LP Dan Askep Asma Bronkial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA BRONKIALIS

Mata Kuliah : KMB

Dosen Pengampuh : JOHAN BERWULO, S.Kep,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 2

ADE RIDO FAUZI TUHUTERU MARIA BERNADETA UKAGO

AMARGANING F. E. C. WENDA PEREI KOGOYA

APRISON WOGEE PUTRI DEA AZARA

ASTRID CLAUDIA A. NICOLAS URSULA KIRIREM

ELWIN SAMMA MANDASO VIVI NURFITRIANI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TIMIKA

KABUPATEN MIMIKA

TAHUN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
KMB dengan judul: “Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan asma bronkialis ”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Timika, 3 September 2022

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Cover...........................................................................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................1
C. Rumusan masalah...............................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi asma bronkial........................................................................................3


2. Anatomi fisiologi................................................................................................3-5
3. Etiologi asma bronkial........................................................................................5-7
4. Tanda dan gejala asma bronkial..........................................................................7
5. Klasifikasi asma bronkial....................................................................................7-8
6. Penanganan medis dan keperawatan asma bronkial...........................................8-9
7. Pathway penyakit asma bronkial.........................................................................10
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian...........................................................................................................11
2. Diagnosa..............................................................................................................11-12
3. Intervensi.............................................................................................................12-13
4. Implementasi.......................................................................................................13
5. Evaluasi...............................................................................................................13-14

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan.........................................................................................................15
2. Saran....................................................................................................................15

Daftar pustaka.................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang


melibatkan banyak sel dan elemen selularnya. Sampai saat ini kematian disebabkan
oleh serangan asma seperti sesak napas, mengi, dan lain-lain. Menurut World Health
Organization (WHO), tahun 2008 tercatat sebanyak 300 juta orang menderita asma
dan 225 ribu penderita meninggal karena asma diseluruh dunia. Prevalensi asma di
seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada dewasa. Pada tahun
2007, Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) mencatat prevalensi asma belum diketahui
secara pasti, namun diperkirakan 5-7% penduduk Indonesia menderita asma.

Karena tingkat kejadiannya yang tinggi menyebabkan banyak


penelitian mengarahkan penelitiannya pada faktor risiko timbulnya asma. Faktor
genetik dan lingkungan telah diketahui berpengaruh terhadap timbulnya gejala dan
sebagai faktor risiko asma. Terdapat berbagai faktor lain yang mempengaruhi
prevalensi penyakit ini diantaranya usia, jenis kelamin, ras, sosio – ekonomi, dan
faktor lingkungan. Faktor - faktor tersebut mempengaruhi angka terjadinya serangan
asma, derajat asma dan juga kematian yang disebabkan penyakit
asma.

B. Tujuan
Laporan pendahuluan bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami
konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan sebelum benar-benar terjun
menangani penyakit dan melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
penyakit tersebut.

1
C. Rumusan masalah
1. Mengetahui mengenai laporan pendahuluan tentang penyakit asma bronkial
2. Mengetahui mengenai asuhan keperawatan tentang penyakit asma bronkial

D. Manfaat
1. Untuk mengetahui mengenai laporan pendahuluan tentang penyakit asma bronkial
2. Untuk mengetahui mengenai asuhan keperawatan tentang penyakit asma bronkial

2
BAB II

TEORI

A. DEFINISI ASMA BRONKIAL


Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible
dim ana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stim uli tertentu. Asm a
bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri m eningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan m anifestasi adanya penyem pitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan m aupun hasil dari
pengobatan ( The Am erican Thoracic Society ).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan (Anne Waugh dan Allison Grant,
2011)

Menurut Andarmoyo (2012) Anatomi Fisiologi Pernafasan dibagi atas beberapa


bagian, antara lain :
1. Hidung/Naso/Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang disebut
kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut septum nasi.

3
Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk menyaring udara,
debu dan kotoran yang masuk didalam lubang hidung. Fungsi hidung, terdiri dari:
a. Sebagai saluran pernafasan
b. Sebagai penyaring udara yang dialakukan oleh bulu-bulu hidung
c. Menghangatkan udara pernafasan melalui mukosa
d. Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput lendir
mukosa hidung

2. Tekak/Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah dalam ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain; ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga mulut,
ke bawah depan berhubungan dengan laring, dan ke bawah belakang berhubungan
dengan esophagus. Rongga tekak dibagi dalam tiga bagian :
a. Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut dengan
orofaring
c. Bagian bawah sekali dinamakan laringofarin mengelilingi mulut, esofagus, dan
laring yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya

3. Pangkal Tenggorokan (Faring)


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara. Laring
(kontak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada tenggorokan ini ada
epiglotis yaitu katup kartilago tiroid. Saat menelanm epiglotis secara otomatis
menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan.

4. Batang Tenggorokan (Trakea) Trakea (pipa udara)


adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak
di atas permukaan anterior esofagus yang memisahkan trakhea menjadi bronkhus
kiri dan kanan.

4
Trakea dilapisi epitelium fespiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang
mengandung banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk mengelurkan
benda-benda asing yang masuk bersam-sama dengan udara saat bernafas.

5. Cabang Tenggorokan (Bronkhus)


Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua bagian bronkhus kana dan
kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus
dibandingkan bronkus

primer sehingga memungkinkan objek asing yang masuk ke dalam trakea akan
ditempatkan dalam bronkus kanan. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping, bronkus bercabang lagi menjadi bagianbagian yang lebih kecil lagi yang
disebut bronkhiolus (bronkhioli).

6. Paru-paru Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa/alveoli). Pembagian paru-paru :
a. Paru kanan: terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media dan
lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi belahan-
belahan kecil yang disebut segtment. Paru-paru kanan memiliki 10 segment, 5
buah pada lobus 11 superior, 2 buah pada lobus medialis, dan 3 buah pada lobus
inferior.
b. Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus inferior.
Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior, dan 5 buah
pada lobus inferior.

C. ETIOLOGI ASMA BRONKIAL


Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi tim bulnya
serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
5
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi m enjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jam ur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: m akanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk m elalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan

b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering m em pengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.

c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/ gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.

6
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau alohraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

D. TANDA DAN GEJALA ASMA BRONKIAL


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tam pak bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan m enyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari

E. KLASIFIKASI ASMA BRONKIAL


Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur.

Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik


terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

7
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum . Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.

F. PENANGANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL


Penanganan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Penanganan non farmakologik:
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisiotherapy
e. Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
1) Simpatomimetik/andrenergik (Adrenalin dan efedrin) Nama obat :
a) Orsiprenalin (Alupent)
b) Fenoterol (berotec)
c) Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomim etik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan sem protan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler).
8
Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler
dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,
brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol
(partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

2) Santin (teofilin)
Nama obat :
a) Aminofilin (Amicam supp)
b) Ainofilin (Euphilin Retard)
c) Teofilin (Amilex) Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat
ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian:
Bentuk suntikan teofillin/aminofilin dipakai pada serangan asma akut,
dan disuntikan perlahan - lahan langsung ke pembuluh darah. Karena
sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada
juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke
dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal
tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak - anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama - sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

c. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1m g / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.

9
G. PATHWAY PENYAKIT ASMA BRONKIAL
10

BAB 3
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Aspek yang perlu di kaji pada klien untuk mengidentifiksi gangguan asma
bronkial meliputi pengkajian mengenai
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelum nya.
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.

2. Aktivitas
a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b. Adanya penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
c. Tidur dalam posisi duduk tinggi.

3. Pernapasan
a. Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
b. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
c. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan
b. hidung.
a. Adanya bunyi napas mengi.
b. Adanya batuk berulang.

4. Sirkulasi
a. Adanya peningkatan tekanan darah.
b. Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
d. Kemerahan atau berkeringat.
11
5. Integritas ego
a. Ansietas
b. Ketakutan
c. Peka rangsangan
d. Gelisah

6. Asupan nutrisi
a. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b. Penurunan berat badan karena anoreksia.

7. Hubungan sosal
a. Keterbatasan mobilitas fisik.
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c. Adanya ketergantungan pada orang lain.

8. Seksualitas
a. Penurunan libido

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari analisa data yang di kumpulkan maka dapat disimpulkan klien mengalami. Tak efektif
bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dari diagnosa yang telah di angkat maka dapat di buat rencana tindakan untuk memenuhi
kebutuhan

1. auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi

2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.

3. Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.

4. Tempatkan posisi yang nyam an pada pasien, contoh : meninggikan kepala tempat tidur,
duduk pada sandara tempat tidur.

5. Pertahankan polusi lingkungan minimum , contoh: debu, asap dll


12

6. Tingkatkan m asukan cairan sam pai dengan 3000 m l/ hari sesuai toleransi jantung m em
berikan air hangat. Kolaborasi

7. Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dari rencana tindakan yang sudah di buat maka dapat dilakukan perawatan untuk memicuh
pasien tidur meliputi:

1. mendengar bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi


2. mengKaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.
3. menCatat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat
bantu.

4. menempatkan posisi yang nyam an pada pasien, contoh : meninggikan kepala tempat
tidur, duduk pada sandara tempat tidur .

5. mempertahankan polusi lingkungan minimum , contoh: debu, asap dll


6. meningkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung
memberikan air hangat. Kolaborasi

7. memberikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan fase akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan
keberhasilan dalam asuhan keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015).keperawatan Adapun
komponen SOAP yaitu S (Subjektif), yaitu dimana perawat menemui keluhan pasien berupa
ungkapan yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (Objektif), yaitu
data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien
yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment), yaitu membandingkan
antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil. Kemudian ditarik
kesimpulan dari tiga kemungkinan simpulan, yaitu :
1. Tujuan tercapai, yaitu respon pasien yang menunjukkan perubahan dan kemajuan yang
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian, yaitu respon pasien yang menunjukkan masih dalam kondisi
terdapat masalah.
3. Tujuan tidak tercapai, yaitu respon pasien tidak menunjukkan adanya perubahan kearah
kemajuan.

13

Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada pasien Asma dengan bersihan jalan napas
tidak efektif adalah:

a. Batuk efektif meningkat


b. Produksi sputum menurun
c. Mengi menurun
d. Dispnea menurun
e. Wheezing menurun
14

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian yang telah diuraikan dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemen selularnya. Sampai saat ini kematian disebabkan oleh serangan
asma seperti sesak napas, mengi, dan lain-lain. Menurut World Health Organization
(WHO), tahun 2008 tercatat sebanyak 300 juta orang menderita asma dan 225 ribu
penderita meninggal karena asma diseluruh dunia.
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial
adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The
American Thoracic Society ).

B. Saran
Demikian penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Asma
Bronkialis, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan. Dengan demikian, kritik maupun saran sangat dibutuhkan
demi kemajuan dalam pembuatan makalah kami
15

DAFTAR PUSTAKA

‌Tanjung, D. (2013). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Digited by USU

Digital Library.

Laksana, M. A., & Berawi, K. (2015). Faktor–Faktor Yang Berpengaruh pada


Timbulnya Kejadian Sesak Napas Penderita Asma Bronkial. 

Jurnal Majority, 4(9), 64-68.

Baratawidjaja, K. (1990) “Asm a Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam,


Jakarta : FK UI.
Crom pton, G. (1980) “Diagnosis and Managem ent of Respiratory Disease”,
Blacwell Scientific Publication.

Anda mungkin juga menyukai