Analisis Kualitas Briket Arang Tempurung Kelapa Dengan Bahan Perekat Tepung Kanji Dan Tepung Sagu Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO.

2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

Received: Agustus 2019 Accepted: September 2019 Published: Oktober 2019

Analisis Kualitas Briket Arang Tempurung Kelapa Dengan Bahan Perekat


Tepung Kanji Dan Tepung Sagu Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Ardina Ningsih1*, Ibnu Hajar2


1*,2
Politeknik Negeri Bengkalis

*
[email protected]

Abstract
This research was conducted to utilize coconut shell waste in the community by processing it into
briquettes. The purpose of this study was to determine the quality of coconut shell charcoal briquettes that are
good for use as an alternative fuel. Limitation of the problem in this study is starch and sago flour with a
composition ratio of 90:10. Pressing pressure used is 2000 kg/cm2. Drying temperature is 100° C using solar
heat for 3 days. Carbonization temperature is 500° C. Coconut shell is 1 kg, the adhesive ratio is 100 grams/0.2
liters of water and does not use a coating. The method used in this study is the method of pyrolysis with the
combustion process using a closed furnace and sifting using a sieve with a size of 40-60 mesh. Furthermore,
testing the quality of the briquettes are briquette water content (%), ash briquette content (%), volatile matters
(%), fixed carbon content (%), measurement of density (g/cm2) ), specific gravity (kg/m3), measurement of
combustion rate (gr/min) and compressive firmness (kg/cm2). The results of testing the quality of coconut shell
charcoal briquettes obtained the average value of water content is 3.42%, the average value of ash content is
3.318%, the average value of the vaporizer content is 3.31%, the average value of bound carbon content is
93.37%, the average value of density is 1.55 g/cm3, the average value of specific gravity is 1.52 × 10-6 kg/ m2.s2,
the average value of combustion rate is 0.342 g/cm2, the average compressive strength value is 761.5 N/m2.

Keywords: Biomass, Alternative fuels, Briquettes, Quality, Analysis

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah tempurung kelapa yang ada di masyarakat dengan
mengolahnya menjadi briket. Tujuan penelitian untuk mengetahui kualitas briket arang tempurung kelapa yang
baik untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu tepung kanji
dan tepung sagu dengan perbandingan komposisi 90:10. Tekanan pengepresan yang digunakan yaitu 2000
kg/cm2. Suhu pengeringan yaitu 100°C menggunakan panas matahari selama 3 hari. Suhu karbonisasi adalah
500°C. Tempurung kelapa yaitu 1 kg, perbandingan perekat adalah 100 gram/0,2 liter air dan tidak
menggunakan pelapis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pirolisis dengan proses
pembakaran menggunakan tungku pembakaran tertutup dan pengayakan menggunakan ayakan dengan ukuran
40-60 mesh. Selanjutnya pengujian kualitas briket yaitu kadar air briket (%), kadar abu briket (%), kadar zat
menguap (volatile matters) (%), kadar karbon terikat (fixed carbon) (%), pengukuran kerapatan (density)
(g/cm2), berat jenis (kg/m3), pengukuran laju pembakaran (gr/menit) dan keteguhan tekan (kg/cm2). Hasil
pengujian kualitas briket arang tempurung kelapa didapatkan nilai rata-rata kadar air adalah 3,42 %, nilai rata-
rata kadar abu adalah 3,318 %, nilai rata-rata kadar zat menguap adalah 3,31%, nilai rata-rata kadar karbon
terikat adalah 93,37%, nilai rata-rata kerapatan adalah 1,55 g/cm3, nilai rata-rata berat jenis adalah 1,52×10-6
kg/m2.s2, nilai rata-rata laju pembakaran adalah 0,342 g/cm2, nilai rata-rata keteguhan tekan adalah 761,5 N/m2.

Kata kunci: Biomassa, Bahan bakar alternatif, Briket, Kualitas, Analisis.

1. Pendahuluan santan kelapa yang kemudian digunakan


Tempurung kelapa merupakan salah sebagai bahan memasak. Namun, batok
satu biomassa yang ketersediaannya kelapa biasanya tidak dimanfaatkan lagi
melimpah di Indonesia khususnya di dan terbuang begitu saja sehingga
daerah Bantan Air, Kec. Bantan, menimbulkan penumpukan limbah batok
Kabupaten Bengkalis. Masyarakat tempurung kelapa. Adapun beberapa
biasanya mengambil kelapa untuk diambil keluarga di desa tersebut sudah mulai
101
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

memanfaatkan limbah batok kelapa untuk menengah. Keterbatasan modal, akses


dibakar secara pirolisis untuk terhadap informasi pasar dan pasar yang
menghasilkan arang batok kelapa maupun terbatas serta kualitas yang belum
asap cair. memenuhi persyaratan, merupakan kendala
Mengingat kebutuhan akan adanya dan masalah dalam pengembangan usaha
bahan bakar setiap tahunnya terus industri pengolahan arang briket. Untuk
mengalami peningkatan dan perlu adanya memproduksi arang briket menggunakan
antisipasi akan ketersediaan sumber energi peralatan mesin hydrolic press dengan
yang semakin menipis sementara harga kapasitas produksi per mesin adalah 24, 3
bahan bakar minyak meningkat. Kerugian ton perbulan untuk jenis produk coin dan
penggunaan bahan bakar fosil ini selain 18,2 ton perbulan untuk jenis produk
merusak lingkungan, juga tidak terbarukan cube. Selain itu diperlukan mixer dan
(nonrenewable) dan tidak berkelanjutan pengering, klin pembakaran dan bengkel
(unsustainable) [1]. kerja [6].
Perbedaan komposisi campuran pada Proyek industri arang briket sangat
pembuatan briket sabut dan tempurung layak yaitu menghasilkan NPV= 5.420.744
kelapa memberikan pengaruh terhadap yang berarti bahwa selama 5 tahun ke
kadar air, kadar abu, kadar zat terbang depan, proyek tersebut akan menghasilkan
(volattile matters), kadar karbon padat Nilai Bersih Sekarang (NPV) sebesar Rp
(fixed carbon), dan nilai kalor, 5.420.744.000,-. Nilai tersebut merupakan
Penambahan konsentrasi tempurung kelapa nilai perhitungan Internal Rate of Return di
akan menurunkan kadar air, kadar abu, atas 100% yang berarti jika tingkat suku
kadar zat terbang (volattile matters) dan bunga mencapai 100% per tahun, proyek
akan menaikan kadar karbon padat dan ini masih mampu menutupi tingkat suku
nilai kalor, komposisi yang paling optimal bunga tersebut. Demikian juga halnya jika
pada briket campuran sabut dan tempurung harga jual lebih rendah 10% dari perkiraan
kelapa yaitu pada komposisi Sabut 50% : atau biaya mengalami peningkatan 10% di
tempurung 50% karena menghasilkan nilai atas perkiraan, maka proyek ini masih
kalor tertinggi sebesar 6211 kal/g. sangat layak [6].
Efisiensi pembakaran dapat diketahui 1.1 Briket
dengan melakukan uji pembakaran dengan Briket adalah suatu bahan berupa
metode WBT (Water Boiling Test), serbuk potongan-potongan kecil yang
Dengan menggunakan bahan bakar briket dipadatkan dengan menggunakan mesin
campuran sabut dan tempurung kelapa press dengan dicampur bahan perekat
dengan komposisi 50% : 50% didapatkan sehingga menjadi bentuk solid. Perubahan
nilai efisiensi pembakaran sebesar 9,861%. ukuran material tersebut dilakukan melalui
Nilai efisiensi yang didapat kurang baik proses penggumpalan dengan penekanan
dikarenakan dimensi kompor gasifikasi dan penambahan atau tanpa penambahan
tidak sesuai dengan jumlah bahan bakar bahan pengikat. Briket arang dibuat
yang digunakan yang menyebabkan kurang dengan mencampurkan bahan-bahan yang
optimalnya transfer panas dari bahan bakar memiliki nilai karbon tinggi dan dengan
menuju panci [7]. memampatkannya pada tekanan tertentu
Mengenai kajian ekonomis industri serta memanaskan pada suhu tertentu
briket arang tempurung kelapa pembuatan sehingga kadar airnya bisa ditekan
arang briket ini belum banyak yang seminimum mungkin sehingga dihasilkan
melakukannya, padahal potensi bahan baku bahan bakar yang memiliki densitas yang
dan potensi pasar cukup besar. Dari aspek tinggi, nilai kalor yang tinggi serta asap
teknologi, pengolahan arang briket relatif buangan yang minimum [3]
masih sederhana dan dapat dilaksanakan
oleh usaha-usaha skala kecil dan

102
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

2) Berdasarkan jenis
Jenis bahan baku yang umum dipakai
sebagai pengikat untuk pembuatan
briket yaitu:
a. Pengikat Anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga
ketahanan briket selama proses
pembakaran sehingga dasar permeabilitas
bahan bakar tidak terganggu. Pengikat
anorganik ini mempunyai kelemahan yaitu
adanya tambahan abu yang berasal dari
Gambar 1. Briket arang tempurung kelapa bahan pengikat sehingga dapat
Sumber: hasil produk penelitian menghambat pembakaran dan menurunkan
nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik
1.2 Macam-macam perekat briket antara lain semen, lempung (tanah liat),
Faktor-faktor yang perlu natrium silikat [4].
diperhatikan di dalam pembuatan briket b. Pengikat Organik
antara lain adalah [2]: Pengikat organik menghasilkan abu
a. Bahan Baku yang relatif sedikit setelah pembakaran
Briket dapat dibuat dari bermacam- briket dan umumnya merupakan bahan
macam bahan baku, seperti ampas tebu, perekat yang efektif. Contoh dari pengikat
sekam padi, serbuk gergaji, dll. Bahan organik diantaranya kanji, tar, aspal,
utama yang harus terdapat di dalam bahan amilum, molase dan parafin. Adapun
baku adalah selulosa. Semakin tinggi bahan perekat organik yang umumnya
kandungan selulosa semakin baik kualitas digunakan dalam pembuatan briket adalah
briket, briket yang mengandung zat tepung tapioka dan sagu aren.
terbang yang terlalu tinggi cenderung 1. Tepung Tapioka
mengeluarkan asap dan bau tidak sedap. Dalam pembuatan biobriket
Untuk merekatkan partikel-partikel zat diperlukan perekat ataupun pengikat yang
dalam bahan baku pada proses berfungsi untuk merekatkan partikel-
pembriketan maka diperlukan zat perekat partikel zat dalam bahan baku (bioarang)
sehingga dihasilkan briket yang kompak. pada proses pembuatan briket. Tepung
Berdasarkan fungsi dari perekat dan tapioka termasuk merupakan salah satu
kualitas perekat itu sendiri, pemilihan jenis bahan perekat organik dan umumnya
bahan perekat dapat dibagi sebagai berikut merupakan bahan perekat yang efektif.
[5]: Dipilihnya perekat tepung tapioka ini
1) Berdasarkan sifat atau bahan baku dikarenakan harganya murah serta mudah
perekatan briket didapat.
Adapun karakteristik bahan baku 2. Sagu Aren
perekatan untuk pembuatan briket Sagu Aren merupakan salah satu
adalah sebagai berikut: pengikat organik selain tepung tapioka,
a. Memiliki gaya kohesi yang baik sagu aren memiliki kadar karbohidrat
bila dicampur dengan semikokas cukup tinggi dan ketersediaannya cukup
atau melimpah khususnya didaerah yang
batubara. memiliki usaha perkebunan aren. Sebagai
b. Mudah terbakar dan tidak berasap. sumber karbohidrat, sagu aren juga
c. Mudah didapat dalam jumlah memiliki pati dari amilosa dan amilopektin
banyak dan murah harganya. yang menjadikannya mampu mengikat
d. Tidak mengeluarkan bau, tidak karbon-karbon dalam briket arang seperti
beracun dan tidak berbahaya. halnya tapioka [11].

103
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

1.3 Parameter kualitas briket penelitian ini volume tabung, setelah itu
Parameter pengujian kualitas briket dihitung kerapatannya [5].
sesuai standar (SNI NO. 01/6235/2000) Perhitungan kerapatan:
adalah sebagai berikut [10]:
Kerapatan = (2.5)
1. Kadar air briket
Persamaan menghitung kadar air : Dimana : K = Kerapatan (g/cm3), G =
Kadar air (%) = 100% Bobot kering (g), V = volume (cm3).
(2.1) Volume briket didapatkan dari =
Dimana : dimana d dan t menyatakan diameter dan
a = Massa sampel awal dalam keadaan tinggi briket.
basah ( gram ) 6. Pengukuran berat jenis
b = Massa sampel hasil penyusutan dalam Berat suatu benda dipengaruhi oleh
keadaan kering ( gram ) massa benda dan gravitasi yang
2. Kadar abu briket mempengaruhinya. Berat jenis
Persamaan menghitung kadar abu: dirumuskan:
. ( )
Berat jenis =
Kadar abu (%) = 100% (Kg/m.s2) (2.6)

(2.2) Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
Dimana : 7. Perhitungan laju pembakaran
a = Massa sampel awal (gram) Laju pembakaran briket ditentukan
b = Massa abu total (gram) dari berapa berat briket yang terbakar
3. Kadar zat menguap (Volatile matters) selama periode waktu tertentu. Briket yang
Persamaan kadar zat menguap[8]: akan diuji laju pembakarannya dibakar di
atas nyala api, waktu pembakaran dihitung
( ) dari awal briket mulai terbakar sampai bara
Kadar zat menguap (%) = 100% api briket mati. Sisa pembakaran briket
(2.3) ditimbang dengan neraca analitik [5].
Perhitungan laju pembakaran:
Dimana:
a = Massa sampel sebelum pemanasan Laju pembakaran (g/menit) =
(gram)
b = Massa sampel setelah pemanasan (2.7)
(gram) Dimana, W1 = berat sebelum pembakaran
4. Kadar karbon terikat (Fixed carbon) (g), W2 = berat setelah pembakaran (g), t =
Persamaan kadar karbon: waktu pembakaran

8. Kuat tekan
Kadar karbon (%) = 100% - (% zat
Tekanan didefinisikan sebagai gaya
menguap + % abu) tekan yang bekerja pada satu satuan luas
(2.4) permukaan yang mengalami gaya tekan.
Simbol tekanan adalah P. Jadi, bila sebuah
5. Pengukuran kerapatan (Density) gaya sebesar F bekerja pada sebuah bidang
Penentuan kerapatan briket yaitu A (luas), maka besarnya tekanan adalah :
dengan cara menimbang briket yang sudah
dikeringkan, kemudian dihitung volume
P= (2.8)
briket sesuai dengan bentuknya, dalam

104
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

Keterangan : 2. Metodologi Penelitian


P = Kuat tekan bahan (N/m² atau kg/cm²) 3.1 Diagram alir penelitian
F = Beban tekan maksimum (gaya tekan)
(N atau kg)
A = Luas bidang bahan (m² atau cm²)
Pengukuran kuat tekan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode
uji tekan (press test) sebagai berikut:

Gambar 2. Alat uji tekan

Uji tekan adalah suatu alat uji


mekanik yang berguna untuk mengukur
dan mengetahui kekuatan benda terhadap
gaya tekan. Uji tekan ini memiliki kinerja
yang bagus dan berkualitas untuk
mengetahui kekuatan benda. Pada
umumnya uji tekan ini digunakan pada
logam yang bersifat getas, karena alat uji
tekan ini memiliki titik hancur yang Gambar 2. Alat uji tekan
terlihat jelas disaat melakukan pengujian 3.2 Alat yang digunakan
benda tersebut. Penelitian ini menggunakan
Dalam metode ini material yang beberapa alat dan bahan sebagai berikut:
digunakan memiliki volume yang tebal. 1. Timbangan digital
Cara menggunakannya, material tersebut 2. Pipa PVC
diletakkan pada bagian lower plate pada 3. Dongkrak hidrolik
mesin, kemudian Universal Testing 4. Termometer infrared
Machine (UTM) akan memberi gaya tekan 5. Ayakan ukuran 40-60 mesh
pada material tersebut. Setelah material 6. Lesung batu
ditekan. Parameter data pada monitor akan 7. Kompor gas
menampilkan hasil dari proses pengujian 8. Stopwatch
tersebut. Kemudian hasilnya dapat 3.3 Bahan
dibandingkan antara material sebelum dan Bahan baku yang digunakan dalam
sesudah diuji [12]. pembuatan briket arang pada penelitian ini
yaitu tempurung kelapa dengan bahan
perekat yang digunakan yaitu tepung kanji
dan tepung sagu.

105
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

Model Alat Pembuat Briket didapatkan hasil pengujian kualitas briket


arang tempurung kelapa sebagai berikut:
3.4.1 Alat Pencetak
Dalam penelitian ini model alat
Tabel 4.1 Hasil pengujian kualitas briket arang
pencetak briket tempurung kelapa yang
tempurung kelapa
digunakan adalah alat pencetak sederhana
menggunakan dongkrak hidrolik dengan
kapasitas 2 ton dan mengggunakan cetakan
dari pipa PVC dengan ukuran diameter 5
cm dan tinggi 5 cm berbentuk silinder
tanpa lubang. Model alat pencetak dapat
dilihat pada gambar berikut:

Data hasil pengujian kemudian


dibandingkan dengan standar (SNI NO.
01/6235/2000) sesuai Tabel 4.2 berikut:
Gambar 3. Alat pencetak briket sederhana Tabel 4.2 Standar briket arang [9]

3.4.2 Alat pirolisis


Alat pirolisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tungku
pembakaran. Tungku dibagi atas 3 bagian
yaitu bagian bawah untuk memulai proses
pembakaran, bagian tengah, dan bagian
atas sebagai penutup dan cerobong asap.

Peta kendali X-bar menunjukkan


hasil pengendalian kualitas briket arang
tempurung kelapa dengan menggunakan
bahan perekat tepung kanji dan tepung
sagu dengan nilai UCL yaitu 443, nilai
LCL yaitu 1954 dengan nilai X-bar yaitu
123,8. Dari hasil menunjukkan bahwa
proses terkendali dengan baik. Peta kendali
Gambar 4. Tungku pembakaran menunjukkan bahwa garis berada pada
rentang kualitas briket atau garis tidak
3. Hasil dan Pembahasan melewati batas kendali mengartikan bahwa
Berdasarkan pengolahan data proses baik.
statistik menggunakan minitab 17

106
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

Indeks performansi Kane (CPK)


merefleksikan kedekatan nilai rata-rata dari
proses sekarang terhadap salah satu batas
spesifikasi atas (USL) dan batas spesifikasi
bawah (LSL). Kriteria-kriteria penilaian
untuk indeks performansi Kane (CPK)
adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai cpk > 1 maka performansi
masih baik (capable)
2. Jika nilai cpk < 1 maka performansi
Gambar 5. Peta kendali hasil pengujian kualitas
briket arang tempurung kelapa
tidak baik (not capable)
Process Capability Report for quality of coconut shell charcoal briquettes

Gambar 5 merupakan grafik peta Within


160
LSL
Kadar air (%)
USL
Overall Within
400
LSL
Kadar abu (%)
USL
Overall

kendali X-bar yang menunjukkan hasil Cp


CPL
23,492
16,038
CPU 30,946
Cpk 16,038
120
Pp
Within
Overall
20,775
Cp 56,664
CPL 38,543
CPU 74,785
Cpk 38,543
300
Pp
Within
Overall
58,647
PPL 14,183 PPL 39,892

pengujian kualitas briket arang tempurung 80 PPU


Ppk
Cpm
27,367
14,183
*
200 PPU
Ppk
Cpm
77,402
39,892
*
40 100

kelapa yang menjelaskan Peta X-bar 0 0


0 0 10 30 50 70 90 110 0 0 10 30 50 70 90 110
-3 -1 -3 -1
apakah perubahan-perubahan telah terjadi
Kadar zat menguap (%) Kadar karbon (%)
dalam ukuran titik pusat (control tendency) Cp
Within
25,39
160
LSL USL
Overall
Within Cp
Within
22,189
150
LSL USL
Overall
Within

atau rata-rata dari suatu proses pengukuran CPL 17,264


CPU 33,516
Cpk 17,264
120
Pp
PPL
Overall
22,671
15,415
CPL 66,312
CPU -21,933
Cpk -21,933 100 Pp
PPL
Overall
18,140
54,211
80 PPU 29,927 PPU -17,931

tersebut. Peta R menjelaskan perubahan- 40


Ppk
Cpm
15,415
* 50
Ppk
Cpm
-17,931
*

perubahan yang telah terjadi dalam ukuran 0


0 0
-3 -1 10 30 50 70 90 110
0
0 0
-3 -1 10 30 50 70 90 110

variasi, dengan demikian berkaitan dengan


perubahan produk yang dihasilkan dalam Gambar 6. Kapabilitas proses
suatu proses. Nilai UCL (Upper control
limits) menunjukkan nilai batasan kendali Gambar 6 menunjukkan nilai
maksimum sedangkan nilai LCL (Lower kapabilitas proses CPK pada kadar air,
control limits) menunjukkan nilai batasan kadar abu, kadar zat menguap, dan kadar
kendali minimum dari suatu proses. karbon telah memenuhi standar kualitas
Selanjutnya, dilakukan pengendalian berdasarkan kriteria penilaian kualitas
proses yang dalam hal ini artinya apabila briket.
proses telah berada dibawah pengendalian Process Capability Report for quality of coconut shell charcoal briquettes

statistik maka perlu menentukan Within


100
Kerapatan (g/cm3)
LSL USL
Overall Within
1000
Berat jenis (Kg/m.s2)
LSL USL
Overall
Cp 17,146 Within Cp 171,910 Within

kapabilitas proses, yang ditentukan dengan CPL

Cpk
12,933
CPU 21,360
12,933
75 Pp
PPL
PPU
Overall
13,855
10,450
17,259
CPL
CPU
Cpk
104,970
238,850
104,970
750 Pp
PPL
PPU
Overall
138,641
84,656
192,626
50 500

menggunakan ukuran indeks kapabilitas 25


Ppk
Cpm
10,450
*

250
Ppk
Cpm
84,656
*

proses (Capability process) dan indeks 0


0 0
-3 -1 10 3 0 5 0 70 90 110
0
-3
0 -10 10 3 0 5 0 7 0 9 0 110

performansi Kane (Capability process Within


Laju pembakaran (g/menit)
LSL USL
Overall
Cp 280,90 1600 Within

cane/CPK) serta memiliki standar deviasi. CPL


CPU
Cpk
169,646
392,170
169,646 1200 Pp
PPL
PPU
Overall
210,477
127,112
293,843
800

Apabila proses berada pada batas 400


Ppk
Cpm
127,112
*

pengendali statistik dengan peta 0


0 0
-3 -1 10 3 0 5 0 70 90 110

pengendali normal dan rata-rata proses Gambar 7. Kapabilitas proses


terpusat pada target maka kemampuan
proses dapat diukur dengan melihat Gambar 7 menunjukkan nilai
kriteria-kriteria penilaian sebagai berikut: kapabilitas proses pada kerapatan, berat
1. Jika cp > 1,33 maka proses masih jenis, dan laju pembakaran dari briket
baik (capable) arang tempurung kelapa. Nilai telah
2. Jika cp < 1 maka proses tidak baik memenuhi standar kualitas briket sesuai
(not capable) batasan LSL dan USL yang tercatat pada
3. Jika 1 < cp < 1,33 maka proses gambar 4.3 diatas.
memerlukan kendali

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

H is t ogram H as il P en gu jian 1, 2, 3, 4 Keku at an Tekan Briket A ran g Tem pu ru n g Kelapa

Var i abl e
3, 0
Uj i T ekan 1
Uj i T ekan 2
Uj i T ekan 3
2, 5 Uj i T ekan 4

Deformasi (mm)
2, 0

1, 5

1, 0

0, 5

0, 0
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Gaya Tekan ( N)

Gambar 10. Histogram kekuatan tekan briket arang


Gambar 8. Probability proses tempurung kelapa

Gambar 8 menunjukkan nilai Gambar 10 menunjukkan histogram


probability kadar air, kadar abu, kadar zat hasil pengujian kekuatan tekan briket arang
menguap, dan kadar karbon. Nilai tempurung kelapa dengan nilai deformasi
Anderson darling (AD) pada kadar air (Perubahan bentuk) dengan nilai
yaitu 0,300, kadar abu yaitu 0,287, kadar maksimum yaitu 3,0 mm dengan rentang
zat menguap yaitu 0,309 dan kadar karbon tekanan antara 500-4000 N.
yaitu 0,351. Sedangkan nilai P-value pada
kadar air yaitu 0,516, kadar abu yaitu Probability Plots of Compressive Strength 1, 2, 3, 4 of Coconut Shell Choarcoal Briquettes
Compressive Strength 1 Compressive Strength 2
Normal - 95% CI, AD: 0,136, P: 0,947 Normal - 95% CI, AD: 0,136, P: 0,947

0,544, kadar zat menguap yaitu 0,503 dan 99

90
99

90

kadar karbon 0,393. Nilai berada pada 50 50

batas kenormalan data menunjukkan data 10

1
10

1
0 1000 2000 3000 4000 0 1500 3000 4500 6000

proses normal dan sesuai kriteria. Compressive Strength 3 Compressive Strength 4


Normal - 95% CI, AD: 0,136, P: 0,947 Normal - 95% CI, AD: 0,136, P: 0,947
99 99

Probability Plots of quality of coconut shell charcoal briquettes 90 90

Kerapatan (g/cm3) Berat jenis (Kg/m.s2)


50 50
Normal - 95% CI, AD: 0,235, P: 0,720 Normal - 95% CI, AD: 0,253, P: 0,654
99 99
10 10

90 90
1 1
0 1500 3000 4500 6000 0 1000 2000 3000

50 50

10 10
Gambar 11. Probability plot hasil uji tekan 1, 2, 3,
1
2 4 6 8 10
1
0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
dan 4
Laju pembakaran (g/menit)
Normal - 95% CI, AD: 0,428, P: 0,247 Gambar 11 menunjukkan nilai
99

90
probability pada hasil uji tekan 1, 2, 3, dan
50 4. Berdasarkan metode Anderson Darling
10
(AD) didapatkan nilai kenormalan data
1
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
dari masing-masing pengujian yaitu 0,136
Gambar 9. Probability proses dengan nilai P-value yaitu 0,947.
Berdasarkan Gambar 11 nilai probability
Gambar 9 menunjukkan nilai dari masing-masing hasil pengujian tekan
probability pada kerapatan, berat jenis, dan yaitu pada hasil uji tekan 1 menunjukkan
laju pembakaran briket arang tempurung data terdistribusi normal dengan nilai uji
kelapa. Nilai berada pada batas kenormalan data menurut metode
kenormalan data menunjukkan data proses Anderson Darling (AD) yaitu 0,136 dan
normal dan sesuai kriteria dengan nilai nilai P yaitu 0,947. Hasil pengujian dari
Anderson darling (AD) untuk kerapatan masing-masing sampel pengujian 1, 2, 3,
yaitu 0,235, berat jenis yaitu 0,253 dan laju dan 4 menunjukkan nilai AD dan nilai P
pembakaran yaitu 0,429 sedangkan nilai P- yang sama. Hal ini bisa diartikan bahwa
value yang ditunjukkan yaitu kerapatan nilai kenormalan data dan pengendalian
sebesar 0,720, berat jenis yaitu 0,654 dan prosesnya sama dengan rentang nilai
laju pembakaran yaitu 0,247 probability antara 1000-3500. Nilai proses
menggunakan tingkat kepercayaan 95%
sedangkan hasil proses menunjukkan
presentase sekitar 93,37%. Itu artinya data

108
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

mendekati nilai kepercayaan yang 4. Kesimpulan


digunakan meskipun tidak benar-benar 5.1 Kesimpulan
95%. Namun data proses bisa dikatakan Berdasarkan hasil penelitian mengenai
baik (capable) analisis kualitas briket arang tempurung
Probability Plot Hasil Pengujian Kualitas Briket Arang Tempurung Kelapa
kelapa dengan variasi bahan perekat
Normal - 95% CI
99
Variable
Kadar air (%)
tepung kanji dan tepung sagu sebagai
95

90
Kadar abu (%)
Kadar zat menguap (%)
Kadar karbon (%)
Kerapatan (g/cm3)
bahan bakar alternatif dapat diambil
80
70
Laju pembakaran (g/menit)
Kuat tekan bahan (N/m2) kesimpulan sebagai berikut:
Percent

60
50 Mean StDev N AD P
3,416 0,6260 10 0,300 0,516
40
30
20
3,318 0,2218
3,308 0,5736
93,37 0,7169
10
10
10
0,287
0,309
0,351
0,544
0,503
0,393
1. Berdasarkan analisis data menggunakan
1,55 0,2334 10 0,231 0,732
10

5
0,342 0,06179
761,5 115,0
10
10
0,428
0,238
0,247
0,708 minitab 17 didapatkan bahwa briket
1
0 200 400 600
Data
800 1000 1200 arang tempurung kelapa dengan bahan
Gambar 12. Grafik Probability plot kualitas briket
perekat tepung kanji dan tepung sagu
arang tempurung kelapa telah memenuhi standar (SNI NO.
01/6235/2000) dengan nilai hasil uji
Gambar 12 menunjukkan nilai kenormalan data Anderson Darling
probability plot dari keseluruhan variabel (AD) pada kadar air yaitu 0,3, kadar
pengujian kualitas briket arang tempurung abu yaitu 0,2, kadar zat menguap yaitu
kelapa dimana nilai P-value harus lebih 0,3, kadar karbon yaitu 0,3, kerapatan
besar dari 0,05. Nilai menunjukkan bahwa yaitu 0,2, laju pembakaran yaitu 0,4 dan
dari masing-masing variabel pengujian kekuatan tekan yaitu 0,2. Sedangkan
mempunyai nilai P yang lebih besar dari α untuk nilai P-value dari kadar air, kadar
besar dari 0,05. Hal tersebut mengartikan abu dan kadar zat menguap masing-
bahwa data terdistribusi normal atau proses masing mempunyai nilai P yaitu 0,5,
masih baik (capable). Berdasarkan untuk kadar karbon terikat yaitu 0,3,
Gambar 12 nilai mean atau nilai rata-rata nilai P untuk kerapatan yaitu 0,7, untuk
dari masing-masing variabel menunjukkan laju pembakaran yaitu 0,6 dan kekuatan
nilai mean kadar air sebesar 3,416%. Nilai tekan nilai P yaitu 0,7. Masing-masing
tersebut jika dibandingkan dengan nilai nilai P besar dari 0,05 artinya nilai
standar kualitas kadar air menurut standar proses baik (capable).
(SNI NO. 01/6235/2000) yang 2. Nilai rata-rata kualitas briket arang
menetapkan standar maksimal kadar air tempurung kelapa dengan bahan perekat
yaitu 8% bisa diartikan bahwa untuk nilai tepung kanji kadar air adalah 3,71 %,
kadar air pada briket arang tempurung nilai rata-rata kadar abu adalah 3,38%,
kelapa telah memenuhi standar dengan nilai rata-rata kadar zat menguap adalah
nilai penyebaran data atau standar deviasi 3,68 %, nilai rata-rata kadar karbon
yaitu 0,6. Nilai N menunjukkan jumlah terikat adalah 93,14 %, nilai rata-rata
pengambilan sampel dari masing-masing kerapatan adalah 1,46 g/cm3, nilai rata-
variabel pengukuran. Metode uji rata berat jenis adalah 1,52×10-6
kenormalan data Anderson Darling (AD) Kg/m2.s2, nilai rata-rata laju
2
menunjukkan bahwa nilai kenormalan data pembakaran adalah 0,32 g/cm , nilai
pada kadar air yaitu 0,3 dengan nilai P- rata-rata keteguhan tekan yaitu 808
value yaitu 0,516. Didalam teori statistik, N/m2. Sedangkan nilai rata-rata kualitas
Nilai P-value tidak boleh kurang dari 0,05 briket arang tempurung kelapa dengan
yang mana jika nilai lebih dari nilai bahan perekat tepung sagu kadar air
tersebut maka data tergolong data normal adalah 3,12 %, nilai rata-rata kadar abu
atau proses berjalan baik sedangkan jika adalah 3,25%, nilai rata-rata kadar zat
nilai P-value kurang dari 0,05 maka data menguap adalah 3,14%, nilai rata-rata
dikategorikan sebagai data tidak normal kadar karbon terikat adalah 93,71%,
atau proses berjalan tidak baik. nilai rata-rata kerapatan adalah 1,64
g/cm3, nilai rata-rata berat jenis adalah

109
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 2 OKTOBER 2019 ISSN 2338-6649

1,52×10-6 Kg/m2.s2, nilai rata-rata laju [4] Kurniawan, A. (2013). Pembuatan Briket
pembakaran adalah 0,47 g/cm2, nilai Arang dari Campuran Cangkang
rata-rata keteguhan tekan yaitu 715 Bintaro dan Bambu Betung
N/m2. Menggunakan Perekat Amilum.
3. Kualitas briket arang tempurung kelapa Palembang: Polteknik Negeri
Sriwijaya.
sangat dipengaruhi oleh bahan perekat [5] Lestari, A. P. dan Tjahjani, S. (2015).
yang digunakan. Dalam penelitian Pemanfaatan Bungkil Biji Kapuk
penggunaan bahan perekat tepung kanji (Ceiba Pentandra) Sebagai Campuran
ternyata memberikan keteguhan tekan Briket Sekam Padi. Department of
yang lebih baik jika dibandingkan Chemistry, Faculty of Mathematics
dengan tepung sagu sehingga tidak and Natural Sciences State University
mudah hancur dan mempermudah of Surabaya, UNESA Journal of
dalam proses pengemasan sedangkan Chemistry Vol. 4, No.1, 69-74.
untuk parameter lainnya seperti kadar [6] Machmud, S. (2011). Kajian Ekonomis
air, kadar abu, kadar zat menguap, Industri Briket Arang Tempurung
kadar karbon, kerapatan, berat jenis, dan Kelapa. STIE Pasundan Bandung,
Jurnal Ekonomi, Bisnis &
laju pembakaran bergantung pada Entrepreneurship Vol. 5, No. 1, April
perbandingan komposisi yang 2011, 45-51.
digunakan. Dalam penelitian ini [7] Nurhilal, O dan Suryaningsih, S. (2018).
penggunaan perbandingan komposisi Pengaruh Komposisi Campuran Sabut
90:10 menunjukkan kualitas produk Dan Tempurung Kelapa Terhadap
yang baik sehingga bisa diterapkan Nilai Kalor Biobriket Dengan Perekat
dalam proses produksi. Molase. Departemen Fisika Fmipa
5.2 Saran Universitas Padjadjaran, Jurnal Ilmu
Dan Inovasi Fisika, Vol. 02, No. 01, 8
Dalam penelitian ini tidak dilakukan – 14.
pengujian nilai kalori karena keterbatasan [8] Putra, Z. (2013). Analisis karbon aktif
alat uji laboratorium. Oleh sebab itu, untuk arang kayu bakau. Tesis. S2 Ilmu
penelitian selanjutnya sebaiknya Fisika, Universitas Sumatra Utara.
ditambahkan pengujian nilai kalori untuk [9] R. Sudradjat dan Salim S., (1994)
“Petunjuk Pembuatan Arang Aktif”
mengetahui seberapa besar nilai kalorinya.
Badan Penelitian dan Pengembangan
DAFTAR PUSTAKA Kehutanan.
[1] Erwandi. (2005). Sumber Energi Arus: [10] Standar Nasional Indonesia. (2000). SNI
Alternatif Pengganti BBM, Ramah Briket Arang Kayu SNI 01-6235-2000.
Lingkungan, dan Terbarukan. (Online). Badan Standarisasi Nasional – BSN.
(https://www.energi.lipi.go.id. Diakses (online),
tanggal 19 Juli 2019) (http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni_m
[2] Himawanto, D. A. (2003). Pengolahan ain/sni/detail_sni/5781. diakses tanggal
limbah pertanian menjadi biobriket 20 Januari 2019).
sebagai salah satu bahan bakar [11] Thoha, Y. M. dan Fajrin, E. D. (2010).
alternatif. Surakarta: Universitas Pembuatan Briket Arang Dari Daun
Surakarta. Jati Dengan Sagu Aren Sebagai
[3] Kurdiawan, Z. Y. dan Erlangga, M. (2012). Pengikat. Jurusan Teknik Kimia,
Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Fakultas Teknik, Universitas
Menjadi Briket Sebagai Sumber Sriwijaya, No.1, Vol. 17, Januari 2010.
Energi Alternatif Dengan Proses [12] Vuspayani, R. (2017). Uji Kualitas Fisis
Karbonisasi Dan Non-Karbonisasi. Briket Dari Campuran Limbah Bahan
Wastewater Treatment Lab, Chemical Cangkang Biji Jarak Pagar Dengan
engineering, Institut Teknologi Tempurung Kelapa, Jurusan Fisika,
Surabaya. Fakultas Sains Dan Teknologi Uin
Alauddin Makassar

110

You might also like