Analisis Kualitas Briket Arang Tempurung Kelapa Dengan Bahan Perekat Tepung Kanji Dan Tepung Sagu Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Analisis Kualitas Briket Arang Tempurung Kelapa Dengan Bahan Perekat Tepung Kanji Dan Tepung Sagu Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Analisis Kualitas Briket Arang Tempurung Kelapa Dengan Bahan Perekat Tepung Kanji Dan Tepung Sagu Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Abstract
This research was conducted to utilize coconut shell waste in the community by processing it into
briquettes. The purpose of this study was to determine the quality of coconut shell charcoal briquettes that are
good for use as an alternative fuel. Limitation of the problem in this study is starch and sago flour with a
composition ratio of 90:10. Pressing pressure used is 2000 kg/cm2. Drying temperature is 100° C using solar
heat for 3 days. Carbonization temperature is 500° C. Coconut shell is 1 kg, the adhesive ratio is 100 grams/0.2
liters of water and does not use a coating. The method used in this study is the method of pyrolysis with the
combustion process using a closed furnace and sifting using a sieve with a size of 40-60 mesh. Furthermore,
testing the quality of the briquettes are briquette water content (%), ash briquette content (%), volatile matters
(%), fixed carbon content (%), measurement of density (g/cm2) ), specific gravity (kg/m3), measurement of
combustion rate (gr/min) and compressive firmness (kg/cm2). The results of testing the quality of coconut shell
charcoal briquettes obtained the average value of water content is 3.42%, the average value of ash content is
3.318%, the average value of the vaporizer content is 3.31%, the average value of bound carbon content is
93.37%, the average value of density is 1.55 g/cm3, the average value of specific gravity is 1.52 × 10-6 kg/ m2.s2,
the average value of combustion rate is 0.342 g/cm2, the average compressive strength value is 761.5 N/m2.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah tempurung kelapa yang ada di masyarakat dengan
mengolahnya menjadi briket. Tujuan penelitian untuk mengetahui kualitas briket arang tempurung kelapa yang
baik untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu tepung kanji
dan tepung sagu dengan perbandingan komposisi 90:10. Tekanan pengepresan yang digunakan yaitu 2000
kg/cm2. Suhu pengeringan yaitu 100°C menggunakan panas matahari selama 3 hari. Suhu karbonisasi adalah
500°C. Tempurung kelapa yaitu 1 kg, perbandingan perekat adalah 100 gram/0,2 liter air dan tidak
menggunakan pelapis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pirolisis dengan proses
pembakaran menggunakan tungku pembakaran tertutup dan pengayakan menggunakan ayakan dengan ukuran
40-60 mesh. Selanjutnya pengujian kualitas briket yaitu kadar air briket (%), kadar abu briket (%), kadar zat
menguap (volatile matters) (%), kadar karbon terikat (fixed carbon) (%), pengukuran kerapatan (density)
(g/cm2), berat jenis (kg/m3), pengukuran laju pembakaran (gr/menit) dan keteguhan tekan (kg/cm2). Hasil
pengujian kualitas briket arang tempurung kelapa didapatkan nilai rata-rata kadar air adalah 3,42 %, nilai rata-
rata kadar abu adalah 3,318 %, nilai rata-rata kadar zat menguap adalah 3,31%, nilai rata-rata kadar karbon
terikat adalah 93,37%, nilai rata-rata kerapatan adalah 1,55 g/cm3, nilai rata-rata berat jenis adalah 1,52×10-6
kg/m2.s2, nilai rata-rata laju pembakaran adalah 0,342 g/cm2, nilai rata-rata keteguhan tekan adalah 761,5 N/m2.
102
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649
2) Berdasarkan jenis
Jenis bahan baku yang umum dipakai
sebagai pengikat untuk pembuatan
briket yaitu:
a. Pengikat Anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga
ketahanan briket selama proses
pembakaran sehingga dasar permeabilitas
bahan bakar tidak terganggu. Pengikat
anorganik ini mempunyai kelemahan yaitu
adanya tambahan abu yang berasal dari
Gambar 1. Briket arang tempurung kelapa bahan pengikat sehingga dapat
Sumber: hasil produk penelitian menghambat pembakaran dan menurunkan
nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik
1.2 Macam-macam perekat briket antara lain semen, lempung (tanah liat),
Faktor-faktor yang perlu natrium silikat [4].
diperhatikan di dalam pembuatan briket b. Pengikat Organik
antara lain adalah [2]: Pengikat organik menghasilkan abu
a. Bahan Baku yang relatif sedikit setelah pembakaran
Briket dapat dibuat dari bermacam- briket dan umumnya merupakan bahan
macam bahan baku, seperti ampas tebu, perekat yang efektif. Contoh dari pengikat
sekam padi, serbuk gergaji, dll. Bahan organik diantaranya kanji, tar, aspal,
utama yang harus terdapat di dalam bahan amilum, molase dan parafin. Adapun
baku adalah selulosa. Semakin tinggi bahan perekat organik yang umumnya
kandungan selulosa semakin baik kualitas digunakan dalam pembuatan briket adalah
briket, briket yang mengandung zat tepung tapioka dan sagu aren.
terbang yang terlalu tinggi cenderung 1. Tepung Tapioka
mengeluarkan asap dan bau tidak sedap. Dalam pembuatan biobriket
Untuk merekatkan partikel-partikel zat diperlukan perekat ataupun pengikat yang
dalam bahan baku pada proses berfungsi untuk merekatkan partikel-
pembriketan maka diperlukan zat perekat partikel zat dalam bahan baku (bioarang)
sehingga dihasilkan briket yang kompak. pada proses pembuatan briket. Tepung
Berdasarkan fungsi dari perekat dan tapioka termasuk merupakan salah satu
kualitas perekat itu sendiri, pemilihan jenis bahan perekat organik dan umumnya
bahan perekat dapat dibagi sebagai berikut merupakan bahan perekat yang efektif.
[5]: Dipilihnya perekat tepung tapioka ini
1) Berdasarkan sifat atau bahan baku dikarenakan harganya murah serta mudah
perekatan briket didapat.
Adapun karakteristik bahan baku 2. Sagu Aren
perekatan untuk pembuatan briket Sagu Aren merupakan salah satu
adalah sebagai berikut: pengikat organik selain tepung tapioka,
a. Memiliki gaya kohesi yang baik sagu aren memiliki kadar karbohidrat
bila dicampur dengan semikokas cukup tinggi dan ketersediaannya cukup
atau melimpah khususnya didaerah yang
batubara. memiliki usaha perkebunan aren. Sebagai
b. Mudah terbakar dan tidak berasap. sumber karbohidrat, sagu aren juga
c. Mudah didapat dalam jumlah memiliki pati dari amilosa dan amilopektin
banyak dan murah harganya. yang menjadikannya mampu mengikat
d. Tidak mengeluarkan bau, tidak karbon-karbon dalam briket arang seperti
beracun dan tidak berbahaya. halnya tapioka [11].
103
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649
1.3 Parameter kualitas briket penelitian ini volume tabung, setelah itu
Parameter pengujian kualitas briket dihitung kerapatannya [5].
sesuai standar (SNI NO. 01/6235/2000) Perhitungan kerapatan:
adalah sebagai berikut [10]:
Kerapatan = (2.5)
1. Kadar air briket
Persamaan menghitung kadar air : Dimana : K = Kerapatan (g/cm3), G =
Kadar air (%) = 100% Bobot kering (g), V = volume (cm3).
(2.1) Volume briket didapatkan dari =
Dimana : dimana d dan t menyatakan diameter dan
a = Massa sampel awal dalam keadaan tinggi briket.
basah ( gram ) 6. Pengukuran berat jenis
b = Massa sampel hasil penyusutan dalam Berat suatu benda dipengaruhi oleh
keadaan kering ( gram ) massa benda dan gravitasi yang
2. Kadar abu briket mempengaruhinya. Berat jenis
Persamaan menghitung kadar abu: dirumuskan:
. ( )
Berat jenis =
Kadar abu (%) = 100% (Kg/m.s2) (2.6)
(2.2) Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
Dimana : 7. Perhitungan laju pembakaran
a = Massa sampel awal (gram) Laju pembakaran briket ditentukan
b = Massa abu total (gram) dari berapa berat briket yang terbakar
3. Kadar zat menguap (Volatile matters) selama periode waktu tertentu. Briket yang
Persamaan kadar zat menguap[8]: akan diuji laju pembakarannya dibakar di
atas nyala api, waktu pembakaran dihitung
( ) dari awal briket mulai terbakar sampai bara
Kadar zat menguap (%) = 100% api briket mati. Sisa pembakaran briket
(2.3) ditimbang dengan neraca analitik [5].
Perhitungan laju pembakaran:
Dimana:
a = Massa sampel sebelum pemanasan Laju pembakaran (g/menit) =
(gram)
b = Massa sampel setelah pemanasan (2.7)
(gram) Dimana, W1 = berat sebelum pembakaran
4. Kadar karbon terikat (Fixed carbon) (g), W2 = berat setelah pembakaran (g), t =
Persamaan kadar karbon: waktu pembakaran
8. Kuat tekan
Kadar karbon (%) = 100% - (% zat
Tekanan didefinisikan sebagai gaya
menguap + % abu) tekan yang bekerja pada satu satuan luas
(2.4) permukaan yang mengalami gaya tekan.
Simbol tekanan adalah P. Jadi, bila sebuah
5. Pengukuran kerapatan (Density) gaya sebesar F bekerja pada sebuah bidang
Penentuan kerapatan briket yaitu A (luas), maka besarnya tekanan adalah :
dengan cara menimbang briket yang sudah
dikeringkan, kemudian dihitung volume
P= (2.8)
briket sesuai dengan bentuknya, dalam
104
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649
105
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649
106
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649
Cpk
12,933
CPU 21,360
12,933
75 Pp
PPL
PPU
Overall
13,855
10,450
17,259
CPL
CPU
Cpk
104,970
238,850
104,970
750 Pp
PPL
PPU
Overall
138,641
84,656
192,626
50 500
250
Ppk
Cpm
84,656
*
107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649
Var i abl e
3, 0
Uj i T ekan 1
Uj i T ekan 2
Uj i T ekan 3
2, 5 Uj i T ekan 4
Deformasi (mm)
2, 0
1, 5
1, 0
0, 5
0, 0
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Gaya Tekan ( N)
90
99
90
1
10
1
0 1000 2000 3000 4000 0 1500 3000 4500 6000
90 90
1 1
0 1500 3000 4500 6000 0 1000 2000 3000
50 50
10 10
Gambar 11. Probability plot hasil uji tekan 1, 2, 3,
1
2 4 6 8 10
1
0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
dan 4
Laju pembakaran (g/menit)
Normal - 95% CI, AD: 0,428, P: 0,247 Gambar 11 menunjukkan nilai
99
90
probability pada hasil uji tekan 1, 2, 3, dan
50 4. Berdasarkan metode Anderson Darling
10
(AD) didapatkan nilai kenormalan data
1
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
dari masing-masing pengujian yaitu 0,136
Gambar 9. Probability proses dengan nilai P-value yaitu 0,947.
Berdasarkan Gambar 11 nilai probability
Gambar 9 menunjukkan nilai dari masing-masing hasil pengujian tekan
probability pada kerapatan, berat jenis, dan yaitu pada hasil uji tekan 1 menunjukkan
laju pembakaran briket arang tempurung data terdistribusi normal dengan nilai uji
kelapa. Nilai berada pada batas kenormalan data menurut metode
kenormalan data menunjukkan data proses Anderson Darling (AD) yaitu 0,136 dan
normal dan sesuai kriteria dengan nilai nilai P yaitu 0,947. Hasil pengujian dari
Anderson darling (AD) untuk kerapatan masing-masing sampel pengujian 1, 2, 3,
yaitu 0,235, berat jenis yaitu 0,253 dan laju dan 4 menunjukkan nilai AD dan nilai P
pembakaran yaitu 0,429 sedangkan nilai P- yang sama. Hal ini bisa diartikan bahwa
value yang ditunjukkan yaitu kerapatan nilai kenormalan data dan pengendalian
sebesar 0,720, berat jenis yaitu 0,654 dan prosesnya sama dengan rentang nilai
laju pembakaran yaitu 0,247 probability antara 1000-3500. Nilai proses
menggunakan tingkat kepercayaan 95%
sedangkan hasil proses menunjukkan
presentase sekitar 93,37%. Itu artinya data
108
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649
90
Kadar abu (%)
Kadar zat menguap (%)
Kadar karbon (%)
Kerapatan (g/cm3)
bahan bakar alternatif dapat diambil
80
70
Laju pembakaran (g/menit)
Kuat tekan bahan (N/m2) kesimpulan sebagai berikut:
Percent
60
50 Mean StDev N AD P
3,416 0,6260 10 0,300 0,516
40
30
20
3,318 0,2218
3,308 0,5736
93,37 0,7169
10
10
10
0,287
0,309
0,351
0,544
0,503
0,393
1. Berdasarkan analisis data menggunakan
1,55 0,2334 10 0,231 0,732
10
5
0,342 0,06179
761,5 115,0
10
10
0,428
0,238
0,247
0,708 minitab 17 didapatkan bahwa briket
1
0 200 400 600
Data
800 1000 1200 arang tempurung kelapa dengan bahan
Gambar 12. Grafik Probability plot kualitas briket
perekat tepung kanji dan tepung sagu
arang tempurung kelapa telah memenuhi standar (SNI NO.
01/6235/2000) dengan nilai hasil uji
Gambar 12 menunjukkan nilai kenormalan data Anderson Darling
probability plot dari keseluruhan variabel (AD) pada kadar air yaitu 0,3, kadar
pengujian kualitas briket arang tempurung abu yaitu 0,2, kadar zat menguap yaitu
kelapa dimana nilai P-value harus lebih 0,3, kadar karbon yaitu 0,3, kerapatan
besar dari 0,05. Nilai menunjukkan bahwa yaitu 0,2, laju pembakaran yaitu 0,4 dan
dari masing-masing variabel pengujian kekuatan tekan yaitu 0,2. Sedangkan
mempunyai nilai P yang lebih besar dari α untuk nilai P-value dari kadar air, kadar
besar dari 0,05. Hal tersebut mengartikan abu dan kadar zat menguap masing-
bahwa data terdistribusi normal atau proses masing mempunyai nilai P yaitu 0,5,
masih baik (capable). Berdasarkan untuk kadar karbon terikat yaitu 0,3,
Gambar 12 nilai mean atau nilai rata-rata nilai P untuk kerapatan yaitu 0,7, untuk
dari masing-masing variabel menunjukkan laju pembakaran yaitu 0,6 dan kekuatan
nilai mean kadar air sebesar 3,416%. Nilai tekan nilai P yaitu 0,7. Masing-masing
tersebut jika dibandingkan dengan nilai nilai P besar dari 0,05 artinya nilai
standar kualitas kadar air menurut standar proses baik (capable).
(SNI NO. 01/6235/2000) yang 2. Nilai rata-rata kualitas briket arang
menetapkan standar maksimal kadar air tempurung kelapa dengan bahan perekat
yaitu 8% bisa diartikan bahwa untuk nilai tepung kanji kadar air adalah 3,71 %,
kadar air pada briket arang tempurung nilai rata-rata kadar abu adalah 3,38%,
kelapa telah memenuhi standar dengan nilai rata-rata kadar zat menguap adalah
nilai penyebaran data atau standar deviasi 3,68 %, nilai rata-rata kadar karbon
yaitu 0,6. Nilai N menunjukkan jumlah terikat adalah 93,14 %, nilai rata-rata
pengambilan sampel dari masing-masing kerapatan adalah 1,46 g/cm3, nilai rata-
variabel pengukuran. Metode uji rata berat jenis adalah 1,52×10-6
kenormalan data Anderson Darling (AD) Kg/m2.s2, nilai rata-rata laju
2
menunjukkan bahwa nilai kenormalan data pembakaran adalah 0,32 g/cm , nilai
pada kadar air yaitu 0,3 dengan nilai P- rata-rata keteguhan tekan yaitu 808
value yaitu 0,516. Didalam teori statistik, N/m2. Sedangkan nilai rata-rata kualitas
Nilai P-value tidak boleh kurang dari 0,05 briket arang tempurung kelapa dengan
yang mana jika nilai lebih dari nilai bahan perekat tepung sagu kadar air
tersebut maka data tergolong data normal adalah 3,12 %, nilai rata-rata kadar abu
atau proses berjalan baik sedangkan jika adalah 3,25%, nilai rata-rata kadar zat
nilai P-value kurang dari 0,05 maka data menguap adalah 3,14%, nilai rata-rata
dikategorikan sebagai data tidak normal kadar karbon terikat adalah 93,71%,
atau proses berjalan tidak baik. nilai rata-rata kerapatan adalah 1,64
g/cm3, nilai rata-rata berat jenis adalah
109
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649
1,52×10-6 Kg/m2.s2, nilai rata-rata laju [4] Kurniawan, A. (2013). Pembuatan Briket
pembakaran adalah 0,47 g/cm2, nilai Arang dari Campuran Cangkang
rata-rata keteguhan tekan yaitu 715 Bintaro dan Bambu Betung
N/m2. Menggunakan Perekat Amilum.
3. Kualitas briket arang tempurung kelapa Palembang: Polteknik Negeri
Sriwijaya.
sangat dipengaruhi oleh bahan perekat [5] Lestari, A. P. dan Tjahjani, S. (2015).
yang digunakan. Dalam penelitian Pemanfaatan Bungkil Biji Kapuk
penggunaan bahan perekat tepung kanji (Ceiba Pentandra) Sebagai Campuran
ternyata memberikan keteguhan tekan Briket Sekam Padi. Department of
yang lebih baik jika dibandingkan Chemistry, Faculty of Mathematics
dengan tepung sagu sehingga tidak and Natural Sciences State University
mudah hancur dan mempermudah of Surabaya, UNESA Journal of
dalam proses pengemasan sedangkan Chemistry Vol. 4, No.1, 69-74.
untuk parameter lainnya seperti kadar [6] Machmud, S. (2011). Kajian Ekonomis
air, kadar abu, kadar zat menguap, Industri Briket Arang Tempurung
kadar karbon, kerapatan, berat jenis, dan Kelapa. STIE Pasundan Bandung,
Jurnal Ekonomi, Bisnis &
laju pembakaran bergantung pada Entrepreneurship Vol. 5, No. 1, April
perbandingan komposisi yang 2011, 45-51.
digunakan. Dalam penelitian ini [7] Nurhilal, O dan Suryaningsih, S. (2018).
penggunaan perbandingan komposisi Pengaruh Komposisi Campuran Sabut
90:10 menunjukkan kualitas produk Dan Tempurung Kelapa Terhadap
yang baik sehingga bisa diterapkan Nilai Kalor Biobriket Dengan Perekat
dalam proses produksi. Molase. Departemen Fisika Fmipa
5.2 Saran Universitas Padjadjaran, Jurnal Ilmu
Dan Inovasi Fisika, Vol. 02, No. 01, 8
Dalam penelitian ini tidak dilakukan – 14.
pengujian nilai kalori karena keterbatasan [8] Putra, Z. (2013). Analisis karbon aktif
alat uji laboratorium. Oleh sebab itu, untuk arang kayu bakau. Tesis. S2 Ilmu
penelitian selanjutnya sebaiknya Fisika, Universitas Sumatra Utara.
ditambahkan pengujian nilai kalori untuk [9] R. Sudradjat dan Salim S., (1994)
“Petunjuk Pembuatan Arang Aktif”
mengetahui seberapa besar nilai kalorinya.
Badan Penelitian dan Pengembangan
DAFTAR PUSTAKA Kehutanan.
[1] Erwandi. (2005). Sumber Energi Arus: [10] Standar Nasional Indonesia. (2000). SNI
Alternatif Pengganti BBM, Ramah Briket Arang Kayu SNI 01-6235-2000.
Lingkungan, dan Terbarukan. (Online). Badan Standarisasi Nasional – BSN.
(https://www.energi.lipi.go.id. Diakses (online),
tanggal 19 Juli 2019) (http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni_m
[2] Himawanto, D. A. (2003). Pengolahan ain/sni/detail_sni/5781. diakses tanggal
limbah pertanian menjadi biobriket 20 Januari 2019).
sebagai salah satu bahan bakar [11] Thoha, Y. M. dan Fajrin, E. D. (2010).
alternatif. Surakarta: Universitas Pembuatan Briket Arang Dari Daun
Surakarta. Jati Dengan Sagu Aren Sebagai
[3] Kurdiawan, Z. Y. dan Erlangga, M. (2012). Pengikat. Jurusan Teknik Kimia,
Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Fakultas Teknik, Universitas
Menjadi Briket Sebagai Sumber Sriwijaya, No.1, Vol. 17, Januari 2010.
Energi Alternatif Dengan Proses [12] Vuspayani, R. (2017). Uji Kualitas Fisis
Karbonisasi Dan Non-Karbonisasi. Briket Dari Campuran Limbah Bahan
Wastewater Treatment Lab, Chemical Cangkang Biji Jarak Pagar Dengan
engineering, Institut Teknologi Tempurung Kelapa, Jurusan Fisika,
Surabaya. Fakultas Sains Dan Teknologi Uin
Alauddin Makassar
110