K-6 Pengelolaan Air Limbah & Sanitasi Dalam Penataan Ruang - 2
K-6 Pengelolaan Air Limbah & Sanitasi Dalam Penataan Ruang - 2
K-6 Pengelolaan Air Limbah & Sanitasi Dalam Penataan Ruang - 2
1
METODE & ANALISA KEBUTUHAN
PENGELOLAAQN AIR LIMBAH
2
saluran induk. Untuk kawasan resapan air dengan luasan yang besar, dapat dilakukan
dengan menyediakan sumur resapan di tiap rumah.
Saluran yang menyatu dengan saluran irigasi pada kawasan yang masih
berkarakter pedesaan, perlu adanya pengolahan air buangan yang berasal dari rumah
tangga maupun dari industri yang ada sehingga tidak mencemari air untuk irigasi.
Dengan sistem sanitasi ini, maka terjadinya genangan atau banjir dapat dihindari. Di
samping itu karakter kawasan yang mempunyai ketinggian <15% hingga 40%
menyebabkan aliran air cenderung tinggi.
Dalam menentukan penyediaan jaringan sanitasi perlu diketahui jumlah air
buangan dalam tahun-tahun perencanaan. Asumsi yang digunakan dalam menentukan
jumlah air buangan pada tahun perencanaan adalah:
• Untuk perumahan : 75% dari jumlah kebutuhan air bersih
• Untuk sosial : 60% dari kebutuhan air bersih
• Komersial : 60% dari kebutuhan air bersih
Untuk menghindari pencemaran air tanah yang diakibatkan oleh limbah domestik
maka setiap rumah harus menjaga agar tanki limbah setempat tidak terlalu dekat
dengan sumber air minum.
3
Gambar 1
Gambar 2
Sumber : Septic-Design.Info Blog, Arizona Septicc System Design
4
2) Sistem pembuangan bersama (communal system) yang dikenal dalam bentuk
MCK untuk umum.
5
Gambar 4. Diagram Pengelolaan Air Limbah Dari Sumber Limbah Sampai Sungai
Pengelolaan Air Limbah Domestikberdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik.
a. Sistem pengolahan air limbah terpusat merupakan pembuangan air limbah domestik
ke dalam jaringan air limbah domestik yang disediakan oleh Pemerintah.
b. Jaringan air limbah domestik pada sistem pengolahan air limbah terpusat yang
kemudian akan bermuara di IPAL (terpusat) merupakan jaringan perpipaan yang
terdiri dari
- Saluran Induk/Primer,
- Saluran Penggelontor,
- Saluran Lateral/Sekunder,
- Pipa Servis/tersier dan Sambungan Rumah,
c. Saluran Induk/Primer merupakan Pipa besar yang digunakan untuk mengalirkan air
limbah dari pipa lateral.
d. Saluran Penggelontor merupakan Sistem penggelontor untuk menjaga aliran
pembersih dalam sistem pengolahan limbah yang dangkal.
e. Saluran Lateral/Sekunder merupakan Pipa yang membentuk ujung atas sistem
pengumpulan air limbah dan biasanya terletak dijalan ataupun tempat-tempat
tertentu digunakan untuk mengalirkan air limbah dari pipa servis ke pipa induk.
f. Pipa Servis/tersier merupakan pipa yang digunakan untuk menghubungkan pipa
sambungan rumah ke pipa lateral.
g. Sambungan Rumah merupakan sambungan saluran pembuangan dari bangunan
tempat pemakai yang dihubungkan ke jaringan air limbah domestik yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah.
h. Setiap orang atau badan wajib mengelola air limbah domestiknya melalui sistem
pengolahan airlimbah setempat atau terpusat.
6
7
DIMENSI SEKTICK TANK KOMUNAL
Tangki Sectik
8
9
PERENCANAAN PENGELOLAAN AIR KOTOR
(STUDI KASUS KOTA WATES, 2013)
Air kotor dapat dibuang ke saluran drainase terdekat setelah melalui Bak
Pengendap (alat penyaring) dan sumur peresapan pada masing-masing rumah. Bak ini
diperlukan untuk menyaring bahan-bahan kotor dan padat yang terbawa air kotor. Debit
limbah air kotor keluarga diperhitungkan sebesar 85% dari kebutuhan air bersih di
Wilayah Perencanaan.
• Jumlah air kotor dapat dihitung dengan rumus Qb = 85% x 80 liter/orang/hari,
10
• Proyeksi Air Kotor pada tahun 2033 untuk penduduk berjumlah 500.000 jiwa yaitu
sebesar 85% x 80 liter/orang/hari x 500.000 jiwa = 34.000.000 liter/hari.
Sistem Pembuangan Air kotor yang perlu dikembangkan di BWK Wates adalah sistem
pembuangan bersama (communal system) dalam bentuk MCK umum. Dengan asumsi
kebutuhan MCK umum 1 unit MCK untuk 50 KK dan yang menggunakan fasilitas MCK
umum adalah 80% dari jumlah KK maka kebutuhan MCK umum di wilayah
perencanaan dapat dihitung sebagai berikut:
11