Kelompok 1
Kelompok 1
Kelompok 1
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
Aulia Asman 2321312002
Dwira Januar 2321312018
Firwan Mutri Ghandi 2321312005
Puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur pada mata ajar Pengkajian
Keperawatan Medikal. Makalah ini membahas tentang “Konsep Teori Pengkajian Kolcaba
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dengan Hipertensi.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang
sifatnya membangun akan sangat kami hargai dalam upaya penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini akan memberikan wawasan baru serta dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3. Status Fisiologis................................................................................................................ 19
4. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe) ................................................................................... 19
5. Pengkajian Keseimbangan untuk Lansia....................................................................... 21
6. Pengkajian Psikososial .................................................................................................... 21
7. Pengkajian Perilaku terhadap Kesehatan ...................................................................... 21
8. Pengkajian Lingkungan ................................................................................................... 22
9. Pengkajian Afektif Inventaris Depresi Beck ................................................................ 22
10. Pengkajian Status Sosial menggunakan APGAR Keluarga ....................................... 23
11. Masalah Emosional .......................................................................................................... 24
12. Tingkat Kerusakan Intelektual SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner).24
13. Identifikasi Aspek Kognitif MMSE (Mini Mental Status Exam) .............................. 25
14. Indeks Barthel ................................................................................................................... 26
15. Tingkat Kemandirian dalam Kehidupan Sehari-Hari Indeks KATZ......................... 27
16. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................... 28
17. Terapi ................................................................................................................................. 28
3.2 Analisa Data ...................................................................................................................... 28
3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................................... 29
3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................................................... 29
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 31
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 31
4.2 Saran ................................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer (diam-diam
mematikan) karena merupakan penyakit fatal tanpa gejala yang memperingatkan
korbannya (Mujiran, 2019). Seseorang yang terkena hipertensi biasanya akan merasakan
gejala-gejala seperti sakit kepala bagian belakang, kaku pada leher, mudah lelah,
gangguan penglihatan, dan ada pula yang tidak bergejala (Fitri Tambunan et al., 2021).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi ini apabila dibiarkan terus-menerus dapat menjadi
suatu ancaman bagi kesehatan masyarakat karena berpotensi timbulnya komplikasi seperti
stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Kemenkes RI, 2019). Seiring
bertambahnya usia, fungsi organ dan fungsi hemodinamik dalam tubuh ikut mengalami
penurunan. Salah satunya adalah menurunnya elastisitas dinding pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan tahanan pembuluh darah kapiler sehingga dapat menaikkan
tekanan darah. (Astuti et al., 2021). Pasien dengan hipertensi akan mengalami tanda dan
gejala gangguan rasa nyaman, gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang,
lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial (100-
artikel). Masalah keperawatan yang dapat muncul pada lansia dengan Hipertensi, antara
lain nyeri akut, intoleransi aktivitas, gangguan pola tidur, risiko jatuh, defisit pengetahuan,
ansietas (Nurarif, 2015). Data WHO pada tahun 2021 mengatakan bahwa prevalensi
hipertensi secara global sebesar 1,28 juta diantaranya umur 30-79 tahun dari total
penduduk duniaHasil Riskesdas 2018 proporsi terbesar angka kejadian hipertensi di
Indonesia terjadi pada kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 69,5%. Berdasarkan data
Riskesdas Jawa Timur tahun 2018, proporsi terbesar angka kejadian hipertensi di Provinsi
Jawa Timur terjadi pada kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 67,7% (Riskesdas Jatim,
2018). Capaian pelayanan kesehatan penderita hipertensi yang berusia 15 tahun keatas di
Kota Surabaya pada tahun 2020 sebesar 84% (Kementrian Kesehatan, 2016).
Nurarif, (2015) berpendapat bahwa kejadian hipertensi pada lansia ada dua macam
yakni hipertensi dengan sistolik yang bernilai lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik bernilai lebih dari atau sama dengan 90 mmHg, hipertensi dengan sistolik yang
bernilai lebih tinggi dari 160 mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg. Seseorang yang
telah berusia 20 tahun akan mengalami penurunan kemampuan jantung dalam memompa
darah sebesar 1% setiap tahunnya. Hal ini dapat menyebabkan kontraksi dan volume
1
jantung menurun. (100-artikel) mengungkapkan bahwa mayoritas pasien hipertensi
mengalami pusing. Hal ini kemungkinan dikarenakan, saat tekanan darah terus
meningkat, maka lapisan otak akan rusak, kerusakan inilah yang kemudian membuat
terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang membawa darah menuju otak. Jika sudah
terjadi sumbatan, maka aliran darah ke otak akan terganggu, leher akan terasa tegang, dan
bagian belakang kepala akan terasa sakit. Akibat yang akan ditimbulkan adalah mual,
kebingungan, kelelahan, sulit tidur. Fitri Tambunan et al., (2021) berpendapat apabila
seseorang terus-menerus mengalami peningkatan tekanan darah dapat mengakibatkan
munculnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, gangguan penglihatan, gagal
ginjal, stroke, dan berbagai penyakit lainnya. Selain penyakit fisik, tekanan darah tinggi
apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan penurunan kognitif (Sari et al., 2019).
1.3 Tujuan
1 Mengetahui konsep tentang penyakit Hipertensi
2 Mengetahui konsep teori Kolcaba
3 Mengetahui konsep pengkajiam Kolcaba dengan penyakit Hipertensi
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Penyakit Hipertensi
1. Defenisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai nilai ≥140 mmHg tekanan darah sistolik dan atau
≥ 90 mmHg tekanan darah diastolik (Simatupang, 2018). Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmnHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2019).
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg (Triyanto, 2014).
2. Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung peningkatan tekanan perifer. Akan
tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
3
estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan.
3. Patofisiologi Hipertensi
Cahyani (2020), berpendapat bahwa meningkatnya tekanan darah didalam arteri
bisa terjadi melalui berbagai beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidaak dapat
mengembangkan pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darahpada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehigga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat.
4
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera
pada salah satu ata kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
4. Klasifikasi Hipertensi
Nurarif (2015), mengatakan bahwa terdapat beberapa klasifikasi hipertensi antara lain:
a. Optimal: dengan nilai sistolik < 120 mmHg dan nilai diastolik < 80 mmHg
b. Normal: dengan nilai sistolik 120-129 mmHg dan nilai diastolik 80-84mmHg
c. High Normal: dengan nilai sistolik 130-139 mmHg dan nilai diastolik 85- 89
mmHg
d. Hipertensi Grade 1 (ringan): dengan nilai sistolik 140-159 mmHg dan nilai
diastolik 90-99 mmHg
e. Hipertensi Grade 2 (sedang): dengan nilai sistolik 160-179 mmHg dan nilai
diastolik 100-109 mmHg
f. Hipertensi Grade 3 (berat): dengan nilai sistolik 180-209 mmHg dan nilai
diastolik 100-119 mmHg
g. Hipertensi Grade 4 (sangat berat): dengan nilai sistolik > 210 mmHg dan nilai
diastolik > 120 mmHg.
Fitri Tambunan et al., (2021) berpendapat bahwa terdapat empat macam hipertensi
berdasarkan tingginya nilai tekanan darah, antara lain:
a. Hipertensi bordeline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95mmHg
b. Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110 mmHg
c. Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan 230/120mmHg
d. Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140 mmHg.
5. Manifestasi Klinis Hipertensi
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan
yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala
umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada
pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder
hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien (Adrian, 2019).
Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk
mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan
peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan
penderita bepergian dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas
5
aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi
kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah,
mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi,
intoleransi panas, edema, gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas
sentral, wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang,
dan tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder
(Adrian, 2019). Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan Pernah terdiagnosa Jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, mual, lemas,
kelelahan, muntah, sesak nafas, gelisah, epistaksis, kesadaran menurun (Nurarif,
2015).
6. Kompilkasi Hipertensi
Kompikasi hipertensi menurut Triyanto (2014), yaitu :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu. Sehingga
menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke otak berkurang.
6
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan, hingga kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri.
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri
atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan
pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke
intraventrikuler (Intra Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan
hidrosefalus obstruktif sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH
timbul primer dari pecahnya pembuluh darah otak yang sebagian besar akibat
hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid. Sedangkan penyebab
sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai hal yaitu gangguan
pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma intrakranial,
thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh
berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial,
luas dan lokasi perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan
darah.
7. Pemeriksaan Penunjang
Nurarif (2015), mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada pasien hipertensi, antara lain :
a. Hemoglobin / Hematokrit: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
b. BUN / Kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa: Hiperglikemi (Diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan karena pengeluaran kadar Ketokolamin.
d. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
diabetes melitus.
e. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
g. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal
h. Photo dada: Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung
7
8. Penatalaksanaan Medis
Triyanto (2014) m e n g a t a k a n penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
secaranonfarmakologis dan farmakologi :
a. Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan obat,terapi non
farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana termasuk pengelolaan
stress dan kecemasan merupakan langkah awal yang harus dilakukan.
Penanganan non farmakologis yaitu menciptakan keadaan rileks, mengurangi
stress dan menurunkan kecemasan. Terapi non farmakologi diberikan untuk
semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor resiko serta penyakitlainnya.
b. Terapi farmakologi Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat
obatan yang dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien
hipertensi seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium
chanel dan lainnya. Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap
kompleks karena tekanan darah cenderung tidak stabil.
8
2. Teori Kenyamanan Kolcaba
Konsep teori kenyamanan meliputi kebutuhan kenyamanan, Intervensi
kenyamanan, variabel intervensi, peningkatan kenyamanan, Perilaku pencari
kesehatan, dan integritas institusional. Menurut Kolcaba & DiMarco (2005, dalam
Utami, 2016) hal tersebut dapat digambarkan dalam kerangka konseptual Sebagai
berikut:
9
kepulangan (discharge planning), dan perawatan yang sesuai dengan budaya klien.
Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural adalah menciptakan
hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak klien tanpa memandang status
sosial atau budaya, mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya, dan
memfasilitasi kerja tim yang mengatasi kemungkinan adanya konflik antara proses
penyembuhan dengan budaya klien. Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan akan
kenyamanan lingkungan yang berhubungan dengan menjaga kerapian dan kebersihan
lingkungan, membatasi pengunjung dan terapi saat klien beristirahat, dan memberikan
lingkungan yang aman bagi klien (Utami, 2016).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan
Sensussiana (2020), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kenyamanan seseorang, antara lain :
a. Emosi : kecemasan, depresi, dan marah
b. Status mobilisasi : keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan
kesadaran menurun. Memudahkan terjadinya resiko injury
c. Gangguan persepsi sensori : mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang
berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan
d. Keadaan imunitas : gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit
e. Tingkat kesadaran : pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan,
paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
f. Informasi atau komunikasi : gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak
dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
g. Gangguan tingkat pengetahuan : kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan
dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
h. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional : antibiotik dapat menimbulkan resisten
dan anafilaktik syok
i. Status gizi : keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit
tertentu.
j. Usia : pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-
anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
k. Jenis kelamin : secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya
10
l. Kebudayaan : keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai
4. Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan rasa nyaman merupakan perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospirtual, lingkungan dan sosial, yang disebabkan karena
adanya gejala penyakit, kurang pengendalian situasional atau lingkungan,
ketidakadekuatan sumber daya, kurangnya privasi, gangguan stimulus lingkungan,
efek samping terapi, dan gangguan adaptasi kehamilan (PPNI, 2017). Tanda dan gejala
yang timbul pada orang yang mengalami gangguan rasa nyaman, antara lain:
a. Mengeluh tidak nyaman
b. Gelisah
c. Mengeluh sulit tidur
d. Tidak mampu rileks
e. Mengeluh kedinginan atau kepanasan
f. Merasa gatal
g. Mengeluh mual
h. Mengeluh lelah
i. Menunjukan gejala distres
j. Tampak merintih atau menangis
k. Pola eliminasi berubah
l. Postur tubuh berubah
m. Iritabilitas
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Berbasis Teori Kenyamanan Kolcaba
Kolcaba (2003, dalam Alipiani, 2020) berpendapat bahwa dalam pengkajian
kenyamanan terdapat 4 analisis yang harus diperhatikan :
a. Analisis kenyamanan pada konteks fisik
Pengkajian klien terkait rasa nyaman dengan pengalaman fisik dapat dilakukan
dengan wawancara dan pemeriksaan fisik keadaan klien, mengamati sikap tubuh
klien, serta perilaku klien yang menunjukkan ketidaknyamanan. Pemeriksaan
hemodinamik juga dapat dilakukan secara menyeluruh dan dapat dilakukan
pengkajian secara head to toe.
b. Analisis kenyamanan pada konteks psikospiritual
Pengalaman psikospiritual terkait dengan kenyamanan terhadap motivasi dan
11
kepercayaan kepada tuhan.
c. Analisis kenyamanan pada konteks lingkungan
Kenyamanan lingkungan konsep ini mencakup respon adaptasi klien dan keluarga
terhadap lingkungan di rumah sakit yang menjadi stressor tersendiri bagi klien dan
keluarga. Klien yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan ini, maka akan
merasakan ketidaknyamanan jika berada dalamlingkungan tersebut.
d. Analisis kenyamanan pada konteks sosiokultural
Aspek ini lebih banyak mengkaji hubungan klien dengan keluarga. Klien yang
dirawat di rumah sakit akan terpisah dari keluarganya atau saudara dan
kerabatnya untuk sementara waktu. Keluarga juga akan mengalami perubahan
peran terhadap perawatan klien.
Tabel 2.1 Struktur Taksonomi Kenyamanan
Sosiokultural Relief Ease Transcenden
Klien biasanya
mengeluh
Fisik pusing kepala,
badan
terasa lemas,
mual,
konjungtiva
terlihat anemis.
Klien biasanya merasa Klien biasanya akan
Psikospiritual sedih jika jauh dari merasa senang jika
keluarga, karena dijenguk oleh
keluarga harus keluarga atau kerabat
menunggu di luar terdekat. dijenguk
untuk proses oleh keluarga atau
penyembuhan kerabat terdekat.
klien
Klien atau bahkan Keluarga atau klien
keluarganya sering biasanya mengatakan
mengeluh ingin segera nyaman dengan
Lingkungan pulang karena sudah lingkungan kamar
merasa jenuh. yang bersih dengan
ventilasi dan suhu
ruangan yang
cukup.
Klien sering merasa
Psikocultural sedih jika jam
kunjung yang sudah
habis
12
2. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
Pekerjaan yang paling rentan terjadi hipertensi yaitu IRT (Ibu Rumah Tangga) dan
petani. Dapat dikatakan bahwa hampir semua orang mengalami setres dengan
pekerjaan mereka karena dipengaruhi dengan tutuntunan kerja dan beban kerja
yang dapat memicu terjadinya hipertensi. Pada lansia yang berjenis kelamin
perempuan lebih cenderung menderita hipertensi dari pada laki-laki. Karena, rata-
rata perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi
(hipertensi) setelah menopause yaitu di usia diatas 45 tahun. Singgalingging
(2011, dalam Anggita, 2021) berpendapat bahwa perempuan yang belum
menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Anggita, 2021).
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala.Gejala yang
dimaksud adalah sakit di kepala, pendarahan di hidung, pusing, wajah kemerahan,
dan kelelahan yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensinya
berat atau menahun dan tidak di obati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan,
muntah, sesak napas, pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma (Cahyani, 2020).
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung penyakit ginjal, stroke.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat (Cahyani, 2020).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit menurun
seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain (Cahyani, 2020).
13
f. Pemeriksaan fisik
Menurut Anggita (2021), pemeriksaan fisik, yaitu :
a) Keadaan umum : lemah
b) Tanda-tanda vital : suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan dangkal,
nadi cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90
mmHg.
c) Review of sistem
1) B1 (breath) : Sistem pernapasan sangat mendukung untuk mengetahui
masalah pada gangguan kardiovaskuler dimana pemeriksaannya meliputi
inspeksi pada bentuk dada ditemukan bentuk dada phisis (panjang dan
gepeng), empisematous (tong) dan pektus eksavatus (cekung ke dalam).
Pada palpasi ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan dinding tidak
simetris dan getaran yang dirasakan tidak merata. Pada perkusi ditemukan
penurunan suara paru atau perubahan dari resonan. Pada auskultasi
ditemukan suara napas tambahan.
2) B2 (blood) : Pemeriksaan jantung dan pembuluh darah dapat secara
langsung mengetahui masalah pada penyakit hipertensi antara lain
meliputi; pada pemeriksaan inspeksi perubahan apeks jantung karena
disebabkan adanya perubahan sumbu jantung karena hipertropi, pada
palpasi terdapat penurunan denyut apeks karena empisema terdapat thril
jantung dan distensi vena jugularis. Pada perkusi biasanya tetap normal
pada bunyi redup tetapi didapatkan pembesaran jantung. Pada auskultasi
didapatkan bunyi kuat dan keras pada katup aorta dan katup mitral.
3) B3 (brain) : difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher untuk
mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang gelisah, pusing,
kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat ikterus bilamana ada gagal
jantung dan dilakukan pemeriksaan neurosensori untuk mengetahui
adanya pusing saat bangun dari duduk, wajah meringis, menarik diri dan
kehilangan kontak mata.
4) B4 (Bladder) : output urine merupakan indikasi fungsi jantung yang
penting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan penting yang harus
dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakah penurunan tersebut
merupakan penurunan produksi urine atau karena ketidakmampuan klien
untuk buang air kecil. Dareah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya
14
massa oval dan diperkusi adanya tanda pekak yang menunjukkan kandung
kemih penuh.
5) B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakukan meliputi perubahan nutrisi
sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, penurunan turgor kulit, kulit
kering Atau berkeringat, muntah dan penurunan berat badan. Adanya
refluks hepatojuguler, pembengkakan hepar adanya nyeri tekan pada
abdomen.
6) B6 (Bone) : keluhan kelemahan fisik, pusing, dada rasa berdebar, sulit tidur
karena ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal, berkeringat malam hari,
sering terbangun karena nyeri kepala dan sesak napas.
g. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
h. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
i. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak,
otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.
j. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakitkepala
k. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload (D.0008)
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d faktor risiko hipertensi (D.0017)
c. Nyeri akut b.d tekanan vascular cerebral (D.0077)
d. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit (D.0074)
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (D.0056)
f. Resiko jatuh d.d gangguan penglihatan (D.0143)
g. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi (D.0022)
h. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah (D.0009)
i. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111)
j. Koping tidak efektif b.d krisis situasional (D.0096)
k. Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080)
15
4. Rencana/Intervensi Keperawatan
Mendokumentasikan cara perawat melayani individu baik sehat maupun sakit.
Biasanya tabel yang berisi diagnosa keperawatan yang berasal dari SDKI, tujuan dan
kriteria hasil dari SLKI, dan intervensi keperawatan berasal dari SIKI.
Kolcaba & Wilson (2004, dalam Utami, 2016) membagi intervensi untuk
mencapai kenyamanan klien menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Standard comfort intervention
Standard comfort intervention adalah intervensi standar untuk mempertahankan
hemostasis dan mengontrol nyeri pada bayi. Intervensi standar antara lain adalah
manajemen nyeri nonfarmakologis dan farmakologis, medikasi, monitoring vital
sign, modifikasi lingkungan terkait pengaturan suhu, bau, pembatasan kunjungan,
dan lain-lain.
16
akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam implementasi keperawatan. Selama tahap implementasi,
perawat melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling
sesuai dengan kebutuhan klien.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasi. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan
(Nursalam, 2015)
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Berkerja
Suku Bangsa : Chaniago
Alamat : Panam
Tanggal Masuk : 20 Juni 2024
Tanggal Pengkajian : 24 Juni 2024
Diagnosa Medis : Hipertensi
b. Identias Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Umur : 56 Tahun
Agama : Islam
Hub. Dengan Pasien : Istri
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluarga pasien membawa pasien ke rumah sakit melalui IGD pada tanggal 20
Juni 2024 karena Tn. E mengalami Hipertensi. Tekanan darah pasien saat itu
mencapai 200/100 mmHg, Pasien mengeluh tidak nyaman saat kepala dan
kuduknya terasa berat, penglihatan juga berkunang-kunang dan badan terasa
lemas, dan pasien juga menagatakan jantung sangat berdebar-debar, Mual (-)
muntah (-). Tn. E mengatakan sebelum masuk rumah sakit, ia sempat meminum
satu tablet obat hipertensi Amlodipine 10 mg. Saat pengkajian pada tanggal 24
Jumi 2024, tanda-tanda vital pasien yaitu TD : 180/90 mmHg, Suhu : 36,0 oC,
Nadi : 110 x/menit, Respirasi : 21 x/menit. Tn. E juga mengeluhkan tidak
18
nyaman dan kesulitan untuk tidur karena hipertensinya dan jantung yang masih
berdebar-debar.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Tn. E menagatakan pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan stroke sejak 4
tahun yang lalu. Pasien mengatakan jarang mengontrol hipertensinya ke
puskesmas setelah dirawat di rumah sakit. Tn. E mengatakan tidak memiliki
riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, ataupun zat kimia lainnya.
c. Status Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sama seperti pasien
yaitu kakak laki-laki dan ayah pasien. Kakak laki-laki dan ayah pasien
meninggal karena menderita penyakit yang sama yaitu Hipertensi + Stroke.
3. Status Fisiologis
a. Postur tulang belakang : Tegap
b. Tanda-tanda vital dan status gizi
Suhu : 36,0 oC
Respirasi : 21 x/menit
Berat Badan : 45 kg
19
terganggu.
4. Mulut dan Pada Tn. E kebersihan mulut baik, mukosa bibir
Tenggorokan lembab, tidak terdapat peradangan, tidak ada
gangguan menelan.
5. Telinga Pada Tn. E kebersihan telinga baik, tidak terdapat
serumen berlebih, tidak ada peradangan maupun
gangguan pendengaran.
6. Leher Pada Tn. E tidak ditemukan pembesaran kalenjar
thyroid, tidak terdapat lesi, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
7. Dada Pada Tn. E bentuk dada normo chest, pergerakan dada
simetris, tidak terlihat retraksi dada, tidak terdapat
ronchi dan wheezing, vokal fremitus teraba di lapang
paru kanan dan kiri, bunyi jantung S1 S2 Tunggal,
irama jantung reguler. Ictus cordis 4-5 mid clavicula.
Perkusi dada sonor
8. Abdomen Pada Tn. E bentuk perut normal, tidak terdapat nyeri
tekan, bising usus 12 x/menit, tidak ada massa, tidak
ada distensi abdomen.
20
dapat merasakan sensasi dari sentuhan yang perawat
berikan dan akral hangat kering merah.
NI : Tn. E dapat mencium bau minyak kayu putih.
NII : Lapang pandang +/+
NIII, NIV, NVI : pupil mengecil saat terkena
cahaya, lapang pandang luasNV : Reflek kornea
langsung
NVII : pasien dapat mendengarkan suara gesekan
jari pada kedua telinga.NIX, NX : gerakan ovula
simetris, reflek menelan +
NXI : sternokleidomastoid terlihat
NXII : Lidah simetris.
21
tempat tidur atau berbaring di tempat tidur. Frekuensi BAB Tn. E yaitu 1x/2 hari
dengan konsistensi lunak. frekuensi BAK sekitar 4-5 kali sehari. Tn. E mandi 2 x/ hari
secara mandiri dan ganti baju 1x/hari.
8. Pengkajian Lingkungan
a. Pemukiman
Pada pemukiman luas bangunan sekitar 54 m2 dengan bentuk rumah permanen
dan memiliki atap genting, dinding tembok, lantai keramik, dan kebersihan lantai
baik. Ventilasi 15 % luas lantai dengan pencahayaan baik dan pengaturan
perabotan baik. Di panti memiliki perabotan yang cukup baik dan lengkap. Di
panti menggunakan air PDAM dan membeli air minum aqua. Pengelolaan jamban
dilakukan bersama dengan jenis jamban leher angsa dan berjarak < 10 meter.
Sarana pembuangan air limbah lancar dan ada petugas sampah dikelola
perumahan. Tidak ditemukan binatang pengerat dan polusi udara berasal dari
rumah tangga.
b. Fasilitas
Terdapat fasilitas olahraga, sarana ibadah (mushola), dan taman luasnya 20 m2 di
perumahan. Sarana hiburan di rumah berupa TV, sound system, dan VCD.
c. Keamanan dan Transportasi
Terdapat sistem keamanan berupa satpam di depan gerbang perumahan dan
Memiliki kendaraan mobil serta memiliki jalan rata.
d. Komunikasi
Terdapat sarana komunikasi telefon dan juga melakukan penyebaran informasi
secara langsung.
9. Pengkajian Afektif Inventaris Depresi Beck
22
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan Ya Tidak
ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa Ya Tidak
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda Ya Tidak
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat Ya Tidak
14. Anda merasa tidak punya harapan Ya Tidak
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri Ya Tidak
anda
Jumlah
Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi Hasil
Terganggu : Nilai 1
Normal : Nilai 0
Total 10
(Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and Health Aging 2005).
23
Jika pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir
tidak pernah (poin 0).
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Pada Tn. E didapatkan bahwa Tn. E mampu berinteraksi dengan baik di lingkungan
sekitarnya dan mampu memcahkan masalahnya.
11. Masalah Emosional
Pada Tn. E didapatkan bahwa pasien tidak memiliki masalah emosional dan
cenderung memiliki emosi yang stabil.
12. Tingkat Kerusakan Intelektual SPMSQ (Short Portable Mental Status
Quesioner)
Benar Salah Nomor Pertanyaan
24
sekolah dasar
b) Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan di atas sekolah menengah atas
c) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk objek kulit hitam dengan
menggunakan kriteia pendidikan yang sama
Pada Tn. E didapatkan bahwa dari 10 pertanyaan pasien bisa menjawab 9 pertanyaan
dengan baik, yang artinya bahwa Tn. E memiliki fungsi intelektual yang masih utuh.
13. Identifikasi Aspek Kognitif MMSE (Mini Mental Status Exam)
No. Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maks klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar:
Tahun: 2024
Musim: Panas
Tanggal: 24
Hari: Senin
Bulan: Juni
2. Orientasi 5 4 Dimana sekarang kita berada?
Negara : Indonesia
Propinsi: Riau
Kabupaten : Kota Pekanbaru
Kota: Pekanbaru
Rumah: -
3. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek, 1 detik untuk
mengatakan masing-masing (missal: kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien:
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
(beri 1 point untuk setiap jawaban yang
benar)
Kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ketiganya.
4. Perhatian 5 3 Seri 7”s. 1 point untuk setiap kebenaran
dan kalkulasi Meminta klien berhitung mulai dari 100
kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat
Jawaban:
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke-2 (tiap poin nilai 1)
25
6. Bahasa 9 7 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut)
2 point 1. Botol
2. Kasur
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut:
“tidak ada, dan, jika, atau tetapi (1 point)
Klien menjawab:
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
Ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan
taruh di lantai(3 point)
1.
2.
3.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah nilai 1 pont)
“tutup mata anda” (1 point)
Perintahkan pada klien untuk menulis
kalimat dan menyalin gambar (2 point)
Total nilai: 30 25 Intrepetasi: Tidak Ada Gangguan kognitif
Intrepetasi:
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif ringan
Pada Tn. E didapatkan bahwa pasien mampu menjawab 25 dari 30 pertanyaan dan
perintah dengan baik sehingga didapatkan bahwa tidak ada gangguan kognitif.
26
Berpakaian 0 = Tergantung/ tidak mampu
5= Mandiri (Mampu mengancingkan baju,menutup resleting) 5
Buang Air besar 0= inkontinesia
5= Kadang mengalami kesulitan
10= Mandiri 10
Buang air kecil 0= Inkontinesia, harus dipasang kateter, tidak mampu
mengontrol BAK secara mandiri
5= Kadang mengalami kesehatan
10= Mandiri 10
Penggunaan 0= Tergantung
Kamar mandi/ 5= Perlu dibantu tapi tidak tergantung penuh
Toilet 10= Mandiri 10
Berpindah 0 = tidak mampu, mengalami gangguan keseimbangan
tempat (dari 5= memerlukan bantuan (perlu satu atau dua orang) untuk
tempat tidur ke bisa
tempat duduk duduk
atau sebaliknya) 10= Memerlukan sedikit bantuan (hanya diarahkan secara
verbal)
15= Mandiri 15
Mobilitas 0 = tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 meter
(berjalan pada 5 = hanya bisa bergerak dengan kursi roda, lebih dari 50
permukaan yang meter
rata) 10 = berjalan dengan bantuan lebih dari 50 meter
15 = Mandiri (meski menggunakan alat bantu) 15
Menaiki/ 0 = Tidak mampu
menuruni 5 = Memerlukan bantuan 5
tangga 10 = Mandiri
Kriteria Hasil :
0 – 20 = Ketergantungan penuh
21 – 61 = Ketergantungan berat (sangat tergantung)
62 – 90 = Ketergantungan moderat
91 – 99 = Ketergantungan ringan
100 = Mandiri
Pada Tn. E didapatkan total skor 90, maka dapat diinterpretasikan bahwa Tn. E
memiliki ketergantungan ringan dalam memenuhi kebutuhan ADL.
27
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
28
Pasien mengeluh jantung sangat
berdebar-debar
DO :
TD :180/90 mmHg
N: 110 x/menit
RR: 21x/menit
2. DS : Gejala penyakit Gangguan rasa
Pasien menegluh tidak nyaman nyaman
dan kepalanya terasa berat
Pasien mengatakan sulit tidur
karena jantungnya berdebar-
debar
DO :
Tn. E terlihat gelisah
Pasien terlihat sulit tidur dan
memiliki kantung mata
Pasien mengalami hipertensi :
TD :180/90 mmHg
N: 110 x/menit
RR: 21 x/menit
29
Tekanan arteri (palpitasi, batuk, kulit
rata-rata membaik pucat)
Diaforesis Monitor tekanan darah
berkurang Terapeutik
Takikardi Fasilitasi pasien untuk
berkurang modifikasi gaya hidup
Denyut nadi radial sehat
membaik Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress
Edukasi
Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiaritmia
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
b.d Gejala penyakit tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam Identifikasi teknik
diharapkan perasaan relaksasi yang pernah
nyaman Tn. E efektif digunakan
meningkat dengan Monitor respon terhadap
kriteria hasil : terapi relaksasi
Rileks meningkat Terapeutik
Keluhan tidak Berikan informasi
nyaman menurun tertulis tentang persiapan
Gelisah menurun dan prosedur teknik
relaksasi
Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi
Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (napas dalam,
relaksasi otot progresif)
Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(napas dalam, relaksasi
otot progresif
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan sebagai nilai ≥140 mmHg tekanan darah sistolik dan atau ≥
90 mmHg tekanan darah diastolik. Konsep teori kenyamanan meliputi kebutuhan
kenyamanan, Intervensi kenyamanan, variabel intervensi, peningkatan kenyamanan,
Perilaku pencari kesehatan, dan integritas institusional. Saat pengkajian tidak semua
tanda dan gejala Hipertensi muncul pada Tn. E, hanya didapatkan pusing, kepala terasa
berat, leher kaku, dan tekanan darah lebih dari nilai normal. Diagnosa keperawatan yang
31
didapatkan pada Tn. E yaiturisiko perfusi miokard tidak efektif b.d hipertensi dan
gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit.
4.2 Saran
Diharapkan perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan mampu memberikan
asuhan keperawatan gerontik dengan lebih kompeten dan profesional, khususnya pada
lansia dengan hipertensi guna mencegah terjadinya komplikasi yang mengarah ke organ-
organ penting tubuh atau bahkan mengarah ke kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial: Diagnosis dan tatalaksana terbaru pada dewasa.
Cdk-274, 46(3), 172–178.
Alipiani, S. (2020). Perawatan Klien Hipertensi Dengan Masalah Risiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak Berbasis Teori Kenyamanan Kolcaba [Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika].
Alvaredo, M. K. (2022). Efektifitas Terapi Rendam Kaki Air Hangat Dan MassagePada Klien
Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri. Jurnal
32
Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM),5(6), 1945–1950.
Anggita, L. (2021). Asuhan Keperawatan Lansia Ny. S Masalah Keperawatan
Ketidakpatuhan Pada Diagnosa Medis Hipertensi Di Desa Darungan Lumajang.
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Astuti, V. W., Tasman, T., & Amri, L. F. (2021). Prevalensi Dan Analisis Faktor Risiko
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. BIMIKI (Berkala Ilmiah
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia), 9(1), 1–9.
Bachrudin, M. M. N. (2016). Keperawatan Medikal Bedah 1. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Cahyani, N. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. C Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Di Ruang Tulip Rumah Sakit TK III Brawijaya Surabaya [Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia]. In Journal of Chemical Information andModeling.
Eny, A. (2014). Pengaruh Fisioterapi Kepala (Masase Kepala) Terhadap Penurunan Nyeri
Kepala Pada Klien Hipertensi Di Rumah Sakit William Booth Surabaya. Jurnal
Keperawatan, 3(2), 7.
Fitri Tambunan, F., Nurmayni, Rapiq Rahayu, P., Sari, P., & Indah Sari, S. (2021). Buku Saku
Hipertensi.
Fitrianti, S., & Putri, M. E. (2018). Pemberian Relaksasi Otot Progresif pada Lansia Dengan
Hipertensi Essensial di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 18(2),
368.
Insana, M. (2018). Gangguan Rasa Nyaman Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan
Suaka Insan (Jksi), 3(Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI)), 2.
Kasiati, N. W. D. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia 1. In Pusdik SDM Kesehatan (1st ed.).
Pusdik SDM Kesehatan.
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan RI,1–5.
Kementrian Kesehatan. (2016). Profil Kesehatan. 100.
Kholifa, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. In Pusdik SDM Kesehatan. Pusdik SDM
Kesehatan.
Mujiran. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan sikap dalam
pencegahan komplikasi hipertensi pada lansia peserta PROLANIS UPT PUSKESMAS
JENAWI KARANGANYAR Relationship Of The Level Of Knowledge About
Hypertension With Attitude In The Prevention Of. PLACENTUM Jurnal Ilmiah
Kesehatan Dan Aplikasinya, 7(2), 2019
Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1. In Trans Info Media. Trans
33
Info Media.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Nanda Nic-Noc; Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Jilid 2. Mediaction.
Nurkhalis. (2015). Hubungan Volume Akhir Sistolik Dan Fraksi Ejeksi Ventrikel Kiri
Dengan Abnormalitas Perfusi Miokard Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 15(1), 20–28.
Nurman, M. (2017). Efektifitas Antara Terapi Relaksasi Otot Progresif Dan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa
Pulau Birandang Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Timur Tahun 2017. Jurnal Ners
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, 1(2), 108–126.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. In
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (Edisi 3). Salemba
Medika.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Pratiwi, R. I., & Perwitasari, M. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Pasien Hipertensi Dalam Penggunaan Obat di RSUD Kardinah. 2nd Seminar
Nasional IPTEK Terapan (SENIT), 15–17.
Puspitasari, P. N. (2020). Hubungan Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 922–926.
Riskesdas Jatim. (2018). Laporan Provinsi Jawa Timur RISKESDAS 2018. In Kementerian
Kesehatan RI.
Rofacky, H. F., & Aini, F. (2015). Pengaruh Terapi Spritual Emotional Freedom Technique
(Seft) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 10(3),41–52
Sari, R. V., Kuswardhani, R. T., Aryana, I. G. P. S., Purnami, R., Putrawan, I. B., & Astika, I.
N. (2019). Hubungan hipertensi terhadap gangguan kognitif pada lanjut usia di panti
werdha wana seraya Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam Udayana, 3(1), 14–17.
Sensussiana, T. (2020). Modul Keperawatan Dasar 3. Prodi D3 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
34
Setiawan, B. M., & Budiningsih, T. E. (2013). Kesepian pada Lansia di Panti Werdha Sultan
Fatah Demak. Developmental and Clinical Psychology, 2(1),44–47.
Simatupang, A. (2018). Buku Referensi Hipertensi (Issue 2).
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Graha Ilmu.
Ulya, Z., & Iskandar, A. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Poster
Terhadap Pengetahuan Manajemen Hipertensi Pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 12(1), 38.
Utami, C. (2016). Integrasi Teori/ Model Kenyamanan (Kolcaba) Pada Ruang Perawatan
Resiko Tinggi [Universitas Udayana]. In Integrasi Teori/ Model Kenyamanan (Kolcaba)
Pada Ruang Perawatan Resiko Tinggi.
35