Pengaruh Variasi Kadar Perekat Tapioka Terhadap Karakteristik BRIKET ARANG LIMBAH KAYU SENGON (Falcataria Moluccana)
Pengaruh Variasi Kadar Perekat Tapioka Terhadap Karakteristik BRIKET ARANG LIMBAH KAYU SENGON (Falcataria Moluccana)
Pengaruh Variasi Kadar Perekat Tapioka Terhadap Karakteristik BRIKET ARANG LIMBAH KAYU SENGON (Falcataria Moluccana)
Siti Mutiara Ridjayanti1, Rahmi Adi Bazenet1, Wahyu Hidayat1, Irwan Sukri Banuwa1, Melya Riniarti1
1Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung
corresponding author: [email protected]
ABSTRACT
Biomass waste that has not been utilized properly is wood waste from Sengon (Falcataria moluccana). There is a high potential for
these wastes to be used as solid fuel. The quality can be further improved by converting them into charcoal briquettes. This study
aimed to determine the effects of adhesive content on the bioenergetic properties of charcoal briquette from sengon wood wastes.
Sengon wood waste charcoal was produced with a pyrolysis method at a temperature of > 500 ℃. The charcoal briquettes were
produced by mixing charcoal powders with tapioca starch with 5%, 10%, and 15%. The mixed charcoal powders and adhesives
were then put into a metal cast and pressed using a Universal Testing Machine (UTM) Testometric M500-50AT under compression
of 2,59-5,17 N/mm2 and a target density of 0,5 g/cm3. Biomass briquettes from sengon wood particles were also produced for
comparison. The results showed oven-dry density of 0,23-0,25 g/cm3 and 0,18-0,20 g/cm3, for charcoal briquettes and biomass
briquettes, respectively. Higher adhesive content increased the density of briquettes. Charcoal briquettes were more hydrophobic
than biomass briquettes (control), showing a lower moisture content than control samples. The results of proximate analysis o f
charcoal briquettes showed volatile matter of 24,96–31,80%; ash content of 3,16–3,24%; and fixed carbon of 58,68–66.40%. Higher
adhesive content increased the volatile matter, moisture content, and ash content of the charcoal briquettes and decreased th e
fixed carbon. The charcoal briquettes have a calorific value of 25,68-27,35 MJ/kg (6.137,67- 6.536,80 cal/g), which is remarkably
higher than the control. Higher adhesive content tended to decrease the calorific value of the charcoal briquettes. Lower adhesive
content will produce briquettes with good bioenergy characteristics. Sengon wood waste charcoal briquettes with 5% adhesive
content have great potential to be developed as an alternative energy source.
Keywords: adhesive content, charcoal briquettes, pyrolysis, sengon (Falcataria moluccana); tapioca starch
kerapatan berdasarkan dua jenis bahan yang digunakan. berperekat 5%). Berdasarkan SNI 01-6235-2000, briket
Briket arang sengon memiliki kerapatan lebih tinggi arang sengon yang memenuhi standar adalah briket
dibandingkan dengan briket biomassa sengon. Terdapat berperekat 5% dan 10%, sedangkan berperekat 15%
kenaikan kerapatan hingga 32,27% untuk briket berkadar melebihi standar sebesar 0,07%. Nilai tersebut cukup
perekat 5%; 28,48% pada briket berperekat 10%; dan rendah jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
untuk briket berkadar perekat 15% sebanyak 21,37%. Hal yang menyebutkan bahwa kadar air briket arang sengon
ini menunjukkan adanya pengaruh kadar perekat terhadap berkisar antara 6,6-11,67% (Arifin et al., 2018; Pambudi et
kerapatan briket. Semakin tinggi kadar perekat yang al., 2018; Rindayatno & Lewar, 2017; Rosyadi, 2019).
digunakan maka, semakin tinggi nilai kerapatan briket. Hal Perbedaan nilai kadar air ini diakibatkan oleh kadar
ini sejalan dengan pendapat Jahiding et al (2019) bahwa perekat. Pada briket arang sengon, kadar perekat yang
penambahan kadar perekat akan meningkatkan daya lebih tinggi akan meningkatkan kadar air.
rekat dan ikatan antar molekul penyusun briket. Arifin et
al. (2018) menyebutkan bahwa, briket arang sengon Analisis Proksimat
dengan kadar perekat 30% memiliki kerapatan lebih besar, Kadar zat terbang merupakan komponen C, H, dan
yaitu 0,53 g/cm3. O di dalam biomassa, dimana ketika dipanaskan akan
berubah menjadi uap (H2, O2, dan lain-lain), biasanya
Kadar Air
merupakan campuran senyawa hidrokarbon (Sunardi et
Kadar air adalah jumlah fraksi air yang terdapat al., 2019; Ajimotokan et al., 2019). Umumnya, tingginya
dalam briket (Haryanti et al., 2019; Salim, 2016; Sunardi et persentase kadar zat terbang mengindikasikan tingginya
al., 2019). Kadar air merupakan salah satu indikator mutu tingkat penyalaan (Ajimotokan et al., 2019; Iskandar dan
briket. Briket berkadar air tinggi akan sulit dinyalakan, Rofiatin, 2017; Sunardi et al., 2019). Selain itu, kadar zat
menghasilkan asap, memiliki nilai kalor yang rendah, terbang yang tinggi akan menghasilkan banyak asap
meningkatkan berat briket, serta menyebabkan (Kongprasert et al., 2019). Kadar zat terbang dipengaruhi
banyaknya energi yang terpakai untuk proses pengeringan oleh komponen kimia arang dalam bentuk zat ekstraktif
(Ajimotokan et al., 2019; Haryanti et al., 2019; Kongprasert dari bahan baku briket. Oleh karena itu, tingginya kadar
et al., 2019; Sunardi et al., 2019). Selain itu, kadar air juga zat terbang juga menunjukkan proporsi dari bahan organik
berpengaruh terhadap kerapatan, ketahanan, serta lama dalam briket (Onchieku et al., 2012). Kadar zat terbang
penyimpanan briket (Karunanithy et al., 2012). briket biomassa dan briket arang limbah kayu sengon
berkisar antara 24,96–80,49%. Kadar zat terbang tertinggi
adalah briket biomassa berkadar perekat 15% sebesar
80,49, sedangkan yang terendah adalah briket arang
limbah kayu sengon berperekat 5% sebesar 24,96%.
Walau begitu, nilai kadar zat terbang briket arang limbah dapat meningkatkan FC suatu biomassa. Nilai FC akan
kayu sengon tersebut lebih rendah dibandingkan dengan mempengaruhi kualitas briket arang yang dihasilkan. FC
penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa briket yang tinggi akan meningkatkan nilai kalor (Sunardi et al.,
arang sengon yang diproduksi menggunakan drum 2019).
dengan metode fast pyrolysis (suhu pirolisis > 500 ℃) Berdasarkan SNI 01-6235-2000, briket yang baik
memiliki kadar zat terbang sebesar 31,10% (Rindayatno & adalah briket dengan nilai FC >77%. Kisaran nilai FC pada
Lewar, 2017). penelitian ini adalah antara 9,45-66,40%. FC terbesar
Abu adalah komponen yang tidak terbakar dalam dimiliki oleh briket arang limbah kayu sengon berkadar
biomassa (Ajimotokan et al., 2019; Sunardi et al., 2019). perekat 5%, sedangkan yang terendah adalah miliki briket
Kadar abu yang tinggi akan menyebabkan rendahnya nilai biomassa berperekat 10%. Terlihat adanya pengaruh
kalor, sulitnya penyalaan briket, serta banyaknya sisa kadar perekat terhadap FC yang dihasilkan. Semakin
pembakaran (Ajimotokan et al., 2019; Haryanti et al., 2019; tinggi kadar perekat yang digunakan, maka nilai FC akan
Sunardi et al., 2019). Kadar abu dipengaruhi oleh kualitas semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Shobar
serta komposisi kimia dari bahan baku yang digunakan et al., (2020), briket arang dengan bahan tambahan
(Haryanti et al., 2019; Sunardi et al., 2019). Selain itu, berkadar tinggi akan menaikkan kadar abu dan kadar zat
besarnya nilai kadar abu juga dipengaruhi oleh jenis terbang briket, sehingga menurunkan kadar karbon terikat.
perekat yang digunakan. Kadar abu tepung tapioka lebih
rendah dari pati tepung sagu (Shobar et al., 2020).
Pratiwi, V. D. (2020). Effect of Burning Temperature on The Quality of Siadari, T. P., Hilmanto, R., & Hidayat, W. (2014). Potensi Kayu Rakyat
Alternative Bio-energy from Coffee Waste. ELKOMIKA: Jurnal dan Strategi Pengembangannya (Studi Kasus) di Hutan
Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Rakyat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten
Elektronika, 8(3), 615. Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari, 1(1), 75-84.
Qi, Y., Jang, J. H., Hidayat, W., Lee, A. H., Lee, S. H., Chae, H. M., & Standar Nasional Indonesia. (2000). SNI 01-6235-2000 Briket Arang
Kim, N. H. (2016). Carbonization of reaction wood from Kayu. Badan Standarisasi Nasional.
Paulownia tomentosa and Pinus densiflora branch
woods. Wood Science and Technology, 50(5), 973-987. Sunardi, S., Djuanda, D., & Mandra, M. A. S. (2019). Characteristics of
charcoal briquettes from agricultural waste with compaction
Qistina, I., Sukandar, D., dan Trilaksono. (2016). Kajian kualitas briket pressure and particle size variation as alternative
biomassa dari sekam padi dan tempurung kelapa. Jurnal fuel. International Energy Journal, 19(3), 139-148.
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia. 2(2): 136-142.
The Japan Institute of Energy. (2008). Asian Biomass Handbook
Rindayatno dan Lewar, D.O. (2017). Kualitas Briket Arang Berdasarkan Pandungan untuk Produksi dan Pemanfaatan Biomassa.
Komposisi Campuran Arang Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang.
Teijsm dan Binn) dan Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria Buku. 351 hlm.
(L). Nielsen). Jurnal Hutan Tropika. 1 (1) : 39-48.
Triono, A. (2006). Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk
Rosyadi, I.O.S. (2019). Pengaruh Variasi Bahan Perekat Briket Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl). Dan Sengon
terhadap Nilai Kalor, Kadar Air, Kadar Abu dan Waktu (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan
Penyalaan. Skripsi. Jember. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tempurung Kelapa ( Cocos nucifera L). Bogor. Institut
Teknik Universitas Jember. 58 hlm. Pertanian Bogor.
Rubiyanti, T., Hidayat, W., Febryano, I. G., & Bakri, S. (2019). Uar, N.I. (2016). Produktivitas dan Rendemen Kayu Gergajian pada
Characterization of rubberwood (Hevea brasiliensis) pellets Perusahaan IUPHHK PT. Katingan Timber Cebeles. Agrikan
torrefied with Counter-Flow Multi Baffle (COMB) reactor. Jurnal Jurnal Agribisnis Perikanan. 9 (1) : 16 – 22.
Sylva Lestari, 7(3), 321-331.
Utama, R. C., Febryano, I. G., Herwanti, S., & Hidayat, W. (2019).
Salim, R. (2016). Karakteristik dan mutu arang kayu jati (Tectona Saluran Pemasaran Kayu Gergajian Sengon (Falcataria
grandis) dengan Sistem pengarangan campuran pada metode moluccana) pada Industri Penggergajian Kayu Rakyat di Desa
tungku drum. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 8(2), 53-64. Sukamarga, Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung
Utara. Jurnal Sylva Lestari, 7(2), 195-203.
Saparudin, Syahrul, dan Nurchayati. (2015). Pengaruh Variasi
Temperatur Pirolisis Terhadap Kadar Hasil dan Nilai Kalor Zanella, K., Gonçalves, J. L., & Taranto, O. (2016). Charcoal briquette
Briket Campuran Sekam Padi-Kotoran Ayam. Dinamika Teknik production using orange bagasse and corn starch. Chemical
Mesin. 5 (1): 16 – 24. Engineering Transactions, 49, 313-318.
Shobar, S., Sribudiani, E., & Somadona, S. (2020). Characteristics of
charcoal briquette from the skin waste of areca catechu fruit
with various compositions of adhesive types. Jurnal Sylva
Lestari, 8(2), 189-196.