MAKALAH TASAWUF ESYYYYyyyyyyy
MAKALAH TASAWUF ESYYYYyyyyyyy
MAKALAH TASAWUF ESYYYYyyyyyyy
Disusun Oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
2022
“The Meaning Of Moral Sufism / Practice Sufism Along With The Teachings,
Works And Influences Of As-Sulami, Abu Na’im Al-Asbahani and Al-Qusyairi"
Email: [email protected]
Abstract; The essence of Islam is morality, namely the morals between a
servant and his Lord, between a person and himself, between him and others,
including members of the community and their environment. Moral Sufism is
Sufism that is oriented towards improving morals, seeking the essence of
truth and realizing humans who can be knowladge to Allah, with certain
methods that have been formulated. Sufism practice is a continuation of moral
sufism because someone who wants to relate to Allah SWT then he must
clean his soul. To achieve a close relationship with God, one must obey and
implement the Laws or religious provisions. Obedience to religious provisions
must be followed by outward and spiritual practices. As-Sulamī underlined the
importance of emphasizing Sufism on obedience to the read, leaving the case
of lust, ta'dzim to the teacher, and being forgiving. In the concept of
remembers, al-Sulami argues that the comparison between remembers and
thought is more perfect in thought, because the truth is preached by
remembers not by thought in the process of spiritual opening. There are
several levels of remembers, namely tongue remembers, heart remembers,
sirr dhikr (secret), and spirit remembers. Abu Nu'aim al Ashbahani. The name
Ashbahan, which is a relative of its name, is a city that still exists today,
located in Iran. At the time of Abu Nu'aim the study was very focused or
taught to feel the read because it was the first obligation for every Muslim, but
besides that at that time it was also allowed and many people had carried out
the narration of tradition. Al-Qusyairi is a figure of Sufism in the 5th century
Hijri in Naisabur who tends to reform, namely by returning Sufism to the basis
of the read and As-Sunnah. It can be said that Al-Qusyairi is one of the
scholars who vehemently denies the accusation that the Sufis are separated
from the Laws. This is the background of the birth of the works of al-Qusyairi,
al-Risalah al-Qusyairyyah and Tafsir Latha'if al-Isign. Actually, this book was
written by him for the Sufi group of people in several Islamic countries in the
year 473 H, then it was widely circulated throughout the place because its
contents were intended to make improvements to Sufi teachings which at that
time had deviated a lot from the sources of Islamic law. As for the teachings
of moral Sufism according to Al-Qusyairi namely, Controlling Sufism to the
Ahlussunnah Foundation, mental health, and deviations of the Sufis.
Keywords: Moral Sufism, Practice Sufism, Teachings, Works, Influences, As-
Sulami, Abu Nua’im Al-asbahani, Al-Qusyairi
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRACT........................................................................................................
i
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................
1
A. Latar Belakang...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.............................................................................
1
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................
2
A. Kesimupulan......................................................................................
19
ii
DAFTAR KEPUSTAKAAN..................................................................................
20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf sebagai ajaran pembersihan hati dan jiwa memiliki
sejarah perkembangan dari masa ke masa. Dalam sejarah
perkembangannya, para ahli tasawuf membagi tasawuf menjadi dua,
yaitu tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku dan tasawuf
yang mengarah pada teori-teori rumit yang memerlukan pemahaman
mendalam. Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke
arah pertama sering di sebut dengan tasawuf akhlaki dan amali. Ada
yang menyebutkan sebagai tasawuf yang banyak dikembangkan kaum
salaf. Adapun tasawuf yang berorientasi ke arah kedua disebut
tasawuf falsafi.1
Oleh karena itu penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai
tasawuf Akhlaki/Amali dalam perspektif As-Sulami, Abu Nu’aim Al-
Asbahani dan Al-Qusyairy.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas pada makalah kali
ini diantaranya :
1. Bagaimana pengertian mengenai tasawuf akhlaki / amali ?
2. Bagaimana pandangan tasawuf akhlaki / amali menurut As-
Sulami, Abu Na’im Al-Asbahani dan Al-Qusyairy ?
1
Media Zainul Bahri, Tasawuf Mendamaikan Dunia, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 62-63
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Gani, Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2019), hlm. 34
2
3
mencapai insan kamil, mencontoh tokoh sufi ideal dan terbesar dalam
sejarah Islam, yakni Nabi Muhammad Saw, karena beliaulah suri-
tauladan terbaik bagi seluruh umat manusia, Pada hakekatnya, para
kaum sufi telah membuat sebuah sistem yang tersusun secara teratur
yang berisi pokok-pokok konsep dan merupakan inti dari ajaran
tasawuf akhlaki. (Hadi Mukhtar, 2009, 59)3
1. Takhalli
Takhali berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari
maksiat lahir dan maksiat batin. Takhalli merupakan langkah
pertama yang harus di lakukan oleh seorang sufi. Takhalli adalah
usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah
satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak
jelek antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan
duniawi.
2. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji.
Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa
dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama
baik yang bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang
disebut aspek luar adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat
formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan adapun yang bersifat
3
A. Gani, Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2019), hlm. 35
4
7
Mukhtar Hadi, M.Si. 2009. Memahami Ilmu Tasawuf “Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf.”
(Yogyakarta: Aura Media). hlm. 30
6
ِ ق َو ْال َم ْغ ِربُ ۚ فََأ ْينَ َما تُ َولُّوا فَثَ َّم َوجْ هُ هَّللا ِ ۚ ِإ َّن هَّللا َ َو
اس ٌع َعلِي ٌم ُ َوهَّلِل ِ ْال َم ْش ِر
8
Mukhtar Hadi, M.Si. 2009. Memahami Ilmu Tasawuf “Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf”,
(Yogyakarta: Aura Media). hlm.31
9
Sara Saviri, Demikianlah Kaum Sufi Berbicara, Terj. Ilyas Hasan, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2002),hlm. 23
8
12
Media Zainul Bahri, Tasawuf Mendamaikan Dunia, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 68-69
10
13
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta.PT.Ichtiar Baru Van J, 1993), hlm.
80
14
Media Zainul Bahri, Tasawuf mendamaikan dunia, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 64.
11
Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ikhsan Antivirus Kebatilan dan Kedzaliman (Jakarta:
15
16
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka setia, 2008), hlm. 135
13
3) Perspektif Al-Qusyairy
a. Ajaran Tasawuf Akhlaki Menurut Al-Qusyairy
https://selasarmuslim.wordpress.com/2015/01/29/studi-kitab-al-mustakhraj-abu-nuaim-al-
17
Muzakkir. Tasawuf: Pemikiran, Ajaran dan Relevansinya dalam Kehidupan. (Medan: Perdana
18
20
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka setia, 2008), hlm. 131
16
21
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka setia, 2008), hlm. 132
17
mengikuti para sufi Sunni abad ketiga dan keempat Hijriyah seperti
diriwayatkan dalam Ar-Risalah.
Selian dari ketiga hal diatas, Al-Qusyairi juga memberikan
pandangannya kepada beberapa istilah yang ada dalam tasawuf,
seperti fana’ dan baqa’, wara’, syari’at dan hakikat: 22
1) Baqa’ dan Fana’
Dalam struktul ahwal, yaitu mengenai fana’ dan baqa’, Al-
Qusyairi mengemukakan bahwa fana’ adalah gugurnya sifat-
sifat tercela, sedangkan baqa’ adalah jelasnya sifat-sifat terpuji.
Barangsiapa fana’ dari sifat-sifat tercela, maka yang tampak
adalah sifat-sifat terpuji. Sebalikya, apabila yang dominan
adalah sifat-sifat tercela maka sifat-sifat terpuji akan tertutupi.
Jika seorang individu secara terus-menerus membersihkan diri
dengan segala upayanya, maka Allah akan memberikan
anugerah melelui kejernihan perilakunya, bahkan dengan
penyempurnaan tingkah laku tersebut.
2) Wara’
Pemikiran Al-Qusyairi yang lain adalah wara’, menurutnya
wara’ merupakan usaha untuk tidak melakukan hal-hal yang
bersifat syubhat (sesuatu yang diragukan halal haramnya).
Bersikap wara’ adalah suatu pilihan bagi ahli tarekat.
3) Syari’at dan Hakikat
Al-Qusyairi membedakan antara syari’at dan hakikat; hakikat itu
adalah penyaksian manusia tentang rahasia-rahasia ke-
Tuhanan dengan mata hatinya. Sedangkan syari’at adalah
kepastian hukum dalam ubudiyah, sebagai kewajiban hamba
22
Prof. Dr. M. Solihin. M.Ag, Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil oleh pemakalah mengenai
Tasawuf akhlaki dan amali ini adalah bahwasanya tasawuf akhlaki
merupakan tasawuf yang membersihkan tingkah laku atau saling
membersihkan tingkah laku. Tasawuf amali adalah tasawuf yang
membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Bagian terpenting dari tujuian tasawuf adalah memperoleh
hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga merasa sadar berada di
“hadirat” Tuhan. Semua sufi berpendapat bahwa satu-satunya jalan
yang dapat menghantarkan seseorang kepada kehadirat Allah
hanyalah dengan kesucian jiwa. Para sufi berpendapat bahwa untuk
merehabilitas sikap mental yang tidak baik diperlukan terapi yang tidak
hanya dari aspek lahiriah.
19
KEPUSTAKAAN
A. Gani, Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, Bandung: CV. Alfabeta, 2019
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,Jakarta: PT.Ichtiar Baru
Van J, 1993.
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus
Sunnah.
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka setia,
2008.
Mukhtar Hadi, M.Si. 2009. Memahami Ilmu Tasawuf “Sebuah Peng antar
Ilmu Tasawuf”. Yogyakarta: Aura Media
20