Daun Kemangi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 81

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK GEL EKSTRAK ETANOL DAUN

KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SEBAGAI SEDIAAN HAND SANITIZER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih


Gelar Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi
pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
SARTIKA DEWI SYAIFUL
NIM. 70100112015

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2016
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Sartika Dewi Syaiful

NIM : 70100112015

Tempat/TanggalLahir : Makassar, 26 September 1994

Jur/Prodi/Konsentrasi : Farmasi

Alamat : Btn. Pao-pao Permai Blok F1/20


Judul : Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun

Kemangi (Ocimum sanctum L.) Sebagai Sediaan Hand

Sanitizer

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka

skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, Agustus 2016

Penyusun,

SARTIKA DEWI SYAIFUL


NIM. 70100112015

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun
Kemangi (Ocimum sanctum. L) Sebagai Sediaan Hand Sanitizer” yang disusun oleh
Sartika Dewi Syaiful, NIM : 70100112015, Mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, diuji dan dipertahankan
dalam ujian sidang skripsi yang diselenggarakan pada hari selasa tanggal 23 Agustus
2016 M yang bertepatan dengan tanggal 20 Dzulqaidah 1437 H, dinyatakan telah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi.

Gowa, September 2016

DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc. (.....................)

Sekretaris : Haeria, S.Si., M.Si (.....................)

Pembimbing I : Dra. Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si., Apt. (.....................)

Pembimbing II : Munifah Wahyuddin, S.Farm.M.Sc.,Apt. (.....................)

Penguji I : Hj. Gemy Nastity Handayany, S.Si., M.Si., Apt. (.....................)

Penguji II : Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd (.....................)

Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar,

Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc.


NIP. 19550203 198312 1 001

iii
KATA PENGANTAR

   

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala

rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik, tak lupa pula salam dan salawat saya kirimkan untuk baginda Rasulullah

saw. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua penulis yaitu Baharuddin dan Nurhayati serta keluarga besar

yang tiada henti-hentinya mendoakan dan mencurahkan kasih sayangnya, yang selalu

memberikan nasehat, kritik, semangat dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai

tepat pada waktunya.

Penulis juga tak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak/Ibu :

1. Prof. Dr.Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi di UIN

Alauddin Makassar.

iv
2. Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc., sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar, Dr. Nur Hidayah,

S.Kep., Ns., M.Kes., Wakil Dekan I (bidang akademik) FKIK UIN Alauddin

Makassar, Dr. Andi Susilawaty, S.Si., M.Kes., Wakil Dekan II (bidang keuangan)

FKIK UIN Alauddin Makassar, dan Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd., Wakil Dekan III

(bidang kemahasiswaan) FKIK UIN Alauddin Makassar.

3. Haeria, S.Si., M.Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan Mukhriani,

S.Si., M.Si., Apt., selaku Sekertaris Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Univeristas Islam Negeri Alauddin Makassar.

4. Dra. Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si., Apt., selaku pembimbing pertama

atas segala keikhlasannya memberikan bimbingan, motivasi serta meluangkan waktu,

tenaga, pikiran kepada penulis sejak rencana penelitian sampai tersusunnya skripsi ini

dan Munifah Wahyuddin, S.Farm., M.Sc.,Apt. selaku pembimbing kedua atas segala

keikhlasannya memberikan bimbingan, motivasi serta meluangkan waktu, tenaga,

pikiran kepada penulis sejak rencana penelitian sampai tersusunnya skripsi ini.
5. Hj. Gemy Nastity Handayany, S.Si., M.Si., Apt selaku penguji

kompetensi yang telah memberi masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

dan Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd selaku penguji agama yang telah memberikan tuntunan

dan pengarahan dalam mengoreksi seluruh kekurangan pada skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen Farmasi yang dengan ikhlas membagi ilmunya, semoga

jasa-jasanya mendapatkan balasan dari Allah SWT. Serta seluruh staf jurusan

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah memberikan bantuan

kepada penulis.

v
7. Kepada seluruh Laboran Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Alauddin Makassar yang senantiasa membimbing dan mengarahkan

penulis selama penelitian.

8. Sahabat – sahabatku tercinta Ira Karmila, Suljawahirah S., Rahma Iriani

Aslam, A. Mifta Haerati, Syamsuarni Rasab, yang senantiasa membantu, menemani

dalam suka dan duka selama berada di kampus UIN Alauddin Makassar.

9. Kepada teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu penulis

farmasi angkatan 2012 (Isohidris) khususnya kelas Farmasi A, kakak-kakak angkatan

2005-2011, dan adik-adik angkatan 2013-2015 Farmasi UIN Alauddin Makassar.

Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.

Namun semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai tambahan referensi ilmu

pengetahuan. Amin.

Gowa, Agustus 2016

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................................ ii

PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xi

ABSTRAK ..................................................................................................................... xii

ABSTRACT ................................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Definisi operasional ....................................................................... 4
2. Ruang lingkup penelitian ............................................................... 5
D. Kajian Pustaka ..................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
F. Manfaat penelitian ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Uraian Tanaman ................................................................................... 7


B. Estraksi ................................................................................................. 9
C. Kulit ..................................................................................................... 13
D. Antiseptika ........................................................................................... 20
E. Bakteri tangan ...................................................................................... 22
F. Hand Sanitizer ..................................................................................... 22
G. Gel ....................................................................................................... 22

vii
H. Uji stabilitas …………………………………………………………. 25
I. Komposisi sediaan gel ………………………………………………. 28
J. Tinjauan Islam ..................................................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................................. 35


B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 35
C. Sampel ………………………………………………………………. 35
D. Prosedur Kerja ..................................................................................... 35
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 37
F. Pembuatan Sediaan Gel ...................................................................... 37
G. Uji Satbilitas Gel .................................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40


B. Pembahasan .......................................................................................... 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 50
B. Implikasi .............................................................................................. 50

KEPUSTAKAAN .......................................................................................................... 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................ 53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................................... 68

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Pengamatan Organoleptis .................................................................... 40

2. Hasil pengukuran pH .................................................................................... 41

3. Hasil pengukuran Viskositas......................................................................... 41

4. Hasil Pengukuran Daya sebar ...................................................................... 42

5. Hasil Pengamatan Homogenitas ................................................................... 42

6. Hasil Pengamatan Sinersis ............................................................................ 43

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema kerja ...................................................................................................... 52

2. Analisis Statistik Viskositas Formula Gel dengan Rancangan Acak Kelompok

(RAK) .............................................................................................................. 56

3. Analisis Varians Viskositas ............................................................................. 57

4. Analisis statistik Ph formula Gel dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

.......................................................................................................................... 58

5. Analisis Varians pH ......................................................................................... 59

6. Gambar Tanaman Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) ............................... 61

7. Sediaan Gel Ekstrak Daun Kemangi sebelum dan sesudah penyimpanan ...... 62

8. Pengujian Viskositas Sediaan Gel ................................................................... 63

9. Pengujian pH Sediaan Gel .............................................................................. 63

10. Pengujian Daya Sebar Sediaan Gel .................................................................. 64

11. Pengujian Homogenitas Sediaan Gel ............................................................... 64

12. Alat-alat Penelitian ........................................................................................... 65

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tanaman Daun Kemangi ................................................................................. 61

2. Daun Kemangi ................................................................................................. 61

3. Sediaan gel Sebelum Penyimpanan Dipercepat ............................................... 62

4. Sediaan gel Setelah Penyimpanan Dipercepat ................................................. 62

5. Pengujian Viskositas Sediaan Gel ................................................................... 63

6. Pengujian pH Sediaan Gel ............................................................................... 63

7. Pengujian Daya Sebar Sediaan Gel .................................................................. 64

8. Pengujian Homogenitas Sediaan Gel ............................................................... 64

9. Alat Viskositas ................................................................................................. 65

10. Alat pH Meter .................................................................................................. 66

11. Alat Rotavapor ................................................................................................. 66

12. Alat Sentrifuge ................................................................................................. 67

13. Alat Magnetik Stirer ........................................................................................ 67

xi
ABSTRAK
Nama : Sartika Dewi Syaiful
Nim : 70100112015
Judul : Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun Kemangi
(Ocimum sanctum L.) sebagai Sediaan Hand Sanitizer

Telah dilakukan Formulasi sediaan gel antiseptik tangan dari ekstrak etanol
daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan menggunakan kombinasi basis Karbopol
940 dan HPMC disertai dengan uji stabilitas fisik sediaan gel. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui stabilitas fisik dari kombinasi basis dan mengetahui konsentrasi
kombinasi yang baik dari basis karbopol 940 dan HPMC pada sediaan gel antiseptik
tangan ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.). Stabilitas fisik sediaan gel
ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap perubahan warna, bau, bentuk, pH,
viskositas, homogenitas, sineresis dan daya sebar sebelum dan setelah penyimpanan
selama 6 siklus penyimpanan pada suhu 4°C dan 40°C. Pengujian pH dilakukan
dengan menggunakan alat pH meter dan pengukuran Viskositas dilakukan dengan
menggunakan Viskometer Brokfield.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaaan gel antiseptik tangan dapat
dikatakan stabil pada parameter Homogenitas dimana tidak terdapat partikel padat
dalam sediaan. Stabil dalam sinersis dimana tidak terdapat cairan di atas permukaan
gel. Stabil dalam parameter daya sebar yang baik yaitu Formula I,II, dan III memilki
diameter tidak lebih dari 3-5 cm. Untuk hasil pengukuran viskositas sediaan gel
antiseptik sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat, menunjukkan adanya
perubahan. Namun nilai viskositas yang baik antara ketiga formula adalah formula I
kombinasi basis Karbopol 940 dan HPMC dengan konsentrasi 0,5% dan 0,25%
mengalami kenaikan dari 14773,33 poise menjadi 16400 poise setelah penyimpanan.
Sedangkan hasil pengukuran Ph, Sediaan gel kombinasi karbopol 940 dan HPMC
dengan konsentrasi 0,5% dan 0,25% pH nya stabil dalam penyimpanan dan memiliki
pH sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5. Berdasarkan hasil yang diperoleh
maka basis kombinasi karbopol 940 dan HPMC dengan konsentrasi 0,5% dan 0,25%
memiliki kestabilan fisik baik.

Kata kunci: Karbopol 940, HPMC, Ekstrak daun kemangi, gel antiseptik, stabilitas fisik.

xii
ABSTRACT
Nama : Sartika Dewi Syaiful
Nim : 70100112015
Judul : Formulation and Stability Test Physical Gel Ethanol Extract Basil (Ocimum
sanctum L.) as Preparations Hand Sanitizer.

The formulation has been carried out antiseptic hand gel preparation of the
ethanol extract of leaves of basil (Ocimum sanctum L.) using a combination of
Carbopol 940 and HPMC base accompanied by physical stability test preparation gel.
This study aims to determine the physical stability of the combination of base and
determine the concentration of a good combination of base carbopol 940 and HPMC
in antiseptic hand gel formulation ethanol extract of basil (Ocimum sanctum L.).
Physical stability of the gel formulation is determined by observation of changes in
color, smell, shape, pH, viscosity, homogeneity, syneresis and dispersive power
before and after storage for 6 cycles of storage at 4° C and 40° C. pH testing is done
by using a pH meter and viscosity measurement is done by using a viscometer
Brokfield.
The results showed that sediaaan antiseptic hand gel can be said to be stable
on the parameters of homogeneity where there are no solid particles in the preparation.
Sinersis stable in which there is no liquid on the surface of the gel. Stable in good
dispersive power parameters, namely Formula I, II, and III have the diameter of no
more than 3-5 cm. For the antiseptic gel formulation viscosity measurements before
and after accelerated storage conditions, indicate a change. But the good viscosity
values between the third formula is a formula I base combination Carbopol 940 and
HPMC with a concentration of 0.5% and 0.25% declined from 14773.33 poises be
16400 poises after storage. While the results of the measurement of pH, a
combination of carbopol 940 gel preparations and HPMC with a concentration of
0.5% and 0.25% of its pH is stable in storage and has a pH in accordance with the
physiological skin pH is 4.5-6.5. Based on the results obtained, the base 940 and
HPMC carbopol combination with a concentration of 0.5% and 0.25% had good
physical stability.

Keywords: Carbopol 940, HPMC, basil leaf extract, antiseptic gel, physical stability.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit sering berasal dari mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh

mata secara langsung. Salah satu bentuk penyebaran mikroorganisme pada manusia

adalah melalui tangan (Melisa Shu, 2013).


Tangan adalah salah satu anggota tubuh yang sangat berperan penting dalam

beraktivitas sehari-sehari. Masyarakat tidak sadar bahwa pada saat beraktivitas tangan

seringkali terkontaminasi dengan mikroorganisme (Verica, 2014), karena tangan

menjadi perantara masuknya mikroba ke saluran cerna, maka kebersihan tangan

sangatlah penting. Produk pembersih tangan dapat di rancang dengan berbagai jenis,

mulai dari sabun yang dicuci dengan air hingga produk Hand sanitizer gel dengan

antiseptik yang tidak memerlukan pencucian dengan air (Isriany Ismail, 2013: 64).

Hand sanitizer adalah gel dengan berbagai kandungan yang cepat membunuh

mikroorganisme yang ada di kulit tangan. Hand sanitizer banyak digunakan karena

alasan kepraktisan pada saat darurat tidak ada air. Hand satitizer mudah dibawa dan

bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air. Kelebihan hand sanitizer di
utarakan menurur US FDA (Food and Drug Administration) dapat membunuh kuman

dalam waktu relatif cepat (Verica, 2014).

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat ialah kemangi

(Ocimum sanctum L.). Kemangi memiliki beragam efek biologi dan farmakologi,

antara lain: minyak atsiri dan ekstrak etanol daun kemangi mampu menghambat

pertumbuhan bakteri seperti: Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Proteus

1
2

vulgaris, Pseudomonas aeruginosa, Bacilus cereus, Pseudomonas Fluorescens,

Streptacoccus alfa, dan Bacillus subtilis, Mycobacterium tuberculosis, Klebsiella,

Proteus, Salmonella typhi, Shigella, Vibrio cholera, Neisseria gonorrhea, dan jamur

seperti Aspergillus, Candida albicans, Rhizopus stolinifera, dan Penicillum digitatum.

Kemangi merupakan anggota famililamiaceae, yang berarti kelompok

tanaman dengan bunga berbibir. Nama genusnya Ocimum yang berarti beraroma.

Daun Kemangi Merupakan salah satu tumbuhan alam yang banyak tersedia dan
mudah diperoleh di Asia seperti di Indonesia. Selain digunakan sebagai lalapan, daun

kemangi juga digunakan sebagai obat untuk bronchitis, asma, malaria, diare, penyakit

kulit, dan lain-lain.

Sebagian orang menganggap bahwa agama tidak memiliki kepedulian

terhadap kesehatan umat manusia. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa agama

hanya memperhatikan aspek-aspek rohaniyah dan tidak memperhatikan aspek-aspek

jasmaniyah. Agama hanya memperhatikan hal-hal yang bersifat ukhrawi, dan lalai

terhadap segala sesuatu yang besifat duniawi. Anggapan seperti ini tidak dibenarkan

dalam ajaran agama islam. Sebab pada kenyataannya islam merupakan agama yang

memperhatikan dua sisi kebaikan, yaitu kebaikan dunia dan ukhrawi. Jadi dalam hal
ini islam sebenarnya sangat memperhatikan yang namanya kesehatan. Seperti yang

terdapat dalam Q.S An-Nahl/16:11

             
   
Terjemahnya :
“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma,
anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Depkes
Agama RI, 2005: 258).
3

Dari ayat diatas jelaslah bahwa Allah swt telah menyiapkan tanaman dan

beraneka ragam ciptaan-Nya untuk kita manusia dan mengembangkannya bagi orang-

orang yang berilmu hingga dapat diambil manfaatnya seperti dalam ilmu pengobatan

yang berasal dari alam, baik itu berasal dari tumbuhan maupun yang berasal dari

hewan.

Menurut kamishita, Takuzo., et al., (1992) salah satu polimer yang dapat

digunakan sebagai basis gel semprot adalah carboxyvinyl polimer atau karbopol yang
juga sudah banyak digunakan sebagai pembentuk gel. Selain karbopol, beberapa

polimer yang telah dicoba adalah hidroksipropil selulosa, hidroksipropil metilselulosa,

polivinil alkohol, polivinilpirolidon, gelatin dan natrium alginat (Salsabiela, 2014).

Begitu pula beberapa jurnal yang saya dapatkan hampir semua menggunakan basis

karbopol dan HPMC dalam pembuatan sediaan gel.

Basis yang digunakan dalam sediaan gel adalah basis karbopol 940 dan

HPMC. Karbopol merupakan salah satu pembentuk gel yang banyak digunakan

karena dengan konsentrasi yang kecil dapat menghasilkan gel dengan viskositas yang

tinggi (Rowe, 2006). Basis ini tidak beracun dan dapat diterima dengan baik di kulit

(R. voight, 1995: 359). Sedangkan HPMC merupakan gelling agent yang tahan
terhadap fenol, dan dapat membentuk gel yang jernih serta mempunyai viskositas

yang lebih baik. HPMC umumnya tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi (Rowe,

2006: 328). Keunggulan karbopol dan HPMC yaitu membentuk gel yang bening dan

mudah larut dalam air.

Menurut Salsabiela Dwiyudrisa Suyudi dalam penelitiannya “Formulasi Gel

Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa

(HPMC) sebagai Pembentuk Gel” menyimpulkan bahwa Kombinasi pembentuk gel


4

karbopol 940 dan Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dapat digunakan sebagai

pembentuk gel semprot.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui

stabilitas fisik dari sediaan gel antiseptik tangan ekstrak etanol daun kemangi

(Ocimum sanctum L.) dengan menggunakan kombinasi pembentuk gel.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana stabilitas fisik yang dihasilkan gel antiseptik tangan ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) dari kombinasi basis karbopol 940 dan

HPMC ?

2. Pada konsentrasi berapa kombinasi dari basis karbopol 940 dan HPMC dapat

menghasilkan sediaan gel antiseptik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum

L.) dengan karakteristik fisik yang baik ?

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Defenisi Operasional

a. Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan

kualitasnya sesuai spesifikasi kualitas yang ditetapkan sepanjang periode waktu

penggunaan dan penyimpanan. Sedangkan stabilitas fisik adalah tidak terjadinya


perubahan sifat fisik dari suatu produk selama waktu penyimpanan.

b. Gel didefenisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu

dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar dan saling diserapi cairan (Ansel, 2008: 390).

c. Ekstrak daun kemangi adalah ekstrak kental yang diperoleh ekstraksi maserasi

daun kemangi menggunakan pelarut etanol 70%.


5

d. Partisi ekstrak adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut

dari campurannya dalam padatan menggunakan pelarut yang sesuai.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui stabilitas fisik gel antiseptik tangan yang

meliputi organoleptik, pH, pengukuran viskositas, homogenitas, sinersis dan uji daya

sebar.

D. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka dibahas beberapa temuan hasil penelitian sebelumnya

untuk melihat kejelasan arah, originalitas, kemanfaatan, dan posisi dari penelitian ini,

dibandingkan dengan beberapa temuan penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan penelitian Rizki Kiki Maharani dan Devia Arum Novitasari dari

Universitas Muhammadiyah Surakarta (2014) menyatakan bahwa minyak atsiri daun

kemangi setelah diformulasikan dalam bentuk sediaan gel antiseptik tangan masih

memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian yang

dilakukan oleh biro penelitian dan aplikasi, Universitas Ataturk, Turki (2010),

menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari daun kemangi (Ocimum sactum L.)

mempunyai daya antibakteri terhadap sembilan spesies termasuk dari genus


Acinetobacter, Bacillus, dan Micrococcus.. Tetapi pengujian dari stabilitas fisik gel

ekstrak daun kemangi dalam bentuk sediaan farmasi masih kurang diketahui.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk membuat suatu

sediaan gel yang bermanfaat untuk mengatasi infeksi kulit yang diakibatkan oleh

bakteri. Ekstrak daun kemangi dibuat sediaan gel antiseptik tangan dengan basis

karbopol 940 dan menggunakan basis kombinasi karbopol 940 dan HPMC.
6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui stabilitas fisik yang dihasilkan gel antiseptik daun kemangi

(Ocimum sanctum L.) dari kombinasi basis karbopol 940 dan HPMC.

b. Untuk mengetahui konsentrasi kombinasi yang baik dari basis karbopol 940 dan

HPMC pada sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun kemangi (Ocimum

sanctum L.).
2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai sumber rujukan untuk penelitian lanjutan dan penelitian lainnya tentang

stabilitas fisik dari gel antiseptik tangan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum

L.).

b. Sebagai data ilmiah kepada masyarakat tentang ketahanan dan khasiat dari daun

kemangi (Ocimum sanctum L.).

c. Dapat menjadi alternatif produk farmasi yang berasal dari bahan alam yang dapat

diformulasikan menjadi sediaan gel.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman (Singh, 2012: 98)

Regnum : Plantae

Divisi : Angiospermae
Sub Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Suku : Lamiaceae

Marga : Ocimum

Jenis : Ocimum sanctum L.

2. Nama Daerah

Kemangi, kemangen (Indonesia, Jawa), Kamangi (Makassar), Lampes (Jawa

Tengah), Uku-Uku (Bali), Lufe-Lufe (Ternate), Suraung (Sunda), Kemanghi

(Madura), Lemon basil (Inggris), Basilic citron (Perancis), Maenglak (Thailand).

3. Morfologi (Kusuma, 2012; 6-8)


Tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis ini merupakan herba tegak

tinggi 0,3-1,5 m. Batang pokoknya tidak jelas, berwarna hijau sering keunguan, dan

berambut atau tidak.

Daun tunggal, berhadapan dari bawah ke atas. Panjang tangkai daun 0,25-3

cm dengan setiap helaian daun yang berbentuk bulat telur sampai elips, memanjang,

7
8

dan ujung meruncing atau tumpul. Pangkal daun pasak sampai membulat, di kedua

permukaan berambut halus.

Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak. Bunganya

jenis hemafrodit, berwarna putih dan berbau sedikit wangi. Bunga majemuk

berkarang dan di ketiak daun ujung terdapat daun pelindung berbentuk elips atau

bulat telur dengan panjang 0,5-1 cm. Kelopak bunga berbentuk bibir, sisi luar

berambut kelenjar, berwarna ungu atau hijau dan ikut menyusun buah. Mahkota
bunga berwarna putih dengan benang sari tersisip di dasar mahkota dan kepala putik

bercabang dua namun tidak sama.

Buah berbentuk kotak, berwarna cokelat tua, tegak, dan tertekan dengan ujung

berbentuk kait melingkar. Panjang kelopak buah 6-9 mm. Biji berukuran kecil,

bertipe keras, cokelat, dan waktu diambil segera membengkak. Tipe buah terdiri dari

empat biji. Akar tunggang dan berwarna putih kotor.

4. Kegunaan

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap kemangi,

didapatkan bahwa kemangi berkhasiat sebagai analgesik, anti-amnesik, dan nootropik,

anthelmintik, anti bakterial, anti katarak, anti fertilitas, anti hiperlipidemi, anti
inflamasi, anti malaria, anti lipidperoksidatif, anti oksidan, anti stress, anti thyroid,

antitusif, anti ulkus, kemoprotektif, penyakit kulit, penyakit diabetes,

imunomodulator,radioprotektif, aktivitas hipoglikemik, aktivitas hipotensif, dan anti

kanker (singh, 2012: 98).


9

5. Kandungan Kimia

Kemangi mengandung tanin (4,6%), flavonoid. Steroid/triterpenoid, minyak

atsiri (2%), asam heksauronat, pentose, xilosa, asam metil, homoanisat, molludistin

serta asam ursolat.

B. Metode Ekstraksi

Proses untuk mendapatkan ekstrak disebut ekstraksi, yaitu penyarian zat

berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan
termasuk biota laut.

Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan

kandungan air bahan tumbuhan yang di ekstraksi dan pada jenis senyawa yang di

isolasi. Umumnya kita perlu “membunuh” jaringan hidup untuk mencegah terjadinya

oksidasi enzim atau hidrolisis. Mencemplungkan jaringan daun segar atau bunga, bila

perlu di potong-potong, ke dalam etanol mendidih adalah suatu cara yang baik untuk

mencapai tujuan itu. Alkohol bagaimanapun juga adalah pelarut serbaguna yang baik

untuk ekstraksi pendahuluan. Selanjutnya bahan dapat di maserasi dalam suatu wadah

toples kaca, lalu disaring. Tetapi hal ini hanya betul-betul diperlukan bila kita ingin

mengekstraksi habis. Bila mengisolasi senyawa dari jaringan hijau, keberhasilan


ekstraksi dengan alkohol berkaitan langsung dengan seberapa jauh klorofil tertarik

oleh pelarut itu. Bila pada ampas sampel sama sekali tidak berwarna hijau lagi, dapat

dianggap semua senyawa berbobot molekul rendah telah terekstraksi (Harborne,

1998: 6-7).
10

1. Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi merupakan penyarian secara sederhana karena dilakukan dengan

cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif.

Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan dan zat

aktif didalam sel dan di luar sel maka larutan yang terpekat di desak keluar. Peristiwa
ini berulang-ulang kali terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan

di dalam sel (Dirjen POM, 1986: 10).

Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organic yang

digunakan pada temperatur ruagan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi

bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan

dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel

sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut

organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman

yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan

efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut
tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak

digunakan dalam proses maserasi (Dawis, 2000).

Metode maserasi dapat dilakukan modifikasi seperti berikut:

1) Modifikasi maserasi bertingkat

Maserasi melingkar adalah penyarian yang dilakukan dengan menggunakan

cairan penyari yang selalu bergerak dan menyebar (berkesinambungan) sehingga

kejenuhan cairan penyari merata. Keuntungan cara ini antara lain, aliran cairan
11

penyari mengurangi lapisan batas, cairan penyari akan didistribusikan secara seragam,

sehingga memperkecil kepekatan setempat, waktu yang diperlukan lebih singkat.

2) Modifikasi maserasi digesti

Maserasi digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan panas lemah,

yaitu pada suhu 40-50°C. Cara ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat

aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan

seperti, seperti kekentalan pelarut berkurang yang dapat mengakibatkan berkurangnya


lapisan-lapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan meningkat sehingga

pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan, dan

koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan bernbanding terbalik

dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan di fusi.

3) Modifikasi maserasi melingkar bertingkat

Maserasi melingkar bertingkat sama dengan maserasi melingkar tetapi pada

maserasi melingkar bertingkat dilengkapi dengan bejana penampungan sehingga

tingkat kejenuhan cairan penyari setiap bejana berbeda-beda (Dirjen POM, 1986: 12-

15).

b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses

terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetapan / penampungan ekstrak) yang jumlahnya 1-5 bahan ( Dirjen

POM, 1986: 16).

Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel

sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi


12

efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat

mudah larut dalam pelarut yang digunakan (Darwis, 2000).

2. Cara panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama


sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur

yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan

pada temperatur 40-50°C.

d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana

infus tecelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama

waktu tertentu 15-20 menit.

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30°C dan temperatur

sampai titik didih air.


13

C. Kulit

Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada orang

dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit menutupi

permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-macam fungsi dan

kegunaan (Lachman, 2007;1092).

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat yang terdapat pada bagian luar

yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit disebut juga integumen atau
kutis, tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan

lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan

dermis (kulit dalam). Kulit merupakan organ yang paling luas sebagai pelindung

tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari, mikroorganisme dan menjaga

keseimbangan tubuh dengan lingkungan (Syaifuddin, 2012; 48).

Kulit berfungsi sebagai pembatas terhadap serangan fisika-kimia. Kulit

berfungsi sebagai thermostat dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh

dari serangan mikroorganisme, sianr ultraviolet, dan berperan pula dalam mengatur

tekanan darah (Lachman, 2007: 1092-1093). Kulit melindungi tubuh dari trauma dan

merupakan benteng pertahanan terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur (Sylvia A.
Price dan Lorraine M.Wilson, 2005: 1416).

Struktur, sifat dan Fungsi Sel Penyusun Kulit

Kulit berperan sebagai lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh luar, baik

pengaruh fisik Maupun kimia. Kulit juga merupakn sawar (barrier) fisiologik yang

penting karena mampu menahan penembusan bahan gas, cair, maupun padat, baik

yang berasal dari lingkungan dari lingkungan luar tubuh maupun komponen yang

dihasilkan oleh mikroorganisme. Struktur senyawa penyusun sel-sel kulit sangat


14

penting dalam mempertimbangkan absorpsi perkutan dari senyawa-senyawa yang

terkandung dalam sediaan yang diaplikasikan pada permukaan kulit (Isriany Ismail,

2013: 25).

Kulit manusia tersusun atas 3 lapisan utama, dari luar kedalam yakni

epidermis (non-viable epidermis dan viable epidermis), dermis, dan endodermis.

Ketiga lapisan tersebut dari segi anatomi, morfologi, senyawa penyusun, sifat dan

fungsinya (Isriany Ismail, 2013: 25).


Lapisan terluar merupakan turunan dari ektoderm yang disebut epidermis.

Epidermis terhubung dengan dermis oleh taut dermo-epidermic (dermo-epidermic

junction). Dibawah dermis terdapat lapisan hypodermis (endodermis). Setiap lapisan

dilalui oleh ujung-ujung syaraf dan pembuluh darah. Pembuluh darah perifer yang

melintasi kulit mengalirkan darah sebanyak 0,3 mL/jam/cm3. Total luas area

pembuluh darah intrakutan yang tersedia untuk pelintasan langsung obat ke sirkulasi

sistemik sejumlah 100%-200% dari area kulit. Pada kulit tersebar adneksa kulit

berupa folikel rambut dan kelenjar (Isriany Ismail, 2013: 25-26).

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang mempunyai ketebalan


bervariasi antara 50 µm-1,5 mm, tersusun dari 15-25 sel. Epidermis terbentuk dari

lima lapisan sel epithelial squamosal, dianatanya yang paling umum adalah

keratinosit. Keratinosit dalah sel-sel yang bertanggung jawab untuk pembentukan

keratin, protein struktural dari kulit, rambut, dan kuku. Sel-sel ini diyakini terlibat

dalam proses imun dengan pertama kali melepaskan immunoglobulin A dan

kemudian Interlekiun-1n yang memicu pengakitifan sel-sel T.


15

Epidermis berfungsi sebagai penghalang terpenting dari hilangnya air,

elektrolit, dan atau nutrient tubuh, serta menahan masuknya senyawa asing dari luar.

Lapisan epidermis terdiri dari non-viable epidermis dan viable epidermis. Secara

anatomi, lapisan epidermis terdiri dari 5 lapisan utama yang susunannya lebih dikenal

dengan istilah „strata‟. Tersusun dari luar ke dalam berturut-turut non-viable

epidermis yaitu stratum korneum dan viable epidermis yaitu stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal (germinativum) ((Isriany Ismail,


2013: 26-27).

a. Stratum Korneum (Lapisan Tanduk)

Stratum korneum merupakan lapisan terluar dari epidermis dan menjadi

penghalang utama terhadap kehilangan senyawa endogen serta menjadi penghalang

tubuh terhadap pengaruh lingkungan seperti senyawa kimia, mikroba, pelarut radiasi,

elektrik dan ternal. Lapisan ini memiliki ketebalan 10-20 µm yakni berkisar 1%-10%

dari total lapisan kulit, serta berkontribusi lebih dari 80% terhadap tahanan

permeabilitas kulit.

Stratum korneum tersusun atas sel kulit mati dan kering, oleh karena itu

sebagai non viable epidermis yang hanya mengandung air kurang dari 15% dan
tersusun atas sedikitnya selusin lapisan sel-sel mati yang gepeng (korneosit).

Stratum korneum mengandung protein keratin yang tidak larut (~70%) dan

lipid (~20%). Komponen inilah yang memegang peranan penting dalam mengontrol

absorpsi perkutan senyawa eksogen termasuk senyawa obat. Selain itu, proses

deskuamasi (pengelupasann sel) pada sel-sel startum korneum yang berlangsung

setiap 2-3 minggu mampu menghilangkan senyawa-senyawa terlarut yang teradsorbsi

di stratum korneum ((Isriany Ismail, 2013: 28-29).


16

b. Stratum Lucidum (Lapisan Bening)

Stratum lucidum berada dibawah tepat Stratum Korneum. Lapisan ini tampak

jelas pada kulit tebal dan tidak berambut pada telapak tangan dan kaki. Ketebalannya

berkisar 1%-10% dari total lapisan kulit. Lapiasan ini sangat kering mengandung ≤

15% air dan terdiri dari beberapa lusin sel-sel mati berbentuk gepeng yang tersusun

tumpang tindih yang disebut korneosit, mengandung sekitar 65% keratin yaitu suatu

protein yang dihasilkan selama proses deferensiasi. Terdiri dari selapis sel eosinofilik,
sangat gepeng atau tipis tampak sebagai barisan jernih yang homogen, terdiri dari

beberapa lapisan keratin padat, terjalin erat dan tanpa organel nukleus. Sitoplasma

berisi eleiden yaitu protein mirip keratin namun proteinnya mungkin berperan dalam

absorbsi perkutan karena berfungsi pula sebagai sawar (Isriany Ismail, 2013: 30).

c. Stratum Granulosum (Lapisan Berbutir)

Stratum granulosum tersusun atas tiga sampai lima lapis sel dengan banyak

granular berlamella yang mengandung keratohyalin, bagian ini berperan dalam

pembentukan keratin. Jumlah dan ukuran granula tersebut terus bertambah, bergerak

menuju membran sel, dan melepaskan isi lipidnya dengan cara eksositosis ke celah

antara stratum korneum dan stratum granulosum. Akibatnya terbentuk sejenis lapisan
pada membran sel stratum korneum. Semua sel di atas lapisan ini mati karena

letaknya yang sangat jauh dari sumber nutrisi sehingga sel tidak dipenuhi ((Isriany

Ismail, 2013: 31).

d. Stratum Spinosum (Spinous atau prickle layer)

Sel-sel ini terhubung dengan sel stratum spinosum yang berdekatan dan

dengan stratum basal bawahnya oleh suatu jembatan intraseluler yang disebut

desmosemes. Karakteristik lapisan ini adalah banyaknya filament yang menonjol dan
17

membedakan morfologi lapisan ini dengan sel epidermis lainnya. Di lapisan paling

atas terdapat organel yang berikatan dengan membran, dikenal sebagai butiran pipih

badan Odland. Namun badan odland paling banyak terdapat didalam stratum

korneum ((Isriany Ismail, 2013: 31-32).

e. Stratum Basale (Germinativum)

Lapisan ini terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilis yang

bertumpu pada lamina basal (membran dasar). Sel-sel melekat satu sama lain dan
dengan lapisan di atasnyaa ( Stratum Spinosum) yang dilekatkan oleh desmosome,

serta melekat dengan lapisan dibawahnya (Lamine basale) yang dilekatkan oleh

hemidesmosom.

Sel-sel ini merupakan asal usul dari sel-sel penyusun epidermis. Sel ini berada

pada lapisan dasar antara dermis dan sel epidermis yang hidup (aktif). Pada lapisan

ini terdapat melanosit, sel Langerhans, sel Merkel dan sel keratinik.

Sel melanosit adalah jenis sel kedua terbesar dari epidermis, sel korneosit,

ditemukan pada lapisan basal. Sel Langerhans merupakan jenis sel ketiga terbanyak

pada epidermis. Sel-sel ini ditemukan pada stratum spinosum, di atas lapisan basal.

Sel keratinik terdiri atas 2 tipe utama, yaitu pertama sel dengan fungsinya sebagai
stem sel yang aktif membelah dan menghasilkan sel-sel baru, kemudian yang kedua

adalah sel yang menghubungkan epidermis dengan membran dasar (membran yang

memisahkan epidermis dengan dermis) (Isriany Ismail, 2013: 32-33).

2. Dermis

Lapisan ini disebut juga korium, merupakan lapisan kulit yang terletak antara

epidermis dan jaringan lemak subkutan. Tebal lapisan sekitar 1-4 mm, tergantung

bagian dermis tubuh. Dermis tersusun dari bahan mukopolisakarida. Pada dermis
18

terdapat sel-sel mast dan fibroblast. Sel mast memiliki situs reseptor untuk

immunoglobulin E dan mengandung sejumlah senyawa penting, seperti zat yang

bereaksi lambat pada proses anafilaksis, prostaglandin E dan mengandung sejumlah

senyawa penting, seperti zat yang bereaksi lambat pada proses anafilaksis,

prostaglandin E, dan histamin. Fibroblast mensintesis komponen penunjang struktural

dari kulit (yaitu: serat-serat elastik, kolagen, dan serat retikulum).

Dermis ini mengandung jaringan padat dari serabut protein, seperti kolagen,
retikulum, dan elastin yang disimpan dalam kelenjar dasar amorf dari

mukopolisakarida.

Fungsi dermis ini terutama melindungi tubuh dari luka, menjadikan epidermis

lebih fleksibel, penghalang terhadap infeksi dan sebagai organ penyimpan air. Dalam

dermis terdapat kapiler darah, ujung-ujung saraf, pembuluh limfa, kelenjar keringat,

folikel rambut, dan kelenjar sebasea (Isriany Ismail, 2013: 33-34).

3. Endodermis (Hipodermis; subkutan)

Hypodermis adalah lapisan terdalam dalam kulit, tebalnya 0,5-2 cm

tergantung pada umur, ras dan daerah tubuh, merupakan kelanjutan dari dermis,

terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak, penghubung antara dermis
dengan jaringan lain di bawahnya seperti otot. Hipodermis kaya akan jaringan

penghubung yang mengandung beberapa serat elastik. Pada beberapa bagian tubuh

tertentu terdapat otot polos. Lapisan ini yang melindungi organ sebelah dalam tubuh

dari benturan mekanik. Jaringan berlemak memengaruhi regulasi panas tubuh dan

memberika efek bantalan terhadap tekanan eksternal dan cedera (Isriany Ismail, 2013:

35).
19

Berdasarkan sifat sel-sel penyusun kulit, maka secara fisiologi, fungsi kulit

adalah (Isriany Ismail, 2013: 34-35)

a. Merupakan barrier lingkungan yang menghalangi masuknya stimulus dari

lingkungan seperti senyawa kimia, mikroba, pelarut radiasi, elektrik, dan termal.

b. Sawar kulit juga mencegah penguapan air yang berlebih dari dalam tubuh, serta

mencegah kehilangan elektrolit dan senyawa biokimia lainnya.

c. Proses deskuamasi akan menghilangkan senyawa dan zat terlarut, termasuk,


termasuk hasil-hasil katabolisme yang teradsorbsi pada stratum korneum. Dengan

kata lain kulit mampu mengontrol penumpukan senyawa dan partikel pada kulit.

d. Kelenjar keringat mengontrol suhu tubuh dan mengeluarkan zat-zat sisa

metabolisme.

e. Kelenjar minyak dalam folikel rambut mengeluarkan minyak yang dapat

melumasi dan melindungi rambut.

f. Proses deferensiasi sel-sel epidermis dapat menjamin keberadaan stratum

korneum serta fungsi yang melekat padanya.

g. Menghasilkan melanin yang memberi warna kulit serta melindungi kulit dari efek

buruk sinar matahari.


h. Menghasilkan sistem pertahanan tubuh melalui sel Langerhans dan sel lainnya.

i. Pembuluh darah membawa nutrisi dan mengangkut produk metabolisme, fungsi

immun, pengaturan suhu tubuh, dan tekanan darah.

j. Saraf mengendalikan tekanan, dan nyeri dan suhu.

k. Sistem limfa mengatur pengeluaran sisa metabolisme, tekanan jaringan dan fungsi

immun.

l. Melindungi tubuh dari benturan mekanik.


20

D. Antiseptika

Antiseptik adalah zat-zat yang membunuh atau mencegah pertumbuhan

mikroorganisme. Istilah ini digunakan untuk sediaan yang dipakai untuk sediaan yang

di pakai pada jaringan hidup.

Antiseptika adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat atau

mematikan mikroorganisme pada jaringan hidup yang mempunyai efek membatasi

dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptika digunakan pada
permukaan mukosa, kutan dan luka yang terinfeksi. Antiseptika yang ideal adalah

dapat menghambat pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri, spora bakteri dan jamur,

virus dan protozoa tanpa jaringan tubuh inang atau hospes (Djide, M, N, Sartini,

2008).

1. Mekanisme kerja

Mekanisme kerja suatu antiseptika dan densifektansia sangat beragam.

Mekanisme kerjanya dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu:

a. Penginaktifan enzim tertentu

Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa

antiseptika dan densifektansia, seperti turunan aldehid. Amida, karbanilida, etilen-


oksida, halogen, senyawa-senyawa merkuri dan senyawa ammonium quartener.

Aldehid dan Etilen oksida bekerja dengan mengalkilasi secara langsung gugus

nukleofil seperti gugus-gugus amino, karboksil, fenol, dan tiol dari protein sel bakteri.

Reaksi alkilasi tersebut menyebabkan pemblokan sisi aktif dan perumahan

kompormasi enzim sehingga menjadi hambatan pertumbuhan sel bakteri (Djide, M, N,

Sartini, 2008).
21

b. Denaturasi protein

Turunan alkohol, halogen dan halogenator, senyawa merkuri, peroksida,

turunan fenol dan senyawa ammonium quartener bekerja sebagai antiseptika dan

densifektan dengan cara denaturasi dan konjugasi protein sel bakteri. (Djide, M, N,

Sartini, 2008).

c. Mengubah permeabilitas membran sitoplasma bakteri

Cara ini adalah model kerja dari turunan amin dan guanidin, turunan fenol dan
senyawa omonium kuartener. Dengan mengubah permeabilitas membran sitoplasma

bakteri, senyawa- senyawa tersebut dapat mengakibatkan bocornya konstituen sel

yang esensial, sehingga bakteri mengalami kematian. Contohnya klorheksidin (Djide,

M, N, Sartini, 2008).

d. Intekalasi kedalam DNA

Beberapa zat warna seperti turunan irifenilmetan dan turunan akridin. Bekerja

sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat sintesis

DNA dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein (Djide, M,

N, Sartini, 2008).

e. Pembentukan khelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksoklorofen dan oksikuinolin dapat

membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu. Kemudian bentuk khelat tersebut masuk

kedalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam didalam sel menyebabkan

gangguan fungsi enzim-enzim sehingga mikroorganismenya mengalami kematian

(Djide, M, N, Sartini, 2008).


22

E. Uraian Bakteri pada Tangan

Ada berbagai jenis bakteri yang hidup di tangan, bakteri ini ada yang bersifat

patogen dan ada juga yang bersifat non patogen. WHO pernah melansir bahwa

tangan mengandung bakteri sebanyak 39.000-460.000 CFU per senti meter kubik,

yang berpotensi tinggi menyebabkan penyakit infeksi menular. Sedangkan menurut

situs Hand Hygiene Europe manusia memiliki sekitar 2 bahkan hingga 10 juta bakteri

di antara ujung jari dan siku.


Flora normal yang terdapat pada kulit tangan antara lain Staphylococcus

epidermidis, micrococcus, Streptococcus alpha dan nonhemolyticus, difteroid aerob

dan anaerob (Hema, dkk: ISSN 2337-3776).

F. Uraian Hand Sanitizer

Sanitizer adalah disenfektan khusus yang mengurangi jumlah kuman-kuman

kontaminasi sampai tingkat yang aman bagi kesehatan masyarakat (staf pengajar

departemen farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya ed 2, 2008).

Hand sanitizer adalah gel dengan berbagai kandungan yang cepat membunuh

mikroorganisme yang ada di kulit tangan. Hand sanitizer banyak digunakan karena

alasan kepraktisan pada saat darurat tidak ada air. Hand satitizer mudah dibawa dan
bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air. Kelebihan hand sanitizer di

utarakan menurur US FDA (Food and Drug Administration) dapat membunuh kuman

dalam waktu relatif cepat (Verica, 2014).

G. Uraian Gel

Gel adalah sistem semi padat di mana fase cairnya dibentuk dalam suatu

matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam atau gom sinteris) yang tingkat

ikatan silang fisik (atau kadang-kadang kimia)_nya yang tinggi telah dibicarakan.
23

Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi

gom alam tragacanth, pectin, carrageen, agar, asam alginate serta bahan-bahan

sintesis dan semisintesis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa,

karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan

gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat denagn proses peleburan, atau diperlukan

suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, 1994:

1092).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus

cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Karbomer 940 akan

mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya zat-zat alkali seperti

trietanolamin atau diisopropanolamin untuk membentuk suatu sediaan semipadat. Gel

juga dapat dibentuk oleh selulosa seperti hidroksipropil selulosa dan hidroksipropil

metilselulosa (Lachman, 1994: 1119-1120).

Gel murni memiliki karakteristik yang transparan dan jernih atau opalesan.

Transparannya disebabkan karena seluruh komponennya terlarut dalam bentuk koloid.

Sifat transparan ini adalah karakter spesifik sediaan gel (Isriany Ismail, 2013: 89).

Saat ini, gel dijadikan basis untuk beberapa formula kompleks seperti;
penambahan partikel padat, sehingga menjadi suatu sistem suspensi yang stabil dan

penambahan senyawa lemak dan berminyak, menghasilkan dispersi hidrolipid atau

quasi-emulsi.

1. Jenis Gel

a. Hydrogel

Sistem hydrogel adalah gel hidrofilik yang mengandung 85-95% air atau

campuran alkohol-air serta bahan pembentuk gel (gelling agent). Bahan pembentuk
24

hydrogel gel yang umumnya merupakan senyawa polimer seperti asam poliakrilat

(carbopol), Natrium Carboksi Metil Celulosa (NaCMC), non ionik ester selulosa.

Sistem harus menggunakan pengawet.

Jika dalam formula sediaan hydrogel menggunakan bahan pengental yang

tidak sesuai, maka setelah terjadinya penguapan pelarut, sisa polimer akan terasa

lengket dan sobek pada kulit. Oleh karena itu harus berhati-hati dalam memilih dan

menilai kebutuhan bahan tambahan yang di sarankan (Isriany Ismail, 2013: 89-90).
b. Lipogel

Lipogel atau oleogel dihasilkan melalui penambahan bahan pengental yang

sesuai dan larut dalam minyak atau cairan lemak. Silika koloidal dapat digunakan

untuk membentuk tipe lipogel istimewa dengan basis silikon (Isriany Ismail, 2013:

90-91).

2. Sifat Gel

a. Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan

yang menyebabkan terjadinya pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi

diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan

gel kurang sempurna jika terjadi ikatan silang antara polimer di dalam matriks gel
yang dapat menyebabkan komponen gel berkurang.

Sinersis, yaitu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan

yang terjerat akan ke luar dan akan berada diatas permukaan gel. Pada saat

pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis sehingga terbentuk massa gel yang tegar.

Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya

tekanan ealstis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran sel
25

akan mengakibatkan karakter antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan

bergerak menuju permukaan, sinersis dapat terjadi pada hydrogel maupun organogel.

b. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai

aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen

pembentuk gel (Lieberman, 1997: 315-319).

3. Basis Gel

Berdasarkan komposisinya, basis gel dapat dibedakan menjadi basis gel


hidrofobik dan basis gel hidrofilik (Ansel, 1989: 392).

a. Basis gel hidrofobik

Basis gel hidrofobik terdiri dari partikel-partikel anorganik. Apabila

ditambahkan ke dalam fase pendispersi, bilamana hanya ada sedikit sekali interaksi

antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara

spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel,

1989: 392).

b. Basis gel hidrofilik

Basis gel hidrofilik pada umumnya adalah molekul-molekul organik yang

besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.
Istilah hidrofilik berarti sukar pada pelarut. Pada umumnya karena daya tarik menarik

pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik-

menarik dari bahan hidrofobik, sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk

dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989: 392).

H. Uji Kestabilan Gel

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan

kualitasnya sesuai spesifikasi kualitas yang ditetapkan sepanjang periode waktu


26

penggunaan dan penyimpanan. Sedangkan stabilitas fisik adalah tidak terjadinya

perubahan sifat fisik dari suatu produk selama waktu penyimpanan.

Jenis stabilitas yang umum dikenal adalah stabilitas kimia, fisika,

mikrobiologi, terapi, dan toksikologi.

1. Stabilitas kimia adalah kemampuan suatu sediaan untuk mempertahnkan keutuhan

kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam batasan spesifikasi.

2. Stabilitas fisika adalah kemampuan suatu sediaan untuk mempertahankan


pemerian, rasa, keseragaman, kelarutan, dan sifat fisika lainnya.

3. Stabilitas mikrobiologi adalah sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan

mikroba dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang dinyatakan.

4. Stabilitas terapi adalah kemampuan suatu sediaan untuk menghasilkan efek terapi

yang tidak berubah selama waktu simpan (shelf life) sediaan.

5. Stabilitas toksikologi adalah mengacu pada tidak terjadinya peningkatan toksisitas

yang bermakna selama waktu simpan (Djajadisastra, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu sediaan gel antara lain

adalah temperatur, cahaya, kelembaban, oksigen, pH, mikroorganisme, dan bahan-

bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi sediaan gel.


Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap

bahan obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan

meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan

sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa dan cara-cara penyimpanan yang perlu

dicantumkan dalam label. Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan

penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut (Lachman, 1994).
27

Adapun beberapa pengujian stabilitas fisik sediaan gel yaitu:

1. Viskositas

Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu

viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan

suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya.

2. Pengukuran pH

Digunakan untuk mengetahui pH gel, apakah sesuai dengan pH kulit yaitu


antara 5-6,5.

3. Uji daya sebar

Penyebaran diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit.

Penentuannya dilakukan dengan Extensometer. Sebuah sampel dengan volume

tertentu diletakkan dipusat antara dua lempeng gelas, dimana lempeng sebelah atas

dalam interval waktu tertentu dibebani dengan meletakkan anak timbangan diatasnya.

Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatnya beban, merupakan

karakteristika daya sebarnya (Voigth, 1971: 382).

4. Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada


sekeping kaca atau bahan transparan lain. Sediaan harus menunjukkan susunan yang

homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1985).

5. Sinersis

Sineresis adalah keluarnya air atau merembesnya cairan dari dalam sediaan

dimana air tidak terikat dengan kuat oleh komponen bahan yang ada. Semakin tinggi

tingkat sineresis maka semakin cepat lunak tekstur sediaan tersebut. Pada fenomena

ini, jika suatu gel didiamkan salama beberapa saat, maka gel tersebut sering kali akan
28

mengerut secara alamiah dan cairan pembawa dalam matriks akan keluar/lepas dari

matriks.

I. Komposisi Sediaan Gel

1. Pembawa Gel

a. Karbopol

Karbopol merupakan acrylic polimer crosslinked dengan polialkenil ether.

Nama lain karbopol adalah Acritamer, Acrylic acid polymer, carbopol, carboxyvinyl
polymer, carboxy polymethyiene, polyacrylic acid. Karbopol digunakan dalam bentuk

cairan atau setengah padat pada sediaan farmasi sebagai bahan pensuspensi atau

bahan peningkat viskositas. Digunakan pada formulasi krim, gel, dan salep mata yang

digunakan pada sediaan opthalmik, rektal, dan sediaan topikal lain.

Pemeriannya serbuk putih, higroskopik, bersifat asam dan berbau khas. Dapat

larut dalam air, etanol (95%) dan gliserin. Karbopol digunakan sebagai bahan

pengemulsi pada konsentrasi 0,5-1,0%; pengikat tablet 5,0-10,0%. Fungsinya adalah

sebagai bahan pembawa gel.

b. HPMC

Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) merupakan serbuk putih atau putih


kekuningan, tidak berbau dan berasa, larut dalam air dingin, membentuk cairan kental,

praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan eter. HPMC biasanya

digunakan dalam sediaan oral dan topikal. HPMC biasanya digunakan sebagai

emulgator, suspending agent dan stabilizing agent dalam sediaan salep dan gel

topikal (Maharani, 2009: 16).

HPMC merupakan gelling agent yang tahan terhadap fenol, dan dapat

membentuk gel yang jernih serta mempunyai viskositas yang lebih baik. Konsentrasi
29

HPMC yang biasa digunakan sebagai gelling agent adalah 2%-20%. HPMC

umumnya tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi (Rowe, 2006: 328).

2. Bahan Tambahan

a. Agen pengalkali

Trietanolamin (TEA) digunakan pada sediaan topikal pada emulsi. Pemerian

cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak,

higroskopik. Kelarutan mudah larut dalam air dan etanol (95%) P, larut dalam
kloroform. Konsentrasi yang digunakan sebagai pengemulsi 2-4% dan 2-5 kali pada

asam lemak. Kegunaan sebagai agen alkali dan agen pengemulsi (Rowe, 2009: 754-

755).

b. Zat penahan lembab

Sebagai penahan lembab dapat digunakan gliserol, sorbitol, etilen glikol, dan

1,2-propoilenglikol dalam konsentrasi 10-20% (Voight, 1995: 341).

Gliserol atau gliserin digunakan dalam sediaan oral, ophthalmic, topikal, dan

parenteral. Juga digunakan dalam kosmetik dan tambahan makanan. Pada sediaan

farmasi biasanya digunakan sebagai humektan dan pelembut. Penambahan gliserin

juga digunakan dalam gel, baik yang sistem air maupun non air. Konsentarsi yang
digunakan sebagai humektan adalah ≤ 30% (Rowe, 2009: 283-284).

c. Pengawet

Gel memiliki kandungan air yang banyak. Sehingga dibutuhkan penambahan

pengawet untuk mencegah terjadinya kontaminasi pembusukan bakterial. Pengawet

yang paling tepat adalah penggunaan metil paraben 0.0075% dan propil paraben

0,25% (Voight, 1995: 341).


30

Metil Paraben, Rumus Molekulnya C8H18O3 dan berat molekulnya : 76,09.

Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,

kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut dalam 500 bagian air,

dalam 20 bagian air yang mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dalam 3 bagian

aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam

60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika

didinginkan larutan tetap jernih. Range metil paraben sebagai pengawet antiseptic dan
sediaan farmasi lainnya adalah 0,02-0,3%. Metil paraben disimpan dalam wadah,

larutan berair pada pH 3-6, dapat disterilkan pada 120 °C selama 20 menit mengubah

posisinya. Fungsinya adalah preservative dan zat pengawet (Rowe, 2009: 441-442).

J. Tinjauan Islam Mengenai Penelitian Obat

Sumber ajaran islam adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah dalam sumber ajaran

tersebut, di terangkan bukan hanya aspek peristilahan yang digunakan tetapi juga di

temukan bagaimana sesungguhnya ajaran islam menyukai kebersihan. Al-Qur‟an dan

hadits banyak menggunakan lafal atau kosa-kata thaharah yang mengindikasikan

pada kesucian badan dari kotoran atau najis atau sesuatu yang menimbulkan

ketidaknyamanan jasmaniah seseorang. Secara bahasa, thaharah berarti nazhafah


(kebersihan).

Dalam hadist menjelaskan tentang kebersihan


31

Artinya :
“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. :
Sesungguhnya Allah swt. itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih
yang menyukai kebersihan, Dia Maha mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha
Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR.
Tirmizi)”( al-Tirmidi, 2008: 654).
Ajaran agama Islam menaruh perhatian amat tinggi pada kebersihan, baik

lahiriah fisik maupun batiniyah psikis. Orang yang mau shalat misalnya, diwajibkan

bersih fisik dan psikisnya. Secara fisik badan,pakaian, dan tempat salat harus bersih,
bahkan suci. Secara psikis atau akidah harus suci juga dari perbuatan syirik.

Dalam kehidupan makhluk bernyawa kebersihan merupakan salah satu pokok

dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk

kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya. Pembersihan diri tersebut, secara fisik

misalnya, ada yang menggunakan air, tanah, air dan tanah. Bagi manusia

membersihkan diri tersebut dengan tanah dan air tidak cukup, tetapi ditambah dengan

menggunakan dedaunan pewangi, malahan pada zaman modern seperti sekarang ini

kita menggunakan sabun mandi, shampo, dan sabun khusus untuk mencuci muka.

Selain itu saat ini dikenal cairan pembersih lainnya seperti cairan pembersih tangan,

organ kewanitaan, deodorant, dll. Namun biasanya zat-zat pembersih ini men

ggunakan zat kimia yang cenderung berbahaya. Untuk itu banyak orang telah beralih
ke bahan alam yang lebih aman. Selain itu Indonesia kaya akan tumbuh-tumbuhan

obat yang dikenal sebagai obat tradisional. Relevansinya dengan itu, didalam Al-

Qur‟an Allah swt Q.S Asy Syu‟ara/26:7 yang berbunyi :

           
Terjemahnya:
“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”
32

Maksud ayat tersebut adalah menghendaki agar manusia senantiasa bersyukur

atas segala pemberian Allah melalui tumbuh-tumbuhan yang memiliki manfaat untuk

kepentingan manusia, tumbuhan yang telah diciptakan oleh Allah swt. Kata zauj yang

berarti berpasangan, maksudnya bahwa Allah menciptakan tumbuhan dengan

berpasang-pasangan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kata karim

digunakan menggambarkan segala sesuatu yang baik. Tumbuhan yang paling baik

adalah tumbuhan yang subur dan bermanfaat (Shihab, 2002 jilid 6: 188).
Dan kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang

baik. Dipahami oleh sebagian ulama dalam arti bahwa Allah swt.

Menumbuhkembangkan di bumi ini aneka ragam tanaman untuk kelangsungan hidup

dan menetapkan bagi sebagian tanaman itu masa pertumbuhan dan penuaian tertentu.

Sesuai dengan kuantitas dan kebutuhan makhluk hidup. Demikian juga Allah swt

menentukan bentuknya sesuai dengan penciptaan dan habitat alamnya (Shihab, 2002,

jilid 2: 119).

Tumbuhan merupakan salah satu ciptaan Allah swt yang terdiri dari berbagai

macam spesies dan jenis yang beragam serta memiliki banyak manfaat.

Didalam firman Allah swt dalam Q.S Thaha (20): 53


           
       
Terjemahnya:
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan
bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam” (Departemen Agama RI, 2005: 315).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa banyak jenis tumbuhan yang mampu

tumbuh di bumi ini dengan adanya air hujan, banyak jenis tumbuhan seperti yang
33

telah dikemukakan sebelumnya, ada tumbuhan yang tergolong kedalam tumbuhan

tingkat rendah yaitu tumbuhan yang tidak jelas bagian akar, batang dan daunnya.

Golongan selanjutnya lebih mengalami perkembangan adalah tumbuhan tingkat

tinggi yaitu tumbuhan yang bisa dibedakan secara jelas bagian daun, batang dan

akarnya. Diantara tumbuh-tumbahan yang bermanfaat yaitu herba kemangi (Ocimum

sanctum L.). Bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat adalah

daun dan bijinya.


Konsep pengobatan Islam adalah menggunakan obat yang halal dan baik. Ada

hal yang penting dari apa yang disampaikan Rasulullah Saw, bahwa tidak mungkin

obat-obat yang digunakan seseorang adalah sesuatu yang haram, karena pastinya

ketika Allah menciptakan suatu penyakit, Allah juga menurunkan obatnya.

Sebagaiman dalam hadits Abu Hurairah radiallahu‟anhu, Rasulullah Shallallahu

„alaihi wa sallam bersabda :

َ َ ‫َّللاُ َعلَ ْو ِو َّ َمله َا‬


‫صلهى ه‬ ِ ‫َع ْن أَبِي ىُ َري َْرةَ َر‬
‫ض َي ه‬
َ ‫َّللاُ َع ْنوُ َع ْن النهبِ ِّي‬
)‫َّللاُ َدا ًء إِ هَّل أَ ْن َز َ لَوُ ِشفَ ًء (رّاه البخ رى‬
‫َم أَ ْن َز َ ه‬
Artinya :
“Dari Abu Hurairah Ra. dari Nabi Saw. bersabda; Allah tidak menurunkan penyakit
kecuali Dia Juga menurunkan obatnya”. (H.R. Al-Bukhari).
Tumbuhan yang bermacam-macam jenisnya dapat digunakan sebagai obat

penyakit dan merupakan anugerah Allah Swt, karena Allah Swt tidak memberi

penyakit tanpa disertai dengan obat (penyembuhnya). Inilah yang harus manusia

pelajari dan manfaatkan, sebagaimana dalam firman-Nya:

              

           
34

Terjemahnya:
“Dan mereka berkata: "Jika Kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya Kami
akan diusir dari negeri kami". dan Apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan
mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat
itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki
(bagimu) dari sisi Kami?. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (Q.S. Al-
Qashash / 28: 57).
Ayat tersebut mengisyaratkan agar manusia mencari dan mempelajari

berbagai tumbuhan yang menjadi rezeki yaitu yang memberikan manfaat bagi

kehidupan. Tumbuhan menjadi rezeki bagi makhluk hidup karena merupakan bahan
pangan, bahan sandang, papan dan bahan obat-obatan. Begitu banyak manfaat

tumbuh-tumbuhan bagi makhluk hidup lain, sedangkan tumbuhan adalah makhluk

yang tidak pernah mengharapkan balasan dari makhluk lain.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimentatif.

2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Laboratorium

Farmasetik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, dan Laboratorium

Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia (UMI).

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimentatif. Dimana metode ini

merupakan prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan

sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel lain.

Metode ini dilaksanakan dengan memberikan variabel bebas kepada objek penelitian

untuk diketahui akibatnya didalam variabel terikat.

C. Sampel

Sampel yang digunakan adalah daun tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.).
D. Prosedur Kerja

1. Penyiapan sampel

a. Pengambilan Sampel

Sampel daun kemangi (Ocimum sanctum L.) di ambil dari Kec. Somba Opu,

Kab. Gowa. Daun yang diambil adalah daun hijau yang segar dan tidak berjamur.

35
36

b. Pengolahan sampel

Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang telah dipetik, dibersihkan dari

kotoran. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat yang tidak

terkena sinar matahari langsung. Setelah kering daun diserbukkan dan sampel siap

diekstraksi.

2. Ekstraksi Sampel Penelitian

Sampel diekstraksi dengan pelarut etanol 70%. Sampel daun Kemangi


(Ocimum sanctum L.) yang telah kering ditimbang sebanyak 400 gram di masukkan

ke dalam wadah maserasi, kemudian ditambahkan etanol 70% sebanyak 2 liter hingga

terendam seluruhnya. Wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 24 jam di tempat

yang terlindung dari sinar matahari langsung sambil sesekali diaduk. Selanjutnya

disaring, dipisahkan antar ampas dan filtrat. Ampas diekstraksi kembali dengan

etanol 70% yang baru dengan jumlah yang sama. Hal ini dilakukan selama 2×24 jam.

Filtrat etanol 70% yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diuapkan cairan

penyarinya dengan rotavapor, selanjutnya dianginkan hingga diperoleh ekstrak etanol

kering.

3. Partisi Sampel Penelitian


Ekstrak etanol kering yang telah diperoleh ditimbang dan ditambahkan

dengan etil asetat, kemudian dimasukkan dalam gelas erlenmeyer lalu diaduk dengan

magnetik stirer. Selanjutnya disentrigfus, dibiarkan beberapa saat hingga terjadi

pemisahan lapisan larut etil asetat dan tidak larut etil asetat, dikeluarkan dan

ditampung dalam wadah yang berbeda. Ekstrak tidak larut etil asetat ditambahkan etil

asetat dilakukan seperti semula hingga pelarut etil asetat bening.


37

E. Instrumen Penelitian

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas (pyrex®), alat maserasi, anak

timbangan, batang pengaduk, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, inkubator, kaca

arloji, kaca preparat, kertas perkamen, kompor, kulkas, lumpang dan stamper,

magnetik stirer, pipet tetes, penangas, pH meter, plastik, rak tabung, rotary evaporator

(IKA®), sendok besi, sendok tanduk, tabung sentrifuge, timbangan analitik (AND®),
viscometer (BrookField®)

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan adalah air suling, ekstrak daun kemangi (Ocimum

sanctum L.), etanol 70%, gliserin, HPMC, karbopol 940, metil paraben, trietanolamin.

F. Pembuatan Sediaan Gel

1. Rancangan Formula

Tabel 1. Rancangan Formula

Sediaan Gel (%)


No Nama Bahan Kegunaan
F1 F2 F3

Ekstrak etanol
1. Zat aktif 0,1 0,1 0,1
daun kemangi

2. Karbopol 940 Basis 0,5 0,75 1

3. HPMC Basis 0,25 0,5 0,75

4. TEA Pengalkali 2 2 2

5. Gliserin Pelembab 15 15 15

6. Metil Paraben Pengawet 0,075 0,075 0,075

7. Air suling (ad) pelarut 100 100 100


38

2. Pembuatan Gel

Sediaan gel dikerjakan dengan cara basis gel (karbopol 940 dan HPMC) di

kembangkan dengan air suling 70°C dalam gelas kimia, di aduk hingga mengembang.

kemudian TEA dicampurkan ke dalam basis lalu dihomogenkan. Ditambahkan metil

paraben yang sebelumnya telah dilarutkan dengan 3 ml air suling pada suhu 90°C,

dihomogenkan. Dilarutkan ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) ke

dalam gliserin, lalu dimasukkan ke dalam basis sedikit demi sedikit, dihomogenkan.
Kemudian sisa air ditambahkan setelah itu dihomogenkan.

G. Uji Stabilitas Sediaan Gel

1. Pengamatan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau, yang diamati

menggunakan panca indera sebelum dan setelah perlakuan penyimpanan dipercepat

dengan suhu 4oC dan 40oC selama 48 jam dalam 6 siklus.

2. Uji Stabilitas Sediaan Gel

a. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter sebelum dan

setelah perlakuan penyimpanan dipercepat dengan suhu 4oC dan 40oC selama 48 jam
dalam 6 siklus.

b. Pengukuran Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan terhadap sediaan gel dengan menggunakan

viscometer Brookfield pada spindle nomor 7 kemudian dicelupkan kedalam gel

dengan kecepatan putaran 50 rpm. Viskositas gel dapat terbaca pada layar monitor

alat viscometer sebelum dan setelah perlakuan penyimpanan dipercepat dengan suhu

4oC dan 40oC selama 48 jam dalam 6 siklus.


39

c. Uji Daya Sebar

Sebanyak 1 gram gel diletakkan dengan hati-hati diatas kaca atau plastik

transparan, kemudian ditutupi dengan bagian lainnya dan digunakan pemberat

diatasnya hingga bobot mencapai 125 gram dan diukur diameternya setelah 1 menit

sebelum dan setelah perlakuan penyimpanan dipercepat dengan suhu 4oC dan 40oC

selama 48 jam dalam 6 siklus.

d. Uji Homogenitas
Sebanyak 1 gram gel yang telah dibuat dioleskan pada kaca objek. Kemudian

dikatubkan dengan kaca objek yang lainnya dan dilihat apakah basis tersebut

homogen dan permukaannya halus merata sebelum dan setelah perlakuan

penyimpanan dipercepat dengan suhu 4oC dan 40oC selama 48 jam dalam 6 siklus.

e. Uji Sinersis

Pengujian ini dengan mengamati adanya titik-titik air pada permukaan sediaan

gel sebelum dan setelah perlakuan penyimpanan dipercepat dengan suhu 4oC dan

40oC selama 48 jam dalam 6 siklus.

f. Cycling Test

Sediaan diletakkan pada suhu 4°C selama 24 jam dilanjutkan dengan


meletakkan sediaan pada suhu 40°C 24 jam berikutnya. Perlakuan tersebut adalah 1

siklus selama 48 jam. Pengujian dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati terjadinya

perubahan fisik dari sediaan gel pada awal dan akhir siklus yang meliputi

Organoleptis, pH, viskositas, homogenitas, sinersis, dan daya sebar.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada penelitian yang telah dilakukan, sediaan terdiri dari tiga formula gel

antiseptik tangan dengan kosentrasi basis yang berbeda namun sama-sama

menggunakan ekstrak daun kemangi dengan kosentrasi 0,1%. Hasil evaluasi fisik
sediaan gel antiseptik tangan secara fisika yang meliputi pengamatan organoleptis

(bentuk, warna, bau), viskositas, pH, daya sebar, dan homogenitas pada gel antiseptik

tangan dengan ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctul.L) yang telah dibuat

adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan Organoleptis

Tabel 1. Hasil pengamatan organoleptis

No Sediaan Bentuk Warna Bau

1. Semi
Formula I Hijau Khas ekstrak
padat

2. Semi
Formula II Hijau Khas ekstrak
padat

3. Semi
Formula III Hijau Khas ekstrak
padat

Keterangan : Formula I : Kombinasi Karbopol 0,5% dan HPMC 0,25%

Formula II : Kombinasi Karbopol 0,75% dan HPMC 0,5%

Formula III : Kombinasi Karbopol 1% dan HPMC 0,75%

40
41

2. Pengamatan pH

Tabel 2. Hasil penamatan pH

pH

No Sediaan Penyimpanan

Sebelum Sesudah

1. Formula I 6,3 6,3

2. Formula II 5,4 5,1

3. Formula III 5,9 5,3

Keterangan: Pengamatan awal : Setelah pembuatan sediaan gel

Pengamatan akhir : Setelah penyimpanan selama 6 siklus (2 minggu)

3. Pengamatan Viskositas

Tabel 3. Pengukuran viskositas

Viskositas

No Sediaan Penyimpanan

Sebelum Sesudah

1. Formula I 14773,33 16400

2. Formula II 33386,67 30253,33

3. Formula III 46880 45200

Keterangan: Pengamatan awal : Setelah pembuatan sediaan gel

Pengamatan akhir : Setelah penyimpanan selama 6 siklus (2 minggu)


42

4. Pengamatan Daya sebar

Tabel 4. Pengukuran daya sebar

Daya sebar (cm)

No Sediaan Penyimpanan

Sebelum Sesudah

1. Formula I 4,55 cm 4,2 cm

2. Formula II 3,475 cm 3,47 cm

3. Formula III 3,375 cm 3.15cm

Keterangan: Pengamatan awal : Setelah pembuatan sediaan gel

Pengamatan akhir : Setelah penyimpanan selama 6 siklus (2 minggu)

5. Pengamatan Homogenitas

Tabel 5. Pengamatan homogenitas

Homogenitas

No Sediaan Penyimpanan

Sebelum Sesudah

1. Formula I ≠ partikel padat ≠ partikel padat

2. Formula II ≠ partikel padat ≠ partikel padat

3. Formula III ≠ partikel padat ≠ partikel padat

Keterangan: Pengamatan awal : Setelah pembuatan sediaan gel

Pengamatan akhir : Setelah penyimpanan selama 6 siklus (2 minggu)


43

6. Pengamatan Sinersis

Tabel 7. Pengamata sinersis

Sinersis

No Sediaan Penyimpanan

Sebelum Sesudah

1. Formula I ≠ Sinersis ≠ Sinersis

2. Formula II ≠ Sinersis ≠ Sinersis

3. Formula III ≠ Sinersis ≠ Sinersis

Keterangan: Pengamatan awal : Setelah pembuatan sediaan gel

Pengamatan akhir : Setelah penyimpanan selama 6 siklus (2 minggu)

B. Pembahasan

Tanaman obat tradisional yang terdapat di Indonesia sangat beragam, salah

satunya adalah kemangi (Ocimum sanctum L.). Tanaman kemangi di Indonesia

dimanfaatkan untuk sayur atau lalap sebagai pemacu selera makan.Tanaman kemangi

juga dapat berkhasiat sebagai obat, khasiatnya antara lain sebagai anticarcinogenic,

anthelmintic, antiseptic, antirheumatic, antistres, dan Antibakteri. Daun kemangi

memiliki banyak kandungan kimia antara lain saponin, flavonoid, tannin dan minyak

atsiri (Alisa, 2010).

Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat atau

mematikan mikroorganisme pada jaringan hidup. Pada sebuah penelitian yang

dilakukan oleh biro penelitian dan aplikasi, Universitas Ataturk, Turki, menunjukkan

bahwa ekstrak etanol dari daun kemangi (Ocimum sactum L.) mempunyai daya

antibakteri terhadap sembilan spesies termasuk dari genus Acinetobacter, Bacillus,


44

dan Micrococcus. Kemampuan ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kemangi

(Ocimum sanctum L.) berpotensi dibuat sebagai sediaan hand sanitizer (antiseptik

tangan) untuk menutup jalur masuknya bakteri ke dalam saluran cerna.

Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) diformulasi menjadi

sediaan gel antiseptik tangan karena bentuk sediaan ini mudah digunakan dan

penyebaranya di kulit lebih cepat. Selain itu gel mempunyai sifat yang menyejukkan,

melembabkan dan mudah berpenetrasi pada kulit.


Pada penelitian ini dilakukan formulasi ekstrak etanol daun kemangi dalam

bentuk sediaan gel. Pembuatan ekstrak daun kemangi dilakukan dengan cara maserasi

menggunakan etanol 70%. Etanol adalah pelarut organik yang dapat menarik

sebagian besar senyawa-senyawa bioaktif yang terdapat dalam simplisia dan

kepolarannya meningkat dengan meningkatnya kandungan air. Maserat yang

didapatkan dari proses maserasi, kemudian dipartisi. Partisi ekstrak dilakukan dengan

metode Ekstraksi Cair Padat (ECP) menggunakan pelarut etil asetat. Etil asetat

digunakan untuk menarik senyawa-senyawa polar dan nonpolar sekaligus

menghilangkan senyawa-senyawa lipid yang terikut pada ekstrak etanol tadi.

Hasil partisi kemudian dipekatkan secara in vacuo dengan rotary evaporator


sehingga didapatkan ekstrak etil asetat daun kemangi. Ekstrak kemudian didinginkan

dan didapatkan ekstrak kental dan berwarna hijau. Hasil akhir diperoleh ekstrak etil

asetat daun kemangi (Ocimum sanctum L).

Formulasi dan pemilihan basis yang tepat pada pembuatan sediaan gel akan

mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang akan diabsorpsi. Secara ideal,

basis dan pembawa harus mudah diaplikasi pada kulit, tidak mengiritasi dan nyaman

digunakan pada kulit. Ekstrak tumbuhan memiliki karakteristik yang khas sehingga
45

pada formulasinya perlu diperoleh basis yang paling efektif untuk menghasilkan

sediaan gel dengan kestabilan yang paling maksimal.

Kestabilan fisik sediaan gel sangat tergantung pada jenis dan konsentrasi

pembawa (gelling agent) yang digunakan. Kemampuan bahan pembentuk gel ini

dalam memerangkap cairan sangat tergantung dari konsentrasi yang digunakan. Oleh

karena itu penentuan formula gel ekstrak tanaman ini dilakukan dengan pengujian

stabilitas fisik sediaan gel menggunakan kombinasi basis karbopol 940 dan HPMC
dengan konsentrasi yang berbeda. Dengan melakukan uji stabilitas fisik dapat

diketahui pengaruh lingkungan terhadap parameter-parameter stabilitas fisik sediaan

seperti pengamatan organoleptis, viskositas, pH, daya sebar, homogenitas, dan

sinersis.

Pengamatan organoleptis pada semua sedian gel menunjukan pengamatan

sebelum dan sesudah penyimpanan tidak memiliki perubahan yang berarti. Yaitu

dengan warna hijau muda dan bau khas ekstrak serta kenampakan yang jernih dan

transparan, ini menunjukkan bahwa pengamatan dalam parameter ini sediaan

dikatakan stabil baik sebelum maupun setelah penyimpanan, atau komponen dalam

sediaan selama penyimpanan tidak mengalami reaksi antara bahan yang satu dengan
yang lain, sehingga tidak tejadi tanda-tanda reaksi dari perubahan warna,

kenampakan dan bau.

Pengamatan homogenitas pada semua sediaan dianggap stabil dalam

parameter homogenitas, baik sebelum maupun setelah penyimpanan. Ini di dasari dari

hasil yang didapatkan bahwa tidak adanya partikel padat yang terdapat dalam gel,

serta tidak adanya pembentuk gel yang masih menggumpal atau tidak merata dalam

sediaan.
46

Hasil uji sinersis selama penyimpanan menunjukkan tidak adanya sinersis

(terdapat cairan di permukaan sediaan) pada Formula I, Formula II dan Formula III.

Sinersis adalah keluarnya air atau merembesnya cairan dari dalam sediaan, di mana

air tidak terikat kuat oleh komponen bahan yang ada. Semakin tinggi tingkat sinersis

maka tekstur sediaan semakin lunak. Pada fenomena ini, jika suatu gel didiamkan

salama beberapa saat, maka gel tersebut sering kali akan mengerut secara alamiah dan

cairan pembawa dalam matriks akan keluar/lepas dari matriks.


Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari

sediaan, dimana nilai viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan

untuk mengalir. Makin tinggi nilai viskositas maka makin besar daya tahan untuk

mengalir. Pengukuran viskositas gel menggunakan Viscometer Brokfield. Hasil

pengukuran viskositas sediaan gel antiseptik sebelum dan setelah kondisi

penyimpanan dipercepat, menunjukkan adanya perubahan. Viskositas sediaan gel

antiseptik pada Formulasi I kombinasi basis Karbopol 940 dan HPMC dengan

konsentrasi 0,5% dan 0,25% mengalami kenaikan dari 14773,33 poise menjadi

16400 poise setelah penyimpanan. Untuk Formulasi II dengan konsentrasi 0,75%

dan 0,5% mengalami penurunan dari 333867,67 poise menjadi 30253,33 poise
setelah penyimpanan. Sama halnya dengan Formula II, Formula III dengan

konsentrasi 0,5% dan 1% juga mengalami penurunan dari 46880 poise menjadi 45200

poise setelah penyimpanan.

Hasil analisis statistik uji viskositas dengan menggunakan rancangan acak

Kelompok (RAk), berbeda signifikan karena menunjukkan bahwa viskositas tiap

formula memiliki perbedaan yang sangat nyata, dengan F hitung > F tabel =

159,3877154> 19,00 pada taraf kepercayaan 0,05% dan 0,01%. Namun pada
47

pengamatan perbedaan viskositas antara kondisi sebelum dan sesudah penyimpanan

menunjukkan F hitung < F tabel = 0,6233414319 > 18,51 pada taraf kepercayaan

0,05%dan 0,01%, yang berarti bahwa viskositas dari setiap sediaan tidak berbeda

segnifikan antara sebelum dan setelah penyimpanan. Ini menunjukkan bahwa sediaan

masih dianggap stabil pada parameter ini, atau tidak ada terjadi reaksi didalam

sediaan selama penyimpanan yang dapat mempengaruhi viskositas sediaan.

Kulit memiliki mantel asam yang merupakan perlindungan pertama pada kulit.
Mantel asam ini memiliki pH berkisar 4,5- 6,5. Jika semakin alkalis atau semakin

asam suatu bahan yang akan mengenai kulit, maka semakin sulit untuk

menetralisirnya dan kulit akan semakin lelah karenanya. Kulit akan dapat menjadi

pecah-pecah, kering, sensitif dan mudah infeksi.

Hasil pengamatan pH sediaan gel antiseptik basis kombinasi karbopol 940 dan

HPMC pada Formulasi I dengan konsentrasi 0,5% dan 0,025% tidak mengalami

perubahan pH sebelum dan setelah penyimpanan yaitu tetap pada pH 6,3. Untuk

Formulasi II dengan konsentrsai 0,75% dan 0,5% mengalami penurunan pH dari pH

5,4 menjadi pH 5,1 selama kondisi penyimpanan dipercepat, Sama halnya pada

Formula II, Formula III jg mengalami penurunan pH dari pH 5,9 menjadi pH 5,3.
Perubahan pH dapat disebabkan karena kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu dan

kelembaban udara. Pada Formula I tidak mengalami perubahan pH setelah kondisi

penyimpanan dipercepat. Artinya bahwa gel kombinasi karbopol 940 dan HPMC

dengan konsentrasi 0,5% dan 0,25% pH nya stabil dalam penyimpanan dan memiliki

pH sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5.

Hasil analisis statistik uji pH dengan menggunakan rancangan acak Kelompok

(RAk). Hasil pengamatan menggambarkan dari segi pH untuk semua sediaan masih
48

dalam taraf kewajaran, baik sebelum maupun setelah penyimpanan. F hitung < F

tabel visikositas sediaan tidak berbeda segnifikan antara tiap formula gel. Pada taraf

kepercayaan 95% maupun taraf kepercayaan 99%, visikositas sediaan tidak berbeda

segnifikan sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat, keadaan ini menunjukkan

bahwa secara visikositas semua sediaan masih dalam keadaan stabil antara sebelum

dan setelah penyimpanan.

Uji daya sebar sediaan dilakukan untuk mengetahui besarnya gaya yang
diperlukan gel untuk menyebar pada kulit atau untuk mengetahui kemampuan

menyebar sediaan gel saat dioleskan pada kulit. Daya sebar sediaan semipadat yang

baik untuk penggunaan topikal berkisar pada diameter 3 cm-5 cm. Hasil pada

pengujian daya sebar didapatkan adanya penurunan daya sebar pada setiap formula.

Pada Formula I penurunan daya sebar dari 4,55 menjadi 4,2 cm setelah penyimpanan.

Untuk Formula II penurunan dari 3,475 cm menjadi 3,47 cm. Sedangkan pada

Formula III 3,75 cm menjadi 3,15 cm. Perubahan ini masih dalam rentang parameter

daya sebar sehingga semua sediaan dapat dikatakan stabil.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap gel ekstrak daun

kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Stabilitas fisik yang dihasilkan sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan kombinasi basis karbopol 940 dan

HPMC dapat dikatakan stabil pada parameter homogenitas dimana tidak

terdapat partikel padat dalam sediaan. Stabil dalam sinersis dimana tidak

terdapat cairan diatas permukaan gel. Stabil dalam parameter daya sebar yang

baik yaitu Formula I, II, dan III memilki diameter lebih dari 3-5 cm. Untuk

hasil pengukuran viskositas sediaan gel antiseptik sebelum dan setelah kondisi

penyimpanan dipercepat, menunjukkan adanya perubahan. Namun nilai

viskositas yang baik antara ketiga formula adalah formula I kombinasi basis

Karbopol 940 dan HPMC dengan konsentrasi 0,5% dan 0,25% mengalami

kenaikan dari 14773,33 poise menjadi 16400 poise setelah penyimpanan.

Sedanghan hasil pengukuran pH, Sediaan gel kombinasi karbopol 940 dan

HPMC dengan konsentrasi 0,5% dan 0,25% pH nya stabil dalam

penyimpanan dan memiliki pH sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5.

2. Basis kombinasi karbopol 940 dan HPMC dengan konsentrasi 0,5% dan

0,25% memiliki kestabilan fisik baik.

B. Impilaksi

Penulis berharap ada penelitian selanjutnya, untuk pengujian stabilitas kimia.

49
50

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press. 2008.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: J-Art. 2005.

Djide, M. Natsir dan Sartini. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makassar:


Lembaga Penerbitan Unhas. 2008.

Dwiyudrisa suyudi, salsabiela. Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi


Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) Sebagai Pembentuk
Gel. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah. 2004.

Harbone J. B. Phytochemical Methods. 3rd ed. UK. International Thompson


Publishing. 1998.

Ismail, Isriany. Formulasi Kosmetik (Produk Perawatan Kulit dan Rambut).


Makassar: AlauddinUniversity Press. 2013.

Kusuma, Weda. Efek Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap
Kerusakan Hepatosit Mencit Akibat Minyak Sawit dengan Pemanasan
Berulang. Surakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. 2010.

Lachman L, Libermen HA & kaning JL. Theory and Practise of Industrial Pharmacy.
Easton pennysylvania: mack publishing company. 1994.

Lieberman, Hebert. A. Pharmaceutical Dosage From: Disperse Systems, Vol. 1. New


York: Marcell Dekker Inc. 1997.

Maharani. Efek Penambahan Berbagai Peningkat Penetrasi terhadap Penetrasi


Perkutan Gel Natrium Diklofenak Secara Invitro. Universitas Muhammadiah:
Surakarta. 2009.

Shu, melisa. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer dengan Bahan Aktif Triloksan
0,5% dan 1%. Universitas Surabaya Vol.2 No.1. 2013.
Sylvia Anderson, price & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Ed. 6. Jakarta: EGC. 2005.
51

Rahmawati, afini. Uji Aktivitas Daya Antibakteri Ekstrak Daun Kemangi (Sanctum
ocimum L.) terhadap Bakteri Escherichia coli ATTC 11229 dan
Staphylococcus aureus ATTC 6538 Secara Invitro. Universitas
Muhammadiyah Surakrta. 2010.

Rismana, dkk. Pengujian Stabilitas Sediaan Antiacne Berbahan Baku Aktif


Nanopartikel Kitosan/Ekstrak Manggis – Pegagan. Pusat Teknologi Farmasi
dan Medika. Serpong. 2013.

Rowe, Raymond C. Handbook of Pharmaceutical Excipients e-book Pharmaceutical


Press and American Pharmacists Association. 2006.

Singh, N. Therapeutic Potential of Ocimum Sanctum in Prevention and Treatment of


Cancer and Exposure to Radiation. India: International. 2013.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya


Ed 2. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC. 2008.

Syaifuddin, AMK. Anatomi Fisiologi Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran. 2012.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah Jilid 7. Jakarta: Lentera Hati. 2002


Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: 2009.

Septi Permatasari, verica. Pengaruh Konsentrasi Carbopol 940 Sebagai Geling Agent
Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Gel Hand Sanitizer Minyak Daun Mint
(Oleum Mentha Piperita). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. 2014.
Voight, Rudolf. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 1995.
52

Lampiran 1. Skema Kerja

1. Formulasi Gel Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)

a. Pengolahan sampel Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Dicuci hingga bersih dan dikeringkan

Daun Kemangi kering

Diserbukkan

Serbuk Daun Kemangi


53

b. Ekstraksi dan Partisi Daun kemangi (Ocimum sanctum L.)

Sampel Daun Kemangi 400 gram

Kering
Dimaserasi dengan etanol 70%

Di simpan selama 3×24 jam

Ampas Filtrat

Diuapkan cairan Penyarinya


Rotavapor

Ekstrak Kental

Diamkan
Ekstrak etanol kering

Dalam mangkok
Ditambahkan Etil Asetat
Aduk

Magnetik stirer Larut etil

Sentrifuge Tidak larut etil

Ditambahkan Etil Asetat


Lakukan seperti semula

Hingga bening
54

c. Pembuatan gel antiseptik tangan

Basis gel (Karbopol dan


HPMC)
Di tambahkan air suling 70°C

Basis mengembang
Ditambahkan

Tea Ekstrak kemangi Gliserin Metil paraben +


air suling 70°C

Dihomogenkan

Gel
55

2. Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Gel Ekstrak Daun Kemangi


(Ocimum sanctum L.)

Pengujian

Organoleptik Stabiltas

Viskositas pH Homogenitas Sinersis Daya Sebar

Penyimpanan dipercepat

Data
56

Lampiran 2. Analisis Statistik Viskositas Formula Gel dengan Rancangan Acak

Kelompok (RAK)

Viskositas

Kondisi Formula Gel Total Rata-rata

I II III

Sebelum 14773,33 33386,67 46880 95042,02 31680,01

Sesudah 16400 30253,33 45200 91853,33 30617,78

Total 31173,33 63640 92080 186893,675 62297,78

Rata-rata 15586,67 31820 46040 93446.675 31148,84

Faktor koreksi =

JK Total =∑ ∑

= 6757919389 –

= 936395562

JK Gel =∑

= 6750276252 –

= 928752424,5
57

JK Kondisi =∑

= 5823339933 –

= 1816105.667

JK Galat = JK Total – (JK Gel + JK Kondisi )

= 936395532 – (928752424,5+1816105,667)

= 936395532 – 930568530,2

= 5827001,3

Lampiran 3. Analisis Varians Viskositas

Rumus Tabel Tabel


Db JK KT F hitung
varians 5% 1%

Gel 2 928752424,5 464376212,3 159.3877154 19,00 99,00

Kondisi 1 1816105,667 1816105,667 0,6233414319 18,51 98,49

Galat 2 5827001,8 2913500.65

Total 5 936395562 187279112,4

Keterangan

FH (gel) = 159.3877154

FH (kondisi) = 0,6233414319

Untuk FT 5% = 159.3877154 < 19,00 Berbeda nyata

= 0,6233414319 < 18,51 Berbeda tidak nyata


58

Untuk FT 1% = 159.3877154 > 99,00 Berbeda nyata

= 0,6233414319 < 98,49 Berbeda tidak nyata

Kesimpulan :

a. F hitung Gel > F tabel Gel, viskositas sediaan berbeda signifikan antara tiap
formula Gel.
b. F hitung kondisi < F tabel kondisi, pada taraf kepercayaan 95% maupun taraf
kepercayaan 99%, viskositas sediaan tidak berbeda signifikan sebelum dan
setelah penyimpanan dipercepat

Lampiran 4. Analisis statistik Ph formula Gel dengan Rancangan Acak


Kelompok (RAK)

pH

Kondisi Formula Gel Total Rata-rata

I II III

Sebelum 6,3 5,4 5,9 17,6 5,866667

Sesudah 6,3 5,1 5,3 16,7 5,566667

Total 12,6 10,5 34,3 34,3 11,43333

Rata-rata 6,3 5,25 17,15 17,15 5,716667

Faktor koreksi =

JKTotal =∑ ∑

= 197,45 –

= 1,369
59

JK Gel =∑

= 197,225 –

= 1,144

JK Kondisi =∑

= 196,21 –

= 0,129

JK Galat = JK Total – (JK Gel + JK Kondisi )

= 1,369 – (1,144 + 0,129)

= 1,369 – 1,273

= 0,096

Lampiran 5. Analisis Varians pH

Rumus Tabel Tabel


Db JK KT F hitung
varians 5% 1%

Gel 2 1,144 0,572 11,916 19,00 99,00

Kondisi 1 0,129 0,129 2,6875 18,51 98,49

Galat 2 0,096 0,048

Total 5 1,369 0,2738


60

Keterangan :

FH (gel) = 11,916

FH (kondisi) = 2,6875

Untuk FT 5% = 11,916 < 19,00 Berbeda tidak nyata

= 2,6875 < 18,51 Berbeda tidak nyata

Untuk FT 1% = 11,916 < 99,00 Berbeda tidak nyata

= 2,6875 < 98,49 Berbeda tidak nyata

Kesimpulan :

Data yang diperoleh tidak signifikan karena F hitung < F tabel 5% dan 1%,
61

Lampiran 6. Gambar Tanaman Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Gambar 1. Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Gambar 2. Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)


62

Lampiran 7. Sediaan Gel Ekstrak Daun Kemangi sebelum dan sesudah

penyimpanan

Gambar 3. Sediaan gel Sebelum Penyimpanan Dipercepat

Gambar 4. Sediaan gel Setelah Penyimpanan Dipercepat


63

Lampiran 8. Pengujian Viskositas Sediaan Gel

Gambar 5. Pengujian Viskositas Sediaan Gel

Lampiran 9. Pengujian pH Sediaan Gel

Gambar 6. Pengujian pH Sediaan Gel


64

Lampiran 10. Pengujian Daya Sebar Sediaan Gel

Gambar 7. Pengujian Daya Sebar Sediaan Gel

Lampiran 11. Pengujian Homogenitas Sediaan Gel

Gambar 8. Pengujian Homogenitas Sediaan Gel


65

Lampiran 12. Alat-alat penelitian

Gambar 9. Alat Viskositas


66

Gambar 10. Alat pH meter

Gambar 11. Alat Rotavapor


67

Gambar 12. Alat Sentrifuge

Gambar 13. Alat magnetik stirer


68

BIOGRAFI

Saya yang mempunyai nama lengkap Sartika

Dewi Syaiful atau yang biasa di sapa Iin , Lahir di

Makassar, 26 September 1994. Saya merupakan

anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan

Syaiful Saleh dan Naharia S.

Saya mengawali pendidikan di SD Negeri

Mawang untuk Kelas 1 SD. Selanjutmya Pindah ke SD Negeri Maricaya sejak


kelas 2 sampai kelas 5 SD dan menyelesaikan pendidikan SD kelas 6 di SD.

Inpres Paccinongan. Pada tahun 2006 saya melanjutkan pendidikan dengan

pendidikan tingkat sekolah menengah pertama di MTS. Madani Alauddin dan

lulus pada tahun 2009 dan setelah tamat, saya melanjutkan dan menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas di MA. Madani Alauddin pada tahun 2012.

Pada tahun yang bersamaan (2012) saya melanjutkan pendidikan pada jenjang

Strata satu (S1) dan telah tercatat sebagai salah satu Mahasiswi Jurusan Farmasi,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar. Semoga saya dapat menyelesaikan pendidikan dengan nilai memuaskan,

yang nantinya akan membawa saya menjadi orang yang sukses dan lebih

bertanggung jawab atas apa yang telah diraih, Aminn. Hal yang terpenting bagi

saya adalah bisa membanggakan orangtua, keluarga dan orang-orang yang

menyayangi saya dengan apa yang saya capai.

“Meskipun ada kata KESEMPATAN namun tidak ada kata MENCOBA, maka
tunggulah kata PENYESALAN datang diantaranya”

Anda mungkin juga menyukai