, kurva penawaran agregat jangka pendek miring
ke atas hal ini disebabkan karena kaku nya perubahan upah nominal.
Hingga batas tertentu, lambatnya perubahan upah nominal itu terkait
dengan kontrak jangka panjang (antara pekerja dengan perusahaan)
yang mengatur upah nominal. karena upah tidak dapat menyesuaikan
diri dengan cepat terhadap tingkat harga, maka penurunan tingkat harga
9

membuat jumlah pekerjaan dan produksi menurun, sehingga


perusahaan mengurangi jumlah penawaran barang dan jasa.

2. Teori kekakuan harga


Teori kekakuan harga menekankan bahwa harga berbagai barang
dan jasa juga lambat menyesuaikan dirinya untuk menanggapi
perubahan kondisi ekonomi. Penyesuaian harga yang lambat tersebut
sebagian terjadi karena adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan
untuk menyesuaikan harga, yang disebut biaya menu. Biaya menu
meliputi biaya pencetakan dan distribusi katalog serta waktu yang
dibutuhkan untuk mengganti label harga. Oleh karena itu, harga-harga,
seperti upah, bersifat kaku dalam jangka pendek.
Karena tidak semua harga disesuaikan dengan cepat terhadap
situasi perekonomian yang berubah cepat, penurunan tingkat harga
yang tidak terduga meninggalkan beberapa perusahaan yang
mengenakan harga yang lebih tinggi dari yang diharapkan, dan harga
yang terlalu tinggi ini akan menurunkan penjualan dan mendorong
perusahaan tersebut mengurangi jumlah barang dan jasa yang
ditawarkannya.

3. Teori kesalahan persepsi


Teori ini menyatakan bahwa perubahan-perubahan pada tingkat
harga keseluruhan terkadang dapat menyesatkan produsen perihal apa
yang terjadi dalam masing-masing pasar tempat mereka menjual
produk-produknya. Akibat kesalahan persepsi jangka pendek tersebut,
produsen menanggapi perubahan-perubahan dalam tingkat harga, dan
hal ini dapat menyebabkan kurva penawaran agregat miring ke atas.
Guna memahami cara kerjanya, bayangkan tingkat harga
keseluruhan tiba-tiba turun di bawah tingkat yang diharapkan. Ketika
para produsen mengetahui bahwa harga-harga produk mereka menurun,
mereka mungkin mengira bahwa harga-harga relatif produk mereka
juga turun. penurunan tingkat harga menyebabkan kesalahan persepsi
perihal harga relatif, dan kesalahan persepsi ini memengaruhi produsen
10

untuk menanggapi penurunan tingkat harga dengan menurunkan jumlah


penawaran barang dan jasa mereka.

B. Penawaran agregat jangka panjang

Gambar 3. KURVA PENAWARAN AGREGAT JANGKA PANJANG


Sumber: https://www.pahamekonomi.com/wp/2021/07/30/penawaran-agregat/ (2022)

Dalam jangka panjang, kurva penawaran berbentuk vertikal searah


dengan tingkat harga keseluruhan. Garis vertikal ini melambangkan batas
output alamiah perekonomian suatu negara dalam memperkerjakan tenaga
kerja dan barang atau jasa yang diproduksi dalam suatu negara. Garis ini
biasa juga disebut dengan output potensial atau GDP potensial.
Jumlah output yang dapat diihasilkan dalam perekonomian
dalam jangka panjang ditentukan oleh jumlah modal dalam
perekonomian, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan dalam tingkat
pengerjaan penuh (full employment). Beberapa pengangguran tidak
dapat dibantu karena pengangguran bersifat friksional ataupun
struktural. Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of
employment) adalah dimana perekonomian bergerak menuju jangka
panjang. Tingkat output agregat yang dihasilkan pada tingkat
11

pengangguran alamiah disebut tingkat output natural (natural rate of


output), tingkat dimana perekonomian berada pada jangka panjang
untuk setiap tingkat harga. Dengan demikian kurva penawaran jangka
panjang (long-run aggregate supply-LRAS) adalah vertical pada tingkat
output alamiah.

2.4 Pergeseran kurva AD-AS


A. Pergeseran kurva permintaan agregat (AD)

Gambar 4. PERGESERAN KURVA PERMINTAAN AGREGAT


Sumber: https://www.pahamekonomi.com (2022)

Satu kenaikan jumlah uang yang beredar pada tingkat harga tertentu
akan menggeser permintaan agregat ke kanan, ini berarti terjadi
penambahan permintaan agregat. Pada gambar 9.4 suatu pergeseran
pengeluaran pemerintah atau penurunan penerimaan pajak menggeser
kurva permintaan agregat kekanan.
12

Gambar 5. PERGESERAN KURVA PERMINTAAN AGREGAT


Sumber: https://www.pengantarilmuekonomimikrodanmakro.com (2022)

B. Pergeseran kurva penawaran agregat (AS)


Penawaran Agregat (Aggregate Supply) AS merupakan
hubungan antar tingkatan harga dan jumlah barang jasa yang
ditawarkan. Karena ada perusahaan yang menawarkan barang dan
jasa dengan harga yang fleksibel dalam jangka panjang, tetapi
harga yang kaku dalam jangka pendek. Berbagai kondisi
penawaran agregat; kurva penawaran agregat jangka panjang
(long-run aggregate supply) LRAS dan kurva penawaran agregat
jangka pendek (short-run aggregate supply) SRAS. Dua faktor
yang menentukan penawaran agregat adalah:
1. Keseimbangan pasar tenaga kerja menentukan jumlah tenaga
kerja yang digunakan dalam produksi barang dan jasa.
2. Kemampuan tenaga kerja ini untuk menciptakan output
nasional tergantung pada fungsi produksi, yang menjelaskan
hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan faktor produksi
lainnya untuk mencapai output nasional.
Kurva penawaran agregat jangka-panjang adalah vertikal
pada tingkat output alamiah. Tingkat produksi ini juga disebut
sebagai output potensial atau output dengan full-employment.
Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang Dapat Bergeser
dikarenakan Setiap perubahan dalam perekonomian yang
mengubah tingkat output alamiah menggeser kurva penawaran
agregat jangka-panjang. Pergeseran tersebut dapat dikategorikan
sesuai dengan berbagai faktor dalam model klasik yang
mempengaruhi output. Pergeseran itu disebabkan oleh beberapa
faktor seperti :
1. Tenaga kerja
13

2. Modal
3. Sumber daya alam
4. Pengetahuan teknologi
AS0AS1

Tingkat harga

Y0* Y1* Output


Gambar 6. KURVA PENAWARAN AGREGAT JANGKA PANJANG
Sumber: https://www.pengantarilmuekonomimikrodanmakro.com (2022)

Menurut model klasik, permintaan agregat adalah sama


dengan output potensial pada setiap tingkat harga. Kenaikan
output potensial, dari Y0* ke Y1* menggeser kurva penawaran
agregat dari AS0 ke AS1. Untuk setiap tingkat output potensial,
tingkat harga yang rendah tidak akan menurunkan output riil yang
diharapkan.

AS’
untuk P’

A’
Tingkat Harga, P

AS
(untuk tingkat harga
A yang diharapkan Pe)

Gambar 7. PERGESERAN KURVA PENAWARAN AGREGAT JANGKA


PENDEK
Sumber: https://www.pengantarilmuekonomimikrodanmakro.com (2022)
14

kurva penawaran agregat jangka pendek memiliki tiga


karakteristik, yaitu: berbentuk miring ke kanan atas, yang
menunjukkan bahwa kenaikan output, Y, menyebabkan naiknya
tingkat harga, P, melalui titik A, dimana Y = Yn dan P = Pe, serta
kenaikan tingkat harga yang diharapkan P’e menggeser kurva
penawaran agregat keatas.
Kurva penawaran agregat jangka pendek tingkat harga
bersifat kaku dan penawaran agregat miring ke kanan atas, dan
pergeseran permintaan akan menyebabkan fluktuasi pada output.
Faktor-faktor yang membuat penawaran agregat jangka pendek
menjadi bergeser yaitu :
1. Tenaga kerja
2. Modal
3. Sumber daya alam
4. Teknologi
5. Tingkat harga yang diharapkan: Kenaikan tingkat harga
yang diharapkan mengurangi jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan dan menggeser kurva penawaran agregat
jangka pendek ke kiri. Penurunan tingkat harga yang
diharapkan meningkatkan jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan dan menggeser kurva penawaran agregat
jangka pendek ke kanan.

2.5 Keseimbangan Kurva AD-AS


Pengertian tingkat keseimbangan harga adalah titik di mana
permintaan agregat dan penawaran agregat saling berpotongan.
Keseimbangan harga dapat dilihat pada kurva.
15

P0 dan Y0 berhubungan dengan keseimbangan pasar barang dan


Gambar 7. KESEIMBANGAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT
pasar uang,
Sumber: berkaitan dengan keputusan tentang harga dan output
https://www.pengantarilmuekonomimikrodanmakro.com (2022) yang
dilakukan seluruh perusahaan dalam perekonomian.

2.6 Analisis Aggregate Demand dan Aggregate Suppy

Data Tingkat Inflasi Dan Pengangguran

Tahun Inflasi(%) TPT(%)


2009 2,78 8,01
2010 6,96 7,27
2011 3,79 7,22
2012 4,3 6,25
2013 8,36 6,02
2014 8,36 5,82
2015 3,35 5,99
2016 3,02 5,56
2017 3,61 5,41
2018 3,13 5,24

Untuk mempermudahnya ada pembagian tiga kelompok bagian yaitu


E0 berupa data tingkat inflasi dan pengangguran pada tahun 2009 hingga
2012, E1 berupa data tingkat inflasi dan pengangguran pada tahun 2013
hingga 2014, serta E2 berupa data tingkat iflasi dan pengangguran pada
tahun 2015 hingga 2018. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekacauan
dalam memasukan data ke dalam model analisis kurva aggragate demand
dan aggregate supply.
E0 = ((2,78;6,96;3,79;4,3),(8,01;7,27;7,22;6,25))
E1 = ((8,36;8,36),(6,02;5,82))
16

E2 = ((3,35;3,02;3,61;3,13),(5,99;5,56;5,41;5,24))
Kemudian dilakukan penyederhanaan data untuk memperoleh satu
nilai data inflasi dan pengangguran pada setiap kelompok data. Dengan
merata-ratakan nilai untuk setiap kelompok data dan dilakukan
penyederhanaan nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai yang lebih
sederhana.
E0 = (4,7)
E1 = (8,6)
E2 = (3,6)
Diasumsikan bahwa kurva long run aggregate supply (LRAS)
membentuk garis lurus vertical dengan nilai dari kurva LRAS adalah 6
persen, nilai ini diperoleh dari nilai rata-rata keseluruhan tingkat
pengangguran dari tahun 2009 hingga 2018.

Kurva AD-AS (2009-2018)

Berdasarkan Grafik menunjukkan keseimbangan pertama terjadi


pada tingkat inflasi sebesar 4 persen dan pengangguran terjadi sebesar 7
persen dengan perpotongan kurva AD1 dan AS1 fase ini disebut fase
kontraktif dari tahun 2009-2012 dimana terjadi penurunan tingkat inflasi
setelah masa krisis tahun 2008. Fase kedua dari tahun 2013-2014 terjadi
fase ekspansif dimana terjadi peningkatan tingkat inflasi menjadi 8 persen
17

dan pengangguran mengalami penurunan menjadi 6 persen sehingga


menggeserkan kurva AS1 ke AS2 terjadi keseimbangan baru di titik E2
dengan mempertemukan kurva AD1 ke AS2. Kenaikan inflasi ini terjadi
karena kenaikan harga BBM.

Adapun Faktor-faktor yang menyebabkan kurva AS bergeser ke kiri


yaitu Expected inflation dan Price Shock. Fase ketiga dari tahun 2015-
2018 terjadi fase kontraktif dimana tingkat inflasi mengalami penurunan
dari 8 persen menjadi 3 persen dan tingkat pengangguran tetap sebesar 6
persen sehingga menggeserkan kurva AS2 ke AS1 dan kurva AD1 ke AD2
secara bersamaan. Keseimbangan baru terjadi pada titik E3 di mana terjadi
perpotongan kurva AD2 dan AS1. Kurva AD menurun ke bawah yang
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Tingkat Harga, Pengeluaran Rumah
Tangga, Suku Bunga, Investasi, Ekspor, dan Impor.
Kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral
ekspansif berupa kebijakan moneter kontraktif yaitu Kebijakan Operasi
Pasar Terbuka, Kebijakan Diskonto, Kebijakan Cadangan Kas, Kebijakan
Kredit Ketat, dan Kebijakan Dorongan Moral. Kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia jika terjadi fase kontraktif yaitu berupa
kebijakan moneter ekspansif. suatu kebijakan dalam rangka menambah
jumlah uang beredar dengan cara menurunkan tingkat suku bunga
sehingga banyak masyarakat melakukan investasi dan konsumsi.
Kebijakan ini dilaksanakan pada saat terjadi deflasi, kebijakan ini disebut
juga dengan kebijakan moneter longgar (easy monetary policy).
18

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Permintaan agregat (aggregate demand) ialah bentuk keseluruhan
permintaan akan barang dan jasa yang terjadi dalam suatu
perekonomian pada tingkat harga tertentu, baik dari dalam maupun
luar negeri.
2. Penawaran agregat (aggregate supply) merupakan penawaran barang
atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dalam kegiatan
perekonomian suatu negara. Persamaannya dinamakan juga sebagai
output total.
3. Kurva permintaan agregat menggambarkan kuantitas dari seluruh
barang dan jasa yang diminta dalam suatu perekonomian pada tiap
tingkatan harga. Kurva agregat miring ke bawah.
4. Kurva penawaran agregat menggambarkan kuantitas PDB riil yang
dipasok oleh perekonomian pada tingkat harga yang berbeda. Kurva
penawaran agregat terkait dengan batas kemungkinan produksi.
Keduanya menunjukkan kapasitas produktif suatu perekonomian.
Kurva penawaran ini dibagi menjadi 2 kurva penawaran agregat
jangka pendek dan jangka panjang.
5. Pengertian tingkat keseimbangan harga adalah titik di mana
permintaan agregat dan penawaran agregat saling berpotongan.
Keseimbangan harga dapat dilihat pada kurva.

3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca pembahasan
dari lembar Makalah ini. Pembahasan pada Makalah ini mungkin akan
membantu pembaca untuk lebih memahami tentang materi “Permintaan
19

dan Penawaran Agregat” lebih dalam. Dari beberapa penjelasan dan isi
Makalah ini yang membahas tentang konsep dari permintaan dan
penawaran agregat, bentuk kurva, pergeseran kurva, perubahan
keseimbangan, serta penerapan analisis langsung dalam menganalisis
permintaan dan penawaran agregat. Dalam melakukan penulisan ini
penulis tidak terlepas dari rangkaian kalimat dan ejaan penulisan yang
kurang benar. Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh pembaca dan pada khususnya
Bapak/Ibu dosen mata kuliah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kepada para pembaca atau siswa serta Bapak/Ibu dosen untuk memberi
kritik dan saran yang bersifat konstruktif dalam terselesainya makalah
selanjutnya. Kesalahan yang terdapat pada lembar Makalah ini harap
dimaklumi, karena keadaan penulis yang masih dalam tahap belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Edisi Ketiga.


Jakarta: Salemba Empat.
Keynes, John Maynard. 1936. The General Theory of Employment, Interest and
Money. Palgrave Macmillan. Britania Raya.
Pigou, A.C M.A.1960. The Economic of Welfare. Edisi Keempat. London: Mac
Millan & CO LTD.
Purba, M. L. (2019, October). Permintaan Agregat Dalam Perekonomian
Indonesia (Kajian Model Mundell-Fleming). In PROSIDING SEMINAR
NASIONAL (Vol. 1, No. 1).
Ari Tjahjawandita, S. E. Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup:
Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang.
Sugiatni, E. 2022. Analisis Permintaan dan Penawaran.
Nur, F. 2022. Analisis Permintaan dan Penawaran Agregat.
STIE hidayatullah. (2021, Juli 30). stiehidayatullah.ac.id.
http://p2k.stiehidayatullah.ac.id/id4/3069-2943/Stagnasi_Ekonomi_26146_iki
pwidyadarma_p2k-stiehidayatullah.html
Karl E. Case, R. C. 2021. Prinsip-Prinsip Ekonomi (JILID 2) versi
terjemahan. 2007: Penerbit Erlangga
http://himasta.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2022/02/Permintaan-dan-
Penawaran-Agregat.pdf .
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-penawaran-agregat-aggregate-
supply/150759/2
https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/kurva-is-lm-permintaan-agregat-dan-
penawaran-agregat-e6401f42/detail/.

20

Anda mungkin juga menyukai