Spal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 50

Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan pencemaran
lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah
dengan kepadatan penduduk yang tinggi, sedang, maupun rendah. Salah satu dampak
dari kepadatan penduduk terutama di wilayah perkotaan ialah meningkatnya
pemakaian air minum atau air bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah
pembuangan air limbah domestik maupun non domestik. Air limbah yang dihasilkan
berasal dari 60% - 80% dari kebutuhan air minum. Air limbah yang ada jika tidak
dikelola dengan baik maka akan menyebabkan wabah penyakit atau menganggu
kesehatan lingkungan, pencemaran air, tanah, dan air tanah, serta terjadi genangan
atau banjir. Agar limbah tersebut tidak mengganggu kesehatan lingkungan di
permukiman, maka diperlukan suatu perlakuan sistem sanitasi pada air limbah. Oleh
karena itu harus dipasang suatu alat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) agar
mengurangi dampak-dampak yang terjadi.
Pengelolaan air limbah adalah upaya penyaluran dan pengolahan air limbah
sebelum dibuang ke badan air seperti sungai, danau, laut dan sebagainya. Air limbah
yang ditimbulkan tergantung pada pemakaian air untuk keperluan sehari-hari,
sedangkan pemakaian air besarnya selalu meningkat sesuai dengan pertambahan
penduduk, kemajuan teknologi, dan tingkat sosial. Dengan adanya teknologi tersebut,
dibuatnya perencanaan sistem penyaluran air limbah
Sistem penyaluran air limbah yang digunakan pada perencanaan ini yaitu
mengunakan sistem terpisah, dimana sistem penyaluran air limbah domestik dan non
domestik dengan sistem penyaluran air hujan direncanakan secara terpisah. Untuk
menentukan teknologi yang akan digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis
terhadap kondisi umum, batasan-batasan yang ada, dan potensi yang dimiliki oleh

1
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

daerah pelayanan yang akan direncanakan. Adapun masalah yang ditimbulkan dari
keadaan ini adalah pengaturan penyediaan energi potensial untuk mengalirkan air
limbah secara gravitasi melalui saluran yang di letakan pada tempat yang
menguntungkan atau dekat dengan badan air. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merencanakan sistem pengelolaan ini, seperti pemilihan jalur
saluran dengan memperhatikan prinsip pengaliran untuk saluran terbuka (tidak
bertekanan) dan merancang pipa induk yang di arahkan ke Bangunan Pengelolaan Air
Buangan. Meskipun sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan pompa, akan tetapi
pompa menyebabkan biaya investasi menjadi sangat mahal. Oleh karena itu
diupayakan agar perencanaan tidak menggunakan pompa.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan pembuatan laporan sistem penyaluran air buangan ini yaitu:
1. Untuk merencanakan jalur saluran air limbah dan daerah pelayanan.
2. Untuk menghitung debit air buangan pada daerah pelayanan.
3. Untuk merencanakan dimensi saluran pada IPAL.
4. Untuk merencanakan kedalaman galian tanah pada IPAL.
5. Untuk merencanakan suatu sistem penyaluran air limbah menuju ke IPAL.
6. Tugas ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester dan
kelulusan mata kuliah SPAL dan Drainase.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup Perencanaan dan Perhitungan Sistem Penyaluran Air Limbah ini
adalah sebagai berikut:
1. Dalam tugas ini diminta untuk membuat perencanaan dan perhitungan saluran air
limbah dan air hujan secara terpisah dalam suatu kota
2. Sistem Penyaluran Air Limbah yang dipakai di buat secara terpisah (Off-site).

2
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

3. Sistem Penyaluran Air Limbah yang disalurkan menuju Instalasi Pengolahan Air
Limbah.
4. Sistem Penyaluran Air Limbah dimana Instalasi Pengolahan Air Limbah di
letakkan pada tempat di dekat badan air.
5. Sistem Penyaluran Air Limbah yang dilengkapi perlengkapan yang dibutuhkan
seperti letak manhole yang dapat digunakan sesuai dan di tunjukkan pada sistem.
6. Perencanaan untuk pipa induk yang harus mempertimbangkan perencanaan pipa
cabang sampai dengan pipa servis.
7. Daerah perencanaan meliputi seleruh daerah kota yang ditunjuk peta, dengan
anggapan bahwa peta tersebut adalah bentuk kota pada akhir periode
perencanaan.
8. Dasardasar teori yang secara langsung mendukung perencanaan atau
perhitungan harus diuraikan secara lengkap.
9. Perhitungan disusun dalam bentuk tabulasi.
10. Penampilan gambar, gambar detail dan hal lain yang diperlukan dan dikerjakan
sesuai petunjuk asisten.

1.4 Metode Penulisan


Sistematika penulisan laporan teknis yang digunakan di dalam Perencanaan
Sistem Penyaluran Air Limbah ini adalah sebagai berikut:
a. Lembar judul merupakan identitas yang memberikan gambaran mengenai isi dari
laporan.
b. Kata pengantar merupakan ucapan terima kasih dan pengantar pada isi laporan ini.
c. Daftar isi merupakan suatu susunan yang berisikan bahasan pada setiap bagian
pada laporan ini.
d. Daftar tabel merupakan kumpulan judul tabel perhitungan dan keterangan yang
mendukung pembuatan laporan.

3
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

e. Daftar gambar merupakan kumpulan judul gambar yang berisi penjelasan detail
dari dasar pembuatan laporan ini.
f. Daftar grafik merupakan kumpulan judul grafik dari perhitungan pada laporan
yang mendukung rincian perencanaan.
g. Daftar lampiran merupakan kumpulan lampiran yang mendukung setiap
pembahasan dan pembuatan rancangan pada laporan ini.
h. BAB I PENDAHULUAN
Penjabaran tentang latar belakang perencanaan sistem penyaluran air limbah,
maksud dan tujuan perencanaan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
i. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Informasi umum yang dkutip dari pustaka mengenai bagian-bagin dari sistem
penyaluran air limbah serta penjelasan umum yang dapat menjadiacuan dasar dari
perencanaan tersebut.
j. BAB III KRITERIA PERENCANAAN
Pembahasan mengenai detail dan kriteria perencanaan yang digunakan dalam
desain saluran air limbah.
k. BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
Memberikan gambaran mengenai wilayah perencanaan dan konsep dari kota yang
direncanakan.
l. BAB V PERHITUNGAN
Merupakan rumus-rumus berdasarkan literatur yang ditulis sehingga mendukung
perhitungan perencanaan.
m. BAB VI PENUTUP
Rangkuman bahasan dari perencanaan penyaluran air limbah ini.
n. DAFTAR PUSTAKA
Kumpulan referensi yang digunakan dalam pembuatan laporan ini.
o. LAMPIRAN
Kumpulan data yang disertakan dalam pembuatan laporan ini.

4
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Limbah


2.1.1 Definisi Air Limbah
Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses-proses alam atau belum mempunyai nilai
ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang positif termasuk limbah
domestik. Menurut sumbernya limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu : (a) limbah
domestik (rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan
rekreasi; (b) limbah industri; dan (c) limbah rembesan dan limpasan air hujan.
Sesuai dengan sumbernya maka limbah mempunyai komposisi yang sangat
bervariasi bergantung kepada bahan dan proses yang dialaminya (Sugiharto,
2005).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001,
air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air
limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri (industri).
Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah merupakan :
a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun
tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan,
institusi, komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan,
dan air hujan.
c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan
serta buangan lainnya (kotoran umum).

5
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

2.1.2 Limbah Cair Domestik


Scundaria (2005) menyebutkan bahwa limbah merupakan sumber daya
alam yang telah kehilangan fungsinya, yang keberadaannya mengganggu
kenyamanan dan keindahan lingkungan. Limbah dihasilkan dari sisa proses
produksi baik industry maupun domestik/rumah tangga. Air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan pemukiman, rumah
makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Beberapa bentuk dari air
limbah ini berupa tinja, air seni, limbah kamar mandi dan juga sisa kegiatan dapur
rumah tangga.
Kotoran-kotoran itu merupakan campuran dari zat-zat bahan mineral dan
organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil, benda
padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk
kolloid dan setengah kolloid (Martopo, 2002). Menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 yang dimaksud dengan air limbah
domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama.

2.1.3 Limbah Cair Industri


Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu
kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis
sehingga cenderung untuk dibuang (Asmadi, 2012).

2.2 Sumber Air Limbah


Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Rumah tangga, merupakan sumber air limbah yang berasal dari aktivitas
rumah tangga seperti air bekas cuci piring, cuci baju, mandi, dan sebagainya.

6
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

b. Perkotaan, merupakan air limbah yang berasal dari aktivitas komersil


masyarakat perkotaan seperti air limbah dari perkantoran, perdagangan,
tempat ibadah, pasar, dan sebagainya.
c. Industri, merupakan air limbah yang berasal dari kegiatan industry yang
menhasilkan limbah padat, gas, maupun air seperti air limbah dari pabrik baja,
pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.

2.3 Sistem Pengeloaan Air Limbah


a. Sanitasi Setempat (On Site Sanitation)
Sistem sanitasi setempat (On-site sanitation) (Winarni, 2017) adalah sistem
pembuangan air buangan dimana air buangan tidak dikumpulkan serta disalurkan
ke dalam suatu jaringan saluran yang akan membawanya ke suatu tempat
pengolahan air limbah atau badan air penerima, melainkan dibuang di tempat.
Sistem ini dipakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi dan
menggunakan biaya relatif rendah. Sistem ini sudah umum karena telah banyak
dipergunakan di Indonesia. Contoh yang menggunakan sistem sanitasi setempat :
cubluk, septi tank.
Kelebihan pada sistem ini adalah :
1. Menggunakan teknologi sederhana.
2. Memerlukan biaya yang rendah.
3. Masyarakat dan tiap keluarga dapat menyediakan sendiri.
4. Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat.
5. Manfaat dapat dirasakan langsung.
Kekurangan pada sistem ini adalah:
1. Tidak dapat diterapkan pada semua daerah, misalnya tergantung pada
tingkat kepadatan penduduk, permeabilitas tanah.
2. Fungsi terbatas pada limbah WC, tidak menerima limbah dari kamar
mandi, dapur, airbekas mencuci.

7
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

3. Operasi dan pemeliharaan sulit dilakukan.

Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi,
antara lain :
1. Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/Ha.
2. Kepadatan penduduk 200 500 jiwa/Ha masih memungkinkan dengan
syarat penduduk tidak menggunakan air tanah.
3. Tersedia truk penyedotan tinja

b. Sanitasi Terpusat (Off Site Sanitation)


Sistem pengelolaan air limbah dimana air limbah di salurkan dari lokasi
penghasil limbah menuju ke lokasi pengolahan (IPAL) di luar lokasi pemukiman
tersebut. Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat terdiri dari (Winarni,
2017) :
1. Sistem Perpipaan / Sanitary Sewer / Sewerage System
Pengumpulan (collection) air buangan yang akan menyalurkan ke intalasi
pengolahan air limbah (IPAL).
2. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pengolahan air buangan untuk menghilangkan zat kontaminan yang tidak
dikehendaki baik melalui proses fisik ataupun aktifitas kimiawi atau
biologis.
3. Pembuangan atau Disposal
Pembuangan akhir dari air limbah yang telah diolah di IPAL menuju
badan air, serta pembuangan lumpur yang dihasilkan.

Kelebihan pada sistem ini adalah:


1. Menyediakan pelayanan terbaik.
2. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.

8
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

3. Pencemaran air tanah dan badan air dapat dihindari.


4. Memiliki masa guna yang lebih lama.
5. Dapat menampung semua limbah (WC, kamar mandi, dapur)

Kekurangan pada sistem ini adalah:


1. Memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi.
2. Menggunakan teknologi yang tinggi.
3. Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan.
4. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang.
5. Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan.
6. Memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik.

2.4 Penyaluran Air Limbah


2.4.1 Sistem Penyaluran
Sistem penyaluran air limbah (Winarni, 2017) adalah suatu sistem
perpipaan yang berfungsi menyalurkan air limbah, baik domestik maupun non
domestik dan juga air hujan, untuk selanjutnya dialirkan ke badan penerima
melalui instalasi pengolahan air limbah. Dalam menyalurankan air limbah
tersebut terdapat tiga sistem, yaitu :
1. Sistem terpisah (separate system)
Sistem terpisah aitu saluran air limbah dan air hujan disalurkan menggunakan
saluran/pipa yang terpisah atau saluran yang berbeda.Sistem ini digunakan
dengan pertimbangan antara lain:
Periode musim hujan dan kemarau lama.
Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan
domestik.
Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu,
sedangkan air hujan harus secepatnya dibuang ke badan air penerima.

9
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim
kemarau dan musim hujan relatif besar.
Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan
dapat berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).

Sistem terpisah (separate system) ini memiliki beberapa keuntungan dan kerugian,
yaitu :
a. Keuntungan
Dimensi pipa air limbah tidak berlebihan
Ukuran IPAL relatif kecil karena hanya mengolah limbah, tidak menerima
beban hujan.
Biaya operasi kecil dan pemeliharaan lebih rendah.
Saluran air limbah dapat direncanakan pada kecepatan self cleansing
sehingga tidak menyebabkan terjadinya pengendapan.

b. Kerugian
Volume pekerjaan konstruksi lebih besar, dibandingkan sistem kombinasi
karena ada 2 saluran.

2. Sistem tercampur (Combine system)


Sistem tercampur (Winarni, 2017) yaitu saluran air limbah dan air hujan
dijadikan dalam 1 saluran dan dibawa ke IPAL. Sistem ini cocok untuk daerah
yang memiliki fluktuasi curah hujan kecil dan memiliki populasi kecil. Sistem
tercampur (Combine system) memiliki beberapa keuntungan dan kerugian, yaitu ;
a. Keuntungan
Hanya ada 1 jaringan pengumpul, sehingga ruang yang diperlukan
lebih kecil.
Biaya investasi lebih rendah.

10
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

b. Kerugian
Dimensi saluran cukup besar, karena harus menampung baik air hujan
maupun air limbah.
Dimensi IPAL besar.
Biaya pengolahan (operasi dan pemeliharaan) menjadi tinggi.
IPAL efisien hanya pada musm hujan.
Perlu penggelontoran pada musim kemarau,
Pada kondisi curah hujan tinggi, saluran tidak dapat menampung, air
limbah keluar dari saluran.
Pada musimkering, air limbah mengendap disaluran. Menjadi
pernyebab penyakit.
Jika saluran direncanakan dengan self cleanshing velocity pada waktu
musim hujan, maka pada musim kemarau akan terjadi pengendapan di
saluran yang berarti membutuhkan penggelontoran.
Jika saluran direncanakan dengan self cleanshing velocity pada waktu
musim kemarau, maka dibutuhkan kemiringan saluran yang besar
(curam).

3. Sistem kombinasi (Pseudo separate system) atau Sistem Interceptor


Sistem kombinasi (Pseudo separate system) atau Sistem Interceptor (Winarni,
2017) merupakan perpaduan antara saluran air limbah dan saluran drainase.
Kedua saluran ini tidak bersatu tapi dihubungkan dengan sistem perpipaan
interceptor.

11
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

2.4.2 Perencanaan Pipa


Perencanaan perpipaan terdiri dari (Winarni, 2017) :
a. Pipa persil, dengan diameter pipa 4, yaitu saluran yang menyalurkan air
buangan dari rumah ke pipa service dan letaknya di halaman. Diameter
maksimum tergantung dari volume air buangan yang dialirkan.
b. Pipa service, yaitu pipa yang menampung aliran dari pipa persil. Ukuran
diameter pipa berkisar antara 6 - 8 dan diperkirakan mampu melayani
sekitar 50 rumah.
c. Pipa lateral, diameter pipa > 12 mm, merupakan penyaluran air buangan
setelah pipa service. Ukuran pipa lateral tergantung dari jumlah pipa service
yang dilayani. Untuk sistem jaringan kecil, pipa service dapat berfungsi
sebagai pipa lateral, sedangkan untuk jaringan besar dapat berkembang
sebagai pipa cabang.
d. Pipa induk, diameter = 50 mm, merupakan penyaluran air buangan terakhir
sebelum ke instalasi pengolahan. Ukuran pipa tergantung dari jumlah
populasi daerah pelayanan.

2.4.3 Bahan Saluran


Beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam pemilihan bahan pipa
adalah (Winarni, 2017) :
1. Ketahanan terhadap asam dan basa serta korosi.
2. Kekokohan konstruksi.
3. Kekasaran permukaan sebelah dalam.
4. Kemudahan dalam pemasangan.
5. Kemudahan dalam persediaan.

12
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

2.5 Penggelontoran
Bangunan penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran
dalam saluran, mencegah pembusukkan kotoran dalam saluran, dan menjaga
kedalaman air pada saluran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada bangunan
penggelontor ini adalah, air penggelontor harus bersih tidak mengandung lumpur,
pasir, dan tidak asam, basa atau asin, selain itu air penggelontor tidak boleh
mengotori saluran. Berdasarkan kontinuitasnya, penggelontoran dibagi menjadi
dua:
Sistem Kontinu
Penggelontoran dengan sistem kontinu, adalah sistem dimana penggelontoran
dilakukan secara terus menerus dengan debit konstan. Dalam perencanaan
dimensi saluran, tambahan debit air limbah dari penggelontoran harus
diperhitungkan. Dengan menggunakan sisten kontinu, maka :
- Kedalaman renang selalu tercapai
- Kecepatan aliran dapat diatur
- Syarat pengaliran dapat terpenuhi
- Tidak memerlukan bangunan penggelontor di sepanjang jalur pipa, tetapi
cukup berupa bangunan pada awal saluran atau dapat berupa terminal
cleanout yang dihubungkan dengan pipa transmisi air penggelontor. Selain
itu.
Kelebihan dari penggunaan sistem kontinu ini adalah kemungkinan saluran
tersumbat sangat kecil, dan dapat terjadi pengenceran air limbah, serta
pengoperasiannya mudah. Sedangkan kekurangannya yaitu debit penggelontoran
yang konstan memerlukan dimensi saluran lebih besar, terjadi penambahan beban
hidrolis pada IPAL.
Sistem Periodik
Dalam sistem periodik, penggelontoran dilakukan secara berkala pada kondisi
aliran minimum. Penggelontoran dilakukan minimal sekali dalam sehari.

13
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Dengan sistem periodik, penggelontoran dapat diatur sewaktu diperlukan,


debit penggelontoran akan sesuai dengan kebutuhan.
Dimensi saluran relatif tidak besar karena debit gelontor tidak diperhitungkan.
Penggunaan sistem penggelontoran secara periodik, akan menyebabkan lebih
banyaknya unit bangunan penggelontor di sepanjang saluran, selain itu ada
kemungkinan pula saluran tersumbat oleh kotoran yang tertinggal.

14
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

BAB III
KRITERIA PERENCANAAN

3.1 Kriteria Perencanaan Jalur Penyaluran Air Limbah


Kriteria perencanaan atau kriteria desain yang digunakan dalam perencanaan
dengan mengacu pada literatur perencanaan ataupun ketentuan teknis perencanaan
yang terkait sesuai dengan kaidah teknis yang berlaku. Kriteria perencanaan dibuat
agar sesuai standar yang berlaku sehingga perencanaan bisa diimplementasikan
dengan baik dan sesuai harapan. Jalur dari penyaluran air mempunya beberapa syarat
yang harus dipenuhi dari hasil perhitungan agar saluran perencanaan air limbah dapat
menjadi optimum dan efisien.

3.1.1 Penentuan Lokasi IPAL


Lokasi IPAL harus di letakkan di titik yang mempunyai elevasi atau ketinggian
tanah yang paling rendah karena pola pengaliran air buangan menggunakan sistem
gravitasi, sehingga air mengalir dengan sendirinya dan tidak menggunakan alat
bantuan seperti pompa. Selain itu, IPAL di letakkan di dekat dengan badan sungai
agar pembuangan air buangan langsung menuju badan air.

3.1.2 Penentuan Pola jaringan


Untuk menentukkan pola jaringan pelayanan, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan, adalah:
a. Pola topografi dari daerah pelayanan dan sistem yang akan dipilih, yaitu sistem
tercampur atau sistem terpisah. Di Indonesia biasanya menggunakan sistem
terpisah.
b. Batas administratif.
1. Lokasi pembuangan pengelolaan dan pembuangan akhir. Dipilih sistem secara
gravitasi karena sistem pemompaan sangat mahal.

15
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

2. Jalur jalan yang ada sehingga dapat menentukkan pola jaringan.


3. Lihat topografi, hidrologi dan biologi.

3.1.3 Penetapan Daerah Pelayanan


Pada perencanaan untuk menetapkan daerah pelayanan, hal yang perlu
diperhatikan adalah dengan mempertimbangkan (Winarni, 2017):
1. Kepadatan penduduk, meningkatknya kepadatan penduduk akan
menyebabkan volume air buangan yang dihasilkan juga besar.
2. Muka air tanah, yaitu muka air tanah yang rendah dan dekat dengan muka
tanah agar air tidak tercemar.
3. Topografi daerah, yaitu topografi daerah yang jalur aliran air limbahnya
menuju ke daerah yang elevasi tanahnya turun agar aliran terjadi secara
gravitasi.
4. Keadaan sosial ekonomi,yaitu dengan memperhatikan penduduk dengan
berpendapatan tinggi (high income), penduduk dengan berpendapatan sedang
(medium income), dan penduduk dengan berpendapatan rendah (low income).
5. Batas administrasi.

3.2 Perencanaan Saluran Penyaluran Air Limbah


Perencanaan Saluran Penyaluran Air Limbah dapat dilihat pada kuantitas limbah
yang ditetapkan berdasarkan debit puncak dan debit minimum.
1. Debit puncak, adalah debit air buangan maksimum dalam 1 hari karena fluktuasi
air buangan akan memberikan fluktuasi air yang akan diberikan. Debit puncak
biasa terjadi pada saat pagi hari saat pemakaian air berlebih dan pada saat hujan.
2. Debit minimum, terjadi pada saat kecepatan aliran minimum sehingga:
- Dapat terjadi endapan dalam saluran
- Kedalaman berenang tidak tercapai
- Terjadi pembusukan zat-zat organik yang terkandung dalam air limbah

16
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Kuantitas air limbah juga ditentukan oleh beberapa factor, yaitu :


1. Sosial ekonomi penduduk
2. Sumber/asal air limbah
3. Curah hujan dan infiltrasi
4. Jenis material, penyambungan, dan bangunan pelengkap

3.2.1 Debit Harian Maksimum


Pemakaian air tiap hari akan bervariasi dari pemakaian air rata-rata/ hal ini
akan mengakibatkan air limbah yang dihasilkan juga bervariasi dan akan mencapai
suatu keadaan maksimum. Debit harian maksimum terjadi pada saat pemakaian air
yang meningkat, sehingga aliran air menjadi lebih besar. Contoh terjadinya
peningkatan pemakaian air adalah saat dipagi hari ketika orang-orang ingin
beraktivitas.

3.2.2 Kecepatan Aliran


Kecepatan aliran air limbah akan berbeda sesuai kuantitas air limbah dan
beberapa faktor agar saluran tetap berfungsi, baik dalam keadaan debit maksimum
ataupun dalam keadaan debit minimum, hal-hal yang harus diperhitungkan, yaitu :
1. Luas penampang saluran
2. Kemiringan saluran
3. Kekasaran saluran
4. Kondisi pengaliran
5. Belokan atau rintangan lain
6. Karakteristik effluen (viskositasnya).

Selain hal tersebut,terdapat dua jenis pengaliran pada perencanaan sistem


penyaluran air limbah, yaitu :

17
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

1. Pengaliran di bawah tekanan, yaitu pengaliran yang disebabkan adanya gaya


dari luar.
2. Pengaliran terbuka, yaitu pengaliran secara gravitasi, mangalir dari tempat
tinggi ke tempat yang rendah.
Berdasarkan kecepatannya didalam saluran, pengaliran air limbah dibedakan
menjadi :
1. Pengaliran steady, bila kecepatan pengaliran tetap dengan berubahnya waktu.
Tipe pengaliran ini terdiri atas steady uniform dan steady varied flow.
2. Pengaliran unsteady, bila pengaliran berubah dengan adanya perubahan
waktu. Tipe pengaliran ini terdiri dari unsteady uniform dan unsteady varied
flow.
Syarat-syarat pengaliran yang harus diperhitungkan dalam perencanaan sistem
penyaluran air limbah adalah :
1. Pengaliran diusahakan bersifat gravitasi, kecuali untuk keadaan yang tidak
memungkinkan.
2. Saluran diusahakan dapat memberikan kondisi pengaliran unsteady uniform.
3. Kecepatan pengaliran harus besar, sehingga waktu pengaliran ke IPAL relatif
singkat dan mampu mencapai self cleaning velocity tanpa menimbulkan
kerusakan pada dinding saluran.
4. Aliran harus mampu membawa material padat yang terdapat pada aliran,
meskipun dalam keadaan dan waktu minim.
Ditinjau berdasarkan hidrolis dalam saluran, hal yang harus diperhatikan dalam
kecepatan aliran adalah kecepatan yang dapat menimbulkan terjadinya pengendapan,
yaitu:
1. Kecepatan aliran maksimum
- Aliran yang mengandung pasir (2-2,4) m/dtk
- Untuk aliran yang tidak berpasir maksimum kecepatan 3 m/dtk
Batas tersebut berdasarkan pertimbangan:

18
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

- Saluran air limbah harus dapat mengantarkan air limbah secepatnya


menuju IPAL
- Pada kecepatan tersebut belum terjadi penggerusan
2. Kecepatan aliran minimum
- Kecepatan minimum yang diizinkan adalah ,6 m/dtk dan diharapkan pada
kecepatan ini aliran mampu untuk membersihkan diri sendiri.
- Hal tersebut dengan pertimbangan mencegah air limbah terlalu lama di
dalam saluran sehingga dapat terjadi pengendapan karena proses
penguraian air limbah akan membentuk gas H2S yang apabila teroksidasi
akan membentuk asam sulat dan bersifat korosif terhadap pipa.

3.2.3 Pembacaan Grafik


Grafik yang diperlukan dalam mencari beberapa nilai yang akan dicari adalah
pada Lampiran 7.
Grafik tersebut dapat menjadi acuan mencari data yang diperlukan. Sumbu y
yang disediakan adalah d/D sedangkan sumbu x adalah angka yang dapat dicari pada
Q/Qfull, V/Vfull, dan A/Afull. Cara membaca grafik tersebut adalah dengan mengambil
garis lurus pada nilai yang diketahui sampai keterangan garis yang ingin diketahui
tersebut, kemudian ditarik garis tegak lurus dan nilainya dijadikan acuan untuk
mendapatkan hasil yang dicari.
Contohnya, apabila ingin mencari besar Vmin dan yang diketahui adalah Vfull
0.83 m/s dan dmin/D sebesar 0.14, maka nilai dmin/D tersebut ditempatkan pada sumbu
y kemudian ditarik garis sampai garis V/Vfull. Titik tersebut ditarik garis ke bawah
sampai terbaca nilainya yaitu 0,5. Hasilnya kemudian dikalikan dengan Vfull sehingga
didapatkan nilai Vmin.

19
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

3.2.4 Perencanaan Penanaman Pipa


Penanaman pipa yang ingin direncanakan dalam perencanaan ini adalah:
a. Pipa persil
b. Pipa service
c. Pipa lateral
Penanaman pipa harus memperhatikan beberapa hal, seperti:
- Elevasi tanah
- Elevasi muka air
- Elevasi dasar saluran

3.2.5 Penggelontoran
Penggelontoran adalah penambahan aliran untuk menambah debit pada
jaringan dalam keadaan berenang (diameter=10 cm) dan kecepatan aliran minimm
memenuhi yang diisyaratkan, yaitu Vmin 0,6 m/dtk.

20
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1 Deskripsi Kota


Kota yang akan direncanakan pada sistem penyaluran air limbah ini bernama
Kota Indah Permai. Kota ini akan direncanakan pembangunan 1 IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) dengan sistem aliran gravitasi sehingga teknis yang
dilakukan dapat secara efesien dengan mempertimbangkan beberapa hal yang sesuai
dengan literatur pengelolaan air limbah. Sistem aliran gravtasi artinya IPAL harus
berada di tempat dengan elevasi tanah yang rendah dari aliran sebelumnya, sehingga
kumpulan limbah dari berbagai sumber mengalir dengan sendirinya, tidak
menggunakan pompa.
Kota Indah Permai terdiri dari daerah domestik dan non domestik. Daerah
domestik adalah daerah permukiman yang dibagi menjadi tiga daerah dengan
kepadatan penduduk yang berbeda untuk tiap-tiap daerah. Daerah-daerah tersebut
mempunyai perbandingan yang berbeda terhadap penduduknya. Sedangkan daerah
non domestik terdiri atas prasarana umum seperti Rumah Sakit, Sekolah, Stasiun,
Kantor, Hotel, dan Pasar.

4.1.1 Peta Kota dan Kepadatan Penduduk


Peta kota ini menggambarkan karakteristik kota dan kepadatan kota dalam
peta yang terlampir. Kota Indah Permai ini memiliki luas wilayah sebesar 80.52 Ha
yang terletak pada ketinggian tanah dengan elevasi +69 sampai +83 meter. Kota ini
memiliki 2 waduk, yaitu di bagian utara dan selatan yang akan menjadi badan air
lokasi perencanaan pembangunan IPAL. Waduk utara berada pada elevasi terendah
sehingga IPAl dipasang dekat dengan waduk utara. Skala peta kota perencanaan ini
yaitu 1:4.500 dengan kepadatan tiap wilayah yang berbeda.

21
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Dalam peta perencanaan, terdapat kepadatan penduduk sesuai daerah permukiman


yang dibagi menjadi 3 ditandai dengan derah-daerah kosong dan diarsir. Jumlah
penduduk tiap daerah juga bervariasi sesuai dengan masing-masing kepadatannya.
Pada tabel 4.1 di bawah ini dapat dilihat data kepadatan penduduk daerah domestik
(permukiman).
Tabel 4.1 Data Kepadatan Penduduk

Kode Daerah Gambar Kepadatan Penduduk

B 264 jiwa/Ha

D 235 jiwa/Ha

E 260 jiwa/Ha

Kepadatan penduduk tersebut tentu menentukan jenis peruntukkan atau strata


yang sesuai, dimana kepadatan penduduk yang rendah menandakan daerah tersebut
berada pada pendapatan yang tinggi (High Income), kepadatan sedang sesuai dengan
pendapatan yang medium (Medium Income), dan kepadatan tinggi sesuai dengan
pendapatan yang rendah (Low Income).
Selain itu, untuk daerah non domestik yang ada pada Kota Permai Indah adalah
rumah sakit (RS), sekolah (S), stasiun (ST), kantor (K) dan Hotel (H) sudah
ditentukan. Sedangkan untuk Pasar dan Masjid tidak memiliki kepadatan penduduk
sehingga dijadikan kawasan permukiman. Berikut adalah kepadatan pada tiap unit
daerah non domestik.

Tabel 4.2 Data Sarana Kota


Sarana Kota Jumlah Unit Satuan
Rumah Sakit (RS) 250 Bed/Ha

22
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Sarana Kota Jumlah Unt Saluran

Sekolah (S) 350 Orang/Ha

Stasiun (ST) 300 Bis/Ha


Kantor (K) 680 Orang/Ha

Hotel (H) 270 Bed/Ha

Sistem Penyaluran Air Limbah berkaitan dengan kebutuhan air minum yang
dibutuhkan oleh setiap daerah baik daerah domestik ataupun non domestik.
Kebutuhan air minum tiap daerah memiliki nilai yang berbeda-beda. Untuk
kebutuhan air minum daerah domestik diperoleh dari konsumsi air bersih pada
perumahan sehari-hari. Konsumsi air bersih dapat dilihat dari segi high income,
medium income, dan low income seperti yang ada pada tabel 4.3 dibawah. Konsumsi
pada daerah non domestik dapat diperoleh dengan melihat buku literatur yang ada.

Tabel 4.3 Data Konsumsi Air Bersih Untuk Domestik


Tingkat Pelayanan Konsumsi Air Bersih
High Income 200 L/orang/hari
Medium Income 150 L/orang/hari
Low Income 100 L/orang/hari

Sedangkan konsumsi air bersih pada daerah non domestik dapat diperoleh dengan
melihat SNI 19.6728.1-2002 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Konsumsi Air Bersih Sarana Kota

Sarana Kota Kebutuhan Air Minum


Rumah Sakit (RS) 90 L/Bed/Hari
Sekolah (S) 65 L/Orang/Hari
Stasiun (ST) 40 L/Bis/Hari

23
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Sarana Kota Kebutuhan Air Minum


Kantor (K) 50 L/Orang/Hari
Hotel (H) 80 L/bed/hari

4.2 Sistem Perencanaan


Dalam merencanakan IPAL di Kota Indah Permai berdasarkan daerah pelayanan
yang telah dijelaskan, kota ini memiliki 3 jalur pipa baru yang daerah pelayanannya
mengumpulkan air limbah sesuai jalur pipa sambungannya. Total dari 3 jalur pipa
tersebut adalah 17 jalur dan 1 pipa menuju ke IPAL. Pertemuan antar jalur
dipasangkan bahan pelengkap berupa manhole. Dalam perencanaan ini terdapat 16
manhole. Manhole adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk mengatur
tekanan air, membersihkan saluran yang kotor yang terbawa aliran. Agar manhole
dapat berfungsi sesuai peruntukannya, maka diperlukan dalam perencanaan, beberapa
hal yang perlu diperhatikan tersebut antara lain :
- Lubang manhole harus cukup dimasuki petugas dan luas bagian dalamnya harus
memungkinkan keleluasan bergerak bagi petugas
- Struktur dinding manhole harus tahan terhadap gaya luar
- Bahan manhole umumnya beton atau pasangan batu bata yang diberi lapisan
kedap air
- Tutup manhole konstruksinya harus kuat menahan beban diatasnya
- Tutup manhole harus rapat, sehingga aliran air dari luar tidak masuk kedalam,
kecuali untuk manhole yang dilengkapi dengan ventilasi udara untuk
mengeluarkan gas dan mengatur tekanan

24
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

BAB V
PERHITUNGAN

6.1 Perhitungan Debit Air Limbah


Dalam menghitung debit air limbah yang masuk ke dalam pipa, dibutuhkan
beberapa perhitungan yang menunjang. Sistem perhitungan debit air limbah dapat
dilihat pada Lampiran 1 pada table C.2 dengan ketentuan antara lain :
1. Panjang pipa
Panjang pipa menunjukkan panjang pipa induk air limbah dari satu manhole ke
manhole berikutnya. Panjang pipa jalur berikutnya dikomulatifkan dari panjang pipa
sebelumnya. Panjang pipa yang dpakai dalam perhitungan adalah dalam satuan meter
(m).

cm x skala
Rumus Panjang Pipa (m) =
100

Contoh panjang pipa jalur berikutnya: Panjang Jalur Pipa 1-2 = 380 m dan panjang
jalur pipa 2-3 = 180 m sehingga panjang pipa sesungguhya di jalur 2-3 adalah 560 m
karena komulatif dari jalur pipa 1 ke 2).

2. Area Pelayanan
Luas
Luas merupakan luas dari daerah pelayanan dalam satuan Ha.

skala skala
cm2 x 100 x 100
Luas (Ha) =
10.000

3. Pelayanan
Persen (%) pelayanan

25
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Persen pelayanan adalah persen yang direncanakan untuk melayani daerah


pada sesuai dengan kepadatan atau tingkat stratanya. Untuk High Income
dengan persen pelayanan 60%, untuk Medium Income persen pelayanan 75%,
dan Low Income persen pelayanan 90%. Tingkat strata tersebut berhubungan
dengan kepadatan penduduk, sehingga semakin padat penduduk dalam suatu
daerah, maka semakin besar pula persen pelayanannya. Persen pelayanan pada
daerah yang padat penduduk lebih besar karena pada daerah padat penduduk
tidak memiliki lahan sendiri untuk membuat septic tank.
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk merupakan jumlah orang yang akan dilayani yang ada di
dalam satu daerah. Cara menghitung jumlah penduduk yaitu :

Jumlah penduduk = Kepadatan x Luas (Ha) % pelayanan

4. Kebutuhan Air Bersih


Konsumsi air bersih adalah penggunaan air bersih untuk keperluan sehari-hari,
domestik maupun non domestik. Kebutuhan air ini akan menjadi dasar
menghtung debit air buangan. Konsumsi Air Bersih telah ditulis pada Bab IV
table 4.2 dan 4.3 pada daerah domestik dan non domestik, sehingga untuk cara
perhitungannya:

L konsumsi x penduduk terlayani


Kebutuhan Air Bersih ( )=
dtk 86400

5. Debit air buangan


Debit air buangan (L/dtk) adalah debit air yang akan dibuang ke saluran
pengumpul.

Debit air limbah = 60% 80% Kebutuhan air bersih

26
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

6. PE/1000
Dalam perhitungan debit total air buangan selalu didasarkan pada jumlah
penduduk. Untuk mendapatkan nilai PE/1000 diasumsikan tiap orang
mengeluarkan debit air limbah tertentu (qr).

Kebutuhan domestik
qr = x 1000
Jumlah penduduk total

Kebutuhan domestik didapat dari menjumlahkan debit air buangan (L/detik).

l
PE Q Air Buangan ( )
= dtk
1000 Q Rata rata (l )

1000

7. PE/1000
PE/1000 merupakan kumulatif dari PE/1000 sesuai jalur dan dinyatakan
dengan satuan jiwa.

8. Debit minimum (Qmin)


Qmin (L/dtk) merupakan debit minimum yang terjadi saat kecepatan aliran
minimum.

1 PE1,2
Qmin = x Q rata rata
5 1000

9. Debit hari maksimum (Qmd)


Qmd (L/dtk) merupakam debit maksimum yang ada di dalam pipa dan
dinyatakan dalam satuan (L/dtk). Cara menghitung nilai Qmd adalah :

PE 0.8
Qmd = 5 x Qmd x Qrata rata
1000

27
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

10. Debit infiltrasi (QInfiltrasi)


QInfiltrasi (L/dtk) merupakan debit air limbah akibat adanya infiltrasi air permukaan
dan air hujan. Infiltrasi ini tidak dapat dihindarkan akibat beberapa hal yaitu
sebagai berikut:
- Kondisi tanah dan aliran air tanah
- Adanya celah-celah manhole dan bangunan pelengkap
- Pekerjaan sambungan pipa yang kurang sempurna
Debit infiltrasi terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Surface
Debit Infiltrasi Surface yaitu infiltrasi daerah pelayanan dengan koefisien
infiltrasi (Cr) .

PE
Qinfiltrasi surface = Cr x Qrata rata
1000

Cr diasumsikan = 0.1 - 0.3


Saluran
Debit Infiltrasi Saluran yaitu infiltrasi yang terdapat disepanjang saluran
air limbah.

L pipa kumulatif
Qinfiltrasi saluran = x Qinfiltrasi Surface
1000

11. Debit Puncak (Q peak)


Debit puncak (Q peak, m3/dtk) ini terjadi karena adanya jumlah debit
pemakaian air maksimum. Debit puncak ini digunakan untuk menentukan dimensi
saluran air limbah yang direncanakan agar dapat menyalurkan air limbah pada
kondisi puncak.
1. Fluktuasi pemakaian air bersih akan memberikan fluktuasi air limbah yang
akan dialirkan.

28
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

2. Debit puncak adalah debit air limbah maksimum dalam 1 hari.


3. Penentuan dimensi air limbah ditentukan oleh dapat dialirkannya debit yang
terjadi pada saat puncak.

Q peak = Qmax + Qinfiltrasi surface + Qinfiltrasi saluran

5.2 Perhitungan Dimensi Air Limbah


Sistem perhitungannya dapat dilihat pada Tabel C.3 pada lampiran dengan
ketentuan antara lain :
1. d/D
d/D merupakan kedalaman maksimum air limbah di dalam pipa. Nilai d/D
merupakan asumsi dari 0.6-0.8. Pada perencanaan ini diasumsikan d/D sebesar 0.8.
2. Q peak/Q full
Q peak/Q full dilihat dari grafik yang telah disediakan. Grafik yang dibaca
berhubungan dengan data d/D cara membaca grafik dengan melihat d/D yang telah
diketahui kemudian arik garis tegak lurus ke ke bawah sampai menyentuh garis
Q/Qf yang ada di dalam grafik. Dalam perencanaan nilai Q peak/ Q Full sebesar
0.98.
3. Q full
Nilai Qfull (m3/dtk) dapat dihitung dengan cara:

Qpeak
Qfull =
Qpeak/Qfull

4. V full
Nilai V full (m/s) diasumsikan dan akan dibandingkan dengan nilai V full pada
kolom selanjutnya. Asumsi Vfull yaitu sebesar 0,6-3 m/s.

29
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

5. D (Diameter)
Diameter yang dihitung untuk menentukan dimensi pipa (mm) dihitung
berdasarkan Q dan Vfull yang telah diketahui.

4 Qfull
D=
V full

6. R (Jari-jari Hidrolis)

R = D

7. Slope tanah

Elevasi awal Elevasi Akhir


S=
panjang saluran

8. Slope pipa
Slope pipa adalah kemiringan pipa yang harus disesuaikan dengan slope
tanah. Nilai slope tanah tidak boleh sangat jauh dari slope tanah karena akan
berpengaruh pada galian tanah.

9. V full (menggunakan rumus V manning)

V = 1/n . R 2/3 . S

n = 0.01
Nilai V full pada kolom ini harus lebih besar dari nilai V full dikolom
sebelumnya.

30
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

10. Q full

Q full = A x Vfull

Nilai Q full dikolom ini harus lebih besar dari nilai Q full dikolom
sebelumnyakarena nilai Q full ini sudah debit sesungguhnya.
11. Q peak/Q full
Nilai Q peak / Q full didapat berdasarkan pembacaan grafik d/D. Nilai dari
Qpek/Qfull ini harus berada dalam range 0,67-0,98.
12. Dpeak/Dfull
Nilai Dpeak/ Dfull didapat dari pembacaan grafik Qpeak/Qfull dan nilainya
harus berada dalam range 0,6-0,8.
13. Vpeak / Vfull
Vpeak / Vfull dilihat dari grafik.caranya lihat nilai Qpeak / Qfull yang tadi
didapat. Plotkan nilai tersebut ke dalam grafik di sumbu x. setelah itu tarik garis
lurus keatas sampai mengenai garis Q/Qfull yang ada di dalam grafik. Setelah itu
tarik garis kekanan atau kekiri. Untuk mendapatkan nilai Vpeak/Vfull tarik garis
kekanan, sampai mengenai garis V/Vf. Setelah itu tarik garis kebawah. Dan nilai
yang terlihat merupakan nilai Vpeak/Vfull. Nilai Vpeak/Vfull harus masuk ke
dalam range 1,07-1,14
14. Vpeak
V peak dinyatakan dalam (m/detik2)

Vpeak = Vfull x (Vpeak/Vfull)

5.3 Perhitungan Penggelontoran

31
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Dalam menghitung penggelontoran, kita harus menentukan bahwa diameter


minimum pada pipa adalah 10 cm dan kecepatan aliran harus 0,6-3 m/s. Apabila
dalam perencanaan ketentuan tersebut tidak mencukupi, maka harus memasang
gelontor agar air limbah tidak mampat, yaitu dengan dengan flushing air bersih.
1. Nilai dg adalah ketinggian muka air pada saat penggelontoran sedangkan dmin
ketinggian muka air minimum. Titik berat keduanya dirumuskan sebagai berikut:

2 2

= dmin
= dg
5 5
2. dmin/Dfull

dmin
= dmin/D
Dfull

3. Afull
D yang dipakai dalam perhitungan ini adalah d pasaran.

1
full = D2
4

4. Amin
Amin
min = Afull
Afull

5. dg/dfull

dg dg
=
dfull D
6. Ag
Ag dapat dicari dari hasil pembacan grafik Ag/Afull berdasarkan nilai dg/D,
sehingga nilai Ag adalah:

Ag
Ag = A full
Afull

32
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

7. Vw
Vw merupakan kecepatan aliran pada saat d berenang.

(Ag x dg) (Amin x dmin)


Vw = Vmin + g x { }
Amin
Amin x (1 Ag )

8. Q gelontor

Qg = Vw x (Ag Amin)

9. Volume gelontor

L
V gelontor = Qg x
Vw

5.5 Perhitungan Penanaman Pipa Saluran


Untuk menghitung penanaman pipa saluran, perancang harus menentukan
elevasi dasar pipa yang diperlukan untuk penanaman kedalam pipa saluran,
diusahakan kemiringan pipa sama dengan kemiringan tanah. Kedalaman pipa tidak
boleh 7 m karena bila melebihi 7 m kemungkinan dapat mencemari air tanah.
Untuk kedalaman pipa upsite (hulu) ditentukan dulu kedalaman pipanya dengan
memperhatikan elevasi pipa downsite (hilir) sebelumnya. Ketinggian muka air hilir
tidak boleh melebihi ketinggian muka air hulu karena dapat terjadi aliran balik.
Perhitungan dalam menghitung kedalaman galian tanah tersebut adalah: :

33
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

1. D muka air

D muka air = D (m) x d/D

2. Slope Pipa
Nilai Slope pipa didapat dari Tabel C.3
3. Elevasi Tanah
Elevasi tanah dari H (ketinggian) kontur tanah
4. Elevasi dasar saluran (m)
Untuk jalur awal :
- Upstream = Elevasi tanah upstream (27) (diameter pipa dalam
meter)
- Downstream = Elevasi tanah upstream (slope pipa x panjang pipa asli)
Untuk jalur lanjutan :
- Upstream = Elevasi muka air downstream (d/D x panjang pipa asli)/1000
- Downstream = sama dengan cara jalur awal

5. Elevasi Muka Air


Untuk semua jalur :
- Upstream = Elevasi dasar saluran upstream + D muka air
- Downstream = Elevasi dasar saluran downstream + D muka air
6. Kedalaman Galian
- Upstream = Elevasi tanah upstream Elevasi dasar saluran upstream
- Downstream = Elevasi tanah downstream + Elevasi dasar saluran downstream

BAB VI

34
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkani hasil Rangangan Perencanaan Saluran Air Limbah di Kota Indah
Permai ini, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah di Kota Indah Permai dilakukan
menggunakan sistem pengaliran secara terpisah (seperate).
2. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah di Kota Indah Permai dilakukan
menggunakan sistem pengaliran dengan arah berdasarkan gravitasi.
3. Pembuangan akhir IPAL di Kota Indah Permai berada pada Waduk Utara yang
berada di posisi ketinggian tanah +62 m.
4. Debit air limbah yang dihasilkan berdasarkan rancangan ini adalah 46,749
L/detik.
5. Jarak kedalaman galian awal (US) dan akhir (DS) terjadi penurunan pada jarak 6-
7, 11-12, 13-14, dan 15-17, sehingga pada jalur tersebut harus menggunakan
bangunan pelengkap drop manhole.
6. Desain pada perencanaan dan perhitungan ini dibuat sesuai dengan literatur agar
perencanaan akan menghasilkan desain yang efisien, ekonomis, dan praktis.

4.2 Saran
Berdasarkan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Limbah di Kota Indah Permai
terdapat beberapa saran sebagai berikut:

Daftar Pustaka

35
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Martopo, S. 2002. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan. Bahan Diskusi Kursus


Singkat Penanganan Limbah Secara Hayati. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada
Sugiharto. 2005. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI: Jakarta
Winarni. 2017. Sistem Penyaluran Air Limbah. Jakarta: Universitas Trisakti.

36
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Lampiran 1
Tabel C.2 Perhitungan Debit Air Limbah

37
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Perhitungan Debit Air Limbah

Jalur Pipa Panjang Panjang Area Pelayanan Pelayanan PE Jumlah Pe Q infiltrasi


Kebutuhan Air Debit Air Buangan (80%) Qmin Q max
(No Manhole) Pipa Pipa Luas Jenis Kepadatan Jumlah 1000 1000 Surface Saluran Q peak
Kode %
Dari Ke (m) (m) (Ha) Peruntukan (jiwa/Ha) (Jiwa) (L/hari) (L.dtk) (L/jiwa/hari) (L/dtk) (jiwa) Jiwa (L/dtl) (L/drk) (l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)
H 0.33615 HOTEL 270 100% 90.7605 90 0.00104 6534.756 0.076 0.063
ST 0.897075 STASIUN 300 100% 269.1225 40 0.00046 8611.920 0.100 0.082
K5 0.880875 PERKANTORAN 680 100% 598.995 50 0.00058 23959.800 0.277 0.229
1 2 360 360 D16 0.30 HIGH 235 60% 42.1308 200 0.00231 6740.928 0.078 0.064 1.382 0.357 7.837 0.251 0.090 8.178
D17 3.44 HIGH 235 60% 485.2656 200 0.00231 77642.496 0.899 0.743
D18 0.33 HIGH 235 60% 46.6992 200 0.00231 7471.872 0.086 0.071
D20 0.5994 HIGH 235 60% 84.5154 200 0.00231 13522.464 0.157 0.129
RS 1.115775 RUMAH SAKIT 250 100% 278.9438 80 0.00093 17852.400 0.207 0.171
B11 1.36 LOW 264 90% 324.1814 100 0.00116 25934.515 0.300 0.248
2.530 0.737 12.713 0.459 0.310 13.482
D13 0.42 HIGH 235 60% 59.3892 200 0.00231 9502.272 0.110 0.091
2 3 315 675
D24 0.694575 HIGH 235 60% 97.93508 200 0.00231 15669.612 0.181 0.150
E12 2.18 MEDIUM 260 75% 425.412 150 0.00174 51049.440 0.591 0.488
TOTAL JALUR 1-3 120008.239 1.389 2.530
D15 1.58 HIGH 235 60% 223.344 200 0.00231 35735.040 0.414 0.342
D19 0.28 HIGH 235 60% 39.5928 200 0.00231 6334.848 0.073 0.061
4 3 202.5 202.5 D21 0.257175 HIGH 235 60% 36.26168 200 0.00231 5801.868 0.067 0.056 1.932 0.533 10.245 0.351 0.071 10.666
E14 1.47 MEDIUM 260 75% 285.714 150 0.00174 34285.680 0.397 0.328
D14 5.31 HIGH 235 60% 748.71 200 0.00231 119793.600 1.387 1.146
D23 1.8225 HIGH 235 60% 256.9725 200 0.00231 41115.600 0.476 0.393
D22 0.211815 HIGH 235 60% 29.86592 200 0.00231 4778.546 0.055 0.046
3 5 180 1057.5 E11 2.69 MEDIUM 260 75% 523.692 150 0.00174 62843.040 0.727 0.601 5.778 1.986 24.611 1.049 1.109 26.768
E13 1.23 MEDIUM 260 75% 240.084 150 0.00174 28810.080 0.333 0.276
AKUMULASI 459506.542 5.318 5.778
B3 3.35 LOW 264 90% 796.3402 100 0.00116 63707.213 0.737 0.609
5 7 202.5 1260 B4 3.78 LOW 264 90% 898.9834 100 0.00116 71918.669 0.832 0.688 7.076 2.532 28.941 1.284 1.618 31.843
AKUMULASI 595132.423 6.888 7.076
S3 1.079325 SEKOLAH 350 100% 377.7638 65 0.00075 19643.715 0.227 0.188
6 7 180 180 B5 1.17 LOW 264 90% 277.1366 100 0.00116 22170.931 0.257 0.212 0.519 0.110 3.581 0.094 0.231 3.906
B6 0.66 LOW 264 90% 155.6755 100 0.00116 12454.042 0.144 0.119
S2 0.6561 SEKOLAH 350 100% 229.635 65 0.00075 11941.020 0.138 0.114
7 8 180 1620 B1 5.46 LOW 264 90% 1298.436 100 0.00116 103874.918 1.202 0.994 8.703 3.246 34.153 1.579 2.559 38.290
TOTAL JALUR 8-9 765217.049 8.857 8.703

38
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Jalur Pipa Panjang Panjang Area Pelayanan Pelayanan PE Jumlah Pe Q infiltrasi


Kebutuhan Air Debit Air Buangan (80%) Qmin Q max
(No Manhole) Pipa Pipa Luas Jenis Kepadatan Jumlah 1000 1000 Surface Saluran Q peak
Kode %
Dari Ke (m) (m) (Ha) Peruntukan (jiwa/Ha) (Jiwa) (L/hari) (L.dtk) (L/jiwa/hari) (L/dtk) (jiwa) Jiwa (L/dtl) (L/drk) (l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)
E8 1.01 MEDIUM 260 75% 196.56 150 0.00174 23587.200 0.273 0.226
E9 3.85 MEDIUM 260 75% 751.14 150 0.00174 90136.800 1.043 0.862
E10 0.36 MEDIUM 260 75% 69.849 150 0.00174 8381.880 0.097 0.080
9 10 225 225 B7 0.64 LOW 264 90% 151.3987 100 0.00116 12111.898 0.140 0.116 1.629 0.435 8.938 0.296 0.067 9.300
B8 0.31 LOW 264 90% 73.56096 100 0.00116 5884.877 0.068 0.056
B9 0.38 LOW 264 90% 90.66816 100 0.00116 7253.453 0.084 0.069
B10 1.21 LOW 264 90% 286.5456 100 0.00116 22923.648 0.265 0.219
K4 0.243 PERKANTORAN 680 100% 165.24 50 0.00058 6609.600 0.077 0.063
E7 0.90 MEDIUM 260 75% 175.851 150 0.00174 21102.120 0.244 0.202
D8 0.99 HIGH 235 60% 140.0976 200 0.00231 22415.616 0.259 0.214
D9 0.43 HIGH 235 60% 60.912 200 0.00231 9745.920 0.113 0.093
10 11 238.5 463.5 2.369 5.107 12.058 0.430 0.199 12.687
D10 0.59 HIGH 235 60% 83.2464 200 0.00231 13319.424 0.154 0.127
D12 0.18 HIGH 235 60% 25.69725 200 0.00231 4111.560 0.048 0.039
B2 1.27 LOW 264 90% 301.9421 100 0.00116 24155.366 0.280 0.231
TOTAL JALUR 11-12 247583.995 2.866 2.369
K3 0.415125 PERKANTORAN 680 100% 282.285 50 0.00058 11291.400 0.131 0.108
E1 2.05 MEDIUM 235 75% 361.0305 150 0.00174 43323.660 0.501 0.414
E2 0.43 MEDIUM 235 75% 76.14 150 0.00174 9136.800 0.106 0.087
11 12 198 661.5 3.417 1.057 16.168 0.620 0.410 17.198
E5 1.27 MEDIUM 235 75% 223.344 150 0.00174 26801.280 0.310 0.256
E6 0.90 MEDIUM 235 75% 158.9423 150 0.00174 19073.070 0.221 0.182
TOTAL JALUR 12-13 357210.205 4.134 3.417
S1 0.155925 SEKOLAH 350 100% 54.57375 65 0.00075 2837.835 0.033 0.027
D5 0.66 HIGH 235 60% 92.3832 200 0.00231 14781.312 0.171 0.141
D6 0.28 HIGH 235 60% 38.8314 200 0.00231 6213.024 0.072 0.059
12 13 180 841.5 3.728 1.174 17.333 0.677 0.569 18.579
D7 0.15 HIGH 235 60% 21.3192 200 0.00231 3411.072 0.039 0.033
E3 0.22 MEDIUM 260 75% 43.524 150 0.00174 5222.880 0.060 0.050
TOTAL JALUR 13-14 389676.328 4.510 3.728
K2 0.59535 PERKANTORAN 680 100% 404.838 50 0.00058 16193.520 0.187 0.155
D2 2.25 HIGH 235 60% 317.7576 200 0.00231 50841.216 0.588 0.486
13 14 225 1066.5 D4 2.12 HIGH 235 60% 299.484 200 0.00231 47917.440 0.555 0.458 4.873 1.619 21.477 0.884 0.943 23.304
D11 0.212625 HIGH 235 60% 29.98013 200 0.00231 4796.820 0.056 0.046
AKUMULASI 509425.324 5.896 4.873
K1 0.71685 PERKANTORAN 680 100% 487.458 50 0.00058 19498.320 0.226 0.187
14 15 135 1201.5 D1 5.46 HIGH 235 60% 770.5368 200 0.00231 123285.888 1.427 1.179 6.239 2.177 26.171 1.132 1.360 28.663
AKUMULASI 652209.532 7.549 6.239
15 17 90 1291.5 TIDAK MENERIMA AIR BUANGAN 6.239 2.177 26.171 1.132 1.462 28.765
E4 2.76 MEDIUM 260 75% 537.732 150 0.00174 64527.840 0.747 0.617
E15 1.97 MEDIUM 260 75% 383.292 150 0.00174 45995.040 0.532 0.440
8 16 337.5 1957.5 10.184 3.920 38.730 1.848 3.618 44.196
D3 1.97 HIGH 235 60% 277.1496 200 0.00231 44343.936 0.513 0.424
AKUMULASI 920083.865 10.649 10.184
16 17 45 2002.5 TIDAK MENERIMA AIR BUANGAN - - - 10.184 3.920 38.730 1.848 3.701 44.279
17 IPAL 45 3339 TIDAK MENERIMA AIR BUANGAN - - - 10.184 3.920 38.730 1.848 6.171 46.749

39
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Lampiran 2
Tabel C.3 Perhitungan Dimensi Air Limbah

40
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Perhitungan Dimensi Air Limbah

Panjang L
Manhole Q peak Qpeak/Qfull Q full V full D hit Dpasar Slope Slope V full Q full Qpeak/Qfull V peak/V V peak
Pipa komulati d/D R d/D
tanah pipa full
Dari Ke (m) (m) (l/dtk) (m3/d3) (m3/dtk) (m3/setik) (m/s) (mm) (m/s) (m3/s) (m3/dtk) (m/s)
1 2 360 360 8.178 0.008 0.8 0.98 0.0083452 1.2 94.12 125 0.031 0.0051 0.0070 0.83 0.010 0.80 0.67 1.11 0.92
2 3 315 675 13.482 0.013 0.8 0.98 0.0137569 1.2 120.85 125 0.031 0.0143 0.0200 1.40 0.017 0.78 0.68 1.12 1.57
4 3 202.5 202.5 10.666 0.011 0.8 0.98 0.010884 1.2 107.49 150 0.038 0.0123 0.0065 0.90 0.016 0.67 0.61 1.08 0.98
3 5 180 1057.5 26.768 0.027 0.8 0.98 0.0273147 1.2 170.28 175 0.044 0.0167 0.0180 1.67 0.040 0.67 0.77 1.14 1.90
5 7 202.5 1260 26.768 0.027 0.8 0.98 0.0273147 1.2 170.28 175 0.044 0.0049 0.0090 1.18 0.028 0.95 0.74 1.13 1.33
6 7 180 180 31.843 0.032 0.8 0.98 0.0324926 1.5 166.12 175 0.044 0.0400 0.0250 1.96 0.047 0.67 0.61 1.08 2.12
7 8 180 1620 38.290 0.038 0.8 0.98 0.0390719 1.2 203.66 225 0.056 0.0083 0.0083 1.34 0.053 0.72 0.62 1.08 1.45
8 16 337.5 1957.5 44.196 0.044 0.8 0.98 0.0450976 1.2 218.80 225 0.056 0.0157 0.0120 1.61 0.064 0.69 0.8 1.14 1.83
16 17 45 2002.5 44.279 0.044 0.8 0.98 0.0451825 1.2 219.01 225 0.056 0.0044 0.0090 1.39 0.055 0.80 0.67 1.11 1.55
9 10 225 225 9.300 0.009 0.8 0.98 0.0094898 1.2 100.37 125 0.031 0.0111 0.0090 0.94 0.012 0.81 0.68 1.12 1.05
10 11 238.5 463.5 12.687 0.013 0.8 0.98 0.0129462 1.2 117.23 150 0.038 0.0021 0.0080 1.00 0.018 0.72 0.62 1.08 1.08
11 12 198 661.5 17.198 0.017 0.8 0.98 0.0175489 1.2 136.49 150 0.038 0.0303 0.0190 1.54 0.027 0.63 0.68 1.12 1.73
12 13 180 841.5 18.579 0.019 0.8 0.98 0.0189577 1.2 141.86 150 0.038 0.0083 0.0098 1.11 0.020 0.95 0.77 1.14 1.26
13 14 225 1066.5 23.304 0.023 0.8 0.98 0.02378 1.2 158.88 175 0.044 0.0200 0.0135 1.44 0.035 0.67 0.76 1.14 1.64
14 15 135 1201.5 28.663 0.029 0.8 0.98 0.0292484 1.2 176.21 250 0.063 0.0015 0.0020 0.70 0.035 0.83 0.69 1.12 0.79
15 17 90 1291.5 28.765312 0.029 0.8 0.98 0.0293524 1.2 176.52 250 0.063 0.0144 0.0030 0.86 0.042 0.68 0.69 1.12 0.97
17 IPAL 45 3339 46.748993 0.047 0.8 0.98 0.0477031 1.2 225.03 250 0.063 0.0000 0.0060 1.22 0.060 0.78 0.66 1.11 1.35

41
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Lampiran 3
Tabel C.5 Penanaman Pipa

42
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Penanaman Pipa

PANJANG ELEVASI DASAR


JALUR PIPA d MUKA SLOPE SLOPE ELEVASI TANAH ELEVASI MUKA AIR KEDALAMAN GALIAN
PIPA (m) D (mm) D (m) d/D SALURAN KETERANGAN
AIR TANAH PIPA
Dari Ke (m) US (m) DS (m) US (m) DS (m) US (m) DS (m) US (m) DS (m)
1 2 360 125 1.25 0.67 0.08375 0.0051 0.007 83.5 81.6 81.34 78.82 81.42 80.54 2.13 2.82
2 3 315 125 1.25 0.68 0.085 0.0143 0.020 82.5 78.0 80.46 74.16 80.54 74.24 2.04 3.84
4 3 202.5 150 1.5 0.61 0.0915 0.0123 0.007 79.0 78.0 74.15 72.84 74.24 72.93 4.85 5.16
3 5 180 175 1.75 0.77 0.13475 0.0167 0.018 78.0 75.0 72.84 69.60 72.93 69.73 5.16 5.40
5 7 202.5 175 1.75 0.74 0.1295 0.0049 0.009 75.0 74.0 69.60 67.78 69.73 67.91 5.40 6.22
6 7 180 175 1.75 0.61 0.10675 0.0400 0.025 79.0 74.0 72.03 67.53 72.13 67.76 6.97 6.47 drop
7 8 180 225 2.25 0.62 0.1395 0.0083 0.008 74.0 72.5 67.53 66.03 67.91 66.16 6.47 6.47
8 16 337.5 225 2.25 0.8 0.18 0.0157 0.012 72.5 67.2 65.98 61.93 66.16 62.11 6.52 5.27
16 17 45 225 2.25 0.67 0.15075 0.0044 0.009 67.2 67.0 61.96 61.56 62.11 61.71 5.24 5.44
9 10 225 125 1.25 0.68 0.085 0.0111 0.009 83.0 81.0 76.08 74.05 76.16 75.04 6.93 6.95
10 11 238.5 150 1.5 0.62 0.093 0.0021 0.008 81.0 80.0 74.94 73.03 75.04 73.13 6.06 6.97
11 12 198 150 1.5 0.68 0.102 0.0303 0.019 80.0 74.5 73.03 69.26 73.13 69.37 6.98 5.24 drop
12 13 180 150 1.5 0.77 0.1155 0.0083 0.010 74.5 73.0 69.25 67.49 69.37 67.60 5.25 5.51
13 14 225 175 1.75 0.76 0.133 0.0200 0.014 73.0 68.5 67.47 64.43 67.60 64.56 5.53 4.07 drop
14 15 135 250 2.5 0.69 0.1725 0.0015 0.002 68.5 68.3 64.39 64.12 64.56 64.29 4.11 4.18
15 17 90 250 2.5 0.69 0.1725 0.0144 0.003 68.3 67.0 64.12 63.85 64.29 64.02 4.18 3.15 drop
17 IPAL 45 250 2.5 0.66 0.165 0.0000 0.006 67.0 66.8 61.56 61.29 64.02 61.45 5.44 5.51
Keterangan
Cabang
Jalur baru

43
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Lampiran 4
Tabel C.4a Perhitungan Penggelontoran

44
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Perhitungan Penggelontoran

Panjang V min/V
Jalur pipa Q min Q full Q min/ Q d min/D D d min V full V min
Pipa full Keterangan
full full
Dari ke (m) (l/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk) (mm) (m) (m) (m/dtk) (m/dtk)
1 2 360 0.36 0.0004 0.0102 0.04 0.14 125 0.13 0.02 0.5 0.83 0.42 GELONTOR
2 3 315 0.74 0.0007 0.0172 0.04 0.15 125 0.13 0.02 0.52 1.40 0.73 GELONTOR
4 3 203 0.53 0.0005 0.0160 0.03 0.15 150 0.15 0.02 0.52 0.90 0.47 GELONTOR
3 5 180 1.99 0.0020 0.0400 0.05 0.18 175 0.18 0.03 0.58 1.67 0.97 GELONTOR
5 7 203 2.53 0.0025 0.0283 0.09 0.20 175 0.18 0.04 0.6 1.18 0.71 GELONTOR
6 7 180 0.11 0.0001 0.0472 0.002 0.06 175 0.18 0.011 0.29 1.96 0.57 GELONTOR
7 8 180 3.25 0.0032 0.0533 0.06 0.18 225 0.23 0.04 0.58 1.34 0.78 GELONTOR
8 16 338 3.92 0.0039 0.0639 0.06 0.20 225 0.23 0.05 0.6 1.61 0.96 GELONTOR
16 17 45 3.92 0.0039 0.0553 0.07 0.20 225 0.23 0.05 0.6 1.39 0.84 GELONTOR
9 10 225 0.43 0.0004 0.0115 0.04 0.14 125 0.13 0.02 0.5 0.94 0.47 GELONTOR
10 11 239 5.11 0.0051 0.0177 0.29 0.44 150 0.15 0.07 0.95 1.00 0.95 GELONTOR
11 12 198 1.06 0.0011 0.0273 0.04 0.16 150 0.15 0.02 0.54 1.54 0.83 GELONTOR
12 13 180 1.17 0.0012 0.0196 0.06 0.16 150 0.15 0.02 0.54 1.11 0.60 GELONTOR
13 14 225 1.62 0.0016 0.0347 0.05 0.18 175 0.18 0.03 0.58 1.44 0.84 GELONTOR
14 15 135 2.18 0.0022 0.0346 0.06 0.17 250 0.25 0.04 0.56 0.70 0.39 GELONTOR
15 17 90 2.18 0.0022 0.0423 0.05 0.17 250 0.25 0.04 0.56 0.86 0.48 GELONTOR
17 IPAL 45 3.92 0.0039 0.0599 0.07 0.19 250 0.25 0.05 0.78 1.22 0.95 GELONTOR

45
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Lampiran 5
Tabel C.4b Perhitungan Debit dan Volume Gelontor

46
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Perhitungan Debit dan Volume Gelontor

Jalur Pipa D d min dg d min dg d min Q min A min A full A min dg Ag Ag V min Vw L Qg Volume g
Dari Ke (m) (m) (m) (m) (m) D full Q full A full (m) (m) D full A full (m) (m/dtk) (m/dtk) (m) (m/dtk) (m)
1 2 0.125 0.02 0.1 0.007 0.04 0.14 0.04 0.08 0.0123 0.00098 0.80 0.87 0.011 0.415 2.57 360 0.00962 1.35
2 3 0.125 0.02 0.1 0.0075 0.04 0.15 0.05 0.09 0.0123 0.0011 0.80 0.87 0.011 0.730 2.79 315 0.01613 1.82
4 3 0.150 0.02 0.1 0.009 0.04 0.15 0.05 0.09 0.0177 0.00159 0.67 0.72 0.013 0.470 2.36 203 0.0151 1.29
3 5 0.175 0.03 0.1 0.0126 0.04 0.18 0.06 0.12 0.0240 0.00288 0.57 0.59 0.014 0.966 2.52 180 0.03726 2.66
5 7 0.175 0.04 0.1 0.014 0.04 0.20 0.02 0.14 0.0240 0.00337 0.57 0.59 0.014 0.707 2.18 203 0.02522 2.34
6 7 0.175 0.01 0.1 0.0042 0.04 0.06 0.003 0.04 0.0240 0.00096 0.57 0.59 0.014 0.569 3.06 180 0.04614 2.71
7 8 0.225 0.04 0.1 0.0162 0.04 0.18 0.06 0.12 0.0397 0.00477 0.44 0.4 0.016 0.777 2.14 180 0.04895 4.11
8 16 0.225 0.05 0.1 0.018 0.04 0.20 0.02 0.14 0.0397 0.00556 0.44 0.4 0.016 0.965 2.28 338 0.05871 8.70
16 17 0.225 0.05 0.1 0.018 0.04 0.20 0.02 0.14 0.0397 0.00556 0.44 0.4 0.016 0.836 2.15 45 0.05032 1.05
9 10 0.125 0.02 0.1 0.007 0.04 0.14 0.04 0.08 0.0123 0.00098 0.80 0.87 0.011 0.471 2.64 225 0.01088 0.93
10 11 0.150 0.07 0.1 0.0264 0.04 0.44 0.40 0.42 0.0177 0.00742 0.67 0.72 0.013 0.952 2.22 239 0.01224 1.31
11 12 0.150 0.02 0.1 0.0096 0.04 0.16 0.05 0.1 0.0177 0.00177 0.67 0.72 0.013 0.834 2.65 198 0.02567 1.92
12 13 0.150 0.02 0.1 0.0096 0.04 0.16 0.05 0.1 0.0177 0.00177 0.67 0.72 0.013 0.599 2.41 180 0.01802 1.35
13 14 0.175 0.03 0.1 0.0126 0.04 0.18 0.06 0.12 0.0240 0.00288 0.57 0.59 0.014 0.837 2.39 225 0.03237 3.04
14 15 0.250 0.04 0.1 0.017 0.04 0.17 0.06 0.11 0.0491 0.0054 0.40 0.38 0.019 0.394 1.78 135 0.03169 2.41
15 17 0.250 0.04 0.1 0.017 0.04 0.17 0.06 0.11 0.0491 0.0054 0.40 0.38 0.019 0.483 1.86 90 0.0393 1.90
17 IPAL 0.250 0.05 0.1 0.019 0.04 0.19 0.08 0.13 0.0491 0.00638 0.40 0.38 0.019 0.952 2.27 45 0.05474 1.08

47
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Lampiran 6
Tabel C.4c Perhitungan Debit Akhir Gelontor

48
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Perhitungan Debit Akhir Gelontor

LAMA
JALUR PIPA PANJANG Q MIN QG Q MIN+QG (Q MIN+QG)/Q Q MIN/Q D MIN/D V MIN/V KETERA QG
Q FULL D (m) D MIN V FULL V MIN WAKTU
DARI KE (m) (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) FULL FULL FULL FULL NGAN AKHIR
DI PIPA
1 2 360 0.0012 0.0096 0.0108 0.0102 1.06 0.12 0.90 0.13 0.11 1.12 0.83 0.93 cukup 0.0096 0.1076
2 3 315 0.0013 0.0096 0.0109 0.0172 0.64 0.08 0.61 0.13 0.1 1.09 1.40 1.53 cukup 0.0096 0.0572
4 3 202.5 0.0019 0.0151 0.0170 0.0160 1.07 0.12 0.89 0.15 0.13 1.14 0.90 1.03 cukup 0.0151 0.0546
3 5 180 0.0035 0.0247 0.0282 0.0400 0.70 0.09 0.61 0.18 0.11 1.12 1.67 1.87 cukup 0.0151 0.0268
5 7 202.5 0.0040 0.0247 0.0288 0.0283 1.02 0.14 0.85 0.18 0.15 1.15 1.18 1.35 cukup 0.0151 0.0415
6 7 180 0.0014 0.0461 0.0476 0.0472 1.01 0.031 0.81 0.18 0.14 1.14 1.96 2.24 cukup 0.0461 0.0223
7 8 180 0.0057 0.0709 0.0766 0.0533 1.44 0.11 0.53 0.23 0.12 1.08 1.34 1.45 cukup 0.0461 0.0345
8 16 337.5 0.0067 0.0709 0.0775 0.0639 1.21 0.10 0.39 0.23 0.1 0.89 1.61 1.43 cukup 0.0461 0.0655
16 17 45 0.0067 0.0709 0.0775 0.0553 1.40 0.12 0.50 0.23 0.11 1.00 1.39 1.39 cukup 0.0461 0.0090
9 10 225 0.0012 0.0109 0.0121 0.0115 1.04 0.10 0.85 0.13 0.11 1.14 0.94 1.07 cukup 0.0109 0.0582
10 11 238.5 0.0089 0.0109 0.0198 0.0177 1.12 0.50 0.32 0.15 0.10 0.80 1.00 0.80 cukup 0.0109 0.0826
11 12 198 0.0021 0.0109 0.0130 0.0273 0.48 0.08 0.49 0.15 0.1 0.99 1.54 1.53 cukup 0.0109 0.0360
12 13 180 0.0021 0.0109 0.0130 0.0196 0.66 0.11 0.62 0.15 0.1 0.98 1.11 1.09 cukup 0.0109 0.0460
13 14 225 0.0035 0.0109 0.0143 0.0347 0.41 0.10 0.45 0.18 0.1 0.95 1.44 1.37 cukup 0.0109 0.0456
14 15 135 0.0065 0.0109 0.0174 0.0346 0.50 0.19 0.51 0.25 0.13 1.00 0.70 0.70 cukup 0.0109 0.0532
15 17 90 0.0065 0.0109 0.0174 0.0423 0.41 0.15 0.45 0.25 0.11 0.95 0.86 0.82 cukup 0.0109 0.0305
17 IPAL 45 0.0077 0.0218 0.0294 0.0599 0.49 0.13 0.55 0.25 0.14 1.04 1.22 1.27 cukup 0.0109 0.0099

49
Sistem Penyaluran Air Limbah / Nadia Khoirunnisa / 082001500039

Lmapiran 7

50

Anda mungkin juga menyukai