Full Spab
Full Spab
Full Spab
PENDAHULUAN
1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.21 Maksud
1.22 Tujuan
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan di Kecamatan Jambangan
bertujuan untuk meningkatkan penyaluran air buangan secara optimal dan
kemudian akan disalurkan ke Instalasi Pengelolaan Air Buangan, sehingga
air buangan dapat dikembalikan lagi ke badan air tanpa menyebabkan
pencemaran dalam lingkungan tersebut.
2
Perhitungan Sistem Penyaluran Air Limbah: Analisis Kapasitas Air
Bersih, Perhitungan Debit Air Limbah, Perencanaan Jenis/Bahan
Dan Diameter Perpipaan, Perhitungan Self Cleaning Velocity,
Penggelontoran, Perhitungan Kemiringan Saluran (Slope).
3
BAB V
Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
LAMPIRAN
Lampiran berisi peta dan gambar perencanaan sistem penyaluran air
buangan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
berasal dari kegiatan pemandian hewan, pemotongan hewan dan pencucian
kandang hewan. akibat proses produksi ini pada umumnya lebih sulit dalam
pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas.
Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya
yaitu (0,1%) dari zat padat. Zat padat yang ada tersebut terbagi atas 70% zat
organik (terutama protein, karbohidrat, dan lemak) serta kira–kira 30% anorganik
terutama pasir, garam dan logam. Sedangkan karakteristik air limbah diperlukan
untuk menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga efektifitas dan
efisiensinya dapat tercapai. Karakteristik air limbah terdiri dari sifat fisik, kimia
dan biologis.
a. Sifat fisik
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya
sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting meliputi
kandungan zat padat, kejernihan, bau, warna, dan temperatur. Bau pada air
limbah dapat menunjukkan apakah air limbah tersebut masih baru atau telah
busuk.
b. Sifat kimia
Bahan kimia dalam air limbah diklasifikasikan sebagai bahan kimia
organik dan bahan kimia anorganik. Bahan kimia organik terlarut dapat
menghabiskan oksigen dalam air limbah serta akan menimbulkan bau yang tidak
sedap. Selain itu akan lebih berbahaya jika bahan tersebut merupakan bahan
beracun. Kandungan bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan
lingkungan melalui berbagai cara.
c. Sifat Biologis
Keterangan biologis diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi
air yang akan dipergunakan kembali. Selain itu juga untuk menaksir tingkat
kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air. Terdapat kehidupan
mikrobiologis didalam air limbah diantaranya: bakteri, jamur, ganggang,
protozoa, virus, dan lain-lain. Bakteri tersebut meliputi bakteri yang membantu
proses perombakan zat organik maupun bakteri patogen yang dapat menjadi
sumber kuman penyakit bagi manusia.
6
2.2 SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri menuju tempat untuk
pengolahan limbah tersebut.
Sistem penyaluran air limbah dibagi menjadi 2 yaitu sistem pengolahan
setempat (on site sanitation) dan sistem pengolahan terpusat (off site
sanitation).Sistem pengolahan setempat (on site sanitation) adalah sistem
pembuangan air limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan dan disalurkan
dalam suatu jaringan yang akan menuju tempat pengolahan air limbah, namun
dibuang langsung ditempat (Arsyad, 2015).
Keuntungan sistem pengolahan setempat adalah :
1. Biaya pembuatan relatif murah
2. Bisa dibuat oleh setiap sektor maupun pribadi
3. Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana
4. Operasi dan pemeliharaan merupakan taggung jawab sendiri.
Kekurangan sistem pengolahan setempat adalah :
1. Pada umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci
2. Dapat mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan
pemeliharaan tidak dilakukan sesuai aturannya
3. Tidak dapat diterapkan pada semua daerah.
Sistem pengolahan terpusat (off site sanitation) adalah sistem pembuangan
air buangan (mandi, cuci, dapur, kotoran) yang disalurkan keluar dari lokasi
pekarangan masing-masing ke tempat saluran pengumpul air buangan selanjutnya
dan disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum
dibuang ke badan air.
Keuntungan sistem pengolahan terpusat adalah :
1. Dapat menampung semua air limbah
2. Menyediakan pelayanan yang terbaik
3. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi
4. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari
5. Memiliki masa pemakaian yang lebih lama
7
Kerugian sistem pengolahan terpusat adalah :
1. Memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik
2. Memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi
3. Menggunakan teknologi yang tinggi
4. Tidak dapat dilakukan perseorangan
5. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang
6. Membutuhkan waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan.
Berdasarkan penyaluran menuju sistem pengolahan, air limbah dibagi
menjadi sistem penyaluran tercampur, sistem penyaluran terpisah dan sistem
penyaluran kombinasi.
a. Sistem Penyaluran Tercampur
Sistem penyaluran tercampur adalah sistem pengumpulan air buangan
yang tercampur dengan air hujan. Sistem ini digunakan apabila daerah
pelayanan merupakan daerah yang padat dan sangat terbatas untu
membangun saluran pembuangan air secara terpisah dengan saluran air
hujan. Debit masing-masing air buangan relatif kecil sehingga dapat
disatukan serta kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda
juga karena memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke
tahun( Sugiharto, 1987)
Keuntungan dari sistem penyaluran tercampur adalah :
1. Hanya diperlukan satu sistem penyaluran sehingga otomatis
2. Terjadi pengenceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi air
buangan menurun
Kerugian dari sistem penyaluran tercampur adalah :
1. Diperlukan area yang luas dan biaya tambahan untuk menempatkan
instalasi pengolahan air buangan.
2. Diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat.
8
Penggunaan sitem terpisah dilakukan dengan pertimbangan :
1. Saluran air limbah berupa saluran tertutup, sedangkan saluran air Hujan
dapat terbuka maupun tertutup.
2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air limbah dan air hujan
3. Air buangan pada umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu,
sedangkan air hujan harus segera disalurkan ke badan air
4. Sesuai jika diterapkan pada daerah yang mempunyai fluktuasi curah hujan
yang cukup besar
Keuntungan sistem penyaluran terpisah adalah :
1. Air hujan tidak diolah dan lngsung dialirkan ke badan air
2. Dimensi saluran yang tidak terlalu besar
Kerugian sistem penyaluran terpisah adalah :
1. Memerlukan tempat yang luas untuk 2 sistem pengumpul air.
c. Sistem Penyaluran Kombinasi
Sistem penyaluran kombinasi adalah sistem penyaluran dimana air
limbah dan air hujan dialirkan bersama-sama sampai pada tempat tertentu baik
melalui saluran terbuka maupun tertutup, tetapi sebelum mencapai tempat
pengolahan, air hujan dan air limbah dipisahkan dengan bangunan regulator. Air
limbah dimasukkan kedalam saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi
pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air (Arsyad,
2015). Penggunaan sitem terpisah dilakukan dengan pertimbangan :
1. Perbedaan yang besar antara kuantitas air hujan yang akan dialirkan ke
jaringan dan kuantitas air limbah pada adaerah pelayanan
2. Dalam kota banyak dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya
dibuang ke sungai tersebut
3. Periode musim kemarau dan musim penghujan yang lama dan fluktuasi air
yang berbeda.
Keuntungan sistem penyaluran Kombinasi adalah :
1. Beban instalasi pengolahan tidak terlalu besar dan air hujan yang mengalir
difungsikan sebagai air penggelontor bagi air limbah pada saat awal
musim hujan.
Kerugian sistem penyaluran kombinasi adalah :
9
1. Diperlukannya konstruksi yang lebih rumit karena terdapat dua sistem
penyaluran.
10
Pn = Po + (r.dn) ......................................................... (2.1)
Dimana :
Pn : jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)
Po : jumlah penduduk tahun awal (jiwa)
dn : periode waktu proyeksi
r : rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun (jiwa)
2. Metode Geometrik
Metode geometrik didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-
rata tahunan. Sering digunakan untuk meramalkan data yang perkembangannya
melaju sangat cepat. Persamaan yang digunakan adalah:
Pn = Po (1+r)dn ......................................................... (2.2)
Dimana:
Pn : jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)
Po : jumlah penduduk tahun awal (jiwa)
dn : periode waktu proyeksi
r : rata-rata prosentase pertumbuhan penduduk per tahun (%)
11
Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk,
terlebih dahulu menguji nilai koefisien korelasi I untuk tiap-tiap metode.
Metode dengan nilai uji koefisien korelasi paling mendekati satu dipakai untuk
memproyeksikan penduduk. Persamaan yang digunakan adalah:
{n(∑ 𝑥𝑦)− (∑ 𝑦)(∑ 𝑥)}
I= .…………………………………....(2.5)
√⌊𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦)2 ⌋ [𝑛(∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2 ]
Dimana:
pn : jumlah penduduk tahun proyeksi yang diinginkan
po : jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
fn : jumlah fasilitas pada tahun proyeksi yang diinginkan (unit)
fo : jumlah fasilitas pada awal taun proyeksi(unit)
12
2.5 PERHITUNGAN DEBIT AIR LIMBAH
Dalam menentukan besarnya debit air limbah, ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, antara lain:
13
(Sumber : Metcalf and Eddy, 1981
b. Debit Infiltrasi Air Tanah dan Air Hujan
Jika digunakan sistem terpisah, harus diperhitungkan pula debit air
yang masuk ke dalam jalur perpipaan, yaitu infiltrasi air tanah dan air
hujan. Infiltrasi ini tidak dapat dihindarkan karena hal tersebut disebabkan
oleh :
Pekerjaan sambungan pipa yang kurang sempurna.
Jenis material saluran dan perlengkapan yang dipakai.
Kondisi air tanah dan fluktuasi muka tanah.
Celah-celah yang terdapat pada permukaan saluran (manhole) dari
bangunan pelengkap saluran.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Qave inf = ( Finf x Luas Area ) / 86400 …………………….(2.9)
Di mana :
Qave inf = debit rata-rata infiltrasi (L/det)
Finf = faktor infiltrasi (dari grafik average infiltration allowance)
Luas Area = luas area pelayanan (Ha)
14
Dimana :
Qpeak inf = debit puncak infiltrasi (L/det)
f peak inf = faktor peak infiltrasi (dari grafik peak infiltration allowance)
d. Fluktuasi Pengaliran
Fluktuasi air limbah tergantung pada fluktuasi pemakaian air bersih. Pada
waktu pemakaian air bersih memuncak, besarnya debit air limbah pun akan
meningkat. Hal yang sama akan berlaku apabila pemakaian air bersih berada
dalam debit minimum. Fluktuasi air limbah yang perlu diperhitungkan, yaitu :
Debit air limbah rata-rata (Qr)
Qr = Qd + Qnd……………………………….(2.11)
Di mana: Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
Qd = debit air limbah domestik (L/det)
Qnd = debit air limbah non domestik (L/det)
15
Gambar 2.3. Grafik Peak Factor
(Sumber : Metcalf and Eddy, 1981)
Debit air limbah minimum (Qmin)
Qmin = 1/5 x (P/1000)0.2 x Qr…………….…..(2.13)
Di mana : Qmin = debit air limbah minimum (L/det)
Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
P = penduduk
Debit air limbah total (Qtot)
Qtot = Qinf + Qpeak………………….……..(2.14)
Di mana : Qtot = debit air limbah total (L/det)
Qinf = debit infiltasi (L/det)
Qpeak = debit air limbah puncak (L/det)
Perhitungan fluktuasi aliran ini penting dan berpengaruh cukup besar pada
sistem penyaluran air limbah, diantaranya adalah:
Kemungkinan terjadinya pengendapan dalam saluran bila kecepatan
alirannya terlalu lambat.
Akibat pengendapan tersebut menyebabkan terjadinya proses pembusukan
air limbah.
Diperlukan penggelontoran bila kecepatan minimum tidak dapat lagi
dicapai, sehingga air limbah akan mengendap.
17
f..Air Limbah Domestik Non Rumah Tangga
Air limbah non rumah tangga yang masuk katagori domestik dan bisa
diolah bersama dengan air limbah rumah tangga.
Tabel 2.2 Tingkat Pemakaian Air Minum Non Rumah Tangga
18
Hanya saja secara ekonomis tidak menguntungkan karena mahal, sulit untuk
pengunaan secara khusus (misalnya untuk saluran yang melewati rawa).
4. Pipa tanah liat (vetrified clay pipe) Keuntungan pipa jenis ini adalah tahan
korosi akibat produksi H2S limbah cair. Sedangkan kelemahannya pipa ini
mudah pecah dan umumnya dicetak dalam ukuran pendek.
5. PVC (polyvinyl chloride) Pipa ini banyak digunakan karena mempunyai
banyak keuntungan antara lain: mudah dalam penyambungan, ringan, tahan
korosi, tahan asam, fleksibel, dan karakteristik aliran sangat baik.
Macam sistem perpipaan pada sistem penyaluran air buangan antara lain:
a. Pipa hubungan seri
Sistem pemipaan dengan susunan seri merupakan jaringan pipa tanpa
cabang ataupun loop. Jaringan ini memiliki satu sumber, satu ujung dan node
yang menyambung 2 pipa yang berada dalam satu jalur. Jaringan pemipaan jenis
ini sangat kecil dan dipakai untuk pendistribusian air kawasan yang kecil.
b. Pipa bercabang
Sistem perpipaan dengan susunan bercabang merupakan kombinasi dari
jaringan pemipaan susunan seri. Dimana, jaringannya terdiri dari satu sumber dan
memiliki banyak cabang. Sistem ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sebuah
komunitas dan investasi yang dikeluarkan tidaklah besar.
19
d. Pipa Kombinasi
Sistem perpipan jenis ini merupakan sistem jaringan pemipaan yang
umumdigunakan untuk daerah yang luas. Sistem ini merupakan gabungan antara
sistem jaringan bercabang dan sistem jaringan loop.
1. Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak di dalam rumah
dan langsung menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan. Memiliki
diameter 3-4 inci, kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya dengan pipa
servis, membentuk sudut 45° dan apabila perbandingan antara debit dari persil
dengan debit dari saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak
lurus. Perencanaan pipa persil Air Limbah meliputi: letak pipa, diameter
minimum, kemiringan minimum, bak kontrol dan dimensi pipa harus mengacu
pada kriteria dan tatacara perencanaan teknis yang berlaku.
2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil
yang kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter
pipa servis sekitar 6-8 inci, kemiringan pipa 0,5-1 %. Lebar galian pemasangan
pipa servis minimal 0,45 m dengan kedalaman benam awal 0,6 m. Sebaiknya pipa
ini disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.
3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis
untuk dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah
pelayanan. Diameter awal pipa lateral minimal 8 inci, dengan kemiringan pipa
sebesar 0,5-1%.
Perencanaan pipa retikulasi (pipa service dan pipa lateral) air limbah
meliputi: letak pipa, diameter dan bahan pipa, metode konstruksi (open trench
atau pipe jacking), kemiringan minimum, manhole. Perencanaan debit rata-rata
20
(m3/hr) pada masing-masing seksi pipa lateral harus memperhitungkan luas daerah
tangkapan (ha), klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air limbah yang dilayani
(m3/hr/ha). Perencanaan dimensi pipa retikulasi harus memperhitungkan:
a. Debit rata-rata (tanpa infiltrasi)
b. Debit jam maksimum/puncak (dengan infiltrasi)
c. Debit jam minimum (tanpa infiltrasi)
Perencanaan dimensi pipa dan pompa harus memperhitungkan debit jam
maksimum dan debit jam minimum untuk perencanaan penggelontoran di
beberapa seksi pipa. Perencanaan pipa retikulasi harus mengacu pada kriteria dan
tata cara perencanaan teknis yang berlaku.
4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa
lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-
masing pipa. Kemiringan pipa sekitar 0,2–1%.
5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-
pipa cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan.
Kemiringan pipanya sekitar 0,2- 1%.
Jenis pipa saluran limbah cairan yang dipergunakan tidak hanya satu
macam, hal ini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
21
2.7 PERHITUNGAN DIMENSI PIPA dan SELF CLEANING VELOCITY
Perhitungan dimensi sistem penyaluran air limbah didasarkan pada
kebutuhan sampai pada akhir periode desain yang direncanakan. Batasan-batasan
yang dijadikan pedoman dalam merencanakan diameter saluran air limbah :
VMaks dalam pipa tidak melebihi 2.5 m/dt.
VMin dalam pipa tidak kurang dari 0.3 m/dt (pada saat debit minimum).
Tinggi renang minimum 50 mm (pada saat QMin).
Tinggi renang pada saat QMaks antara 60% sampai 80% dari diameter pipa.
Nilai d/D ditentukan berdasarkan pada grafik perbandingan QMin/QFull atau juga
dapat digunakan nilai d/D antara 0.6-0.8
22
dimasukkan maka nilai kecepatan endapan dapat langsung dicek apakah sudah
masuk dalam range 0,6 - 3 m/dtk atau belum.
a. Qfull
Qfull adalah debit maksimum air limbah.
rumus:
𝑸𝒑𝒆𝒂𝒌
𝑸𝒇𝒖𝒍𝒍 = ……………………..………………(2.15)
𝑸𝒑/𝑸𝒇 𝒂𝒔𝒖𝒎𝒔𝒊
dimana:
Qfull : debit maksimum (m3/detik)
Qpeak : debit total air limbah (liter/detik)
Qp/Qf asumsi : Qp/Qf maksimum yang ditentukan
b. D pipa
Diameter pipa adalah diameter pada pipa yang dipilih untuk digunakan
dalam penyaluran air buangan.
rumus:
𝟎.𝟑𝟕𝟓
𝑸𝒇𝒖𝒍𝒍 𝒙 𝒏
𝑫 = ((𝟎.𝟑𝟏𝟏𝟕 𝒙 𝒔𝒍𝒐𝒑𝒆𝟎,𝟓 )) ……………………………...(2.16)
dimana:
D : diameter pipa (mm)
Qfull : Qfull (m3/detik)
n : koefisien manning
slope : slope ditentukan
c. d/D
d/D adalah perbandingan kedalaman air pada kondisi aliran peak dan
aliran penuh. Nilai d/D ini juga berfungsi untuk menentukan kedalaman
berenang minimum sehingga dapat diketahui pipa mana yang tidak
memenuhi kedalaman berenang minimum sehingga harus digelontor. Pada
saat nilai d/D ini dimasukkan maka nilai kecepatan endapan dapat
langsung dicek apakah sudah masuk dalam range 0,6 - 3 m/dtk atau belum.
Untuk pipa berdiameter kecil sampai dengan 600 mm, angka d/D
maksimum 0,6 ; Untuk pipa (D > 600 mm), angka d/D maksimum = 0,8.
23
rumus:
𝑫𝒑𝒊𝒑𝒂
𝒅/𝑫 = ……...…………………...(2.17)
𝑫 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏
dimana:
Dpipa : diameter pipa hasil perhitungan (mm)
Dpipayangdigunakan : diameter pipa yang digunakan (mm)
d. Nilai Φ
rumus:
𝜱 = 𝟏 − 𝟐 (𝒅/𝑫) ……………..………………….……….(2.18)
dimana:
d/D : perbandingan kedalaman air pada kondisi aliran peak dan aliran
penuh
e. Nilai A/Af
A/Af adalah perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran
penuh.
rumus:
𝟏 𝟏
𝑨/𝑨𝒇 = [𝝅 𝒄𝒐𝒔−𝟏 𝜱] − [𝝅 𝜱√𝟏 − 𝜱𝟐 ] ….………………(2.19)
dimana:
Φ : nilai Φ
𝜋 : 3,14
f. Nilai A
A adalah luas penampang saluran pada kondisi peak.
rumus :
𝑫𝟐
𝑨 = 𝑨/𝑨𝒇 𝒙 𝝅 𝒙 ………………………..………………..(2.20)
𝟒
dimana :
A : luas penampang saluran pada kondisi peak (m2)
A/Af : perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
𝜋 : 3,14
D : diameter pipa yang digunakan/dipilih (mm)
24
g. Nilai P/Pf
P/Pf adalah perbandingan keliling basah pada aliran peak dengan aliran
penuh.
rumus :
𝟏
𝑷/𝑷𝒇 = 𝒄𝒐𝒔−𝟏 𝚽 ………………………………………(2.21)
𝝅
dimana :
𝜋 : 3,14
Φ : nilai Φ
h. Nilai P
P adalah keliling basah pada aliran peak.
rumus :
𝑷 = 𝑷/𝑷𝒇 𝒙 𝝅 𝒙 𝑫 ……………………….…………………(2.22)
dimana :
P : keliling basah pada aliran peak (m)
P/Pf : perbandingan keliling basah pada aliran peak dengan aliran penuh
𝜋 : 3,14
D : diameter pipa yang digunakan/dipilih (mm)
i. Nilai R/Rf
R/Rf adalah perbandingan jari jari saluran pada aliran peak dengan aliran
penuh.
rumus :
𝑹/𝑹𝒇 = 𝑨/𝑨𝒇 𝒙 (𝑷/𝑷𝒇) −𝟏 ……………………………….(2.23)
dimana :
A/Af : perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
P/Pf : perbandingan keliling basah pada aliran peak dengan aliran penuh
j. Nilai V/Vf
V/Vf adalah kecepatan saluran pada aliran peak dengan aliran penuh.
rumus :
𝟐
𝑽/𝑽𝒇 = 𝑹/𝑹𝒇 𝟑 …………………….…………………….(2.24)
dimana :
25
R/Rf : perbandingan jari jari saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
k. Nilai Q/Qf
Q/Qf adalah perbandingan debit peak dengan debit penuh.
rumus :
𝑸/𝑸𝒇 = 𝑨/𝑨𝒇 𝒙 𝑽/𝑽𝒇 ……………………………...…….(2.25)
dimana :
A/Af : perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
V/Vf : kecepatan saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
l. Nilai Slope
S atau slope adalah kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan.
rumus :
𝟏𝟔
𝟎.𝟑𝟑 𝟏𝟑
𝑺 = 𝟎, 𝟏𝟎𝟗𝟒 𝒙 (𝑹/𝑹𝒇 𝒙 𝑸𝒑𝒆𝒂𝒌𝟑/𝟖 ) ………….……………….(2.26)
dimana :
R/Rf : perbandingan jari jari saluran pada aliran peak dengan aliran
penuh
Qpeak : debit total air buangan (liter/detik)
m. Kecepatan aliran (V)
Nilai V adalah kecepatan aliran pada kondisi aliran puncak. Kecepatan
aliran pada kondisi peak/puncak harus berada dalam range kecepatan self
cleaning 0,6 m/dtk.
rumus :
𝟐
𝟐 𝟏 𝟏
𝟏 𝟏 𝑨 𝟑
𝑽= 𝒙 𝑹𝟑 𝒙 𝑺𝟐 atau 𝑽 = 𝒙 (𝑷) 𝒙 𝑺𝟐 …….……..........(2.27)
𝒏 𝒏
dimana :
V : kecepatan aliran pada kondisi aliran puncak (m/dtk)
n : koefisien manning
R : perbandingan luas penampang saluran dan keliling basah pada
aliran peak
S : kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan
26
2.8 Kedalaman Tanah / Tinggi Galian Pemasangan Pipa
Pemasangan pipa mengikuti slope pipa yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemasangan pipa diusahakan sedemikian rupa sehingga pemompaan tidak
diperlukan. Pompa digunakan apabila pemasangan pipa telah atau hampir
mencapai 7 meter. Pemasangan pipa untuk pipa pertama, kedalaman ditambah
sekitar 1 m untuk kedalaman awal. Hal ini berguna sebagai antisipasi bila pada
jalur pemasangan pipa terdapat pemasangan pipa lain, seperti pipa air minum
ataupun adanya saluran drainase.
a. Slope tanah
Slope tanah adalah kemiringan tanah yang digunakan dalam
pemasangan pipa.
rumus :
(𝒆𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍−𝒆𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓)
𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑻𝒂𝒏𝒂𝒉 = 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒊𝒑𝒂
……………..(2.28)
dimana :
Slope tanah : kemiringan tanah yang digunakan dalam
pemasangan pipa (m)
Elevasi muka awal : elevasi tanah awal saat pemasangan pipa (m)
Elevasi muka akhir : elevasi tanah akhir saat pemasangan pipa (m)
Panjang pipa : panjang pipa yang digunakan/dipasang ( m)
b. Elevasi pipa awal
Elevasi pipa awal adalah ketinggian awal pipa saat dipasang.
rumus :
𝑬𝒍𝒗 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍 = 𝑬𝒍𝒗 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍 – 𝟏 𝒎 – 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒑𝒊𝒑𝒂 ….(2.29)
dimana :
Elevasi pipa awal : ketinggian awal pipa saat dipasang (m)
Elevasi muka awal : elevasi tanah awal saat pemasangan pipa (m)
Diameter pipa : diameter pipa yang digunakan (m)
c. ∆H (headloss)
rumus :
∆𝑯 = 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒙 𝒔𝒍𝒐𝒑𝒆 …….……………………..(2.30)
dimana :
27
Panjang pipa : panjang pipa yang digunakan/ dipasang (m)
Slope : kemiringan yang ditentukan, yakni sebesar 0,006 m
e. Tinggi galian
Tinggi galian adalah tinggi tanah yang harus digali untuk pemasangan
pipa.
rumus :
𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒈𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 = 𝑬𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑬𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 …..(2.32)
dimana :
Elevasi muka akhir : elevasi tanah akhir saat pemasangan pipa (m)
Elevasi pipa akhir : ketinggian akhir pipa saat dipasang (m)
28
2.9 BANGUNAN PELENGKAP SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
Bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan merupakan bangunan
yang dibutuhkan untuk melengkapi bangunan induk. Bangunan pelengkap sistem
penyaluran air buangan ada 9, yaitu:
2.9.1 Manhole
Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air buangan
yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan
saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut selama
pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang saluran, baik dengan
ketinggian sama maupun berbeda. Manhole dapat ditempatkan pada:
a. Permulaan saluran lateral.
b. Setiap perubahan arah: vertikal, yaitu pada ketinggian terjunan lebih
besar dari dua kali diameter digunakan jenis drop manhole. Horizontal,
pada belokan lebih besar 22.50.
c. Setiap perubahan diameter.
d. Setiap perubahan bangunan.
e. Setiap pertemuan atau percabangan beberapa pipa.
f. Setiap terjadi perubahan kemiringan lebih besar dari 450.
g. Sepanjang jalan lurus, dengan jarak tertentu dan sangat tergantung pada
diameter saluran.
Berikut adalah tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran.
Tabel 2.3 Jarak Manhole Menurut Diameter
Sumber: M Arsyad,2015
Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah
29
melakukan pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman
manhole. Berikut adalah tabel ukuran diameter manhole menurut kedalaman:
Tabel 2.4 Diameter manhole menurut kedalaman
Sumber: M Arsyad,2015
Terdapat beberapa bentuk manhole yang dapat digunakan untuk daerah
pelayanan dengan kondisi tertentu:
a. Bentuk persegi panjang atau bujur sangkar, digunakan apabila:
Beban yang diterima kecil.
Kedalaman kecil (75-90 cm).
Pada bangunan siphon, dimensi 60 cm x 75 cm, 75 cm x 75 cm
tidak memerlukan tangga karena pengoperasiannya cukup dari
permukaan tanah.
b. Bentuk bulat, digunakan apabila
Beban yang diterima besar, baik vertikal maupun horizontal.
Kedalaman besar.
Dimensinya berdasarkan kedalaman.
Berikut adalah kriteria/persyaratan manhole:
Manhole harus ditutup dengan tutup yang dilengkapi kunci, agar
tidak dibuka/dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Bersifat padat dan kokoh.
Kuat menahan gaya-gaya dari luar.
Accessibility tinggi, tangga dari bahan anti korosi.
Dinding dan pondasinya kedap air.
Terbuat dari beton atau pasangan batu kali. Jika diameternya >2.50
m, konstruksinya beton bertulang.
Bagian atas dinding manhole, sebagai perletakan tutup manhole,
merupakan konstruksi yang flexibel, agar dapat selalu disesuaikan
30
dengan level permukaan jalan yang mungkin berubah, sehingga
tutup manhole tidak menonjol atau tenggelam terhadap permukaan
jalan.
Ketebalan dinding manhole serta lantai kerja tergantung pada:
Kedalaman.
Kondisi Tanah.
Beban yang diterima.
Material yang digunakan.
2.9.2 Ventilasi
Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan yang
berfungsi:
Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif dan juga gas-
gas yang korosif.
Untuk mencegah terlepasnya gas-gas berbau yang terkumpul pada
saluran.
Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi zat-zat organik
dalam saluran.
Untuk mencegah terjadinya tekanan di atas dan di bawah tekanan
atmosfer yang dapat menyebabkan aliran balik pada water seal alat-alat
palmbing.
2.9.3. Terminal Clean Out
Cleanout adalah bangunan pelengkap saluran yang biasanya diletakkan
pada ujung awal saluran, pada jarak 150-200 ft dari manhole. Jarak antar cleanout
berkisar 250-300 ft. Cleanout berfungsi sebagai:
31
Tempat untuk memasukkan alat pembersih ujung awal pipa
servis/lateral.
Tempat memasukkan alat penerangan saat dilakukan pemeriksaan.
Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan.
Menunjang kinerja manhole dan bangunan penggelontor.
Turut berperan dalam proses sirkulasi udara.
Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan
namun untuk menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8”.
2.9.4. Drop Manhole
Drop Manhole adalah bangunan yang dipasang jika elevasi permukaan air
pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih besar
dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu manhole
pertemuan. Sebelum sampai di roil pertemuan itu, roil pemasukannya harus
dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke bawah diluar mnhole dengan
samnungan T atau Y.
Drop Manhole berfungsi untuk menghindari terjadinya spalshing air
buangan yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu operator. Selain
itu drop manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S yang terbentuk
dalam saluran. Dua jenis drop manhole yang sering digunakan:
- Tipe Z (pipa drop 90 )
- Tipe Y (pipa drop 45 )
2.9.5. Junction dan transition
Junction adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk
menyambungkan satu atau lebih saluran pada satu titik temu dengan saluran
induk. Junction ini dilengkapi dengan manhole agar memudahkan pemeliharaan,
karena penyumbatan akibat akumulasi lumpur sering terjadi.
Transition adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambung
saluran bila terjadi perubahan diameter dan kemiringan. Transition juga
dilengkapi dengan manhole. Junction dan transition dapat menyebabkan
berkurangnya energi aliran, untuk memperkecil kehilangan energi, maka perlu
dipenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
Kecepatan aliran dari setiap saluran yang bersatu harus seragam
32
Dinding saluran dibuat selicin mungkin
Perubahan sudut aliran pada junction tidak boleh terlalu tajam.
Sudut pertemuan antara saluran yang masuk (saluran cabang) dan
saluran yang keluar (saluran utama) maksimum 45.
2.9.6. Belokan
Dalam pembuatan belokan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
Dinding saluran harus selicin mungkin.
Bentuk saluran harus seragam, baik radius maupun kemiringan
saluran.
Untuk mempermudah pemeriksaan terhadap clogging, perlu dibuat
manhole.
Untuk meminimalisir kehilangan energi akibat belokan, maka perlu
dihindari radius lengkung belokan yang sangat pendek. Batas bentuk
radius lengkungan dari pusat adalah lebih besar dari 3 kali diameter
saluran.
Dihindari adanya perubahan penampang melintang saluran.
2.9.7. Bangunan penggelontor
Bangunan penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran
dalam saluran, mencegah pembusukkan kotoran dalam saluran, dan menjaga
kedalaman air pada saluran. Penggelontoran diperlukan untuk penyaluran air
buangan dengan sistem konvensional, sementara penyaluran air buangan dengan
menggunakan sistem Small Bore Sewer (SBS), tidak memerlukan penggelontoran,
karena pipa saluran hanya mengalirkan effluent cair dari air buangan tidak berikut
padatannya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada bangunan penggelontor ini
adalah, air penggelontor harus bersih tidak mengandung lumpur, pasir, dan tidak
asam. Basa atau asin, selain itu air penggelontor tidak boleh mengotori saluran.
a. Jenis Penggelontoran
Berdasarkan kontinuitasnya, penggelontoran dibagi menjadi dua:
- Sistem kontinu
Penggelontoran dengan sistem kontinu, adalah sistem dimana
penggelontoran dilakukan secara terus menerus dengan debit konstan. Dalam
33
perencanaan dimensi saluran tambahan debit air buangan dari penggelontoran
harus diperhitungkan.
Dengan menggunakan sistem kontinu maka, kedalaman renang selalu
tercapai, kecepatan aliran dapat diatur, syarat pengaliran dapat terpenuhi, tidak
memerlukan bangunan penggelontor di sepanjang jalur pipa, tetapi cukup berupa
bangunan pada awal saluran atau dapat berupa terminal cleanout yang
dihubungkan dengan pipa transmisi air penggelontor. Selain itu, kelebihan dari
penggunaan sistem kontinu ini adalah kemungkinan saluran tersumbat kecil dapat
terjadi pengenceran air buangan, serta pengoperasiannya mudah. Sedangkan
kekurangannya yaitu, debit penggelontoran yang konstan memerlukan dimensi
saluran lebih besar, terjadi penambahan beban hidrolis pada bangunan.
- Sistem periodik
Dalam sistem periodik, penggelontoran dilakukan secara berkala pada
kondisi aliran minimum. Penggelontoran dilakukan minimal sekali dalam sehari.
Dengan sistem periodik, penggelontoran dapat diatur sewaktu diperlukan, debit
gelontor akan sesuai dengan kebutuhan.
Dimensi saluran relatif tidak besar karena debit gelontor tidak
diperhitungkan. Penggunaan sistem penggelontoran secara periodik, akan
menyebabkan lebih banyaknya unit bangunan penggelontor di sepanjang saluran,
selain itu ada kemungkinan pula saluran tersumbat oleh kotoran yang tertinggal.
b. Volume air penggelontor
Volume air gelontor tergantung pada:
Diameter saluran yang digelontor
Panjang pipa yang digelontor
Kedalaman minimum aliran pada pipa yang digelontor.
Untuk perencanaan penggelontoran sistem kontinu perhitungannya
dilakukan bersama dengan perhitungan dimensi penyaluran air buangan,
sedangkan untuk sistem periodik perhitungan perencanaannya sebagai berikut:
V gelontor = tg x Qg ......................................... (2.34)
Keterangan:
V gelontor : Volume air gelontor (m3)
Tg : Waktu gelontor (detik)
34
Qg : Debit air gelontor (m3/detik)
c. Alternatif Sumber Air Penggelontor
Air penggelontor dapat berasal dari berbagai sumber. Air penggelontor
dapat berasal dari air buangan dalam pipa riol itu sendiri atau air dari luar seperti
air tanah, air hujan, air PDAM, air sungai, danau dan sebagainya. Air
penggelontor yang dari luar harus tawar (bukan air asin), untuk menghindari
terjadinya penambahan kadar endapan/suspensi atau kadar kekerasan dan
kontaminan yang lebih besar.
2.9.8 Syphon
Syphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal/
miring. Misalnya, bila saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan raya
rendah, saluran irigasi, lembah, dan sebagainya, dimana elevasi dasarnya lebih
rendah dari elevasi dasar saluran riol.
a. Kriteria perencanaan
Diameter minimum 15 cm namun untuk memberikan kecepatan yang
lebih tinggi diameter bisa lebih kecil (minimal 10 cm) namun untuk
menghindari penyumbatan siphon harus dilengkapi pipa penguras
(drain).
Pipa harus terisi penuh.
kecepatan pengaliran harus konstan agar mampu menghanyutkan
kotoran atau buangan padat, kecepatan desain biasanya lebih besar
(0.6-0.9) m/detik.
Dibuat tidak terlalu tajam agar mudah dalam pemeliharaan.
Perencanaan harus mempertimbangkan debit minimum, rata-rata, dan
maksimum.
Pada awal dan akhir siphon harus dibuat sumur pemeriksaan untuk
memudahkan pembersihan.
b. Pendimensian
Dimensi pipa siphon dapat dihitung dengan persamaan kontinuitas
Q = A.V=1/4 π D2 ............................................. (2.35)
35
Keterangan:
Q : Debit air buangan (m3/detik)
V : Kecepatan aliran dalam siphon (m/detik)
D : Diameter pipa siphon (m)
c. Kehilangan tekanan
Kehilangan tekanan dalam siphon berperan dalam perencanaan
siphon, dengan mengetahui kehilangan tekanan maka perbedaan
ketinggian awal dan akhir saluran siphon dapat ditentukan dengan tepat.
Berikut persamaan untuk menentukan kehilangan tekanan:
h = v2/2g (1+a+b.L/D) ..................................... (2.36)
a = 1/v-1
b = 1,5 (0.019819+0.0005078)
Keterangan:
h : Kehilangan tekanan sepanjang siphon
a : Koefisien kontraksi pada mulut dan belokan pipa
b : Koefisien gaya gesek antar air dengan pipa
L : Panjang pipa
D : Diameter pipa
Agar pengaliran berjalan lancar, elevasi awal siphon harus lebih tinggi dari
elevasi akhir siphon. Tinggi yang dibutuhkan adalah headloss selama pengaliran
yang berasal dari entrance loss, headloss sepanjang pipa dan headloss dibelokan.
d. Inlet chamber
Inlet chamber berfungsi sebagai bangunan peralihan dari pipa air buangan
yang sifat alirannya terbuka menuju pipa siphon yang sifat alirannya bertekanan,
selain itu inlet chamber pun berfungsi untuk mendistribusikan air buangan ke
dalam masing-masing pipa siphon sesuai dengan kondisi alirannya. Inlet
chamber berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang yang dilengkapi dengan
unit pembagi aliran.
Dimensi:
Lebar = diameter pipa air buangan + diameter pipa siphon aliran
rata-rata + diameter pipa siphon aliran max +2”.
36
Panjangnya disesuaikan dengan panjang manhole.
Ketinggiannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
overflow ke dalam manhole di sampingnya.
e. Outlet chamber
Fungsi outlet chamber adalah kebalikan dari inlet chamber. Bentuk
dimensinya sama dengan inlet chamber hanya dilengkapi dengan sekat dan
terjunan agar alirannya tidak kembali masuk ke pipa siphon lainnya. Dimensi
sekat memiliki ketinggian yang disesuaikan dengan kedalaman alirannya
sedangkan ketinggian terjunan dipertimbangkan terhadap kedalaman penanaman
pipa air buangan.
f. Drain
Untuk pembersihan pipa bagian dasar, diperlukan pipa drain yang
menyalurkan kotorannya ke bak penampung yang terdapat dalam manhole,
selanjutnya dipompa. Bentuknya berupa pipa horizontal yang dihubungkan
dengan pipa siphon dan menggunakan „Y connection‟ serta dilengkapi dengan
valve. Diameternya sama dengan diameter pipa siphon. Tempat
penyambungannya pada bagian sisi pipa siphon yang menurun.
g. Stasiun pompa
Stasiun pompa terdiri sumuran pengumpul (wet well / sump well) yang
berfungsi sebagai suatu reservoir penyeimbang untuk menahan perbedaan volume
air buangan yang masuk dan volume air buangan yang dapat dikeluarkan pompa,
juga sebagai bak ekualisasi untuk memperkecil beban fluktuasi pompa. Jumlah
dan lokasi stasiun pompa biasanya ditentukan dari perbandingan biaya konstruksi
dan operasi serta perawatan, dengan biaya konstruksi dan perawatan saluran
berdiameter besar dan dangkal. Jenis pompa untuk air buangan diantaranya:
1) Pompa sentrifugal
2) Pneumatic ejector
3) Screw pump
37
Untuk penyaluran air buangan, umumnya digunakan pompa sentrifugal
bertipe non clogging, yang dapat membawa air buangan yang mengandung
partikel padat. Klasifikasi pompa sentrifugal:
1. Axial flow/propeller pumps
Digunakan untuk air hujan. Karakteristik pompa ini adalah mahal, headnya
< 9 meter dan Ns = 8000-16000 rpm.
2. Mixed flow/angle flow
Digunakan untuk ait hujan dan juga air buangan. Pompa ini memiliki Ns =
4200-9000 rpm dan paling murah.
3. Radial flow pump
Digunakan untuk air buangan dan lebih banyak yang menggunakannya
karena jarak antara impeller-nya jauh sehingga memperkecil penyumbatan.
Pompa ini memiliki Ns = 4200-6000 rpm dan harganya tidak terlalu mahal. Ns
adalah specific speed yang menunjukkan efisiensi dari pompa.
Penggolongan klasifikasi pompa ini biasanya ditentukan oleh spesifik
speed (Ns) pada titik efisiensi maksimum dan dapat dilihat sebagai berikut:
Ns = N.Q1/2 (H3/4) ......................................... (2.37)
Keterangan:
N : Rotasi impeller (rpm)
Q : Debit pada efisiensi optimum
H : Total head (feet)
Operasi pompa sentrifugal pada Ns yang rendah mempunyai efisiensi yang tinggi.
38
pembangunan sipil dan harus cukup untuk meletakkan dan menyambungkan pipa
dengan baik.
Harus dilakukan persiapan-persiapan tersendiri untuk menampung
sementara bahan galian, yang diperlukan untuk pengurugan kembali. Bahan galian
yang tidak dapat digunakan sebagai bahan urugan atau keperluan lain, dinagkat
dari lapangan untuk dibuang ke tempat pembuangan ahir yang telah disepakati.
Pengurugan harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan bahwa tanah yang digunakan bukan termasuk tanah lempung
asli (kadar clay <20%).
Pengurugan dilakukan secara berlapis dengan tebal lapisan 20 cm,
kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat berat. Bahan urugan harus bebas
dari akar-akaran, bahan organik, sampah dan batuan yang lebih besar dari 10 cm.
39
BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
40
3.3 TOPOGRAFI DAN TATA GUNA LAHAN
Letak ketinggian elevasi Kecamatan Jambangan yang masukdalam
kawasan Surabaya selatan adalah ±7 m diatas permukaanlaut (dpl). Secara
umum Kecamatan Jambangan wilayahnya didominasi oleh daerah
terbangun, yaitu permukiman, dan fasilitas-fasilitas umum, seperti gedung
perdagangan dan perkantoran.
3.4 DEMOGRAFI
Indikator untuk melihat dan mengkaji sejauh mana pertumbuhan
dan perkembangan di wilayah kecamatan jambangan adalah jumlah dan
kepadatan penduduk. Jumlah penduduk Kecamatan selama 5 tahun
terakhir, yaitu mulai tahun 2011-2015 yang disajikan dalam tabel berikut.
Jumlah Penduduk
Tahun
(jiwa)
2012 47.419
2013 49.640
2014 51.290
2015 47.548
2016 49.310
Sumber: Badan Statistik Kota Surabaya, 2016
41
Tabel 3.2 Fasilitas umum Kecamatan Jambangan, Surabaya
Panti
Tempat Fasilitas Sarana
No Tahun Asuh Pasar Industri
Ibadah Pendidikan Kesehatan
an
1 2012 135 22 3 1 1 16
2 2013 43 24 3 1 1 16
3 2014 84 25 3 1 1 7
4 2015 89 26 3 1 1 7
5 2016 89 26 3 1 1 7
Sumber: Badan Statistik Kota Surabaya, 2016
42
BAB IV
Jumlah
No Tahun Penduduk X Y X^2 Y^2 XY
(jiwa)
1 2012 47.419 0 0 0 0 0
2 2013 49.640 1 2.221 1 4932841 2221
3 2014 51.290 2 1.650 4 2722500 3300
4 2015 47.548 3 -3.742 9 14002564 -11226
5 2016 49.310 4 1.762 16 3104644 7048
JUMLAH 10 1.891 30 3575881 1343
R -0,456010957
Sumber: Hasil Perhitungan.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai regresi dengan
metode aritmatika pertumbuhan penduduk Kecamatan Jambangan sebesar -
0,456010957.
b. Metode Geometrik
Metode Geometrik yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
penduduk dihitung dengan menghitung LN dari jumlah penduduk pada
tahun ke-n.
43
Jumlah
No Tahun Penduduk X Y x^2 y^2 xy
(jiwa)
1 2012 47.419 1 10,7668 1 115,9235 10,76678
2 2013 49.640 2 10,8126 4 116,9113 21,62510
3 2014 51.290 3 10,8453 9 117,6195 32,53575
4 2015 47.548 4 10,7695 16 115,9820 43,07798
5 2016 49.310 5 10,8059 25 116,7671 54,02941
JUMLAH 15 54 55 583,2034 162,03503
R 0,170024848
Sumber: Hasil Perhitungan.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai regresi pertumbuhan
penduduk dengan metode Geometrik sebesar 0,170024848
Jumlah
No Tahun Penduduk X Y X^2 Y^2 XY
(jiwa)
1 2012 47.419 1 47.419 1 2248561561 47419
2 2013 49.640 2 49.640 4 2464129600 99280
3 2014 51.290 3 51.290 9 2630664100 153870
4 2015 47.548 4 47.548 16 2260812304 190192
5 2016 49.310 5 49.310 25 2431476100 246550
JUMLAH 15 245.207 55 12035643665 737311
R 0,16612519
Sumber : Hasil Perhitungan.
44
seperti tahun sebelumnya, kemudian digunakan metode geometri untuk
memproyeksikan penduduk dengan nilai r = 0,1 dan didapatkan perubahan
jumlah penduduk, sehingga metode geometrik inilah yang selanjutnya
digunakan dalam memproyeksikan pertumbuhan penduduk 10 tahun
mendatang di Kecamatan Jambangan.Hasil perhitungan proyeksi jumlah
penduduk Kecamatan Jambangan tahun 2017 - 2026 ditampilkan pada
Tabel 4.4
2017 49.746
2018 50.185
2019 50.629
2020 51.076
2021 51.527
2022 51.982
2023 52.442
2024 52.905
2025 53.373
2026 53.844
Sumber: Hasil Perhitungan
45
Tabel 4.5 Data Fasilitas Umum Kecamatan Jambangan Tahun 2016
46
Dari tabel kriteria kebutuhan air minum, dapat diketahu bahwa
Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya termasuk jenis kota metropolitan,
karena jumlah penduduk di Kota Surabaya lebih dari 1.000.000 jiwa.
Standar kebutuhan air domestik yang dijadikan sebagai acuan dalam
proyeksi kebutuhan air di Kecamatan Jambangan sampai tahun 2026.
47
Tabel 4.7 Pembagian Blok dan Kebutuhan Air Bersih Tiap Blok Kecamatan
Jambangan
jumlah
Jumlah % luas total
Luas % penduduk luas
Blok Kelurahan penduduk yang penduduk
(Ha) pelayanan yang terlayani
2025 terlayani terlayani
terlayani
1 Karah 110 19346 80 100 15476 110 15476
2 Jambangan 8 10901 60 90 6540 7 6540
3 Kebonsari 9 10894 80 70 8715 6 8715
4 Pagesangan 12 14606 80 90 11685 11 11685
Sumber: Hasil Perhitungan
48
Jumlah penduduk Kecamatan Jambangan pada tahun 2020 adalah
51076 jiwa, dengan tingkat pelayanan yang ada 100%. Maka jumlah
penduduk yang terlayani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
= 40860,8 jiwa
= 4.903.200 l/hari
= 56,75 l/detik
49
c. Kebutuhan Air Non-domestik = 15% x Kebutuhan Air Domestik
= 15% x 56,75l/detik
= 8,51 l/detik
= 16,31 l/detik
= 17,20 l/ detik
50
b. Debit Air Rata-Rata
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Qr = (120/(86400x1000)) x Jumlah penduduk x80%
= (120/(86400x1000)) x 15476x80%
= 0,017 m3/detik
c. Debit Air Limbah Maksimum
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok1, yaitu :
Qmax = 1,25 x Q average
= 1,25 x 0.017
= 0,021 m3/detik
d. Faktor Peak
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
F peak diambil berdasarkan grafik dengan melihat nilai debit rata-rata
F peak = 3,2
e. Debit peak
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Q peak = Q average x F peak x 86400
= 0,017x 3,2 x 86400
= 4754,4 m3/hari
f. Faktor ave Infiltrasi
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Fpeak Infiltrasi = dilihat dari grafik dengan melihat luas wilayah
= 6 m3/ha.hari
g. Debit Rata-rata Infiltrasi
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Q ave infiltrasi = Luas wilayah x F ave Infiltrasi
= 110 x 6
= 660 m3/hari
h. Faktor Peak infiltrasi
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
F peak infiltrasi = diambil dari grafik dengan melihat luas wilayah
51
= 10,2
i. Debit Peak Infiltrasi
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada pipa 1, yaitu :
Q peak infiltrasi = Fpeak x Luas wilayah
= 10,2 x 110 ha
= 1122 m3/hari
j. Debit peak Total
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Q peak total = Q peak + Q peak infiltrasi
= 4754,4 + 1122
= 5876,35 m3/hari
k. Debit Minimum
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok1, yaitu :
Q min = 1/5 x (P/1000)0,2 x Qr
= 1/5 x (15476/1000)0,2 x 0,017
= 0,006 m3/hari/1000 m
Hasil perhitungan kedalaman tanah untuk pemasangan pipa yang lain
dapat dilihat di Tabel 4.9 terlampir
52
0,1602 l/detik
=
0,6718
= 0,0002 m3/detik
53
pipa tidak melebihi dari 7 m. Apabila melebihi dari 7 m maka harus
menggunakan bangunan pelengkap yaitu pompa.
q. Perhitungan ∆H / headloss
∆H = panjang pipa x slope
= 715,4 m x 0.0014 m
=1,0 m
=7,0 m
54
Berdasarkan dengan tahap-tahap perhitungan Kedalaman tanah/tinggi
galian untuk pemasangan pipa di atas, dapat diketahui bahwa pada pipa 1 dengan
elevasi pipa awal 9 m dan elevasi pipa akhir 8 m, kedalaman tanah untuk
pemasangan pipa 1 adalah sebesar 1,4 m. Hasil perhitungan kedalaman tanah
untuk pemasangan pipa yang lain dapat dilihat di tabel 4.12 terlampir
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari perencanaan penyaluran air buangan
Kecamatan Jambangan adalah sebagai berikut :
1. Proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Jambangan menggunakan
metode Geometri untuk memperoleh jumlah penduduk sehingga diketahui
jumlah kebutuhan air hingga tahun pelayanan 2025. Jumlah kebutuhan air dari
tahun 2017-2026 sebesar 1033,6 liter/detik. Dari kebutuhan air tersebut
kemudian dihitung jumlah air limbah yang dihasilkan. 80% dari kebutuhan air
dinyatakan sebagai air buangan, dan debit air limbah yang dihasilkan adalah
826,8 liter/detik.
2. Sistem penyaluran air buangan di Kecamatan Jambangan ditetapkan
berdasarkan hasil analisis penulis untuk pengembangan ke depannya.
3. Sistem penyaluran air buangan di Kecamatan Jambangan mengikuti
gravitasi. Sistem penyaluran air buangan ini menggunakan sistem terpisah.
Telah dilakukan perhitungan terhadap diameter pipa, dan tinggi galian sehingga
kecepatan air buangan tidak terhambat dan tidak terjadi kemampatan. Terdapat
penggelontoran pada jaringan pipa dengan adanya penggelontoran pada
jaringan pipa maka dibutuhkan lubang manhole yang cukup untuk melakukan
perawatan.
5.2 SARAN
Sistem penyaluran air buangan perlu dirancang ulang kembali apabila
telah melewati tahun perencanaan yakni tahun 2025, untuk pertimbangan
kapasitas pelayanan dan juga diameter pipa eksisting yang ada. Sehingga jika
terjadi peningkatan dan sistem tidak mampu menyalurkan lagi, maka diameter
pipa harus diganti ke diameter yang lebih besar.
Sistem penyaluran air buangan yang telah terbangun perlu dilakukan
operasi dan pemeliharaan yang baik sehingga tidak mengalami kerusakan yang
dapat menghambat proses penyaluran.
56
DAFTAR PUSTAKA
57