Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau 1 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau Jom Faperta No. 1 Vol. 4 Febuari 2017

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Pola Perkembangan Biji dan Perubahan Mutu Benih Berbagai Kultivar

Sorgum (Shorgum bicolor L.)”.

Seed development pattern and seed quality change for some cultivars of
sorghum (Shorgum bicolor L.)

Agus Sanoto1, Aslim Rasyad2, Elza Zuhry3


Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru
*Corresponding Author :[email protected]

ABSTRAK

The objective of this research was to determine seeds development pattern and
seed quality changes during the development of some cultivars of sorghum. The
researched was carried out at Faculty of Agricultural experiment station, University
of Riau in Pekanbaru. The field experiment was arranged in a randomized block
design, consisting of four sorghum cultivars in three replications. The cultivars were
K1= Galur Patir 9, K2 = Galur Patir 10, K3 = Varietas Pahat K4 = Varietas Mandau.
Parameters observed were seed fresh weight, seed dry weight, water concentration,
dry matter accumulation rate, effective filling period, seed yield m-2, seed weight,
first count test, standard germination test, and vigor test. Seed were harvested every
five day beginning from 5 days after antheses (DAP) to 35 (DAP). Data were
analyzed by using analysis of variance at significant level of 5%. The results showed
that the pattern of seed development of all cultivars increased slowly from 5 to 10
DAP, then increased very rapidly from 10 to 20 DAP, and reached the maximum
value at 25 DAP. Following that time the dry tent to decrease until 35 DAP. While
the water concentration decreased very rapidly from 5 to 25 and decreased from 25
DAP to 35 (DAP). Dry matter accumulation rate (KPBK) of all cultivars ranged from
1.15 to 1.22 (mg/seed/day), and effective filling period was about 22 days. Seed
quality at harvest was very high for all cultivars but, Patir 9 showed lower seed
vigor compared to Pahat, Mandau and Patir 10. Grain yield per m2 was relatively
equal among all cultivar with yield potential off around 3.18 to 4.9 tones per hectare.

Key word : seed fresh weight, dry weight, cultivars, seed quality, sorghum

1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau 1


2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta No. 1 Vol. 4 febuari 2017
PENDAHULUAN Pada umumnya tanaman
pangan biji-bijian mempunyai ukuran
Kebutuhan pangan nasional biji yang kecil dan sangat bervariasi.
meningkat seiring dengan Ukuran biji yang kecil ini sering
bertambahnya penduduk sehingga berkorelasi negatif dengan mutu benih,
untuk mencukupinya perlu berbagai misalnya viabilitas dan vigor yang
upaya seperti mencari alternatif rendah. Mutu benih yang rendah ini
tanaman pangan. Peningkatan produksi akan mengakibatkan populasi tanaman
pangan tidak hanya tergantung pada yang berkurang dan produksi akan
beras sebagai sumber pangan utama, menurun. Salah satu permasalahan
tetapi dapat juga dilakukan pada sorgum yang sering dialami di
penganekaragaman pangan, misalnya lapangan adalah rendahnya kecambah
dengan mengembangkan tanaman yang muncul dipermukaan tanah
pangan lain seperti sorgum (Sorghum sehingga berpengaruh produks.
bicolor L. Moench). Menurut Maiti dan Carrillogutierres
Sorgum merupakan komoditas (1989), mutu benih yang sangat
yang berpotensi untuk dikembangkan berpengaruh adalah viabilitas dan
di Indonesia. Tanaman ini memiliki vigor (kekuatan kecambah). Mutu
daya adaptasi yang luas, toleran benih sangat dipengaruhi oleh kondisi
terhadap kekeringan, dapat lingkungan sewaktu biji masih berada
berproduksi pada lahan marginal dan pada tanaman dan perbedaan varietas
relatif tahan terhadap hama dan yang berhubungan dengan ukuran
penyakit (Sirappa, 2003). Daya benih (Rasyad et al.,1990). Benih yang
adaptasi yang luas memungkinkan berukuran besar pada umumnya
sorgum untuk dikembangkan di mempunyai mutu benih yang lebih
Indonesia terutama di Provinsi Riau tinggi dari benih yang berukuran kecil.
sejalan dengan optimalisasi Secara fisiologis ukuran biji
pemanfaatan lahan marginal, lahan sangat menentukan hasil tanaman dan
tidur, atau lahan non-produktif lainnya. merupakan fungsi antara kecepatan
Sorgum termasuk tanaman pengisian biji (KPB) dengan lamanya
yang bijinya mengandung 73% pati, waktu pengisian biji (WPB). Kedua
12,3% protein, 3,6% lemak, 1,65% abu komponen penyusun ukuran biji ini
dan 2,2% serat kasar (Hubbard et al., ditentukan selama biji berkembang
1968). Oleh sebab itu, sorgum pada tanaman yang dimulai semenjak
mempunyai ragam manfaat, dimana penyerbukan sampai biji siap panen.
biji sorgum dapat diolah menjadi Selain menentukan produktivitas,
tepung dan dimanfaatkan sebagai ukuran biji juga berkolerasi positif
bahan pangan seperti makanan dengan mutu benih, dimana biji yang
pengganti beras, bahan baku roti dan berukuran besar pada umumnya
industri makanan ringan. Bahkan, mempunyai mutu benih yang tinggi,
batang sorgum dapat diolah menjadi karena mempunyai embrio yang lebih
bahan baku bioetanol dan industri lem besar dan cadangan makanan yang
serta daunnya menjadi hijauan pakan lebih banyak.
ternak (Rismunandar, 1989). Perubahan sifat biji selama
perkembangan sudah banyak diteliti,

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 2


namun perubahan mutu benih pada sorgum manis koleksi Pusat Aplikasi
saat perkembangan biji sorgum belum Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR)
banyak diketahui. Mutu benih yaitu Patir 9, dan Patir 10 dan dua
maksimum pada umumnya tercapai varietas yang telah dilepas Badan
saat masak fisiologis namun pada Tenaga Atom Nasional (BATAN)
tanaman tertentu ada pula yang terjadi yaitu Mandau, dan Pahat. Pupuk yang
sebelum masak fisiologis. digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl,
Menurut Morris (1998), benih sementara pestisida yang dipakai
adalah organisme hidup yang terdiri dari Decis 2,5 EC, Furadan 3G
membawa semua sifat genetik dan Dithane M-45.
tanaman. Menurut Kamil (1979), mutu Percobaan lapaangan disusun
fisiologis benih berkaitan dengan dengan rancangan acak kelompok
kemampuan tumbuh dan dimana genotipe sorgum dijadikan
berkembangnya benih, dan merupakan sebagai perlakuan dengan 3 ulangan.
faktor penting yang menentukan Benih ditanamkan dengan jarak tanam
keberhasilan budidaya tanaman untuk 75 cm x 15 cm, sehingga pada setiap
mencapai produksi optimal. plot terdapat 52 tanaman. Pupuk urea,
Budidaya tanaman sorgum TSP dan KCL diberikan pada saat
membutuhkan benih yang memiliki tanam dengan dosis urea (90 g/plot)
viabilitas dan vigor yang tinggi. Mutu TSP (60 g/plot) dan KCL (54 g/plot)
benih yang tinggi diperlukan untuk Pada saat bunga tanamaan mekar
mencegah kematian benih dan bibit serentak, dipilih sebanyak 14 tanaman
setelah penanaman di lahan. Oleh sampel secara acak yang digunakan
sebab itu penulis tertarik untuk untuk mengamati berat basah dan
melaksanakan penelitian yang berjudul kering, biji dan mutu fisiologis benih
Pola Perkembangan Biji dan antara lain uji hitung pertama, uji
Perubahan Mutu Benih Berbagai kecambah baku dan uji nilai indek
Kultivar Sorgum (Shorgum bicolor kecambah, kecepatan penumpukan
L.). berat kering dan waktu pengisian biji
efektif
BAHAN DAN METODE
Data pengamatan periodik
Penelitian dilaksanakan di disajikan dalam bentuk grafik
kebun percobaan Fakultas Pertanian sedangkan data akhir dianalisis dengan
Universitas Riau di Kampus menggunakan analisis ragam dan jika
Binawidya Kecamatan Tampan terlihat perbedaan dilanjutkan dengan
Pekanbaru dengan jenis tanah uji jarak berganda Duncan.
Inceptisol. dengan banyak
mengandung bahan organik. Penelitian
ini telah dilaksanakan selama 4 bulan,
dimulai dari bulan Mei sampai
September 2015.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benih empat
genotipe sorgum diantaranya 2 galur

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 3


HASIL DAN PEMBAHASAN membantu proses pembelahan sel.
Pada biji jagung translokasi air yang
1. Pola Perkembangan Biji dan sangat aktif ini berlangsung sampai 20
Mutu Benih HSP (Egli,1981) dan pada kedelai
berlangsung sampai 25 HSP (Tekrony
1.1. Berat Basah Biji et al., 1989).
Berat basah biji merupakan
berat biji yang di dalamnya masih 1.2. Berat Kering Biji
terdapat air dalam konsentrasi yang Berat kering menggambarkan
tertentu sesuai dengan fase banyaknya asimilat yang ditumpuk
perkembangan. Berat basah biji selama pada biji dan biasanya dijadikan
perkembangan diamati setiap lima hari sebagai indikator ukuran biji. Berat
dan disajikan pada Gambar 1. kering biji yang diamati setiap lima
hari hingga melewati fase masak
fisiologis dapat dilihat pada Gambar 2.
60
Berat Basah (mg/biji)

50
35
40

Berat Kering (mg/biji)


Mandau 30
30
Pahat 25
20
Patir 10 20 Mandau
10
15 Pahat
0 Patir 9
10
5 15 25 35 Patir 10
5
Hari Setelah Penyerbukan Patir 9
0
5 10 15 20 25 30 35
Hari Setelah Penyerbukan
Gambar 1. Perkembangan berat basah
biji beberapa kultivar sorgum

Gambar 1 menunjukkan bahwa Gambar 2. Perkembangan berat kering


pola pertambahan berat basah biji biji beberapa kultivar sorgum.
diantara varietas hampir sama, dimana
pertambahan berat yang sangat cepat Gambar 2 menunjukkan bahwa
dari 5 sampai 15 HSP pada keempat pertambahan berat kering biji hampir
kultivar. Selanjutnya pertambahan sama pada semua kultivar.
berat basah mulai melambat dari 15 Pertambahan berat kering biji
sampai mencapai berat maksimum meningkat secara perlahan mulai 5
pada 25 HSP. Setelah 25 HSP, berat sampai 10 HSP, dan sangat cepat dari
basah biji mengalami penurunan hari ke 10 sampai 20 HSP.
dengan lambat hingga 35 HSP. Pertambahan berat kering selanjutnya
Peningkatan berat basah pada awal berlangsung dengan lambat sampai
perkembangan biji disebabkan pada mencapai berat maksimum pada 25
priode tersebut terjadi translokasi air HSP. Setelah 30 HSP, berat kering
ke biji dengan sangat aktif untuk berkurang sampai 35 HSP. Penurunan

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 4


berat kering setelah masak fisiologis
terjadi karena transportasi ke dalam 80
biji telah terhenti sementara dalam biji 70
masih terjadi peoses respirasi yang
60

Kadar Air Biji (%)


menggunakan sebahagian kecil
assimilat yang ada dalam biji. Hasil 50 Mandau
penelitian ini membuktikan bahwa 40 Pahat
perkembaangan biji sorgum mengikuti 30 Patir 10
pola perkembangan biji tanaman
20 Patir 9
semusim lain seperti yang telah
dijelaskan oleh Egli, (1981). Menurut 10
Jumin (1994) produksi bahan kering 0
pada tanaman merupakan resultan tiga 5 10 15 20 25 30 35
proses yaitu penumpukan asimilat, Hari Setelah Penyerbukan
berkurangnya asimilat akibat respirasi
dan akumulasi asimilat ke tempat
penyimpanan seperti buah dan biji. Gambar 3. Perubahan kadar air
Kamil (1982) menyatakan bahwa berat berbagai kultivar sorgum selama
kering biji berubah secara linier dan perkembangan
berlangsung sampai biji mencapai Gambar 3 menunjukkan bahwa
berat maksimum yang dikenal masak pola perubahan kadar air biji hampir
fisiologis. Menurut Rasyad (1991), sama pada semua kultivar, dimana
pertambahan berat kering selama terjadi penurunan yang sangat cepat
perkembangan sangat ditentukan oleh mulai 5 HSP dari sekitar 70% menjadi
beberapa faktor lingkungan seperti 25 sampai 30% saat masak fisiologis
temperatur dan intensitas cahaya, (25 HSP). Setelah tercapai masak
dimana pada suhu dan intensitas fisiologis kadar penurunan kadar air
cahaya yang tinggi, beraat kering berlangsung lebih lambat sampai 35
meningkat dengan cepat dengan waktu HSP. Pola perubahan kadar air pada
yang lebih pendek sedaangkan kadar tanaman sorgum ini mengikuti
air biji menjadi relatif rendah. penurunan kadar air pada tanaman
1.3. Kadar Air tanaman lain seperti yang di laporkan
Kadar air biji adalah oleh Rasyad et al. (1990). Perbedaan
banyaknya air yang terdapat di dalam hanya terlihat pada waktu pengisian
biji yang di tentukan berdasaarkan biji sorgum yang lebih pendek
berat basah biji. Perubahan kadar air dibandingkan tanaman tanaman yang
biji sorgum yang diamati mulai 5 hari di laporkan terlebih dahulu. Gardner et
setelah penyerbukan dapat dilihat pada al. (1991) menyatakan bahwa kadar air
Gambar 3 semakin lama semakin berkurang
karena sel yang semula diisi air
digantikan oleh asimilat pembentuk
bahan cadangan dalam biji yang
sedang berkembang tersebut.

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 5


Menurut Kamil (1997) kadar Pahat dan Mandau. Menurut Sutopo
air perlu diketahui untuk mengetahui (1988) benih yang telah mencapai
saat panen yang tepat, jika terlalu masak fisiologis memiliki cadangan
tinggi atau terlalu rendah akan kurang makanan yang cukup untuk
baik jika biji akan dipanen dengan cara berkecambah sehingga kekuatan
mekanis atau dengan mesin karena berkecambah akan maksimal. Menurut
menyebabkan kerusakan fisik biji. Ram dan Weiner (1988), beberapa
faktor yang mempengaruhi vigor benih
1.4. Uji Hitung Pertama diantaranya umur benih, ukuran benih,
Uji hitung pertama adalah salah kelembaban benih, dan genetik dari
satu parameter yang digunakan untuk biji. Rosmaina (2000) menyatakan
menjadi indikator vigor benih. Nilai uji bahwa benih yang memiliki cadangan
hitung pertama setelah 5 HSP di makanan yang cukup akan kuat dan
sajikan pada Gambar 4. memiliki energi yang besar untuk
pertumbuhan sehingga biji cepat
100
berkecambah dan embrio, radikula
90 serta plumula akan berkembang
Daya Tumbuh ( %)

80 dengan cepat. Kamil (1997)


70
60 menyatakan bahwa viabilitas dan vigor
Mandau
50 benih akan turun lebih cepat setelah
40 masak fisiologis, karena pengaruh
30 Pahat
20 lingkungan pada periode ini, lebih
10 Patir 10
nyata terhadap kualitas biji.
0
10 15 20 25 30 35 Patir 9
1.5. Uji Kecambah Baku
Hari Setelah Penyerbukan Uji kecambah baku (UKB)
merupakan parameter uji untuk
mengukur kemampuan kelompok
benih untuk berkecambah dengan
Gambar 4. Perubahan nilai selama normal dalam kondisi lingkungan yang
perkembangan biji pada menguntungkan. Nilai uji kecambah
uji hitung pertama baku keempat kultivar sorgum pada 10
beberapa kultivar sorgum HSP hingga 35 HSP disajikan pada
Gambar 5.
Pada Gambar 4 terlihat bahwa 120
benih yang dipanen pada saat berumur
Daya Kecambah (%)

100
5 HSP belum mampu untuk 80
berkecambah. Nilai UHP sudah dapat Mandau
60
di amati pada biji umur 10 hari tetapi 40
Pahat
masih sangat kecil dan pertambahan 20 Patir 10
nilai yang rendah ini berlangsung 0 Patir 9
sampai umur 25 HSP. Sementara nilai 10 15 20 25 30 35
maksimum UHP tercapai pada umur Hari Setelah Penyerbukan
25 HSP. Penurunan nilai UHP mulai
terjadi setelah 25 HSP pada Patir 10,

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 6


Gambar 5. Perubahan Nilai Uji kuat dan seragam yang akan menjadi
Kecambah Baku beberapa kultivar tanaman dewasa produktif.
sorgum
1.6. Nilai Indek Kecambah Benih
Pada Gambar 5 terlihat bahwa Nilai indek kecambah benih
uji kecambah baku biji baru dapat yang merupakan salah satu indikator
diamati pada biji yang berumur 10 kekuatan kecambah mengalami pola
HSP dan nilainya masih sangat rendah perubahan seperti pada Gambar 6.
(<30%) pada semua kultivar. Nilai uji
kecambah baku meningkat dengan 18
cepat mulai 10 HSP dan mencapai 16

Nilai Indeks Benih


maksimum pada umur 25 HSP. Hal ini 14
memberikan indikasi bahwa masak 12
10 Mandau
fisiologi tercapai pada 25 HSP yaitu
pada saat daya kecambah mencapai 8 Pahat
nilai paling besar. Setelah mencapai 6
Patir 10
4
nilai maksimum, mulai terjadi
2 Patir 9
penurunan nilai UKB yang 0
berlangsung sampai 35 HSP. 10 15 20 25 30 35
Peningkatan nilai UKB menjelang 25
Hari Setelah Penyerbukan
HSP terjadi karena adanya
peningkatan translokasi asimilat ke biji
yang mengakibatkan tersedianya
energi yang cukup untuk Gambar 6. Peningkata nilai indek
berkecambah. Setelah mengalami kecambah benih (vigor) beberapa
masak fisiologis maka translokasi kultivar sorgum
asimilat ke dalam biji akan berhenti,
Nilai indek kecambah benih
dan respirasi terus berjalan yang
mengalami peningkatan secara
menyebabkan berkurangnya cadangan
kontinyu dari 10 HSP sampai
makanan di dalam biji untuk
mencapai maksimum pada biji yang
menunjang perkecambahan yang
dipanen umur 25 HSPSetelah 25 HSP
mengakibatkan turunnya nilai UKB.
nilai indek benih mengalami
Menurut Rosmaina (2000) benih yang
penurunan secara perlahan hingga 35
memiliki cadangan yang cukup akan
HSP.
kuat dan memiliki energi yang besar
Menurut Smith (1984), pada awal fase
sehingga biji akan memanjang dengan
perkembangan, biji mempunyai
cepat. Sutopo (1988) menyatakan
cadangan asimilat yang masih terbatas
benih yang telah mencapai masak
sehingga tidak mampu menghasilkan
fisiologis memiliki cadangan makanan
kecambah yang baik dan normal. Hal
yang cukup untuk berkecambah
ini juga dinyatakan oleh Mugnisjah
sehingga kekuatan kecambah akan
(1995) bahwa biji yang muda dapat
maksimal. Menurut Delouche (1969),
berkecambah tetapi kekuatan
benih yang bermutu tinggi memiliki
kecambahnya rendah dan kecambah
kemampuan untuk tumbuh sempurna,
yang dihasilkan lebih kecil dan lebih

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 7


lemah dari benih yang dipanen setelah Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh
masak fisiologis. Hal yang sama juga huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji Duncan.
dilaporkan oleh Rasyad et al. (1990)
pada gandum musim dingin dan
Rasyad (1994) pada padi dimana biji Pada Tabel 1 terlihat bahwa
yang dipanen 10 hari setelah kecepatan penumpukan bahan kering
penyerbukan sudah mampu tertinggi terdapat pada varietas Patir 9
berkecambah walaupun dalam jumlah yaitu 1.32 mg per biji per hari dan
yang sangat minimal, namun kekuatan yang terendah pada kultivar Mandau
berkecambah baru mencapai yaitu 1.15 mg per biji per hari, namun
maksimum menjelang masak secara statistik ke empat varietas tidak
fisiologis. Hamidin (1983) menyatakan berbeda satu sama lain. Menurut
bahwa benih yang kekuatan Rasyad (1993) kecepatan penumpukan
berkecambahnya tinggi dikategorikan bahan kering berhubungan dengan
sebagai benih yang mempunyai vigor faktor genetik tanaman dan ditentukan
yang tinggi, dimana benih yang pula oleh kondisi lingkungan tanaman
mempunyai cadangan makanan yang selama fase perkembangan biji linier.
cukup menjadi lebih kuat untuk Walaupun kultivar berbeda, jika
berkecambah. lingkungan tanaman homogen dan
tindakan budidaya yang dilakukan
1.7. Kecepatan Penumpukan Bahan sama, maka laju penumpukan bahan
Kering kering ke biji tidak akan berbeda. Hal
Kecepatan penumpukan bahan inilah yang menyebabkan kecepatan
kering merupakan banyaknya bahan penumpukan bahan kering keempat
kering yang di tumpuk pada biji untuk kultivar sorgum tidak berbeda nyata.
jangka waktu tertentu. Hasil
pengamatan KPBK setelah diuji 1.8. Waktu Pengisian Biji Efektif
dengan sidik ragam, dan di lanjutkan Waktu pengisian biji efektif
dengan uji jarak berganda Duncan merupakan waktu yang dibutuhkan
menunjukkan tidak terdapat perbedaan oleh suatu biji untuk berkembang
yang nyata diantara kultivar. Rata-rata sempurna dengan kecepatan konstan.
kecepatan penumpukan bahan kering Hasil pengamatan waktu pengisian biji
setelah di uji dengan jarak Duncan efektif setelah dianalisis dengan sidik
disajikan pada Tabel 1. ragam disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata waktu pengisian biji
Tabel 1. Rata-rata kecepatan efektif empat kultivar sorgum
penumpukan bahan kering empat Kultivar WPE (hari)
kultivar sorgum Pahat 21.43 a
Kultivar KPBK Mandau 22.90 a
(mg/biji/hari) Patir 9 20.85 a
Pahat 1,18 a Patir 10 22.60 a
Mandau 1,15 a Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh
Patir 9 1,32 a huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
Patir 10 1,22 a menurut uji Duncan .

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 8


Tabel 2 menunjukkan bahwa berkisar antara 1,91 kg sampai 2.51 kg
waktu pengisian biji efektif ke empat per m2 , dimana nilai ini setara dengan
kultivar sorgum tidak berbeda nyata, 1.91 hingga 2,51 ton per ha biji kering.
namun terlihat nilai WPE berkisar Namun potensi hasil berdasarkan
antara 20,85 sampai 22,32 hari. Waktu penelitian ini tidak mencapai tingkat
pengisian biji efektif berhubungan produksi berdasarkan deskripsi
dengan lamanya biji berkembang varietas Pahat dan Mandau. Hal ini
sampai masak fisiologis. Menurut diperkirakan karena perbedaan
Hidajat (1985) kecepatan penumpukan lingkungan penanaman dan perbedaan
bahan kering dan waktu pengisian teknik budidaya yang dilakukan..
efektif juga ditentukan selama fase
perkembangan linier, yaitu setelah 2.2. Berat 1000 Biji
selesainya pembesaran dan Hasil analisis ragam
pemanjangan sel-sel biji sampai biji menunjukkan bahwa berat 1000 biji
mencapai ukuran maksimal. Rasyad keempat kultivar sorgum tidak berbeda
(1993) menyatakan bahwa baik laju nyata dan rata-ratanya disajikan pada
maupun lamanya waktu pengisian biji Tabel 9.
ditentukan oleh faktor genetik, faktor Tabel 9. Rata-rata berat 1000 kultivar
lingkungan, kemampuan biji untuk sorgum pada saat panen
menerima asimilat dan ketersediaan Kultivar Berat 1000 biji (g)
bahan kering yang akan ditumpuk Pahat 29.62 a
kedalam biji. Mandau 42.32 a
Patir 9 31.61 a
2. Komponen Hasil Benih Patir 10 30.94 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil
2.1. Hasil Biji per m2 yang sama berbeda tidak nyata menurut uji
Hasil analisis sidik ragam Duncan .
menunjukkan bahwa hasil biji per m2
ke empat kultivar sorgum tidak Tabel 9 menunjukkan bahwa
berbeda nyata satu dengan lainnya dan keempat kultivar sorgum berbeda tidak
disajikan pada Tabel 3. nyata berat 1000 bijinya, namun
Tabel 3. Rata-rata hasil biji per m2 terlihat variasinya dari 29,62 sampai
empat kultivar sorgum pada saat panen 42,32 g per 1000 biji. Variasi berat
Kultivar Hasil Biji 1000 biji ini disebabkan perbedaan
per m2 (kg) genetik tanaman yang berhubungan
Pahat 2.15 a dengan kemampuan tanaman untuk
Mandau 2.40 a mentranslokasikan hasil asimilat ke
Patir 9 2.51 a dalam biji. Hal ini sesuai dengan
Patir 10 1.91 a pendapat Kamil (1997) yang
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf menyatakan bahwa peningkatan berat
kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji
Duncan . biji pada tanaman bergantung pada
tersedianya asimilat dan kemampuan
tanaman itu sendiri untuk
Tabel 3 menunjukkan bahwa
mentranslokasikannya pada biji.
hasil biji per m2 kultivar sorgum

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 9


Mugawa et al. (1989) dan Saran
Teshome et al. (1999) menyatakan
bahwa sorgum dengan bobot biji Dari penelitian ini disarankan
kurang dari 12 mg dikategorikan untuk memanen biji kultivar Patir 9,
sebagai berbiji kecil, jika bobot > 12- Patir 10, Pahat, dan Mandau sebaiknya
25 mg di kategorikan sebagai berbiji dilakukan pada 25 HSP, karena biji
sedang, dan bobot di atas 25 mg telah mengalami masak fisiologis dan
sebagai berbiji besar. Berdasarkan telah memiliki mutu benih yang tinggi.
kriteria ukuran biji tersebut, maka
keempat genotip yang digunakan DAFTAR PUSTAKA
termasuk varietas berbiji besar dimana
berat bijinya lebih dari 26 mg per biji.
Delouchhe, J.C,. 1969. Planting Seed
KESIMPULAN DAN SARAN Quality. Jurnal paper no 1721,
Missisippi Agric. Exp. Station.
Kesimpulan Missisippi State Universit.
Dari hasil penelitian yang telah Proceeding : Belwide cotton
dilakukan dapat disimpulkan sebagai production mechani zation conf.,
berikut new or leans, la16-18

1. Pola perkembangan biji empat Egli, D. B. 1981. Species differences


cultivar sorgum mengalami in seed growth characteristic.
peningkatan secara perlahan dari 5 Field Corp Research,4:1-12.
HSP sampai 10 HSP, mulai cepat --------., R. D. Guffy., L. W. Meckle,
mulai 10 HSP sampai mencapai and J. E. Leggett. 1982. The
maksimum pada 25 HSP dan Effecct of Souce-Sink Alteration
menurun mulai 30 HSP hingga 35 On Soybean Seed Growth. Ann.
untuk parameter berat kering, berat
Bot. 48 :395-402
basah viabilitas dan vigor.
2. Kadar air berkurang secara Gardner, F.P., R. B.Pearce, and P.R.
gradual dari 5 HSP sampi 25 HSP, Michael. 1991. Fisiologi Tanaman
dimana kadaar air pada saat panen Budidaya, Penterjemah Herawati
berkisar antara 20 sampai 22% Susilo. UI Press:Jakarta.
sesuai dengan cultivarnya.
Kecepatan penumpukan bahan Ham idin, E. 1983. Pedoman
kering empat kultivar sorgum Teknologi Benih I. Pustaka
berkisar antara 1,15 hingga1,22 mg Angkasa. Bandung.
per biji per hari, sedangkan waktu
pengisian efektif berlangsung Hidayat, O. D. 1985. Morfologi
selama 20-22 hari. Tanaman Kedelai. Dalam S.
Somaatmadja et al. (Eds.). Pusl
itbangtan. Bogor. 73-86
Hubbard, J.E., H.H. Hall and F.R.
Earle. 1968.Composition of the

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 10


compenen part of the sorgum Rismunandar. 1989. Sorgum Tanaman
kemel cereal chem. 27:415-420 Serba Guna. Sinar Baru. Bandung

Jumin, H. B. 1994. Dasar Dasar Rosmaina, E. 2000. Kualitas benih dua


Agronomi. Raja Grafindo varietas kedelai (glycine max (l)
Persada. Jakarta merril) selama perkembangan dan
pemasakan biji. Skripsi, (tidak
Kamil. J. 1997. Teknologi Benih I. dipublikasikan)Jurusan Agronomi
Angkasa Raya. Padang. Fakultas Pertanian Universitas
Riau. Pekanbaru.
Maiti, R.K. and M.D.E.J.
Carrilogutierrez. 1989 Effect of Sirappa, M.P. 2003. Prospek
plating depth on seedling Pengembangan Sorgum Di
emergence and vigor in sorgum Indonesia Sebagai Komoditas
(sorgum bicolor L.) seed sci Alternative Untuk Pangan, Pakan,
technol, 17, 83-90. dan Industri. Jurnal Litbang
Pertanian 22(4).
Morris, M. L., Byerlee, D. Lopez-
Pereira, M. A. 1998. Economics Sutopo, L. 1993. Teknologi
of Hybrid Maize Adoption. Maize Benih.Rajawali Pers. Jakarta.
Seed Industries in Developing
Countries. Lynne Rienner Smith, L. H. 1984. Seed Development,
Publishers. Boulder: Metabolism And Composition.
Dalam M. B. Tesar. Physiological
Mugnisjah, W.Q. 1995. Panduan Basis of Crop Growth and
Praktikum dan Penelitian Bidang Development. American Society
Ilmu dan Teknologi Benih. Raja of Agronomy. Madison, WI. USA
Grafindo Persada. Jakarta.
Teshome, A., L. Fahrig, J. K.
Rasyad, A. 1993. Modifikasi Torrance, J. D. Lambert, T.J.
penyediaan bahan kering ke biji Arnasond, and B.R. Baum. 1999.
dengan pemangkasan Maintenance of sorghum
:pengaruhnya terhadap (Sorghum bicolor, poaceae)
perkembangan biji dan komponen landrace diversity by farmers
hasil jagung. Prosiding Seminar selection in Ethiopia. Econ. Bot.
Nasional Hasil Penelitian 53(1): 79-88.
Perguruan Tinggi. Hal. 56-59.
Dirjen Pendidikan Tinggi.
Sawangan. Bogor.

---------, D. A. VanSanfornd and D. M.


TeKroni.1990. Changes in seed
viability and vigor during wheat
seed maturation. J. Seed Sci and
Technol.18:259-267.

Jom Faperta Vol. 4 No. 1 febuari 2017 11

You might also like