Pengaruh Jenis Rhizobakteria Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) - Merril)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No.

1, Januari 2018

Pengaruh Jenis Rhizobakteria terhadap Pertumbuhan dan


Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L). Merril)

I GEDE ARDYAWAN
I GUSTI NGURAH RAKA*)
I NENGAH ARTHA

Jurusan/Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana


Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali
*)
Email: [email protected]

ABSTRACT

The Influence of Type of Rhizobacteria on Growth and Yield of Soybean


Crops (Glycine Max (L). Merril)

This study aims to determine the type of rhizobacteria that have better ability in
increasing the growth and yield of soybean crops. The research was conducted in
August 2016 until December 2016, located in Angantaka Village, Abiansemal
District, Badung Regency. The design used was Randomized Block Design
consisting of 5 treatments, using 5 replications. This study observed plant height,
number of leaves, number of branches, leaf chlorophyll content, fresh weight of plant
parts above soil, fresh weight of underground plant parts, weight of oven dried above
ground plant parts, weight of oven dried underground plant part, root nodules per
plant, number of pods per plant, number of contained pods per plant, total weight of
seed per plant, weight of 1000 seeds, soybean yield per hectare.
The results showed that all four rhizobacteria RB35 (undis 1), RB36 (undis 3),
RB3 (kara benguk), and RB9 (lamtoro) were able to increase the growth and yield of
soybean crops. However, most effective of the four rhizobacteria are RB35 (Undis 1)
and RB36 (undis 3). The use of rhizobacteria RB35 (5.59 tons ha -1) and RB36 (5.47
tons ha-1) gave the highest yield of soybean and was not significantly different
between the two. Rhizobacteria RB35 (Undis 1) yielded 126.32% and rhizobacteria
RB36 (Undis 3) 121.46% compared with plants without rhizobacteria or control
(2.47 tons ha-1).

Keywords: Soybean, rhizobakteria, Yield and PGPR

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L). Merril) merupakan salah satu komoditi tanaman
pangan dari famili leguminoseae yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Rendahnya
produksi kedelai dalam negeri disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit
serta tanaman kurang mendapat pemeliharaan dari petani. Di samping itu, rendahnya
hasil juga disebabkan karena terjadinya degradasi serta kerusakan lahan akibat pola

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 93
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

pertanian konvensional saat ini yang lebih mengutamakan penggunaan input tinggi
seperti pupuk anorganik dan pestisida.
Aplikasi mikroba rhizosfer yang mampu meningkatkan pertumbuhan
tanamann atau mikroba yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman disebut
Plant Growth Promoting Rhizobacteria(PGPR).Hasil penelitian Mirah (2016)
menemukan 4 isolat Rhizobakteria yaitu RB35 (undis 1), RB36 (undis 3), RB3 (kara
benguk), dan RB9 (lamtoro) dalam membantu pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai di pot. Data penelitian menunjukkan isolat RB35 (undis 1) memiliki
kemampuan tertinggi dan terbaik dalam membantu pertumbuhan dan hasil kedelai.
Hal ini membuktikan bahwa bakteri tanah yang mendiami daerah perakaran undis
yang diinokulasi ke dalam benih mampu dan sangat baik membantu pertumbuhan
tanaman kedelai.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu rhizobakteri manakah yang
mempunyai kemampuan lebih baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
kedelai di lapangan ?

1.3 Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis rhizobakteria yang mempunyai
kemampuan lebih baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
di lapangan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu Mendapatkan informasi
tentang jenis rhizobakteria dan yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman kedelai di lapangan.

1.5 Hipotesis
Jenis Rhizobakteria RB35 (Undis 1) mempunyai kemampuan lebih baik untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di bandingkan dengan
rhizobakteria lainnya.

2. Metode Penelitian
2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2016sampai dengan bulan
Desember 2016, yang bertempat di Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal,
Kabupaten Badung.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan saat penelitian iniyaitu : alat tulis, penggaris, alat
pengukur klorofil daun (chlorophyll meter SPAD-502), gunting, oven, timbangan,

94 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

cangkul, kantong plastik,baki, label, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet mikro,vortex,


autoclave, electric sealer.
Bahan yang digunakan saat penelitian ini yaitu : benih kedelai varietas
Anjasmoro, formulasibiofertilizer (formulasi cair,), aquades, dan 4 isolat
rhizobakteria (RB35 sumber akar tanaman undis 1, RB36 sumber akar tanaman undis
3, RB3 sumber akar tanaman kara benguk, RB9 sumber akar tanaman lamtoro) yang
sudah diseleksi di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Udayana.

2.3 Rancangan Percobaan


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor.
Faktor yang di uji adalah jenis rhizobakteri yang terdiri atas 4 jenis rhizobakteri yaitu
: RB35 (Undis 1), RB36 (Undis 3), RB3 (Kara Benguk), RB9 (Lamtoro), dan 1
tanpa rhizobakteri (Kontrol). 4 jenis rhizobakteri adalah hasil yang diperoleh pada
penelitian Mirah (2016).Semua perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga
diperlukan 25 petak percobaan.

2.4 Pelaksanaan Percobaan


1. Persiapan sumber inokulum bakteri rhizobakteria.
Mempersiapkan 4 isolat rhizobakteria yang berasal dari 4 rhizosper tanaman,
didahului dengan pembuatan formulasi cair sebagai media pembawa rhizobakteria.
Prosedur pembuatannya sebagai berikut : penyiapan bahan seperti Aquades 1 liter,
gula pasir 20 gram, pepton 10 gram, dan kentang 250 gram,selanjutnya media
diinokulasi rhizobakteria dan diinkubasi selama 1 minggu. Dari biakan rhizobakteri
tersebut selanjutnya diencerkan dengan perlakuan 1 ml larutan rhizobakteria
ditambahkan 9 ml aquades kemudian dihomogenkan selama 15menit.
2. Perlakuan benih kedelai.
Sebanyak 500 biji kedelai diimbibisi kedalam 1 kantong media cair yang sudah
mengandung rhizobakteria dan diimbibisi selama 24 jam, sedangkan 1 kantong
kontrol hanya di rendam dengan air biasa tanpa mengandung rhizobakteria.
3. Penanaman dan penjarangan.
Setelah benih kedelai mendapatkan perlakuan imbibisi, benih selanjutnya
ditanam. Petakan dibuat dengan ukuran 1,75 meter x 1 meter, jarak antar petak
adalah 50 cm dan jarak tanam 25 cm x 25 cm, dan tiap lubang ditanam 3 butir benih
kedelai. Pembuatan lubang tanam dengan cara tugal dengan kedalaman ± 3 cm.
Setelah berumur 1 minggu diperjarang menjadi 2 tanaman perlubang dengan
memilih tanaman yang sehat, kuat serta seragam.
4. Pemeliharaan tanaman kedelai di lahan
Pemeliharaan tanaman kedelai berupa kegiatan penyiraman yang dilakukan
setiap 5 hari sekali. Penyiraman dilakukan dengan cara ngeleb atau dialiri air hingga
tanah pada petakan menjadi jenuh.Penyiangan dilakukan untuk menghindari

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 95
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

persaingan antara gulma dengan tanaman kedelai secara manual. Pengendalian OPT
(organisme pengganggu tanaman) dilakukan sesuai keperluan.
5. Pemanenan kedelai
Panen dilakukan pada saat 80% tanaman tiap perlakuan telah menunjukan
tanda-tanda kriteria panen.Kriteria panen adalah polong kedelai sudah berwarna
kuning kecoklatan secara merata, daun mengering dan sebagian besar tanaman telah
kering dan polong mudah dipecahkan.

2.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel dari setiap perlakuan yaitu :
1. Tinggi tanaman (cm)
2. Jumlah daun (helai)
3. Jumlah cabang (buah)
4. Kandungan klorofil daun (SPAD Unit)
5. Jumlah polong per tanaman (buah)
6. Jumlah polong berisi per tanaman (buah)
7. Berat biji per tanaman (g)
8. Berat 1000 biji(g)
9. Bintil akar pertanaman (butir)
10. Berat segar bagian tanaman di atas tanah (g)
11. Berat segar bagian tanaman di bawah tanah (g)
12. Berat kering oven bagian tanaman di atas tanah (g)
Berat kering oven di atas tanah =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
× 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝑣𝑒𝑛 𝑆𝑢𝑏 𝑆𝑒𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) .............................. (1)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑆𝑢𝑏 𝑆𝑒𝑚𝑝𝑒𝑙
13. Berat kering oven bagian tanaman di bawah tanah (g)
14. Prediksi hasil kedelai per hektar (ton)
prediksi dengan menggunakan hasil ubinan dengan rumus:
Luasan panen = Panjang x Lebar
𝐿𝑢𝑎𝑠 1 ℎ𝑎 𝑚2
Hasil per hektar = 𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑚2 × 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 (𝑘𝑔) ................ (2)

2.6 Analisis Data


Data hasil pengamatan ditabulasikan sehingga diperoleh nilai rat-rata.Nilai
rata-rata tersebut kemudian dianalisis keragaman sesuai dengan rancangan yang
digunakan. Apabila perlakuan menunjukan perbedaan nyata maupun sangat nyata
maka dilanjutkan dengan uji beda nilai rata-rata dengan ujiDuncan’s 5%.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil
Signifikansi kemampuan rizobakteria dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman kedelai menunjukkan semua Perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap
semua variabel yang diamati,seperti terlihat pada Tabel 1.

96 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

1. Tinggi tanaman
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki tinggi tanaman tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan
rhizobakteria RB 3, RB 9 dan termasuk kontrol sedangkan perlakuan RB 35 hanya
berbeda tidak nyata dengan perlakuan RB 36 seperti terlihat pada Tabel 2.
2. Jumlah daun
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 memiliki Jumlah daun tertinggi berbeda nyata dengan semua perlakuan
rhizobakteria RB 36, RB 3, RB 9 dan termasuk kontrol seperti terlihat pada Tabel 2.
3. Jumlah Cabang
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki Jumlah daun tertinggi berbeda nyata dengan semua perlakuan
rhizobakteria, dan termasuk kontrol seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Signifikansi Pengaruh beberapa jenis Rizobakteria terhadap Pertumbuhan


dan Hasil Tanaman Kedelai
No Variabel Pengamatan N- Signifikansi

1 Tinggi tanaman **
2 Jumlah daun **
3 Jumlah cabang **
4 Klorofil daun **
5 Berat segar bagian tanaman di atas tanah **
6 Berat segar bagian tanaman di bawah tanah **
7 Berat kering oven bagian tanaman di atas tanah **
8 Berat kering oven bagian tanaman di bawah tanah **
9 Bintil akar pertanaman **
10 Jumlah polong per tanaman **
11 Jumlah polong berisi per tanaman **
12 Berat total biji per tanaman **
13 Berat 1000 biji **
14 Hasil kedelai per hektar **
Keterangan : ** : berpengaruh sangat nyata

4. Kandungan klorofil
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki kandungan klorofil tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan
rhizobakteria RB 36, dan termasuk kontrol seperti terlihat pada Tabel 2.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 97
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

Tabel 2. Rata – rata Nilai Pengaruh Perlakuan Rhizobakteria terhadap Tinggi


Tanaman, Jumlah Daun, Jumlah Cabang, Kandungan Klorofil (SPAD)
Tinggi Jumlah Jumlah Klorofil
No Perlakuan
Tanaman Daun Cabang (SPAD)
1 RB 35 (Undis 1) 73,12 a 15,31 a 5,66 a 54,06 a
2 RB 36 (Undis 3) 72,90 ab 14,32 b 4,84 b 53,04 b
3 RB 3 (Kara Benguk) 71,72 bc 13,90 c 4,52 b 53,02 b
4 RB 9 (Lamtoro) 71,16 c 13,79 d 4,66 b 52,88 b
5 Kontrol 61,52 d 11,13 e 2,42 c 47,18 c
Keterangaan : Angka – angka yang di ikuti dengan huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada Uji Duncant
taraf 5%

5. Berat Segar Bagian Tanaman di atas tanah


Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 tidak berbeda nyata dengan rhizobakteria RB 36, RB 3, dan RB 9, namun berbeda
nyata dengan perlakuan kontrol seperti terlihat pada Tabel 3.
6. Berat Segar Bagian Tanaman di bawah tanah
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki berat segar bagian tanaman di bawah tanah tertinggi berbeda nyata
dengan perlakuan RB 3, RB 9 dan kontrol namun tidak berbeda nyata dengan RB
36seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel3. Pengaruh Perlakuan Rhizobakteria terhadap Berat Segar Bagian Tanaman di


Atas Tanah (daun,batang, dan polong), Berat Segar Bagian di Bawah Tanah
(akar), Berat Kering Oven Tanaman di Atas Tanah (daun,batang, dan
polong), Berat Kering Oven di Bawah Tanah (akar)
Berat
Berat Segar Berat tanaman Berat tanaman
Segar
tanaman di atas tanah dibawah tanah
No Perlakuan tanaman
dibawah Kering Oven Kering Oven
diatas
tanah (g) (g) (g)
tanah (g)
1 RB 35 (Undis 1) 23,14 a 22,91 a 7,80 a 9,27 a
2 RB 36 (Undis 3) 20,32 a 21,70 a 7,62 ab 9,24 a
3 RB 3 (Kara 19,52 a 17,02 b 7,03 c 7,96 b
Benguk)
4 RB 9 (Lamtoro) 20,22 a 18,49 b 7,13 bc 8,58 ab
5 Kontrol 13,27 b 9,81 c 4,52 d 4,18 c
Keterangaan : Angka – angka yang di ikuti dengan huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada Uji Duncant
taraf 5%

98 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

7. Berat Kering Oven Tanaman di atas tanah


Berat kering oven tanaman di atas tanah merupakan hasil penimbangan batang,
daun, dan batang yang telah di oven. Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan
bahwa perlakuan rizhobakteri RB 35 yang memiliki berat kering oven tanaman di
atas tanah berbeda nyata dengan perlakuan rhizobakteria RB 3, dan termasuk kontrol
seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Rhizobakteria terhadap Bintil Akar, Jumlah Polong,


dan Jumlah Polong Berisi.
Bintil akar Jumlah Polong Jumlah Polong
No Perlakuan
( butir) (buah) Berisi (buah)
1 RB 35 (Undis 1) 40,8 a 313 a 269,4 a
2 RB 36 (Undis 3) 39,8 a 306 a 246,8 a
3 RB 3 (Kara Benguk) 34,8 b 207,4 b 208,4 b
4 RB 9 (Lamtoro) 36,2 b 292,2 a 242,6 a
5 Kontrol 28 c 149,4 c 144,2 c
Keterangaan : Angka – angka yang di ikuti dengan huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada Uji Duncant
taraf 5%

8. Berat Kering Oven Tanaman di bawah tanah


Berat kering oven tanaman di bawah tanah merupakan hasil penimbangan akar
yang telah di oven. Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan
rizhobakteri RB 35 yang memiliki berat kering oven tanaman di bawah tanah
berbeda nyata dengan perlakuan rhizobakteria RB 3, dan termasuk kontrol seperti
terlihat pada Tabel 3.3.
9. Jumlah Bintil Akar
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki jumlah bintil akar tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan RB 3
dan kontrol seperti terlihat pada Tabel 4.
10. Jumlah Polong
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki jumlah polong tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan
rhizobakteria RB 3, dan termasuk kontrol seperti terlihat pada Tabel 4.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 99
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Rhizobakteria terhadap Berat Total Benih, Berat 1000
biji, dan Hasil Kedelai per Hektar.
Berat Total Biji Berat 1000 Hasil Kedelai
No Perlakuan
(g) biji (g) per Hektar (t/ha)
1 RB 35 (Undis 1) 103,9 a 177,42 a 5,55 a
2 RB 36 (Undis 3) 101,3 a 174,77 a 5,47 a
3 RB 3 (Kara Benguk) 94,92 b 164,23 b 5,18 b
4 RB 9 (Lamtoro) 94,78 b 164,45 b 5,09 b
5 Kontrol 46,46 c 152,67 c 2,47 c
Keterangaan : Angka – angka yang di ikuti dengan huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada Uji Duncant
taraf 5%

11. Jumlah Polong Berisi


Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki Jumlah polong berisi tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan
rhizobakteria RB 3, dan termasuk kontrol seperti terlihat pada Tabel 4.
12. Berat Total Biji per Tanaman
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki berat total bijitertinggi berbeda nyata dengan perlakuan RB 3 dan
kontrol seperti terlihat pada Tabel 5.
13. Berat 1000 Biji
Hasil analisis uji duncant 5% menunjukkan bahwa perlakuan rizhobakteri RB
35 yang memiliki berat 1000 biji tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan
rhizobakteria RB 3, dan termasuk kontrol seperti terlihat pada Tabel 5.
14. Hasil Kedelai per Hektar
Hasil analisis uji duncant 5% terhadap hasil kedelai per hektar menunjukkan
bahwa perlakuan rizhobakteri RB 35 tidak berbeda nyata dengan RB 36, namun
berbeda nyata dengan perlakuan rhizobakteria RB 3, dan termasuk kontrol seperti
terlihat pada Tabel 5.

3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan
rhizobakteria yang diaplikasikan pada tanaman kedelai mempunyai pengaruh yang
sangat nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.Dari
keempat rhizobakteria tersebut, rhizobakteri yang memiliki kemampuan lebih tinggi
yaitu rhizobakteria RB35.Perlakuan RB35 memiliki kemampuan lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan rhizobakteria yang lainnya dalam hal meningkatkan
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, kandungan klorofil daun dan jumlah
bintil akar, serta mempunyai berat segar tanaman baik di atas tanah maupun di
bawah tanah dan berat kering oven di atas tanah dan di bawah tanah. Hal ini sejalan
dengan penelitian Kloepper dan Scroth (1978) yang menemukan bakteri tanah yang

100 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

mendiami daerah perakaran dan diinokulasi ke dalam benih ternyata mampu


meningkatkan pertumbuhan tanaman.Pada fase vegetatif rhizobakteria yang memiliki
kemampuan lebih baik dalam membantu pertumbuhan tanaman kedelai
dibandingkan dengan rhizobakteria yang lain yaitu rhizobakteria RB35, hal ini bisa
terjadi karena rhizobakteria RB 35 di perkirakan memiliki kemampuan beradaptasi
dengan baik di lingkungan perakaran kedelai dan bersimbiosis dengan akar kedelai
sehingga dapat membantu menyediakan kebutuhan tanaman dengan kemampuan
kerja rhizobakteria.
Pengaruh Rhizobakteria dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman terjadi
melalui bermacam-macam mekanisme, diantaranya fiksasi nitrogen bebas sehingga
dapat dimanfaatkan oleh tanaman, produksi siderofor yang mengkhelat besi (Fe) dan
membuatnya tersedia bagi akar tanaman, melarutkan mineral seperti fosfor dan
sintesis fitohormon (Dewi, 2007).Selain akar berfungsi sebagai alat pengangkut air
maupun unsur hara yang ada di dalam tanah, akar tanaman juga merupakan tempat
terbentuknya bintil akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat perlakuan
rhizobakteria mampu meningkatkan jumlah bintil akar seperti rhizobakteria RB35
(40,8 buah), RB36 (39,8 buah), RB3 (34,8 buah), dan RB 9 (36,2 buah). Perlakuan
rhizobakteria RB 35 memiliki pengaruh tertinggi dalam meningkatkan jumlah bintil
akar, sedangkan perlakuan rhizobakteria yang memiliki pengaruh rendah yaitu RB3
dan termasuk kontrol dalam meningkatkan jumlah bintil akar. Semakin besar bintil
akar atau semakin banyaknya bintil akar maka semakin besar nitrogen yang didapat
sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman (Martini dan Margiono, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan keempat rhizobakteria memiliki hasil per hektar
yaitu : RB35 (5,59 t/ha), RB36 (5,47 t/ha), RB3 (5,18 t/ha), dan RB9 (5,09 t/ha). Dari
keempat rhizobakteria didapatkan dua hasil per hektar yang memiliki kemampuan
yang efektif dalam memberikan hasil kedelai tertinggi dan berbeda tidak nyata antara
keduanya yaitu RB35 (126,32%) dan RB36 (121,46%) dibandingkan dengan
tanaman yang tanpa rhizobakteria atau kontrol yaitu (2,47 t/ha), hal ini dikarenakan
kedua rhizobakteria tersebut memiliki jumlah cabang yang tinggi sehingga
berpeluang terbentuknya bunga dan peluang tempat menghasilkan polong semakin
besar sehingga jumlah polong menjadi meningkat, dengan berat biji yang dihasilkan
menjadi tinggi dan berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan hasil kedelai.

4. Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Keempat rhizobakteria yaitu RB35 (undis 1), RB36 (undis 3), RB3 (kara
benguk), dan RB9 (lamtoro) mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai. Namun dari keempat rhizobakteria tersebut yang paling efektif yakni RB35
(Undis 1) dan RB36 (undis 3). Pemakaian rhisobakteria RB35 (5,59 t/ha) dan RB36
(5,47 t/ha) tersebut memberikan hasil kedelai tertinggi dan berbeda tidak nyata antara
keduanya. Rhizobakteria RB35 (Undis 1) memberikan hasil sebesar 126,32 % dan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 101
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018

rhizobakteria RB36 (Undis 3) sebesar 121,46 % dibandingkan dengan tanaman yang


tanpa menggunakan rhizobakteria atau kontrol (2,47 t/ha).

4.2 Saran
Rhizobakteria RB35 (Undis 1) dan RB36 (Undis 3) mempunyai kemampuan
lebih baik dari keempat rhizobakteria terhadap pertumbuhan dan meningkatkan hasil
tanaman kedelai sekala lapangan dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
menggunakan tanaman yang sama dengan lokasi yang berbeda agar mengetahui
apakah rhizobakteria bisa berkembang baik dan mampu membantu pertumbuhan
hasil tanaman di lokasi yang berbeda.

Daftar Pustaka
Dewi, I. 2007. Rhizobakteria Pendukung Pertumbuhan Tanaman. Makalah. Fakultas
Pertanian, Universitas Padjajaran. Jatinagor.halm52.
Hutabarat, R. 2010. PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).Buletin
Pertanian, 28 Maret 2010. Yogyakarta
Kloepper, J.W., Leong, J., Teintze, M. & Schroth, M.N. 1980.Enhanced plant
growthby siderophores produced by plant growth-promoting rhizobakteria.
Nature. 286:885-886.
Martani dan Margino.2005.Penambatan Nitrogen oleh Rhizobium. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Mirah Lestianingrum. A. G. 2016. Uji Kemampuan Beberapa Isolat Rhizobakteria
Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasilkedelai (Glycine Max (L).
Merril).Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. 54 hal.
Raka, I. G. N 1993.Studi Produksi Benih Kedelai (Glycine max L.) dengan Budidaya
Basah.Tesis.Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

102 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT

You might also like