Fix Proposal Del 12-2

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 54

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA GUNUNG TERANG TULANG


BAWANG BARAT

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh
DEL FITRI
195190029

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2023
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Proposal Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan


Kejadian Hipertensi Pada Orang Dewasa Di Desa Gunung Terang
Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Nama : Del Fitri
NPM : 195290029
Fakultas : Kesehatan
Program Studi : Gizi
Tanggal : ………………………………….

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing

Ai Kustiani, S.Gz., M.Si Adhi Nurhartanto, M.Pd


NPP. 2222603 NIP.2222578
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul: “Hubungan Pola Makan dan Aktivitas
Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Orang Dewasa Didesa Gunung
Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat bagi mahasiswa Universitas Mitra Indonesia untuk
mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Universitas Mitra Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas segala bantuan, dorongan, kerja
sama yang telah berikan, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Andi Surya, M.M., selaku Ketua Yayasan Universitas Mitra Lampung.
2. Dr. Ir. Hj Armalia Reny Madrie, AS.,MM selaku rektor Universitas Mitra
Indonesia
3. Achmad Djamil, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Mitra Indonesia
4. Ai Kustiani, S.Gz., M.Si selaku Ketua Program Studi Gizi Universitas Mitra
Indonesia
5. Adhi Nurhartanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan dan saran kepada penulis.
6. Masyarakat Desa Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat yang
telah memberikan izin dalam pengambilan data penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Gizi Universitas Mitra
Indonesia, Bandar Lampung.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan
banyak didapat kekurangan, dengan segala kerendahan hati penulis akan
menerima kritik dan saran bagi kesempurnaan penulisan. Penulis berharap
semoga proposal ini bermanfaat bagi masyarakat dan semua yang
berkepentingan.

Bandar Lampung, April 2023

Penulis
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah......................................................................3
1.3 Rumusan Masalah.........................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pola Makan...................................................................................6
2.2 Aktivitas Fisik...............................................................................7
2.3 Hipertensi....................................................................................12
2.4 Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi. 17
2.5 Penelitian yang Relevan..............................................................19
2.6 Kerangka Teori...........................................................................21
2.7 Kerangka Konsep........................................................................22
2.8 Hipotesis.....................................................................................22

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian.......................................................................23
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................23
v

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling....................................23


3.4 Variabel.......................................................................................25
3.5 Definisi Operasional...................................................................25
3.6 Etika Penelitian...........................................................................26
3.7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data..............................................28
3.8 Pengolahan Data.........................................................................30
3.9 Analisis Data...............................................................................32

DAFTAR PUSTAKA
vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi ................................................................15


Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................25
Tabel 3.2 Penskoran Data Pola Makan.....................................................30
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.........................................................................22


Gambar 2.2 Kerangka Konsep.....................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh


meningkatnya tekanan darah. Disebut dengan sistolik jika tekanannya lebih
dari 140 mmHg sedangkan disebut diastolik jika tekanannya lebih dari 90
mmHg dengan masing-masing 2 kali pemeriksaan dan memiliki selang waktu
lima menit dalam keadaan istirahat (Munawaroh, 2023). Pengertian lain dari
hipertensi adalah naiknya suatu tekanan darah pada manusia (Wulandari dkk,
2023).
Menurut WHO pada tahun 2015, terdapat penduduk di dunia berkisaran
1,3 milyar menderita hipertensi. Hipertensi diperkirakan meningkat di setiap
tahun. Diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 1,5 milyar orang yang akan
menderita hipertensi. Kemudian diperkirakan ada 9,4 juta orang setiap tahun
meninggal. Meninggal disebabkan oleh hipertensi. Sedangkan berdasarkan data
Riskesdas 2018 Indonesia ada pada urutan ke 5 sebagai salah satu negara yang
terdapat banyaknya penderita hipertensi. Hipertensi juga timbul dengan adanya
pertambahan usia. Usia yang bertambah maka tekanan darah yang dimiliki juga
meningkat karena penebalan dialami oleh dinding arteri sehingga zat kolagen
bertumpuk di lapisan otot yang berakibat pada pembuluh dara yang kaku dan
sempit. Sehingga hal tersebut membuat tekanan darah pada orang dewasa
cenderung tinggi (Rahmiati and Zurijah, 2020).
Hipertensi memicu penggumpalan darah di sepanjang pembuluh darah
ke otak yang kemudian menyebabkan pembuluh darah menyempit, pecah atau
bocor. Selain itu dengan penyumbatan aliran darah di otak karena hipertensi
akan menyebabkan stroke. Berdasarkan data maka dapat menyimpulkan bahwa
hipertensi masih masalah kesehatan yang perlu penanganan yang baik.
Sehingga, kaitannya dengan keadaan di lapangan adalah banyak seseorang
penderita hipertensi yang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh
masyarakat itu sendiri. Penanganan yang baik sangat dibutuhkan oleh penderita
hipertensi. Salah satu penanganan yang baik yang dapat diterapkan di lapangan
2

(masyarakat) adalah pola hidup sehat dan pola makan sehat yang tepat untuk
menjaga diri terbebas dari hipertensi. Semuanya dilakukan secara terus
menerus, tidak boleh temporer (Sugiarti dkk, 2023).
Pola makan yang kurang sehat ini merupakan pemicu penyakit
hipertensi. Mengkonsumsi makanan yang cepat saji dan mengandung banyak
garam tinggi, lemak, protein, tetapi kandungan serat yang dimakan rendah
menjadi pemicu berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi.
Sehingga pencegahan yang harus dilakukan oleh seseorang yang menderita
hipertensi adalah banyak makan buah dan sayur, mengurangi makanan yang
tinggi lemak dan garam, menghindari makanan jeroan dan otak, perbanyak
minum air putih, hindari makan kulit ayam dan bersantan (Widiyanto et al.,
2020).
Berdasarkan WHO menyatakan bahwa prevalensi hipertensi saat ini
sebesar 22% dari total populasi dunia. Sedangkan Indonesia juga termasuk
dalam kasus hipertensi yang cukup tinggi yaitu terjadi pada kelompok umur
31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
Sehingga, setiap provinsi juga mempunyai kasus hipertensi masing-masing
salah satunya adalah Lampung yang memiliki 15 kabupaten dengan persentase
kasus hipertensi sebesar (31,5%) di tahun 2018 (Utama, 2023).
Salah satu kabupaten atau kota yang akan dilakukan penelitian oleh
peneliti terkait kasus hipertensi yaitu Desa Gunung Terang Kabupaten Tulang
Bawang Barat. Berdasarkan data dari Riskesdas Provinsi Lampung diperoleh
hasil prevalensi hipertensi di Kabupaten Tulang Bawang Barat yaitu 19,49%.
Jumlah masyarakat di Desa Gunung Terang sebanyak 2417 orang, dengan
jumlah laki-laki sebanyak 1570 (64,95%) orang dan perempuan sebanyak 847
(35,05%) orang. Dengan jumlah orang dewasa 1200 (49,64%) orang.
Berdasarkan jumlah orang dewasa tersebut terdapat 560 (46,66%) orang
dewasa terkena hipertensi. Data penderita hipertensi terdiri dari 310 (55,35%)
laki-laki dan 250 (44,64%) perempuan pada tahun 2022. Sehingga terdapat 640
(53,33%) orang yang tidak terkena hipertensi. Sehingga menjaga pola makan
sangat penting untuk mencapai Kesehatan yang lebih baik (Puskesmas Toto
Mulyo, Gunung Terang, 2022).
3

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi


sebagai faktor yang paling penting. Seringnya mengkonsumsi garam dalam
jumlah cukup banyak, makanan diawetkan, penggunaan penyedap rasa akan
berakibat pada tekanan darah yang naik. Tekanan darah yang naik tersebut
karena banyaknya natrium yang dikonsumsi. Akibat banyaknya mengkonsumsi
natrium berlebih yaitu dapat menahan air yang berakibatkan pada jumlah
volume darah terus meningkat. Dengan meningkatnya darah tersebut berakibat
pada kerja jantung yang cukup keras sehingga berakibat juga pada naiknya
tekanan darah (Adam, 2019).
Menerapkan pola makan yang sehat memang tidak dapat menjamin jika
akan terbebas dari penyakit, namun setidaknya memperhatikan asupan pola
konsumsi. Berdasarkan pola konsumsi bahan makanan yang diuji sebagai
pemicu hipertensi diperoleh hasil bahwa bahan makanan yang sering
dikonsumsi responden untuk makanan tinggi kolesterol adalah kuning telur
ayam sebanyak 6 responden (6%), untuk makanan tinggi natrium keripik
sebanyak 12 responden (12%), untuk makanan yang diawetkan pindang
sebanyak 11 responden (11%), untuk susu dan olahannya adalah 3 responden
(3%), untuk minuman berkafein kopi sebanyak 38 responden (38%), dan untuk
pemakaian bumbu MSG sebanyak 98 responden (98%) (Ajiningtyas dkk,
2019).
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan
menyatakan bahwa WHO memperkirakan bahwa 1,28 billion dewasa di dunia
yang berusia antara 30-79 tahun akan mengalami hipertensi di 2021. Prevalensi
hipertensi naik mulai 7,5% pada orang umur 18-39 tahun, 33,2% di antara
lansia berusia 40 - 59 tahun, serta 63,1% pada lansia berumur lebih dari 60
tahun (Khan, 2023). Berdasarkan uraian diatas sehingga, peneliti tertarik untuk
melakukan Penelitian tentang “Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Orang Dewasa Di Desa Gunung Terang
Kabupaten Tulang Bawang Barat“.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diketahui bahwa pola
4

makan merupakan salah satu faktor yang menilai hipertensi dimana faktor
diantaranya adalah faktor keturunan yang tidak dapat dirubah seperti
mengkonsumsi rokok dan pola makan yang kurang. Pola makan yang tidak
baik seperti makanan cepat saji dan mengandung banyak garam menjadi
pemicu hipertensi. Berdasarkan data dari Riskesdas Provinsi Lampung
diperoleh hasil prevalensi hipertensi di Kabupaten Tulang Bawang Barat
yaitu 19,49%. Jumlah masyarakat di Desa Gunung Terang sebanyak 2417
orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 1570 (64,95%) orang dan
perempuan sebanyak 847 (35,05%) orang. Dengan jumlah orang dewasa 1200
(49,64%) orang. Berdasarkan jumlah orang dewasa tersebut terdapat 560
(46,66%) orang dewasa terkena hipertensi. Data penderita hipertensi terdiri
dari 310 (55,35%) laki-laki dan 250 (44,64%) perempuan pada tahun 2022.
Sehingga terdapat 640 (53,33%) orang yang tidak terkena hipertensi.
Sehingga menjaga pola makan sangat penting untuk mencapai Kesehatan
yang lebih baik.

1.3 Rumusan Masalah


Adakah hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan Kejadian
hipertensi pada orang dewasa di desa Gunung Terang Kabupaten Tulang
Bawang Barat?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi pada orang dewasa di desa Gunung
Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat?

1.4.2 Tujuan khusus


1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi orang dewasa di desa
Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat.
2. Untuk mengetahui nilai tekanan darah pada orang dewasa di Desa
Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat.
5

3. Untuk mengetahui pola makan dan aktivitas fisik pada orang


dewasa di Desa Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang
Barat.
4. Untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi pada orang dewasa di Desa Gunung
Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis sebagai
penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh serta penulis dapat
mengembangkan kemampuan wawasan dalam menyusun skripsi.
1.5.2 Manfaat Aplikatif
a) Memberikan saran untuk penderita hipertensi tentang hubungan
pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.
b) Memberikan pengetahuan untuk penderita hipertensi bahwa pola
makan harus tetap dijaga agar tekanan darah dapat terjaga.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini berjudul hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi di Desa Gunung Terang Tulang Bawang Barat.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Gunung Terang Kabupaten Tulang
Bawang Barat. Waktu penelitian diperkirakan dilakukan mulai bulan Mei
2023 - Juli 2023. Penelitian ini dilakukan bersama masyarakat desa
tersebut dengan populasi penelitian ini berjumlah 560 orang dan sampel
sebanyak 84 orang dengan 42 orang terkena hipertensi dan 42 orang dalam
keadaan sehat. Penelitian ini dilakukan di desa tersebut karena untuk
melihat hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi di Desa Gunung Terang Tulang Bawang Barat. Proses penelitian
ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik
observasional menggunakan pendekatan cross sectional. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tekanan darah dan
6

pembagian kuesioner. Analisis data yang dilakukan menggunakan program


SPSS dan penyajian data berupa tabel disertai narasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Makan


2.1.1 Pengertian
Pola makan yang sehat adalah sesuatu yang sangat dianjurkan untuk
setiap manusia agar terjaga dari adanya penyakit hipertensi. Jika lupa atau
lalai dalam mengatur pola makanya maka akan berakibat terkena hipertensi.
Banyak makanan yang mengakibatkan seseorang terkena hipertensi
diantaranya adalah makanan yang mengandung kadar garam tinggi,
makanan siap saji yang mengandung pengawet, dan makanan yang memiliki
lemak berlebihan (Nurazizah dkk, 2020).
Mengkonsumsi makanan dengan kualitas baik dan menjaga jadwal
makan dapat dikatakan memiliki keseimbangan dalam pola makan.
Kemudian dengan menjaga pola makan dapat berakibat pada gizi yang
dimiliki orang. Penyakit infeksi akan meningkat jika status gizi bersifat
kurang. Sedangkan status gizi bersifat lebih dapat menyebabkan gangguan
pada tumbuhnya fisik, gangguan pada endokrin, pernafasan, penyakit yang
menular dan kegemukan. Baiknya pola makan selalu diimbangi dengan gizi
yang baik pula. Jika mengkonsumsi makanan yang baik maka akan
memiliki gizi yang baik begitu juga sebaliknya jika kita mengkonsumsi
makanan yang kurang baik maka berakibat pada gizi yang kurang baik.
Munculnya macam-macam penyakit dikarenakan pola makan yang diatur
tidak sehat (Kurniawan and Sulaiman, 2019).
Pola makan yang diatur dapat menahan dan mencegah agar tidak sakit
maupun agar sakitnya tidak semakin parah. Kemudian garam yang kita
konsumsi dapat menyebabkan rasa haus sehingga berakibat seseorang untuk
minum. Hal ini dapat memicu volume darah yang meningkat di dalam
tubuh. Sehingga kerja jantung harus lebih keras dan giat serta menyebabkan
7

naiknya tekanan darah. Naiknya tekanan darah tersebut memiliki akibat


pada ginjal yang harus lebih banyak menyaring air dan garam. Karena
pengeluaran dan masuknya harus sama (Masyudi, 2018).
2.1.2 Metode Penilaian Pola Makan
Metode frekuensi makanan merupakan metode yang dipergunakan
di penelitian ini. Metode ini digunakan bertujuan untuk mendapatkan
data terkait dengan berapa kalai seseorang mengkonsumsi makanan di
tiap harinya, minggu, bulan, maupun tahun. Kemudian gambaran
tentang pola konsumsi bahan makanan diperoleh secara kualitatif
dengan menggunakan metode frekuensi makanan. Kemudian dalam
metode frekuensi makanan mengandung frekuensi penggunaan
makanan dalam waktu tertentu dan daftar makanannya. Berikut ini
adalah Langkah yang digunakan untuk membuat food frekuensi
antara lain (Kadir, 2019):
a) Memberikan kuesioner kepada responden untuk mengisi tentang
frekuensi konsumsi jenis makanan sebagai sumber zat gizi.
b) Peneliti meminta responden untuk membaca dan memberi tanda
ceklis pada kuesioner tentang daftar makanan yang tersedia di
kuesioner tersebut.
c) Kemudian setelah selesai mengisi kuesioner. Responden
memberikan lagi kuesioner kepada peneliti.

2.1.3 Natrium (Na)


Patogenesis hipertensi memiliki faktor yang penting yaitu berupa
garam. Prevalensi hipertensi akan rendah jika garam yang dikonsumsi
< 3 gram/hari. Jika gram yang dikonsumsi banyak sekitar 5 sampai 15
gram per hari maka akan mengakibatkan prevalensi hipertensinya
meningkat. Pengaruh asupan terhadap hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah,
keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran)
kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan system
hemodinamik (perdarahan) yang normal. Pada hipertensi mekanisme
8

ini terganggu, disamping juga ada faktor lain yang berpengaruh.


Garam, setiap 1 gram garam dapur mengandung 400 mg natrium
(Santosa dkk, 2022).
Jika 4 gram garam di konversikan ke ukuran garam rumah tangga
1
yaitu setara 1600 mg natrium atau . Seperti yang telah dijelaskan
2
bahwa natrium dan klorida adalah on utama cairan ekstraseluler.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkan kembali,
cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak pada meningkatnya hipertensi (Adam, 2019) .
Darah yang ada di dalam tubuh memiliki volume. Volume darah
tersebut akan meningkat jika mengkonsumsi garam secara berlebihan
karena kerja jantung harus lebih cepat karena naiknya tekanan darah.
Beberapa orang memiliki gen yang mengontrol saluran selular, enzim
dan hormon di berbagai tempat di ginjal, misalnya untuk adaptasi di
wilayah padang rumput dan gurun. Dalam rangka untuk tetap aktif,
orang harus mengontrol suhu tubuh. Jika kandungan air dan garam
sedikit, ginjal akan menghemat garam untuk mempertahankan cairan
yang digunakan dengan melapisi tubuh melalui keringat selama
aktivitas. Hal ini mengakibatkan keringat menguap dari kulit,
sehingga kulit akan dingin dan menjaga suhu tubuh tetap normal.
Tanpa berkeringat, tubuh akan cepat panas selama kegiatan
(Nurazizah dkk, 2020).

2.1.4 Lemak (L)


Lemak adalah salah satu bentuk sumber tenaga. Lemak dibutuhkan
manusia untuk menyerap vitamin A, D, E, K, dan menambah kelezatan
hidangannya. Seseorang jika memiliki lemak yang berlebihan maka dapat
disimpan sebagai cadangan tenaga di dalam tubuh dan ditimbun sebagai
sel lemak. Seseorang yang memiliki usia lanjut lemak yang dibutuhkan
9

lebih sedikit dibandingkan dengan usia dewasa, karena pada usia lanjut
dapat meningkatkan kolesterol di dalam darahnya. Mengkonsumsi lemak
yang dianjurkan untuk usia lanjut adalah tidak melebihi 20% dari energi
yang dibutuhkan dengan menggunakan minyak nabati. Hal tersebut di
karenakan adanya kandungan asam lemak tak jenuhnya (Herawati dkk,
2020).
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi
lemak jenuh juga meningkatkan risiko ateroklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah. Jeroan banyak mengandung asam lemak
jenuh dan mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dari dibandingkan
dengan daging. Secara Umum, asam lemak cenderung meningkatkan
kolesterol darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan merupakan
lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam lemak jenuh
diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah, akan tetapi
hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari
minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung,
minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan
berulang – ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan
kadar LDL kolesterol (Komalasari, 2022).

2.1.5 Karbohidrat (KH)


Makanan yang mengandung karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2
golongan, yaitu makanan dengan kandungan karbohidrat sederhana
(contoh gula pasir, permen, minuman ringan, dan beberapa jenis produk
bakery) dan makanan dengan kandungan karbohidrat kompleks (contoh
biji-bijian, umbi-umbian, serealia, dan kacang-kacangan). Mengonsumsi
karbohidrat berlebih dapat menyebabkan kadar trigliserida dalam darah
meningkat sehingga menyebabkan karbohidrat diubah menjadi lemak.
Kadar lemak yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis yang akhirnya
akan menyebabkan terjadinya hipertensi (Santosa dkk, 2022).
10

Pemberian tinggi kalori dari kelompok karbohidrat monosakarida


(glucose, fructose, galactose dan lactose) dapat meningkatkan tekanan
darah. Tingginya asupan karbohidrat dapat meningkatkan tekanan darah
sistolik. Hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan
kejadian hipertensi juga terjadi oleh penelitian lainnya. Tingginya tekanan
darah yang berkaitan dengan asupan karbohidrat dengan indeks glikemik
yang tinggi (Listyandini dkk, 2020).

2.2 Aktivitas Fisik


2.2.1 Pengertian Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan jasmani
yang dihasilkan otot skelet yang memerlukan pengeluaran energi.
Istilah ini meliputi rentang penuh dari seluruh pergerakan tubuh
manusia mulai dari olahraga yang kompetitif dan latihan fisik sebagai
hobi atau aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas fisik mempengaruhi total energy expenditure, yang mana
merupakan jumlah dari basal metabolic rate (jumlah energi yang
dikeluarkan saat istirahat dalam suhu lingkungan yang normal dan
keadaan puasa), thermic effect of food dan energi yang dikeluarkan
saat aktivitas fisik (Amanati and Jaleha, 2023).

2.2.2 Manfaat Aktivitas Fisik


Berikut ini adalah manfaat dari aktivitas fisik antara lain
(Abdurrosidi, Novitasari and Khasanah, 2021):
1. Manfaat fisik
a. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil dalam batas normal
b. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
c. Menjaga berat badan ideal
d. Menguatkan tulang dan otot
e. Meningkatkan kelenturan tubuh
f. Meningkatkan kebugaran tubuh
2. Manfaat psikis
11

a. Mengurangi stres
b. Meningkatkan rasa percaya diri
c. Membangun rasa sportivitas

2.2.3 Pengukuran Aktivitas Fisik


Empat dimensi dari aktivitas fisik meliputi
1. Mode atau tipe, merupakan aktivitas fisik spesifik yang dilakukan
(contoh: berjalan, berkebun, bersepeda).
2. Frekuensi, merupakan jumlah sesi per hari atau per minggu.
3. Durasi, merupakan lamanya aktivitas (menit atau jam) selama
jangka waktu tertentu.
4. Intensitas, merupakan tingkat pengeluaran energi yang
merupakan indikator dari kebutuhan metabolik dari sebuah
aktivitas (Hasil aktivitas fisik dalam peningkatan pengeluaran
energi di atas tingkat istirahat, dan tingkat pengeluaran energi
berhubungan langsung dengan intensitas aktivitas fisik.

2.2.4 Klasifikasi Aktivitas Fisik


Berdasarkan tingkat intensitasnya, aktivitas fisik dibagi menjadi
aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat. Aktivitas fisik berat adalah
kegiatan yang terus menerus dilakukan minimal selama 10 menit
sampai denyut nadi dan napas meningkat lebih dari biasanya,
contohnya ialah menimba air, mendaki gunung, lari cepat, menebang
pohon, mencangkul, dll (Harahap dkk, 2020).
Sedangkan aktivitas fisik sedang apabila melakukan kegiatan fisik
sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari atau lebih dengan
durasi beraktivitas minimal 150. menit dalam satu minggu. Selain
kriteria di atas maka termasuk aktivitas fisik ringan (Hadi, 2020).

2.2.5 Metode Penilaian Aktivitas Fisik


12

Menilai tingkat aktivitas fisik pasien dengan memberikan


pertanyaan terstruktur tentang tingkatan aktivitas fisik yang telah
dilakukan selama 7 hari sebelumnya dengan menggunakan kuesioner
IPAQ yang berisi sederetan pertanyaan yang terperinci kepada
responden. Adapun langkah-langkah pengumpulan data yaitu
(Rahmah, 2021):
1. Melakukan pemilihan sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
2. Pendekatan secara informal kepada sampel yang diteliti dengan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta memberikan
lembar persetujuan dan jika sampel bersedia untuk diteliti maka
harus menandatangani lembar persetujuan dan jika sampel
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
menghormati haknya
3. Sampel bersedia menjadi responden dan sudah menandatangani
lembar persetujuan, kemudian diberikan kuesioner IPAQ yang
telah disiapkan dan mendampingi sampel serta menjelaskan tata
cara pengisian kuesioner tersebut.
4. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.
5. Melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah diisi dalam
kuesioner.
6. Mengelola data yang telah diperoleh dari pengisian kuesioner.

2.3 Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit di pembuluh darah
yang mengalami gangguan sehingga membuat nutrisi dan oksigen
yang ada di dalam darah mengalami penghambatan ke jaringan tubuh
(Norkhalifah and Mubin, 2022). Seseorang dikatakan hipertensi jika
140
memiliki darah yang tekanannya ≥ mmHg (milimeter Hidragyrum
90
atau milimeter air raksa) (Takhani and Riniasih, 2022).
Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat
seperti serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke. Apalagi di masa
13

sekarang ini, pola makan masyarakat Indonesia yang sangat menyukai


makanan berlemak dan yang berasa asin atau gurih, terutama makanan
cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol tinggi
juga sering dituduh sebagai penyebab utama penyakit hipertensi di
samping karena adanya faktor keturunan (Sulastri and Astuti, 2020).

2.3.2 Patofisiologi Hipertensi


Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiostensin II dari angiostensin I oleh Angiostensin I Converting
Enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiostensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin(diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiostensin I diubah menjadi angiostensin II.
Angiostensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama (Cholifah and Sokhiatun, 2022).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urine. Meningkatnya ADH, sangat sedikit urin diekskresikan
keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi (antidiuresis), menjadi
pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan
dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Naqiyya, 2020).
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki
peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
14

cairan ekstraseluler pada gilirannya akan meningkatkan volume


tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan
multifaktorial dan sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut merubah
fungsi tekanan darah terhadap jaringan. Patogenesis hipertensi
esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik,
asupan garam dalam diet, tingkat stres dapat berinteraksi untuk
memunculkan gejala hipertensi (Septya dkk, 2021).
2.3.3 Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu Hipertensi
primer dan Hipertensi sekunder (Wirakhmi and Purnawan, 2021)
a) Hipertensi primer (essensial atau idiopatik) merupakan peningkatan
tekanan darah tanpa diketahui penyebabnya dan berjumlah 90%-95%
kasus hipertensi. Faktor yang berkontribusi dalam hipertensi primer
meliputi peningkatan aktivitas Symphatetik Nervous system (SNS),
produksi sodium-retaining hormones berlebihan dan vasokontriksi,
peningkatan masukan natrium, berat badan berlebihan, Diabetes
Mellitus dan konsumsi alkohol berlebihan.
b) Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah dengan
penyebab yang spesifik dan biasanya dapat diidentifikasi. Hipertensi
sekunder diderita oleh 10-55% dari semua penderita hipertensi orang
dewasa, Ignativicus. Workman & Winkelman menyatakan bahwa
penyebab hipertensi sekunder meliputi penyakit ginjal,
aldosteronisme prime,pheochromacytom,cushing’s koartasio aorta
(penyempitan pada aorta) tumor otak, ensefalitis kehamilan dan obat
(estrogen misalnya kontrasepsi oral, glukokortikoid, mineralkortikoid,
simpatomietik.

2.2.4. Klasifikasi Hipertensi


Hipertensi sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat,
berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole
95-104, hipertensi sedang tekanan diastolenya 105-114, sedangkan
hipertensi berat tekanan diastolenya >115. Kenaikan tekanan darah yang
15

sangat drastis pada seorang penderita merupakan suatu keadaan emergensi


bila terjadi kerusakan secara cepat dan progresif dari sistem saraf sentral,
miokardinal, dan ginjal (Rahmawati, Suryandari and Rizqiea, 2020).
Hipertensi emergensi (krisis) dikarakteristikkan dengan peningkatan
tekanan darah mencapai >180/120 dengan disertai adanya keterlibatan
kerusakan organ, contoh organ yang terlibat diantaranya otak, mata,
jantung dan ginjal. Sedangkan hipertensi urgensi adalah peningkatan
tekanan darah mencapai >180/120 namun tanpa disertai adanya
keterlibatan kerusakan organ (Charissa, 2021).

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi


Tekanan Darah Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80


Pre-Hipertensi 120-139 Atau 80 – 89
Hipertensi st. 1 140-159 Atau 90 – 99
Hipertensi st. 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Berdasarkan tabel 1.1 dan teori yang telah dipaparkan yaitu tekanan darah
yang dimiliki ada yang normal, pre-hipertensi, Hipertensi st. 1, dan
Hipertensi st. 2.

2.2.5 Faktor Risiko Hipertensi


Faktor risiko adalah faktor–faktor atau keadaan-keadaan yang
mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan.
Istilah mempengaruhi disini mengandung pengertian menimbulkan
risiko lebih besar pada individu atau masyarakat untuk terjangkitnya
suatu penyakit atau terjadinya status kesehatan tertentu (Nurlinda dkk,
2022)
a) Genetik
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua
maka dugaan hipertensi esensial akan menjadi lebih besar.
Hipertensi juga ada pada penderita yang kembar monozigot apabila
16

salah satunya menderita hipertensi maka yang lainnya akan


menderita hipertensi. Dugaan ini mendukung bahwa faktor genetik
mempunyai peran yang kuat dalam terjadinya hipertensi.
b) Jenis kelamin
Hipertensi lebih mudah terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki banyak faktor
risiko untuk terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan dan pola
makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi pada perempuan
peningkatan risiko yang sangat curam setelah terjadi setelah masa
menopause.
c) Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam
daripada orang yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui
secara pasti penyebabnya. Namun, pada orang kulit hitam
ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap
vasopresin lebih besar.
d) Umur
Semakin bertambahnya umur, maka akan semakin besar pula
risiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Menurut Departemen
Kesehatan tahun 2010 prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50
tahun berkisar antara 15%-20%. Kondisi yang berkaitan dengan usia
ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-
arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta kehilangan daya penyesuaian diri.
Dinding yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah
yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah
gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi
(sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik).
e) Berat Badan Lebih
Hipertensi dan berat badan berlebihan sangat berhubungan.
Seseorang yang memiliki berat badan yang berlebihan lebih tinggi
17

risiko terkena hipertensi. Kenaikan berat badan atau bisa disebut


dengan obesitas merupakan salah satu faktor risiko hipertensi.
Hubungan antara berat badan yang berlebih dengan hipertensi
yaitu ada kaitannya pada indeks massa tubuh. Seseorang yang
mengalami kenaikan berat badan sekitar 4 sampai 25 kg, maka
seseorang tersebut memiliki tingkat risiko yang tinggi terkena
hipertensi. Sehingga, semakin tinggi risiko seseorang terkena
hipertensi jika berat badanya mengalami kenaikan yang cukup
banyak.
f) Stres
Stres merupakan penyebab keadaan seseorang terdapat stresor
dan memiliki tujuan untuk terbangunnya kembali tubuh seimbang
secara optimal. Tekanan darah meningkat jika seseorang tersebut
mengalami stres. Jika seseorang tersebut stres maka hormon
adrenalin meningkat sehingga dapat memicu tekanan darah yang
meningkat dan denyut jantung yang meningkat juga. Jika stres yang
dialami seseorang berkelanjutan maka berakibat pada tekanan darah
yang tinggi dan menyebabkan seseorang tersebut terkena hipertensi.
g) Kurang Aktivitas
Seseorang yang kurang beraktivitas juga dapat menyebabkan
risiko hipertensi. Karena jika seseorang yang melakukan aktivitas
fisik ¿ 150 menit/ minggu maka besar kemungkinan seseorang
tersebut terkena hipertensi. Sehingga sangat dianjurkan untuk
melakukan Latihan fisik.
h) Konsumsi Garam berlebihan
Garam adalah salah satu zat yang penting untuk menunjang
aktivitas otot dan saraf manusia. Garam juga dapat mempengaruhi
keseimbangan cairan tubuh. Apabila garam dikonsumsi secara
berlebihan maka dapat meningkatkan risiko hipertensi. Seseorang
terbiasa mengkonsumsi garam dengan kadar rendah maka berakibat
pada tekanan darahnya menurun. Jika seseorang terbiasa dengan
mengkonsumsi garam dengan kadar tinggi dapat menyebabkan
18

tekanan darah meningkat (Fitriani dkk, 2022).

2.4 Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi


Pola makan adalah informasi atau gambaran tentang jenis makanan
yang setiap hari dikonsumsi. Seseorang yang memiliki pola makan sehat
dan teratur dapat memberikan kesehatan untuk tubuh. Pola makan
diketahui sebagai salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi contohnya
yaitu asupan natrium. Asupan natrium yang tinggi berhubungan erat
dengan kejadian hipertensi. Hal ini dilakukan oleh penelitian bahwa
responden yang mengkonsumsi natrium tinggi per harinya memiliki
peluang yang lebih besar mengalami hipertensi (Harmiati dkk, 2019).
Semakin banyak asupan makan, maka kejadian hipertensi semakin
meningkat. Komposisi makanan yang dimaksud adalah asupan
karbohidrat, lemak dan total kalori. Masih banyak zat lain yang juga
berpengaruh terhadap tekanan darah. Kalori, vitamin C, dan kalsium
adalah beberapa dari zat tersebut. Kalori merupakan satuan energi bagi
tubuh yang berasal dari asupan makan. Apabila kalori yang masuk tubuh
lebih banyak dibandingkan kalori yang dikeluarkan dalam bentuk energi,
hal ini akan ditimbun dalam lemak tubuh (Romadona dkk., 2021).
Kemudian diketahui adanya hubungan antara asupan karbohidrat
dengan kejadian hipertensi. Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi
yang sangat penting karena karbohidrat merupakan energi utama bagi
tubuh. Namun, apabila energi yang diperoleh dari makanan tersebut lebih
banyak daripada energi yang dikeluarkan oleh tubuh maka dapat
menimbulkan penumpukan lemak yang dapat menyebabkan obesitas.
Almatsier menyatakan bahwa asupan karbohidrat yang tinggi dapat
menimbulkan obesitas. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat
berisiko meningkatkan prevalensi penyakit kardiovaskular termasuk
penyakit hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian Nugroho mengatakan
adanya hubungan antara asupan lemak dengan kejadian hipertensi
(Nugroho dkk, 2019).
Jika tubuh memiliki lemak yang tinggi maka dapat menyebabkan
19

datangnya hipertensi. Apabila lemak yang di dalam tubuh tinggi maka


terdapat lemak yang menumpuk dan menyebabkan tumbuhnya plak di
dalam pembuluh darah. Sehingga hal tersebut menyebabkan meluasnya
plak sampai pada lumen lainnya dan mengakibatkan sumbatan di
pembuluh darah (Lakoro dkk, 2023).
Aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh
dan sistem penunjangnya dari setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas
fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan
secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian global. Aktivitas
fisik mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif
melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung
yang lebih tinggi (Laili, 2019).
Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah,
makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama 30 menit/ hari
dalam 1 minggu atau 20 menit/ hari selama 5 hari dalam satu minggu
dengan intensitas berat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Para ahli
epdemiologi membagi aktivitas fisik kedalam 2 kategori, yaitu aktivitas
fisik terstruktur (kegiatan olahraga) dan aktivitas fisik tidak terstruktur
(kegiatan sehari-hari seperti berjalan, bersepeda dan bekerja (Lestari dkk,
2020).

2.5 Penelitian yang Relevan


1.1.1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Firdaus dan Windu CHN
Suryaningrat pada tahun 2020 dengan judul Hubungan Pola Makan
Dan Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Di Kapuas Hulu. Memiliki desain penelitian yaitu desain potong
lintang (cross-sectional). Kemudian populasi di penelitian ini
berjumlah 1050 orang dan sampelnya berjumlah 100 orang pasien.
20

Terdapat 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat yang digunakan pada


penelitian ini. Variabel terikatnya yaitu berupa tekanan darah
sedangkan variabel bebasnya berupa pola makan dan aktivitas fisik.
Sehingga, penelitian ini menghasilkan hasil bahwa aktivitas fisik
memiliki hubungan yang bermakna dengan kontrol tekanan darah
(Firdaus and Suryaningrat, 2020).
1.1.2. Penelitian yang dilakukan oleh Tori Rihiantoro dan Muji Widodo
pada tahun 2017 dengan judul Hubungan Pola Makan dan Aktivitas
Fisik dengan Kejadian Hipertensi di Kabupaten Tulang Bawang.
Memiliki desain penelitian berupa pendekatan case control, dimana
peneliti berusaha melihat kebelakang (backward looking) terhadap
beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
meliputi pola makan dan aktivitas fisik. Kemudian populasi di
penelitian ini berjumlah 267 orang dan sampelnya berjumlah 32
orang. Terdapat 2 variabel bebas yaitu pola makan dan aktivitas fisik
serta 1 variabel terikat yaitu kejadian hipertensi. Sehingga, penelitian
ini menghasilkan hasil bahwa ada hubungan antara pola makan
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tulang Bawang I, dimana
pola makan buruk berisiko untuk menderita hipertensi 4,31 kali lebih
besar dibandingkan dengan pola makan baik. Hasil penelitian juga
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas Tulang Bawang I, dimana responden
yang melakukan aktivitas fisik ringan berisiko mengalami hipertensi
sebesar 2,255 kali lebih besar dibandingkan dengan yang melakukan
aktivitas fisik sedang dan berat (Rihiantoro and Widodo, 2018).
1.1.3. Penelitian yang dilakukan oleh Ivan Wijaya, Rama Nur Kurniawan. K,
dan Hardianto Haris pada tahun 2020 dengan judul hubungan gaya
hidup dan pola makan terhadap kejadian hipertensi diwilayah kerja
Puskesmas Towata Kabupaten Takalar. Memiliki desain penelitian
berupa rancangan cross sectional study. Kemudian populasi di
penelitian ini berjumlah 74 orang dan sampelnya berjumlah 41 orang.
Terdapat 2 variabel bebas dalam penelitian ini yaitu gaya hidup dan
21

pola makan serta terdapat 1 variabel terikat yaitu berupa kejadian


hipertensi. Sehingga, penelitian ini menghasilkan hasil bahwa ada
hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi
(pvalue=0,031), tidak ada hubungan kebiasaan aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi (pvalue=0,619), ada hubungan kebiasaan
mengkonsumsi garam dapur dengan kejadian hipertensi
(pvalue=0,006) dan ada hubungan kebiasaan mengkonsumsi lemak
dengan kejadian hipertensi (pvalue=0,000) (Wijaya and Haris, 2020).
1.1.4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhaida dan Jeki Refialdinata pada
tahun 2021 dengan judul hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Air Dingin
Padang. Memiliki desain penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Kemudian populasi di penelitian ini yaitu
seluruh lansia di Puskesmas Air Dingin dan sampelnya berjumlah 105
orang. Kemudian terdapat 2 variabel bebas yaitu pola makan dan
aktivitas fisik serta memiliki 1 variabel bebas berupa kejadian
hipertensi. Sehingga, penelitian ini menghasilkan hasil bahwa pola
makan dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi didapatkan
bahwa dari 105 responden didapatkan (90.5 %) responden memiliki
pola makan kurang baik, didapatkan (67.6%) responden memiliki
aktivitas yang kurang baik di Puskesmas Air Dingin Padang. Ada
hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian
hipertensi, p Value 0.037 (p < α (0.05) ada hubungan yang bermakna
antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi ( p value 0,000 (p < α
(0,05)) di Puskesmas Air Dingin Padang tahun 2009 (Nurhaida and
Refialdinata, 2021).
1.1.5. Penelitian yang dilakukan oleh Ajikwa Ari Widianto, Muhammad
Fadhol Romdhoni, Dewi Karita, Mustika Ratnaningsih Purbowati
pada tahun 2018 dengan judul Hubungan Pola Makan Dan Gaya
Hidup Dengan Angka Kejadian Hipertensi Pralansia Dan Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran. Memiliki desain penelitian
crosssectional dengan data primer yaitu pengisian kuesioner pola
22

makan dan gaya hidup serta pengukuran tekanan darah. Kemudian


populasi di penelitian ini berjumlah 2287 orang dan sampelnya
berjumlah 50 responden. Terdapat 2 variabel bebas dalam penelitian
ini yaitu pola makan dan gaya hidup. Kemudian terdapat 1 variabel
bebas berupa kejadian hipertensi. Sehingga, penelitian ini
menghasilkan hasil terdapat hubungan pola makan dan gaya hidup
dengan angka kejadian hipertensi pada pralansia dan lansia di wilayah
kerja Puskesmas I Kembaran, dimana pola makan dan gaya hidup
yang tidak baik memicu angka kejadian hipertensi yang lebih tinggi
(Widianto dkk, 2018).

2.6 Kerangka Teori

Berikut ini adalah kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Pola Makan
1. Natrium
2. Lemak
3. Karbohidrat

Hipertensi
Aktivitas Fisik
1. Aktivitas ringan
2. Aktivitas sedang
3. Aktivitas berat

Sumber: Modifikasi Siti Ahlan, 2020


Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep


Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas (independent) dan
variabel terikat (dependent). Variabel terikatnya yaitu berupa kejadian
hipertensi dan variabel bebasnya berupa pola makan dan aktivitas fisik.
Berikut ini adalah kerangka konsep pada penelitian ini, yaitu:

Pola Makan
Kejadian Hipertensi

Aktivitas Fisik
23

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis
H0 : Tidak ada Hubungan Pola Makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada orang dewasa di desa Gunung Terang Kabupaten Tulang
Bawang Barat.
Ha : Ada Hubungan Pola Makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada orang dewasa di desa Gunung Terang Kabupaten
Tulang Bawang Barat.
23

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Jenis penelitian di penelitian ini yaitu kuantitatif. Rancangannya
menggunakan analitik dengan cara menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi. Sehingga pendekatan yang dipergunakan
berupa pendekatan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan rancangan crosssectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Desa Gunung terang Kabupaten Tulang
Bawang Barat. Waktu penelitian diperkirakan dilakukan mulai bulan Mei
2023 - Juli 2023.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi adalah kelompok orang maupun benda yang sebagian
dijadikan sebagai sampel dengan ketentuan yang berlaku (Darmarani,
Darwis and Mato, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah
Masyarakat di Desa Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 560 orang yang diambil
berdasarkan jumlah orang dewasa yang terkena hipertensi di Desa
Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah perwakilan dari jumlah populasi yang digunakan
sebagai data di penelitian (Rohana, 2023). Berikut ini adalah kriteria
sampel, antara lain:
inklusi:
a) Pasien yang terkena hipertensi.
b) Masyarakat yang sudah dewasa (umur lebih dari 21).
c) Sukarela menjadi sampel dan bersedia di teliti.
24

d) Dalam keadaan sehat.

Pengambilan sampel dilakukan secara non probability dengan cara


kemudahan atau accidental. Berikut ini cara memperoleh sampelnya
dengan menggunakan rumus solvin, yaitu:
N
n= 2
1+ N ( d )
560
¿ 2
1+ 560 ( 0 ,1 )
560
¿
1+(560)(0 , 01)
560
¿
1+ 5 ,6
560
¿
6,6
¿ 84 ,8
Keterangan:
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 84
orang, dengan 42 orang terkena hipertensi dan 42 orang dalam
keadaan sehat.

3.3.3 Teknik Sampling


Teknik sampling yaitu cara yang digunakan peneliti dalam proses
pengambilan sampel. Teknik sampling yang dipergunakan adalah simple
random sampling. Simple random sampling adalah proses sampel yang
diambil acak dengan tujuan agar responden yang lain memiliki
kesempatan untuk ikut serta di dalam penelitian. Sampel yang digunakan
memiliki kriteria, diantaranya:
a) Siap dijadikan sebagai responden.
b) Responden yang dilibatkan berusia ≥ 21 tahun.
c) Dapat menulis maupun membaca.
25

d) Penglihatan dan pendengaran yang dimiliki bersifat normal.

3.4 Variabel
Berikut ini adalah variabel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini,
diantaranya:
3.4.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Sehingga, variabel independen pada penelitian ini yaitu pola makan dan
aktivitas fisik.
3.4.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel atau variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian hipertensi.

3.5 Definisi Operasional


Definisi Operasional merupakan susunan secara detail tentang instruksi
penetapan variabel yang diukur. Berikut ini adalah definisi operasional yang
digunakan pada penelitian, antara lain:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Kejadian Kejadian Sphygmoma 1. Normal jika tekanan Ordinal
Hipertensi Hipertensi adalah nometer atau darah sistolik ≤ 120/90
Suatu kondisi tensi meter mmHg
dimana tekanan 2. Hipertensi jika tekanan
darah responden darah sistolik > 120/90
yang ditunjukkan mmHg (Nababan, 2020)
melalui besarnya
angka
sistoliknya
melebihi 120
26

mmHg.
2. Pola Makan Pola Makan Kuesioner 1. Tidak baik jika jumlah Ordinal
meliputi berbagai FFQ nilai rata – ratanya
macam jenis bahan berjumlah 0-14.
makanan atau 2. Baik jika jumlah nilai
olahan yang rata-ratanya berjumlah
dikonsumsi, jumlah 15-50.
asupan makanan,
dan frekuensi
makan yang
dilakukan. Hal ini
mencakup jenis
makanan pokok,
laup pauk (baik
yang berasal dari
hewan atau
tumbuhan), serta
sayur dan buah.

3. Aktivitas Aktivitas fisik Kuesioner 1. 1= Ringan : 0 MET- Rasio


Fisik adalah kegiatan IPAQ menit/minggu
sehari-hari yang 2. 2= Sedang : 600- 3000
berhubungan dengan MET-menit/minggu
fisik. 3. 3= Berat : > 3000 MET-
menit/minggu

3.6 Etika Penelitian


Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mendapatkan persetujuan
laik etik dari Komisi Etik Universitas Mitra Indonesia dengan nomor
S.25/061/FKES10/2022. Peneliti harus memperhatikan masalah tentang etika
penelitian, diantaranya (KM, 2020):
3.6.1 Subjek yang digunakan harus diperlakukan secara manusiawi. Peneliti
27

memberikan kebebasan kepada responden untuk bersedia atau tidak


menjadi responden dengan suka rela. Jika responden setuju maka
peneliti memintanya untuk mengisi lembar persetujuan dan
ditandatangani oleh responden.
3.6.2 Peneliti memberikan lembar persetujuan untuk kesediaan menjadi
responden. Kemudian peneliti bertanya kepada responden bersedia atau
tidak mengikutsertakan dirinya di penelitian ini. Peneliti menghargai
semua keputusan responden bahwa responden bersedia atau tidak untuk
mengikuti proses penelitian ini. Jika responden sudah menyetujuinya
maka responden menandatangani lembar persetujuannya. Setelah itu
peneliti melakukan wawancara kepada responden tersebut.
3.6.3 Peneliti melakukan penelitian berdasarkan prosedur yang berlaku untuk
memperoleh hasil maksimal.
3.6.4 Jika responden memberikan jawaban yang sifatnya rahasia maka
peneliti menjamin bahwa data tersebut hanya peneliti dan kelompok
tertentu saja yang mengetahuinya.
3.6.5 Penelitian ini tidak membahayakan responden dan peneliti harus
berusaha untuk melindunginya. Jika saat proses berlangsungnya
penelitian kondisi responden tidak stabil maka peneliti menghentikan
dulu proses pengambilan data. Sehingga pengambilan data dilakukan
setelah responden berada pada kondisi yang stabil.
3.6.6 Peneliti memberikan perlakuan yang sama terhadap respondenya.
3.6.7 Kerahasiaan tetap dijaga oleh peneliti atas semua informasi yang
diberikan responden. Responden bebas memberikan informasi apapun
karena kerahasiaan akan dijamin tidak diberikan ke siapapun karena
informasi ini hanya guna untuk penelitian.

3.7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data


3.7.1 Jenis data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang di dapatkan dari penelitian
secara langsung. Sedangkan data primer di penelitian ini yaitu data yang
28

langsung dikumpulkan dari objek penelitian berupa data yang diperoleh dari
pengukuran tekanan darah responden. Kemudian data sekunder adalah data
yang diperoleh berdasarkan sumber yang sudah ada. Data sekunder di
penelitian ini yaitu berupa dokumen atau catatan terkait dengan hipertensi.

3.7.2 Cara pengumpulan data


a) Sebelum Penelitian
Berikut ini adalah langkah yang dilakukan peneliti sebelum
melakukan penelitian, antara lain:
1) Tanya terlebih dahulu dan melakukan permohonan izin kepada
kepala desa untuk dapat memberikan izin melakukan penelitian
disini.
2) Kemudian jika izin sudah didapatkan dari kepala desa maka
peneliti meminta dan memohon izin juga pada bapak/ibu selaku
masyarakat desa tempat penelitian agar bersedia terlibat dalam
penelitian sebagai sampel penelitian. Sebelum memohon izin
peneliti terlebih dahulu menjelaskan terkait dengan tujuan dan
manfaat penelitian yang akan dilaksanakan.
3) Sampel ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
4) Kemudian peneliti mengumpulkan data dengan cara datang ke
rumah warga satu persatu sesuai dengan kebutuhan.
b) Saat Penelitian
Setelah langkah sebelum penelitian dilakukan maka di lakukan
dengan cara melakukan pengukuran tekanan darah yang dibantu oleh
bidan. Sebelum dilakukan tekanan darah bidan memberikan pengarahan
terlebih dahulu. Kemudian berikut ini adalah data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, antara lain:
1) Data Primer
(a) Identitas sampel
Identitas sampel berupa nama, alamat, umur, pekerjaan, dan
Pendidikan yang di dapatkan dari wawancara.
(b) Data Pola Makan
29

Data pola makan didapatkan dengan cara kuesioner.


(c) Data Aktivitas Fisik
Data aktivitas fisik diperoleh melalui kuesioner.
(d) Pengukuran Tekanan Darah
Data tekanan darah diperoleh dari pemeriksaan yang
dilakukan oleh bidan dan dibantu peneliti menggunakan alat tensi,
kemudian jika itu sudah dilakukan maka memperoleh data tentang
tekanan darah. Berikut ini adalah Langkah yang dilakukan untuk
mengukur tekanan darah, antara lain:
(1) Peneliti dan bidan memberikan tujuan dan wawasan terkait
dengan tekanan darah.
(2) Peneliti dan bidan memakai sarung tangan dan memasangkan
tensimeter untuk mengukur tekanan darah.
(3) Peneliti membantu bidan untuk melilitkan manset di lengan
atas responden dengan tepi bawah manset yang berjarak
sekitar satu inci diatas fosa antecubital.
Kemudian peneliti menempatkan stetoskop diatas
arteribrakialis tepat dibawahnya tepi manset.
(4) Lakukan Teknik pompa manset dengan gerakan cepat dan
teratur hingga tekanan mencapai 180 mmHg untuk ukuran
dewasa.
(5) Kemudian tekanan udara di manset diturunkan dengan cara
pelan-pelan dan katup pada pompa dibuka. Turunkan tekanan
udara pada manset secara perlahan dengan membuka katup
pada pompa. Tekanan mengalami penurunan dengan
kecepatan kurang lebih 3mm/detik.
(6) Kemudian tetap dilakukan pendengaran dengan
menggunakan stetoskop. Jika terdapat suara detakan pertama
merupakan tekanan sistolik pasien.

2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan pengumpulan data sesuai dengan
pencarian yang dilakukan peneliti di Desa Gunung terang
30

Kabupaten Tulang Bawang Barat. Data sekunder yang digunakan


dalam penelitian yaitu data penduduk dan gambaran umum lokasi
di Gunung terang Kabupaten Tulang Bawang Barat.

3.8 Pengolahan Data


3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan jika telah terkumpulnya data,
kemudian di analisis dan dioleh secara manual. Berikut ini data yang
dilakukan pengolahan, antara lain:
a) Data pola makan
Data pola makan ini pengumpulannya menggunakan metode FFQ
dengan setiap jawabannya diberikan skor, antara lain:
Tabel 3.2 Penskoran Data Pola Makan
Data Pola Makan Skor
>1/hari 50
1x/hari 25
3- 6x/minggu 15
1-2x/minggu 10
2x/bulan 5
tidak pernah 0

Setelah dilakukan penskoran terkait dengan data pola makanan,


maka Langkah selanjutnya menjumlahkan skor yang diperoleh dan
mencari rata-ratanya dengan menggunakan rumus
Jumlah Skor

Jumlah Bahan Makanan


Kemudian setelah diperoleh datanya maka hasil data tersebut
dikategorikan. Dikategorikan tidak baik jika jumlah rata – rata skornya
yaitu 0-14 dan dikatakan baik jika nilai ratanya berjumlah 15-50.
b) Aktivitas Fisik
IPAQ adalah salah satu jenis instrumen yang dirancang terutama
untuk mengumpulkan data dan mengukur aktivitas fisik di kalangan
orang dewasa. IPAQ berisikan pertanyaan tentang jenis aktivitas, durasi
31

dan frekuensi seseorang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu 7


hari terakhir dan merupakan suatu metode yang direkomendasikan untuk
menilai suatu data yang berasal dari telepon/wawancara. Berikut ini
adalah skor aktivitas fisik dengan menggunakan rumus
METs-min/minggu = METs Level (jenis aktivitas) x Jumlah Menit
Aktivitas x Jumlah hari/minggu

Total MET-menit/minggu = aktivitas berjalan (METs x durasi x


frekuensi) + aktivitas sedang (METs x
durasi x frekuensi) + aktivitas berat
(METs x durasi x frekuensi)
Keterangan :
MET untuk berjalan : 3,3
MET untuk aktivitas sedang : 4,0
MET untuk aktivitas berat : 8,0
1= Ringan : 0 MET-menit/minggu
2= Sedang : 600- 3000 MET-menit/minggu
3= Berat : > 3000 MET-menit/minggu

Klasifikasi aktivitas fisik dibagi menjadi 3 yaitu :


1. Aktivitas Ringan
Merupakan level terendah dalam aktivitas fisik. Seseorang
yang termasuk kategori ini adalah apabila tidak melakukan aktivitas
apapun atau tidak memenuhi kriteria sedang maupun berat.
2. Aktivitas Sedang
Kombinasi berjalan, aktivitas fisik dengan intensitas sedang
atau keras selama 5 hari atau lebih yang menghasilkan total aktivitas
fisik dengan minimal 600 MET-menit/minggu.
3. Aktivitas Berat
Dikatakan aktivitas berat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas keras selama 3 hari
atau lebih yang menghasilkan sebanyak 1500 MET-menit/
minggu.
32

b) Melakukan kombinasi berjalan, aktivitas dengan intensitas keras


selama 7 hari atau lebih yang menghasilkan total aktivitas fisik
minimal sebanyak 3000 MET-menit/minggu

c) Hipertensi
Tensi meter atau Sfigmomanometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan darah seseorang. Kemudian data yang diperoleh
di entri di komputer dengan cara mengukur tekanan darah terlebih dahulu
kemudian entri data. Entri data yang dipergunakan dengan cara
mengategorikan kejadian hipertensi. Tekanan darah sesuai sistolik yaitu
jika tekanan darah sistolik ≤120 mmHg maka tekanan darah tersebut
dikategorikan sebagai normal dan dikategorikan sebagai hipertensi jika
tekanan darah sistolik >120 mmHg.

3.9 Analisis Data


3.9.1 Analisa Univariat
Analisa unvariat adalah sebuah analisis yang memberikan
gambaran tentang variabel yang digunakan pada distribusi frekuensi
dan kemudian dilakukan analisis sesuai dengan persentase.
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji Chi-Square. Pengambilan Keputusan berdasarkan probabilitas (p)
jika p < 0,05 maka ho ditolak artinya ada Hubungan Pola Makan dan
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada orang dewasa di
Desa Gunung terang Kabupaten Tulang Bawang Barat.

DAFTAR PUSTAKA
33

Abdurrosidi, A., Novitasari, D. And Khasanah, S., 2021. Hubungan Aktifitas


Fisik Dengan Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Uptd
Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas. In: Seminar Nasional
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Pp.1214–1224.
Adam, L., 2019. Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jambura Health And
Sport Journal, 1(2), Pp.82–89.
Ajiningtyas, E.S., Fatimah, S. And Rahmayanti, R., 2019. Hubungan Antara
Asupan Makanan, Stres, Dan Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi Pada Usia
Menopause Di Puskesmas Pangkalan Lada. Jurnal Kebidanan, 9(1).
Amanati, S. And Jaleha, B., 2023. Hubungan Antara Aktifitas Fisik Terhadap
Cardiorespiratory Fitness. Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 7(1), Pp.30–
33.
Charissa, O., 2021. Gambaran Tekanan Darah Lanjut Usia (Lansia) Di Sentra
Vaksinasi Covid-19 Universitas Tarumanagara Jakarta. Tarumanagara
Medical Journal, 3(2), Pp.361–368.
Cholifah, N. And Sokhiatun, S., 2022. Pengaruh Diet Tinggi Serat Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 13(2), Pp.412–420.
Darmarani, A., Darwis, D. And Mato, R., 2020. Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia Yang Menderita Hipertensi Di Desa
Buntu Buda Kecamatan Mamasa. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis,
15(4), Pp.366–370.
Firdaus, M. And Suryaningrat, W.C., 2020. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas
Fisik Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Kapuas Hulu.
Majalah Kesehatan Fkub, 7(2), Pp.110–117.
Fitriani, D., Hutasuhut, A.F. And Riansyah, R., 2022. Hubungan Antara Indeks
Massa Tubuh Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Karyawan Di Universitas Malahayati Bandar Lampung. Mahesa:
Malahayati Health Student Journal, 2(2), Pp.308–319.
Hadi, F.K., 2020. Aktivitas Olahraga Bersepeda Masyarakat Di Kabupaten
Malang Pada Masa Pandemi Covid-19. Sport Science And Education
Journal, 1(2).
34

Harahap, N.L., Lestari, W. And Manggabarani, S., 2020. Hubungan Keberagaman


Makanan, Makanan Jajanan Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Remaja
Di Kabupaten Labuhan Batu. Nutr Diaita, 12(2), Pp.45–51.
Harahap, Siti Ahlan Sarmadani, 2020. "Hubungan Pola Makan dan Aktivitas
Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Berusia ≥ 55 Tahun di
Indonesia Berdasarkan Analisis Data Riskesdas Tahun 2020". Jakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
Harmiati, H., Noviyanti, W.O.N. And Salam, A., 2019. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Poli
Umum Di Puskesmas Lainea Kab. Konawe Selatan. Miracle Journal Of
Public Health, 2(1), Pp.64–76.
Herawati, N.T., Alamsyah, D. And Hernawan, A.D., 2020. Hubungan Antara
Asupan Gula, Lemak, Garam, Dan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Usia 20–44 Tahun Studi Kasus Posbindu Ptm Di Desa
Secapah Sengkubang Wilayah Kerja Puskesmas Mempawah Hilir.
Jumantik, 7(1), Pp.34–43.
Kadir, S., 2019. Pola Makan Dan Kejadian Hipertensi. Jambura Health And Sport
Journal, 1(2), Pp.56–60.
Khan, H.I.A., 2023. Hubungan Kejadian Hipertensi Dengan Fungsi Kognitif
Lansia: Relationship Between Hypertension And Cognitive Function In The
Elderly. Journal Of Holistics And Health Sciences (Jhhs), 5(1), Pp.120–134.
Km, I.S., 2020. Etika Dan Perilaku Kesehatan. Absolute Media.
Komalasari, S., 2022. Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak, Status Gizi Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Pekon Tambah Rejo Barat Kabupaten
Pingsewu. Jurnal Gizi Aisyah, 5(2), Pp.52–58.
Kurniawan, I. And Sulaiman, S., 2019. Hubungan Olahraga, Stress Dan Pola
Makan Dengan Tingkat Hipertensi Di Posyandu Lansia Di Kelurahan
Sudirejo I Kecamatan Medan Kota. Journal Of Health Science And
Physiotherapy, 1(1), Pp.10–17.
Laili, N., 2019. Analisis Hubungan Tingkat Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian
Resiko Jatuh Pada Pasien Fraktur Di Rsud Mardi Waluyo Blitar. Jurnal
Ilmiah Keperawatan, 14(2), Pp.119–130.
35

Lakoro, A., Handian, F.I. And Susanti, N., 2023. Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pralansia Di Puskesmas Bualemo. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Media Husada, 12(1), Pp.15–25.
Lestari, P., Yudanari, Y.G. And Saparwati, M., 2020. Hubungan Antara Aktifitas
Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Di Puskesmas Kedu
Kabupaten Temanggung. Jkp (Jurnal Kesehatan Primer), 5(2), Pp.89–98.
Listyandini, R., Pertiwi, F.D. And Riana, D.P., 2020. Asupan Makan, Stress, Dan
Aktivitas Fisik Dengan Sindrom Metabolik Pada Pekerja Di Jakarta. An-
Nur: Jurnal Kajian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat, 1(1),
Pp.19–32.
Masyudi, M., 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Lansia Dalam
Mengendalikan Hipertensi. Action: Aceh Nutrition Journal, 3(1), Pp.57–64.
Munawaroh, N., 2023. Edukasi Pencegahan Hipertensi Dengan Menerapkan Pola
Hidup Sehat Di Desa Sanding Malangbong Kabupaten Garut. Jpm: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(1), Pp.167–172.
Naqiyya, N., 2020. Potensi Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Antihipertensi.
Journal Of Health Science And Physiotherapy, 2(2), Pp.160–166.
Norkhalifah, Y. And Mubin, M.F., 2022. Pengaruh Hipnotis Lima Jari Terhadap
Kecemasan Pada Penderita Hipertensi. Ners Muda, 3(3).
Nugroho, K.P., Sanubari, T.P. And Rumondor, J.M., 2019. Faktor Risiko
Penyebab Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Lor
Kota Salatiga. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, Pp.32–42.
Nurazizah, A., Pradana, A. And Fauziyyah, A.N., 2020. Hipertensi Pada
Karyawan Pabrik Kimia, Adakah Hubungan Dengan Beban Kerja?(Studi
Pada Karyawan Pabrik Kimia (Pt X) Di Karanganyar). Ijip: Indonesian
Journal Of Islamic Psychology, 2(2), Pp.152–170.
Nurhaida, N. And Refialdinata, J., 2021. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas
Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Air Dingin
Padang. Jurnal Kesehatan Lentera’aisyiyah, 4(1), Pp.440–445.
Nurlinda, N., Diniarti, F. And Wulandari, W., 2022. Determinan Kejadian
Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kaur Tahun 2021.
Journal Hygeia Public Health, 1(1), Pp.29-36-29–36.
36

Rahmah, S.R.A., Andeka, W., Patroni, R., Ismiati, I. And Darwis, D., 2021.
Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Berat Badan Pada Remaja Selama Masa
Pandemi Covid-19 Di Wilayah Padang Harapan Kota Bengkulu. Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
Rahmawati, I., Suryandari, D. And Rizqiea, N.S., 2020. Peningkatan Pengetahuan
Lansia Tentang Hipertensi Emergensi Melalui Pendidikan Kesehatan.
Jurnal Empathy Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), Pp.58–63.
Rahmiati, C. And Zurijah, T.I., 2020. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Penjaskesrek, 7(1), Pp.15–27.
Rihiantoro, T. And Widodo, M., 2018. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik
Dengan Kejadian Hipertensi Di Kabupaten Tulang Bawang. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 13(2), Pp.159–167.
Rohana, I.G.A.P.D., Pome, G., Ulfa, M.H., Harsanto, D.E. And Jauhar, M., 2023.
Latihan Autogenik Meningkatkan Kualitas Hidup Klien Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Raflesia, 5(1), Pp.37–46.
Romadona, S., Aliyya, T.F., Kumalajati, A.P., Wahdah, L.N., Rahayu, D.N. And
Afifah, C.A.N., 2021. Latihan Fisik, Asupan Kalori, Dan Obesitas Pada
Remaja: Literature Review. In: Prosiding Seminar Nasional" Sport Health
Seminar With Real Action" Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Malang.
Santosa, H., Imelda, F. And Ns, M., 2022. Kebutuhan Gizi Berbagai Usia. Media
Sains Indonesia.
Septya, P.D., Aditya, M. And Adriani, H.G., 2021. Monitoring Penggunaan
Kontrasepsi Pil Kb Oral Dengan Kejadian Hipertensi: Literature Review.
Sainsbertek Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi, 1(2), Pp.19–25.
Sugiarti, W., Islamarida, R. And Dewi, E.U., 2023. Kejadian Hipertensi Ditinjau
Dari Gaya Hidup Lansia Di Condongcatur Sleman Yogyakarta. Jurnal
Cakrawala Ilmiah, 2(7), Pp.3119–3132.
Sulastri, D. And Astuti, Y., 2020. Hubungan Kadar Kolesterol Dengan Derajat
Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (Jikpi), 1(2), Pp.1–12.
Takhani, N. And Riniasih, W., 2022. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. R
Dengan Fokus Intervensi Slow Stroke Back Massage Untuk Mengurangi
37

Nyeri Kepala Pada Hipertensi Di Desa Pengkol. The Shine Cahaya Dunia
D-Iii Keperawatan, 7(02).
Utama, Y.A., 2023. Pengaruh Self Management Pada Pasien Hipertensi: Sebuah
Tinjauan Sistematis. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 23(1),
Pp.422–429.
Widianto, A.A., Romdhoni, M.F., Karita, D. And Purbowati, M.R., 2018.
Hubungan Pola Makan Dan Gaya Hidup Dengan Angka Kejadian
Hipertensi Pralansia Dan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran.
Magna Medika: Berkala Ilmiah Kedokteran Dan Kesehatan, 1(5), Pp.58–
67.
Widiyanto, A., Atmojo, J.T., Fajriah, A.S., Putri, S.I. And Akbar, P.S., 2020.
Pendidikan Kesehatan Pencegahan Hipertensi. Jurnal Empathy Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(2), Pp.172–181.
Wijaya, I. And Haris, H., 2020. Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan
Terhadap Kejadian Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Towata
Kabupaten Takalar. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(Mppki), 3(1), Pp.5–11.
Wirakhmi, I.N. And Purnawan, I., 2021. Hubungan Kepatuhan Minum Obat
Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 12(2), Pp.327–333.
Wulandari, A., Sari, S.A. And Ludiana, L., 2023. Penerapan Relaksasi Benson
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rsud Jendral Ahmad
Yani Kota Metro Tahun 2022. Jurnal Cendikia Muda, 3(2), Pp.163–171.
38

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1
Lembar Persetujuan Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini.


Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
No. Telpon :
Dengan ini saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
“Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada
Orang Dewasa Di Desa Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat” tanpa
ada paksaan. Saya sudah memahami penjelasan yang diberikan oleh peneliti dan
tugas saya sebagai responden dalam penelitian ini

Tulang Bawang Barat, 2023


Responden

………………………………………………
39

Lampiran 2
KUISONER FOOD FREQUENCY QUESTIONAIRE (FFQ)

Nama : …………………………………………………………

Tempat Tanggal Lahir:………………………………………………………….

Umur :………………………………………………………….

Jenis Kelamin :………………………………………………………….

Pekerjaan :………………………………………………………….

Pendidikan :…………………………………………………………..

Tekanan Darah :…………………………………………………………..

No Bahan Makanan ¿1 x 1 4-6 3x ¿3x 2 Tidak Memasak


. /Har x x /Minggu /Hari Minggu Pernah dengan
i /Hari /Mingg sekali cara apa?
u
Sumber Karbohidrat
1. Nasi Putih

2. Nasi Merah

3. Beras Ketan

4. Bihun

5. Nasi jagung

6. Kentang

7. Singkong

8. Talas

9. Ubi Jalar

10. Roti
40

11. Tepung

12. Mi instan

13. Lainnya
*(………………..)
Sumber Protein Nabati
14. Kacang Tanah

15. Kacang Ijo

16. Kacang Tanah

17. Kacang Kedelai

18. Kecap

19. Tempe

20. Tahu

21. Lainnya
*(………………...)
Sayur-Sayuran
22. Bayam

23. Kangkung

24. Buncis

25. Brokoli

26. Cabai

27. Daun Bawang

28. Daun Singkong

29. Jamur
41

30. Daun Kemangi

31. Gambas

32. Genjer

33. Katuk

34. Jantung Pisang

35. Kecambah

36. Ketimun

37. Lainnya
*(………………)
Buah-Buahan
38. Belimbing

39. Alpukat

40. Semangka

41. Bengkuang

42. Duku

43. Durian

44. Jambu

45. Jeruk

46. Apel

47. Kiwi

48. Kedondong

49. Mangga
42

50. Salak

51. Sirsak

52. Nanas

53. Pepaya

54. Rambutan

55. Pisang

56. Lainnya
*(………………)
Minuman
57. Sirup

58. Air Putih

59. Lasegar

60. Kopi

61. Teh

62. Susu

63. Sari Kacang Hijau

64. Floridina

65. Hemaviton

66. Nutrisari

67. Marimas

68. Lainnya
*(………………)
Sumber Protein Hewani
69. Daging Ayam
43

70. Daging Sapi

71. Daging Kambing

72. Udang

73. Cumi-Cumi

74. Telur Ayam

75. Jeroan

76. Ikan

77. Lainnya
*(………………...)
Serba-Serbi
78. Dodol

79. Agar-agar

80. Madu

81. Saus

82. Keju

83. Minyak Goreng

84. Bakwan

85. Risol

86. Tahu Isi

87. Mentega

88. Margarin

89. Mi Ayam
44

90. Bakso

91. Lainnya
*(………………...)

Keterangan:
* = Diisi sesuai nama makanan yang dikonsumsi.
Sumber: Modifikasi Nababan, 2020

Tulang Bawang Barat, Mei 2023


Responden

……………………………………
45

Lampiran 3

KUESIONER AKTIVITAS FISIK

Nama : .....................................................
Jenis Kelamin : .....................................................
Usia : .....................................................

1. Selama 7 hari terakhir, dalam berapa hari anda melakukan aktivitas fisik yang
berat. Contohnya mengangkat barang berat, mencangkul dan lainnya?

Jam dalam hari

hari dalam seminggu

Tidak ada aktivitas fisik berat


2. Berapa lama waktu yang biasanya anda habiskan untuk membersihkan rumah?

Jam dalam hari


hari dalam seminggu
Tidak tahu/tidak pasti
3. Selama 7 hari terakhir, dalam berapa hari anda melakukan aktivitas fisik yang
sedang? Contohnya berjalan cepat, membersihkan rumput dan lainnya.

Jam dalam hari


hari dalam seminggu
Tidak ada aktivitas fisik sedang
4. Berapa lama waktu yang biasanya anda habiskan untuk melakukan olahraga?
Jam menit/hari
hari dalam seminggu

Tidak tahu/tidak pasti


5. Selama 7 hari terakhir, berapa lama waktu yang biasa Anda habiskan untuk
46

tidur?
Jam menit/hari
hari dalam seminggu
Tidak ada aktivitas fisik
6. Berapa lama waktu yang biasanya anda habiskan untuk berjalan dalam hari-
hari tersebut?
jam menit / hari
hari dalam seminggu
Tidak tahu/tidak pasti
7. Selama 7 hari terakhir, dalam berapa hari anda menghabiskan waktu dengan
duduk selama hari kerja?
jam menit / hari
hari dalam seminggu
Tidak tahu/tidak pasti.

Sumber: Aqmarina Mahadibya, 2015

Bandar Lampung, ....................2023


Responden

.......................................................

You might also like