1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

JURNAL HUTAN LESTARI (2020)

Vol. 8 (2) : 286 – 298

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH


PENGGERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL
DAN KOMPOSISI SEMEN

(Physical And Mechanical Properties Of Cement Boards From Sawing Waste Based On
Particle Sizes And Cement Composition)

Muhammad Aprizal Syaifudin, M. Dirhamsyah, Evy Wardenaar


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jl. Daya Nasional, Pontianak 78124
e-mail: [email protected]

Abstract
This study aims to examine the physical and mechanical properties of cement boards from
sawing waste based on raw material composition and particle size, as well to get the best
sawing waste particle size and raw material composition according to JIS A5417-1992
standard. The research was carried out at the Wood Workshop Laboratory, Wood Technology
Laboratory, Wood Processing Laboratory and PT Duta Pertiwi Nusantara Pontianak. This
study uses a completely randomized factorial design (CRD) with two factors, namely factor A
(Particle Size) and factor B (composition of cement). The results showed the average value of
density ranged from 0.6878 to 0.8094 gr / cm3, moisture content value ranged from 6.7057 to
10.0246%, thickess swelling value ranged from 0.3996 to 0.8773%, water absorption value
ranged from 27.8949 - 49.0375%, MOE ranged from 412.6563-1411.7847 kg / cm2 and MOR
value ranged from 2.1529-4.5909 kg / cm2. The particle size that affects the physical properties
is the value of water absorption, while the composition of the material that affects the physical
properties is the density, water content, thickness development and water absorption capacity.
The particle size and composition of the material which influence the mechanical properties,
namely the value of the flexural firmness and fracture firmness. Based on the results of cement
board testing with particle composition and cement (1:2) with particle size passing 10 mesh
restrained 20 mesh yields the best physical properties of cement board that meet the standards
of JIS A 5417: 1992, while none of the cement boards MOE and MOR meet the testing
standards mechanical properties according to JIS A 5417: 1992.
Keywords: Cement board, composition of cement, particle size, sawing waste.

PENDAHULUAN terdapat pabrik industri pengolahan kayu


Di Indonesia ada tiga macam industri dan industri pengergajian kayu skala kecil
kayu yang secara dominan mengkonsumsi yang menghasilkan limbah yang besar.
kayu dalam jumlah relatif besar yaitu Menurut Purwanto (2009) besarnya
penggergajian, vinir (kayu lapis) dan pulp limbah yang dihasilkan dari industri
(kertas). Masalahnya adalah limbah penggergajian kayu rata-rata pertahun
penggergajian pada kenyataan dilapangan sebesar 40,48% volume, dengan rincian
masih banyak yang menumpuk, sebagian sabetan 22,32%, potongan kayu 9,39%
dibuang ke aliran sungai dan dibakar dan serbuk gergaji 8,77%.
sehingga menimbulkan pencemaran Kalimantan Barat terdapat banyak
terhadap lingkungan. Indonesia banyak industri penggergajian yang menghasilkan

286
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

limbah yang tidak dipisahkan antar jenis MOE semakin meningkat dibandingkan
kayu yang digergaji. Oleh karena itu dengan ukuran lolos 2 mesh tertahan 4
pemanfaatan serbuk gergaji merupakan mesh (partikel kasar) dan ukuran lolos 4
salah satu limbah hasil industri yang dapat mesh tertahan 6 mesh (partikel sedang).
dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk Dengan demikian ikatan antara partikel
pembuatan papan mineral (papan semen- dan semen serta antara partikel itu sendiri
serbuk gergaji) perlu dilakukan. akan semakin kuat dan lebih rapat,
Bakri et al. (2006) mengatakan sehingga keteguhan lentur (MOE) juga
limbah industri penggergajian merupakan akan meningkat. Penelitian yang dilakukan
bagian dari kayu yang diperoleh dari hasil oleh Armaya et al. (2013) menyatakan
proses penggergajian yang bentuk, ukuran bahwa papan semen dari partikel bambu
dan cacat yang tidak dapat digunakan lagi dengan ukuran 40 mesh memiliki
untuk sortimen kayu gergajian. Limbah kerapatan yang cukup tinggi dibandingkan
industri penggergajian kayu dapat berupa dengan ukuran partikel 20 mesh.
serbuk gergaji (sawdust), sabetan (slabs), Menurut Purwanto (2014) hasil
potongan-potongan (trims), dan serutan penelitian pembuatan papan semen dengan
(skaring). Limbah serbuk kayu banyak perbandingan kulit kayu gelam dan semen
menimbulkan masalah dalam masing-masing 1:1, 1:1,5 dan 1:2
penanganannya yang selama ini dibiarkan didapatkan perbandingan campuran kulit
membusuk, ditumpuk, dan dibakar yang kayu dan semen yaitu 1:2 dengan panjang
akan menimbulkan dampak negatif kulit kayu 2 cm menghasilkan kadar air,
terhadap lingkungan. pengembangan tebal, penyerapan air,
Meningkatnya kebutuhan kayu secara kerapatan, keteguhan patah /MOR,
signifikan menimbulkan permasalahan keteguhan lentur/MOE dan keteguhan
yang harus diselesaikan bersama, salah tarik yang terbaik, dan memenuhi standar
satu solusinya adalah pemanfaatan bahan JIS A 5417-1992.
baku limbah industri pengggergajian kayu. Dari hasil penelitian tersebut maka
Salah satu bahan bangunan yang mampu perlu dilakukan penelitian membuat papan
memenuhi masa sekarang tanpa semen dengan memanfaatkan limbah
mengganggu pemenuhan kebutuhan penggergajian dengan ukuran partikel
dimasa mendatang adalah bahan bangunan lolos 10 mesh tertahan 20 mesh dan lolos
dengan pemanfaatan limbah gergajian 20 mesh tertahan 40 mesh, sedangkan
yang tidak dimanfaatkan lagi. perbandingan komposisi yang digunakan
Menurut Dirhamsyah (2011), hasil antara partikel dan semen adalah 1:1, 1:1,5
penelitian tentang sifat papan semen dan 1:2. Tujuan dari penelitian yaitu untuk
partikel kayu karet dengan ukuran lolos menguji sifat fisik dan mekanik papan
saringan 6 mesh tertahan 8 mesh (partikel semen dari limbah penggergajian
halus) menghasilkan sifat fisik dan berdasarkan komposisi bahan baku dan
mekanik yang terbaik dan semakin tinggi ukuran partikel, selain itu juga untuk
kadar semen yang digunakan maka nilai mendapatkan ukuran partikel limbah

287
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

penggergajian dan komposisi bahan baku Air, minyak pelumas, katalisator kapur
terbaik sesuai dengan standar JIS A5417- padam (Ca(O ).
1992. Manfaat dari penelitian ini adalah Pengujian Suhu Hidrasi
untuk memberikan informasi bahan baku Pengukuran suhu hidrasi mengacu
alternatif pemanfaatan limbah pada metode Sanderman (Kamil, 1970).
penggergajian sebagai produk papan Contoh uji hidratasi yaitu perbandingan
semen. antara semen, air, bahan dan katalisator
METODE PENELITIAN yaitu 200 gr, 100 gr, 20 gr dan 2,5% dari
Penelitian dilaksanakan di semen. Semua bahan dicampurkan
Laboratorium Wood Workshop Fakultas menjadi satu adonan dan dimasukan ke
Kehutanan Universitas Tanjungpura untuk dalam termos, selanjutnya masukan tabung
persiapan bahan baku, Laboratorium reaksi kedalam termos yang sudah
Teknologi kayu, Laboratorium Pengolahan dimasukan pelumas (oli MPX) sebanyak
Kayu Fakultas Kehutanan Universitas ¼ tabung, kemudian thermometer
Tanjugpura untuk pembuatan papan dimasukan kedalam tabung reaksi melalui
semen dan PT Duta Pertiwi Nusantara gabus yang ditutup ke mulut termos.
Pontianak untuk melakukan pengujian Pengamatan kenaikan suhu dicatat selama
papan. Waktu penelitian yaitu selama ± 2 24 jam dengan mencatat perubahan suhu
bulan mulai dari persiapan sampai setiap 1 Jam dan yang digunakan sebagai
pengolahan data. Alat yang digunakan ukuran adalah suhu maksimum.
yaitu cetakan berukuran 30 cm x 30 cm x Persiapan Bahan
1 cm, sendok semen untuk mencampurkan Limbah gergajian yang di dapat dari
bahan, timbangan analitik untuk tempat Sawmil Sari Pasifik jalan
menimbang bahan, jam untuk meghitung Adisucipto Gang Sagu dalam keadaan
waktu, kamera untuk mengambil gambar, kering kemudian direndam dengan air
kaliper (jangka sorong) untuk mengukur dingin selama 24 jam, hal ini bertujuan
papan semen, ayakan untuk menyaring untuk menghilangkan zat ekstraktif yang
serbuk kayu dengan ukuran lolos 10 mesh ada pada kayu (Kamil, 1970), selanjutnya
tertahan 20 mesh dan lolos 20 mesh dijemur dibawah sinar matahari dan di
tertahan 40 mesh, thermometer untuk kering udarakan hingga kadar air 9-16%,
mengukur suhu hidrasi, tabung reaksi sedangkan kadar air yang didapatkan dari
untuk tempat pengujian suhu hidrasi, hasil penelitian yaitu 13%. Perlakuan
termos air panas untuk tempat pengujian penelitian yang digunakan adalah ukuran
bahan hidrasi, oven untuk mengurangi serbuk limbah gergajian (A) ada dua yaitu
kadar air, bak plastik untuk (a1) dengan ukuran lolos 20 mesh tertahan
mencampurkan semua bahan, kempa 40 mesh dan (a2) dengan ukuran lolos 10
manual, mesin gerinda, mesin UTM untuk mesh tertahan 20 mesh dan kemudian
penguji papan semen. Bahan yang komposisi antara bahan baku dengan
digunakan yaitu limbah partikel serbuk semen (B) yang di kering udarakan hingga
gergajian, semen Portland tipe 1 (Holcim), dengan kadar air tertentu. Semen diayak

288
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

dengan ukuran 60 mesh sehingga didapat yang tidak terkena sinar matahari langsung
semen yang seragam dan halus dengan selama 2 minggu agar papan semen
perbandingan komposisi serbuk dan semen mengeras dengan sempurna.
(b1, b2, b3 yaitu 1:1, 1:1,5 dan 1:2). HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah air yang digunakan yaitu 80% dari Suhu Hidrasi
semen, sedangkan katalisator yang Suhu hidrasi merupakan indikator
digunakan kapur padam menurut yaitu untuk menentukan kesesuaian sebagai
2,5% dari semen (Kasmudjo, 1985). bahan baku pembuatan papan semen
Pembuatan Papan partikel. Nilai maksimum pengujian suhu
Semen dan partikel dimasukan hidrasi dengan metode Sanderman (Kamil,
kedalam baskom kemudian tambahkan air 1970 dalam Armaya et al. 2013) yang
yang sudah dicampurkan katalisator dan diperoleh dari hasil pengamatan yang
aduk hingga merata. Bahan yang sudah dilakukan selama 24 jam yaitu sebesar
tercampur rata dimasukan kedalam 51°C pada jam ke-10. Suhu hidrasi mulai
cetakan dengan ukuran 30 cm x 30 cm x mengalami kenaikan pada jam ke- 9 yaitu
2,5 cm dan diratakan, kemudian diberi sebesar 7°C/Jam. Naiknya suhu pada
penutup dengan ukuran 30 cm x 30 cm x pengujian hidrasi disebabkan oleh adanya
1,5 cm. Cetakan selanjutnya dimasukan reaksi eksotermik antara semen, partikel
kedalam alat kempa dingin sehingga dan air. Suhu hidrasi mengalami stagnan
cetakan dengan tebal 2,5 cm tertekan pada jam ke-10, jam ke-11 dan jam ke-12
dengan penutup setebal 1,5 cm, sehingga pada angka maksimum yaitu 51°C dan
mendapatkan ketebalan 1 cm selama 3 kembali menurun pada jam ke-13 dan
menit, kemudian diklem selama 24 jam. seterusnya. Grafik hasil pengujin suhu
Papan semen yang telah jadi selanjutnya hidrasi partikel limbah penggergajian
dikering anginkan pada ruangan terbuka disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Perubahan Suhu Hidrasi Bahan Baku Partikel (Graphs


of Changes in Hydration Temperature of Particle Raw Materials)
Berdasarkan dari hasil pengujian limbah penggergajian yang digunakan
tersebut diketahui bahwa partikel memberikan pengaruh baik sebagai

289
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

agregat. Dengan demikian menunjukan partikel dalam suatu panil, kerapatan


bahwa partikel limbah penggergajian merupakan massa atau berat per satuan
tidak mengandung banyak zat ekstraktif volume (Haygreen dan bowyer,
yang dapat menghambat pengerasan 1989).Pada umumnya semakin tinggi
semen, sehingga ikatan antara semen kerapatan papan maka semakin tinggi
dan partikel dapat terjadi dengan baik. sifat mekaniknya. Hasil pengujian
Sifat Fisik Dan Mekanik Papan papan semen partikel limbah
Semen penggergajian menunjukan nilai rerata
Kerapatan kerapatan berkisar antara 0,6878 –
Kerapatan adalah sifat fisik yang 0,8094 gr/c .
menunjukan kekompakan ikatan

Gambar 2. Grafik Nilai Rerata Kerapatan Papan Semen Partikel (Graph of


Average Value of Particle Cement Board Density)
Rata-rata nilai pengujian kerapatan (2015) dalam penelitianya dengan
papan semen tidak memenuhi target membuat papan semen yang diklem
kerapatan yang diinginkan yaitu sebesar 1 selama 4 hari menyatakan nilai kerapatan
gr/ , hal tersebut dikarenakan semen papan semen rendah akibat dari ketebalan
yang bersifat padat dengan kadar tertentu papan melebihi ketebalan target yang di
tidak mampu mengikat sempurna dengan tetapkan. Menurut Purwoko (1980)
jumlah air yang digunakan. Hal tersebut mengatakan bahwa jumlah air yang
diduga saat pelepasan dari cetakan dan digunakan untuk sejumlah semen akan
klem papan mengembang kembali, menentukan kualitas adukan campuran
sehingga susunan komponen bahan dalam yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan
papan tidak rapat dan adanya pori-pori ikatan antara semen dan partikel menjadi
yang terbuka sehingga tebal papan semen kurang kompak sehingga nilai kerapatan
menjadi besar sementara kerapatan akan papan semen yang dihasilkan cenderung
menjadi kecil. Menurut Sembiring et al. rendah.

290
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

Nilai rerata kerapatan yang didapat penelitian ini sejalan dengan penelitian
menunjukan papan semen partikel dengan Purwanto (2014) yang membuat papan
ukuran 40 mesh lebih rendah dari partikel semen dengan perbandingan kulit kayu
dengan ukuran 20 mesh. Hal tersebut gelam dan semen dengan perbandingan
sejalan dengan penelitian Simbolon et al. campuran kulit kayu dan semen yaitu 1:2
(2015) yang menyatakan nilai kerapatan menghasilkan nilai terbaik yang
papan semen dengan ukuran partikel 80 memenuhi standar pengujian JIS A
mesh lebih rendah dari papan semen 5417:1992.
dengan ukuran partikel 30 mesh Kadar Air
disebabkan ukuran partikel yang sangat Hasil pengujian papan semen partikel
halus tidak dapat diikat dengan baik oleh limbah penggergajian menunjukkan nilai
semen dan memiliki ikatan kurang erat rerata kadar air berkisar antara 6,7057-
untuk rasio massa partikel dan semen yang 10,0246%. Nilai rerata kadar air papan
digunakan. Hasil yang didapatkan dalam semen dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Nilai Rerata Kadar Air Papan Semen Partikel (Graph of
Average Value Moisture Content of Cement Particle Board)
Nilai kadar air papan semuanya air yang tertahan didalam papan akan sulit
memenuhi standar pengujian JIS A untuk menguap karena rapatnya
5417:1992 yaitu ≤16%. Kadar air tertinggi komponen penyusun sehingga kadar air
yang dihasilkan dari papan semen dengan juga akan meningkat. Hal tersebut sejalan
perlakuan komposisi partikel dan semen dengan penelitian Hendrik (2005) yang
(1:2) yaitu sebesar 13,9132%. Hal ini menyatakan semakin tinggi kadar semen
diduga semakin banyak penggunaan yang digunakan maka semakin tinggi pula
semen dalam penggunaan papan akan kadar air yang dihasilkan.
menambah penggunaan air didalam Berdasarkan hasil penelitian pada
pembuatan adonan papan semen. Diduga Gambar 3 dapat dilihat bahwa papan

291
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

semen yang dibuat dengan partikel ukuran air lebih rendah. Oleh karena itu maka
kecil pada umumya menghasilkan kadar kadar air komposisi semen partikel 1:2
air yang lebih tinggi dibandingkan dengan dangan ukuran kecil (40 mesh) lebih tinggi
partikel ukuran besar. Menurut Simbolon dibandingkan dengan ukuran besar (20
et al. (2015) bahwa ukuran partikel besar mesh).
(30 mesh) menghasilkan kadar air yang Pengembangan Tebal
lebih rendah dari partikel ukuran kecil (80 Perubahan dimensi papan dalam hal
mesh) hal ini dikarenakan ukuran partikel ini ketebalan menjadi penting dalam
yang besar membutuhkan banyak semen banyak pemakaiannya. Stabilitasi dimensi
untuk mengikat partikel. papan akan rendah apabila pengembangan
Kadar air tertinggi yang dihasilkan dari tebal papan tinggi. Pengembangan tebal
papan dengan ukuran partikel lolos 20 bukanlah suatu proses yang seketika tapi
mesh tertahan 40 mesh dengan membutuhkan waktu setelah papan
perbandingan komposisi semen dan menjadi basah (Haygreen dan bowyer,
partikel (1:2) yaitu sebesar 13,9132%. Hal 1989). Menurut Armaya et al. (2013)
ini diduga karena jumlah partikel dengan pengembangan tebal adalah sifat fisik
ukuran besar yang sedikit dengan untuk menentukan penggunaan suatu
perbandingan semen yang banyak papan semen untuk keperluan baik
menyebabkan air sulit untuk menyerap eksterior maupun interior. Hasil dari
menyebabkan kadar air lebih rendah. Hal pengujian papan semen partikel berkisar
ini sesuai dengan pernyataan Bakri et al. antara 0,3996-0,8773%. Hasil rekapitulasi
(2006) bahwa jumlah partikel yang sedikit rerata papan semen dapat dilihat pada
akan sulit menyerap air dengan proporsi Gambar 4.
semen yang lebih tinggi, akibatnya kadar

Gambar 4. Grafik Nilai Rerata Pengembangan Tebal Papan Semen Partikel


(Graph of Average Development Value of Particle Cement Board
Thickness)

292
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

Standar JIS A 5417:1992 dengan serbuk maka akan menyebabkan nilai


syarat pengembangan tebal papan ± kerapatan semakin menurun, karena
8,3%, secara keseluruhan nilai partikel besar mengakibatkan kontak
pengembangan tebal papan semen dari yang lemah sehingga menciptakan
hasil penelitian memenuhi standar rongga diantara partikel.
pengujian. Pada Gambar 4 menunjukan Nilai pengembangan tebal terkecil
bahwa pengembangan tebal dipengaruhi dihasilkan dari papan semen dengan
oleh banyaknya air yang mampu diserap komposisi parikel dan semen (1:2) dan
oleh papan. ukuran partikel lolos 10 mesh tertahan
Berdasarkan dari hasil penelitian 20 mesh yaitu sebesar 0,6250%. Hal
dapat dilihat bahwa adanya penurunan tersebut diduga komposisi semen yang
pengembangan tebal seiring dengan lebih banyak mampu mengikat partikel
bertambahnya komposisi semen yang dengan baik. Menurut Simbolon et al.
terkandung didalam papan semen (2015) dengan menggunakan partikel
partikel. Hal tersebut juga didukung dari cangkang kemiri menyatakan bahwa
hasil penelitian Prayitno (2001) dalam semakin banyak komposisi semen yang
Simbolon et al. (2015) yang digunakan maka semakin banyak
menyatakan semakin tinggi kadar partikel yang dapat diikat oleh semen.
semen yang digunakan maka nilai Daya Serap Air
pengembangan tebal akan semakin Daya serap air yaitu salah satu sifat
menurun. Nilai pengembangan tebal fisik papan semen yang menunjukan
tertinggi dihasilkan dari papan semen kemampuan papan untuk menyerap air
dengan komposisi partikel dan semen dalam jangka waktu tertentu. Fatriasari
(1:1) dan ukuran partikel lolos 10 mesh dan Hermiati (2006) dalam Sibarani
tertahan 20 mesh yaitu sebesar (2011) menyatakan bahwa besarnya
0,9328%. Hal ini diduga karena papan nilai daya serap air dipengaruhi oleh
memiliki komposisi semen yang besar diameter serat dan panjang serat
sebanding dengan komposisi partikel partikel yang digunakan. Hasil
sehinggan menyebabkan bahan pengikat pengujian daya serap air menunjukan
tidak mampu mengikat partikel dengan nilai rerata yaitu berkisar antara 27,8949
baik dan mengakibatkan pengembangan – 49,0375%. Nilai rerata daya serap air
tebal menjadi lebih besar. Menurut papan semen dapat dilihat pada Gambar
Mujahid (2010) semakin besar ukuran 5.

293
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

Gambar 5. Grafik Nilai Rerata Daya Serap Air Papan Semen Partikel (Graph of
Average Value of Water Absorption of Cement Particle Board)
Pengujian daya serap air dilakuan ukuran partikel lolos 20 mesh tertahan
karena berpengaruh terhadap ketahanan 40 mesh yaitu sebesar 49,0375%. Papan
suatu hasil papan semen dalam dengan perlakuan ini diduga
penggunaannya yang berhubungan perbandingan partikel dan semen yang
langsung dengan cuaca. Dari hasil sama sehingga menyebabkan ikatan
penelitian menunjukan bahwa adanya antara komponen tidak kuat, sehingga
penurunan daya serap air seiring dengan mudah ditembus oleh air. Nilai daya
bertambahnya komposisi semen yang serap air terkecil yaitu dari perlakuan
terkandung dalam papan. Hal tersebut komposisi partikel dan semen (1:2) dan
dikarenakan semakin tinggi komposisi ukuran partikel lolos 10 mesh tertahan
semen maka semakin baik untuk 20 mesh yaitu sebesar 27,8949%. Hal
mengikat partikel sehingga sulit untuk tersebut diduga papan dengan
ditembus oleh air. Menurut Kumoro perbandingan semen yang lebih banyak
(2007) dalam Sembiring (2015) dari partikel akan membuat ikatan
menyatakan bahwa lapisan perekat antara komponen akan menjadi lebih
semen yang tebal akan membentuk daya kuat sehingga hanya sedikit rongga
adhesi antara perekat semen dengan yang dapat ditembus oleh air.
partikel dan daya kohesi antar partikel Pengujian Modulus of Elastisity (MOE)
semakin kuat, akibatnya air sukar Hasil pengujian papan semen
menembus lapisan semen yang tebal partikel menujukan bahwa nilai MOE
dan struktur papan semen partikel yang yang didapatkan yaitu berkisar antara
rapat. 412,6563-1411,7847 kg/cm2.
Nilai daya serap air tertinggi Rekapitulasi rerata nilai MOE dapat
dihasilkan dari perlakuan dengan dilihat pada Gambar 6.
komposisi parikel dan semen (1:1) dan

294
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

Gambar 6. Grafik Nilai Rerata MOE Papan Semen Partikel ( Graph Average
Value of MOE Cement Particle Board)

Dari hasil penelitian menunjukan dibandingkan dengan ukuran 80 mesh.


bahwa tidak ada satu pun papan yang hal tersebut dikarenakan semakin halus
memenuhi standar JIS A 5417:1992 ukuran partikel maka akan semakin
yang mensyaratkan nilai MOE>24.000 kurang ikatan antara partikel dan semen.
kg/cm2. Papan semen dengan nilai Menurut Hakim dan Sucipto (2012)
tertinggi adalah papan dengan semen memegang peranan penting
komposisi partikel dan semen (1:2) dan dalam sistem perekatan antar serat,
ukuran partikel lolos 10 mesh tertahan sehingga semakin banyak semen maka
20 mesh yaitu sebesar semakin baik perekatannya.
1411,7847kg/cm2. Hal tersebut diduga PengujianModulus Of Rupture (MOR)
karena semakin halus ukuran partikel Hasil pengujian papan semen
maka akan semakin kurang ikatan partikel menunjukan nilai rerata MOR
antara partikel dan semen. Hal tersebut berkisar antara 2,1529-4,5909 kg/cm2.
sejalan dengan penelitian Hamdi et al. Rekapitulasi rata-rata nilai MOR papan
(2010) membuat papan partikel kayu semen partikel dapat dilihat pada
dengan ukuran 60 mesh lebih baik Gambar 7.

295
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

Gambar 7. Grafik Nilai Rerata MOR Papan Semen Partikel (Graph Average
Value of MOR Cement Particle Board)

Berdasarkan hasil penelitian pada Menurut Hamdi et al. (2010) papan


Gambar 7 menunjukan bahwa tidak ada semen dengan ukuran 60 mesh lebih
nilai MOR papan semen yang baik dibandingkan dengan ukuran 80
memenuhi standar JIS A 5417:1992. mesh. Hal tersebut dikarenakan semakin
Hal ini diduga karena ikatan antar halus ukuran partikel maka akan
partikel dan semen lemah sehigga hasil semakin kurang ikatan antara partikel
yang didapatkan tidak dapat memenuhi dan semen.
standar, selain itu diduga lama waktu KESIMPULAN
pengkleman papan semen juga Berdasarkan dari hasil penelitian
mempengaruhi hasil yang didapatkan. dapat ditarik kesimpulan sebagai
Menurut Haygreen dan bowyer (1989) berikut:
menyatakan semakin tinggi kerapatan 1. Ukuran partikel yang berpengaruh
partikel penyusunnya, maka akan terhadap sifat fisik yaitu nilai daya
semakin tinggi keteguhan papan partikel serap air, sedangkan komposisi
yang dihasilkan. bahan yang berpengaruh terhadap
Berdasarkan hasil peneliian sifat fisik yaitu kerapatan, kadar air,
menunjukan bahwa papan dengan pengembangan tebal dan daya srap
pemberian ukuran partikel besar (20 air. Ukuran partikel dan komposisi
mesh) memiliki nilai MOR yang lebih bahan yang meberikan pengaruh
tinggi dibandingkan dengan ukuran terhadap sifat mekanik yaitu nilai
kecil (40 mesh). Hal tersebut diduga keteguhan lentur dan keteguhan
karena kurangnya ikatan antar partikel patah.
dan semen sehingga menimbulkan 2. Berdasarkan dari hasi pengujian
rendahnya nilai yang dihasilkan. dengan komposisi partikel dan semen

296
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

(1:2) dengan ukuran partikel lolos 10 Hamdi S, Arhamsyah. 2010. Sifat Fisis
mesh tertahan 20 mesh menghasilkan Mekanis Papan Partikel Dari
sifat fisik papan semen terbaik yang Limbah Kayu Gergajian
Berdasarkan Ukuran Partikel.
memenuhi standar JIS A 5417:1992,
Jurnal riset industri hasil hutan
sedangkan MOE dan MOR papan 2(2):13-17
semen tidak ada yang memenuhi
Haygreen JG dan Bowyer JL. 1989.
standar pengujian sifat mekanik
Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu
menurut JIS A 5417:1992. Pengantar (Terjemahan).
SARAN Yogyakarta. Gajah Mada
Disarankan dalam melakukan University Press.
penelitian pembuatan papan semen Hendrik. 2005. Pembuatan Papan
partikel disimpan ditempat yang baik Semen Gypsum Dari Kayu Akasia
sehingga tidak terganggu oleh cuaca Mangium Willd. Fakultas Kehutan
luar. Papan semen memerlukan waktu IPB. Bogor.
klem lebih dari 4 hari agar papan semen Kamil RN. 1970. Prospek pendirian
tidak mengembang dan dapat mengeras industri papan wol kayu di
dengan baik. Indonesia.Lembaga–lembaga
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Kehutanan Bogor.
Armaya R, Herawati E, Sucipyo T. Kamil RN, Kliwon S. 1973. Pengujian
2013. Karakteristik Fisis Dan Enam Jenis Kayu Dari Jasinga
Mekanis Papan Semen Bambu Untuk Papan Wol Kayu.Lembaga
Hitam (Gigantochloa Penelitian Hasil Hutan Laporan
Atroviolacea Widjaja) Dengan No.18. Bogor.
Dua Ukuran Partikel. Jurnal
Kasmudjo. 1985. Papan Semen Cetakan
Universitas Sumatera Utara.
1, Yayasan Pembina Fakultas
Medan. 4(2):9-15
Kehutanan, Universitas Gajah
Bakri, Gunawan E, Sanusi D. 2006. Mada. Yogyakarta.
Sifat Fisik dan Mekanik Komposit
Mujahid, 2010. Sifat Fisik Dan
Kayu Semen Serbuk Gergajian.
Mekanik Komposit Semen CaCl2
Jurnal Perennial, 2: 38-41.
Aren dengan Variasi Ukuran Serat
Dirhamsyah M. 2011. Sifat Papan Aren. Prosiding Seminar Nasional
Semen Partikel Kayu Karet Sains dan Teknologi Volume 1,
(Cement Board Property of No 1. Fakultas Teknik Universitas
Rubber Wood Particle). Jurnal Wahid Hasyim Semarang.
Tengkawang. 1:43-50
Purwanto D. 2009Analisa Jenis Limbah
Hakim, L. dan T. Sucipto. 2012. Kayu Pada IndustriPengolahan
Pengaruh Rasio Semen/Serat Dan Kayu Di Kalimantan Selatan.
Jenis Katalis Terhadap Kekuatan Jurnal Riset Industri Hasil Hutan.
Fiber-Cement Board Dari Limbah 1:14-20.
Kertas Kardus. Indonesian
Purwanto D. 2014. Sifat Fisik dan
Journal Of Forestry Research
Mekanik Papan Semen dari
1(2): 70-78.
Limbah Kulit Kayu

297
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 286 – 298

Gelam.Journal of Industrial Dengan Penambahan Katalis


Research. 8:197 – 204. Magnesium Klorida (MgCl2).
Sembiring DN, Hakim L, Sucipto T. Universitas Sumatra Utara.
2015. Kualitas Papan Semen Dari Simbolon, Ira L, Tito S, Rudi H. 2015.
Partikel Serutan Pensil Dengan Pengaruh Ukuran Partikel dan
Berbagai Rasio Semen Dan Komposisi Semen- Partikel
Partikel. Jurnal Universitas Terhadap Kualitas Papan Semen
Sumatra Utara. 4(2):175-185 Dari Cangkang Kemiri (Aleurites
Moluccana Wild).
Sibarani, I.P. 2011. Karakteristik Papan
Jurnal.usu.ac.id.1(2):7-12
Semen Dari Tiga Jenis Bambu

298

You might also like