K-6 Pengelolaan Air Limbah & Sanitasi Dalam Penataan Ruang - 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI

DALAM PENATAAN RUANG

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNIK SUMBER DAYA ALAM
PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN
Alamat: Jl. Janti Km 5, Gedongkuning
Telepon : 0274 – 566863 Fax. : 0274 – 566863

1
METODE & ANALISA KEBUTUHAN
PENGELOLAAQN AIR LIMBAH

Sub tema kuliah :


✓ Sarana Air Limbah
✓ Jenis sistem yang ada
✓ Penerepan sistem yang sesuai
✓ Perancangan Sistem
✓ Tinjauan Kasus

Sanitasi kota merupakan upaya penanganan dalam penyaluran air limbah


domestik, berupa air buangan dari kegiatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) serta kegiatan
domestik lainnya maupun penanganan limbah manusia. Penyaluran air limbah
dimaksudkan agar dapat berkumpul menjadi suatu aliran air limbah yang mengalir
dalam suatu saluran tertentu, sehingga air limbah tersebut mudah diawasi kuantitas dan
kualitasnya.Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005:174-175) sistem pembuangan air limbah
yang terdapat di perkotaan terbagi menjadi 2 (dua) macam sistem yaitu :
1) sistem pembuangan setempat (on site sanitation) dan
2) pembuangan terpusat (off site sanitation).
Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas pembuangan air limbah yang berada di
dalam persil pelayanan (batas tanah yang dimiliki) misal dengan septik tank, sedangkan
sistem pembuangan terpusat adalah sistem pembuangan di luar persil.
Suatu kawasan memerlukan sistem air kotor/ sanitasi yang memperhatikan aspek
lingkungan. Sistem sanitasi ini merupakan sarana untuk pembuangan air buangan
maupun limpasan air hujan. Perencanaan sanitasi harus mempertimbangkan kondisi
fisik dasar kawasan (topografi/kelerengan, keadaan tanah, hidrologi, curah hujan).
Perencanaan sanitasi idealnya harus merupakan sistem sanitasi yang menyeluruh,
artinya antar saluran harus terhubung dengan baik dan alirannya dapat menuju ke
saluran induk/primer.
Dimensi saluran yang direncanakan harus diperhitungkan, karena menyangkut
kapasitas dalam menampung air buangan dan limpasan air hujan. Tersedianya kawasan
resapan air juga perlu diperhatikan sebagai salah satu tujuan aliran selain menuju ke

2
saluran induk. Untuk kawasan resapan air dengan luasan yang besar, dapat dilakukan
dengan menyediakan sumur resapan di tiap rumah.
Saluran yang menyatu dengan saluran irigasi pada kawasan yang masih
berkarakter pedesaan, perlu adanya pengolahan air buangan yang berasal dari rumah
tangga maupun dari industri yang ada sehingga tidak mencemari air untuk irigasi.
Dengan sistem sanitasi ini, maka terjadinya genangan atau banjir dapat dihindari. Di
samping itu karakter kawasan yang mempunyai ketinggian <15% hingga 40%
menyebabkan aliran air cenderung tinggi.
Dalam menentukan penyediaan jaringan sanitasi perlu diketahui jumlah air
buangan dalam tahun-tahun perencanaan. Asumsi yang digunakan dalam menentukan
jumlah air buangan pada tahun perencanaan adalah:
• Untuk perumahan : 75% dari jumlah kebutuhan air bersih
• Untuk sosial : 60% dari kebutuhan air bersih
• Komersial : 60% dari kebutuhan air bersih
Untuk menghindari pencemaran air tanah yang diakibatkan oleh limbah domestik
maka setiap rumah harus menjaga agar tanki limbah setempat tidak terlalu dekat
dengan sumber air minum.

A. SISTEM PEMBUANGAN SETEMPAT (ON SITE SANITATION)


Berdasarkan aspek Pemakaian, sistem pembuangan air kotor pada umumnya terbagi
atas dua macam, yaitu:
1) Sistem pembuangan mandiri, dikenal dalam bentuk septictank, leaching pit,
leaching field, dan cubluk.

3
Gambar 1

Gambar 2
Sumber : Septic-Design.Info Blog, Arizona Septicc System Design

4
2) Sistem pembuangan bersama (communal system) yang dikenal dalam bentuk
MCK untuk umum.

B. PENGELOLAAN AIR LIMBAH TERPUSAT (OFF SITE SANITATION)


Pengelolaan air limbah mulai dari sumber, instalasi pengolah air limbah (IPAL)
sampai badan sungai, dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 3 Diagram Jaringan Pipa Limbah dari Sumber Sampai IPAL

IPAL terdiri dari beberapa bagian antara lain :


1) Bak Kontrol
2) Bak pengurai an-aerob
3) Bak pengendap awal
4) Biofilter anaerob
5) Bak aerasi
6) Bak pengendap akhir

5
Gambar 4. Diagram Pengelolaan Air Limbah Dari Sumber Limbah Sampai Sungai
Pengelolaan Air Limbah Domestikberdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik.
a. Sistem pengolahan air limbah terpusat merupakan pembuangan air limbah domestik
ke dalam jaringan air limbah domestik yang disediakan oleh Pemerintah.
b. Jaringan air limbah domestik pada sistem pengolahan air limbah terpusat yang
kemudian akan bermuara di IPAL (terpusat) merupakan jaringan perpipaan yang
terdiri dari
- Saluran Induk/Primer,
- Saluran Penggelontor,
- Saluran Lateral/Sekunder,
- Pipa Servis/tersier dan Sambungan Rumah,
c. Saluran Induk/Primer merupakan Pipa besar yang digunakan untuk mengalirkan air
limbah dari pipa lateral.
d. Saluran Penggelontor merupakan Sistem penggelontor untuk menjaga aliran
pembersih dalam sistem pengolahan limbah yang dangkal.
e. Saluran Lateral/Sekunder merupakan Pipa yang membentuk ujung atas sistem
pengumpulan air limbah dan biasanya terletak dijalan ataupun tempat-tempat
tertentu digunakan untuk mengalirkan air limbah dari pipa servis ke pipa induk.
f. Pipa Servis/tersier merupakan pipa yang digunakan untuk menghubungkan pipa
sambungan rumah ke pipa lateral.
g. Sambungan Rumah merupakan sambungan saluran pembuangan dari bangunan
tempat pemakai yang dihubungkan ke jaringan air limbah domestik yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah.
h. Setiap orang atau badan wajib mengelola air limbah domestiknya melalui sistem
pengolahan airlimbah setempat atau terpusat.

6
7
DIMENSI SEKTICK TANK KOMUNAL

Tangki Sectik

8
9
PERENCANAAN PENGELOLAAN AIR KOTOR
(STUDI KASUS KOTA WATES, 2013)

Air kotor dapat dibuang ke saluran drainase terdekat setelah melalui Bak
Pengendap (alat penyaring) dan sumur peresapan pada masing-masing rumah. Bak ini
diperlukan untuk menyaring bahan-bahan kotor dan padat yang terbawa air kotor. Debit
limbah air kotor keluarga diperhitungkan sebesar 85% dari kebutuhan air bersih di
Wilayah Perencanaan.
• Jumlah air kotor dapat dihitung dengan rumus Qb = 85% x 80 liter/orang/hari,

10
• Proyeksi Air Kotor pada tahun 2033 untuk penduduk berjumlah 500.000 jiwa yaitu
sebesar 85% x 80 liter/orang/hari x 500.000 jiwa = 34.000.000 liter/hari.
Sistem Pembuangan Air kotor yang perlu dikembangkan di BWK Wates adalah sistem
pembuangan bersama (communal system) dalam bentuk MCK umum. Dengan asumsi
kebutuhan MCK umum 1 unit MCK untuk 50 KK dan yang menggunakan fasilitas MCK
umum adalah 80% dari jumlah KK maka kebutuhan MCK umum di wilayah
perencanaan dapat dihitung sebagai berikut:

• Proyeksi jumlah KK pada tahun 2033 = 13.5970 KK


• Proyeksi kebutuhan MCK umum pada tahun 2033 yaitu sebesar = 80% x 4.476
KK)/50 = 71 MCK umum
Untuk lebih jelasnya, proyeksi Air Kotor dan kebutuhan sistem pembuangan bersama
(communal sistem) dapat dilihat pada tabel berikut :

Sumber : RDTR Perkotaan Wates, 2013

11

Anda mungkin juga menyukai