3A - ROZI SAFPUTRA - TINTIN SUMARNI, S.KP, M.KeP
3A - ROZI SAFPUTRA - TINTIN SUMARNI, S.KP, M.KeP
3A - ROZI SAFPUTRA - TINTIN SUMARNI, S.KP, M.KeP
Proposal Penelitian
Oleh:
ROZI SAFPUTRA
173210303
Proposal TA ini telah diperiksa, disetujui oleh pembimbing TA Program Studi DIII
Keperawatan Solok Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan
telah siap untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji TA
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Solok, 2020
Tim Penguji,
Moderator Sekretaris
Penguji I Penguji II
Ns. SRI DEWI. Sp. Kep Mat Ns. ANITA MIRAWATI, M.Kep
NIP. 198110904 200212 2 001 NIP. 19830509 200501 2 004
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan studi kasus yang
penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan
dukungan secara moril dan materil. Selanjutnya kepada ibu Tintin Sumarni, S. Kp,
M. Kep selaku dosen pembimbing I dan ibu Yulastri, S. Pd, M.Biomed selaku dosen
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga
2. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
2
3. Ibu Ns. Deharnita, S.ST, M.Kes selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Solok.
4. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Keperawatan Solok yang telah memberikan ilmu
Dalam penulisan studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari semua pihak
yang terlibat dalam penulisan. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
Solok, 2020
Peneliti
3
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN………………………………………….
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...xi
DAFTAR LAMPIRAN……………….………………………………….…..x
BAB I……………………………….………………………………………....1
PENDAHULUAN……..……………………………………………………..1
A. Latar Belakang..................................................................................1
BAB II………………………………………………………………………….7
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….………...7
4
3. Patofisiologi…………................................................................8
4. Pengertian konstipasi.................................................................11
7. Gejala konstipasi…………........................................................12
8. Komplikasi……………………………….................................12
9. Penatalaksaan medis…...............................................................13
3. Sistem pencernaan......................................................................32
1. Pengkajian………......................................................................38
2. Diagnosa keperawatan................................................................47
4. Implementasi keperawatan.........................................................53
5. Evaluasi keperawatan.................................................................53
BAB III……………………………………………………………….………..54
METODE PENELITIAN…………………………………………….………..54
5
A. Desian penelitian………………………………………………………54
C. Subjek studi……………………………………………………………54
D. Fokus studi…………………………………………………………….54
G. Analisa data……………………………………………………………57
H. Etika penelitian………………………………………………………..57
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan
secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah selebral atau dari dari seluruh sistem pembuluh darah otak
penyediaan darah ke bagian otak terganggu. Hal ini akan menyebabkan kematian sel-
sel otak. Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami pendarahan pada sel-
sel otak (hemoragik) atau dapat juga tidak mengalami pendarahan (iskemik) (Ridwan,
2017).
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi
otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian. Salah satu manifestasi klinis dari
stroke gangguan keseimbangan tubuh dan kelemahan pada setengah bagian tubuh
atau hemiperase. Hemiparase adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh terjadi
kekuatan otot dan konstipasi. Konstipasi merupakan defekasi yang tidak teratur serta
terjadi pengerasan pada feses. Pada pasien stroke konstipasi terjadi karena kurang
1
aktivitas fisik yang memperlama waktu transit feses di kolon, penurunan tonus otot
dan beberapa komplikasi. Menurut WHO (2010) setiap tahunnya diseluruh dunia
terdapat 15 juta orang yang menderita stroke, sekitar 6 juta orang mengalami
kematian dan 6 juta orang lagi mengalami kecacatan permanen. Diprediksikan angka
kematian tersebut akan terus meningkat menjadi 8 juta ditahun 2030 (Pailungan et
al., 2017).
sakit disebabkan oleh stroke dan kecacatan mencapai 65%. Prevalensi stroke yang
diperoleh dari data RIKESDAS 2013 adalah sebesar 7 per mil dan yang gejalanya
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 12,1 per mil. Sekitar 2,5 persen dari
jumlah total penderita strok di Indonesia meninggal dunia dan sisanya mengalami
gangguan dan ccat ringanmaupun berat pada tubuhnya post stroke. Berdasrkan
Jogjakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti oleh Jawa Timur sebesar 16
2
Table 1.1
Perbandingan Angka Kejadian Stroke Di Ruang Neurolgi
RSUD M. NATSIR Kota Solok Tahun 2017-2019
No Tahun Jumlah
1 2017 322
2 2018 150
3 2019 289
4 Total 761
Sumber: Rekam Medik RSUD M. Natsir Kota Solok Tahun 2020
didapatkan bahwa ada peningkatan kejadian sroke iskemik dari tahun 2018-2019
Faktor prognosis yang penting dalam morbiditas dan mortalitas pasien stroke
2007). Namun, menurut Navarro, et al., (2008, dalam Gofir 2009) dari 495 pasien
(Nanda, 2010). Faktor mekanis berkaitan dengan gangguan neurologis, pada pasien
3
stroke disebabkan oleh penurunan beberapa fungsi neurologis. Pertama penurunan
Konstipasi kronik atau obstipasi dapat menjadi penyebab kanker usus karena
penumpukan feses di dalam usus yang berlangsung lama (Ginting et al., 2015).
Salah satu terapi yang terbukti untuk mencegah konstipasi adalah massage
abdomen dan minum air hangat. Massage merupakan suatu tindakan mengelus,
menggosok, dan menekan bagian tubuh tertentu memberikan rasa nyaman dan
persyarafan simpatis sehingga dapat menurunkan tegangan pada otot abdomen serta
menstimulasi otot polos kolon dan mencagah terjadinya konstipasi (Rantesigi &
Agusrianto, 2019). Mengonsumsi air putih yang hangat dalam jumlah yang cukup
dapat menyebabkan pencernaan bekerja dengan kapasitas yang maksimal. Air hangat
dapat bekerja dengan melembabkan feses dalam usus dan mendorongnya keluar
sehingga memudahkan untuk defekasi. Membe-rikan pasien minum air putih hangat
yang cukup merupakan intervensi keperawatan yang mandiri. Dalam penelitian ini
memberikan pasien minum air putih hangat yang dimaksud adalah memberikan
4
minum air hangat setelah dilakukan masase abdomen sebanyak 500 ml secara rutin
yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami masalah konstipasi. Berdasarkan
pasien, hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian dan
juga pemilihan intervensi yang diberikan untuk tercapainya tujuan dari masalah
sesuai dengan kriteria untuk diberikan itervensi yaitu kooperatif untuk diberikan
Penelitian dilakukan selama 6 hari dan didapatkan hasil pasien lebih nyaman
setelah diberikan intervensi massage abdomen dan minum air putih hangat, dan pada
peneliti terlebih dahulu melakukan anamneses pada pasien. Peneliti memilih pasien
berdasarkan kriteria untuk dilakukan massage abdomen dan terapi minum air hangat
500 cc yaitu pasien dengan stroke non hemoragik, ada masalah konstipasi dan
keperawatan yang utama pada asuhan keperawatan pasien stroke iskemik yang di
5
rawat adalah konstipasi. Intervensi yang dilakukan antara lain pemberian obat
hangat pada pasien stroke iskemik dengan konstipasi. Masase abdomen akan
dilakukan sebanyak 1 kali di pagi hari selama 10-20 menit diiringi dengan pemberian
minum air hangat. Intervensi ini akan dilakukan selama 6 hari penuh dan pada hari ke
pengelolaan studi kasus dan mengambil studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan
pada Pasien Stroke Iskemik di Ruangan Neurologi RSUD M.Natsir Kota Solok
Tahun 2020.”
B. Rumusan Masalah
pasien stroke iskemik di ruang Neurologi RSUD M. Natsir kota solok tahun 2020.
1. Tujuan Umum
stroke iskemik di ruang Neurologi RSUD M. Natsir kota solok tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
6
a. Menerapkan hasil pengkajian dengan gangguan keperawatan pasien
2020.
7
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Stroke
(30%), dan lain (5%). Dampaknya adalah gangguan suplai darah ke otak
serebral, iskemia serebral ini tidak diikuti oleh pendarahan hebat pada
7
8
ternyata tidak saja menyerang bagian otak manusia, namun juga dapat
obesitas, perokok, dan orang yang memiliki hiprtensi dan kolesterol tinggi
juga berisiko stroke dengan kata lain, ketiga orang ini memiliki
kematian sel-sel otak. Apabila aliran darah ke otak terhenti maka oksigen
dan glukosa tidak bisa menutrisi sel-sel otak. Stroke dapat mengakibatkan
8
8
2. Etiologi Stroke
(Wijaya & Putri, 2015), Penyebab stroke dapat dibagi tiga, yaitu:
a. Thrombosis serebri
dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologi.
akiat aterosklerosis.
b. Emboli serebri
c. Hemoragi
3. Patofisiologi
cadangan oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena
9
henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat pross animia dan
menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu dingat bahwa
oklusi suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang
yang baru terkena stroke kan mengalami konstipasi akut yaitu perubahan
yang jelas pada pola eliminasi di usus. Perubahan dalam pola usus akan
menetap atau menjadi lebih parah dan berubah menjadi konstipasi kronik.
Faktor pencetus/ Penimbnan lemak/ kolesterol yang Lemak yang Menjadi kapur/ mengandung
etiologi meningkat dalam darah sudah nekrotik kolesterol dengan infiltrasi
dan bergenerasi limfosit(trombus)
Resiko jatuh
Kerusakan
Perubahan persepsi sensori Hemiperaseplegi
arterikulasi tidak
kanan dan kiri
dapat berbicara
Disfungsi
Deficit
saluran
neurologis kerusakan
pencernaan
komunikasi verbal
Penurunan
Kerukasan
fungsiN,X,N,IX
integritas kulit
refluks
Ketidak seimbangan
disfagia anoreksia nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
11
Tanda dan gejala umum mencakup kebas atau kelemahan pada wajah,
lengan, atau kali (terutama pada satu sisi tubuh); kebingungan/konfusi atau
5. Komplikasi
1) Infeksi pernafasan
3) Konstipasi
4) Tromboflebitas
2) Dikolasi sendi
1) Epilepsy
2) Sakit kepala
3) Kroniotomi
d. Hidrosefalus
2) Dyspepsia
3) Divertikulosis
6. Penatalaksanaan Medis
dibuktikan.
arterial.
4. Pengobatan pembedahan
aneurisma.
13
7. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi leteral dekubitus bila
stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu beri
f. Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik,
konstipasi.
8. Konstipasi
Konstipasi atau sering kita sebut dengan sembelit adalah keadaan yang
(Utami, 2014).
9. Penyebab Konstipasi
1) Kurang olahraga
5) Gangguan emosional
tumpukan tinja.
3) Pada saat buang air besar tinja lebih sulit dikeluarkan atau di buang
1) Otak
Otak merupakan organ paling besar dan paling kompleks pada sistem
saraf. Otak terdiri atas lebih dari 100 miliar neuron dan serabut terkait.
a) Serebrum
b) Hipokampus
17
c) Ganglia basal
d) Diensefalon
e) Sistem limbic
f) Batang otak
18
g) Formasio retikularis
h) Serebelum
2) Medulla spinalis
desenden yang menghantarkan impuls saraf antara otak dan sel di luar
SSP.
2) Meningen
3) Mekanisme reflex
c. Konduksi Impuls
1) Potensial istirahat
sedang dalam keadaan istirahat. Walaupun sel ini sedang istirahat, sel
2) Impuls saraf
berjalan dari satu sel ke sel yang lain. Pada sel saraf, impuls dimulai
3) Myelin
4) Reseptor
21
energy.
Sistem saraf tepi atau perifer terdiri atas semua neuron selain yang
ada pada otak dan medulla spinalis. Sistem saraf tepi terdiri atas jaras
serabut saraf di antara sistem saraf tepi dan semua struktur yang jauh di
e. Saraf Spinal
berkumpul di lateral medulla spinalis. Tiap saraf spinal terdiri atas radiks
f. Saraf Kranial
Dua belas pasang saraf cranial berasal dari otak. Kebanyakan saraf
cranial tersusun atas neuron motorik dan sensorik, walaupun ada saraf
22
dan optikus, yang memiliki nuclei di bawah serebrum, semua nuclei saraf
g. Saraf Autonom
perubahan otot polos dan jantung, dan respon kelenjar. Walaupun SSA
dapat berfungsi secara independen, kontrol primer SSA berasal dari otak
dan medulla spinalis. SSa memiliki 2 bagian, yaitub sistem saraf simpatis
dan parasimpatis.
Kategori Kategori Spesifik Daerah Pada Sistem Saraf Teknik Pengkajian Contoh Gangguan
Fungsional Yang Terlibat
1. Kesadaran Respon siaga pada Sistem aktivasi retikuler Apakah pasien sadar? Peningkatan: agitasi,
(kesadaran stimulus verbal, (reticuler activating system Apakah dapat memusatkan mania, insomnia,
pada diri dan taktil dan visual [RASI]) (mesensefalon, perhatian? delirium
lingkungan) diensefalon) kedua Apakah terdapat respons Penurunan: somnolen,
hemisfer normal pada stimulus visual letargi, semikoma,
dan auditori ? reaksi pada koma.
suara keras, goyangan,
tekanan dalam di atas tulang
orbita atau pada sternum?
Apakah tanda vital, pupil
dan refleks normal
Menilik diri, Lobus frontalis, dengan Apakah klien menyadai Ketidak mampuan
pengambilan serabut asosiasi menuju pengaruh sakit ? mengambil keputusan,
keputusan, area serebrum lain Apakah tujuan kongruen tidak perhatian pada
perencanaan dengan kemampuan? pakaian, penampilan,
Bagaimana klien berespons dan kebiasaan personal
terhadap situasi (kebakaran
rumah)?
Sumber informasi Kecerdasan biologis dasar Kemampuan berhitung, Gangguan perfusi tidak
25
Masa lalu Lobus frontalis Mengingat kembali masa Perubahan pada memori
lalu selama melakukan peristiwa lampau dapat
wawancara terjadi bersama dengan
masalah SPP lama
(trauma, infeksi, trauma
psikis)
Perasaan (afek) Sistem limfik (biasanya Bandingkan reaksi yang Afek tumpul: hysteria,
(kongruen antara melibatkan kedua hemisfer) diamati dan yang diharapkan. skizofrenia, lesi lobus
rspon dan Apakah emosi labil? Tepat frontalis bilateral
stimulus)
Gangguan Area kortikal umum dan Amati perilaku yang Lesi iritatif pada korteks
persepesi (ilusi, spesifik pada halusisnasi mengidentifikasi masalah dapat menyebabkan
halusinasi) persepsi halusinasi (korteks
26
oksipitalis →visual,
girus post sntralis →
sensasi somatic, unkus
→ pembauan)
3. Bahasa dan Disatria (defek Gangguan otot lidah Minta klien frase sulit Bergumam, kelambatan,
Pembicaraan pada artikulasi, pataum, faring, atau bibir bicara tidak jelas,
pengecap, ritme (dapat dikarenakan impuls sengau, ritme
pembicaraan) atau inkoordinasi) pembicaraan normal
Batang otak, serebrum, yang terganggu
penyebab ekstraneural, (intoksikasi
saraf kranial V, VII, IX, X, pembicaraan); sklerosis
XII lateral amiotrofik;
pseudobulbar palsy,
myasthenia gravis,
stroke
Disfonia (produksi Banyak penyebab Apakah suara klien serak, Pakinsonisme, distonia
suara abnormal ekstraneural keras atau lembuut?
dari laring)
Masalah saraf laryngeal Suara brbisik Kompresi saraf
berulang (bagian saraf Gunakan temuan laringoskop laringeus berulang oleh
vagus atau saraf kranial X) indirek karsinoma bronkgenik
pada bronkus utama kiri
Medulla (area nucleus saraf
kranial X) Hipertrofi atrium kanan
Tumor batang otak,
oklusi arteri vertebralis
27
Afasia (tidak Lancar (reseptif): lobus Amati ekspresi vocal, Stroke pada arteri
mampu temporalis dan parietalis ekspresi yang tertulis atau serebralis media trauma,
menggunakan, kiri (area Wernik) terucap, komunikasi gesture tumor, abses pada area
memahami kata- lobus temporalis dan
kata yang terucap parietalis
atau dituliskan)
Kerusakan area brocca
Tidak lancar atau serabut asosiasi
(ekspresif):area Brocca (stroke, tumor)
(lateral) bagian inferior
lobus frontalis sisi yang
dominan
Global (kombinasi)
4. Fungsi Ekspresi (wajah) Saraf kranial VII Simetrisitas senyum, Klemahan wajah
motorik berkerut, menaikkan alis sentral; kelemahan
separuh wajah bagian
bawah
Penyebab stroke traktus
28
kortikobulbar
Kelemahan wajah
perifer
Makan Saraf kranial V, VII, IX, X, Kekuatan otot masticator Tetanus, spasme otot
(mengunyah, XII (pengunyah), refleks muntah, perifer, sklerosis lateral
menelan) kemampuan menelan amiotropik, tumor
medulla, kelumpuhan
pseudobulbar dapat
disertai dengan disatria
Gerak mata Saraf kranial III, IV, VI Gerakan ekstraokuler, Tekanan pendukulus
ukuran pupil, reaktivitas, serebralis →disfungsi
pupil bereaksi serasi dengan saraf kranial III,
akomodasi, diplopia, thrombus sinus
nistagmus kavernosus → masalah
saraf kranial III, IV, VI
Masalah otot (miastenia
gravis, hipertiroid)
Sindrom horner (ptosis,
pupil konstriksi)
anisokoria
Bergerak Gyrus presentral motorik Gaya berjalan, berjalan Saraf motorik atas:
(piramidal) dan sistem dengan ujung tumit ke ujung Otak dan sel kornu
serebral , ganglia basal, kaki, ada atau tidaknya anterior yang bersama
saraf kranial basal, saraf gerakan involunter, medulla
kranial XI, medulla koordinasi, tonus otot, Tonus ↑↑ (spastik)
spinalis. Saraf motorik atas massa, kekuatan, tes Massa ↓ karena atrofi
29
5. Fungsi Melihat Saraf kranial II: optikus, Tajam penglihatan, lapang Lapang padang:
sensorik lobus oksipitalis pandang, funduskopi lepasnya retina atau
saraf optic →hilangnya
keterlibatan mata,
kiasma optikum
30
→hemianopsia
homonym
Traktus optikus
→hemianopsia
homonym
Lobus parietalis
→masalah kuadran
(inferior)
Lobus temporalis
→masalah kuadran
superior
Tekanan intra kranial
→papiledema
(penigkatan
diskus→perdarahan)
Mendengar Saraf kranial VIII: bagian Tajam pendengaran, ada tau Dapat memiliki tuli
koklear, lobus temporalis tidaknya saraf yang tidak konduksi (saraf OK)
biasa, tes weber dan rinne atau neural ; sindrom
meniere (tintinus,
31
kehilangan pendengaran
nistagmus) fraktur dasar
tengkorak →oterea
Disfungsi vascular
batang otak atau tumor
→pendengaran
Mengecap Saraf kranial VII, Ix, lobus Kemampuan untuk Lesi batang otak atau
insular membedakan manis, asin, insula → pengecap,
asam, dan pahit penyebab ekstra neural,
merokok, higienis mulut
yang jelek
Merasa (sensorik) Saraf tepi Nyeri: tes tusuk jarum Polineuropati (diabetes
Dermatom Sentuhan: kapas yang mellitus, anemia)
Medulla spinalis disentuhan ke kulit Lesi medulla spinalis
Traktus (menuju ke) Proprioseptif: mengecek jari →gangguan dermaton
Nyeri-suhu-taktil, sistem yang berada di udara Pons bagian atas →
nterolateral proprioseptif, Vibrasi: menempatakan thalamus, kehilangan
steregnosis, radiks dorsalis garpu tala yang bergetar pada kontralateral
→talamus menuju area tonjolan tulang Thalamus →kehilangan
somastetik (girus post – Suhu: tes tabung berisi air kontralatral dan
sentralis, lobus parietlis) hangat dan dingin pada kulit; parestesia
klien mengidentifikasi Thalamus
apakah hangat atau dingin →korteks→kehilangan
sensorik kartikal
6. Fungsi usus Fungsi usus Aferen Cek adakah impaksi feses Inkontinensia feses
dan kandung Saraf spinal S3-5 atau inkontinensia dengan lesi S3-5
32
kemih Sfingter eksternal (control Cek tonus otot Anesthesia anal konus
volunter) medularis dan tabs
Sfingter internal dorsalis
Sistem saraf otonom Kehilangan control
Korteks serebralis inhibisi (stroke)
Fungsi kandung Sistem saraf otonom Rasakan jika kandung kemih Inkontinesia urine
kemih penuh, pengosongan lengkap
Apakah klien mengalami
urgensi dan frekuensi?
L, Lumbal ; S, Sakral, ; T, Torakal;, ↑ Meningkat , ↑↑Meningkat signifikan ;, ↓ Menurun signifikan ;, ↓↓Dapat berdampak
33
3. Saluran Pencernaan
a. Mulut
pencernaan makanan. secara umum, mulut terdiri dari 2 bagian atas dan
bagian luar (vestibulla) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan
rongga mulut bagian dalam yaitu rongga yang di batasi sisinya oleh
keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang
c. Lambung
d. Usus halus
bagian awal usu besar, posisnya terletak di sentral bawah abdomen yang
sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap orang memiliki
ukuran yang berbeda-beda. Usus halus sering di sebut dengan usus kecil
e. Usus besar
usus halus. Ia memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U
tubuh.
cara masase abdomen dan minum air hangat. Masase abdomen membantu untuk
Mengonsumsi air putih yang hangat dalam jumlah yang cukup dapat
dapat bekerja dengan melembabkan feses dalam usus dan mendorongnya keluar
penelitian ini memberikan pasien minum air putih hangat yang dimaksud adalah
memberikan minum air hangat setelah dilakukan masase abdomen sebanyak 500
1. Oleskan minyak pijat di sekitar abdomen, buka hanya bagian tubuh yang akan
memijat perut klien dengan pelan-pelan. Gunakan jri-jari dan telapak tangan
disekitar daerah perut, mengikuti jalur kolonnya itu mulai dari kanan ke kiri.
Berikan tekanan secara wajar dengan sedikit tegas ketika memberikan terapi
3. Remas seluruh pemijatan tidak hanya pada otot perut tetapi juga menstimulasi
organ perut
4. Untuk memijat usus besr scara keseluruhan, lakukan Cicular friction untuk
watu lama. Dimulai dari area bawah kuadran kiri abdomen sekitar
6. Lakukan gerakan meluncur. Dimulai dari satu sisi klien dan raih sisi yang lain
(berlwanan). Tarik bagian tubuh (abdomen) klien kea rah pemijat. Ketika satu
b. Sebelum dilakukan masase abdomen pasien diminta untuk minum 500 cc air
hangat pada pagi hari, sebelum pasien sarapan pagi. Alasan masase abdomen
tidak dapat diberikan pada saat keadaan perut terisi karena akan
c. Masase dilakukan selama 10-20 menit, dengan menggunakan beby oil sebagai
pelumas.
1. Pengkajian
a. Identifikasi pasien
Identifikasi pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
resgister, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
1) Pola nutrisi
2) Pola eliminasi
dan lakukan
prosedur yang
sama
b) Undulating Fluit Jika ada asites, gelombang
Wafe cairan akan terasa
Minta pasien memantul di tangan yang
berbaring tidak dominan
terlentang.
Letakkan tangan
yang tidak
dominan kesisi
terdekat dengan
pemeriksa.
Tangan dominan
memberi
goncangan kesisi
yang lain.
3 Lakukan perkusi pada Pasien tidak mengeluh Pasien mengeluh nyeri,
ginjal: nyeri. bisa muncul keluhan
Minta klien untuk tersebut pada pasien yang
berbaring miring, cari menderita penyakit ginjal,
batas akhir kosta, ikuti dehidrasi, kurang minum.
alurnya kebelakang, lalu
berhenti pada ujung
vertebra (sudut costo-
vertebrae).
Letakkan punggung
tangan kiri pada area
tersebut, pukulkan
kepala tangan kanan
anda pada punggung
tangan anda
IV Palpasi Pasien tidak merasa Pasien mengeluh nyeri
Sebelum melakukan nyeri, tidak teraba ada pada salah satu region,
palpasi dalam, lakukan massa atau nodul teraba ada massa atau
palpasi ringan pada nodul superficial,
seluru permukaan ketegangan pada
abdomen. Gunakan permukaan
seluruh telaak tangan perutmeningkat. Lakukan
anda dan hangatkan palpasi dalam yang terasa
terlebi dahulu telapak nyeri pada akhir
tangan sebelum pemeriksaan
melakukan prosedur.
Papasi ringan adalah
45
6) Sistem kardiovaskuler
46
7) Sistem gastrointestinal
8) Sistem urinary
komfusi.
9) Sistem muskuloskletal
e. Data Psikologis
berada di rumah sakit karena tidak bisa beraktifitas dan takut penyakit
mengancam nyawanya.
pasien biasanya masih bisa bersosialisai dengan orang lain, namun mengalami
sehari-hari.
g. Data spiritual
merupakan takdir dari tuhan dan berharap kepada tuhan akan kesembuhan
penyakitnya.
h. Ekstreminitas
2) Nilai 1 : bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi.
3) Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
48
tekanan pemeriksaan.
berkurang.
penuh.
2. Diagnosis keperawatan
imobilisasi.
3. Rencana Keperawatan
Tabel 2.2
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
kepeawatan
Kode SLKI Kode SIKI
abdomen
3. Kelemahan
umum
4. Teraba
massa pada
rektal
4. Implementasi Keperawatan
merupakan tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa
berkurangnya atau hilangnya masalah yang sedang dihadapi (Potter & Perry,
2012).
5. Evaluasi Keperawatan
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
A. DESAIN PENELITIAN
kasus. Pada studi kasus ini dilakukan penerapan masase abdomen dan minum air
Penelitian ini akan dilakukan di ruang rawat inap Neurologi RSUD M. Natsir
Kota Solok pada tanggal 27 April 2019. Lama waktu penelitian yang
pulang atau pasien yang dikelola/dirawat minimal selama 3 hari. Jika sebelum 3
hari pasien sudah pulang maka perlu penggantian pasien lainnya yang sejenis.
C. SUBJEK STUDI
Subjek studi kasus pada penelitian ini adalah pada pasien Stroke Iskemik yang
D. FOKUS STUDI
Fokus studi ini adalah penerapan pada pasien Stroke Iskemik dengan
konstipasi yang dirawat di ruang rawat inap Neurologi RSUD M. Natsir Kota
54
55
Kriteria insklusi :
(composmentis).
Kriteria ekslusi:
1. Wawancara
dan pernapasan.
G. ANALISA DATA
57
kualitatif, salah satunya adalah dengan metode studi kasus (Case Study). Proses
penyusunan Study kasus ini yaitu pengumpulan data mentah individu, data hasil
H. ETIK PENELITIAN
1. Otonomi (Autonomy)
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Etik dalam penelitian ini
oleh diri dan orang lain. Sebelum informed consent diberikan, peneliti
58
3. Keadilan (Justice)
keadilan terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral, legal dan
etika penelitian.
5. Kejujuran (veracity)
7. Kerahasiaan (confidentiality)
pasien harus dijaga sungguh sungguh karena merupakan sesuatu yang sangat
privasi.
8. Akuntabilitas (accountability)
59
profesional harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
kecuali.
60
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, T., & Jauha, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Mnjadi Perawat
Profesional Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier.
Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.
Debora, O. (2017). Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Ginting, D. B., Waluyo, A., & Sukmarini, L. (2015). Mengatasi Konstipasi Pasien Stroke
Dengan Masase Abdomen Dan Minum Air Putih Hangat. Jurnal Keperawatan Indonesia,
18(1), 23–30. https://doi.org/pISSN 1410-4490: eISSN 2354-9203
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 5
Vol. 2. Jakarta: EGC.
Pailungan, F. Y., Kaelan, C., & Rachmawaty, R. (2017). Pengaruh Pemberian Massage
Abdomen Terhadap Penurunan Konstipasi Pada Pasien Stroke Iskemik Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo. Patria Artha Journal of Nursing Science, 1(1), 25–35.
https://doi.org/Issn: 2549 5674: e-issn: 2549 7545
Rantesigi, N., & Agusrianto. (2019). Penerapan Massage Abdomen Dan Minum Air Putih
Hangat Untuk Mencegah Konstipasi Pada Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Stroke Di
RSUD Poso. Jurnal Ilmu Kesehatan, 13(2), 91–95. https://doi.org/p-ISSN: 1907-459x e-
ISSN: 2527-7170
Ridwan, M. (2017). Mengenal, Mencegah, & Mengatasi Silent Killer Stroke. Yogyakarta:
Romawi Press.
Setiadi. (2013). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2015). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
61