1828 8673 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Turast 9 (2) 2021

Turast: JurnalPenelitian dan Pengabdian


https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/turast/index

Tasawuf Sebagai Intisari Ajaran Islam dan Relevansinya


Terhadap Kehidupan Masyarakat Modern

Asep Saepullah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
email: [email protected]

Abstract
There are at least two functions of religion in human life, namely as a norm and as a science.
Islam is no exception, which has three aspects of Shari'ah, namely faith, Islam, and Ihsan.
Faith and Islam are easy to explain and understand by most Muslims around the world,
because they talk about monotheism and practical sciences. Like fiqh and other sciences.
However, in the aspect of Ihsan related to Sufism, there are still few Muslims who are
aware of the importance of this aspect. Without this aspect, it is difficult for Muslims to
understand the teachings of Islam in kaffah, because it can be said that this aspect is the
center of Islam other than monotheism or sharia. Another problem arose, when the 19th to
20th century thought patterns, known for their positivism, tended to reject the meaningless
sciences of religion. From this pattern of thinking, modern society was born. Without going
through monotheism, sharia, and compassion as the essence of Islamic teachings, it will be
difficult for modern society to do good, prevent from evil, and draw closer to Allah swt.
Therefore, the author tries to explain how the relevance between Sufism as the essence of
Islamic teachings with the life of modern society through a descriptive-philosophical
approach. Through this approach, the author concludes that Sufism as the essence of
Islamic teachings is able to provide an indirect impact on modern society.

Keywords: Sufism, Essence, Teachings, Islam, and Relevance.

Abstrak
Setidaknya ada dua fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai
norma dan sebagai ilmu. Tidak terkecuali Islam, yang memiliki tiga aspek
syari'at, yaitu iman, Islam, dan Ihsan. Iman dan Islam mudah dijelaskan dan
dipahami oleh sebagian besar umat Islam di seluruh dunia, karena mereka
berbicara tentang tauhid dan ilmu-ilmu praktis. Seperti fiqh dan ilmu-ilmu
lainnya. Namun, dalam aspek Ihsan terkait tasawuf, masih sedikit umat Islam
yang sadar akan pentingnya aspek ini. Tanpa aspek ini, sulit bagi umat Islam
untuk memahami ajaran Islam secara kaffah, karena dapat dikatakan bahwa
aspek ini merupakan pusat Islam selain tauhid atau syariah. Masalah lain
muncul, ketika pola pikir abad 19 hingga 20 yang dikenal positivisme cenderung
menolak ilmu-ilmu agama yang tidak bermakna. Dari pola pikir inilah lahir
masyarakat modern. Tanpa melalui tauhid, syariah, dan kasih sayang sebagai
esensi ajaran Islam, maka akan sulit bagi masyarakat modern untuk berbuat
kebaikan, mencegah dari kejahatan, dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Oleh karena itu, penulis mencoba menjelaskan bagaimana relevansi tasawuf
sebagai esensi ajaran Islam dengan kehidupan masyarakat modern melalui
pendekatan deskriptif-filosofis. Melalui pendekatan ini, penulis menyimpulkan

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |109
bahwa tasawuf sebagai esensi ajaran Islam mampu memberikan dampak tidak
langsung pada masyarakat modern.

Kata Kunci: Tasawuf, Esensi, Ajaran, Islam, dan Relevansi.

PENDAHULUAN mendekatkan diri pada Sang Pencipta


(Simuh, 2001: 128).
Islam sebagai sebuah agama memiliki
dua fungsi, yaitu Islam sebagai norma Meskipun demikian, tidak sedikit dari
yang mengatur aturan atau hukum- catatan sejarah mengenai
hukum yang harus di patuhi oleh perkembangan dan pertumbuhan
pemeluknya, dan Islam sebagai ilmu tasawuf dalam Islam, diwarnai dengan
yaitu berisi tentang segala macam kesalahpahaman, bahkan hingga hari
pengetahuan yang ada di dalam al- ini. Kehidupan tasawuf yang identik
Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman dengan hal-hal yang berbau mistisisme
umat-Nya. Dalam berislam pun atau spiritualisme, dianggap sebagai
terdapat tiga macam aspek atau syari’at ajaran yang menyimpang dalam Islam.
dalam Islam, yaitu iman, Islam dan Misalnya, ada yang berpendapat bahwa
ihsan. Pada aspek iman, umat Islam pertumbuhan tasawuf Islam
belajar mengenai ilmu tauhid, seperti terpengaruh oleh ajaran Kristen hingga
cara meng-Esa kan Allah Swt. filsafat. (Hamka, 2017: hlm. cover
Sedangkan pada aspek Islam, kaum belakang). Maka tidak heran, demikian
muslimin belajar ilmu Fiqh dengan pula dengan beberapa ajarannya,
melihat berbagai macam madzhab atau seperti hulul, kasyaf, tajalli, wihdatul
pendapat para ulama. Adapun pada wujud, dan beberapa ajaran lainnya
aspek ihsan, memuat tasawuf yang mendapatkan kecaman dari umat
bermakna sebagai suatu metode atau muslim sendiri. Hal tersebut
pendekatan untuk mencapai kedekatan dikarenakan kesalahpahaman yang
atau penyatuan melalui pembinaan terjadi, bahkan sampai pada titik
yang dikenal dengan istilah riyadhah pertentangan yang sangat sengit
(latihan) dan mujahadah (bersungguh- terutama dikalangan ulama fiqih.
sungguh) demi mencapai kebenaran Sampai-sampai hanya karena berbeda
atau pengetahuan hakiki (ma’rifat) keilmuan dan kepemahaman, seorang
untuk menemukan rasa agama sufi (tokoh tasawuf) harus berakhir di
(penghayatan mendalam). Latihan tiang gantung, seperti kisah Al-Hallaj.
tersebut ditempuh dalam berbagai fase Dalam kasus tersebut bukanlah
yang dikenal dengan maqamat merupakan kesalahan dari tasawuf,
(tingkatan-tingkatan) serta ahwal melainkan hanya karena kapasitas ilmu
(keadaan-keadaan), dan kemudian dan spiritualitas seseorang saling
berakhir dengan mengenal Allah berbeda-beda. Sehingga terkadang
(Samsul Munir Amir, 2012: 166). Bahkan pengalaman spiritulitas itu tidak
dengan melalui fase maqamat dan ahwal, mampu ditransformasikan dalam
dapat membuat seseorang tidak bahasa yang sederhana.
bergantung pada selain Allah dan Dalam konteks ini lah, konsepsi tentang
tasawuf sebagai intisari ajaran Islam

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |110
menarik untuk diteliti. Tasawuf yang diolah dengan interpretasi yang tepat
sebenarnya merupakan bagian dari dan sistematis, sehingga penulis
syari’at Islam, yakni ihsan sangat masih berharap dapat menyajikan secara
relevan untuk menjawab berbagai
otentik dan mendalam mengenai
persoalan hidup masyarakat modern.
tasawuf sebagai intisari ajaran Islam,
Sebab, ia memiliki dimensi batin
(esoteris) yang harus mampu serta relevansinya terhadap kehidupan
ditransformasikan oleh seorang sufi masyarakat modern.
pada kehidupan nyata. Dimensi
esoterik ini menjadi salah bagian yang HASIL DAN PEMBAHASAN
sangat penting dalam Islam, selain
Definisi Tasawuf
dimensi syari’ah dan tauhid dalam
mentransformasikan ajaran-ajaran Secara sederhana tariqah dalam bahasa
Islam dalam kehidupan sehari-hari
Arab berarti jalan. Sedangkan sufisme
(Raha Bistara, 2020: 72).
atau tasawwuf dalam bahasa Arab
METODE PENELITIAN berarti hikmah Ilahi, yang dijaga dan
dipancarkan dari dalam tariqah (Sayyed
Acuan dasar dalam penelitian ini Hossein Nasr, 2015: 109). Ketika sebuah
adalah library research (penelitian peradaban modern yang bercorakkan
kepustakaan), yakni penelitian yang kehidupan materialistik lahir, ada
menggunakan literatur (kepustakaan) beberapa orang yang menjauhkan diri
baik berupa buku, jurnal, artikel, dari kehidupan duniawi itu dan lebih
ataupun catatan dari hasil laporan fokus pada akhirat atau aspek ibadah
penelitian terdahulu (Umi Kulsum, serta spiritual keagamaan, maka orang
2020: 53). Adapun sumber penelitian ini itu disebut sufi (Cecep Alba, 2012: 16).
ada dua, yaitu sumber primer dan
Secara umum pengertian tasawuf
sumber sekunder. Sumber primernya
berarti kecenderungan mistisisme
adalah dari buku-buku karya-Sayyed universal yang ada sejak dahulu kala,
Hossein Nasr, seperti Ideals and Realities berazaskan sikap zuhud terhadap
of Islam terj. Abdurrahman Wahid, dan keduniaan (askestisme), dan bertujuan
Living Sufism terj. Abdul Halim W.M. membangun hubungan (ittishal) dengan
Sumber primer lainnya adalah karya al-mala’ al-a’la yang merupakan sumber
kebaikan, emanasi dan iluminasi
dari Haidar Bagir: Mengenal Tasawuf:
(Moenir Nahrowi Tohir, 2012: 2).
Spiritualisme Dalam Islam, dan karya dari Adapun asal-usul etimologis kata
Annemarie Schimmel: Mystical tasawuf memiliki kesamaan dengan
Dimensions Of Islam. Sedangkan sumber akar kata Suf (Wool) yang dikenakan
sekundernya yang terkait dengan oleh para sufi yang terdahulu, atau safa
penelitian ini berupa buku, jurnal, (kesucian), yang ingin mereka capai,
artikel, majalah yang terkait dengan ini. atau kata-kata lain yang telah dibahas
berulang kali dalam sumber-sember
Jenis penelitian ini bersifat kualitatif
kuno maupun modern, arti penting
dengan metode deskriptif-filosofis metafisisnya adalah hikmah Tuhan.
(Kaelan, 2005: 58). Selanjutnya data
Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |111
Dari akar etimologi diatas, istilah (orang tua), dan Murad (yang dicari)
tasawuf ini, maka, kata tasawuf berasal merupakan bagian dari jalan spiritual
dari kata tashawwafa, yatashawwafa, yang harus ditempuh dalam
tashawwafa, maknanya adalah (proses) bertasawuf. Dalam tasawuf juga dikenal
“pemurnian” (Haidar Bagir, 2019: 77). dengan istilah “Sufisme”, yaitu
Para sufi sendiri menganggap bahwa keikutsertaan aktif dalam jalan spiritual
kata tersebut terlalu sentral dan sublim dan bersifat intelektual dalam arti kata
untuk dapat diturunkan secara yang sebenarnya. Sehingga terjadilah
etimologis dari kata lain. kontemplasi dalam Sufisme yang
merupakan bentuk aktifitas tertinggi
Seseorang yang menjalani tasawuf dan sesungguhnya Sufisme selalu
terkadang disebut faqir atau orang yang mengintegrasikan kehidupan aktif dan
miskin, sesuai dengan ayat Qur’an: kontemplatif. Olehsebab itu, tidak
“Tuhan itu serba kecukupan dan kamu heran banyak sufi tempo dulu banyak
serba kekurangan”. (Qs. Muhammad: 38). yang menjadi guru dan sarjana,
Arti kata faqir sendiri berarti mencoba seniman dan ilmiawan, dan bahkan
untuk menyadari bahwa ia tidak negarawan serta prajurit dan lain
memiliki apa-apa. Semua adalah milik sebagainya.
Tuhan; menyadari bahwa secara
metafisis ia tidak memiliki apapun, Pada umumnya, berbagai definisi itu
hanya Tuhan yang ada. Namun tidak mencakup atau mengandung makna
tepat apabila memanggil sufi sebagai shafa’ (suci), wara’ (kehati-hatian ekstra
orang faqir, sebab seorang sufi untuk tidak melanggar batas-batas
merupakan seorang yang telah agama), dan ma’rifah (pengetahuan
mencapai batas akhir jalan, yaitu ketuhanan atau tentang hakikat segala
ketunggalan tertinggi. Karenanya, ia sesuatu). Namun, semua sepakat bahwa
selalu mutassawwif (orang yang selalu kata ini terkait dengan akar shafa’ yang
berpakaian bulu domba) yaitu pengikut berarti suci. Hal tersebut berarti
tasawwuf. Sedangkan istilah mustaswif terdapat pula dalam ajaran al-Qur’an;
(yang berpura-pura menjadi Sufi)
disematkan pada ia yang bermain-main “Demi nafs dan penyempurnaanya
dengan ajaran tasawuf. (penciptaan)-nya... Telah berjayalah orang-
orang yang menyucikannya. Dan telah
Kehidupan spiritual yang dijalani oleh gagallah orang-orang yang mengotorinya.”
para Sufi, telah berdampak pada istilah (Qs Al-Syams: 7-10).
lain atau nama panggilan lain yang
tersemat pada para Sufi. Diantara
Tasawuf Sebagai Intisari Ajaran Islam
nama-nama lain tersebut; ahlal-tariqah
(pengikut tariqah), ahlal-isyarah (orang
Imam Junaid berkata, “Tasawuf ialah
yang belajar melalui perumpamaan),
keluar dari budi yang tercela dan masuk
ahlal-dil (dalam bahasa Persia, orang
dan masuk kepada budi yang terpuji”
yang menggunakan hati) dan lain
(Moh. Toriqqudin, 2008: 16). Tasawuf
sebagainya (Sayyed Hossein Nasr, 2015:
sendiri memiliki dua aspek, yaitu aspek
110). Istilah-istilah lainnya dalam
teoritis (nazhari) dan aspek praktis
tasawwuf seperti Darvish dalam bahasa
(‘amali). Aspek praktis tasawuf ini
Persia atau juga disebut murid (ia yang
disebut juga suluk (perjalanan spiritual).
ingin menjalankan tariqah), syaikh

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |112
Ia meliputi mujahadah dan riyadhah dan semua itu terdapat dalam tariqah
(latihan) melalui berbagai tahap atau tasawwuf.
(maqam) dan keadaan kejiawaan (hal). Menurut Annemarie Schimmel
Suluk menghasilkan kebersihan hati pengalaman mistik, ada baiknya
yang, pada gilirannya, melahirkan dibedakan antara dua macam mistik
ketajaman daya-daya batin sekaligus utama, yang telah digolongkan sebagai
akhlak mulia (Haidar Bagir, 2019: 31). Mistik Ketakterhinggaan (Mysticism of
Sedangkan tasawuf teoritis, terkadang Infinity) dan Mistik Kepribadian
disebut tasawuf filosofis yang berkaitan (Mysticism of Personality) (Annemarie
dengan pemahaman tentang wujud, Schimmel, 1975:3). Mistik pertama,
yakni tentang Tuhan, manusia, dan menganggap bahwa Dia yang Maha
alam semesta. Perbedaannya dengan Mutlak tidak bisa digambarkan dengan
filsafat, ialah secara epistemologi filsafat akal kita. Sedangkan mistik yang kedua
mendasarkan argumentasinya pada lebih pada hubungan antara makhluk
prinsip-prinsip rasional. Sementara dan pencipta. Sehingga tasawuf atau
tasawuf mengutamakan pada mistik pada dasarnya adalah ekstream
pencerahan intuitif (isyraq, kasyf) atau rohaniah (spiritual) yang membawa
pengalaman (perasaan) spiritual (dzauq) perubahan besar terhadap ajaran mistik
(Haidar Bagir, 2019: 31-32). untuk memahami Islam (Simuh, 1996:
29). Dalam bukunya yang berjudul
Tasawuf adalah proses pembersihan Ideals And Realities Of Islam, Syed
hati agar memiliki ketajaman dalam Hossein Nasr menjelaskan bahwa
menangkap makna-makna spiritual tariqah atau jalan spiritual yang biasa
ajaran Islam yang melintasi dikenal dengan sebutan tasawwuf atau
pemahaman literal dan rasional. sufisme adalah dimensi batin dan
Adapun tasawuf sebagai intisari ajaran Isoterik Islam, dan serupa dengan
Islam, sebagai berikut: syari’ah yang juga memiliki dasar di
Pertama, Dimensi Batin dan Esoterik dalam al-Quran serta Sunnah nabi
Islam. William C. Chittick pernah (Sayyed Hossein Nasr, 2015: 99). Lebih
menyatakan bahwa tujuan akhir agama lanjut, Syed Hossein Nasr menerangkan
dan seluruh upaya manusia adalah bahwa tasawuf sebagai intisari ajaran
membangkitkan intelek. Intelek dalam Islam dianalogikan sebagai jantung
hal ini menurut Chittick adalah jiwa ajaran Islam, ia seperti juga jantung
yang telah mengetahui dan manusia, tersembunyi dari pandangan,
mengaktualkan potensinya (Murtadha meskipun ia menjadi sumber batin dan
Mutahhari, 2015: hlm. cover belakang). menjadi pusat yang mengatur seluruh
Jiwa sendiri merupakan hal yang organisme keagamaan Islam (Sayyed
misterius, yang tidak bisa dicapai Hossein Nasr, 2015: 99).
dengan cara-cara biasa atau dengan Tasawuf atau tariqah atau jalan spiritual
usaha intelektual semata melainkan merupakan salah satu aspek dalam
harus melalui riyadhah (latihan) dan Islam yang paling substansial dan
mujahadah (bersungguh-sungguh) demi paling sulit dimengerti, meskipun
mencapai kebenaran atau pengetahuan efeknya terlihat dalam berbagai
hakiki (ma’rifat) untuk menemukan manifestasi masyarakat dan peradaban
rasa agama (penghayatan mendalam), Islam. Sedangkan untuk memasuki
tariqah perlu syari’ah, yaitu hukum
Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |113
Tuhan yang membuat seorang menjadi mereka dapat mencapai tujuan akhir,
muslim dengan menerimanya. yaitu hakikat yang menjadi asal segala
Sehingga, tanpa menjalani syari’ah hal, darimana tradisi integral dengan
kehidupan tariqah akan mustahil, dan hukum dan cara atau lingkaran dan jari-
sesungguhnya di dalam tariqah terjalin jari berasal.
hal-hal yang diterangkan dalam syariah
(Sayyed Hossein Nasr, 2015: 99). Ketiga, Menjaga Keseimbangan Dimensi
Eksoteris dan Esoteris Dalam Islam.
Kedua, Dimensi Dasar Islam. Ada Menurut Syed Hossen Nasr, Islam di
beberapa aliran Sufi tradisional seperti dalam totalitasnya telah mampu
aliran Syadziliyah, mereka menjaga keseimbangan eksoteris dan
menggunakan lambang lingkaran esoteris, atau tafsir dan ta’wil, sejauh
untuk menggambarkan hubungan berhubungan dengan penafsiran
antara tariqah dan syariah. Kemudian Qur’an. Adanya vitalitas keagamaan
mereka (aliran Syadziliyah) dan spiritual Islam timbul dari
menguraikannya dengan memberikan kehadiran dua dimensi ini selama
penjelasan pada setiap titik dalam berabad-abad yang secara bersama-
ruang dapat dibuat lingkungan dan jari- sama telah membentuk sebuah tradisi
jari dalam jumlah tak terhingga yang integral, yang mampu menciptkan
menghubungkan setiap titik dalam masyarakat religius dan norma
lingkaran dengan pusat lingkaran. kehidupan batin (Sayyed Hossein Nasr,
Lingkaran diatas adalah syariah yang 2015: 101). Adapun menurut
keseluruhannya membentuk simbolisme Sufi yang terkenal, Islam
masyarakat Muslim. Sehingga setiap adalah serupa dengan pohon kenari
muslim yang mengakui hukum Tuhan yang kulitnya menyerupai syariah,
adalah sebuah titik dalam lingkaran isinya seperti tariqah, dan minyaknya
tersebut. Sedangkan jari-jari yang tidak tampak tetapi dimana-mana
melambangkan turuq (bentuk ganda adalah haqiqah. Artinya kenari tanpa
dari tariqah). Maka, setiap jari-jari kulit tidak dapat tumbuh di dunia
adalah jalan yang menuju pusat alamiah dan tanpa jiwa, dan tariqah
(Tuhan). tanpa syariah tidak mempunyai bentuk
lahiriah yang tidak akan mampu
Menurut para Sufi, jalan yang menuju bertahan serta memanifestasikan
Tuhan sama banyaknya dengan jumlah dirinya dalam dunia ini. Maka dari itu,
keturunan Adam. Oleh sebab itu, hanya keduanya mutlak atau wajib diperlukan
dengan berdiri di dalam lingkaran, bagi keseluruhan tradisi Sufi.
yaitu dengan menerima syariah,
manusia dapat mencari jalan yang Dalam Islam sendiri, tariqah adalah jalan
menuju ke pusat. Ini lah inti ajaran spiritual yang dapat menghasilkan
tasawuf dalam Islam yaitu sebagai kesucian, yang buahnya menunjukkan
dimensi dasar Islam. Bagi para Sufi, asal-usul yang suci melalui keharuman
tariqah merupakan cara yang spiritual yang menyertainya; atau ia
diturunkan Tuhan dengan mana dipinjam dari luar Islam, yaitu dipinjam

dan diciptakan oleh manusia sehingga membicarakannya. Tariqah sendiri tidak


ia bukanlah jalan spiritual, dan tidak dapat dicapai kecuali melalui syariah,
akan ada gunanya untuk dan penolakan terhadap tariqah

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |114
bukanlah dari syariah melainkan yang telah menjadi contoh hidup
pembatasan terhadap kebenaran spiritualitas Islam yang bercorak
sebagai bentuk lahir semata-mata. Hal tasawuf. Selain sebagai ujuk tombak
tersebut mengakibatkan
Islam dalam hal penyebarannya,
ketidakmungkinan seseorang dapat
peranan tariqah sebagai dimensi batin
menolak eksoterisme dan esoterisme
yang tidak dimilikinya. Seperti halnya syariah telah pula diakui oleh otoritas
sebuah pohon, ia selalu dinilai dari dan pendiri hukum yang menekankan
buahnya dan tidak ada bukti yang lebih pentingnya peranan tariqah dalam
jelas tentang kesia-siaan usaha serupa pemurnian etika Islam. Salah satunya
itu selain buah yang getir yang tumbuh Imam Malik yang pernah mengatakan;
dari pohon itu sendiri.
yang mempempelajari syariah dan
Keempat, Tariqah dan Syariah Sebagai menolak tariqah menjadi orang yang
Ujung Tombak Islam. Bagi kaum sufi, berdosa, “Yang mempelajari tariqah dan
syari’ah adalah landasan tasawuf menolak syariah menjadi orang yang
(thariqah), sedangkan thariqah adalah
munkar; dan yang mempelajari
jalan menuju hakikat (haqiqah atau
keduanya akan mendapat kesadaran
kebenaran sejati). Bahkan bagi mereka,
tak ada tasawuf, tak ada pencapaian tentang kebenaran” (Sayyed Hossein
hakikat, tanpa syari’ah. Oleh sebab itu, Nasr, 2015: 104).
maqam kesufian seseorang sepenuhnya
bergantung pada intensitasnya dalam Persoalan lainnya muncul ketika para
menjalankan perintah-perintah syari’ah orientalis mencari akar ataupun sumber
(Haidar Bagir, 2019: 85-90). Ada sebuah dari tariqah, misalnya Massignon.
fakta menarik yang diuraikan oleh Syed Setalah bertahun-tahun lamanya, dia
Hossen Nasr, ia berpendapat bahwa menulis bahwa dengan membaca
tariqah dan syariah yang merupakan Qur’an beberapa kali sudah cukup
ajaran tasawwuf telah membawa Islam untuk menyadarkan orang bahwa
keseluruh penjuru dunia. Bermula dari tariqah bersumber dari Qur’an. Hal
pribadi sufi yang berlanjut pada senada juga disampaikan oleh
berdirinya tariqah. Sehingga Islam dapat Margoliuth yang mengakui Qur’an
tersebar dengan luas dan diterima. sebagai sumber tariqah.
Contohnya di India, Asia Tenggara, Kelima, Tariqah dan Jalan Spiritual
dan sebagian besar Afrika. Dalam Islam. Seperti halnya “syari’ah”,
thariqah bermakna “jalan”. Hanya saja
Fakta diatas sekaligus telah yang sedikit membedakannya adalah
mematahkan anggapan para kaum syari’ah berarti ‘jalan raya’, sedangkan
orientalis yang menganggap bahwa thariqah berarti jalan kecil atau sempit
tariqah adalah unsur terasing dalam (Haidar Bagir, 2019: 48). Sehingga jalan
Islam. Pada realitanya, hubungan batin yang ditempuh lebih sulit dan juga lebih
antara syariah dan tariqah telah sedikit orang yang menapaki jalan kecil
atau sempit. Ada sebuah keyakinan
memungkinkan terbukanya jalan
yang telah lama berakar di dunia Barat
penyebaran Islam diberbagai daerah bahwa Islam hanyalah agama
melalui para Sufi dan orang-orang suci kekerasan yang telah membentuk tata

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |115
masyarakat dengan paksaan, sehingga diterapkan dalam dimensi Sufisme.
semua hal yang bersifat kontemplatif Dalam Islam sendiri tariqah diidentikan
dan metafisis didalamnya pasti dengan jalan spiritual yang dapat
merupakan peminjaman dari luar. mengantarkan sekaligus menghasilkan
Bahkan untuk membutikan kesucian, yang buahnya menunjukkan
argumennya tersebut, mereka asal-usul yang suci melalui keharuman
menggunakan dua cara; (1) Istilah atau spiritual yang menyertainya; atau ia
ilmu yang bernama tasawuf itu tidak dipinjam dari luar Islam, yaitu dipinjam
terdapat baik dalam al-Qur’an maupun dan diciptakan oleh manusia sehingga
Sunnah. (2) Istilah tasawuf ditujukan ia bukanlah jalan spiritual, dan tidak
atau disamakan dengan sumber akan ada gunanya untuk
lainnya yang terdapat pada agama lain, mendiskusikannya. Hasil yang
seperti Yunani, Kristen, Hindu, Buddha diciptakan oleh tariqah merupakan
maupun Persia. Maha guru dan peneliti manusia-manusia yang suci, baik
Masignon menyatakan bahwa ahli-ahli hatinya maupun pikirannya, dan
penyelidik ilmu keislaman (Islamologi) memiliki kekuatan spiritual. Sehingga
masih saja belum dapat menetapkan tentunya barakah yang memungkinkan
garis besar perpaduan pikiran dalam terjadinya transformasi jiwa tersebut
masalah ini. Kata beliau, “Mempelajari berasal dari sesuatu yang suci, dan lebih
pokok dasar Tasawuf Islam, sampai daripada itu, berasal dari sumber
sekarang ahli-ahli penyelidik ilmu wahyu Islam itu sendiri (al-Qur’an)
Islam golongan lama tertegun yang di bawa oleh penutup para nabi
menyelidiki sebab-sebab perselisihan yaitu Muhammad Saw. Olehkarena itu,
yang besar dalam kepercayaan kaum tidak mungkin akar dari tariqah ini
tasawuf yang mendasarkan kepada berasal dari ajaran agama lain selain
“Kesatuan Segala” (Panteisme, Wihdatul agama Islam.
Wujud) dalam puncak kemajuannya
dalam mazhab ahli sunnah yang sahih Buah spiritual Islam yang lahir dari
(Hamka, 2017: 37). tariqah merupakan manifestasi dari
pohon spiritual yang kokoh. Tanah dari
pohon tersebut haruslah berupa wahyu
Sember tariqah yang eksternal (luar) Tuhan dan akarnya harus berupa ikatan
dalam Islam memiliki sifat sebagai langsung yang menghubungkan setiap
petuntuk spiritual. Dari petunjuk manifestasi spiritual dalam suatu tradisi
spiritual tersebut, terciptalah jalan dengan sumbernya. Lagi pula, sufisme
sebagai petunjuk dengan mana manusia tidak dapat dipahami dengan baik dan
akan mampu mengatasi batas-batas dibahas dengan serius sebelum disadari
kemanusiawiaannya dan mendekatkan bahwa tariqah atau dimensi esoterik
diri pada Yang Agung dan Yang Maha Islam, berasal dari Qura’an, dan seperti
Benar. Tetapi Prof. Nickolson sangat gejala aspek ortodoksi Islam didasarkan
membantah keras pendapat yang pada Qur’an dan Hadits. Dikarenakan
mengatakan bahwa tasawuf itu ajaran tariqah berakar dari Qur’an dan Hadits,
lain yang masuk ke dalam Islam. Sebab maka tariqah dapat dipahami baik
kehidupan tasawuf sendiri telah secara doktrin maupun prakteknya.
nampak dalam kalangan muslimin
sendiri karena membaca al-Qur’an dan Secara doktriner, seorang sufi berusaha
hadits. Kebenaran tersebut dapat pula untuk menyadari arti syahadat, lailaha

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |116
illallah, dan secara prakteknya berusaha sesungguhnya adalah puncak dari
meniru kehidupan Nabi yang menjadi Islam dan iman. Menurut Ibn Taimiyah,
prototipe spiritualitas Islam dan telah model tasawuf yang cocok untuk
menyadari sepenuhnya unitas atau dikembangkan di masa modern seperti
tauhid yang terkandung dalam sekarang ialah sebagaimana yang
syahadat. Maka tasawwuf dimulai pernah diajarkan oleh Rasulullah saw,
dengan pencarian tentang arti yakni menghayati ajaran Islam, tanpa
sesungguhnya dari formulasi doktriner mengikuti aliran thariqah tertentu, dan
Islam yang fundamental. Perjalanan tetap melibatkan diri dalam kegiatan
spiritual yang biasa dilakukan oleh para sosial. Oleh karena itu tasawuf adalah
Sufi terinspirasi dari perjalanan Mi’raj istilah yang tepat bagi ihsan dan usaha
Nabi Muhammad Saw. Berpindah dari mencapai kesempurnaan spiritual, ia
satu tingkat eksistensi ketingkat lain, dibangun diatas dua fondasi, Islam atau
memanjat tangga hirarkhi makhluk ketundukan kepada Allah
yang universal kehadirat Tuhan, adalah (menjalankan syariat dan meneladani
tujuan tariqah, dan ini didasarkan pada Nabi), dan iman atau keyakinan
contoh Nabi. Bukan saja praktek para (menerima ajaran-ajaran dasar Islam
sufi yang dicontohkan dari tindakan tentang Allah, Kenabian dan Hari
Nabi, tetapi juga dasarnya terletak di Akhir) (William C. Cittick, 2002: 40).
dalam Qur’an, yang mengajarkan Islam
(penyerahan), iman dan ihsan
(perbuatan baik). Setiap orang yang Secara esensial, iman adalah
menerima Islam dan menyerahkan kepercayaan kepada ke-Esaan Agung
dirinya kepada kehendak Tuhan dalam Islam adalah kepatuhan kepada
disebut Muslim, meskipun tidak semua kehendak-Nya. Islam mengatur kedua
Muslim adalah mu’min atau menyebut unsur dasar agama ini dan
dirinya demikian. Iman adalah derajat mentransformasikannya ke dalam apa
keikutsertaan yang lebih tinggi di yang disebut tasawwuf. Sesuai dengan
dalam agama, yang memerlukan apa yang dikatakan oleh nabi dalam
kepercayaan yang intens dan haditsnya ketika ditanya tentang ihsan,
keterikatan kepada Tuhan. Sedangkan beliau menjawab: “ihsan adalah memuja
ihsan adalah penembusan yang lebih Allah seolah-olah engkau melihat-Nya,
dalam lagi kedalam jantung ajaran, dan apabila engkau tidak melihat-Nya,
melalui pemilikan kebajikan yang tidak Ia tetap melihatmu”. Secara esensial
diberikan kepada semua orang. batasan ini adalah batasan Sufisme
Sesungguhnya, inilah yang tergantung (Sayyed Hossein Nasr, 2015: 113). Iman
di dalam tariqah dan ditanamkan dalam apabila diubah oleh ihsan, menjadi ilmu
jiwa (Sayyed Hossein Nasr, 2015: 112). pengetahuan yang menyatukan, gnosis
(irfan atau ma’rifat) yang menembus dan
Keenam, Ihsan Dalam Syariah Islam. mengubah manusia. Karenanya, tariqah
Sudah hampir menjadi pengetahuan mengandung dua unsur dasar dan dua
yang umum dan lazim, bahwa tasawuf jenis ajaran, doktrin tentang asal-usul
dipercayai sebagai perwujudan dari kenyataan dan metafisika, dan petunjuk
ihsan, sebagaimana syari’ah diyakini spiritual tentang tingkat-tingkat tariqah.
sebagai perwujudan Islam dan akidah Jika disimpulkan, ihsan itu adalah
sebagai perwujudan iman (Haidar spiritualitas atau kedekatan kepada
Bagir, 2019: 71). Sehingga ihsan Allah, yang melahirkan cinta (passion),
Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |117
akhlak mulia dan semangat berbuat insan kamil (manusia universal).
kebaikan sesempurna-sempurnanya, Manusia dalam pandangan Sufisme
yang perwujudan praktisnya adalah buknalah sekedar “binatang yang
kelembutan, kelapangan hati dan berpikir”, melainkan makhluk yang
semangat berbuat baik kepada semua didalam dirinya memiliki berbagai
makhluk Allah (Haidar Bagir, 2019: 73). tingkat wujud, meskipun sebagian
besar manusia tidak menyadari
Ketujuh, Doktrin Sentral. Dari sudut kebesaran sifat mereka dan
lain, tariqah mengandung tiga unsur kemungkinan yang terkandung dalam
yang penting: doktrin, kebajikan batin diri mereka.
dan spiritual yang berasal dari Nabi.
Kebajikan yang terdapat dalam tariqah Manusia universal adalah cermin
tidak sama dengan filsafat di Barat, dimana “Nama” dan “Sifat” Tuhan
namun apabila dihubungkan dengan terpantul sepenuhnya dengan melalui
nama bijak bestari seperti Suhrawardi mana tujuan penciptaan terpenuhi.
dan Mulla Sadra secara esensial adalah Sebab di dalam diri manusia terdapat
kebijaksanaan atau hikmah dan jiwa, yang kemudian melingkungi jiwa
karenanya berhubungan erat dengan batin, dan lahirnya menuju ke roh yang
doktrin Sufi. Dalam arti tertentu doktrin memerintah di pusat terdalam atau hati
ini adalah awal dan akhir jalan spiritual. manusia. Sesungguhnya hati manusia
Pada mulanya ia adalah pengetahuan disebut pula “singgasana sang
‘teoritis’ dan pada akhirnya ia disadari penyayang” (arsy al-rahman), seperti
dan dijalani. Setiap karya doktriner juga yang tertinggi. Bersama dengan
Sufisme serupa dengan kunci dengan doktrin, kebajikan batin ini merupakan
mana pintu tertentu dibuka, dan unsur mutlak dalam tariqah. Keduanya
melalui pintu itu sang pengembara merupakan cara melalui mana manusia
harus melanjutkan perjalanannya dapat mencapai kehidupan yang suci.
sampai akhirnya; di ujung jalan, ia Kebajikan utama dalam tariqah, yang
menyadari dalam doktrin yang semula sesungguhnya menjadi ciri kehidupan
ia kenal secara ‘teoritis’. spiritual adalah kerendahan hati,
kemurahan hati dan kejujuran, yang
Ajaran utama dari sebuah doktrin, pada dasarnya serupa dengan sifat-sifat
yakni bahwa hanya Tuhan yang betul- Nabi. Kerendahan hati sebaga kebajikan
betul nyata dan dunia dimana manusia batin adalah kesadaran bahwa Tuhan
hidup adalah aksidental. Hal tersebut adalah segalanya dan kita bukanlah
tercermin dalam doktrin sentral tentang apa-apa, dan pada tahap yang lain
asal-usul realitas biasanya disebut bahwa tetangga kita, yang berarti bukan
wahdatul wujud atau kesatuan wujud saja manusia tetapi juga semua
(yang trasenden). Yang sering terjadi, makhluk di alam semesta dapat
doktrin ini disamakan dengan mengajarkan sesuatu kepada kita
pantheisme, atau pa-entheisme dan dengan memiliki kesempurnaan yang
juga mistisisme. Padahal wadatul wujud tidak kita miliki. Oleh sebab itu, apabila
tidak sama dengan doktrin-doktrin kerendahan hati berarti kematian
yang telah disebutkan, melainkan ia sesuatu di dalam jiwa atau pengerutan
adalah konsekuensi langsung dari jiwa (inqibad), maka kemurahan hati
syahadat. Setelah wahdatul wujud, yang spiritual adalah pengembangan jiwa
terpenting adalah doktrin tentang al- (inbisat), melalui mana manusia
Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |118
menyadari ketunggalan dirinya dengan doa adalah mengingat Tuhan (dzikir),
semua makhluk, tidak saja dengan yang menjadi dasar teknik Sufisme,
sesama manusia, tetapi juga dengan berarti menyebut dan mengikat.
sesama makhluk. Hakikat berdoa juga terdapat dalam
alquran dan hadits, sebagai cara untuk
Sifat yang ketiga, ketulusan (ikhlas) mendekatkan diri kepada Tuhan,
atau kejujuran (sidq), adalah puncak seperti yang telah Allah Swt katakan:
dari kedua sifat yang terdahulu, dan “Karena itu ingatlah kepada-Ku, maka Aku
didasarkan pada kedua sifat yang tadi akan mengingatmu”. (Qs. Al-Baqarah:
(kerendahan hati dan kemurahan hati). 52). Begitu juga dalam sebuah hadits
Tuhan sendiri menciptakan manusia qudsi; “Ia yang menyebut nama Ku dalam
dari bayangan-Nya (surah) sendiri dirinya akan Kusebut dalam diri-Ku, dan ia
dengan mana manusia memiliki sifat yang menyebut nama Ku di dalam kelompok
teomorfis yang telah diabaikan oleh akan Kusebut dalam kelompok yang lebih
kebanyakan manusia, meskipun sifat baik (yaitu Surga)”. Keduanya menjadi
itu terdapat dalam diri mereka. Dari dasar tradisional teknik Sufisme atau
bayangan-Nya ini lah, Tuhan dzikir dalam segala bentuknya.
mentransformasikan diri-Nya kepada
manusia. Sebagai contoh Tuhan hidup Melalui dzikir manusia mampu
(hayy), karena itu manusia diberi bertransformasi. Jika sebelumnya ia
kehidupan. Ia memiliki kehendak, menjadi manusia (insan) karena
karena itu manusia diberi kemampuan kealpaannya (nisyan), maka sekarang ia
berbicara. Tariqah mendasarkan menjadi insan dalam arti yang
tekhniknya pada sifat-sifat Tuhan yang sebenarnya karena dirinya dekat (uns)
tercermin dalam diri manusia, tetapi kepada Tuhan. Petunjuk Esoteris Nabi
dalam kesempurnaannya menjadi milik diberikan hanya kepada beberapa
Tuhan semata-mata. sahabatnya yang menjadi Sufi-sufi
pertama. Mulai dari sinilah berkembang
Kedelapan, Menjadi Inti Do’a. Menurut
menjadi aliran-aliran yang tujuannya
kaum Sufisme, kemampuan manusia
kembali kepada awal wahyu Islam dan
dalam berbicara memiliki dua fungsi
dimulai dengan Nabi sendiri. Berakar
yang essensial, yakni untuk
dalam Qur’an dan syariah, tasawwuf
menyampaikan aspek kebenaran
menyerupai pohon yang cabangnya
tertentua, dan atau untuk berdo’a. Yang
menjulur ke arah surga. Peranannya
pertama berhubungan dengan fungsi
adalah sebagai alat untuk memperjelas
kalamTuhan sebagai pembawa wahyu,
batin syariah. Secara esensial tariqah
yang kedua berhubungan dengan
adalah penjelasan tentang kedua
dengan kekuatannya untuk
syahadat, sekumpulan kebajikan
menciptakan dunia. Sebab subtansi
rohaniah yang dimiliki Nabi dalam
dunia yang paling mutlak adalah do’a;
kesempurnaannya; dan metode yang
eksistensi adalah do’a. Do’a menjadi
berhubungan erat dengan ritus syariah
teknik spiritual Sufisme yang utama
membawa arti doa sampai ketingkat
adalah doa melalui bagaimana manusia
universal.
kembali kepada Tuhan, doa dalam arti
yang paling universal sebagaimana ia Metode dan bentuk yang digunakan
akhirnya bersatu dengan ritme dasar kaum Sufisme dalam menyatukan rasa
kehidupan. Sedangkan secara essensial takut, cinta, dan pengetahuan tentang
Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |119
Tuhan yang memainkan peranan chosen people). Apabila umat Islam ingin
penting dalam usaha manusia untuk dikatakan sebagai umat umat terbaik,
menyadari sifat rohaniahnya. Tariqah maka ia harus menyuruh kepada yang
adalah jalan kesucian di dalam Islam ma’ruf, mencegah dari yang munkar,
dan tariqah pulalah yang telah dan beriman kepada Allah. Artinya
menciptakan orang-orang suci setelah kita berikhtiar maka kita
sepanjang abad sampai hari ini, orang- diharuskan untuk beriman kepada
orang suci yang telah menjaga keutuhan Allah.
masyarakat dan memperbaharui
kehidupan keagamaan nya telah Dewasa ini, begitu sering orang bicara
dengan memberikan kekuatan rohaniah bahwa gagasan ini dan itu atau sumber
yang telah mewujudkan agama. ini dan itu, tidak sesuai lagi dengan
kehidupan masyarakat modern, yang
Relevansinya Terhadap Kehidupan hanya menunjukkan bahwa mereka
Masyarakat Modern sangat pintar untuk melupakan hakikat
inti dari ajaran-ajaran dan gagasan-
Pada abad ke-19 sampai 20, ilmu gagasan yang sebenarnya memiliki arti
pengetahuan telah mengalami yang langgeng. Demikianlah orang telah
perkembangan yang cukup kompleks. melecehkan kebutuhan hakiki bagi
Pada masa ini, ilmu pengetahuan di dunia modern demi agresivitas
dominasi oleh para saintis berpaham keduniawian yang mereka keja dan
positivistik, yakni kecenderungan sikap melupakan kebutuhan primer yang
yang anti terhadap spekulatif, realistis, sebenarnya (Sayyed Hossein Nasr, 2020:
materialistis, kritis dan spektis (Asep 321). Jika secara keseluruhan manusia
Saepullah, 2020: 61). Terutama terhadap modern tidak lagi memahami
ilmu agama dan metafisika yang kebenaran-kebenaran agama dan
dianggap pseudo science (ilmu semu). hikmah yang bersifat langgeng, maka
Menurut Kuntowijoyo, peradaban pudarnya visi intelektual semacam ini
masyarakat dunia modern telah sebenarnya sebagian besar berkaitan
menciptakan manusia yang dengan tak berartinya lagi keberadaan
dehumanisasi, agresivitas, dan sebagian umat manusia (Sayyed
loneliness (individuasi) (Kuntowijoyo, Hossein Nasr, 2020: 322). Hal tersebut
2006: 100-102). Lebih lanjut, dibarengi dengan kehidupan dan
Kuntowijoyo menawarkan sebuah struktur masyarakat yang sedang
paradigma baru yang ia sebut sebagai dilanda oleh jiwa persaingan yang
pengilmuan Islam atau ilmu sosial melewati batas-batas dan nilai-nilai
profetik yang di dalamnya terdapat kemanusiaan (Junaidi, 2013:182).
humanisasi, liberasi dan transedental.
Pentingnya Islam bagi dunia modern,
Berkaca pada ayat al-Qur’an yang harus didudukan secara ontologi
berbunyi, “Kamu adalah umat terbaik memiliki peran yang jauh lebih penting
yang dilahirkan untuk manusia, dibandingkan yang lainnya. Dari sudut
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan pandang ini, Islam harus diposisikan
mencegah dari yang munkar, dan diatas, sebagaimana agama-agama lain,
beriman kepada Allah” (Qs. Ali-Imran: karena ia berasal dari hakikat yang
110), secara filosofis ayat tersebut benar-benar mutlak dan berisi amanat
berbicara tentang umat terbaik (the yang datang dari langit, sementara

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |120
dunia ini selalu nisbi (tidak mutlak) tariqah dan syari’ah sebagai ujung
(Sayyed Hossein Nasr, 2020: 322-323). tombak Islam, tariqah dan jalan
Olehsebab itu, amanat yang dibawa spiritual dalam Islam, ihsan dalam
oleh ajaran Islam harus selalu sesuai syari’ah Islam, doktrin sentral, dan
dengan semua “dunia” dan segenap menjadi inti doa. Tasawuf pun
generasi selama manusia tetap manusia dipandang sebagai intisari ajaran Islam,
yang memiliki akal. karena di dalamnya membahas syariah,
tariqah dan haqiqah. Tasawuf sebagai
Dari sudut pandang lainnya, Islam intisari ajaran Islam dianalogikan
menyembuhkan salah satu penyakit sebagai jantung dari ajaran Islam, ia
dunia modern, yakni sekularisasi yang seperti juga jantung manusia,
melampaui batas, suatu proses yang tersembunyi dari pandangan, meskipun
tidak lain merupakan penjauhan aspek- ia menjadi sumber batin dan menjadi
aspek kehidupan dari nilai-nilai pusat yang mengatur seluruh
spiritual. Pada jantung syari’ah terletak organisme keagamaan Islam dari dulu
ibadah sehari-hari orang Islam atau hingga sekarang. Relevansi yang
shalat yang menurut hadits merupakan terjalin antara tasawuf sebagai intisari
tiangnya agama. Islam memiliki semua ajaran Islam dengan masyarakat
hal yang diperlukan bagi realisasi modern ialah terletak pada hasil
keruhanian dalam artian yang luhur, akhirnya untuk lebih mendekatkan diri
dan tasawuf adalah kendaraan pilihan pada Sang Pencipta..
yang tepat untuk tujuan ini (Sayyed
Hossein Nasr, 2020: 334). SUMBER RUJUKAN
SIMPULAN
Secara sederhana tariqah dalam bahasa Alba, Cecep. 2012. Tasawuf dan Tareqat.
Arab berarti jalan. Sedangkan sufisme Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
atau tasawwuf dalam bahasa Arab
Amir, Samsul Munir. 2012. Ilmu
berarti hikmah Ilahi, yang dijaga dan
Tasawuf. Jakarta: Amzah.
dipancarkan dari dalam tariqah. Istilah
tasawuf berasal dari kata tashawwafa, Bistara, Raha. 2020. Tariqah Dimensi
yatashawwafa, tashawwafa, maknanya Esoteris dalam Islam (Studi
adalah (proses) “pemurnian”. Tasawuf Pemikiran Sayyed Hossein Nasr.
memiliki dua aspek, yaitu aspek teoritis Journal of Islamic Civilization,
(nazhari) dan aspek praktis (‘amali). Volume 2, No. 2.
Sehingga melahirkan sebuah proses
pembersihan hati agar memiliki Bagir, Haidar. (2019) Mengenal Tasawuf:
ketajaman dalam menangkap makna- Spiritualisme Dalam Islam. Jakarta:
makna spiritual ajaran Islam yang Naura Books.
melintasi pemahaman literal dan
rasional, karena bersumber pada al- Cittick, William C. (2002). Tasawuf Di
Qur’an dan hadits. Mata Kaum Sufi, terj. Zaimul Am.
Tasawuf sebagai intisari ajaran Islam Bandung: Mizan.
mencakup delapan hal, yakni dimensi
H. MA. Achlami HS. (2015). Tasawuf
batin dan esoterik Islam, dimensi dasar
Sosial Dan Solusi Krisis Moral.
Islam, menjaga keseimbangan antara
Jurnal Ijtimaiyya, Vol. 8., No.1.
dimensi eksoteris dan batin (esoteris),

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |121
Hamka. (2017). Perkembangan Dan Nasr, Sayyed Hossein. (2020). Living
Pemurnian Tasawuf: Dari Masa Nabi Sufism terj. Abdul Halim W.M.
Muhammad Saw Hingga Sufi-Sufi Yogyakarta: IRCisoD.
Besar. Jakarta: Republika.
Roy, Muhammad. (2009). Tasawuf
Hamka. (2015). Tasawuf Modern. Jakarta: Madzab Cinta: Tujuh Lembah Cinta
Republika. Fariduddin Attar Berjumpa Dengan
Allah. Yogyakarta: Penerbit
Hafiun, Muhammad (2012.). Teori Asal- Lingkaran.
Usul Tasawuf. Jurnal Dakwah, Vol.
VIII., No.2. Saepullah, Asep. (2020). Epistemologi
Falsifikasionisme Karl R. Popper:
Junaidi. (2013). Relasi Agama dan Relevansinya Bagi Teologi dana
Manusia Dalam Pemikiran Pemikiran Keislaman. Journal of
Muhammad Iqbal. Turast, Vol. 1, Islamic Civilization, Volume 2, No.
No. 2. 2.
Kulsum, Umi. (2020). Konstelasi Islam Satria, Rengga. (2019). Intelektual
Wasatiyah dan Pancasila Serta Pesantren: Mempertahankan
Urgensinya dalam Bernegara Tradisi Ditengah Modernitas.
Perspektif Maqasid al- Shari’ah. Turast, Vol. 7, No. 2.
Journal of Islamic Civilization, vol. 2,
no. 1. Schimmel, Annemarie. (1975). Mystical
Dimensions Of Islam. Chapel Hill:
Kuntowijoyo. (2006). Islam Sebagai Ilmu: The University of Nort Carolina
Epistemologi, Metodologi, dan Etika. Press.
Yogyakarta.
Schimmel, Annemarie. (2018). Mystical
Marsudi, M. Maulana. (2017). Tasawuf Dimensions Of Islam terj. Sapardi
Jalaluddin Ar-Rumi Dalam Djoko Damono, Achadiati Ikram,
Perspektif Annemarie Schimmel. Siti Chasanah Buchari, dan Mitia
Jurnal Al-Hikmah, Vol. 3, No.1. Muzhar. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Mashar, Aly. (2015). Tasawuf: Sejarah, Simuh, dkk. (2001). Tasawuf dan Kritis.
Madzhab, dan Inti Ajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Al’Araf, Vol. XII, No. 1.
Simuh. (1996) Tasawuf dan
Muthahhari, Murtadha. (2015). Perkembangannya Dalam Islam.
Revelation And Prophethood: Man Jakarta: RajaGrafindo.
and Universe. terj. Andayani.
Yogyakarta: Rausyanfikr Institute. Tohir, Moenir Nahrowi. (2012).
Menjelajahi Eksistensi Tasawuf,
Nasr, Sayyed Hossein. (2015). Ideals And Meniti Jalan Menuju Tuhan. Jakarta:
Realities Of Islam. terj. PT. As-Salam Sejahtera.
Abdurrahman Wahid dan Hashim
Wahid. Yogyakarta: Gading Toriqqudin, Moh. (2012). Sekularitas
Publishing. Tasawuf: Membumikan Tasawuf

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |122
Dalam Dunia Modern. Malang: UIN “What is Tasawwuf?”, An
Malang Press. Anonymous Persian Poem, trans. A.A.
Godlas.

Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2021 |123

You might also like