Proposal Skripsi - Ratna Mutia - (044) Fix

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 57

PROPOSAL SKRIPSI

“GAMBARAN SANITASI PASAR TRADISIONAL SELAMA PANDEMI


COVID-19 DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2021”

Proposal Ini disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat

Dosen pembimbing: Meliana Sari, S.KM., MKM

Oleh:
Ratna Mutia (11171010000044)

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MEI/2022
I
KATA PENGANTAR

Assalamu’laykum Warahmatullah Wabarakatuh


Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal
Skripsi berjudul “Gambaran Sanitasi Pasar Tradisional Selama Pandemi COVID-19”
di Kabupaten Banyumas Tahun 2021”.

Adapun dalam proses penyusunan proposal penelitian ini telah peneliti susun
secara maksimal dengan mempertimbangkan saran serta bantuan dari berbagai pihak,
sehingga pembuatan proposal penelitian ini dapat berjalan lancar. Peneliti
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan proposal penelitian ini, yaitu:

1. Ibu Dr. Zilhadia, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

3. Ibu Meliana Sari, MKM selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas
waktu dan arahan pada setiap bimbingan serta semangat dan motivasi yang
selalu diberikan kepada penuli selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M. Kes selaku dosen penguji I dan Ibu
Dr. Ela Laelasari, S.KM., M. Kes selaku dosen penguji 2 yang sudah
memberikan evaluasi serta arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Para dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu: Ibu Dr. Febrianti, M.Si; Ibu Izza
Hananingtyas, SKM., M. Kes; Ibu Dewi Utami Iriani, SKM., M. Kes., Ph. D; Ibu
Iting Shofwati, S.T., M.KKK; Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M. Si; Ibu Della
Aristi, MKM; Ibu Fajar Ariyanti, SKM., M. Kes., Ph.D; serta dosen lain yang
mohon maaf tidak disebut namanya satu persatu namun tidak mengurangi rasa
hormat saya. Terima kasih telah memeberikan ilmu yang tak terhingga kepada

II
penulis, semoga, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan pahala jariyah untuk
Bapak dan Ibu dosen Kesmas UIN Jakarta, aamiin.

6. Orang tua penulis yaitu Bapak Tongat Sutardi dan Ibu Hartati yang telah
memberikan do’a serta dukungan yang tidak terputus kepada penulis selama
menyelesaikan studi.

7. Adik Penulis yaitu Hilman Dwi Yunanto yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

8. Teman-teman Kajian Pramuka ‘31 SMANJA (Nurdianov, Anas, Ganang, Ulin,


Farid, dan Almh. Depi) yang telah berbagi cerita dan selalu memberikan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

9. Jihan Fadilah Faiz sebagai teman sekamar asrama, teman selama magang, dan
teman berbagi cerita selama perkuliahan.

10. Teman-teman Asrama Putri 71 (Ulfa, Muza, Mariya, Melur) yang selalu
memberikan semangat serta menjadi ruang bercerita penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Ketua dan Wakil Paguyuban Beasiswa KSE (Amel, Fikrie, Marrin)
yang selalu memberikan dukungan dan arahan pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini

12. Teman-teman penerima beasiswa Karya Salemba Empat UIN Jakarta; Kak
Hikma, Kak Achir, Kak Vella, Kak Anjar, Yuda, Fajri, Bela, dan yang lainnya
yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan studi

13. Serta, teman-teman kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat UIN Jakarta
yang telah menjadi ruang untuk belajar selama studi.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak masukan dari
pembaca. Besar harapan, skripsi ini bisa memberikan manfaat untuk berbagai pihak.
Peneliti

III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 COVID-19 atau Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2
2.1.1 Definisi COVID-19 ............................................................................................10
2.1.2 Etiologi COVID-19 ............................................................................................10
2.1.3 Manifestasi Klinis .............................................................................................. 11
2.1.4 Jalur Pajanan ...................................................................................................... 11
2.1.5 Pencegahan (Prevention) COVID-19 di Pasar ...................................................13
2.2 Pasar Sehat
2.2.1 Pasar Tradisional ................................................................................................17
2.2.2 Pasar Sehat ......................................................................................................... 17
2.2.3 Indikator Penilaian Pasar Sehat ......................................................................... 18
2.3 Sanitasi Lingkungan ..............................................................................................31
2.4 Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar ..................................................................32
2.5 Sanitasi Lingkungan Sebagai Upaya Memutus COVID-19 di Pasar ....................32
2.6 Peraturan Sanitasi Pasar Sehat .............................................................................. 33
2.7 Kerangka Teori ..................................................................................................... 36

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................................37
3.2 Definisi Operasional ............................................................................................. 37

IV
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 42
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................................42
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 42
4.4 Pengumpulan data .................................................................................................44
4.5 Instrumen Penelitian ............................................................................................. 44
4.6 Manajemen Data ................................................................................................... 45
4.7 Analisis Data .........................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

V
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aturan Penyediaan Toilet di Pasar untuk Pedagang ...................................23


Tabel 2.2 Aturan Penyediaan Toilet di Pasar untuk Pengunjung ............................... 23
Tabel 2.3 Penyediaan Kamar Mandi di Pasar .............................................................24
Tabel 2.4 Penyediaan Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun berdasarkan Aturan Pasar
Sehat ............................................................................................................................26
Tabel 2.5 Regulasi Sanitasi Pasar ............................................................................... 33
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................................... 37
Tabel 3.2 Sebaran Pasar di Kabupaten Banyumas ......................................................42

VI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok ditemukan jenis baru coronavirus
yang menyebabkan penyakit COVID-19 (Coronavirus Diseases 2019). COVID-
19 merupakan penyakit menuar yang disebabkan oleh virus Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). (Sharma et al., 2020).
Pada manusia, virus ini dapat menimbulkan penyakit infeksi saluran pernafasan,
mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS).
COVID-19 menyebar dengan sangat cepat, hingga dalam waktu beberapa bulan
saja telah menyebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Awal Maret 2020
dilaporkan virus ini masuk ke Indonesia. Oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), pada awal Maret 2020 COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi global
dan penularannya dilaporkan telah terjadi dibeberapa negara. Hingga tahun 2022
COVID-19 telah bermutasi menjadi beberapa varian, yaitu Delta dan Omicron.
Tercatat hingga April 2022, terdapat sebanyak 6,04 juta kasus positif dan
156.000 meninggal dunia. (JHU CSSE COVID-19 data, 2022)
Sejalan dengan meluasnya penularan COVID-19 dibeberapa berbagai klaster,
pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memutus transmisi
COVID-19. Salah satunya yaitu pembetukan Gugus Tugas Percepatan
Pencegahan COVID-19. Kementerian Kesehatan RI dalam Kepmenkes No. 382
tahun 2020 juga mengatur tentang Protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat
dan fasilitas umum dalam rangka pencegahan dan pengendalian COVID-19.
Kebijakan terkait protokol kesehatan tersebut memuat; perlindungan kesehatan
terhadap individu dan perlindungan kesehatan masyarakat. Selain itu, dilakukan
juga vaksinasi COVID-19 bagi seluruh elemen masyarakat secara bertahap.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga telah menggencarkan 5M
dalam upaya mengajak masyarakat untuk memutus transmisi COVID-19, 5M
tersebut yaitu: memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilisasi.

1
COVID-19 telah memasuki berbagai klaster, salah satunya yaitu pasar. Data
dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyebutkan bahwa pada bulan
Desember 2020 secara nasional tercatat sebanyak 142 pasar dengan 1.762
pedagang pasar terkonfirmasi posistif COVID-19, dan sebanyak 68 orang
meninggal dunia. IKAPPI juga mencatat bahwa Jawa Tengah menjadi provinsi
tertinggi dengan jumlah 475 pedagang positif, disusul DKI Jakarta, dan Jawa
Timur. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah dengan kasus positif
klaster pasar yang tinggi di Jawa Tengah. Di Kabupaten Banyumas sendiri
tercatat pada awal Desember 2020, menurut Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas menyatakan bahwa COVID-19 terus meningkat akibat adanya
transmisi lokal, data juga menyebutkan bahwa di Pasar Wage Purwokerto
terdapat 19 pedagang positif COVID-19, serta 5 pedagang terkonfirmasi positif
di Pasar Sokaraja.
Pasar sebagai fasilitas umum yang merupakan tempat bertemu dan
berinteraksi antara pedagang dan pembeli atau pengunjung lainnya, merupakan
tempat dengan mobilisasi tinggi dan rentan terhadap penularan berbagai penyakit.
Menurut ahli epidemiologi Indonesia, kebersihan yang kurang terjaga, perilaku
pedagang pasar, dan standar sanitasi serta higiene yang belum ketat, membuat
pasar menjadi tempat yang berisiko tinggi sebagai transmisi COVID-19.
Beberapa penelitian telah menemukan penularan baik yang asimtomatik maupun
yang bergejala, pada penularan dari orang asimtomatik menyebabkan
probabilitas penularan di pasar yang lebih tinggi karena orang dengan gejala
ringan atau bahkan tidak memiliki gejala dapat terus bekerja berpergian ataupun
menjalankan aktivitas lainnya. Adapun pedagang yang terinfeksi akan sangat
berpotensi menularkan virus ke orang lain, baik sesama pedagang maupun
pengunjung pasar maupun di dalam rumah tangga dan komunitasnya. Oleh sebab
itu, guna mewujudkan pasar yang tidak menjadi sumber transmisi penyakit,
diberlakukan pelaksanaan pasar sehat yang diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 17 Tahun 2020 tentang pasar sehat. Perarturan tersebut
merupakan pembaharuan dari peraturan sebelumya terakit pasar sehat yaitu
Peraturan Menteri Keseharan No. 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaran Pasar Sehat. Pasar sehat sendiri diartikan kondisi Pasar Rakyat
yang bersih, aman, nyaman, dan sehat melalui pemenuhan Standar Baku Mutu

2
Kesehatan Lingkungan, Persyaratan Kesehatan, serta sarana dan prasarana
penunjang dengan mengutamakan kemandirian komunitas pasar. Indikator dalam
penilaian pasar sehat meliputi: lokasi pasar, bangunan pasar, sanitasi, manajemen
sanitasi, pemberdayaan masyarakat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
keamanan pasar, serta sarana penunjang.
Pada penelitian yang ditulis oleh Vierto Irennius Gesang, Ester Saripati, dan
Ivan Elisabeth Purba (2020) yang berjudul “Pencegahan COVID-19 Pada
Pedagang Pasar Karya Wisata Kelurahan Gedung Johor”, menyebutkan bahwa
pedagang pasar merupakan kelompok yang paling berisiko tertular COVID-19.
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa terlihat jelas masih banyak
pedagang dan pengunjung pasar yang tidak melakukan pencegahan dan
mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan untuk mencegah transmisi
COVID-19, karena memiliki pengetahuan yang sangat kurang tentang bahaya
penyakit ini. Sejalan dengan penelitian yang juga di lakukan oleh Dwi
Nopitrisari yang berjudul “Analisis Kondisi Fasilitas Sanitasi Pasar Randik pada
Masa Pandemik COVID-19 Kelurahan Kayuara Kecamatan Sekayu tahun 2020”
hasil penelitian menunjukan bahwa selain kondisi mobilisasi masyarakat yang
tinggi di pasar juga dibarengi dengan fasilitas sanitasi dan kesehatan lingkungan
yang buruk akan memudahkan transmisi penyakit, termasuk COVID-19. Baik
antar pedagang, maupun pedagang kepada pembeli dan sebaliknya.
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Arie Setyo Dwi Purnomo tahun
2020 yang berjudul Digital Literacy in Tackling the Spread of COVID-19 in
Villages diketahui berdasarkan temuan menunjukan bahwa pedagang pasar
merupakan orang yang cukup rentan dikarenakan aktivitas mereka yang bisa saja
bertemu dengan para pembeli yang memiliki latar belakang serta riwayat
perjalanan di zona merah. Klaster baru juga bermunculan di area pasar
tradisional. Merujuk data Kemenkes dan IKAPPI sebanyak 768 orang pedagang
pasar terinfeksi (BBC, 2020). Berdasarkan penelitian dari Anih Sri Suryani yang
berjudul “Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi COVID-19”
menyatakan bahwa upaya Indonesia dalam melawan penyebaran COVID-19
mempunyai tantangan tersendiri, mengingat masih buruknya kondisi sanitasi di
negeri ini. Menurut data WHO pada tahun 2017 Indonesia memiliki sanitasi
terburuk/tidak layak ketiga di dunia, setelah India dan Tiongkok (Damashinta,

3
2018: 26). Bahkan berdasarkan data United States Agency for Development
(USAID) dan Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene (IUWASH)
Indonesia berada di peringkat akhir diantara negara-negara ASEAN dalam
masalah akses air dan sanitasi perkotaan. Beberapa penelitian seperti; Hygiene
Condition Related to The Transmision Risk Of Leptospirosis in Traditional
Market Area yang ditulis oleh Dyah Widiastuti dan Dwi Priyanto menunjukan
bahwa sebagian besar pasar tradisional di Jawa Tengah dalam data Inspeksi
Kesehatan Lingkungan (IKL) Pasar memiliki presentase di bawah 70% yang
menurut Permenkes No. 17 tahun 2020 termasuk kategori pasar tidak sehat,
artinya sebagian besar aspek kesehatan lingkungan dipasar yang dipersyaratkan
tidak memenuhi standar.
Penularan COVID-19 berdasarkan kasus yang telah terjadi bersumber pada
lingkungan pasar yang tidak memenui standar protokol kesehatan dan standar
pasar sehat, akan menyebabkan potensi penularan tidak hanya pada klaster pasar
namun pada klaster lainnya baik komunitas atau bahkan klaster keluarga. Jalur
transmisi penularan COVID-19 dapat dicegah melalui pencegahan dari
contaminant lingkungan yang menjadi ruang lingkup kesehatan lingkungan.
Sejalan dengan pedoman sementara WHO dan UNICEF terkait Air, Sanitasi,
Higiene, dan Pengelolaan Limbah yang Tepat Dalam Penanganan Wabah
COVID-19 menyatakan bahwa penyediaan air bersih dan sanitasi yang aman
serta lingkungan yang bersih menjadi penting agar mampu melindungi kesehatan
manusia dalam kejadian luar biasa (KLB), seperti pandemi COVID-19 saat ini.
Selain itu, memastikan dilaksanakannya praktik cuci tangan serta pengelolaan
limbah yang baik dan konsisten baik di lingkungan pasar akan dapat membantu
pencegahan transmisi atau penularan COVID-19 dari satu orang ke orang lainnya.
Pelaksanaan protokol kesehatan di pasar juga merupakan wujud
implementasi penyelenggaraan pasar sehat. Dimana, ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan pada pelaksanaan pasar sehat diera pandemi COVID-19.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 tahun 2020 tentang pasar
sehat pelaksanaan pasar sehat diharapkan mampu menjadi jawaban terhadap
diselenggarakannya protokol kesehatan di Pasar untuk mencegah transmisi
COVID-19. Berdasarkan hasil analisis kondisi kesehatan lingkungan di 448
Pasar Rakyat yang tersebar di 28 provinsi di Indonesia, hanya terdapat 10,94%

4
yang memenuhi syarat, sisanya 89,06% tidak memenuhi syarat (Kementerian
Kesehatan 2017). Kondisi ini sangat memprihatinkan karena dapat meningkatkan
risiko penularan dan penyebaran penyakit serta gangguan kesehatan lainnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya penyehatan, pengamanan media
lingkungan yang tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan, serta
pengendalian terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit. Berdasarkan
penjelasan tersebut menunjukkan bahwa dengan dilaksanakannya sanitasi pasar
sesuai dengan regulasi diharapkan mampu menjadi pencegahan transmisi
COVID-19 di pasar. Guna menjadikan pasar yang aman, nyaman, dan sehat serta
tidak menjadi sumber transmisi berbagai penyakit termasuk COVID-19 perlu
dilakukan upaya pengawasan, berupa; pengawasan internal (self assesment) yang
dilakukan oleh pengelola pasar selama satu bulan sekali, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan pengawasan eksternal (Inspeksi Kesehatan Lingkungan pasar)
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat minimal 1 kali dalam 6 bulan.
Kegiatan Inspeksi Kesehatan Lingkungan ini menjadi tolok ukur kesehatan pasar,
dimana pada masa pandemi COVID-19 sanitasi dan kesehatan lingkungan
menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan sebagai upaya pencegahan
COVID-19 di pasar. Dibantu dengan tenaga ahli kesehatan lingkungan dengan 3
aspek penting berdasarkan PP No. 66 Tahun 2014: penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian. Oleh karena itu berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik
meneliti tentang Gambaran Sanitasi Pasar Tradisional Selama Pandemi COVID-
19 di Kabupaten Banyumas Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana kondisi sanitasi pasar di Kabupaten Banyumas selama pandemi


COVID-19?

b) Bagaimana distribusi penyediaan air bersih untuk masing-masing pedagang


di Pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

c) Bagaimana distribusi ketersediaan kamar mandi dan toilet di area Pasar


Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

5
d) Bagaimana distribusi penyediaan tempat sampah dan pengelolaan sampah
di lingkungan Pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun
2021?

e) Bagaimana kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Pasar


Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

f) Bagaimana kondisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Pasar


Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

g) Bagaimana distribusi ketersediaan fasilitas Sarana Cuci Tangan Pakai


Sabun (CTPS) untuk pedagang dan pengunjung di Pasar Kabupaten
Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

h) Bagaimana kegiatan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit


di pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 sebelum dan saat
pandemi COVID-19 tahun 2021?

i) Bagaimana kualitas makanan dan bahan pangan yang dijual di pasar


Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

j) Bagaimana distribusi pembersihan dan desinfeksi secara berkala pada area


bersama (lift, tangga, kamar mandi, dan fasilitas umum lainnya) di Pasar
Kabupaten Banyumas sebelum dan saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran


Sanitasi Pasar Tradisional Saat Pandemi COVID-19 Di Kabupaten Banyumas
Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus.

a. Mengetahui kondisi sanitasi pasar tradisional saat pandemi COVID-19 di


Kabupaten Banyumas tahun 2021

6
b. Mengetahui bagaimana distribusi penyediaan air bersih untuk masing-
masing pedagang di Pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19
tahun 2021?

c. Mengetahui bagaimana distribusi ketersediaan kamar mandi dan toilet di


area Pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

d. Mengetahui bagaimana distribusi penyediaan tempat sampah dan


pengelolaan sampah di lingkungan Pasar Kabupaten Banyumas saat
pandemi COVID-19 tahun 2021?

e. Mengetahui bagaimana kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)


di Pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

f. Mengetahui bagaimana kondisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di


Pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

g. Mengetahui bagaimana distribusi ketersediaan fasilitas Sarana Cuci Tangan


Pakai Sabun (CTPS) untuk pedagang dan pengunjung di Pasar Kabupaten
Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

h. Mengetahui bagaimana kegiatan pengendalian vektor dan binatang


pembawa penyakit di pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19
tahun 2021?

i. Mengetahui bagaimana kualitas makanan dan bahan pangan yang dijual di


pasar Kabupaten Banyumas saat pandemi COVID-19 tahun 2021?

j. Mengetahui bagaimana distribusi pembersihan dan desinfeksi secara


berkala pada area bersama (lift, tangga, kamar mandi, dan fasilitas umum
lainnya) di Pasar Kabupaten Banyumas sebelum dan saat pandemi COVID-
19 tahun 2021?

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan terkait Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Pasar Tradisional
Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19 Di Kabupaten Banyumas Tahun 2021.

7
Manfaat Praktis
a) Manfaat Bagi Mahasiswa/Peneliti
Hasil Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait sanitasi
lingkungan sebagai upaya mitigasi COVID-19 yang sesuai dengan protokol
kesehatan yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan Republik Indonesia
dan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia guna mencegah
transmisi COVID-19 di klaster pasar, aturan pasar sehat menurut kemenkes
RI, dan aturan menteri perdagangan tentang pemulihan aktivitas
perdagangan pada masa pandemi dan new normal.

b) Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakatt, FIKES UIN


Jakarta
Menjadi dasar informasi terkait fasilitas sanitasi lingkungan yang sesuai
dengan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan
Republik Indonesia guna mencegah transmisi COVID-19 di lingkungan
pasar, aturan pasar sehat menurut kemenkes RI, dan aturan menteri
perdagangan tentang pemulihan aktivitas perdagangan pada masa pandemi
dan new normal, dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya
yang akan dilakukan oleh mahasiswa program studi kesehatan masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

c) Manfaat Bagi Pasar Wilayah Kabupaten Banyumas Barat


Sebagai bahan informasi dan evaluasi terkait fasilitas sanitasi
lingkungan yang sesuai dengan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh
kementerian kesehatan Republik Indonesia guna mencegah transmisi
COVID-19 di lingkungan pasar, aturan pasar sehat menurut kemenkes RI,
dan aturan menteri perdagangan tentang pemulihan aktivitas perdagangan
pada masa pandemi dan new normal.

d) Manfaat Bagi Pemerintah / Pemangku Kebijakan


Bagi pemerintah atau pemangku kebijakan, penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan monitoring bagaimana penerapan
protokol kesehatan yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan dan

8
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia guna mencegah transmisi
COVID-19 di lingkungan tempat pasar. Serta menjadi acuan untuk
penerapan yang lebih terpadu.

e) Manfaat Bagi Masyarakat / Pedagang secara Umum


Bagi masyarakat atau pedagang secara umum, hasil penelitian ini dapat
dijadikan informasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
selama atau pasca pandemi COVID-19 baik di pasar maupun tempat umum
lainnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Gambaran Pelaksanaan Sanitasi
Pasar Tradisional Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19 Di Kabupaten
Banyumas Tahun 2021 melalui analisis data Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Pasar Kabupaten Banyumas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun
2018-2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif pendekatan kuantitatif
dengan desain studi cross sectional dengan analisis univariat. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode Total sampling. Penelitian ini dilakukan
selama satu bulan yaitu pada bulan Mei-Juni tahun 2022.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. COVID-19 atau Severe Acure Respiratory Syndrom Coronavirus 2


2.1.1. COVID-19
COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini ditularkan dari
manusia ke manusia lain dan telah luas menyebar di Tiongkok dan lebih dari 190
negara di dunia dan teritori lainnya. Selanjutnya pada 12 Maret 2020, WHO
mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi pandemi dunia. Tercatat hingga tahun
2022, COVID-19 telah bermutasi menjadi beberapa varian yaitu COVID-19 Delta
dan COVID-19 Omicron.

2.1.2 Etiologi
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm yang
memiliki 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43,
betavcoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-
CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)
(Susiolo,dkk., 2020). Dari hasil filogenik menunjukkan corona virus menjadi etiologi
COVID-19 yang termasuk dalam genus betacoronavirus dan subgenus Sarbecovirus.
Virus ini dinamakan SARS-CoV-2. Protein (S) memfasilitasi masuknya virus corona
ke dalam sel target. Proses ini bergantung pada pengikatan protein S ke reseptor
selular dan priming protein S ke protease selular. (Handayanai, dkk., 2020).
Proses masuknya SARS-CoV-2 ke dalam sel mirip dengan SARS-CoV
(Handayani, dkk., 2020) Hal ini didasarkan pada hasil permodelan melalui computer
yang menunjukan bahwa SARS-CoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada protein
spike domain receptor-binding yang hamper identic dengan SARS-CoV
(Susiolo,dkk., 2020). Pada SARS-CoV, protein ini memiliki afinitas yang kuat
terhadap angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2). Data in vitro mendukung
kemungkinan SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel menggunakan reseptor ACE2
(Susiolo,dkk., 2020) dan menggunakan serine protease TMPRSS2 untuk priming S

10
protein, meskipun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut (Handayani,
dkk., 2020).

2.1.3 Manifestasi Klinis


Gejala klinis COVID-19 yang paling umum yaitu demam, batuk kering,
merasa lelah (WHO,2020) dan sesak nafas (Kemenkes, 2020). Manifestasi klinis
COVID-19 beragam, dari tanpa gejala, gejala ringan, hingga berat. Manifestasi klinis
muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan (Kemenkes, 2020). Pada fase ini
leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun dan pasien tidak bergejala
(asimptomatik). Pada fase berikutnya, virus menyebar melalui aliran darah yang
diduga pada jaringan yang mengekspesi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan
jantung. Gejal pada fase ini umunya ringan (Susiolo, dkk., 2020). Gejala ringan
merupakan gejala yang muncul secara tidak spesifik, dengan gejala utama seperti
demam, batuk yang disertai dengan nyeri tenggorokan, sakit kepala, kongesti nasal,
malaise, nyeri otot, (Yuliana, 2020) ISPA tanpa komplikasi, anaroksia, diare dan
muntah (Susilo, dkk., 2020). Pasien yang memiliki gejala ringan tidak membutuhkan
suplementasi oksigen (Susilo, dkk., 2020). Serangan kedua terjadi empat hingga
tujuh hari setelah timbul gejala awal. Pada fase ini gejala yang dirasakan pasien
demam, mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit menurun, tanda inflamasi mulai
meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Ase selanjutnya, inflamasi makin tidak
terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis dan komplikasi
lainnya (Susilo, dkk., 2020).

2.1.4 Jalur Pajanan


Menurut kajian cepat yang dilakukan oleh WHO dan para ahli, dihasilkan
kemungkinan moda transmisi SARS-Cov-2 diantaranya sebagai berikut:
1. Transmisi kontak dan droplet
Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung, kontak
tidak langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi
seperti air liur dan sekresi saluran pernapasan atau droplet saluran napas yang
keluar saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau menyanyi.
Droplet saluran napas memiliki ukuran diameter > 5-10 μm sedangkan droplet
yang berukuran diameter ≤ 5 μm disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol.

11
Transmisi droplet saluran napas dapat terjadi ketika seseorang melakukan kontak
erat (berada dalam jarak 1 meter) dengan orang terinfeksi yang mengalami
gejala-gejala pernapasan (seperti batuk atau bersin) atau yang sedang berbicara
atau menyanyi; dalam keadaan-keadaan ini, droplet saluran napas yang
mengandung virus dapat mencapai mulut, hidung, mata orang yang rentan dan
dapat menimbulkan infeksi. Transmisi kontak tidak langsung di mana terjadi
kontak antara inang yang rentan dengan benda atau permukaan yang
terkontaminasi (transmisi fomit) juga dapat terjadi.
2. Transmisi melalui udara
Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran agen infeksius
yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang tetap infeksius
saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Transmisi SARS-
CoV-2 melalui udara dapat terjadi selama pelaksanaan prosedur medis yang
menghasilkan aerosol (“prosedur yang menghasilkan aerosol”). Pemahaman
akan fisika embusan udara dan fisika aliran udara telah menghasilkan hipotesis-
hipotesis tentang kemungkinan mekanisme transmisi SARS-CoV-2 melalui
aerosol. Hipotesis-hipotesis ini mengindikasikan bahwa sejumlah droplet saluran
napas menghasilkan aerosol (<5 μm) melalui penguapan dan 2) proses normal
bernapas dan berbicara menghasilkan aerosol yang diembuskan. Karena itu,
orang yang rentan dapat menghirup aerosol dan dapat menjadi terinfeksi jika
aerosol tersebut mengandung virus dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan infeksi pada orang yang menghirupnya. Namun, proporsi droplet
nuclei yang diembuskan atau proporsi droplet saluran napas yang menguap dan
menghasilkan aerosol, serta dosis SARS-CoV-2 hidup yang diperlukan untuk
menyebabkan infeksi pada orang lain tidak diketahui, sedangkan untuk kasus
virus-virus saluran pernapasan lain proporsi dan dosis ini telah diteliti.
3. Transmisi Fomit
Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh orang
yang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda, sehingga terbentuk
fomit (permukaan yang terkontaminasi). Virus dan/atau SARS-CoV-2 yang
hidup dan terdeteksi melalui RT-PCR dapat ditemui di permukaan-permukaan
tersebut selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan
sekitarnya (termasuk suhu dan kelembapan) dan jenis permukaan. Transmisi juga

12
dapat terjadi secara tidak langsung melalui lingkungan sekitar atau benda-benda
yang terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau
termometer), yang dilanjutkan dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau mata.
4. Transmisi lain-lain
RNA SARS-CoV-2 juga telah dideteksi di sampel-sampel biologis,
termasuk urine dan feses beberapa pasien. Sebuah penelitian menemukan SARS-
CoV-2 hidup di urine seorang pasien. Tiga penelitian mengulturkan SARS-CoV-
2 dari spesimen feses. Namun, hingga saat ini belum ada laporan yang
diterbitkan tentang transmisi SARS-CoV-2 melalui feses atau urine. Beberapa
penelitian melaporkan deteksi RNA SARS-CoV-2 di dalam plasma atau serum
darah; virus ini dapat bereplikasi di sel darah. Namun, peran transmisi melalui
darah masih belum dipastikan; dan rendahnya konsentrasi virus di plasma dan
serum mengindikasikan bahwa risiko transmisi melalui rute ini mungkin rendah.
Baru-baru ini WHO menerbitkan pernyataan keilmuan tentang menyusui dan
COVID-19. (55) Pernyataan ini menjelaskan bahwa fragmen-fragmen RNA
ditemukan melalui tes RT-PCR di sejumlah kecil sampel air susu ibu dari ibu
yang terinfeksi SARS-CoV-2, tetapi penelitian-penelitian yang menyelidiki
apakah virus ini dapat diisolasi tidak menemukan virus yang hidup. Transmisi
SARS-CoV-2 dari ibu ke anak memerlukan virus yang dapat bereplikasi dan
infeksius di dalam air susu ibu yang dapat mencapai situs sasaran pada bayi dan
juga mengalahkan sistem pertahanan bayi.

2.1.5 Pencegahan (Prevention) COVID-19 di Pasar


Menurut Undang-undang No. 36 tentang Kesehatan, preventif merupakan
segala kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Preventif
merupakan segala bentuk tindakan yang dilakukan secara terpadu dan bersifat sosial
guna mencegah suatu masalah kesehatan/penyakit menular pada manusia satu ke
yang lainnya. Preventif COVID-19 di pasar berarti segala usaha yang dilakukan agar
COVID-19 tidak menular dari pedagang ke pedagang, maupun pedagang ke
pembeli/pengunjung dan sebaliknya. Upaya preventif COVID-19 di pasar menurut
KEPMENKES RI Nomor Hk.01.07/Menkes/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan
Bagi Masyarakat Di Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan

13
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dan Peraturan Menteri
Perdagangan No 12 Tahun 2020 tentang Pemulihan Aktivitas Perdagangan Yang
dilakukan Pada Masa Pandemi COVID-19 dan New Normal dijelaskan sebagai
berikut
1. Penjagaan Jarak fisik (Physical Distancing)
Penjagaan jarak fisik atau physical distancing merupakan serangkaian
kegiatan atau tindakan pencegahan dan pengendalian non medis yang
dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit
menular seperti COVID-19, dengan cara mengurangi atau membatasi kontak
fisik sehingga dapat mengehentikan mata rantai penyebaran suatu penyakit
dalam suatu wilayah. Penjagaan jarak fisik merupakant tindakan preventif
untuk mencegah penyebaran penyakit dengan cara; menghindari kerumunan,
tidak berpergian keluar rumah kecuali dalam keadaan darurat,dan sebisa
mungkin tidak keluar rumah. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan untuk menjaga jarak aman minimal 1 meter, sementara
pakar kesehatan merekomendasikan untuk menjaga jarak fisik setidaknya 2
meter antara satu orang dengan yang lainnya.
Physical distancing disebut sebagai langkah efektif karena
memungkinkan dapat mengurangi kontak fisik antara orang yang terinfeksi
dengan yang tidak terinfeksi, sehinga dapat meminimalisir angka penularan
dan kematian. Hal tersebut dikarenakan salah satu penularan COVID-19
adalah melalui percikan droplet dari orang yang terinfeksi, sehingga
penjagaan jarak dimaksudkan sebagai pemutus rantai penularan tersebut.
Dalam protokol kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, pada tempat umum berupa pasar diharuskan
untuk menerapkan penjagaan jarak diarea pasar dengan berbagai cara,
seperti pengaturan jarak antar lapak pedagang, memberikan tanda khusus
jaga jarak yang di tempatkan di lantai pasar, dan sebagainya. Dalam surat
edaran Menteri Perdagangan RI No. 12 Tahun 2020 tentang Pemulihan
Aktivitas Perdagangan yang dilakukan pada masa Pandemi COVID-19 dan
era new normal menyebutkan bahwa pedagang di pasar harus diatur
jaraknya minimal 1,5 meter antar pedagang. Selain itu, bagi pengunjung
diharuskan untuk menjaga jarak antrian di pasar minimal 1,5 m. Hal tersebut

14
dilakukan sebagaimana diketahui bahwa pasar merupakan fasilitas
masyarakat yang bermobilitas tinggi dan potensi risiko penularan yang
tinggi.

2. Penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)


PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan upaya yang
memperkuat budaya seseorang, kelompok ataupun masyarakat agar lebih
peduli dan mengutamakan kesehatan guna mewujudkan kehidupan yang
lebih berkualitas. PHBS merupakan kegiatan yang harus dilakukan terus
menerus guna membentuk sebagai pola kebiasaan. PHBS merupakan bentuk
perwujudan orientasi hidup sehat yang bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kesehatannya baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial.
Menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia (2020) PHBS
menjadi salah satu upaya penting dalam mencegah penularan COVID-19.
Pada masa pandemi COVID-19 PHBS memiliki berbaga indikator yang
dapat mencegah penyakit menular, diantaranya; menggunakan air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari, rutin mencuci tangan pakai sabun dan air
mengalir, makan makanan sehat dan bergizi, serta melakukan aktivitas fisik
setiap hari. Sebagaimana diatur dalam protokol kesehatan oleh kemenkes RI,
pasar sebagai tempat mobilisasi tinggi dan beragam aktivitas membuat baik
pedagang maupun pembeli harus memperhatikan kebersihan diri.
Kebersihan diri bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu; rutin mencuci
tangan pakai sabun dan air mengalir setiap kali melakukan transaksi,
menggunakan air bersih dalam kegiatan sehari-hari di pasar, dan menjaga
pola makan yang baik.

3. Promosi Kesehatan COVID-19


Menurut Green (Notoatmojo, 2007), promosi kesehatan merupakan
segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait
dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk
memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Promosi kesehatan bertujuan untuk; peningkatan pengetahuan atau sikap

15
masyarakat, peningkatan perilau masyarakat, dan peningkatan status
kesehatan masyarakat. Promosi kesehatan pada tingkat preventif menurut
Notoatmojo (2007) memiliki sasaran selain pada orang yang sehat juga pada
kelompok yang berisiko. Misalnya; ibu hamil, perokok, pekerja, dan
masyarakat bermobilitas tinggi. Tujuan utama pada promosi kesehatan pada
tingkat preventif adalah untuk mencegah agar kelompok berisiko tidak jatuh
sakit.
Kegiatan promosi kesehatan pada masa pandemi COVID-19 bertujuan
untuk meningkatkan daya tanggap dan sinergitas dalam mewujudkan
masyarakat yang mandiri dan tanggap terhadap penularan COVID-19 di
setiap tingkatan administrasi. Intervesi promosi kesehatan dapat diartikan
sebagai suatu aksi atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematsi
dan terencana berdasarkan hasil asesmen serta memperhitugkan dukungan
di semua tingkatan dengan tujuan utama untuk merubah perilaku individu,
antar individu dan masyarakat dalam pengendalian COVID-19. Kegiatan
promosi kesehatan pada pencegahan COVID-19 tidak hanya memfokuskan
pada kapabilitas dan keterampilan individu, namun juga diarahkan pada
penguatan kelembagaan serta dukungan kebijakan menuju pada perubahan
sosial, ekonomi, dan ligkungan. Ketiga faktor tersebut merupakan
determinan kesehatan yang memberi dampak pada status kesehatan
masyarakat.
Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu;
melalui media komunikasi masa dan digital dan sosialisasi kesehatan.
Menurut edaran mengenai protokol kesehatan menurut Kemenkes RI, pada
aera pasar bagi pengelola diharuskan memasang media informasi di lokasi-
lokasi strategis untuk mengingatkan para pengunjung agar selalui mengikuti
ketentuan protokol kesehatan di pasar.

4. Tim Pokja COVID-19


Tim Pokja COVID-19 atau Kelompok Kerja COVID-19 merupakan
kelompok kerja yang dibentuk oleh suatu lembaga atau kelompok
masyarakat untuk mengkoordinasi kegiatan antar lembaga dalam upaya
mencegah dan menanggulangi dampak penyakit COVID-19. Dalam

16
Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang
protokol kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas umum, disebutkan bahwa
pada pasar diharapkan membentuk tim atau pokja pencegahan COVID-19
atau masalah kesehatan lainnya. Adapun tugas pokok tim pokja COVID-19
di pasar tidak jauh berbeda dengan tugas Satgas COVID-19 pada umumnya,
yaitu: Membentuk posko dan call centre serta memberi segala informasi
yang berhubungan dengan COVID-19 kepada pedagang atau pengunjung
pasar, melakukan pengecekan berkala terhadap pedagang dan fasilitas
kesehatan yang ada di pasar, melaporkan segala bentuk yang berkaitan
dengan COVID-19. Guna memudahkan koordinasi, menurut Permenkes no.
17 tahun 2020 tentang pasar sehat, tim pokja sekurang-kurangnya harus
terdiri dari: pengelola pasar, perwakilan pemasok, paguyuban/asosiasi
pedagang pasar, dan perwakilan masyarakat.

2.2. Pasar Sehat


2.2.1 Pasar Tradisional
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 mendefinisikan
pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, pasar tradisional
merupakan wadah utama penjualan produk‐produk kebutuhan pokok yang dihasilkan
oleh para pelaku ekonomi berskala menengah kecil serta mikro. Salah satu pelaku di
pasar tradisional adalah para petani, nelayan, pengrajin dan home industri (industri
rakyat). Pasar tradisional juga merupakan tempat bermobilisasi tinggi, dimana
merupakan tempat bertemunya sekumpulan pedagang dan pembeli.

2.2.2 Pasar Sehat


Menurut PERMENKES No. 17 Tahun 2020 tentang pasar sehat, Pasar Sehat
adalah kondisi Pasar Rakyat yang bersih, aman, nyaman, dan sehat melalui

17
pemenuhan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan, Persyaratan Kesehatan, serta
sarana dan prasarana penunjang dengan mengutamakan kemandirian komunitas pasar.
Untuk mewujudkan pasar seha, diperlukan kerjasama dari pihak-pihak terkait sepertti;
Pengelola pasar, pedagang, pengunjung maupun pengawas (dalam hal ini dinas
kesehatan setempat). Secara khusus, pasar sehat bertujuan untuk menyediakan psar
dengan infrastruktur yang memenuhi persyaratan kesehatan, terselenggaranya
pengelolaan pasar yang memenuhi persyaratan kesehatan dan berkesinambungan,
serta meningkatkan perilaku pedagang, pengelola, dan pengunjung untuk hidup
bersih, sehat, dan higienis.
Pendekatan Pasar Sehat merupakan suatu upaya yang bersifat integratif dan
sinergi dengan berbagai upaya lainnya yang mampu menjamin kondisi pasar yang
bersih, aman, nyaman dan sehat sehingga seluruh aktivitas di dalam pasar dapat
berjalan sesuai dengan tujuan dan peruntukannya. Kondisi pasar tersebut dipengaruhi
oleh keberadaan produsen hulu (penyedia bahan segar), pemasok, penjual, konsumen,
manajer pasar, petugas yang berhubungan dengan kesehatan dan tokoh masyarakat.
Pengembangan Pasar Sehat merupakan sebuah upaya strategis guna melindungi
masyarakat dari resiko penularan penyakit dan gangguan kesehatan yang berasal dari
pangan dan bahan berbahaya lainnya. Oleh karena itu, beberapa indikator penilaian
pasar sehat menurut PERMENKES RI No 17 Tahun 2020 tentang pasar sehat
dijelaskan sebagai berikut:

2.2.3 Indikator Penilaian Pasar Sehat


2.2.3.1 Lokasi Pasar
Sebagai tempat berkumpul dan bertemunya pedagang dan pembeli, lokasi
pasar yang sesuai dengan regulasi dipersyaratkan sebagai berikut:
1. Sesuai Rencana Umum dan Tata Ruang setempat (RUTR)
2. Tidak terletak di daerah yang rawan terhadap bencana seperti: banjir, tanah
longsor, bantaran sungai, dan lain-lain
3. Tidak terletak pada daerah yang rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
penerbangan termasuk sempadan jalan
4. Mempunyai batas wilayah yang jelas antara pasar dan lingkungannya.

18
2.2.3.2 Bangunan Pasar
a) Umum
Bangunan dan rancang bangun sesuai dengan ketenuan yang berlaku
menurut undang-undang.
b) Ruang kantor pengelola
1. Ruangan memiliki ventilasi minimal 20 % dari luas lantai.
2. Ruangan tingkat pencahayaan ruangan 100 lux.
3. Tersedia ruangan dengan tinggi langit-langit dari lantai sesuai ketentuan
yang berlaku.
4. Tersedia toilet terpisah bagi laki-laki dan perempuan.
5. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi sabun dan air yang mengalir.
c) Penataan ruang dagang
1. Pembagian area/zoning sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat
dan klasifikasinya seperti: basah, kering.
2. Tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan ditempat khusus.
3. Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yang lebarnya
minimal 1,5 meter.
4. Penjualan serta pemotongan unggas dan ruminisia di Pasar Rakyat diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
5. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan bahan berbahaya lainnya
ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona makanan dan
bahan pangan.
d) Tempat penjualan bahan pangan dan makanan
1. Tempat penjualan bahan pangan basah.
a. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dengan
kemiringan yang cukup sehingga tidak menimbulkan genangan air dan
tersedia lubang pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat pembatas dan
mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat
dari bahan tahan karat dan bukan dari kayu.
b. Memiliki sarana penyimpanan beku dengan suhu maksimum minus
180C dan sarana penyimpanan dingin dengan suhu maksimum 400C.
c. Tempat penjajaan atau show case produk dingin diengkapi alat
pendingin dengan suhu pendingin maksimum 70C dan untuk produk

19
beku dilengkapi dengan alat pendingin dengan suhu maksimum minus
100C.
d. Alas pemotong (talenan) tidak mengandung bahan beracun, kedap air,
dan mudah dibersihkan.
e. Pisau untuk memotong bahan mentah dan bahan matang harus berbeda
dan tidak berkarat.
f. Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan.
g. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang
mengalir.
h. Saluran pembuangan limbah tertutup, dengan kemiringan sesuai
ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan aliran limbah, serta tidak
melewati area penjualan.
i. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan
mudah diangkat.
j. Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti lalat, kecoa, tikus, nyamuk.
2. Tempat penjualan bahan pangan kering
a. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dan
mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai.
b. Meja tempat penjualan terbuat dari bahan yang tahan karat dan bukan
dari kayu.
c. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan
mudah diangkat.
d. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang
mengalir.
e. Tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan tempat
perindukannya (tempat berkembang biak), seperti lalat, kecoa, tikus,
nyamuk.
f. Tempat penjualan makanan jadi/siap saji
g. Tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yang rata dan
mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat
dari bahan yang tahan karat dan bukan dari kayu.

20
h. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang
mengalir.
i. Tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yang kuat, aman, tidak mudah
berkarat dan mudah dibersihkan dengan air yang mengalir.
j. Saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup,
landai sehingga memudahkan aliran limbah.
k. Tersedia tempat sampah kering dan basah yang kedap air, tertutup dan
mudah diangkat.
l. Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk.
e) Area parkir
1. Kendaraan pengangkut hewan hidup tidak boleh masuk area parkir pasar dan
memiliki area parkir sendiri.
2. Tidak ada genangan air.
3. Tersedia tempat sampah yang terpisah antara sampah kering dan basah yang
kedap air, tertutup dan mudah diangkat, dalam jumlah yang cukup minimal
setiap 10 meter.
4. Adanya tanaman penghijauan.
f) Konstruksi
1. Atap
a. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat berkembang
biaknya binatang penular penyakit.
b. Kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
terjadinya genangan air pada atap dan langit-langit.
c. Ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku
d. Atap yang mempunyai ketinggian 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir.
2. Dinding
a. Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang.
b. Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari
bahan yang kuat dan kedap air.
c. Pertemuan lantai dengan dinding serta pertemuan dua dinding lainnya
harus berbentuk lengkung (conus)

21
3. Lantai
a. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaan rata, tidak licin,
tidak retak, dan mudah dibersihkan.
b. Lantai yang selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci, dan
sejenisnya harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan
pembuangan air sesuai ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjadi
genangan air.
4. Pintu
Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan
yang berbau tajam agar mengunakan pintu yang dapat membuka dan
menutup sendiri (self closed) atau tirai plastik untuk menghalangi binatang
penular penyakit (vektor) seperti lalat atau serangga lain masuk.
5. Tangga
a. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan standar atau
ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga.
c. Terbuat dari bahan yang kuat, dan tidak licin.
d. Memiliki pencahayaan minimal 100 lux dan tidak menyilaukan.
6. Ventilasi.
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20% dari luas lantai dan
saling berhadapan (cross ventilation).
7. Pencahayaan.
a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan
pembersihan makanan.
b. Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan
jelas minimal 200 lux.

2.2.3.3 Sanitasi
a) Penyediaan Air Bersih
Persyaratan penyediaan air menurut KEMENKES RI No. 17 tahun 2020
tentang Pasar sehat:

22
a. Tersedia air untuk keperluan higiene dan sanitasi dengan jumlah yang
cukup setiap hari secara berkesinambungan, minimal 15 liter per
pedagang per hari.
b. Kualitas air harus diawasi secara berkala sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Jarak sumber air untuk keperluan higiene sanitasi yang berupa air tanah
minimal 10 meter dari sumber pencemar, seperti: pembuangan limbah
dan tempat penampungan sampah sementara.

b) Kamar Mandi dan Toilet


Pada masa pandemi, aturan mengenai penyediaan sarana sanitasi berupa toilet
dan kamar mandi di area pasar juga harus diperhatikan. Penyediaan sesuai jumlah
pedagan dan pengunjung, serta memastikan kebersihannya tetap terjaga. Dalam
KEMENKES RI No. 17 Tahun 2020 tentang aturan pasar sehat, diberlakukan aturan
sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Aturan Penyediaan Toilet di Pasar Untuk Pedagang
No Sarana Rasio Pedagang Laki-laki Rasio Pedagang Perempuan
Sanitasi
1 WC 1 : 40 orang 1 : 25 orang
2 : 80 orang 2 : 50 orang
3 : 120 orang 3 : 75 orang
Selebihnya, setiap penambahan 100 pedagang harus ditambah
1 toilet
2 Peturasan 2 : 40 orang
4 : 80 orang
6 : 120 orang
Selebihnya, setiap penambahan 100 pedagang harus ditambah
2 peturasan
Sumber: KEMENKES RI No. 17 Tahun 2020 tentang Pasar Sehat

Tabel 2.2 Aturan Penyediaan Toilet di Pasar untuk Pengunjung


No Sarana Rasio Pengunjung Laki- Rasio Pengunjung
Sanitasi laki Perempuan
1 WC 1 per 500 orang 1 per 100 orang sampai dengan

23
500 orang
1 per tambahan 1000 1 Per tambahan 200 orang atau
orang. Jika tidak ada seterusnya
peturasan maka jumlah 1 per tambahan 50 orang atau
WC setengah dari jumlah seterusnya
WC untuk perempuan
2 Peturasan 2 Untuk sampai dengan -
500 orang
1 per tambahan 500 orang
atau seterusnya
Sumber: KEMENKES RI No. 17 Tahun 2020 tentang Pasar Sehat

Aturan penyediaan toilet di pasar menurut KEMENKES RI No. 17


Tahun 2020:
a. Tersedianya toilet yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas
b. Di dalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan (untuk laki-
laki), tempat penampungan air tertutup, dan tempat sampah tertutup
c. Letak tanki septic tank minimal berjarak 10 m dari sumber air bersih
d. Pintu toilet tidak menghadap langsung dengan tempat penjualan
makanan dan bahan pangan
e. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup yang dilengkapi
dengan sabun dan air mengalir
f. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dengan
kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjadi
genangan air
g. Luas ventilasi minimal 20% dari luas lantai dan pencahayaan minimal
250 lux.

2.3 Tabel Penyediaan Kamar Mandi di Pasar


Sarana Rasio Pedagang Laki- Rasio Pedagang Perempuan
Sanitasi laki
Kamar Mandi 1 : 40 orang 1 : 25 orang
2 : 80 orang 2 : 50 orang
3 : 120 orang 3 : 75 orang

24
Selebihnya, setiap penambahan 100 pedagang harus
ditambah 1 kamar mandi
Sumber: KEMENKES RI No. 17 Tahun 2020 tentang Pasar Sehat

Setiap pasar harus menyediakan kamar mandi yang terpisah untuk laki-laki
dan perempuan, dan dilengkapi dengan simbol atau tanda yang jelas. Dengan
tersedianya jumlah toilet atau kamar mandi yang cukup sesuai jumlah pedangan yang
ada, serta sesuai dengan aturan yang diberlakukan. Diharapkan dapat menjadi sarana
mitigasi COVID-19 agar tidak mudah menyebar dan memungkinkan timbulnya
klaster baru di keluarga

c) Pengelolaan Sampah
Dalam aturan KEMENKES RI NO. 17 tahun 2020, diberlakukan aturan
penyediaan tempat sampah sebagai berikut:
a. Setiap kios/los/lorong wajib menyediakan tempat sampah terpilah (organik,
anorganik, B3)
b. Tempat sampah terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat,
tertutup dan mudah dibersihkan
c. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan, dan mudah
dipindahkan
d. Tersedia tempat penampungan sementara (TPS) yang terpilah antara organik,
anorganik, dan residu.
e. TPS tidak menjadi tempat perindukan vektor penular penyakit
f. Lokasi TPS tidak berada dijalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari
bangunan pasar
g. Sampah diangkut maksimal 1 x 24 jam ke tempat pemrosesan akhir (TPA)
h. Pengelolaan sampah dengan metode 3 R (reduse, reuse, recycle)
d) Pengelolaan Limbah
Menurut pasal 1 butir 20 Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menyebutkan bahwa limbah
merupakan sisa usaha dan/atau kegiatan. Limbah pasar merupakan limbah yang
dihasilkan dari segala kegiatan baik pedagang maupun pengunjung di pasar. Pada
masa pandemi COVID-19, dimana diwajibkan memakai masker/face shield membuat

25
produksi limbah di pasar semakin bertambah. Selain itu, praktik Cuci Tangan Pakai
Sabun juga membuat produksi limbah cair di pasar semakin bertambah.
Masker atau face sield yang merupakan katagori limbah infeksius merupakan
limbah yang harus dikelola secara hati-hati. Limbah dengan kategori infeksius akan
menyebabkan penularan penyakit jika tidak diolah dengan baik. Pengelolaan limbah
yang baik di area pasar juga akan melindungi baik pedagang maupun pengunjung
dari penularan penyakit baik COVID-19 maupun penyakit lain.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 17 tahun 2020 tentang pasar sehat,
pengelolaan limbah diatur sebagai berikut:
a. Limbah cair (grey water) yang berasal dari setiap los
daging/ikan/ayam/dapur/tempat pencucian peralatan, tempat cuci tangan,
dan kamar mandi disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
sebelum dibuang ke saluran pembuangan umum
b. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
c. Air hujan harus dialirkan melalui drainasi
d. Limbah toilet (black water) dialirkan langsung ke septic tank
e. Dilakukan pengujian kualitas limbah cair secara berkala sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

e) Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun


Pada masa pandemi COVID-19 pemerintah dalam kebijakannya melalui
aturan yang dikeluarkan oleh KEMENKES RI dan PERMENDAGANG tentang
protokol kesehatan di pasar mengatur adanya penyediaan fasilitas CTPS yang
memadai dan mudah dijangkau oleh pedagang maupun pengunjung. Dalam
KEMENKES RI No 17 tahun 2020 tentang aturan pasar sehat, fasilitas CTPS diatur
sebagai berikut:

Tabel 2.4 Penyediaan Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan aturan
Pasar sehat
No Sarana Sanitasi Rasio Pengunjung Rasio Pengunjung
laki-laki Perempuan
1 Tempat cuci 1 per 1 WC dan 1 per 1 WC, ditambah 1
tangan/westafel tambahan 1 per 5 per 2 peturasan atau

26
peturasan atau seterusnya
seterusnya
2 Tempat CTPS untuk los Per 1 orang pedagang
basah
Sumber: KEMENKES RI No. 17 Tahun 2020 tentang Pasar Sehat

Berdasarkan tabel diatas, untuk sarana CTPS diharapkan ada 1 per 1 WC baik
laki-laki maupun perempuan, selanjutnya ditambah 1 per 5 peturasan laki-laki, dan 1
per 2 peturasan perempuan. Sedangkan, untuk masing-masing pedagang diharapkan
memiliki fasilitas CTPS masing-masing diarea berdagangnya. Fasilitas CTPS ini
ditempatkan dilokasi yang mudah dijangkau, dan dilengkapi dengan sabun dan air
mengalir serta limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan tertutup.

f) Pengendalian Vektor dan Binatang pembawa Penyakit


Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit dilakukan
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka pencegahan
penyebaran resiko penyakit akibat lingkungan di Pasar Rakyat maka juga perlu
dilakukan pembersihan pasar dengan
melakukan:
1. Disinfeksi Pasar Rakyat yang dilaksanakan secara menyeluruh di lokasi
Pasar Rakyat terutama di kios penjualan daging unggas satu bulan sekali.
2. Disinfeksi menggunakan bahan yang ramah lingkungan.
3. Los makanan siap saji dan bahan pengan harus bebas dari lalat, kecoa dan
tikus
4. Succes trap/persentase tikus yang tertangkap <1
5. Indeks populasi kecoa<2 ekorper plate di titik pengukuranselama 12 jam
6. Indeks populasi lalat <2 ekor/ fly grill pengamatan selama 5 menit (30 detik
sebanyak 10 kali) pada setiap titik pengamatan
7. Angka bebas jentik (ABJ) jentik nyamuk aedes>95%

g) Kualitas Makanan dan Bahan Pangan


1. Tidak basi
2. Kualitas makanan siap saji (hasil pemeriksaan fisik, mikrobiologi dan kimia)
sesuai dengan peraturan

27
3. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalam suhu 4 -10oC
4. Ikan, daging, dan olahanya disimpan dalam suhu 0oC s/d 4oC
5. Sayur dan buah disimpan dalam suhu 10oC, telur, susu dan olahannya
disimpan dalam suhu 5-7oC
6. Penyimpanan bahan makanan dengan jarak 15 cm dari lantai 5 cm dari
dinding dan 60 cm dari langit langit
7. Kebersihan peralatan makanan maksimal 100 kuman per cm2 permukaan
dan E.coli nol
8. Pengelola melakukan seleksi/screening makanan yang berpotensi
mengandung bahan berbahaya

h) Desinfeksi Pasar
Transmisi COVID-19 dikaitkan dengan kontak erat antara orang-orang
diberbagai tempatnya berkegiatan. Seperti coronavirus lainnya, COVID-19
merupakan virus berselubung yang memiliki selubung lipid luar yang rapuh,
sehingga COVID-19 lebih rentan terhadap desinfektan dibandingan dengan virus
tanpa selubung, seperti: rotavirus, norovirus, dan poliovirus. Persistensi COVID-19
pada berbagai jenis permukaan sudah diteliti, seperti; COVID-19 tetap viabel 1 hari
pada permukaan kayu dan kain, hingga 2 hari pada kaca, 4 hari pada stainless steel
dan plastik, dan hingga 7 hari pada lapisan luar masker medis. Pada penelitian lain
menunjukan bahwa COVID-19 bertahan 4 jam pada tembaga, 24 jam pada kardus.
COVID-19 bertahan pada berbagai tingkat pH dan suhu ambien, tetapi rentan
terhadap panas dan metode desinfeksi standar.
Pembersihan membantu membersihkan patogen atau mengurangi beban
patogen secara signifikan. Pembersihan merupakan langkah pertama yang paling
penting dalam proses desinfeksi. Pembersihan dengan air, sabun atau detergen, dan
tindakan mekanins tertentu seperti menyikat atau menggosok akan mengurangi debu,
serpihan dan materi-materi organik lain. Materi organik dapat menghalangi kontak
langsung antara desinfektan dengan permukaan benda dan menonaktifkan sifat-sifat
germisida atau moda aksi desinfektan tertentu. Sehingga, penyemprotan desinfektan
akan efektif jika dilakukan setelah pembersihan dengan air dan sabun biasa.
Larutan desinfektan harus dipersiapkan dan digunakan sesuai anjuran
pembuatannya mengenai volume dan waktu kontak. Larutan desinfektan sebaiknya

28
diberikan dalam jumlah yang cukup. Pada masa pandemi COVID-19, pemerintah
melalui aturan dari KEMENKES RI dan PERMENDAGANG mengenai protokol
kesehatan dipasar menyebutkan bahwa guna mitigasi COVID-19 di area pasar,
seharusnya dilakukan pembersihan dan desinfeksi secara berkala minimal 3 hari
sekali pada area bersama di lingkungan pasar. Area bersama yang dimaksud yaitu
area yang rentang disentuh oleh pedagang maupun pengunjung, seperti: pegangan
tangga, tombol lift, pintu toilet dan fasilitas umum lainnya. Menurut KEMENKES RI
No 17 tahun 2020 tentang aturan pasar sehat, desinfeksi pasar harus dilakukan secara
menyeluruh terutama dilakukan di kios penjualan daging dan unggas.

2.2.3.4 Manajemen Sanitasi


Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan terhadap sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang efektif dan
efisien. Manajemen sanitasi dalam kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan pasar
merupakan kegiatan perncanaan, pengorganisasiaan dan pengawasan terhadap
kondisi dan fasilitas sanitasi di pasar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh petuga, dalam
hal ini tenaga kesehatan lingkungan oleh dinas kesehatan setempat yang sesuai
dengan standar operasional prosedur yang berlaku. Pengawasan tersebut meliputi:
a. Pengelolaan sampah (lembar cek monitoring)
b. Air limbah, drainasi, dan IPAL (Lembar cek monitoring)
c. Toilet dan penyediaan air (higiene dan air minum)
d. Pembersihan pasar

2.2.3.5 Pemberdayaan Masyarakat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


1. Pedagang dan pekerja
a) Pedagang daging, karkas, ikan menggunakan alat pelindung diri
b) Berperilaku hidup bersih dan sehat (membuang sampah, membersihkan
tempat sampah basah setiap selesai berjualan, CTPS, dll)
c) Dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi pedagang paling sedikit 6
bulan sekali
d) Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular
langsung, seperti: diare, hepatitis, TBC, kudis, dll.
2. Pengunjung

29
a) Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
b) Senantiasa cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir setelah
memegang ikan, karkas, atau daging
3. Pengelola
a) Pernah mengikuti kursus atau pelatihan di bidang sanitasi dan higiene
makanan dan pangan
b) Membunyai rencana kerja PHBS di pasar
c) Tindak lanjut hasil rekomendasi intervensi permasalahan kesehatan
lingkungan (laporan)
4. POKJA
a) Ada SK Pokja pasar (Pengelola pasar dan perwakilan perdagang dan petugas
pasar
b) Ada rencana kerja (setiap tahun, ada kegiatan screening bahan pangan yang
dijual di pasar)
c) Adanya implementasi rencana kerja (dokumen pelaksanaan kegiatan pokja
pasar)
d) Melakukan kegiatan penilaian internal pasar secara rutin setiap satu kali
dalam sebulan
e) Melakukan monitoring

2.2.3.6 Keamanan
1. Pemadam Kebakaran
a) Peralatan pemadam kebakaran: jumlah cukup, dan 80% berfungsi
b) Tersedia hidran pilaruntuk pemadam kebakaran
c) Letak peralatan pemadam kebakaran mudah untuk dijangkau dan ada
petunjuk arah penyelamatan/evakuasi
d) Adanya SOP penggunaan alat pemadam kebakaran
2. Keamanan
a) Ada pos keamanan
b) Ada personil/petugas keamanan

30
2.2.3.7 Sarana Penunjang
1. Tersedia pos pelayanan kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K)
2. Tersedia akses keluar masuk barang dan orang yang terpisah

2.3 Sanitasi Lingkungan


Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan
atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan
dan daya tahan hidup manusia. Menurut Perpres No 185 Tahun 2014 tentang
Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (PPAMS), sanitasi adalah segala
upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi
persyaratan kesehatan melalui pembangunan sanitasi. Pembangunan sanitasi adalah
upaya peningkatan kualitas dan perluasan pelayanan persampahan rumah tangga, air
limbah domestik, dan pengolahan drainase lingkungan secara terpadu dan
berkelanjutan melalui peningkatan perencanaan, kelembagaan, pelaksana dan
pengawasan yang baik. Perencanaan sanitasi adalah dokumen yang meliputi peta
jalan (roadmap) sanitasi nasional, peta jalan (roadmap) sanitasi provinsi, dan strategi
sanitasi kabupaten/kota.
Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan
untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang
mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup
pasokan air yang bersih dan aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan
industri yang efisien, perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia,
udara yang bersih dan aman; rumah yang bersih dan aman. Dari defenisi tersebut,
tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan
lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat
menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada
akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraan juga akan berkurang. Karena
itu upaya sanitasi lingkungan menjadi penting dalam meningkatkan kesejahteraan

31
2.4 Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2015 tentang Pelayanan
Kesehatan lingkungan di Puskesmas, Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) adalah
Kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan
dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang berlaku
untuk meningkatkan kualitas lingkungan sehat. Inspeksi Kesehatan lingkungan pasar
merupakan kegiatan pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh dinas
kesehatan kota/atau kabupaten setempat terhadap pasar yang ada di daerahnya.
Penilaian dalam kegiatan IKL di pasar mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 17 tentang Pasar Sehat, dimana dalam peraturan tersebut
disebutkan bahwa kegiatan IKL Pasar wajib dilakukan paling minimal satu kali
dalam 6 bulan atau 2 kali dalam setahun. Tujuan dari kegiatan inspeksi kesehatan
lingkungan di pasar adalah untuk mengevaluasi kondisi kesehatan lingkungan di
pasar, dan sebagai bahan perumusan rencana intervensi untuk mewujudkan pasar
sehat.

2.5 Sanitasi Lingkungan Sebagai Upaya Memutus COVID-19 di Pasar


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 17 tentang Pasar sehat, Pasar
Sehat adalah kondisi Pasar Rakyat yang bersih, aman, nyaman, dan sehat melalui
pemenuhan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan, Persyaratan Kesehatan,
sertasarana dan prasarana penunjang dengan mengutamakan kemandirian komunitas
pasar. Pendekatan pasar sehat merupakan suatu upaya yang bersifat integratif dan
sinerfi dengan berbagai upaya untuk menjamin kondisi pasar yang bersih, aman,
nyaman, dan sehat sehingga seluruh aktivitas di pasar berjalan sesuai dengan tujuan
dan peruntukannya. Penyelenggaraan pasar sehat juga bertujuan agar pasar yang
merupakan tempat bermobilisasi tinggi tidak menjadi sumber transmisi berbagai
penyakit, salah satunya COVID-19.
Guna mewujudkan pasar sehat dilakukan upaya Pengawasan Internal (Self
Assesment) yang dilakukan rutin dalam satu bulan sekali oleh pihak pengelola pasar,
kemudian dilakukan juga pengawasan ekseternal (Inspeksi Kesehatan Lingkungan)
yang dilakukan 1 kali dalam 6 bulan oleh dinas kesehatan kota/kabupaten setempat.
Kesehatan lingkungan yang merupakan faktor penting pemutus pandemi
COVID-19 menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu,

32
kegiatan isnpeksi kesehatan lingkungan yang terintegrasi dan terapadu sangat
diperlukan guna perbaikan kualitas lingkungan pasar agar transmisi COVID-19 tidak
semakin meningkat. Memastikan tersedianya sarana dan fasilitas kesehatan
lingkungan seperti: penyediaan tempat cuci tangan pakai sabun, desinfeksi berkala
pada aera pasar, penyediaan kamar mandi dan toilet yang cukup untuk pedagang dan
pengunjung, serta memaksimalkan sirkulasi udara dan pencahayaan--perlu dilakukan
dan diperhatikan untuk mewujudkan lingkungan yang bersih, dan tidak menjadi
sumber penularan penyakit di pasar.

2.6 Peraturan Sanitasi Pasar pada masa Pandemi COVID-19


Pada masa pandemi COVID-19, sanitasi pasar perlu diperhatikan
pelaksanannya. Guna mewujudkan pasar sehat yang bebas dari penularan penyakit,
maka mengacu pada regulasi sebagai berikut:
Tabel. 2.5 Regulasi Sanitasi Pasar
No Regulasi Variabel
1 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 a. Penyediaan air untuk kebutuhan
tentang Pasar Sehat sanitasi
b. Penyediaan kamar mandi dan
toilet
c. Pengelolaan sampah
d. Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL)
e. Instalasi Pembuangan Air Limbah
f. Fasilitas cuci tangan pakai sabun
(CTPS)
g. Pengendalian Vektor dan
Binatang pembawa penyakit
h. Kualtas bahan pangan dan
makanan
i. Desinfeksi pasar
j. Managemen sanitasi
2 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. a) Penyediaan fasilitas cuci tangan
HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang pakai sabun yang memadai dan
Protokol Kesehatan Bagi Masyarakar di mudah diakses
tempat dan fasilitas umum dalam rangka b) Pembersihan dan desinfeksi

33
pencegahan dan pengendalian Corona berkala
Virus Disease 2019 (COVID-19) c) Penyediaan fasilitas pembersihan
diri (kamar mandi dan toilet)
3 Surat Edaran Menteri Perdagangan RI a. Penyediaan fasilitas cuci tangan
No. 12 tahun 2020 tentang Pemulihan pakai sabun
Aktivitas Perdagangan yang dilakukan b. Desinfeksi berkala minimal 2 hari
pada masa Pandemi Corona Virus Disease sekali
2019 (COVID-19) dan New Normal c. Pemeliharaan sarana umum
seperti: toilet, kamar mandi

Pendekatan teori dalam pasar sehat merujuk pada teori pasar sehat yang
dijelaskan dalam regulasi Kementerian Kesehatan RI No. 17 tahun 2020 tentang
pasar sehat. Dimana pasar sehat merupakan pasar yang aman, nyaman, dan tidak
menjadi sumber penyebaran penyakit. Suatu pasar bisa disebut sebagai pasar sehat
apabila indikator-indikator yang ditetapkan telah terepenuhi, indikator tersebut yaitu:
bangunan pasar, lokasi pasar, sanitasi pasar, managemen sanitasi pasar,
pemberdayaan masyarakat dan perilaku hidup bersih dan sehat, keamanan pasar, serta
sarana penunjang.
Salah satu upaya dalam mewujdkan kawasan yang sehat adalah dengan
mengembangkan pendekatan Pasar Sehat sebagai alternatif yang potensial,
mengingat pasar merupakan tempat aktivitas transaksi ekonomi dan inteaksi sosial
untuk pemenuhan kebutuhannya. Pada saat yang sama, pasar juga dapat menjadi
media penyebaran penyakit. Pengembangan pasar sehat adalah upaya strategis untuk
melindungi masyarakat dari risiko penularan penyakit dan gangguan kesehatan yang
berasal dari pangan dan bahan berbahaya lainnya. Guna meningkatkan keamanan
pasar, maka perlu dilakukan pelaksanaan pasar sehat yang sesuai dengan indikator
pasar sehat.
Penilaian pasar sehat dilakukan melalui kegiatan pengawasan internal (self-
assesement) yang dilakukan oleh POKJA pasar, dan pengawasan eksternal (Inspeksi
Kesehatan lingkungan) yang dilakukan oleh dinas kesehatan setempat. Kriteria hasil
penilaian pasar sehat, yaitu: memehi syarat kesehatan (MS) apabila memiliki
presentase > 70% termasuk kriteria utama minimal (KUM), Tidak memenuhi syarat
kesehatan (TMS) apabila presentase > 70% dan kriteria utama minimal (KUM) tidak
terpenuhi, dan tidak memenuhi syarat kesehatan (TMS) apabila presentase <70%.

34
Apabila hasil Inspeksi Kesehtan Lingkungan Pasar menunjukan hasil Tidak
Memenuhi Syarat Kesehatan (TMS) maka pengelola pasar harus bertindak sesuai
dengan permasalahan hasil IKL tersebut. Predikat pasar sehat diklasifikasikan
sebagai berikut: 70%-79% = Pasar sehat dasar, 80%-89% = pasar sehat menengah,
dan 90%-100% = Pasar sehat paripurna.

35
2.2 Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori Pasar Sehat

Lokasi Pasar

Bangunan Pasar
a. Umum
b. Penataan Ruang dagang
c. Ruang kantor pengelola
d. Tempat penjualan bahan
pangan dan makanan

Sanitasi dan manajemen sanitasi:


a. Air bersih
b. Kamar mandi dan toilet
c. Pengelolaan sampah
d. Fasilitas Cuci Tangan
Pakai Sabun
e. Saluran pembuangan air
limbah 1. Memenuhi Kejadian
f. Instalasi pengelolaan air PASAR SEHAT
Syarat COVID-19
limbah 2. Tidak
g. Pengendalian vektor dan Memebuhi
binatang pembawa Syarat
penyakit
h. Kualitas makanan dan
bahan pangan
i. Desinfeksi pasar

Pemberdayaan masyarakat dan


Perilaku hidup bersih dn sehat
a) Pedagang dan pekerja
b) Pengunjung
c) Pengelola
d) POKJA (Kelompok Kerja)

Keamanan
a. Pemadam Kebakaran
b. Pos Keamanan

Sarana Penunjang
a) Pos Pelayanan Kesehatan
dan PPPK
b) Akses keluar masuk barang

Sumber: PERMENKES RI No 17 Tahun 2020 tentang Pasar Sehat

36
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Sanitasi dan Manajemen Sanitasi:


a. Air bersih
b. Kamar mandi dan toilet
c. Pengelolaan sampah
d. Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun PASAR SEHAT
e. Saluran pembuangan air limbah
f. Instalasi pengelolaan air limbah
g. Pengendalian vektor dan binatang pembawa
penyakit
h. Kualitas makanan dan bahan pangan
i. Desinfeksi pasar

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur

Variabel Dependent
1 Pasar Sehat Kondisi pasar yang Telaah 1. Meme Ordinal
aman, nyaman, dan dokumen nuhi syarat
tidak menjadi sumber kesehatan,
penyebaran penyakit, dengan
dengan penilaian presentase
menggunakan beberapa ≥ 70%
indikator dalam 2. Tidak
inspeksi kesehatan memenuhi
lingkungan pasar yang syarat
diatur oleh kementerian kesehatan
kesehatan RI dengan
presentase
≤ 70 %
(Kemenkes
RI, 2020)

37
Variabel Independent

2 Desinfeksi Desinfectan berkala Telaah 1. Mem Ordinal


pasar merupakan pemberian dokumen enuhi, jika > 1
atau penyemprotan kali dalam
bahan kimia yang seminggu
digunakan untuk 2. Tidak
mencegah terjadinya memenuhi,
infeksi atau pencemaran jika < 1 dalam
oleh jasad renik atau seminggu
obat untuk membasmi
kuman penyakit, yang
dilakukan di lingkungan Sumber:
pasar. Permendagang
No. 12 tahun
2020
3 Penyediaan Penyediaan air bersih Telaah 1. Mem Ordinal
air bersih merupakan penyediaan dokumen enuhi syarat
air bersih harian untuk 2. Tidak
pedagang pasar untuk memenuhi
kebutuhannya dalam syarat
sehari
Memenuhi
syarat apabila
Kriteria
Utama
Minimal
(KUM)
terpenuhi.
Sumber:
Permenkes
No. 17 Tahun
2020
4 Kamar mandi Penyediaan kamar Telaah 1. Mem Nominal
dan toilet mandi baik untuk dokumen enuhi S
pedagang maupun yarat
pengunjung pasar. 2. Tidak
Sesuai dengan aturan memenuhi
pasar sehat, diketahui. syarat
1. WC

38
1 per 20orang untuk Memenuhi
pedagang laki-laki syarat apabila
1 per 25 orang kriteria Utama
pedagang perempuan Minimal
1 per 500 pengunjung (KUM)
laki-laki terpenuhi.
1 per 200 pengunjung Sumber:
perempuan Permenkes
2. Toilet No. 17 Tahun
2020
5 Pengelolaan Pengelolaan sampah Telaah 1. Mem Ordinal
sampah harian di pasar dimulai dokumen enuhi Syarat
dari pengangkutan 2. Tidak
sampai dengan Memenuhi
pengelolaan. Sampah syarat
yang dimaksud
merupakan hasil Memenuhi
aktivitas pedagang syarat apabila
maupun pengunjug Kriteria
pasar Utama
minimal
(KUM)
terpenuhi.
Sumber:
Permenkes
No. 17 Tahun
2020
6 Fasilitas cuci Fasilitas cuci tangan Telaah 1. Mem Nominal
tangan pakai pakai sabun (CTPS) dokumen enuhi syarat
sabun merupakan sarana 2. Tidak
untuk pedagang dan memenuhi
pengunjung untuk Syarat
melakukan pembersihan
tangan sebelum dan Memenuhi
sesudah aktivitas. syarat apabila
Fasilitas CTPS ini Kriteria
minimal tersedia di Utama
pintu masuk dan keluar Minimal
pasar serta toilet, serta (KUM)
tersedia disetiap los terpenuhi.

39
Sumber:
Permenkes
No. 17 Tahun
2020
7. Saluran Saluran pembuangan air Telaah 1. Ya Nominal
Pembuangan limbah (SPAL) di pasar dokumen 2. Tidak
Air Limbah merupakan saluran
pembuangan air sisa Ya, jika
kegiatan di pasar. tersedia SPAL
Saluran ini harus di pasar
tertutup dan mengalir, Tidak, jika
serta rutin dilakukan tidak tersedia
pengecekan SPAL di pasar
Sumber:
Permenkes
No. 17 Tahun
2020
8 Instalasi Instalasi Pengelolaan Telaah 1. Ya Nominal
Pengolahan Air Limbah (IPAL) di dokumen 2. Tidak
Air Limbah pasar merupakan
seperangkat alat atau Ya, jika
struktur yang digunakan tersedia IPAL
untuk mengelola limbah di pasar
cair sisa kegiatan di Tidak, jika
pasar agar tidak tidak tersedia
mengakibatkan dampak IPAL di pasar
lingkungan. Sumber:
Permenkes
No. 17 Tahun
2020
9 Pengendalian Pengendalian vektor Telaah 1. Ya Nominal
Vektor dan dan pembawa penyakit dokumen 2. Tidak
binatang di lingkungan pasar
pembawa dilakukan sesuai Ya, jika
penyakit dengan peraturan pengendalian
perundang-undangan dilakukan
dalam rangka sesusai
pemcegahan dengan
penyebaran risiko peraturam
penyakit akibat Tidak, jika

40
lingkungan di pasar. pengendalian
tidak
dilakukan
sesusai
dengan
peraturam
Sumber:
Permenkes
No. 17 Tahun
2020
10 Kualitas Kualitas makanan dan Telaah 1. Mem Ordinal
Makanan dan bahan pangan di pasar dokumen enuhi
bahan pangan meliputi makanan basah 2. Tidak
dan kering yang harus memenuhi
dilakukan pengawasan
sesuai dengan standar Memenuhi
dan peraturan syarat apabila
perundang-undangan Kriteria
Utama
Minimal
(KUM)
Terpenuhi.
Sumber:
Permenkes
No. 17 Tahun
2020

41
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi
cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Desain studi cross sectional
merupakan salah satu metodologi penelitian atau bisa pula dilihat sebagai salah
satu metodologi penelitian sosial dengan melibatkan lebih dari satu kasus dalam
sekali olah dan juga melibatkan beberapa variabel untuk melihat pola
hubungannya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian terhadap
seluruh pasar di Wilayah Kabupaten Bayumas. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat gambaran sanitasi pasar pada sebelum pandemi dan saat pandemi
COVID-19 di Pasar Tradisional Kabupaten Banyumas tahun 2021.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan selama satu bulan; mulai pada Mei 2022
hingga Juni tahun 2022 di Pasar Kabupaten Banyumas.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan suatu objek atau subjek yang mempunyai kualitas
serta karakteristik yang dapat ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
diambil kesimpulannya. (Sugiyanto, 2012). Populasi dalam penelitian ini
yaitu seluruh pasar tradisional di Kabupaten Banyumas tahun 2021. Menurut
Badan Pusat Statistik provinsi Jawa Tengah, jumlah keseluruhan pasar
tradisional di Kabupaten Banyumas sebanyak 23. Data pasar tersebut, yaitu:

Tabel 3.2 Sebaran Pasar di Kabupaten Banyumas


Pasar Pasar
Kecamatan Pusat
No Swalayan Umum/
(Subdistrict) Perbelanjaan Khusus
/minimarket tradisional
1 Lumbir - - - -
2 Wangon 4 - 1 -
3 Jatilawang 2 - 1 -

42
4 Rawalo - - - -
5 Kebasen 1 - - -
6 Kemranjen 1 - 2 -
7 Sumpiuh 5 - 1 -
8 Tambak 2 - 1 -
9 Somagede - - - -
10 Kalbagor - - - -
11 Banyumas 3 - 1 -
12 Patikraja 6 - - -
13 Purwojati - - - -
14 Ajibarang 4 - 1 -
15 Gumelar - - - -
16 Pekuncen - - 1 -
17 Cilongok 2 - 1 -
18 Karanglewas 3 - 1 -
19 Kedungbanteng 1 - - -
20 Baturraden 4 - - -
21 Sumbang 1 - 1 -
22 Kembaran 4 - 1 -
23 Sokaraja 8 - 2 -
24 Purwokerto Selatan 15 1 1 1
25 Purwokerto Barat 11 - 3 -
26 Purwokerto Timur 14 1 4 -
27 Purwokerto Utara 10 - - 1
Banyumas 101 2 23 2
2020 101 2 23 2
2019 101 2 23 2

Sumber: Kabupaten Banyumas Dalam Angka tahun 2020

4.3.2 Sampel Penelitian


Sampel merupakan sebagian atau keseluruhan objek yang akan diteliti
dari sebuah populasi dan dianggap bisa mewakili populasi tersebut
(Notoatmojo, 2005). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
total sampling, dimana keseluruhan jumlah dalam populasi dijadikan sampel
penelitian. Pengambilan total sampling ini didasarkan pada teori bahwa
apabila populasi penelitian kurang dari 100 objek, maka keseluruhan populasi

43
tersebut dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2015). Dalam pengambilan
sampel, peneliti memasukan kriteria inklusi sebagai syarat sampel yaitu:
Pasar yang menjadi sampel merupakan pasar yang memiliki data lengkap
dalam inspeksi kesehatan lingkungan Pasar kabupaten banyumas tahun 2019-
2020.

4.4 Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data
sekunder merupakan jenis data yang diperoleh dan dikumpulkan tidak secara
langsung oleh peneliti terhadap informan atau responden, tetapi menggunakan
data atau dokumen yang telah ada sebelumnya (Sugiyono, 2015). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder berupa data Inspeksi
Kesehatan Lingkungan (IKL) Pasar Kabupaten Banyumas tahun 2019-2021
dengan variabel: fasilitas Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
pembersihan dan desinfeksi secara berkala pada area bersama, sirkulasi
udara/ventilasi, pecahayaan area pasar, penyediaan air bersih, ketersediaan
kamar mandi dan toilet, penyediaan tempat sampah dan pengelolaan sampah,
serta sistem pengelolaan limbah di Pasar Kabupaten Banyumas Tahun 2021.
Data Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar Kabupaten Banyumas yang
digunakan yaitu: Data IKL Juni 2021, IKL Juni 2020, IKL Desember 2019,
dan IKL Juni 2019 yang diperoleh dan telah mendapatkan izin dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas.
Pengumpulan data dalam Inspeksi Kesehatan Lingkungan di Pasar
Kabupaten Banyumas menggunakan metode observasi yang dilakukan oleh
Sanitarian Puskesmas wilayah masing-masing pasar yang kemudian
dilakukan analisis kriteria pasar oleh dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.
Kegiatan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar dilakukan sebanyak 6 bulan
sekali.

4.5 Instrumen Penelitian


Menurut Arikunto (2000;134), Intrumen penelitian merupakan alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Menurut

44
Suryabrata (2008:52) Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang
sedang diteliti. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen
penelitian berupa data sekunder yaitu Data Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Pasar Kabupaten Banyumas tahun 2019-2021 oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas yang kemudian dijadikan acuan analisis oleh peneliti.

4.6 Manajemen Data


a. Data Editing
Pengeditan adalah pemeriksaan data yang telah dikumpulkan. Pengeditan
dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi
syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan data dilakukan untuk
melengkapi kekurangan atau menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data
mentah. Kekurangan dapat dilengkapi dengan mengulangi pengumpulan data.
Kesalahan data dapat dihilangkan dengan membuang data yang tidak memenuhi
syarat untuk dianalisis (Masturah & Anggita., 2018). Kritea yang harus
ditekankan dalam tahap penyuntingan adalah:
1. Lengkap: semua jawaban responden pada kuesioner sudah terjawab.
2. Keterbacaan tulisan: apakah tulisannya cukup terbaca jelas.
3. Relevan: apakah ada kesesuaian antara pertanyaan dan jawaban.
Konsistensi jawaban: apakah tidak ada hal-hal yang saling bertentangan
antara pertanyaan yang saling berhubungan.
b. Data Entry
Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban
masing-masing pertanyaan (Masturah & Anggita., 2018).
c. Data Cleaning
Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah
sudah betul atau ada kesalahan pada saat memasukan data (Masturah & Anggita.,
2018). Tahapan cleaning data antara lain:
1. Mengetahui adanya missing data.
Cara untuk mengetahui ada tidaknya missing data adalah dengan
membuat list (distribusi frekuensi) dari variabel yang ada
2. Mengetahui variasi data

45
Variasi data yang diketahui memungkinkan kita mengetahui apakah
data yang sudah di entry benar atau salah. Caranya adalah dengan
membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel

4.8 Analisis Data


Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan pada satu variabel
dengan tujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik dari variabel
yang dianalisis. Analisis univariat juga merupakan suatu teknik analisis data
terhadap satu variabel secara mandiri tanpa dikaitkan dengan variabel lainnya.
Analisis univariat seringdisebut dengan analisis deskriptif atau statistik deskriptif
yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi atau fenomena yang dikaji.
Analisis ini juga merupakan teknik analisis yang paling mendasar pada suatu data.
Variabel univariat dalam penelitian ini yaitu: penyediaan fasilitas cuci tangan
pakai sabun, pembersihan dan desinfeksi berkala, optimalisasi sirkulasi
udara/ventilasi, optimalisasi pencahayaan, penyediaan air bersih, penyediaan
kamar mandi dan toilet, penyediaan tempat sampah dan pengelolaannya, serta
pengelolaan limbah. Selanjutnya, hasil analisis akan disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik, kemudian akan dinilai dengan standar pasar sehat sesuai dengan
aturan kementerian kesehatan no. 17 tahun 2020.

46
DAFTAR PUSTAKA

Athena, Eva Laelasari dan Tities Puspita. 2020. Pelaksanaan Disinfeksi dalam
Pencegahan Penularan COVID-19 dan Potensi Risiko terhadap Kesehatan di
Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 19. No. 1. Hal. Hal. 1-20.
Badan Pusat statistik, 2002. Klasifikasi Buku Jenis Pekerjaan Indonesia. Badan Pusat
statistik, Jakarta.
Budiarto, E. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran. EGC.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2020. Panduan Disinfeksi. Diakses pada tanggal 23
Oktober 2020 pukul 06.38 dari
https://dishub.sumutprov.go.id/images/pdf/Disinfeksi.pdf.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian
Kesehatan RI. 2020. Kesiapan Kemenkes Dalam Menghadapi Outbreak Novel
Coronavirus (2019-nCoV). Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020. Diunduh dari
https://covid19.kemkes.go.id/downloads/#.XtvakWgzbIU
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian
Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19) Revisi ke 3. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020.
Diunduh dari https://covid19.kemkes.go.id/downloads/#.XtvakWgzbIU
Felicia, Febiola V. 2020. Manifestasi Klinis Infeksi COVID-19 Pada Anak. Cermin
Dunia Kedokteran. Vol. 47 No. 6.
Gubernur DKI Jakarta. 2020. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 51 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar pada Masa Transisi
menuju Masyarakat Sehat, Aman dan Produktif. Diakses pada tanggal 23
Oktober 2020 pukul 08.11 dari
https://corona.jakarta.go.id/storage/documents/pergub-51-tahun-2020-tentang-
pelaksanaan-psbb-transisi-5eda63f3e7a1b.pdf.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Panduan Lintas Sektor.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2020 pukul 11.56 dari
https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/FINAL%20-%20COVID-
19%20Indonesia%20Cross%20Sectoral%20Guidance%20-%2020%20May.pdf.
Handayani, dkk. 2020. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia,
Vol. 40 No. 2 Hal: 119–129.

47
Masturah I dan Anggita N. 2018. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
(RMIK) Metode Penelitian Kesehatan. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, KEMENKES RI.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. 2020. Surat Edaran No.
SE.02/PSLB3/PLB.3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3
dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease (COVID-
19). Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Kementerian Keuangan RI. 2020. Bekerja dari Rumah (Work From Home) Dari
Sudut Pandang Unit Kepatuhan Internal. Diakses pada tanggal 23 Oktober
2020 pukul 20.03 dari
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13014/Bekerja-dari-Rumah-
Work-From-Home-Dari-Sudut-Pandang-Unit-Kepatuhan-Internal.html.
Kementrian Kesehatan RI, 2015. Infodatin : Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Kementrian Kesehatan RI. 2020. FAQ. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020.
Diunduh dari https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-
faq.html
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.01.07/MENKES/328/2020 Tentang Panduan Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Tempat Kerja
Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada
Situasi Pandemi. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat
Di Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan
Pengendalian Coronavirus Disease.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.02.01/MENKES/216/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penularan
Coronavirus Disease (COVID-19 Di Tempat Kerja.
Kementerian Sosial RI. 2020. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Penguatan
Kapabilitas Anak Dan Keluarga. Direktorat Rehabilitas Sosial Anak-Direktoral
Jendral Rehabilitasi Sosial

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Surat Edaran Nomor


HK.02.01/MENKES/335/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penularan

48
Corona Virus Disease (COVID-19 Di Tempat Kerja Sektor Jasa Dan
Perdaganagn (Area Publik) Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Surat Edaran Nomor PK.02.01/CVI/839/2020
Tentang Himbauan Upaya Pencegahan Penularan COVID-19 di Tempat Kerja
Lawrence W. Green. 1980. Health Education Planning A Diagnostic Approach.
Mayfield Publication.
Menteri Dalam Negeri. 2020. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 440-830 Tahun
2020 Tentang Pedoman Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman COVID-19
bagi Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.
Noorkasiani, Heryati dan Rita Ismail. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Peraturan Pemerintah RI. 2014. PP RI No. 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: Kementerian Hukum dan HAM.
Pinasti, Faura Dea Ayu. 2020. Analisis Dampak Pandemi Corona Virus terhadap
Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Penerapan Protokol Kesehatan. Wellness
and Healthy Magazine. Vol. 20. No. 2. Hal. 237-249.
Presiden RI. 1970. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja. Kementerian Hukum dan HAM.
Presiden Republik Indonesia, 1882. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Susilo, dkk. 2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia.Vol.7 No.1 Hal 45-67.
Riyanto, S., & Hatmawan, A. A. (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif
Penelitian di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen.
Deepublish.
Tim Satgas COVID-19 UGM. 2020. Penanganan COVID-19 Protokol Disinfeksi di
Tempat Kerja. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2020 pukul 06.37 dari
https://hpu.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1261/2020/03/Protokol-
Disinfeksi-di-Tempat-Kerja-COVID-19-02.pdf.
World Health Organization. 2020. Global surveillance for human infection with
novel Coronavirus (2019-nCoV). Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020. Diunduh dari
https://www.who.int/publications/i/item/globalsurveillance-for-human-infection-
withnovelcoronavirus-(COVID-19)

49
World Health Organization. 2020. Pertanyaan dan jawaban terkait Coronavirus.
Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020. Diunduh dari
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public
World Health Organization. 2020. Pertimbangan Langkah-Langkah Kesehatan
Masyarakat dan Sosial di Tempat Kerja dalam Konteks COVID-19. Diakses
pada tanggal 4 Oktober 2020. Diunduh dari https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/who---pertimbangan-langkah-langkah-
kesehatan-masyarakat-dan-sosial-di-tempat-kerja-dalam-konteks-COVID-
19.pdf?sfvrsn=b8a19986_2
World Health Organization. 2020. Transmisi SARS-CoV-2: implikasi terhadap
kewaspadaan pencegahan infeksi. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020.
Diunduh dari https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/transmisi-sars-cov-2---implikasi-untuk-
terhadap-kewaspadaan-pencegahan-infeksi---pernyataan-
keilmuan.pdf?sfvrsn=1534d7df_4
Yanti, dkk. 2020. Gambaran Pengetahun Masyarakat tentang COVID-19 dan
Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Keperawatan Jiwa.
Vol. 8. No. 3. Hal. 485-490.
Yuliana. 2020. Corona Virus Disease (COVID-19); Sebuah Tinjauan Literatur.
Wellness And Healthy Magazine Vol.2 No.1 Hal 187-192
Lan, F. Y., Wei, C. F., Hsu, Y. T., Christiani, D. C., & Kales, S. N. (2020). Work-
related COVID-19 transmission in six Asian countries/areas: A follow-up
study. PloS one, 15(5), e0233588.
Tuti, R. W. (2020). Analisis Implementasi Kebijakan Work From Home pada
Kesejahteraan Pengemudi Transportasi Online di Indonesia. Transparansi:
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, 3(1), 73-85.
Nugraheny, D. E., Galih, B., & Mashabi, S. (2020). UPDATE: Bertambah 4.823,
Kini Ada 266.845 Kasus COVID-19 di Indonesia [News]. Diperoleh dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/25/15321901/update-bertambah-
4823-kini-ada-266845-kasus-COVID-19-di-indonesia?page=all. Diaskes pada
26 September 2020.
Rosidi, A., & Rosidi, E. N. (2020). Penerapan New Normal (Kenormalan Baru)
Dalam Penanganan COVID-19 Sebagai Pandemi dalam Hukum

50

You might also like