Identifikasi Kualitatif Kandungan Simplisia
Identifikasi Kualitatif Kandungan Simplisia
Identifikasi Kualitatif Kandungan Simplisia
PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI KUALITATIF KANDUNGAN SIMPLISIA
DISUSUN OLEH :
Siti Qomariyah
Siti Riska P I
Sri Mulyati
Suci Rahmi Manik
Vanie Saffarina Anjani
Vida Apriliani
Yunita Noor Utami
Niniek Nurfitrianah
AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON
2013-2014
PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI KUALITATIF KANDUNGAN SIMPLISIA
1.
TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui bahwa didalam simplisia banyak terkandung zat-zat kimia yang
mungkin
DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya,
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi
dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia mumi (minyak ikan / oleum iecoris
asselli, dan madu / Mel depuratum).
c. Simplisia Mineral atau Pelikan adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni (serbuk seng dan serbuk tembaga).
Penggunaan tanaman atau ekstrak tanaman untuk tujuan pengobatan telah
berlangsung selama beribu-ribu tahun, dan herbalisme serta obat rakyat, baik yamg kuno
maupun modern, merupakan sumber terapi yang banyak gunanya.Beberapa hasil tanaman
yang sekarang dipakai, baik sebagai bentuk asli maupun turunannya,mulanya sering
dipakai untuk tujuan lain, seperti racun anak panah,sebagai bagian dalam upacara
keagamaan atau lainnya,atau bahkan sebagai kosmetik. Contoh bahan demikian misalnya
opium, belladona, kulit kina, ergot, kurare, pala, biji kalabar, digitalis dan squila.
Zat-zat tersebut dalam tanaman terikat atau bercampur dengan zat-zat lainnya,
untuk memperoleh zat tersebut yang lebih murni maka harus dilakukan ekstraksi.
Tergantung sifat kimia atau sifat fisik zat tersebut ( misal kelarutannya ) maka cara
mengekstraksi zat tersebut dilakukan dengan zat pelarut yang berbeda pula.
Idealnya untuk analisis digunakan jaringan tumbuhan segar. Beberapa menit
setelah dikumpulkan, bahan tumbuhan itu harus dimasukkan ke dalam alkohol mendidih.
Kadang-kadang bahan tumbuhan yang akan diteliti tidak tersedia dan hanya ada ditempat
yang jauh. Jika terjadi demikian maka jaringan yang diambil segar harus di simpan kering
dalam sebuah kantung plastic dan biasanya akan tetap dalam keadaan baik setelah
beberapa hari.
Cara lain, tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Bila hal itu dilakukan
maka pengeringan tersebut harus dilakukan dalam keadaan terawasi, untuk mencegah
terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepatcepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang
baik.Setelah betul-betul kering, tumbuhan dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama
sebelum digunakan untuk analisis. Dan memang demikianlah, analisis flavonoid,
alkaloid, kuinon, dan terpenoid telah dilakukan dengan berhasil pada herbarium yang
telah disimpan bertahun-tahun.
2.1. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan
untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali
dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut
dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek
farmakologis pada manusia dan hewan.
Meyers Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara
karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan
fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar
diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat
basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat
mendonorkan sepasang elektronnya.
Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan
biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer
sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya. Ada juga alkaloid yang berbentuk cair,
seperti konina, nikotina, dan higrina.
1.
Fungsi Alkaloid
Sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan
a.
(salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut
b.
lagi).
Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan.
c.
d.
Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat
basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan
ion dalam tumbuhan
2.
a.
Klasifikasi Alkaloid
Non Heterosiklik Alkaloid
Ini juga kadang-kadang disebut proto-alkaloid atau amina biologis. Ini jarang
ditemukan di alam. Molekul-molekul ini memiliki atom nitrogen yang bukan merupakan
bagian dari sistem cincin.
Nama
Struktur
Kegunaan
b.
Ephedrine
Adrenergik,asma dan
demam
Colchicine
Meredakan encok
Eritromisin
Antibiotika
Taxol
(paclitaxel)
Digunakan dalam
pengobatan kanker
ovarium, kanker payudara
dan non-kecil sel kanker
paru-paru
HETEROSIKLIK
Pyrrolizidine
Quinoline
CONTOH
Isoquinoline
Quinolizidine
Indolizidine
Terpenoid *
3.
basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker
dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi
tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina,
serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid
dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas
untuknya. Contoh tanamannya :
a.
b.
c.
scopolamin.
Buah pare, bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial.
2.2 Terpenoid
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen
merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian
kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan
isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara
struktur kimia terpenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai
terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus
fungsi lainnya. Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal
dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu
dengan perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5
dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah golongan
terpenoid.
1.
Sifat Umum
Sifat Fisika :
a. Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna
akan berubah menjadi gelap
b. Mempunyai bau yang khas
c. Indeks bias tinggi
d. Kebanyakan optik aktif
e. Kerapatan lebih kecil dari air
f.Larut dalam pelarut organik: eter dan alcohol
2.
Sifat Kimia
Klasifikasi Terpenoid
a. Monoterpenoid
b. Seskuiterpenoid
c. Diterpenoid
d. Triterpenoid
e. Tetraterpenoid
f.Politerpenoid
2.3 Steroid
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi
penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting
dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang
termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol,progesteron, dan estrogen. Pada
umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17
atom karbon yang membentuk tiga cincinsikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan
jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh
ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.
Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron, metandienon, nandrolon
dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat mengakibatkan sejumlah efek samping
yang berbahaya, seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung,
menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi dan
gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria.
Secara fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.
Struktur Steroid
1. Sifat Steroid
a. Substitusi oksigen pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid alam.
b. Subsitusi gugus metil angular pada atom C-10 dan C-13 yang dikenal dengan
atom C-18 dan C-19, kecuali pada senyawa steroid dengan cincin A berbentuk
benzenoid, seperti pada kelompok esterogen.
2. Manfaat Steroid
a. Dapat digunakan sebagai obat
b. Secara rinci beberapa manfaat steroid pada tumbuhan adalah sebagai berikut:
* menghambat penuaan daun (senescence)
* mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan
* menghambat proses gugurnya daun
* menghambat pertumbuhan akar tumbuhan
* meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan
* menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan
* merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan
* merangsang diferensiasi xylem tumbuhan
* menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kahat udara dan endogenus
karbohidrat.
3.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
2.
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivison : Spermatophyta
Divison
: Magnoliophyta
Class
: Magnololiopsida
Subclass
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Psidium L
Species
: Psidium Guajava L
Nama lain
Sumatera
Jawa
Nusa Tenggara
: Sotong (Bali)
Maluku
Inggris
: Guava
Kandungan kimia
Hasil skrining fitokimia, daun jambu biji mengandung metabolit
sekunder, terdiri dari tanin, polifenolat, flavonoid, monoterpenoid,
siskulterpena alkaloid, kuinon dan saponin (Kurniawati, 2006).
Komponen utama dari daun jambu biji adalah tanin yang besarnya
mencapai 9-12% (Depkes, 1989).
Khasiat
Antibakteri
Efek samping
Flatulen/kembung, konstipasi, mual, muntah, mulut kering
Morfologi
Daun tunggal bertangkai pendek panjang tangkai daun 0,5-1 cm,helai daun berbentuk
bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang, panjang 5-13 cm, lebar 3-6 cm, pinggir
daun rata agak menggulung ke atas, permukaan atas agak licin, warna hijau kelabu, kelenjar
minyak tampak sebagai bintik-bintik yang tembus cahaya ibu tulang daun dan tulang cabang
menonjol pada permukaan bawah, bertulang (berpenulang) menyirip warna putih kehijauan.
ETANOL
Pemerian :
Caira tak berwarna , jernih, mudah penguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Titik didih :
74,8o
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Gentianales
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Catharanthus
Spesies
b.
Vincristine, disamping dipakai dalam pengobatan leukemia, juga kanker payudara, dan
c.
d.
pigmen.
Vinorelbine, seringkali digunakan sebagai bahan pengobatan untuk mencegah
pembelahan kelenjar.
4.
CARA KERJA
a. Uji Alkaloid (Metode Culvenor Fitzgerald)
Ambil kira-kira 4 gram sampel segar digerus dengan bantuan pasir netral, kemudian
dibasahkan dengan 10 ml chloroform, lalu ditambahkan 10 ml chloroform-amoniak
0,05 M, gerus dan saring kedalam tabung reaksi. Tambahkan 10 ml H 2SO4 2 M, kocok
perlahan dan biarkan sampai terjadi pemisahan. Lapisan H2SO4 diambil dan
dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambah pereaksi Mayer. Timbulnya warna
putih seperti kabut menunjukkan adanya alkaloid.
b.
Fraksi eter dikeringkan dalam plat tetes lalu dilakukan reaksi Liebermann-Burchard.
Zat dilarutkan dalam 2 sampai 3 tetes H2SO4 pekat. Jika timbul busa menunjukan
adanya saponin.
Fraksi eter dikeringkan dalam plat tetes lalu dilakukan reaksi Liebermann-Burchard
zat dilarutkan dalam 2 sampai 3 ml CHCl 3, tambahkan 10 tetes asam anhidrida asam
asetat dan 2 sampai 3 tetes
Alkaloid
Flavonoid
Steroid
Saponin
Jambu Biji
Tapak
Dara
+
-
+
-
Senyawa
Fenolik
+
6. PEMBAHASAN
Percobaan yang telah dilakukan yaitu kualitatif kandungan pada daun segar yaitu daun
jambu biji dan tapak dara. Percobaan dilakukan untuk mengetahui bagai mana cara
mengambil (mengekstraksi) zat-zat tersebut, serta cara mengidentifikasi zat-zat tersebut.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan tingkat tinggi. Uji Alkaloid (Metode Culvenor Fitzgerald) dilakukan
dengan cara mengambil kira-kira 4 gram sampel segar digerus dengan bantuan pasir
netral, kemudian dibasahkan dengan 10 ml chloroform, lalu ditambahkan 10 ml
chloroform-amoniak 0,05 M, gerus dan saring kedalam tabung reaksi. Tambahkan 10 ml
H2SO4 2 M, kocok perlahan dan biarkan sampai terjadi pemisahan. Lapisan H 2SO4
diambil dan dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambah pereaksi Mayer.
Timbulnya warna putih seperti kabut menunjukkan adanya alkaloid. Dari pengujian
tersebut timbul warna putih seperti kabut pada daun tapak dara sehingga menunjukan
adanya alkaloid. Sedangkan, pada daun jambu biji tidak timbul warna putih sehingga
tidak menunjukan alkaloid, karena daun dipetik pada pagi hari sehingga memungkinkan
kadar alkaloid terdeteksi.
Uji flavonoid (uji sianidin) dilakukan dengan cara mengambil kira-kira 4 gram sampel
segar dididihkan denan methanol air (9 :1), disaring dalam keadaan panas, lalu filtratnya
dipekatkan sampai volume tinggal sepertiganya, selanjutnya ditambahkan HCl pekat dan
logam Mg. Timbulnya warna metal jingga menunjukkan adanya flavonoid. Dari
pengujian tersebut timbul warna metal jingga pada daun jambu biji sehingga menunjukan
adanya flavonoid. Sedangkan, pada daun dara tapak tidak timbul warna metal jingga
sehingga tidak menunjukan flavonoid.
Uji Steroid, triterpenoid, saponin dan senyawa fenolik Dengan memakai metode Simes
dilakukan dengan cara mengambil kira kira 4 gram sampel segar didihkan dengan 25
ml etanol selama 25 menit, disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh
diuapkan diatas penangas air sampai kering. Sisa penguapan di titrasi dengan eter, bagian
yang tidak larut dalam eter dikocok dengan air. Lapisan air ditambahkan beberapa tetes
FeCl3 untuk menunjukkan adanya senyawa fenolik. Jika terjadi warna biru hitam atau
hijau coklat menunjukkan adanya senyawa fenolik.Lapisan air dikocok kuat. Jika timbul
busa menunjukkan adanya saponin. Fraksi eter
7.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan. Didapat hasil sebagai berikut :
1.Uji alkaloid
a. Jambu biji (-) artinya tidak menunjukkan adanya alkaloid
b. Tapak dara (+) artinya menunjukkan adanya alkaloid
2.Uji flavonoid
a. Jambu biji (+) artinya menunjukkan adanya flavonoid
b. Tapak dara (-) artinya tidak menunjukkan adanya flavonoid
3.Uji steroid
a. Jambu biji (-) artinya tidak menunjukkan adanya steroid
b. Tapak dara (-) artinya tidak menunjukkan adanya steroid
DAFTAR PUSTAKA