21 Sutri Guswenti
21 Sutri Guswenti
21 Sutri Guswenti
SKRIPSI
OLEH:
SUTRI GUSWENTI
NIM: 14103084105065
SUTRI GUSWENTI
14103084105065
ABSTRACT
SUTRI GUSWENTI
14103084105065
ABSTRAK
Hal
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK...........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA.............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 7
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 8
1.4.1 Bagi Peneliti...................................................................... 8
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan................................................... 9
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian........................................................ 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................
BAB VI PENUTUP
55
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 56
6.2 Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Tekanan Suction........................................................................... 21
Tabel 3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 29
Tabel 3.2 Defenisi Operasional................................................................. 29
Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Saturasi Oksigen pada kelompok
intervensi sebelum dilakukan hiperoksigenasi diruang ICU
RSSN Bukittinggi tahun 2016 ................................................ 41
Tabel 5.2 Distribusi Frekwensi Saturasi Oksigen pada kelompok
intervensi setelah dilakukan hiperoksigenasi diruang ICU
RSSN Bukittinggi tahun 2016 ................................................. 41
Tabel 5.3 Distribusi Frekwensi Saturasi Oksigen Pre-test pada kelompok
kontrol tanpa dilakukan hiperoksigenasi diruang ICU RSSN
Bukittinggi tahun 2016 ...........................................................
42
Tabel 5.4 Distribusi Frekwensi Saturasi Oksigen Post-test pada kelompok
kontrol tanpa dilakukan hiperoksigenasi diruang ICU RSSN
Bukittinggi tahun 2016 ........................................................... 43
Tabel 5.5 Distribusi rata-rata pengaruh hiperoksigenasi pre suction
sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada pasien diruang
ICU RSSN Bukittinggi tahun 2016 ............................................
44
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Monitoring Pasien dan Kabel Saturasi Oksigen........................... 16
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 28
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 29
Skema 4.1 Desain Penelitian .................................................................. 31
DAFTAR LAMPIRAN
IDENTITAS DIRI
Agama : Islam
Anak ke : 3 ( tiga )
Ayah : Nurhan
Ibu : Ernawati
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Respirasi adalah pertukaran gas yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh
untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme
tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Proses respirasi melewat dua tahap yaitu
respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal merupakan proses respirasi
respirasi yang terjadi di dalam sel. Organ pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring,
karbondioksida dan ion hidrogen dalam cairan tubuh. Jika fungsi terganggu maka
kosentrasi oksigen dan karbondioksida terganggu pula. Salah satu bentuk gangguan
pernapasan diantaranya adalah obstruksi saluran pernapasan yang bisa diakibatkan oleh
adanya penumpukan sekret / cairan ataupun benda asing yang menghalangi saluran
pernapasan. Apabila benda tersebut tidak dapat dikeluarkan maka akan berakibat
Obstruksi jalan napas adalah resiko yang dihadapi pasien tidak sadar karena
epiglotis dan lidah mungkin rileks, yang menyumbat orofaring, atau pasien mungkin
muntah atau sekresi nasofaring sehingga akan berakibat terjadinya gagal nafas. Gagal
darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat
disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Tucker, 1999). Gagal nafas
Menurut WHO tahun 2014, angka kejian pasien masuk ke ruangan ICU
Amerika Serikat, kejadian cedera kepala yang berujung ke ICU setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Sementara itu, angka kejadian pasien yang
mengalami gagal nafas dan membutuhkan suction di ruangan ICU di Indonesia belum
ada angka pasti. Namun menurut SDKI tahun 2013, Jumlah pasien di ICU pada tahun
2012 sebanyak 39% dari persentasi rawat inap. Hal ini mengalami peningkatan sebesar
Beberapa kasus gagal nafas berakhir dengan pemberian ventilasi mekanik yang
bertujuan untuk membantu atau mengambil alih fungsi pernafasan. Jenis ventilator
Endotracheal Tube (ETT) sebagai konektornya, jadi bisa dikatakan bahwa semua
pasien yang menggunakan ventilator mekanik pasti terpasang ETT. ETT yang telah
sekret sehingga patensi jalan nafas tetap terjaga dan tindakan yang sering dilakukan
adalah suctioning (penghisapan lendir) (Kozier & Erb, 2002). Suctioning atau
sekret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri dengan memasukan
napas buatan.Tujuan dari tindakan keperawatan suction ini adalah untuk mengeluarkan
sputum dari rongga mulut, trakhea, dan bronchus sehingga jalan napas tidak terganggu,
akan tetapi ada dampak lain yang ditimbulkan dari tindakan tersebut yaitu hipoksemia
yang ditandai dengan penurunan saturasi dan peningkatan frekuensi pernapasan jika
(1992). Proses suction tidak boleh melebihi 10-15 detik di lumen artificial airway, total
proses suction jangan melebihi 20 detik. Bila hendak mengulangi suction harus
diberikan pre-oksigenasi kembali 6-10 kali ventilasi dan begitu seterusnya sampai jalan
nafas bersih.
Mesin suction yang digunakan di seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia
umumnya sama,yaitu ada suction sentral dan dan ada suction pump yang bisa dibawa
kemana-mana. Proses tindakan suction pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa,
pada anak tindakan suction tidak boleh lebih dari 5 detik, begitu juga dengan orang
dewasa tidak boleh lebih dari 10 detik.Tekanan yang dberikan pun berbeda antara
anak-anak dan orang dewasa begitu juga dengan selang suction yang digunakan. Dalam
suplai oksigen tidak terpenuhi dalam 4 menit maka akan menyebabkan kerusakan otak
permanen. Untuk melihat pasien hipoksemia atau tidak dapat dilakukan pengukuran
saturasi oksigen kapiler yang kontinu dengan menggunakan oksimetri kutaneus.
Menurut Whitney (1990) dikutip oleh Potter dan Perry (2005) keuntungan pengukuran
oksimetri transkutaneus yaitu mudah dilakukan, tidak invasif, dan dengan mudah
diperoleh. Oksimetri yang paling umum digunakan adalah oksimeter nadi. Jenis
oksimeter ini melaporkan amplitudo nadi dengan data saturasi oksigen. Perawat
Ketika dilakukan penghisapan tidak hanya lendir yang terhisap, suplai oksigen
yang masuk ke saluran nafas juga ikut terhisap, sehingga memungkinkan untuk terjadi
hipoksemi sesaat ditandai dengan penurunan saturasi oksigen (SpO2). Saturasi oksigen
untuk melihat saturasi namanya oksimetri nadi yang biasa dipasang pada ujung jari ibu
jari tangan.Biasanya perawat yang dinas di ruang ICU tiap jam mencatat
tersebut bisa dilihat apakah pasien hipoksemia atau tidak. Hiperoksigenasi adalah
teknik terbaik untuk menghindari hipoksemi akibat penghisapan dan harus digunakan
ventilator dan dilakukan dengan meningkatkan aliran oksigen, biasanya sampai 100%
sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap penghisapan (Kozier & Erb, 2002).
Prosedur yang ada saat ini juga mempersyaratkan hiperoksigenasi sebelum dilakukan
tindakan hisap lendir, namun pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi juga bisa
suction dilakukan. Hasilnya sangat signifikan saturasi oksigen tidak menurun pada
pasien yang dilakukan preoksigenasi dan penurunan saturasi terjadi pada pasien yang
telah dilakukan di Rumah Sakit Fatmawati tahun 2012 oleh Zifrianita dengan sampel
Di Sumatera Barat jumlah pasien di ruang Intensif Care Unit ( ICU ) meningkat
dari 11,29% pada tahun 2011 menjadi 13,1%. Sementara itu di RSSN pasien yang
dirawat di Ruangan ICU adalah pasien stroke dengan penurunan kesadaran dengan
Glascow Coma Score ( GCS ) dibawah 8 (samnolen ), dimana rata- rata pasien yang
tidak sadar ini sudah ngorok dan produksi slem/lendir dijalan nafas sangat banyak.
Untuk memelihara dan mematenkan jalan nafas semua pasien dipasang oropharyngeal
(William dan Wilkins).Selain itu tujuan pemasangan ini adalah supaya lidah pasien
tidak jatuh kebelakang dan yang paling utama fungsinya adalah mempermudah perawat
dalam melakukan tindakan suction pada pasien yang mengalami sumbatan jalan nafas
akibat lendir yang banyak menumpuk dijalan nafas. Dari pengalaman peneliti yang
pernah dinas di ruang ICU 6 tahun setiap melakukan tindakan suction rata-rata perawat
tidak melakukan hiperoksigenasi terlebih dahulu kecuali pada pasien yang terpasang
dituliskan hiperoksigenasi sebelum tindakan suction dilakukan. Data tahun 2014 pasien
stroke dengan penurunan kesadaran yang di rawat di ICU RSSN Bukittinggi sebanyak
345 orang. Data tahun 2015 pasien stroke dengan penurunan kesadaran yang di rawat
di ICU RSSN Bukittinggi sebanyak 370 orang. Rata-rata dalam 1 bulan ada 30 orang
pasien stroke dengan penurunan kesadaran yang dirawat Sedangkan pasien yang
memerlukan tindakan suction setengah dari jumlah pasien tiap bulannya rata-rata
sebanyak 18 orang. Dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
penelitian ini adalah Apakah ada Pengaruh Hiperoksigenasi Pre Suction Terhadap
1.3.2.2 Diketahuinya rerata saturasi oksigen postes pada pasien yang dilakukan
1.3.2.3 Diketahuinya rata-rata saturasi oksigen pretes pada pasien yang tidak dilakukan
1.3.2.4 Diketahuinya rata-rata saturasi oksigen postes pada pasien yang tidak dilakukan
dilapangan.
SOP tindakan suction pada pasien penurunan kesadaran khususnya ruangan ICU
RSSN Bukittinggi
dependen dalam penelitian ini adalah perubahan saturasi oksigen. Desain penelitian
ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan one group pretes postes with control
pre suction dengan kelompok yang tidak diberikan hiperoksigenasi pre suction
observasi sebagai alat ukur penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
pembagian 10 orang kelompok control dan 10 orang kelompok kasus. Penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan pada
pasien yang memerlukan pbservasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak
pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru mengurangi
kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit
3. Menerima rujukan dari level yang lebih rendah dan melakukan rujukan ke
a. ICU khusus
1. Dimana dirawat pasien payah dan akut dari satu jenis penyakit contoh:
pembuluh darah
3. Respiratory Unit pasien dirawat yang mengalami gangguan pernafasan
b. ICU Umum
Dimana yang dirawat pasien sakit payah akut di semua rumah sakit menurut
ventalasi bantu < 24 jam serta pemantauan jantung.ICU ini berkedudukan di rumah
Merupakan Intensif Care Unit yang mampu melakukan ventilasi bantu lebih lama
dari ICU primer serta mampu melakukan bantuan hidup lain,tetapi tidak terlalu
3. ICU Tersier
infeksi,dsb)
Dari klasifikasi ICU di atas Rumah Sakit Stroke Nasional termasuk pada jenis
ICU Sekunder. Kapasitas pasien diruangan ICU 7 orang yang masing-masing pasien
dilengkapi satu monitoring yang terdiri dari; monitoring EKG, tekananan darah, suhu,
pernafasan, nadi dan saturasi oksigen.dan terdapat juga satu monitor sentral yang
terletak dekat nurse station Oksigen yang ada di ICU adalah sentral begitu juga dengan
suctionnya.
Pasien yang banyak dirawat di ruang ICU adalah stroke dengan penurunan
gangguan sistem pernafasan yaitu penumpukan lendir dijalan nafas yang memerlukan
tindakan suction.
Saturasi yang paling tinggi (jenuh) adalah 100%. Artinya seluruh tangan
artinya tidak ada oksigen sedikitpun yang terikat oleh hemoglobin. Hemoglobin
mampu dibawa oleh hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan alat non invasif yang
mengukur saturasi oksigen darah arteri pasien yang dipasang pada ujung jari, ibu
jari, hidung, daun telinga atau dahi dan oksimetri nadi dapat mendeteksi
hipoksemia sebelum tanda dan gejala klinis muncul (Kozier & Erb, 2002).
oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam
mengukur persentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah.
Menurut (Hudak & Gallo, 1997) tiap gram hemoglobin dapat membawa
oksigen yang dapat dibawa oleh hemoglobin (Hudak & Gallo, 1997). Adapun
transport oksigen ke jaringan tergantung pada jumlah oksigen dalam darah arteri
(kandungan oksigen arteri) dan kemampuan jantung untuk memompa darah yang
tergantung pada seberapa baik paru mampu mendapatkan oksigen dari udara ke
dalam darah dan jumlah normal hemoglobin yang berfungsi untuk membawa
dalam jaringan tubuh tergantung dari jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru,
difusi oksigen antara alveolus dan arteri, aliran darah ke jaringan dan kemampuan
darah dalam mengangkut oksigen.Eruzzi (1995) yang dikutip oleh Wynne R, Botti
M, Paratz J (2004 ).
Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien
terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak (Tarwoto, 2006).
a. Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan
(SaO2). Meski oksimetri oksigen tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri,
oksimetri oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien
terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Oksimetri nadi
keperawatan umum, dan pada area diagnostik dan pengobatan ketika diperlukan
b. Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak
tentang berapa banyak aliran darah pasien yang diperlukan agar tetap sehat.
c. Tissue oksigen saturasi (St O2) dapat diukur dengan spektroskopi inframerah
d. Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan oksigen
nadi yang secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan terbesar dalam
Alat yang digunakan dan tempat pengukuran Alat yang digunakan adalah
oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode pengemisi cahaya (satu cahaya merah
dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe, kedua diode ini mentransmisikan
cahaya merah dan inframerah melewati pembuluh darah, biasanya pada ujung jari
atau daun telinga, menuju fotodetektor pada sisi lain dari probe (Welch, 2005).
Kalibrasi alat yang dgunakan untuk penelitian dilakukan sekali setahun sesuai
b. Sirkulasi Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika area yang
c. Aktivitas Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area sensor dapat
melalui hidung atau rongga mulut ke dalam pharing atau sampai trachea.
dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya
yang menyumbat jalan nafas, ditandai dengan : hasil auskultasi : ditemukan suara
crackels atau ronkhi, nadi dan laju pernafasan meningkat, sekresi terlihat di saluran
napas atau rangkaian ventilator, permintaan dari klien sendiri untuk dilakukan
penghisapan lender dan meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator
(Lynn, 2011)
nafas, sehingga patensi jalan nafas dapat dipertahankan dan meningkatkan ventilasi
atelektasis (Kozier & Erb, 2002). Selain itu juga untuk mendapatkan sampel lendir
napas buatan. Sedangkan komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan hisap
1. hipoksemia,
3. infeksi nosocomial
6. nyeri dan kecemasan (Kozier & Erb, 2002; Higgin, 2005; Ruben,
2010;AARC,2010)
mengeluarkan sputum dari rongga mulut, trakhea, dan bronchus sehingga jalan
napas tidak terganggu, akan tetapi ada dampak lain yang ditimbulkan dari tindakan
peningkatan frekuensi pernapasan jika dilakukan dengan teknik yang kurang tepat.
jika dilakukan dengan teknik yang kurang tepat.Menurut Baun (1984), Judson
melebihi 10-15 detik di lumen artificial airway, total proses suction jangan melebihi
6-10 kali ventilasi dan begitu seterusnya sampai jalan nafas bersih.
Melihat salah satu peran perawat ICU yaitu upaya untuk mencegah
komplikasi maka penting sekali membantu klien yang diberikan terapi oksigen agar
yang bisa terjadi bila hal ini tidak dilaksanakan maka peran perawat ICU
c. Remaja-dewasa : 10-16F
2) Sarung tangan
4) Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
1. Jelaskan kepada pasien apa yang dilakukan, mengapa perlu, dan bagaimana
pasien dapat menerima pasien dapat menerima dan bekerjasama karena biaya
tindakan ini menyebabkan batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu
Posisikan pasien semiflower jika tidak ada kontraindikasi agar pasien dapat
ini menyebabkan rasa sakit terutama pada pasien yang telah menjalani
operasi toraks atau perut atau yang memiliki pengalaman traumatis sehingga
e. Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila perlu.
f. Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan sarung tangan
penghisap
garam steril.
2) Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup suction
1/menit.
maksimal.
a. Persiapan Alat :
2. Mesin suction.
3. Canule suction.
5. Handscoen 1 pasang.
6. Tissu.
b. Prosedur
1. Ucapkan salam dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
dan keluarga.
penampung.
dewasa).
8. Bilas kanule dengan Nacl dan beri kesempatan pasien untuk bernafas.
Di ruang ICU RSSN Bukittinggi suction yang digunakan adalah sentral dan
2.4 6 Oropharingeal
Oropharingeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut
dan pharyng pada orang yan tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan
nafas (Medikal Dictionary). Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube adala
cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi
terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi(Sally
Betty, 2005). Oropharingeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau
plastik yang dimasukkan pada mulut ke pharyng posteriol untuk menetapkan atau
jangka panjang dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube untuk
2.5 Hiperoksigenasi
2.5.1 Pengertian
lendir (Kozier & Erb, 2002). Hiperoksigenasi bisa dilakukan dengan menggunakan
oksigen sampai 100% sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap
Sistim pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan
sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan,
diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada
keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam
proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi (Guyton, 2005).
1. Ventilasi
jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama
adalah diafragma. Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari
medulla spinalis pada vertebra servikal keempat. Udara yang masuk dan keluar
terjadi karena adanya perbedaan tekanan, yang keluarnya dari medulla spinalis
atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg)
a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
2. Perfusi Paru
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen
dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari
curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi
3. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran
darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg
sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan
CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg
Lama perhisapan
Hiperoksigenasi
Besar tekana
Hisap lendir/Suctioning hisap Diameter
Kanule
Setting Ventilator
Gagal nafas
Gagal
sirkulasi
Anemia
Gangguan Hipoksia
Neuromoskuler
Penurunan konsentrasi
oksigen
Higgins (2005), Timby (2009), Lynn (2011), Hudak (1997), Guiton (2005), Kozier &
Erb (2002)
BAB III
KERANGKA KONSEP
diberikan dan memberi landasan yang kuat terhadap judul yang dipilih sesuai dengan
Skema 3.1
Defenisi
Cara Alat Skala Hasil
No Variabel Operasiona
Ukur Ukur Ukur Ukur
l
1 Variabel
Independen
Hiperoksige Memberika Observasi Lembar
nasi n ventilasi observasi
pernafasan
dengan
menggunak
an ambu
bag 4-5 kali
pernafasan.
2 Variabel
Dependen
Observasi Oxyomet Rasio 0-100%
Perubahan Jumlah
ri
saturasi angka
oksigen saturasi
oksigen
yang
tergambar
dilayar
monitoring
Hipotesis
BAB IV
METODE PENELITIAN
metode quasi eksperimen dengan pendekatan One group pre and post-tes with control
case yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh hiperioksigenasi pre suction terhadap
perubahan saturasi oksigen di ICU Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun
2016. Variabel independen dalam penelitian ini adalah hiperoksigenasi pre suction,
sedangkan variable dependen dalam penelitian ini adalah perubahan saturasi oksigen.
Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan kelompok intervensi dan
Tabel 4.1
Disain Penelitian
Keterangan:
A : Kelompok intervensi
B : Kelompok control
di intervensi
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti
pasien yang dirawat diruangan ICU RSSN Bukittinggi selama tahun 2015 sebanyak
370 orang.
4.3.2 Sampel
N ( z ) 2 p .q
n= 2 p.q¿
d ( N −1 )+ ¿ za ¿
Keterangan :
n= besarnya sampel
N= besarnya populasi
q = 1-p (0,5)
maka,
N ( z ) 2 p .q
n= 2 p.q¿
d ( N −1 )+ ¿ za ¿
362,6
¿
18,08
Kriteria Inklusi:
Kriteria Ekslusi:
1. Pasien dengan GCS > 10.
4.3.3 Sampling
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel yang
didasarkan siapa yang ada pada saat penelitian dilakukan (Nursalam 2008).Jadi
sampel yang diambil dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria sampel yang telah
ditentukan.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi,yang berisikan kode nama pasien, nilai saturasi oksigen pre dan post
kelompok kontrol berisikan kode nama pasien,nilai saturasi oksigen pre dan post
a. Untuk pengumpulan data dimana terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada
observasi.
f. Peneliti juga melakukan hal yang sama pada pasien kontrol, namun
sebanyak dua kali perlakuan dengan rentang waktu satu kali perlakuan perhari.
hiperoksigenasi. Dalam penelitian ini alat saturasi yang dipakai adalah saturasi
yang yang langsung terpasang pada monitoring pasien,dimana alat ini dikalibrasi
setahun sesuai dengan SOP pemeliharaan alat dan sarana RSSN Bukittinggi.
a. Editing
melakukan intervensi
b. Entry
Setelah lembar observasi terisi penuh dan benar, data diproses dengan
program komputerisasi.
c. Cleaning
entry apakah ada kesalahan atau tidak, apakah pengkodeannya sudah tepat atau
belum.
d. Processing
a. Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari variabel yang
x = Mean (rata-rata
n = Jumlah sampel
2. Analisa Bivariat
Statistik bivariat adalah suatu metode analisa data untuk menganalisa pengaruh
antara dua variabel (Nugroho, 2005). Penguji hipotesis untuk mengambil keputusan
tentang apakah hipotesis yang diajukan cukup menyakinkan untuk ditolak atau
batasan kemaknaan 0,05 sehingga nilai P ≤ 0,05 maka statistik disebut “ bermakna
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitia n harus diperhatikan karena
manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Alimul, 2003). Menurut
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
4. Justice (Keadilan)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama merupakan suatu prinsip moral
untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan
kehidupan seseorang.
BAB V
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi memiliki sarana dan pra sarana di
atas tanah seluas 13.000 M2 yang terdiri dari rumah sakit,taman ,area parkir roda
dua dan roda empat. Untuk menunjang pelayanan rumah sakit tersedia 165 tempat
tidur yang terdistribusi pada ruangan kelas I,II,III,VIP.ICU dan HCU yang
keperawatan yaitu pada instalasi rawat jalan,instalasi rawat inap serta instalasi
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, maka saat ini RSSN sedang
mungkin timbul selama proses penelitian . Dalam pengambilan data Penelitian ini
One group pre and post-tes with control case yang bertujuan untuk mengetahui
Penelitian ini diambil datanya terhadap 20 orang responden yang berada pada
penelitian ini di lakukan pada 2 tahap yang pertama pada kelompok kasus (10
responden yang dilakukan hiperoksigenasi) dan yang kedua pada kelompok kontrol
dilakukan hiperoksigenasi.
Tabel 5.1
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai Saturasi oksigen
yang berada pada kategori > dari 95% ( Oksigen Normal) tidak ada, dengan nilai
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Saturasi oksigen Pada kelompok intervensi setelah
dilakukan hiperoksigenasi di Ruang ICU RSSN Bukittinggi
Tahun 2016
setelah dilakukan hiperoksigenasi sebagian besar berada pada kategori > 95%
yang berada pada kategori < 95% ( hipoOksigenasi) sebanyak 2 orang responden
( 20.0%), dengan nilai rata rata saturasi oksigen = 96.3 dengan SD = 0.949
Tabel 5.3
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa nilai Saturasi oksigen
ICU RSSN , sedangkan yang berada pada kategori > dari 95% ( Oksigen Normal)
Tabel 5.4
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa nilai Saturasi oksigen
suction terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien di ruang ICU RSSN
Tabel 5.5
Nilai Saturasi O2
1 Pre-test 93.60 0.966 0.306 3.821 0.001 10
2 Post-tes 96.30 0.949 0.300 1.579
2.700 1.567 0.496
Pre-suction Saturasi oksigen pada pasien stroke di ruang ICU RSSN Bukittinngi
maka didapatkan nilai rata rata mean = 2.700 dengan Standar Deviasi = 1.567 dan
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa Nilai Saturasi oksigen
yang berada pada kategori > dari 95% ( Oksigen Normal) tidak ada, dengan nilai
diantaranya adalah obstruksi saluran pernapasan yang bisa diakibatkan oleh adanya
Apabila benda tersebut tidak dapat dikeluarkan maka akan berakibat sangat fatal
bagi kelangsungan hidup. Obstruksi jalan napas adalah resiko yang dihadapi pasien
tidak sadar karena epiglotis dan lidah mungkin rileks, yang menyumbat orofaring,
orotrakhea dan nasotrakhea, dan penghisapan napas buatan. Tujuan dari tindakan
keperawatan suction ini adalah untuk mengeluarkan sputum dari rongga mulut,
trakhea, dan bronchus sehingga jalan napas tidak terganggu, akan tetapi ada
dampak lain yang ditimbulkan dari tindakan tersebut yaitu hipoksemia yang
pada level normal. Hal tersebut didukung oleh pendapat RW Light, dkk (1997),
besar berada pada batas normal. Kondisi tersebut disebabkan karena pasien
memberikan fraksi oksigen 100% pada ventilator selama dua menit. Dampak dalam
tidak mengalami penurunan saturasi oksigen yang drastis (Hudak & Gallo, 2010).
Saturasi yang paling tinggi (jenuh) adalah 100%. Artinya seluruh tangan
artinya tidak ada oksigen sedikitpun yang terikat oleh hemoglobin. Hemoglobin
Sedangkan Menurut Kozier & Erb, (Tahun 2002) bahwa Saturasi oksigen
adalah ukuran seberapa banyak prosentase oksigen yang mampu dibawa oleh
hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan alat non invasif yang mengukur saturasi
oksigen darah arteri pasien yang dipasang pada ujung jari, ibu jari, hidung, daun
telinga atau dahi dan oksimetri nadi dapat mendeteksi hipoksemia sebelum tanda
oksigen dan akan mengalami kekurangan supali tersbut memang belum dilakukan
lagi intervensi pemberian Hiperoksigenasi Pre suction pada pasien tersebut oleh
sebab itu semua pasien yang peneliti lakukan penelitian maka semuanya mengalami
kurangnya nilai ≤ 95% atau mengalami kekurangan oksigen normal pada pasien
Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa Nilai Saturasi oksigen
setelah dilakukan Hiperoksigenasi sebagian besar berada pada kategori > 95%
yang berada pada kategori < 95% ( hipoOksigenasi) sebanyak 2 orang responden
( 20.0%), dengan nilai rata rata saturasi oksigen = 96.3 dengan SD = 0.949
hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal
disebut sebagai "SATS", untuk mengukur persentase oksigen yang diikat oleh
hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah,
Sedangkan Menurut Menurut Hudak & Gallo, (tahun 1997) bahwa tiap
transport oksigen ke jaringan tergantung pada jumlah oksigen dalam darah arteri
(kandungan oksigen arteri) dan kemampuan jantung untuk memompa darah yang
tergantung pada seberapa baik paru mampu mendapatkan oksigen dari udara ke
dalam darah dan jumlah normal hemoglobin yang berfungsi untuk membawa
oksigen.
Hal ini Sependapat dengan hasil penelitian Fikri dan Ganda (2005)
yang masuk ke paru-paru, difusi oksigen antara alveolus dan arteri, aliran darah ke
sebagian besar pasien mengaalami nilai saturasi oksigenasi > 95% artinya banyak
pasien yang mendapatkan nilai > 95% dimana banyak pasien stroke di ruangan
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa Nilai Saturasi oksigen
ICU RSSN , sedangkan yang berada pada kategori > dari 95% ( Oksigen Normal)
yang efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang
kecil atau mendadak. Adapun cara pengukuran saturasi oksigen antara lain, Saturasi
oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan hipoksemia (yang
juga dapat disebabkan oleh anemia ). Hipoksemia karena SaO2 rendah ditandai
dengan sianosis . Oksimetri 8 nadi adalah metode pemantauan non invasif secara
tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri, oksimetri oksigen merupakan salah
satu cara efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang
termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan umum, dan pada area diagnostik
Sedangkan Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak
berapa banyak aliran darah pasien yang diperlukan agar tetap sehat.
itu semuanya kelompok kontrol masih mengalami kekurangan nilai dalam saturasi
oksigen dimana nilai pada kelompok kontrol yang didapat semuannya mengalami
nilai saturasi Oksigen < 95% yang artinya rata rata pasien kelompok kontrol
sewaktu dilakukan pengukuran awal semuanya mengalami kekurangan oksigen dari
saturasi oksigen tetapi akan mungkin juga mengalami kebutuhan oksigen yang
normal atau lebih dari > 95% atau mengalami kebutuhan yang normal walaupun
kelompok untuk perbandingan nilai rata dari kelompok intervensi dimana nilai
kelompok kontrol rata rata nilai saturasinya lebih rendah dimana nilai rata rata =
93,40 sedangkan nilai pretes kelompok intervensi rata rata = 93,60 oleh karena itu
kelompok kontrol juga memerlukan suatu perlakuan supaya nilai saturasi nya akan
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa Nilai Saturasi oksigen
ruang ICU RSSN , sedangkan yang berada pada kategori > 95% ( Oksigen Normal)
Menurut Giuliano & Higgins, (Tahun 2005) bahwa Saturasi oksigen perifer
(Sp O2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan oksigen yang biasanya diukur
menggunakan oksimetri nadi yang secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan
terbesar dalam pemantauan klinis . Alat yang digunakan dan tempat pengukuran
Alat yang digunakan adalah oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode pengemisi
cahaya (satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe, kedua
di periode ini mentransmisikan cahaya merah dan inframerah melewati pembuluh
darah, biasanya pada ujung jari atau daun telinga, menuju fotodetektor pada sisi lain
kejenuhan atau saturasi (SaO2). Saturasi yang paling tinggi (jenuh) adalah 100%.
paling rendah adalah 0% artinya tidak ada oksigen sedikitpun yang terikat oleh
yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan alat non invasif
yang mengukur saturasi oksigen darah arteri pasien yang dipasang pada ujung jari,
ibu jari, hidung, daun telinga atau dahi dan oksimetri nadi dapat mendeteksi
kelompok kontrol maka dari beberapa pasien terdapat sebanyak 1 orang atau 10.0%
mengalami peningkatan saturasi oksigen pada kelompok kontrol. Oleh sebab itu
meningkat sebanyak satu orang dari sepuluh orang dan sembilan orang masih
mengalami nilai < 95% atau masih mengalami hipooksigen atau kekurangan
oksigen.
Oksigen
Setelah dilakukan uji T-test atau uji beda tentang pengaruh hiperoksigenasi
Pre-suction Saturasi oksigen padfa pasien stroke di ruang ICU RSSN Bukittinngi
maka didapatkan nilai rata rata mean = 2.700 dengan Standar Deviasi = 1.567 dan
presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen
sering disebut sebagai "SATS", untuk mengukur persentase oksigen yang diikat
oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah,
saturasi oksigen yang kurang semuanya (100%) mengalami saturasi < 95% yang
artinya tidak ada satupun responden atau pasien yang mengalami nilai saturasi yang
normal oleh sebab itu semua responden mengalami nilai yang kebutuhan
oksigennya sangat kurang dengan rata rata = 93.60. dan pada saat postes dilakukan
pada kelompok ini rata nilai saturasi mengalami kenaikan sebesar 2.700. dari 93.60
menjadi rata rata 96.30 . oleh sebab itu ada pengaruh hiperoksigenasi Pre Suction
pada pasien stroke yang mengalami saturasi oksigen di Ruangan ICU RSSN tahun
2016. Dan kenaikan ini dapat dinilai dengan beberapa hal seperti yang
jumlah oksigen dalam darah arteri (kandungan oksigen arteri) dan kemampuan
mampu mendapatkan oksigen dari udara ke dalam darah dan jumlah normal
Hal ini juga Sependapat dengan Fikri dan Ganda (2005) bahwa peningkatan
pre suction dimana dengan dilakukannya intervensi tersebut maka akan terjadi
yang masuk ke paru-paru, difusi oksigen antara alveolus dan arteri, aliran darah ke
Dibandingkan dengan kelompok intervensi bahwa rata rata nilai kelompok kontrol
pretes = 93,40 dan nilai saturasi post-tes = 92.30 kalau dilihat terlihat terjadi
penurunan nilai saturasi oksigen pada responden dalam perawatan di Ruang ICU.
Jika dilihat SDnya pada PreTest = 0.966 sedangkan pada post-test = 1.567.
Penurunan saturasi oksigen ini terjadi akibat komplikasi dari tindakan suction yaitu
terjadinya keadaan hipoksia, di mana pasien yang sedang dalam kondisi kritis
ditambah dengan kejadian hipoksia akan memperburuk kondisi pasien (Lindgren,
2007).
Hasil penelitian ini sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sedangkan kelompok Intervensi nilai rata ratanya dari = 93.60 pada Pretest
menjadi 96,30 pada pos-test , sedangkan nilai SD dari 0.968 pada pre-test menjadi
nilai = 0.949 pada postest. Hal ini jika dilihat secara statistik maka ada peningkatan
nilai rata-rata dan ada penurunan nilai SD (standart deviasi) maka dikatakan ada
Asumsi peneliti bahwa ada perbedaan antara rata kelompok kontrol dengan
terjadi karena pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan hiperoksigenasi pre
gangguan perfsusi jaringan dan cadangan oksigen di jaringan sedikit akibat suplai
oksigen yang tidak kuat dari paru-paru, kemudian ditambah lagi dengan komplikasi
dari tindakan suction yaitu terjadinya hipoksemi, hal ini terjadi sewaktu melakukan
penghisapan/suction oksigen ikut terbawa oleh slang suction yang berdampak pada
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
dan 10 orang responden pada kelompok Kontrol dengan judul Pegaruh hiperoksigenasi
pre-suction dalam perubahan saturasi oksigen pasien stroke di ruangan ICU RSSN Kota
6.1.1. Rerata saturasi oksigen pre suction pada kelompok yang dilakukan hiperoksigenasi
6.1.2. Rerata saturasi oksigen post suction pada kelompok yang dilakukan
6.1.3. Rerata saturasi oksigen pre suction pada kelompokyang tidak dilakukan
6.1.4. Rerata saturasi oksigen post suction pada kelompok yang tidak dilakukan
ruang ICU RSSN Bukittinggi Tahun 2016 dengan hasil uji statistik p-value = 0,001
(α = 0,005)
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka ada beberapa
dilapangan.
Diharapakan pada pihak pendidikan agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai
selanjutnya.
Berty, Irwin Kitong. 2013. Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir Endotrakeal Tube
(ETT) Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pada Paisen Yang Dirawat Di Ruang
ICU Rsup Prof. DR. R. D. Kandou Manado.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta :
EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :
EGC
_______, 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. EGC : Jakarta
Lynn, D. (2011). AACN procedure manual for critical care 6th edition. ST Louis
Missouri : Elsevier saunders.
Lampiran 1
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Perintis Sumatera Barat.
( Sutri Guswenti )
Lampiran 2
( )
Lampiran 3
PROSEDUR TINDAKAN
c. Persiapan Alat :
7. Bak instrumen berisi pinset anatomi 1 buah dan kassa secukupnya.
8. Mesin suction.
9. Canule suction.
10. Nacl atau air matang.
11. Handscoen 1 pasang.
12. Tissu.
13. Ambu bag
14. Slang penyambung O2