687-Article Text-1746-1-10-20170116

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Karakter Agronomi Genotipe Gandum (Triticum Aestivum L.

) Pada Lahan Tropis Dataran Rendah (Theresa Dwi Kurnia dkk)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana


Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354
email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric

KARAKTER AGRONOMI GENOTIPE GANDUM (Triticum Aestivum L.)


PADA LAHAN TROPIS DATARAN RENDAH DI INDONESIA

AGRONOMIC TRAITS OF WHEAT (Triticum Aestivum L.) GENOTYPES


IN TROPICAL LOWLAND IN INDONESIA

Theresa Dwi Kurnia


Fakultas Pertanian dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected]

Nugraheni Widyawati
Fakultas Pertanian dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

Djoko Murdono
Fakultas Pertanian dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

Endang Pudjihartati
Fakultas Pertanian dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

Diterima 25 November 2016, disetujui 6 Desember 2016

ABSTRACT

Development of tropical wheat that suitable to low altitude is important in Indonesia. Aims of the
research was to determine agronomic traits and select of wheat genotypes adaptive to tropical
lowland. Three years study was conducted by planting ten wheat genotypes in Tlogoweru village,
Guntur Subdistrict, Demak, Central Java at the altitude + 20 meters above sea level, from 2013
to 2015. From ten wheat genotypes planted in 2013, five wheat genotypes were considered
adaptive, i.e., ALTAR, BASRIBEY, LAJ3302, OASIS and SELAYAR. In 2014 four genotypes were
selected, they are ALTAR, BASRIBEY, LAJ3302 and OASIS. Finnaly, in 2015 genotype ALTAR was
prominent candidate for the lowland tropical wheat varieties in study site. Among genotypes
ALTAR had highest plant height, seed weight per panicle, number of seeds per panicle, number of
productive tillers and yield estimates.
Keywords: Adaptation, heat stress, lowland, tropical wheat, agronomic traits

95
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 95 - 104

PENDAHULUAN Salah satu faktor penghambat tumbuh tanaman


adalah air, dimana keterbatasan air pada saat
Kebutuhan bahan pangan dari biji gandum di penanaman akan sangat mempengaruhi kondisi
dunia terus meningkat setiap tahunnya, termasuk fisiologis tanaman, seperti terhambatnya proses
kebutuhan gandum di Indonesia. Selama ini penyerapan unsur hara dan translokasi hasil
penelitian untuk pengembangan gandum di fotosintesis ke seluruh tubuh tanaman termasuk
Indonesia lebih terfokus pada wilayah dataran proses pengisian biji (Wahyu et al., 2013). Begitu
tinggi seperti di Lembang-Jawa Barat, di Malino- juga dengan suhu tinggi yang dapat berakibat
Sulawesi Selatan, di Wonosobo, Salatiga dan pada rendahnya nilai produksi tanaman gandum
Umbul Sidomukti-Jawa Tengah dimana semua (Ashari et al., 2012; Asseng et al., 2010). Untuk
wilayah tersebut berada lebih dari 400 meter itu perlu dilakukan kegiatan adaptasi dari
dpl atau tergolong ke dalam dataran tinggi. beberapa genotipe gandum yang telah ada
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan hingga diperoleh calon varietas gandum tropis
gandum tersebut adalah persaingan dengan dataran rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
komoditas lain yang sudah ditanam petani melakukan evaluasi dan seleksi genotipe gandum
sebelumnya serta minimnya pengetahuan adaptif pada lahan tropis dataran rendah
mengenai budidaya gandum. berdasarkan karakter agronomi dari beberapa
Untuk mengatasi tantangan tersebut, kegiatan genotipe gandum yang diuji.
pengembangan gandum kini mulai mengarah METODE PENELITIAN
pada pengembangan gandum tropis dataran
rendah dimana masih terdapat lahan yang dapat Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap dengan
dimanfaatkan. Namun demikian, terdapat waktu yang berbeda di Desa Tlogoweru,
beberapa permasalahan yang dihadapi, seperti Kecamatan Guntur, Demak dengan ketinggian
belum adanya varietas gandum untuk wilayah tempat + 20 meter dpl. Penelitian pertama
tropis dataran rendah serta rentannya wilayah dilaksanakan pada tahun 2013, penelitian kedua
tersebut terhadap cekaman suhu tinggi dan pada tahun 2014 dan penelitian ketiga pada tahun
kekeringan (Guendouz et al., 2012; Shefazadeh 2015, masing-masing dilaksanakan antara bulan
et al., 2012). Beberapa peneliti mencoba April-Agustus. Ketiga tahap penelitian tersebut
pengujian gandum dataran rendah melalui disusun dengan Rancangan Acak Kelompok.
introduksi genotipe baru dari luar negeri yang Untuk mengetahui perbedaan antar genotipe
memiliki sifat ketahanan tersebut (Wahyu et al., dilakukan uji Beda Nyata Jujur pada taraf
2013). Batan melakukan penyinaran untuk kepercayaan 95%. Materi genetik yang digunakan
mendapatkan mutasi gen dengan sifat ketahanan pada penelitian tahap pertama terdiri dari
cekaman suhu tinggi atau kekeringan. Penyinaran sepuluh genotipe, tahap kedua lima genotipe dan
dengan sinar gamma juga dilakukan untuk tahap ketiga empat genotipe. Penanaman setiap
meningkatkan keragaman genetik gandum genotipe dilakukan pada petak dengan ukuran 5
sehingga diperoleh genotipe yang dapat ditanam m x 1.5 m, jarak antar petak 0.5 m dan dalam
pada dataran rendah (Riyati, 2012) serta petak dibuat 6 baris, jarak tanam dalam baris 5
diperoleh mutan putatif yang toleran suhu tinggi cm, jarak tanam antar baris 25 cm. Pemupukan
(Setiawan et al., 2015). Peneliti lain melakukan menggunakan pupuk kotoran sapi yang telah
uji adaptasi pada beberapa genotipe gandum matang, dilakukan dalam 2 tahap dengan dosis
dengan harapan ditemukannya tetua yang adaptif total 10 ton/ha. Pemupukan pertama diberikan
di dataran rendah (Puspita et al., 2013). bersamaan dengan waktu tanam dan pemupukan

96
Karakter Agronomi Genotipe Gandum (Triticum Aestivum L.) Pada Lahan Tropis Dataran Rendah (Theresa Dwi Kurnia dkk)

berikutnya dilakukan 10 hari setelah tanam. Nilai ISC < 0.5 menunjukkan ketahanan terhadap
Penyiraman secara intensif dilakukan pada tahap cekaman; ISC > 0.5 < 1 menunjukkan ketahanan
awal penanaman hingga benih berkecambah, medium; ISC > 1 menunjukkan tidak tahan
tanah dijaga agar tetap lembab. Penyiraman terhadap cekaman. Nilai Yp diperoleh dari produksi
selanjutnya dilakukan hanya sekali dalam satu rata-rata deskripsi varietas gandum Dewata.
minggu. Pemanenan dilakukan saat tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
gandum telah tua, ditandai dengan malai yang
membengkok. Panen dilakukan secara manual Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dengan memangkas tanaman hingga pangkal pada sepuluh genotipe gandum tahun 2013,
batang, selanjutnya dilakukan penjemuran hingga terseleksi secara alami lima genotipe gandum
benih kering. yang akan diadaptasikan kembali pada tahun
2014, yaitu ALTAR, BASRIBEY, LAJ3302,
Dalam penelitian ini penurunan jumlah genotipe
OASIS dan SELAYAR. Begitu juga pada tahun
yang ditanam merupakan hasil seleksi secara
2015 hanya empat genotipe yang dilanjutkan,
alami terhadap genotipe yang tidak mampu
yaitu ALTAR, BASRIBEY, LAJ3302 dan
bertahan hidup hingga akhir periode penanaman
OASIS. Genotipe lain yang tidak dilanjutkan
atau berproduksi sangat rendah. Hasil penanaman
dianggap tidak mampu menjadi calon varietas
selama tiga tahun akan dibandingkan untuk
dataran rendah tropis karena biji yang dihasilkan
mengetahui kemampuan produksi. Untuk men-
sangat rendah sehingga tidak dapat ditanam pada
dukung pengamatan utama, dilakukan pengamatan
tahun berikutnya.
selintas mengenai iklim dan tanah pada lokasi
penelitian. Parameter utama yang diamati Iklim dan Tanah
adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, berat biji
per malai, jumlah biji per malai dan berat 1000 Lahan tempat penanaman gandum memiliki jenis
benih serta estimasi produksi yang dilanjutkan tanah grumosol (Demak dalam angka, 2014),
dengan perhitungan Stress Susceptibility Index dimana kondisi jenis lahan tersebut memiliki
(SSI) atau Indeks Sensitivitas Cekaman (ISC) struktur tanah padat dan keras terutama pada
(Widyawati et al., 2015). ISC = (1-Y/Yp) : (1- musim kemarau, tanah akan semakin keras dan
X/Xp) retak-retak. Selama tiga tahun pengujian, lokasi
penanaman gandum dilakukan pada lahan yang
Dimana: sama. Analisis tekstur tanah yang dilakukan juga
Y : Rata-rata hasil pada kondisi tercekam menunjukkan bahwa lokasi penelitian memiliki
Yp : Rata-rata hasil pada kondisi tidak tercekam tekstur liat, memiliki sifat yang sama dengan jenis
X : Rata-rata hasil semua genotipe pada tanah grumosol. Data kesuburan tanah selama
kondisi tercekam periode penanaman dapat dilihat pada Tabel 1,
Xp : Rata-rata hasil semua genotipe pada sedangkan suhu dan curah hujan dapat dilihat
kondisi tidak tercekam pada Tabel 2.

Tabel 1 Data analisis tanah lokasi penelitian tahun 2013


pH BO N P K
Hara H2O = 7.6
1.29 % 1.78% 1.75% 0.71%
KCl = 7.5
Pasir Debu Liat
Tekstur
4.40% 38.24% 57.36%

97
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 95 - 104

Tabel 2 Data suhu dan curah hujan pada lokasi penanaman gandum di Demak
T Maks (oC) T Min (oC) Curah Hujan (mm)
Bulan
* *
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013* 2014 2015
April 35.4 34.7 35.3 24.2 25.3 23.5 2.3 4.4 6.1
Mei 36.2 34.8 36.3 25.4 26.6 23.8 0 3.9 2.3
Juni 36.5 36.2 36.7 25.2 26.2 23.3 0 1.1 0
Juli 38.1 35.0 38.0 25.3 25.8 33.4 0 2.5 0
Agustus 37.5 33.4 38.0 25.1 25.3 22.6 0 4.7 0
September 38.2 36.4 39.7 24.5 24.4 23.1 0.5 0.8 0
Rerata 36.98 35.08 37.33 24.95 25.6 24.95 0.47 2.9 1.4
*
Sumber: Kantor Penyuluhan Pertanian Desa Telogoweru, Kec. Guntur, Kab. Demak

Karakter Tinggi Tanaman beradaptasi pada lingkungan dengan cekaman


suhu tinggi.
Tinggi tanaman merupakan salah satu karakter
yang paling berpengaruh pada indeks derajat Karakter Jumlah Anakan Produktif
toleransi terhadap cekaman suhu tinggi dan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, semua
kekeringan sehingga dapat digunakan sebagai
genotipe yang diuji mengalami peningkatan
salah satu kriteria pemilihan (Jeffrey dan
jumlah anakan produktif (Tabel 3). Pada tahun
Reynolds, 2001; Zahoor et al., 2014). Pada
2013 jumlah anakan tertinggi hanya mencapai
Tabel 3 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tahun
3.26 dengan rata-rata 1.59+0.84. Pengujian
2014 mengalami peningkatan dibandingkan pada
tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah anakan
tahun 2013 untuk semua genotipe. Hal ini me-
pada semua genotipe yang ditanam tetapi pada
nunjukkan adanya peningkatan kemampuan
tahun 2015 genotipe LAJ3302 dan OASIS
tumbuh tanaman yang terjadi pada kelima
mengalami penurunan jumlah anakan. Pada
genotipe tersebut. Sedangkan pada tahun 2015,
pengujian tahun 2015, genotipe ALTAR
empat genotipe yang dicoba mengalami penurun-
mengalami peningkatan dan merupakan genotipe
an tinggi tanaman dibandingkan tahun sebelumnya.
dengan jumlah anakan produktif tertinggi
Pertumbuhan tinggi tanaman secara umum dibandingkan dengan genotipe lain yang diuji.
dipengaruhi oleh aktivitas auksin yang terdapat Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
di titik tumbuh apikal yaitu dengan memacu kemampuan tumbuh pada genotipe ALTAR
pembelahan sel. Aktivitas auksin sangat meskipun ditanam pada kondisi kurang optimal
dipengaruhi suhu sehingga pada kondisi suhu bagi penanaman gandum.
yang sangat tinggi akan menghambat kerja
Hasil produksi tanaman gandum sangat dipengaruhi
auksin dalam memacu tinggi tanaman (Wahid
oleh jumlah anakan produktif yang terbentuk (Lee
et al., 2007), dimana pada suhu tinggi auksin
dan Herbek, 2009). Pada umumnya tanaman
menjadi tidak aktif. Dari keempat genotipe yang
gandum yang terpapar cekaman suhu tinggi atau
diuji pada tahun 2015 terlihat bahwa genotipe
kekeringan akan mengalami pemendekan fase
ALTAR mampu menunjukkan tinggi tanaman
vegetatif, diantaranya tidak terbentuknya anakan,
tertinggi dibandingkan ketiga genotipe lainnya.
hal ini dapat menyebabkan jumlah anakan yang
Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa secara
terbentuk sangat rendah (Biesaga et al., 2014).
fisiologis genotipe ALTAR sudah mampu
Seperti pada penelitian ini dimana penanaman

98
Karakter Agronomi Genotipe Gandum (Triticum Aestivum L.) Pada Lahan Tropis Dataran Rendah (Theresa Dwi Kurnia dkk)

Tabel 3 Tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif beberapa genotipe gandum
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan
Genotipe
2013 2014 2015 2013 2014 2015
ALTAR 18.75 49.27 47.67* 2.1 6.15 7.81*
BASRIBEY 16.99 38.28 42.17 1.26 4 3.74
G-21 12.41 - - 1.12 - -
H-21 18.13 - - 0.48 - -
HP1744 16.11 - - 1.27 - -
LAJ3302 18.31 51.39* 40.39 3.26 7.3 4.65
MENEMEN 12.64 - - 0.88 - -
OASIS 17.33 48.02 34.84 2.46 5.9 4.52
RABE/2*MO88 14.17 - - 1.1 - -
SELAYAR 17.67 48.95 - 1.96 6.2 -
Rerata 16.25+2.35 47.18+5.13 40.23+4.52 1.59+0.84 5.91+1.20 4.30+0.49

Keterangan: (-) = Tidak dilakukan penanaman; (*) = Berbeda nyata

tahun 2015 sebagian besar genotipe mengalami budidaya gandum di dataran rendah tropis
penurunan jumlah anakan produktif disebabkan (Mohammadi, 2012). Diperlukan efisiensi
peningkatan suhu dibandingkan musim tanam transpirasi yang tinggi pada tanaman agar pada
tahun 2014. kondisi air yang terbatas tanaman tetap dapat
melakukan aktivitas fisiologis (Changhai et al.,
Karakter Berat Biji per Malai
2010). Selain itu suhu yang terlalu tinggi dapat
Berat biji per malai tanaman sangat dipengaruhi menjadi salah satu penyebab rendahnya produksi,
oleh proses pengisian biji. Pada tahap ini dimana setiap aktivitas fisiologis dan biokimia di
kebutuhan air akan sangat diperlukan untuk dalam tanaman akan sangat dipengaruhi suhu
proses translokasi tanaman. Hasil penelitian (Modhej et al., 2015). Pada penelitian yang telah
menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat biji dilakukan tahun 2015 memberikan hasil bahwa
per malai dari tahun ke tahun untuk semua genotipe ALTAR memiliki berat biji per malai
genotipe yang dicoba (Gambar 1). Rendahnya yang paling tinggi dibandingkan ketiga genotipe
curah hujan dan minimnya irigasi merupakan lainnya. Meskipun hasil tersebut tidak berbeda
salah satu kendala yang dihadapi dalam proses secara signifikan tetapi dibandingkan dengan nilai

Gambar 1 Grafik berat biji per malai (gram)

99
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 95 - 104

rata-rata pada tahun 2015, selisih ALTAR berada Karakter Berat 1000 Biji
di atas nilai standar deviasi. Hal ini dapat
Benih dengan berat 1000 biji yang tinggi meng-
menunjukkan bahwa genotipe ALTAR lebih mampu
gambarkan kualitas benih yang baik dan umumnya
bertahan pada wilayah tropis dataran rendah.
memiliki daya berkecambah yang tinggi. Untuk
Karakter Jumlah Biji per Malai itu pengamatan berat 1000 biji penting dilakukan
dalam menilai kualitas benih (Protic et al., 2007).
Kegiatan untuk deteksi ketahanan tanaman
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, terjadi
terhadap kekeringan dapat dilakukan pada tahap
peningkatan berat 1000 biji dari tahun ke tahun
perkecambahan, tetapi untuk beberapa genotipe
dimana hal ini menunjukkan bahwa terjadi
gandum yang diuji, nantinya diharapkan akan
peningkatan kualitas dari benih yang dihasilkan
memberikan hasil biji yang telah mengalami
(Gambar 3). Pada penelitian tahun 2014 terlihat
proses adaptasi sehingga penanaman hingga
bahwa pada semua genotipe yang ditanam terjadi
panen sangat penting untuk dilakukan. Perhitungan
peningkatan dibandingkan tahun 2013. Pada
hasil panen yang menunjukkan banyaknya biji
tahun 2015 kembali mengalami penurunan berat
yang mampu terbentuk dapat menggambarkan
1000 biji dengan nilai tertinggi diperoleh pada
besarnya keberhasilan dalam proses penyerbukan.
genotipe OASIS. Nilai berat 1000 biji yang
Umumnya pada wilayah dataran rendah tropis
terjadi mulai masa antesis hingga masak fisiologis
tanaman gandum mengalami cekaman suhu
sangat dipengaruhi oleh proses pengisian biji atau
tinggi dan kekeringan. Hal ini dapat terlihat pada
translokasi pada tanaman. Proses translokasi
tingginya polong hampa yang disebabkan polen
tersebut salah satunya tergantung pada ketersediaan
menjadi steril (Rasul et al., 2011). Tetapi pada hasil
air oleh tanaman sehingga penurunan nilai berat
penelitian ini terlihat adanya peningkatan jumlah
1000 biji tahun 2015 dapat disebabkan karena
biji per malai pada tahun 2014 dibandingkan tahun
rendahnya curah hujan selama kegiatan penelitian
2013 (Gambar 2), yang menunjukkan genotipe
berlangsung.
gandum yang ditanam mampu beradaptasi dan telah
mengalami kemajuan seleksi (Semenov et al., Estimasi Produksi beberapa Genotipe
2014). Pada penanaman tahun 2015, genotipe Gandum
ALTAR memiliki jumlah biji per malai tertinggi
Data estimasi hasil produksi beberapa genotipe
sehingga dapat dikatakan bahwa genotipe
gandum dihitung berdasarkan hasil per tanaman
ALTAR memiliki keberhasilan yang tinggi dalam
dikalikan dengan jumlah tanaman per hektar.
hal penyerbukan dan pembentukan biji.
Tabel 4 menunjukkan besarnya jumlah produksi

Gambar 2 Grafik jumlah biji per malai

100
Karakter Agronomi Genotipe Gandum (Triticum Aestivum L.) Pada Lahan Tropis Dataran Rendah (Theresa Dwi Kurnia dkk)

beberapa genotipe gandum yang ditanam selama jukkan genotipe tersebut memiliki ketahanan
tiga tahun dan nilai ISC. Pada percobaan tahun terhadap cekaman, hal ini dapat menjelaskan
2013 dan 2014 menunjukkan ketahanan cekaman bahwa pada tahun 2015 genotipe ALTAR lebih
tertinggi pada genotipe LAJ3302, hal ini juga mampu beradaptasi pada kondisi dengan
nampak pada produksi tahun 2014 genotipe cekaman kekeringan dan suhu tinggi atau lebih
LAJ3302 memberikan hasil tertinggi. Pada toleran dibandingkan genotipe lain yang ditanam
percobaan tahun 2015 semua genotipe gandum (Bala et al., 2014).
yang ditanam mengalami penurunan hasil
Secara umum dapat dilihat bahwa estimasi
produksi, dengan penurunan terendah pada
produksi pada tahun 2014 mengalami peningkatan
genotipe ALTAR dan genotipe ALTAR menun-
hasil pada semua genotipe tetapi pada tahun
jukkan jumlah produksi tertinggi dibandingkan
2015 kembali mengalami penurunan. Hal ini
genotipe lain yang ditanam yaitu 2.71 ton per
dapat disebabkan karena adanya kemunduran
hektar. Didukung dengan data berat biji per malai,
sifat genetis dari benih yang dihasilkan sehingga
jumlah biji per malai dan berat 1000 biji tertinggi,
sebaiknya benih gandum diberi perlakuan
akan mempengaruhi hasil produksi per hektar
priming sebelum ditanam (Abnavi dan Gobadhi,
(Mohammadi, 2012). Nilai ISC < 0.5 menun-
2012). Selain itu kemampuan produksi juga

Gambar 3 Grafik berat 1000 biji (gram)

Tabel 4 Estimasi produksi per hektar beberapa genotipe gandum


Estimasi produksi (ton/ha)
Genotipe
2013 ISC 2014 ISC 2015 ISC
ALTAR 1.19 1.29 2.72 2.72 2.71* 0.16
BASRIBEY 0.94 1.47 2.06 10.06 0.90 1.31
G-21 0.63 1.70 - -
H-21 0.72 1.64 - -
HP1744 1.52 1.05 - -
LAJ3302 4.62 -1.21 3.83 -9.68 1.07 1.20
MENEMEN 1.56 1.02 - -
OASIS 2.39 0.42 3.00 -0.44 0.86 1.33
RABE/2*MO88 0.09 2.09 - -
SELAYAR 2.25 0.52 2.73 2.54
Keterangan:(-) = Tidak dilakukan penanaman; (*) = Berbeda nyata;
ISC = Indeks Sesitivitas Cekaman

101
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 95 - 104

dipengaruhi cuaca selama penanaman, pada Ungulan Perguruan Tinggi selama tiga tahun.
tahun 2013 dan 2015 rerata suhu maksimal Ucapan terimakasih juga kepada Rektor
mencapai 36.98 oC dan 37.33 oC dimana suhu Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW),
tersebut lebih tinggi dibandingkan rerata suhu Salatiga dan kepada Dekan Fakultas Pertanian
maksimal pada tahun 2014, yaitu 35.08 oC dan Bisnis, UKSW.

Data estimasi produksi pada penelitian ini apabila DAFTAR PUSTAKA


dibandingkan dengan varietas gandum nasional
Abnavi M.S., Ghobadi M. 2012. The effects of
yaitu Dewata yang memilik potensi hasil 2.96
source of priming and post-priming
ton per hektar (Balitsereal, 2012) yang ditanam
storage duration on seed germination
pada dataran tinggi (> 400 meter dpl), produksi and seedling growth characteristics in
genotipe ALTAR sudah cukup mendekati. Dan wheat (Triticum aestivem L.). J. Agric
bila dibandingkan penanaman varietas Dewata Sci. 4 (9): 256-268.
pada dataran rendah (< 200 meter dpl), produksi
Ashari S, B. Waluyo, I. Yulianah, N. Kendarini,
genotipe ALTAR lebih tinggi (Zubaidi et al.,
M. Jusuf. 2012. Stability of wheat
2014). Didukung dengan nilai rata-rata produksi genotypes adapted in tropical medium
beberapa genotipe gandum yang juga dilakukan and lowland. Agrivita J. 34 (1): 1-9.
pada wilayah dengan cekaman suhu tinggi dan
Bala S., Asthir B., Bains N.S. 2014. Effect of
kekeringan hanya mencapai 0.38 ton per hektar
terminal heat stress on yield and yield
dan 0.42 ton per hektar (Zarei et al., 2013).
attributes of wheat. Indian. J. Applied.
Kemampuan adaptasi inilah yang menyebabkan
Res. 4 (6): 1-2.
genotipe ALTAR mampu memberikan hasil
produksi yang cukup baik. Balitsereal. 2012. Varietas Dewata (Gandum).
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id
KESIMPULAN [21 Februari 2012].

Dari penanaman sepuluh genotipe pada tahun Biesaga K.J., Ostrowska A., Filek M., Dziurka
2013, terseleksi lima genotipe gandum yang M., Waligórski P., Mirek M., Kościelniak
diadaptasikan kembali pada tahun 2014, yaitu J. 2014. Evaluation of spring wheat (20
varieties) adaptation to soil drought
ALTAR, BASRIBEY, LAJ3302, OASIS dan
during seedlings growth stage. Agric
SELAYAR. Lalu pada tahun 2015 hanya empat
J. 4: 96-112.
genotipe yang dilanjutkan, yaitu ALTAR,
BASRIBEY, LAJ33022 dan OASIS. Masing- Changhai S., D. Baodi, Q. Yunzhou, L. Yuxin,
masing genotipe memiliki karakter agronomi S. Lei, L. Mengyu, Haipei. 2010. Physio-
logical regulation of high transpiration
yang berbeda dengan hasil terbaik terlihat pada
efficiency in winter wheat under
genotipe ALTAR karena berdasarkan pengamatan
drought conditions. Plant Soil Environ.
karakter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif,
56 (7): 340-347.
berat biji per malai, jumlah biji per malai dan
estimasi hasil per hektar mampu menghasilkan Demak Dalam Angka. 2014. http://demakkab.
nilai tertinggi dibandingkan genotipe yang lain. go.id/publikasi/demak-dalam-angka/ [14
April 2014].
UCAPAN TERIMAKASIH Guendouz A., S. Guessoum, K. Maamri, M.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Dikti Benidir, M. Hafsi. 2012. Canopy tempe-
rature efficiency as indicators for
yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah

102
Karakter Agronomi Genotipe Gandum (Triticum Aestivum L.) Pada Lahan Tropis Dataran Rendah (Theresa Dwi Kurnia dkk)

drought tolerance in durum wheat Riyati R. 2012. Perbaikan Adaptasi Tanaman


(Triticum Durum Desf.) in semi arid condi- Gandum (Triticum aestivum L.) di
tions. J. Agric. Sustainability. 1 (1): 23-38. Dataran Rendah Melalui Mutasi
Induksi. J. Biota. 17 (1)
Jeffrey W.W., M.P. Reynolds. 2001. A
physiological perspective on modeling Semenov M.A., P. Stratonovitch, F. Alghabari,
temperature response in wheat and M.J. Gooding. 2014. Adapting wheat in
maize crops. Pp 8-17. In Jeffrey W. Europe for climate change. J. Cereal
White (eds.) Proceedings of a Workshop, Sci. 59: 245-256.
CIMMYT. Modeling Temperature Response
in Wheat and Maize. El Batán, Mexico, Setiawan R.B., Khumaida N., Dinarti D. 2015.
23-25 April 2001. Induksi Mutasi Kalus Embriogenik
Gandum (Triticum aestivum L.) melalui
Lee C., J. Herbek. 2009. Growth and Develop- Iradiasi Sinar Gamma untuk Toleransi
ment. Pp 6-12. In W. Bruening, J.D. Suhu Tinggi. Jurnal Agronomi Indonesia
Green, J. Grove, J.R. Martin, L. Murdock, 43 (1): 36-44.
G. Schwab, D.V. Sanford (eds.) Plant and
Soil Sciences. A Comprehensive Guide to Shefazadeh, M.K., M. Mohammadi, R.
Wheat Management in Kentucky. Karimizadeh, G. Mohammadinia. 2012.
Tolerance study on bread wheat
Modhej A., R. Farhoudi, A. Afrous. 2015. Effect genotypes under heat stress. Ann. Biol
of post-anthesis heat stress on grain Res. 3 (10): 4786-4789.
yield of barley, durum and bread wheat
genotypes. J Scientific Res Dev. 2 (6): Wahid A., S. Gelani, M. Ashraf, M.R. Foolad.
127-131. 2007. Heat tolerance in plants: An
overview. Environ. Exp. Bot. 61: 199-223.
Mohammadi M. 2012. Effects of kernel weight
and source-limitation on wheat grain Wahyu Y., P.S. Aditya, G.B. Sri. 2013.
yield under heat stress. African J. Adaptabilitas genotipe gandum
Biotechnol. 11 (12): 2931-2937. introduksi di dataran rendah. Buletin
Agrohorti 1 (1): 1-6.
Protic R, P. Jovin, N. Protic, S. Jankovic, Ž. Jovanovic.
2007. Mass of 1,000 grains in several Widyawati N., T.D. Kurnia, D. Murdono. 2015.
winter wheat genotypes, at different dates Dynamization performance of thrirteen
of sowing and rates of nitrogen fertilizer. wheat genotypes during three planting
Romanian Agric. Res. 24: 39-42. season for adaptation in tropical
lowland. Agrivita J. 37 (2): 115-122.
Puspita, Y.C., Widyawati, N., Murdono, D. 2013.
Penampilan Pertumbuhan dan Hasil Zahoor S.A., A. S, Altaf, M.G. Sughra, T.H.
Dua Belas Genotipe Gandum Ditanam Tanveer. 2014. Evaluation and selection
di Dataran Rendah dalam rangka of bread wheat genotypes grown under
Mencari Calon Tetua Adaptif Dataran different environments. Internat. Bio-
Rendah. Agric Jurnal Ilmu Pertanian. technol. Color J. 4 (1): 8-14.
24 (2): 9-18.
Zarei B.,A. Naderi, M.R.K Jalal, Sh. Lack,A. Modhej.
Rasul G., Q.Z. Chaudhry, A. Mahmood, K.W. 2013. Determination of physio-logical
Hyder. 2011. Effect of temperature rise traits related to terminal drought and heat
on crop growth and productivity. stress tolerance in spring wheat geno-
Pakistan J. Meteorology 8 (15): 53-62. types. J. Agric. Crop Sci. 5 (21): 2511-2520.

103
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 95 - 104

Zubaidi A., Budianto V.F.A., Wiresyamsi A.,


Abdurrahman H. 2014. Growth and yield
of wheat (Triticum aestivum) adapted
to lowland Lombok Island as an
alternative food crop for dryland. J.
Degraded and Mining Lands Management.
2 (1): 243-250.

***

104

You might also like