Karakteristik Bio Briket-35278-96083-4-PB
Karakteristik Bio Briket-35278-96083-4-PB
Karakteristik Bio Briket-35278-96083-4-PB
ABSTRACT
Indonesia has a very large fossil fuel source such as coal. In Indonesia, almost all power plants and
industries use coal as solid fuel. Burning coal produces fly ash, bottom ash, poisonous gas and unused
coal residue. The coal waste is commonly found in mining operations, abandoned mining areas,
laboratories and power plants. This problem could be solved by producing bio-briquette using the
coal waste. In this study, laboratory scale pyrolysis and non pyrolysis methods were used to produce
bio-briquette using the coal waste with measurement of proximate analysis and burning rate.
Pyrolysis was carried out at constant temperature of 400 oC for 2 hours. The total weight of briquette
sample as much as 99.87 g was burnt at 400 oC with sufficient air space in the furnace. The waste coal
was mixed with biomass bagasse and sugar cane stems before the briquetting process. The
composition of the briquette material was 50 g of coal waste, 30 g of sugar cane biomass, and 10 g of
bagasse. To form the briquette, tapioca was used as adhesive in addition to 5 g of clay with 50 mesh of
size and application of 50 kg/cm2 pressure. The result of proximate analysis and combustion of the
non-pyrolysis bio-briquette showed that non-pyrolysis bio-briquette contained 4.17 % of moisture
content, 18.39% of fly ash, 25.56% of ash content, 5157.87 cal/g of calorific value. The mass of of
pyrolysis bio-briquette (50 g) decreased to 30 g during 30 minutes, the compulsion reached maximum
speed on 1.93 g/s and the smoke disappeared on the 24th minute The pyrolysis process on coal waste
decreased the smoke and the addition of biomass increased the calorific value of bio-coal briquette.
ABSTRAK
Indonesia memiliki sumber energi fosil yang sangat besar seperti batu bara. Hampir seluruh
pembangkit listrik dan industri di Indonesia menggunakan menggunakan batu bara sebagai bahan
bakar. Batu bara memiliki limbah berupa fly ash, bottom ash, gas beracun dan sisa batu bara yang
tidak terpakai. Limbah batu bara tidak terpakai banyak terdapat di pertambangan yang masih
beroperasi, sisa lahan pertambangan, laboratorium, dan pembangkit listrik, sehingga perlu penanganan
yang tepat seperti pembuatan briket bio-batu bara. Pada pembuatan briket bio-batu bara ini, batu bara
diproses menggunakan metode pirolisis dan tanpa pirolisis dengan skala laboratorium. Proses pirolisis
menggunakan suhu 400 oC selama 2 jam. Berat sampel briket sebesar 99,87 g dibakar pada suhu
pembakaran 400 oC dengan menggunakan udara ruang didalam furnace. Sebelum proses pembriketan,
batu bara yang telah mengalami proses pirolisis dan tanpa pirolisis dicampur dengan limbah biomassa
ampas dan batang tebu. Variabel penelitian menggunakan 50 g limbah batu bara, 30 g biomassa
DOI: 10.22146/jrekpros.35278
Copyright © 2018 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a e-ISSN 2549-1490 p-ISSN 1978-287X
Creative Commons Distribution-ShareAlike 4.0 International license.
52 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 12, No. 1, 2018, hlm. 51-58
batang tebu dan 10 g ampas tebu. Briket bio-batu bara menggunakan perekat tepung kanji dan tanah
liat dengan berat masing–masing 5 g. Sedangkan untuk tingkat kelembutan setiap bahan briket adalah
50 mesh dengan kuat tekan 50 kg/cm2. Hasil analisis proksimat briket bio-batu bara PP (50 g)
mengandung kadar air sebesar 4,17%, zat terbang 18,39%, kadar abu 25,56%, nilai kalori sebesar
5157,87 kal/g. Briket bio-batu bara dengan pirolisis (50 g) mengalami penurunan massa sebanyak 30 g
selama 30 menit, laju pembakaran mencapai kecepatan maksimum 1,93 g/s dan asap hilang pada
menit ke-24. Batu bara dengan proses pirolisis dapat menurunkan asap dan penambahan biomassa
dapat menaikkan nilai kalori briket bio-batu bara.
Kata kunci: batu bara, batang tebu sisa pembakaran, ampas tebu
cukup panjang, asap berkurang pada saat selanjutkanya dipanaskan sampai mengental dan
pembakaran dan mempunyai kualitas yang baik ditambahkan kapur (CaO) 5 g sebagai binder.
sesuai dengan standar SNI 2006. Semua bahan briket bio-batu bara
mempunyai ukuran partikel sebesar 50 mesh dan
2. Metode Penelitian kuat tekan sebesar 50 kg/cm2. Proses pengeringan
briket bio-batu bara dilakukan 8 hari tanpa
2.1 Bahan
dijemur di bawah sinar matahari, kemudian
a. Limbah batu bara sebagai bahan utama
dioven dengan suhu 80 oC selama 1 jam.
pembuatan briket bio-batu bara.
b. Arang ampas tebu (AT) dan batang tebu
3. Hasil dan Pembahasan
(BT) sisa pembakaran lahan berfungsi untuk
Dalam pembuatan briket arang, batu bara
mempermudah penyalaan awal briket dan
dan bio-batu bara yang berkualitas harus
mengurangi emisi gas berbahaya.
memiliki standar SNI. Pada penelitian briket bio-
c. Tepung tapioka atau kanji yang berfungsi
batu bara berbahan batu bara, batang dan ampas
sebagai perekat briket bio-batu bara.
tebu mengacu pada SNI 2006. Permen ESDM
d. Kapur (CaO) untuk mereduksi kandungan
No. 047 Tahun 2006 menyatakan bahwa briket
sulfur (S) pada batu bara.
bio-batu bara memiliki SNI sebagai berikut:
e. Tanah lempung untuk mengurangi bau
kadar air total 15%, kadar abu maksimal 20%, zat
sulfur batu bara dan sebagai perekat briket
terbang sesuai bahan baku dan nilai kalori 4400
bio-batu bara.
kkal/kg. Hasil perbandingan uji proksimat biket
bio-batu bara dengan perlakuan proses pirolisis
2.2 Prosedur Penelitian
(PP) dan tanpa pirolisis (TP) bahan baku batu
Metode yang digunakan dalam penelitian
bara disajikan dalam pembahasan berikut.
adalah proses pirolisis (PP) dan tanpa pirolisis
(TP). Sampel pertama limbah batu bara di
3.1 Karakteristik Bahan Baku Batu bara
pirolisis pada suhu 400 oC selama 2 jam. Sampel
Tabel 1 merupakan hasil uji proksimat batu
batu bara kedua tanpa menggunakan proses
bara tanpa pirolisis (TP) dan proses pirolisis (PP).
pirolisis. Perlakuan proses pirolisis (PP) dan
Hasil uji proksimat proses pirolisis dapat
tanpa pirolisis (TP) bahan baku batu bara
menaikkan nilai karbon terikat dan kalori batu
bertujuan untuk membandingkan kualitas kedua
bara. Kadar air dan zat terbang di dalam batu
briket. Biomassa ampas dan batang tebu
bara pada saat suhu pirolisis mencapai 200 oC
dikarbonisasi secara konvensional tanpa
mulai menguap. Menurut Rumbino (2016) pada
menggunakan parameter waktu dan suhu.
tingkat pertama di bawah temperatur 200 oC,
Pengujian briket bio-batu bara dilakukan
dekomposisi masih terjadi perlahan dan mulai
dengan analisis proksimat dan laju pembakaran.
melepaskan sejumlah kecil kombinasi kimia air,
Dalam proses uji laju pembakaran, briket bio-
oksida dari karbon, dan hidrogen.
batu bara dibakar pada suhu pembakaran 400 oC
menggunakan udara ruang pada furnace dan
Tabel 1. Uji proksimat batu bara
pengamatan penurunan massa dilakukan setiap 2
Bahan Kadar air Zat Kadar Karbon Kalori
menit selama 30 menit dan 2 jam. baku (%) terbang abu (%) terikat (kal/g)
Proses pembriketan menggunakan 2 variabel (%) (%)
Batu bara 2,75 29,03 24,03 43,30 5762,77
bebas yaitu limbah batu bara tanpa pirolisis TP
Batu bara
(50 g) dan proses pirolisis PP (50 g). Untuk Pirolisis
0,89 23,59 16,76 58,70 6481,78
masing-masing variabel ditambahkan arang
biomassa ampas tebu (AT) 10 g dan arang batang
tebu (BT) 30 g. Sebagai bahan perekat briket
digunakan 5 g tanah lempung basah dan 5 g
tepung kanji dengan menambahkan air 50 mL,
54 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 12, No. 1, 2018, hlm. 51-58
Tabel 2. Uji kadar air dan nilai kalori mengandung kadar air 2,75%, sehingga sangat
Bahan baku Kadar Air (%) Nilai kalori (%) berpengaruh pada briket bio-batu bara. Batu
Batang tebu 12,42 4812,51 bara memiliki kadar air berupa inhernt
Ampas tebu 10,61 4781,36
moisture atau air bawaan dari batu bara dan
Arang batang tebu 5,64 6270,21
Arang ampas tebu 6,38 6448,72 free moisture atau air yang yang menempel
pada permukaan batu bara (Sukandarrumidi,
Pada Tabel 2 disajikan hasil uji kadar air dan 2017).
nilai kalori batang dan ampas tebu. Proses Di lain pihak, briket bio-batu bara PP (50
pengarangan batang tebu dan ampas tebu dibakar g) mengandung kadar air lebih kecil daripada
dalam drum dengan sedikit udara tanpa TP (50 g). Kadar air batu bara yang telah
menggunakan parameter suhu dan waktu. Proses mengalami proses pirolisis hanya sebesar
pengarangan batang dan ampas tebu 0,89%, sehingga pada saat proses pembriketan
membutuhkan waktu 5-7 jam sampai api dalam membantu menurunan kadar air briket bio-
arang mati. Karbonisasi merupakan metode atau batu bara PP (50 g).
teknologi untuk memperoleh arang sebagai
produk utama dengan memasukkan biomassa b. Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan
padat seperti kulit durian, kayu, sekam padi tanpa Pirolisis terhadap Zat Terbang
(Ridhuan dan Suranto, 2016). Proses pembriketan berpengaruh terhadap
zat terbang briket bio-batu bara TP (50 g) dan
3.2 Uji Proksimat Briket Bio-Batu Bara PP (50 g) disebabkan penambahan perekat
Tabel 3 menyajikan hasil uji proksimat tanah lempung dan kapur (CaO). Penambahan
briket bio-batu bara TP (50 g) dan PP (50 g) kapur dan tanah lempung pada briket bio-batu
setelah proses pembriketan. Dalam tabel terlihat bara dapat mengurangi kandungan emisi,
bahwa ada perbedaan kandungan kadar air, abu, sehingga volatile matter juga berkurang
zat terbang, karbon terikat dan nilai kalori setelah setelah proses pembriketan. Penambahan
proses pembriketan. kapur dan tanah lempung pada briket bio-batu
bara dapat mengurangi kandungan emisi,
Tabel 3. Uji proksimat briket bio-batu bara sehingga volatile matter juga berkurang
Bahan Kadar Zat Kadar Karbon kalori setelah proses pembriketan, selain
baku air terbang abu terikat (kal/g) berkurangnya emisi juga dikarenakan telah
(%) (%) (%) (%) berkurangnya zat terbang (volatile matter)
Briket TP
5,23 23,87 24,37 51,06 4874,96 yang terdapat dalam batu bara sebagai akibat
(50 g)
Briket PP karbonisasi (Budiyanto dkk., 2008).
4,17 18,39 25,76 51,68 5157,87
(50 g) Campuran biomassa arang batang dan
arang ampas tebu juga berpengaruh terhadap
Hasil uji proksimat pada Tabel 3 campuran penurunan zat terbang pada briket bio-batu
batu bara proses pirolisis dan tanpa proses bara, emisi berkurang maka volatile matter
pirolisis berpengaruh terhadap kadar air, abu, zat juga berkurang, karena biomassa dapat
terbang, karbon terikat dan nilai kalori briket bio- menyerap kandungan zat terbang pada briket
batu bara yang diuraikan sebagai berikut. bio-batu bara. Pemakaian biomassa bertujuan
selain untuk menurunkan temperatur
a. Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan penyalaan briket, juga untuk mempercepat
tanpa Pirolisis terhadap Kadar Air proses pembakaran yang sempurna dari briket,
Proses pirolisis dan tanpa pirolisis batu sehingga dapat mengurangi emisi gas buang
bara berpengaruh pada kadar air briket bio- (Permen ESDM, 2006).
batu bara. Setelah proses pembriketan, kadar
air briket TP (50 g) lebih tinggi karena batu
bara yang tidak mengalami proses pirolisis
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 12, No. 1, 2018, hlm. 51-58 55
c. Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan 3.2 Pengaruh Batu Bara Proses Pirolisis dan
tanpa Pirolisis terhadap Kadar Abu tanpa Pirolisis terhadap Pembakaran
Kadar abu briket bio-batu bara mengalami Briket
kenaikan setelah proses pembriketan. Kadar Pembakaran briket bio-batu bara pada
abu yang tinggi disebabkan karena adanya suhu 400 oC menggunakan udara pembakaran di
penambahan tanah lempung dan kapur. Tetapi dalam furnace. Pengamatan penurunan massa
dari hasil uji proksimat batu bara, kadar setiap 2 menit selama 30 menit, kemudian
karbon terikat PP (50 g) lebih besar daripada dilakukan pengamatan selama 2 jam pembakaran.
TP (50 g). Kemungkinan besar pada saat Data pengamatan penurunan massa briket
pembakaran, karbon terikat terbakar habis, disajikan pada Tabel 4.
sehingga dihasilkan abu dalam jumlah yang
banyak. Hal ini sesuai dengan teori, dimana Tabel 4. Penurunan massa pembakaran briket
semakin lama waktu karbonisasi, maka kadar Waktu TP Suhu PP Suhu
abu semakin meningkat karena karbon akan (s) (50 g) (oC) (50 g) (oC)
0 99,87 400 99,87 400
habis terbakar dan menyisakan abu yang
2 96,76 418 96,68 407
merupakan hasil pembakaran (Junary dkk., 4 95,02 421 94,98 409
2015). 6 92,65 425 92,94 406
8 90,71 424 90,91 404
d. Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan 10 87,87 421 89,15 401
tanpa Pirolisis terhadap Karbon Terikat 12 85,52 426 87,35 401
14 83,24 427 85,36 402
Batu bara memiliki kandungan kadar
16 80,73 429 83,43 417
karbon terikat yang lebih tinggi daripada 18 78,59 430 81,50 410
biomassa, tetapi setelah dipirolisis mengalami 20 76,28 430 79,83 411
kenaikan karbon terikat, karena berkurangnya 22 74,69 429 75,96 405
kadar air, kadar abu dan zat terbang pada saat 24 72,83 428 74,69 398
pirolisis. Semakin berkurang kadar air, kadar 26 71,80 425 73,34 402
28 70,71 419 71,96 398
abu dan zat terbang, maka akan semakin
30 69,87 420 70,12 414
tinggi karbon terikat pada material tersebut. 2 jam 35,40 - 36,07 -
Briket memiliki kadar air, kadar abu dan
kadar menguap yang tinggi, maka kadar Tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi
karbon terikat semakin tinggi (Hasan dkk., penurunan massa dan kenaikan temperatur
2017). pembakaran pada briket bio-batu bara TP (50 g)
di dalam furnace disebabkan kandungan zat
e. Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan terbang TP (50 g) lebih tinggi daripada PP (50 g).
tanpa Pirolisis terhadap Nilai Kalori Kadar zat terbang sangat berpengaruh pada
Nilai kalori batu bara tanpa pirolisis pembakaran, semakin tinggi zat terbang,
sebesar 5762,77 kal/g, sedangkan proses pembakaran akan semakin cepat dan lama nyala
pirolis mengalami kenaikan sebesar akan semakin pendek. Menurut Jamilatun (2008),
6481,78%. Ketika proses pembriketan, terjadi jika kandungan volatilnya tinggi, maka briket
penurunan nilai kalori pada briket bio-batu akan mudah terbakar dengan kecepatan
bara, karena adanya penambahan perekat pembakaran tinggi.
tanah lempung dan kapur. Pengikat anorganik Penurunan masa briket bio-batu bara PP (50
seperti PVA, semen, lempung dan natrium g) lebih sedikit dan kenaikan temperatur
silikat mempunyai kelemahan yaitu adanya pembakaran tidak begitu besar, karena karbon
tambahan abu yang berasal dari pengikat, terikatnya lebih tinggi dibandingkan TP (50 g),
sehingga dapat menghambat pembakaran dan sehingga pembakarannya lambat. Untuk
menurunkan nilai kalor (Maharsa dan mendapatkan briket dengan waktu pembakaran
Muhammad., 2012). yang cukup lama dan waktu penyalaan yang
56 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 12, No. 1, 2018, hlm. 51-58
relatif lebih singkat, diperlukan kadar karbon pembakaran terbesar terjadi pada menit ke-2 dan
padat yang tinggi (Fachry dkk., 2010). 22 sebesar 1,59 g/s dan 1,93 g/s.
Pada saat pembakaran briket bio-batu bara
TP (50 g) asap hilang pada menit ke-28, Tabel 5. Laju pembakaran briket bio-batu bara
sedangkan pada PP (70 g) asap hilang pada menit Waktu TP
Laju
PP 50
Laju
ke-24. Pembakaran Pembakaran
(s) (50 g) (g)
(g/s) (g/s)
0 0 0 0 0
Briket Bio-batubara
2 3,11 1,55 3,19 1,59
99.87 99.87
4 1,74 0,87 1,7 0,85
96.76 96.68 6 2,37 1,18 2,04 1,02
Penurunan massa (g)
1.8 1.55
1.42
penurunan massa diketahui, maka akan dapat 1.6
1.18
1.4
diketahui laju pembakaran tiap menitnya. 1.2 0.87 0.97
1.59
1
Pengurangan massa saat pembakaran briket 0.8
1.02 1.01
0.6 0.85 0.88
setiap 2 menit mengalami penurunan yang tidak 0.4
0.2
0
stabil. Hasil pengamatan akan disajikan pada 0
0 2 4 6 8 10
Tabel 5 dan Gambar 2. Waktu (s)
Pada Tabel 5 laju pembakaran briket bio- TP 50 PP 50
batu bara TP (50 g) terbesar terjadi pada menit
ke-2 dan 10 sebesar 1,55 g/s dan 1,42 g/s. Gambar 2. Laju pembakaran briket
Rumbino, Y., 2016, Kinetika Pirolisis Batu Bara Sukandarrumidi., 2017, Batu bara dan
Lignite Menggunakan Analisis Termo- Pemanfaatnya, Gadjah Mada University
gravimetry, Seminar Nasional 2016, Press, Yogyakarta.
Lembaga Penelitian Dan Pemberdayaan
Masyarkat (LPPM). UNMAS, Denpasar