CTH Peren Ipal Jayapura
CTH Peren Ipal Jayapura
CTH Peren Ipal Jayapura
1
BAB I
PENDAHULUAN
lingkungan, maka akses fasilitas sanitasi khususnya penanganan air limbah harus
ditingkatkan. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak
langsung pada pencemaran air (air tanah dan air permukaan), yang pada akhirnya
akan menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat pemakai air yang telah
tercemar.
Defaction Free yang artinya tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang membuang
hingga 50 persen, maka penyediaan fasilitas sanitasi menjadi prioritas yang harus
dilaksanakan.
kota besar di Provinsi Papua, belum maksimal dalam hal pengolahan air limbah
baik yang berasal dari toilet (WC) yang disebut black water maupun yang berasal
dari dapur dan kamar mandi yang disebut gray water. Indikasi yang dijumpai
tersebut dan sebagian besar masyarakat belum memiliki tangki septic yang
2
memenuhi persyaratan teknis kesehatan. Disamping itu, pengelolaan air limbah
yang termasuk dalam kelompok gray water juga belum optimal. Gray water yang
memenuhi baku mutu air limbah sesuai peraturan yang berlaku. Tidak
Yani adalah sebagai akibat dari kurangnya perhatian dari pemerintah, terutama
pemerintah Kota Jayapura untuk merawat aset yang telah ada, serta tidak adanya
maka dalam penelitian ini peneiti bermaksud untuk membuat suatu perencanaan
tentang Instalasi Pengolahan Limbah Cair dalam skala yang lebih kecil dan
masyarakat.
maupun langsung kedalam badan air yang ada dilingkungan sekitar tempat
maupun air tanah yang ada. Hal tersebut diperburuk dengan keadaan geografis
intrusi air laut kedalam air tanah penduduk , sehingga siklus keberadaan air tanah
dengan baku mutu yang layak sebagai air minum sangat sulit diupayakan.
3
Berdasarkan uraian di atas maka perlu kiranya dilakukan perencanaan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat kita dapatkan
Selatan?
2. Sistem pengolahan limbah cair apa yang sesuai untuk mengolah limbah
Jayapura Selatan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang dapat diraih adalah sebagai
berikut:
4
2. Pilihan sistem pengolahan limbah cair yang aplikatif (sesuai dengan
Selatan..
Agar tugas akhir ini mempunyai arah dan bentuk akhir maka dapat
digambarkan ruanglingkup dan batasan masalah yang ada antara lain sebagai
berikut:
rumusan dan ruang lingkup masalah, adapun batasan masalah yang dapat
digambarkan adalah:
2. Parameter yang diteliti adalah sebagai berikut, parameter fisik (pH dan
5
3. Pemilihan alternatif unit-unit pengolah limbah cair yang dapat
ada.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Air buangan atau limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
perindustrian bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman, dan air hujan
(Metcalf dan Eddy). Sedangkan menurut Ehlers dan Steed, air buangan atau
atau limbah adalah air kotor yang merupakan hasil samping dari aktifitas manusia
baik dari aktifitas rumah tangga, industri, tempat-tempat umum (seperti tempat
memperkirakan jumlah rata-rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan,
industri dan aliran air tanah yang ada di sekitarnya. Seluruh data ini harus dihitung
Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah air berasal dari
perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber lainnya yang tidak kalah
pentingnya adalah daerah perkantoran atau lembaga serta daerah fasilitas rekreasi.
7
Untuk daerah tertentu banyaknya air limbah dapat diukur secara langsung. Untuk
daerah perumahan yang kecil aliran air limbah biasanya diperhitungkan melalui
kepadatan penduduk dan rata-rata perorang dalam membuang air limbah. Adapun
besarnya rata-rata air limbah yang berasal dari daerah hunian dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Adapun untuk daerah yang luas, maka perlu diperhatikan jumlah aliran air
limbah dengan dasar penggunaan daerah, kepadatan penduduk, serta ada tidaknya
daerah industri. Aliran air limbah yang berasal dari daerah perdagangan secara
umum dihitung dalam meter kubik per hektar/hari didasarkan pada data
Selain air yang masuk melalui limpahan, maka terdapat air hujan yang
menguap, diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan ada pula yang merembes ke dalam
tanah. Air yang merembes ini akan masuk ke dalam tanah yang akhirnya menjadi
air tanah. Apabila permukaan air tanah bertemu dengan saluran air limbah, maka
8
bukanlah tidak mungkin terjadi penyusupan air tanah tersebut ke saluran air
karena rusaknya pipa saluran. Besarnya aliran ini diperkirakan sebesar 0,0094
sampai 0,94 m3 setiap diameter (mm) setiap km. Dengan demikian, banyaknya air
yang masuk ke dalam aliran air limbah sebanyak 0,0094 - 0,94 dikalikan dengan
diameter pipa (mm) dikalikan lagi dengan panjangnya pipa (km) akan dihasilkan
jumlah air limbah dalam satuan m3. Sesuai dengan sumber asalnya, maka air
limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap
saat. Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah
Air limbah
Anorganik
Organik
Secara lebih khusus, maka air limbah yang berasal dari kamar mandi dan
9
Tabel 2.2. Komposisi Air Limbah yang Berasal
dari Kamar Mandi dan WC
Lain halnya dengan kandungan zat-zat yang berasal dari setiap industri sangat
ditentukan oleh jenis industri itu sendiri. Untuk mengetahui kadar zat apa yang
terkandung di dalam air limbah, maka berikut ini adalah ukuran (parameter) yang
10
Tabel 2.3. Komposisi Air Limbah Rumah tangga dan Presentase
Pengurangannya Akibat Pengolahan Pertama dan Kedua
Konsentrasi (mg/L)
% Pengurangan
Parameter
Antara Rata-rata
Pertama Kedua
FISIK :
Zat padat, jumlah 300 – 1.200 700
Mudah mengendap 50 – 200 100 90
Tercampur 100 – 400 220 50 – 90
Tercampur, volatile 70 – 300 150 60 – 90
Terlarut 250 – 850 500 5
Terlarut, volatile 100 – 300 150 30
KIMIA :
Karbon organik 100 – 400 250 90
BOD 5 10 – 30
COD 200 – 1.000 500 10 – 30 70 – 80
TOD 200 – 1.100 500 10 – 30 70 – 80
TOC 100 – 400 250 10 – 30 60 – 80
NITROGEN :
Total (sebagai N) 15 – 90 40 35
Organik 5 – 40 25 40 50 – 80
Amoniak 10 – 50 25 0 – 20
Nitrit Dihasilkan
Nitrat Dihasilkan
FOSFOR :
Total (sebagai P) 5 – 20 12 0 – 15 20 – 40
Organik 1–5 2
Anorganik 5 – 15 10
pH 7 – 7,5 7
Kalsium 30 – 50 40
Klorida 30 – 85 50
Sulfat 20 – 60 15
Sumber : Donal W. Sundstrom & H.E. Klei. 1979.
Dengan adanya patokan di atas tidak berarti bahwa zat lain yang di luar anjuran
tidak perlu diperhatikan, tetapi hanya merupakan patokan serta pengamatan yang
lebih seksama terhadap parameter tersebut secara lebih khusus. Adapun gambaran
11
tentang komposisi air limbah rumah tangga berikut pengurangannya akibat
secara detail mengenai kandungan yang ada di dalam air limbah juga sifat-
sifatnya. Setelah diadakan analisis ternyata bahwa air limbah mempunyai sifat
1. Sifat fisik
2. Sifat kimiawi
3. Sifat biologis
Adapun cara pengukuran yang dilakukan pada setiap jenis sifat tersebut
kandungan biologisnya.
proses pengolahan pertama dan proses pengolahan kedua. Hal ini dapat dilihat
seperti yang tertulis pada Tabel 2.6 terdahulu. Berbeda dengan kandungan
konvensional. Adapun gambaran lengkap tetang sifat fisik, sifat kimiawi, serta
12
kandungan biologisnya dari air limbah serta sumber utama dari munculnya sifat
Anorganik :
Kesadahan Air limbah dan air minum rumah tangga serta rembesan air tanah.
Klorida Air limbah, air minum rumah tangga, rembesan air tanah dan pelunak air
Logam berat Air limbah industri.
Nitrogen Air limbah rumah tangga dan pertanian.
pH Air limbah industri.
Fosfor Air limbah rumah tangga dan industri serta limpahan air hujan.
Belerang Air limbah dan air minum rumah tangga serta limbah industri.
Bahan-bahan beracun Air limbah industri.
Gas-gas
Hidrogen sulfide Pembusukan rumah tangga.
Metan Pembusukan rumah tangga.
Oksigen Penyediaan air minum rumah tangga dan perembesan air permukaan
Kandungan Biologis :
Binatang Saluran terbuka dan bangunan pengolah.
Tumbuh-tumbuhan Saluran terbuka dan bangunan pengolah.
Protista Air limbah rumah tangga dan bangunan pengolah.
Virus Air limbah rumah tangga
Sumber: Metcalt dan Eddy, 1979
13
2.3 Prinsip-prinsip pengolahan air limbah
- Tujuan khusus :
limbah :
Kriteria kesehatan
14
Kriteria ekologis
penerimanya.
Kriteria gangguan
Onsite
15
Offsite
IPAL.
1. Berdasarkan tingkatannya :
pengolahan.
material fisik.
16
5. Desinfeksi
sedimentasi, mixing
presipitasi, netralisasi.
17
2.5. Unit-Unit Pengolah Air Limbah
2.5.1. Preliminary Treatment (Pengolahan Pendahuluan)
Pengkodisian air limbah sedemikian rupa sehingga ketika air limbah masuk
ke unit pengolahan utama tidak mengganggu proses yang ada. Proses ini juga
tersebut berupa :
1. Bar screen
Tabel 2.5 Jenis rak yang dibersihkan mekanis dan dengan tangan
Pembersihan Pembersihan
Bagian-bagiannya
dengan tangan mekanis
Ukuran jeruji
Lebar (mm) 5-15 5-15
Dalam (mm) 25-75 25-75
Jarak bersih antara jeruji (mm) 25-50 15-75
Kemiringan dari atas 30-45 0-30
Kecepatan yang diharapkan (m/s) 0.3-0.6 0.6-1
Kehilangan tekanan 150 150
Sumber : Metcalf dan Eddy, 1979
Jumlah Kisi ( n )
B = ( n.w ) + ( n + 1 ) b
18
Jumlah bukaan total ( s )
S =n+1
Lebar bukaan ( Lt )
Lt =B–(s.w)
Panjang kisi terendam ( Ls )
y
Ls =
sin
Kecepatan aliran melalui kisi ( vs )
Q
vs =
Lt Ls
Headloss
Menurut formula Kkrischmer
h w b4
3
hv.sin
Dimana :
H = headloss (m)
β = a bar shape factor
W = lebar jeruji (m)
B = jarak bersih antar jeruji (m)
S = jumlah bukaan total
Lt = lebar bukaan
Ls = Panjang kisi terendam
θ = sudut kemiringan rak
19
Fungsi equalisasi adalah untuk mengatasi masalah operasional yang
1) Bentuk bak :
Diperlukan pengadukan
2) Waktu tinggal
Waktu tinggal air limbah dalam bak akan menentukan dimensi bak
yaitu ;
Kerusakan/perbaikan peralatan
Luas penampang
20
volumebak
kedalamanbak
Kedalaman efektif : 2 H
3
Volume bak penampung = Waktu tinggal x jumlah air
buangan.
Air buangan yang telah melewati bar screen kemudian dikumpulkan pada
air buangan. Pada waktu tinggal (td) pada sumur pengumpulan tidak boleh
terlalu lama, ±10 menit, agar tidak terjadi pengendapan sumur pengumpul
pengumpul hanya yang memiliki debit lebih besar dari debit rata-rata
harian.
pengumpul adalah:
21
V = Q . td
V=B.L.h
Dimana : V = Volume sumur pengumpul
Q = Debit air buangan
td = Waktu tinggal
B = Lebar sumur pengumpul
L = Panjang sumur pengumpul
Untuk menentukan jenis dan karakteristik pompa didasrkan pada besarnya
debit
Hf = Hf minor + Hf mayor
Q 1,85
Hf mayor = 265
XL
0,2785.C.D
Dimana : Q = Debit air buangan (m3/ dt)
C = Koefisien Hazen – William
D = Diameter pipa (m)
L = Panjang pipa
Menghitung power pompa digunakan rumus sebagai berikut :
.Q.H
P=
Dimana : P = Power pompa (K. Nm/ dt)
δ = Berat spesifikasi air (KN / m3)
H = Head loss total
η = Efisiensi pompa (45 – 75%)
factor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pompa dan
penentuan sistem dalam pompa adalah sebagai berikut :
a. Kandungan padatan dalam air buangan
b. Kandungan kimia dalam air buangan
c. Kondisi air buangan / suhu
d. Penentuan jumlah pompa
e. Daya yang harus disediakan pompa
f. Kondisi suction pompa itu sendiri
22
3. Communitor
Communitor merupakan alat mekanis berupa paket yang dibuat pabrik,
alat ini berupa mesin penghalus atau pemarut yang berfungsi untuk
Communitor terdiri dari sebuah tabung berongga yang terbuat dari besi
yang berputar continue pada sumbu vertical dengan sumber tenaga dari
motor listrik. Pada tabung ini merupakan suatu saringan yang mempunyai
23
Pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur
pada tahap ini pengendapan yang dihasikan terjadi karena adanya kondisi yang
sangat tenang. Bahan kimia dapat juga di tambahkan untuk menetralkan keadaan
Pada pengolahan utama ini terdapat dua proses yaitu proses secara :
1. Kimia
sebagai media pengolahan dan terjadi reaksi kimia. Tujuan dari proses
terlarut, zat kimia anorganik, sedikit zat organik, logam berat yang
a. Proses netralisasi
air limbah untuk menjadi pH yang memenuhi standart baku mutu air
dengan penambahan kimia yang bersifat basa, dan air limbah dengan
24
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
waktu kontak
kimia (flokulan).
25
proses koagulasi umumnya memerlukan pengadukan cepat (100
2. Fisika
Sedimentasi
Jumlah padatan
26
Floatasi
terapung.
padatan
fasilitas
ini sangat dipengaruhi oleh banyak factor antara lain jumlah air limbah, tingkat
27
2. Proses pertumbuhan bakteri
(pengolahan kedua) :
sebesar 72-75%.
28
waktu tinggal yang diharapkan agar proses pencernaan dapat
mengeluarkan/menghasilkan gas metan berjalan sempurna adalah
selama 15-20 hari.
o Daya tampung tangki adalah sebesar :
hasilpo int( 2)dalamkg / hari
....kg / m3
volume tan gkidalammeterkubik
Agar daya tampung sesuai dengan daya tampung optimalnya maka
sebaiknya daya tampung tersebut tidak melebihi angka 1-1.2
kg/m3
o Banyaknya gas yang menghasilkn (m3/hari). Terjadinya gas metan
dari pencernan dalam tangki ini secara kimiawi adalah sebagai
berikut :
bahanorganik bakanaerob
volatileacid (CH 3COOH )
- Fakultatif Pond
Fakultatif Pond merupakan kolam dengan kedalaman 1-2.5 meter.
Pada kolam ini kedalaman air terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona
atas akan melakukan fotosintesis pada siang hari, pada lapisan kedua
jumlah oksigen relative lebih sedikit dan pada lapisan di dasar kolam
29
Pada kondisi demikian konsentrasi zat organik disetiap bagian kolam
Skematik proses :
30
Tabel 2.8 Kriteria Desain Untuk Fakultatif Pond
PARAMETER FAKULTATIF POND
Ukuran (ha) 1-4
Type operasi Seri atau pararel
Waktu tinggal (hari) 7 - 30
Kedalaman air (m) 1-2
Temperature (0C) 0 - 50
0
Temperature optimum ( C) 20
Beban BOD (kg/ha.hari) 15 - 18
Efisiensi konversi BOD (5) 80 - 95
Hasil konversi yang utama Algae, CO2, CH4, sel biomassa
Konsentrasi algae (mg/L) 20 - 80
Konsentrasi SS di dalam effluent (mg/L) 40 - 100
Sumber : Metcalf dan Eddy, 1979
- Aerated Lagoon
yang tinggi. Proses pada aerasi Lagoon pada prinsipnya sama dengan
pada kedalaman air yang dangkal dan oksigen diperoleh dari surface
yang besar.
sebagai berikut:
Volume = Q. θc
31
Tabel 2.9 Kriteria Disain Untuk Lagoon Dan Stabilisation Pond
Parameter Disain Aerobic Fakultatif
Kedalaman (m) 0.2-0.3 1-2.5
Waktu detensi(hari) 2-6 7-50
Beban BOD kg/ha/hari 111-222 22-55
% penyisihan BOD 80-95 70-95
Konsentrasi algae (mgC/L 100 10-50
Sumber : Metcalf dan Eddy, 1979
B. Activated Sludge
Activated sludge atau Lumpur aktif sistem pengolahan dengan
pembentukan sel baru serta hasil lain yang berupa Lumpur (sludge).
Kriteria Pembebanan
dan rasional adalah rasio F/M dan mean cell residence time
substrat ( BOD ) yang masuk ke tan gki aerasi per satuan waktu
F /M
massa mikroorganisme di tan gki aerasi
Q.So
Atau F/M =
V .X
Dimana :
Q = debit air yang diolah ( L3/T)
32
So = konsentrasi substrat (mg BOD/L)
X = konsentrasi mikroorganisme (mg VSS/L)
V = Volume tangki aerasi(m3)
1. Sistem Konvensional
2. Sistem Aeration
33
titik pada tangki aerasi dengan tujuan menyetarakan F/M
3. Tapered Aeration
4. Contact Stabilization
5. Pure Oxygen
34
Oksigen murni diinjeksikan ke tangki aerasi dan
6. Oxydation Ditch
menimbulkan bau.
35
pendek. Pada sistem ini mempunyai effisiensi yang lebih
rendah.
Produksi Lumpur
Jumlah Lumpur yang diproduksi tiap hari :
Px = Yobs Q (So –S) / 1000 Kg/hari
Dimana :
Yobs = koefisien yield observasi
Q = debit air yang diolah (m3 /hari )
S, So = konsentrasi BOD di influen dan efluen (g/m3)
36
Q.So
VL kgBOD / m3 .d
V
Kebutuhan Oksigen
Q ( So S )
Kg O2/hari = 1.42 Px
1000 f
Dimana : F = factor konversi BOD5 ke BOD ultimate
sludge.
- Memadatkan lumpur
C. Trickling Filter
37
Merupakan suatu bed dari media yang permeabilitasnya tinggi dan
atau gravel atau dari plastic. Air limbah yang telah diendapkan
pada under min pada bagian bawah trickling filter dan O2 masuk ke
filter.
tidak cukup mendapat supply BOD dan O2 dan difusi sustrat menjadi
terbatas, sehingga :
kondis anaerobic
Sistem ini harus di bawah tekanan hidrolis yang normal, jika tidak
38
Pengolahan ketiga ini merupakan pengolahan secra khusus sesuai dengan
kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah, biasanya dilaksanakan pada
1. Ultrafiltrasi
2. Pertukaran ion
Penyisian ion “pencemar” dengan cara menukarkan dengan ion lain yang
3. Ammonia Stripping
4. Nitrifikasi Denitrifikasi
5. Karbon Adsorption
air olahan
2.5.5 Desinfeksi
dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan mikroorganisme itu sendiri.
39
sehingga terjadi kerusakan dinding sel. Mekanisme lain dari desinfektan adalah
Penggunaan panas dan bahan radiasi meskipun sangat baik hasil yang
dicapai, akan tetapi kurang cocok untuk diterapkansecara masal mengingat biaya
karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan
Efektivitasnya.
Rendahnya dosis
Dalam dunia perdagangan yang biasa dipergunakan adalah klorin. Apabila klorin
40
Na O Cl Na + _ O Cl-
Ca (OCl)2 Ca++ + 2 O Cl-
O CL- + H+ H O Cl
Disini H O Cl dan O Cl- disebut sebagai free available chlorine (klor bebas)
dengan daya bunuh H O Cl 40-80 kali lebih besar dari daya bunuh O Cl-.
1) Sludge Thickner
dipisahkan dari air dan ketebalnnya berkurang atau pemekatan Lumpur. Tipe
thicner yang digunakan adalah grfity thickner, dimana Lumpur yang dipekatkan
berasal dari primary setting dan clarifier. Perbandingan volume Lumpur drngan
V1 x C1 = V2 x C2
41
Dimana :
V1 = Volume Lumpur yang masuk
C1 = Konsentrasi Lumpur yang masuk
V2 = Volume Lumpur yang terjadi
C2 = Konsentrasi Lumpur yang diharapkan
Perbandingan berat Lumpur :
1 Pt PV
Bj .SS Bj .F Bj .V
Dimana :
Bj.SS = Berat jenis suspended
Bj.F = Berat jenis fixed SS
Bj.V = Berat volatile SS
Pt = Prosentasi fixed matter
Pv = Prosentase volatile matter
2) Sludge Digester
berat VSS dalam solid digester sedangkan % VSS yang ke luar dari digester
adalah :
Vs yang keluar
PV =
Berat solid yang ke luar
Berat Lumpur yang ke luar dari digester :
Berat solid yang keluar
Ws =
Pr osentase Solid
42
3) Sludge Drying Bed
Sludge drying bed merupakan suatu bak untuk mengeringkan lumpur hasil
panjang yang terdiri dari lapisan pasir, kerikil serta dilengkapi dengan drain untuk
cuaca yang sangat dipengaruhi oleh matahari. Dalam praktek yang paling cepat
terjadi dalam 10 hari. Kadar air yang mampu tersisa dalam sludge pada drying bed
V (1 - )
V1 =
1 1
Dimana : V1 = Volume lumpur hasil pengeringan (m3/ hari)
V = Volume lumpur mula-mula (m3/hari)
P = Kadar air hasil pengeringan (1%)
P1 = Kadar air mula-mula (%)
Kerugiannya :
- Memerlukan area yang besar dan luas
- Dibutuhkan lumpur yang stabil
43
- Tergantung pada cuaca
- Pembersihannya secara manual
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Penentuan Lokasi Sampel air limbah yang diperoleh di lokasi pemntauan dan
45
dalam penelitian ini meliputi kualitas limbah yang berasal dari limbah domestik
warga dan kuantitas limbah yang berasal dari limbah domestik warga dilokasi
penelitia. Kualitas Limbah Domestik yang diambil terdiri dari parameter Suhu,
pH, DO, COD, BOD, Kuantitas limbah Domestik yang diambil dari volume rata-
rata perhari, serta debit air buangan yang melalui saluran pembuangan limbah
domestik.
Data-data yang diperoleh, baik data primer maupun sekunder akan disajikan
dalam bentuk tabel untuk dianalisa secar deskriptif seperti data debit air limbah
dan data kualitas Limbah Cair, data kualitas Limbah Cair nantinya akan
dibandingkan dengan baku mutu guna diketahui tingkat pencemaran yang terjadi.
Untuk menentukan desain IPAL pada kelurahan Haadi ada beberapa tahapan
antara lain : segi biaya, ketersediaan lahan, sumberdaya manusia dan alam.
Segi Biaya
jika dalam perencanan instalasi pengolahan sangat mahal maka hal terkecil
yang perlu dilakukan adalah pengolahan limbah cair domestik dengan cara
46
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia disini meliputi tenaga yang diperlukan dan bahan
Ketersediaan Lahan
Teknik Operasional
Pekerjaan yang memerlukan skill dalam hal ini adalah yaitu masalah listrik
dan mekanik genset dan kompreso, maka diperlukan seorang tenaga yang
untuk proses pengolahan seperti bak netralisasi. Bahan lain nya seperti
tawas yang dibubuhkan dalam proses netralisasi, bahan bakar untuk motor
monitoring, seperti sapatu boot, kunci pipa, baju kerja. Sedangkan suku
47
BAB IV
4.1 Hasil
Distrik Jayapura Selatan berada di bagian tengah Kota Jayapura dan beribu kota di
Entrop. Distrik ini memiliki mempunyai 8 kelurahan dan 2 kampung dengan luas
wilayah 61 km2 atau sekitar 6,49% dari luas total Kota Jayapura. Berdasarkan
berikut :
bagian dari wilayah distrik ini memiliki kemiringan 0-15% yaitu berupa dataran
yang landai, 51,38% bagian dari wilayah distrik ini memiliki kemiringan 15-45%
yaitu daerah yang bergelombang atau berbukit dan 33,15% bagian lainnya
48
Jenis tanah di Distrik Jayapura Selatan memiliki struktur kimiawi podsolik
yang memiliki tingkat kesuburan rendah dan latosol yang cocok untuk pertanian.
Distrik Jayapura Selatan dilalui Kali Acai, Kali Siborgonyi, Kali Entrop I, Kali
Entrop II, Kali Entrop III dan Kali Hanyaan yang bermuar di Lautan Pasifik.
Aliran Kali Entrop II dijadikan sebagai aliran air bersih yang dikelola oleh pihak
PDAM.
Desa yaitu Tobati dan Desa Tahima Soroma, Kelurahan Hamadi berbatasan
langsung dengan,
Yang menjadi obyek penelitian adalah terletak pada Kelurahan Hamadi RW3,
guna lebih jelasnya maka dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
49
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian
Dalam kegiatan sehari hari warga RW 3 menggunakan air bersih yang berasal dari
jaringan PDAM, dimana air bersih tersebut digunakan dalam berbagai hal seperti
mencuci, memasak, mandi serta kebutuhan sehari hari lainnya, sistem saluran air
buangan yang ada sekarang berbentuk empat persegi panjang, pengaliran air
buangan dari warga menggunakan sistem gravitasi yang berakhir pada muara
Kuantitas dari Limbah Cair yang ada di Kelurahan Hamadi adalah berasal
dari air buangan warga, kuantitas air limbah dapat dihitung dari jumlah pemakaian
50
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk RW 3 Kelurahan Hamadi
Jumlah Penduduk
Nama RT Jumlah KK
(jiwa)
RT 1 25 100
RT 2 25 100
RT 3 55 220
RT 4 31 124
RT 5 64 256
Dengan asumsi pemakain air bersih sebesar 100 l/orang/hari maka didapatkan
jumlah konsumsi air bersih dalam satu hari, dan dengan jumlah prosentase air
Water Quality Control . 1970), maka didapatkan volume air limbah yang
dihasilkan oleh warga RW 3 Kelurahan Hamadi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
51
Dari hasil perhitungan dapat diketahui Volume air limbah yang dihasilkan
oleh warga RW 3 Kelurahan Hamadi adalah sebesar 64.000 l/hari atau sebesar 64
satu saluran berbentuk pesegi panjang, dengan dimensi saluran serta perhitungan
Dengan perhitungan :
Debit Aliran (Q) = Luas Penampang Basah (A) x Kecepatan Aliran (V)
Uji kualitas limbah dilakukan dengan 2 uji yakni uji laboratorium dan uji dengan
yang merupakan saluran primer dari saluran sekunder yang menjadi saluran
pembuangan oleh warga RW 3 untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar
dibawah ini.
52
Gambar 4.2 Kondisi Saluran Limbah Cair
BOD,COD, DO, pH dan Suhu, adapun hasil analisa limbah yang dilakukan pada
4.2 Pembahasan
Pencemaran Pada Media Air terutama yang terjadi pada badan air penerima yang
ada di Kali Hamadi terjadi dalam waktu yang cukup lama, pencemaran tersebut
akan dapat kita perhatikan gambaran kali yang menjadi badan air penerima bagi
53
Gambar 4.3 Kondisi Badan Air Penerima
Pada gambar diatas dapat kita lihat bagaimana badan air penerima mengalami alih
biota yang sekiranya hidup tidak akan dapat hidup dalam waktu yang lama, karena
kualitas badan air yang sudah menurun seiring dengan bercampurnya air sungai
dengan limbah cair domestik yang belum mengalami pengolahan terlebih dahulu.
Untuk mengetahui lebih luas tentang air limbah, maka perlu diketahui juga secara
detail mengenai kandungan yang ada di dalam air limbah juga sifat-sifatnya.
Setelah diadakan analisis ternyata bahwa air limbah mempunyai sifat yang dapat
1. Sifat fisik
2. Sifat kimiawi
3. Sifat biologisnya
Adapun cara pengukuran yang dilakukan pada setiap jenis sifat tersebut
54
dengan menggunakan penggolongan banyak diterapkan apabila menganalisis
kandungan biologisnya.
Pengujian kualitas air pada saluran primer limbah domestik ini menitikberatkan
organis adalah peristiwa alamiah; kalau sesuatu badan air dicemari oleh
zat organic, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama
dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau
55
Jenis bakteri yang mampu mengoksidasi zat organis "biasa" yang berasal
dari sisa-sisa tanaman dan air buangan penduduk, berada pada umumnya
di setiap air slam. Jumlah bakteri ini tidak banyak di air jernih dan di air
buangan industri yang mengandung zat organis. Pada kasus ini pasti perlu
konsentrasi BOD5 untuk limbah cair domestik adalah sebesar 3.76 mg/L.
dibawah standard baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Kondisi ini
BOD, sehingga kualitas buangan Limbah cair domestik akan aman diterima
56
2. Dissolved Oxygen (DO)
jenuh tersebut, tidak ada oksigel yang mengalami difusi dari udara ke
dalam air dan sebaliknya (Mackeretl et al., 1989). Transfer oksigen dari
dari perairan ke udara akan terjadi jik kondisi jenuh belum tercapai.
57
Kadar DO (Disolved Oxygen) pada limbah cair domestik pada
pengukuran adalah sebesar 1.4 mg/L, kondisi ini jauh dibawah ambang
yang ada, air buangan yang ada sebagaian adalah sisa kegiatan dapur,
tersebut, selain itu kondisi dasar saluran yang terbuat dari pasangan batu,
yang lebih besar sebagai akibat aliran air yang tidak beraturan
3. pH
Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun dari air
limbah. Adapun kadar yang yang baik adalah kadar di mana masih
limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan
baik bagi air minum dan air limbah adalah netral (7). Semakin kecil nilai
58
Berdasarkan pemeriksaan sampel limbah cair domestik didapatkan hasil
hamadi berada pada kondisi normal yakni berada pada kisaran 7.6 dengan
konsentrasi yang dianjurkan untuk dapat dibuang dalam badan air yakni
sebesar 25 mg/L.
5. Suhu
tersebut dimungkinkan karena limbah yang ada berasal dari limbah cair
produksi.
Melihat kondisi dari badan air yang menjadi badan penerima buangan
limbah cair domestik serta prediksi dampak lanjutan yang diakibatkan apabila
domestik.
59
Bangunan pengolahan limbah cair domestik yang direncanakan diharapkan
limbah cair yang dihasilkan dan juga bertujuan agar kondisi lingkungan dapat
sebagai penambah oksigen sehingga oksigen terlarut akan bertambah dan sesuai
dengan baku mutu yang ada. Menurut Donal W. Sundstrom & H.E. Klei. 1979
Akibat Pengolahan Pertama dan Kedua, proses penurunan kandungan COD dan
BOD pada proses pengolahan tahap pertama adalah sebesar 30% dan pengolahan
Pengolahan Pengolahan
Baku Hasil
Parameter Satuan Pertama (10 Kedua
Mutu Analisa
%) (80%-90 %)
Suhu 25 25 25 25
pH 6.5-8.5 7.6 7.6 7
DO mg/L 6 1.4 1.4 6
BOD mg/L 3 3.76 3.38 0.7
COD mg/L 25 96 86.4 17
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium
60
1. Pengolahan pendahuluan (Preliminary treatment)
pengolahan.
material fisik.
Untuk lebih mudahnya jenis pengolahan yang akan dilakukan dapat ditabulasikan
Limbah cair domestik yang dihasilkan dari aktifitas rumah tangga secepatnya
kedalam saluran air buangan limbah domestik maka saluran dibuat sebagai
saluran tertutup, serta diberikan bak kontrol yang berada diatas screening guna
61
Gambar 4.4 Tipikal Saluran Tertutup, Screening dan Manhole
Limbah cair domestik pada awalnya akan dikumpulkan menjadi satu pada bak
ada untuk kemudian dilakukan pengaliran pada unit aerasi, pada bak pengumpul
lolos pada proses screening. Pada dasar bak pengumpul terdapat zona
62
Penambahan udara (oksigen) pada bak aerasi dengan menggunakan sistem
udara (transfer gas), tujuan dilakukannya pemberian udara dalam bak aerasi ini,
dalam air limbah. Proses penambahan udara pada tanki aerasi dapat diperliahatkan
63
Gambar 4.6 Dimensi Manhole
64
Dimensi Bak Aerasi
Dalam bak aerasi terjadi proses transfer oksigen yang bertujuan untuk
65
Tabel 4.6 Konsentrasi Jenuh Oksigen Terlarut
Pada Tekanan 1 atm
= 8.83 – 0.15
= 8.68 mg/L/jam
Kg O2/jam = Cs * V
= 0.55 KgO2/Jam
BAB V
66
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
serta mencuci, dan aktifitas rumah tangga yang lainnya, beban limbah
yang terbentuk dari aktifitas warga adalah sebesar 64.000 l/hari atau
1.4 mg/L, pH 7.6, Konsentrasi BOD 3.76 mg/L dan konsentrasi COD
kedalam cairan limbah domestik dengan unit bangunan lainnya berupa bak
kualitas limbah cair domestik yang ada sebesar 10 % untuk tahap pertama
67
5.2 SARAN
sehingga efisiensi pengolahan dapat tercapai, ada beberapa hal yang dapat
Jayapura Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
68
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.
Hindarko,S. 2003. Mengolah Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang Lain.
Jakarta. ESHA.
69