Perubahan Sosial Masyarakat Melalui Gerakan Bank Sampah: Studi Pada Bank Sampah Gemah Ripah: Kajian Di Desa Badegan Kabupaten Bantul Yogyakarta
Perubahan Sosial Masyarakat Melalui Gerakan Bank Sampah: Studi Pada Bank Sampah Gemah Ripah: Kajian Di Desa Badegan Kabupaten Bantul Yogyakarta
Perubahan Sosial Masyarakat Melalui Gerakan Bank Sampah: Studi Pada Bank Sampah Gemah Ripah: Kajian Di Desa Badegan Kabupaten Bantul Yogyakarta
207-222
Terakreditasi DIKTI SK. No. 21/E/KPT/2018
ABSTRACT
The changes that occur in the community with the presence of the waste bank
program will undoubtedly pass through a process that takes place gradually and involves
the role of the independent agency that is very unusual. Therefore, the research objectives
here is to analyze the stages of changes going on in society as a result of the existence of
the Waste Bank and parse variables agent role in those changes. This research used the
qualitative method with descriptive, i.e., design studies that give a picture carefully
regarding certain individuals or groups about the circumstances and symptoms occur
and then be matched with the prevailing theory. Data collection is done by observation
and FGD. Persistence and effort drive the large and structured society that eventually
led to the results shown by the number of benefits obtained with the existence of waste
bank. The strategy that carried Gemah Ripah waste Bank to remain active up to now
serve with the emphasis on children's education, do innovations, using such modern bank
management, expand networks and provide socialization and accompaniment to the new
waste banks.
Keywords: Social change, Agent of change, Waste Bank
ABSTRAK
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dari adanya bank sampah
tentu akan melewati suatu proses yang berlangsung secara bertahap dan melibatkan
peran agen peubah yang sangat luar biasa. Oleh karena itu tujuan penelitian di sini
adalah untuk menganalisis tahapan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat sebagai
akibat dari keberadaan Bank Sampah dan mengurai peran agen peubah di dalam
perubahan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan disain
deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu
atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi kemudian dicocokkan
dengan teori yang berlaku. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan FGD.
Kegigihan dan usaha menggerakan masyarakat yang masif dan terstruktur akhirnya
membuahkan hasil yang ditunjukkan dari manfaat yang diperoleh dari keberadaan bank
sampah. Strategi yang dilakukan Bank Sampah Gemah Ripah untuk tetap aktif melayani
sampai sekarang dengan menekankan pada edukasi anak, melakukan inovasi-inovasi,
menggunakan manajemen seperti bank modern, meluaskan jaringan dan memberikan
sosialisasi serta pendampingan ke bank sampah - bank sampah lain yang masih baru.
Kata kunci: perubahan sosial, agen peubah, bank sampah
PENDAHULUAN
Sampah, salah satu masalah baik di kota besar maupun pelosok desa yang
hingga saat ini masih menjadi perhatian untuk diatasi. Perilaku hidup tidak
sehat yang ditunjukkan masyarakat dengan membakar, menimbun, membuang
sampah sembarangan baik dipinggir jalan bahkan di sungai, memberikan
dampak bagi lingkungan dan kesehatan, seperti timbulnya bencana alam,
munculnya berbagai penyakit, perubahan iklim, dan lain sebagainya. Hal ini
perlu penanganan dan kepedulian dari masyarakat untuk mengurangi dan
mencegah kerusakan lingkungan yang lebih luas lagi.
Sangat sulit untuk melakukan perubahan secara alami menuju masyarakat
yang peduli lingkungan apabila masyarakat masih mempertahankan pola
pengelolaan sampah yang sudah berlangsung secara turun temurun seperti itu.
Sehingga perubahan itu harus direkayasa oleh agen perubahan (change of agent)
melalui suatu perubahan yang direncanakan dan dikemas dalam suatu program
yang dapat memberdayakan komunitas dalam menangani sampah. Perubahan
terencana dengan proses pembelajaran yang mampu mensinergikan inovasi dan
nilai budaya setempat diharapkan akan menjadi ujung tombak dalam
perubahan sosial yang lebih luas. Proses pembelajaran ditujukaan untuk
mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan melalui perubahan cara berpikir
dan berperilaku sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam aksi pengelolaan
sampah.
Kehadiran Bank Sampah sebagai tempat pengolahan sampah rumah
tangga khususnya di Yogyakarta sangat marak. Bank Sampah - Bank Sampah
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Bank Sampah Gempah Ripah sebagai salah satu
lembaga yang aktif mengedukasi masyarakat dalam mengelola sampah.
Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat
sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode
penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan,
mengolah, dan menganalisis data. Dalam penelitian ini digunakan metode
kualitatif dengan disain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran
secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan
gejala yang terjadi kemudian dicocokan dengan teori yang berlaku. Informan
Utama dalam penelitian ini adalah Pengurus inti dari Bank Sampah Gemah
Ripah, sedangkan informan nasabah bank sampah ditentukan dengan metode
snowball. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan FGD. Observasi
dilakukan dengan mengamati dan ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan
oleh Bank Sampah Gemah Ripah maupun masyarakat yang sudah tergabung
sebagai nasabah. Proses penyusunan laporan dilakukan dengan mengacu pada
tahapan penelitian kualitatif dari Miles dan Huberman (1992) yaitu:
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Metode penelitian kualitatif seperti ini sering dilakukan pada beberapa
penelitian yang mengkaji program pemberdayaan masyarakat, antara lain oleh
Triyono (2014), Kurniawati et al. (2013), serta Miradj dan Sumarmo (2014).
Tahapan Unfreezing
Tahapan proses penyadaran tentang perlunya suatu perubahan. Setiap
permasalahan dalam kehidupan sistem sosial muncul sebagai akibat dari
adanya ketidakseimbangan dalam sistem. Adanya Motivasi yang kuat untuk
beranjak dari keadaan semula dan mengubah keseimbangan yang ada,
sehingga perlu siap untuk berubah atau melakukan perubahan. Hal ini yang
dirasakan oleh Bapak Bambang sebagai agen yang melihat fenomena kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Apabila dicermati, akar masalah dari kurangnya kesadaran ini adalah
keterbatasan pengetahuan masyarakat dan ketidakpedulian dalam menangani
limbah/sampah rumah tangga dan lingkungan, sehingga mereka terjebak
dengan ketidakberdayaan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang sudah
dijalani secara turun temurun, seperti membakar, menimbun bahkan
membuang sampah di pinggir jalan atau bahkan di sungai, yang sebenarnya
justru akan merugikan mereka sendiri karena begitu banyak dampak negatif
yang akan ditimbulkan. Beliau menyadari, bahwa situasi ini tidak dapat
dilakukan secara sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara kolektif,
kerjasama dan koordinasi yang baik dari semua pihak. Sehingga kemudian,
proses sosialisasi menangani sampah ini mulai dilakukan, khususnya terhadap
orang-orang terdekat yang ada di lingkungan sendiri. Koordinasi dan kerjasama
merupakan usaha yang dilakukan untuk menyingkap fenomena
keterbelakangan, menghilangkan rintangan-rintangan budaya seperti sikap-
sikap tradisonal, pasrah pada nasib dan ketergantungan, ketidakpedulian, baik
secara individual ataupun kolektif. Sehingga peran seorang agen perubahan
baik dari luar atau dalam sistem sosial untuk mengatasi suatu persoalan
sangatlah besar.
Setiap manusia pasti bisa berubah, adalah asumsi yang digunakan Pak
Bambang ketika akan memulai menyadarkan dan menggerakkan masyarakat,
dimana ada situasi sosio-psikologis yang akan membuat individu atau
masyarakat menjadi aktif dan dinamis dalam mengejar kemajuan. Oleh karena
itu, sebagai seorang agen perubahan haruslah dapat merangsang masyarakat
untuk belajar bersama dan bekerjasama dalam kelompok atau komunitasnya.
Dalam proses belajar bersama, akan mengubah pengalaman-pengalaman
pribadi menjadi pengetahuan kolektif, dapat melakukan perubahan dari sisi
intelektualitas, emosional, sosial dan spiritual. Akan ada peningkatan kapasitas
individu dari proses belajar bersama. Dalam bekerja sama, akan dapat
meningkatkan pola hubungan kerja yang produktif, komunikasi yang efektif,
perilaku saling menumbuhkan dan skala manfaat yang lebih besar.
Aspek Lingkungan:
a) Keberadaan bank sampah mengurangi pencemaran lingkungan, karena
sampah tidak lagi dibakar dan ditimbun, tetapi ditabung di bank sampah.
Ekonomi
a) Bagi masing-masing keluarga yang menabung di bank sampah, maka akan
ada penerimaan tambahan bagi rumah tangga. Selain itu, uang yang
ditabung di bank sampah dapat digunakan untuk membeli pulsa dengan
sistem debet sebagai salah satu bentuk layanan yang lain dari bank sampah.
b) Memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
c) Kas RT mendapatkan pemasukan tambahan dari sampah
Beberapa hal yang dilakukan oleh Bank Sampah Gemah Ripah untuk
mempertahankan dan meningkatkan apa yang sudah dicapai antara lain:
a. Sosialisasi yang terus menerus. Meskipun sudah mendapatkan tempat
ditengah masyarakat yang lebih luas tetapi bank sampah masih melakukan
sosialisasi. Bila pada awalnya sosialisasi hanya dilakukan dengan saluran
personal, tetapi sekarang sudah menggunakan media cetak baik leaflet,
spanduk, ataupun baliho mini yang dapat dijumpai disekitaran lokasi Bank
Sampah Gemah Ripah. Selain itu, Bank Sampah Gemah Ripah
mendapatkan efek positif dan promo gratis dari pemilik blog pribadi dan
media sosial yang menuliskan kepuasan mereka ketika berkunjung dan
belajar di bank sampah ini. Sehingga promo gratis melalui e-WOM
((elektronik word of mouth) membuat Bank Sampah Gemah Ripah semakin
dikenal khususnya oleh mereka yang berdomisili jauh dari Kota Yogyakarta.
b. Membangun jaringan dengan bank sampah-bank sampah dari berbagai
penjuru nusantara dan juga stakeholders lainnya.
c. Membuat bank sampah sebagai tempat edukasi dengan menempatkan anak-
anak sebagai kelompok penerima manfaat dengan memfasilitasi diri
menjadi sanggar anak-anak untuk pengembangan minat dan bakat.
d. Membuat terobosan-terobosan (inovasi) dalam kegiatan pengolahan
sampah. Misalnya dengan kegiatan mengubah sampah jadi bahan bernilai
ekonomis, dimana hasil produksi dari daur ulang sampah dapat kita lihat
dan beli didistro sampah yang disediakan oleh bank sampah.
Memasyarakatkan pembuatan kompos yang digunakan untuk melakukan
pemupukan di lahan sendiri. Melakukan recycling dari bahan-bahan bekas
untuk penyaring air, hidroponik, atau alat lain dimana contohnya sudah
tersedia sehingga dapat diadopsi dan dimodifikasi oleh mereka yang
berminat. Termasuk inovasi terbaru, pengolahan minyak goreng bekas
sebagai bahan bakar. Untuk pengolahan minyak ini Bank Sampah Gemah
Ripah bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta.
e. Memperbaiki mekanisme bank sampah dengan menggunakan konsep
manajemen bank modern. Bank sampah menyediakan buku
tabungan/setoran sampah khusus sehingga masyarakat merasa aman dan
tenang dengan sistem tersebut.
f. Memperbaiki dan memperluas tempat usaha. Dalam hal ini Bank Sampah
mendapatkan bantuan dari dana CSR PLN untuk membangun tempat yang
lebih luas dengan lahan yang dibeli dari hasil keuntungan bank sampah.
g. Melakukan kaderisasi dengan melibatkan remaja dan anak-anak di berbagai
kegiatan yang berbau lingkungan seperti menggambar, gerakan ayo bersih-
bersih dan lain sebagainya.
Jelas sekali terjadi rentetan perubahan yang terjadi sebagai akibat
keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah yang menunjukkan terjadinya proses
sosial sebagaimana yang dikemukakan oleh Pitirim Sorokin (1889-1968), dimana
konsep proses sosial menunjukkan: 1) berbagai perubahan, 2) mengacu pada
sistem sosial yang sama, 3) saling berhubungan sebab akibat, dan 4) perubahan
itu saling mengikuti satu sama lain dalam rentetan waktu tertentu (Sztompka,
2014).
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ranjabar (2015), bahwa perubahan
dalam kehidupan masyarakat tidak mungkin berhenti pada satu titik. Proses
perubahan sosial dalam bidang kehidupan tertentu akan diikuti oleh bidang
lainnya karena struktur lembaga kemasyarakatan sifatnya saling jalin menjalin.
Disamping itu, lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit
sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga sosial tertentu saja, karena
proses awal perubahan sosial dan proses selanjutnya merupakan satu mata
rantai yang tak terpisahkan. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan,
perubahan yang terjadi juga menyebabkan perubahan pada aspek lain yang
karena keterbatasan sehingga luput dari pengamatan penulis.
Simpulan
Hal yang menarik dicermati dalam keberhasilan komunitas Bank Sampah
Gemah Ripah untuk berada pada pencapaian yang sekarang adalah peran dari
Pak Bambang Suwerda dan tim sebagai change of agent bagi masyarakat.
Kegigihan dan usaha menggerakkan masyarakat yang masif dan terstruktur
akhirnya membuahkan hasil yang ditunjukkan dari banyaknya manfaat yang
diperoleh dengan keberadaan bank sampah. Strategi yang dilakukan Bank
Sampah Gemah Ripah untuk tetap aktif melayani sampai sekarang dengan
menekankan pada edukasi anak, melakukan inovasi-inovasi, menggunakan
manajemen seperti bank modern, selalu menekankan keterbukaan antara
Saran
Pengembangan bank sampah ke depan perlu mendapatkan dukungan dan
peran dari pemerintah daerah khususnya dan juga swasta yang mempunyai
kepedulian dalam sosialisasi dan pemberian bantuan/pinjaman modal bagi para
pelaku untuk mengembangkan bank sampah. Perlu adanya inovasi-inovasi
melalui penelitian dari kalangan akademisi berkaitan dengan teknologi yang
dapat meningkatkan nilai dan kemanfaatan dari sampah yang lebih tinggi dan
dapat dirasakan untuk masyarakat yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Afiff, Faisal. 2013. Alternatif Model Manajemen Perubahan. Diunduh dari
http://www.fe.unpad.ac.id pada 16 Desember 2014.
Asteria, D. dan M, Heruman. 2016. Bank Sampah sebagai Alternatif Strategi
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Jurnal
Manusia dan Lingkungan. 23(1):136-141. Maret 2016.
Kurniawati, D.P., B. Supriyono., dan I. Hanafi. 2013. Pemberdayaan Masyarakat
di Bidang Usaha Ekonomi, Jurnal Administrasi Publik. 1(4):9-14.
Mardikanto, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian, Surakarta: LPP-UNS
dan UNS Press.
Melyanti, I.M. 2014. Pola Kemitraan Pemerintah, Civil Society, dan Swasta dalam
Program Bank Sampah di Pasar Baru Kota Probolinggo. Jurnal Kebijakan
dan Manajemen Publik. 2(1): Januari 2014.
Miles, M.B., dan A.M. Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru, Jakarta: UI –Press.
Miradj, S. dan Sumarmo. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui
Proses Pendidikan Nonformal Upaya Meningkatkan Kesejahteraan
Sosial di Kabupaten Halmahera Barat, Jurnal Pendidikan dan
Pemberdayaan Masyarakat, 1(1):101-112. Maret 2014.