Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan F
Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan F
Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan F
net/publication/319217438
CITATIONS READS
0 558
2 authors, including:
Dwi Sulisworo
Ahmad Dahlan University
65 PUBLICATIONS 89 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Eco-tourism for improving prosperity and maintaining sustainable development View project
Is drill and practice still an effective strategy on mobile learning application to improve student understanding View project
All content following this page was uploaded by Dwi Sulisworo on 24 December 2017.
Abstract
The background of this quasy experimental research is the lack of students’ independency in
carrying out experiments, the low integration of information technology to explore student
ability, also PLE approach that has not been widely implemented in learning. The purpose of
this research, which is implemented PLE approach in the physics experiment to increase:
independent and experiment abilities also the skill to make experiment report of high school
student. The research was conducted from April until May 2015 at senior high school at
Yogyakarta. The results of the research show that implementation PLE in the experiment:
affect students in the determine the converging lens focus; in adjust theory and experimental
purpose; and to conclude the experimental process and report.
Keywords: Personal Learning Environtments, physics experiment, independent.
Abstrak
Penelitian eksperimen ini dilatarbelakangi kekurang mandirian siswa berpraktikum, kurang
maksimalnya peran teknologi informasi untuk menggali potensi siswa, serta pendekatan PLE
yang belum banyak diimplementasikan di pembelajaran. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu
mengimplementasikan pendekatan PLE pada praktikum fisika untuk meningkatkan
kemandirian, kemampuan praktikum serta keterampilan membuat laporan praktikum fisika
pada siswa SMA. Penelitian dilakukan bulan April hingga Mei 2015 di SMA Negeri 3
Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan implementasi PLE dalam praktikum:
mempengaruhi kemampuan siswa menentukan fokus lensa cembung; menghubungkan dasar
teori dengan tujuan praktikum; dan menyimpulkan hasil praktikum (proses maupun laporan).
Kata-kata Kunci: Personal Learning Environtments, praktikum fisika, kemandirian.
PENDAHULUAN
Fisika merupakan keilmuan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan menggunakan
kegiatan praktikum sebagai sarana untuk memudahkan siswa memahami materi. Namun justru
kebanyakan siswa tidak memahami korelasi antara praktikum yang dilakukan dengan materi, siswa
menjadi kurang mandiri dan kurang mampu berpraktikum hingga berimbas pada pembuatan laporan
praktikum. Oleh karenanya dibutuhkan rancangan praktikum fisika yang dapat meningkatkan
kemandirian, kemampuan praktikum, serta kemampuan menyusun laporan praktikum.
PLE dapat digunakan sebagai pendekatan yang menghargai kemampuan siswa secara personal.
Dalam pendekatan ini, semua siswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan pembelajaran sesuai
dengan kecepatan menyerap keilmuan. Dan internet merupakan fasilitas penunjang yang sangat
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1
JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433 Halaman 74
dibutuhkan dalam impelmentasi pendekatan PLE, mengingat kemampuannya untuk melakukan akses
keilmuan yang sangat luas dan dan mudah didapatkan. Maka diharapkan pendekatan PLE dengan
ditunjang oleh internet dapat digunakan untuk merancang sebuah praktikum yang diharapkan mampu
meningkatkan kemandirian, kemampuan berpraktikum, serta kemampuan membuat laporan
praktikum.
Dicke (2010) menyatakan bahwa PLE adalah sebuah pendekatan atau cara pandang e-learning
dilihat dari sudut pandang pengalaman belajar mandiri siswa/pengguna yang melihat e-learning
sebagai aktivitas yang biasa dilakukan seseorang ketika online, tools-nya bebas, bisa dengan social
networking, blog atau tools lainnya. Setiap saat ketika online, belajar sesuatu melalui search engine,
social networking, weblog, dan lain-lain itulah yang disebut sebagai PLE.
Skrabut menjelaskan tentang PLE utamanya merupakan skema pengaturan berdasarkan komputer
untuk pembelajaran yang diatur oleh diri sendiri. Istilah PLE menggambarkan alat, komunitas, dan
layanan yang membuat individu pebelajar untuk memimpin dirinya sendiri belajar dan mengejar
tujuan pendidikan. Sehingga pembelajaran saat ini bukan lagi terbatas pada proses penyampaian
berita kepada siapapun .
PLE secara relatif merupakan sebuah fenomena yang baru dalam domain e-learning.
Penggunaanya dimotivasi oleh beberapa hal berikut, yaitu: (a) kebutuhan life long learners untuk
sebuah sistem yang menyediakan interface standard system e-learning untuk institusi berbeda yang
mengijinkan pertukaran informasi portofolio, (b) respon pendekatan pedagogik yang mengharuskan
untuk belajar dengan e-learning berada di bawah kontrol pebelajar itu sendiri, (c) kebutuhan
pebelajar yang terkadang melakukan aktivitas belajar offline (Mark 2006).
PLE mempunyai beberapa manfaat daripada sistem manajemen pembelajaran tradisional. PLE
secara alami dibuat untuk pebelajar yang berpusat pada lingkungan, karena pebelajar mengontrol
seluruh lingkungan. PLE secara bersamaan membawa bermacam-macam lingkungan kerja, belajar,
dan bermain. Lingkungan belajar adalah berbagai lokasi fisik, konteks dan budaya di mana peserta
didik belajar.
Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang sesuai dalam pendekatan saintifik yang diterapkan
oleh kurikulum 2013. Dalam sebuah rangkaian praktikum, selain melakukan percobaan, tentunya
diperlukan kegiatan lain untuk mengkomunikasikan hasil praktikum agar dapat diketahui oleh orang
lain atau publik di luar praktikan, yaitu dengan penulisan laporan praktikum. Mauliyani (2014)
menyatakan bahwa laporan praktikum merupakan hasil kerja praktikum yang ditulis dalam bentuk
laporan. Harry Firman dalam Mauliyani (2014) menyatakan bahwa sebuah laporan praktikum yang
lengkap terdiri atas komponen-komponen seperti tujuan, teori, alat dan bahan, prosedur percobaan,
hasil pengamatan, pembahasan, dan kesimpulan.
Cara kerja lensa didasari oleh teori pembiasan cahaya. Giambattista (2010) menyatakan bahwa
saat cahaya lewat dari satu medium transparent ke medium lain, maka panjang gelombang akan
berubah (kecuali kecepatan cahaya dalam dua media adalah sama) jika frekuensi tetap. Tambahan,
prinsip Huygens membantu memahami mengapa seakan terjadi perubahan arah sinar saat melewati
batasan di antara dua media, fenomena inilah yang disebut refraksi
Halliday (2010) menjelaskan lensa merupakan objek tembus pandang dengan dua permukaan
pembias yang memiliki sumbu utama berhimpit. Ketika sebuah lensa dikeliling udara, sinar membias
dari udara ke lensa, menembus lensa, dan kemudian dibiaskan kembali ke udara. Setiap pembiasan
dapat mengubah arah perjalanan.
Young (2010) menyebutkan bahwa refraksi pada permukaan bola adalah sebuah antarmuka bola
di antara dua material optis dengan indeks refraksi yang berbeda.Berdasarkan apa yang terjadi pada
sinar saat melewati lensa, lensa dapat diklasifikasikan menjadi divergen dan konvergen. Dalam
penelitian ini yang akan dibicarakan lebih spesifik adalah lensa tipis, yaitu lensa yang bagian paling
tebalnya relatif tipis dibandingkan jarak objek, jarak bayangan, dan jari-jari kelengkungan dari dua
permukaan lensa.
Setiap lensa mempunyi dua titik fokus. Jarak antara setiap titik fokus dan pusat optik merupakan
panjang fokus lensa. Hanya dibutuhkan dua sinar untuk menggambar tempat pembentukan bayangan
pada lensa tipis, sinar ketiga untuk memastikan. Ketiga sinar itu disebut sinar utama. Sinar utama
yang ketiga digunakan membuat titik fokus kedua yang berada di sisi berlawanan dari titik fokus
utama. Dari segitiga EGC dan DBC yang mirip, didapatkan:
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1
JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433 Halaman 75
h h' (1)
tan
p q
Untuk gambar yang terbalik, h’ bernilai negatif, –h sama dengan BD. Sehingga persamaan
perbesaran lensa:
h' q (2)
m
h p
Dari dua segitiga lain yaitu ACF dan DBF, didapatkan :
h h
tan (3)
f q f
q f h' q
(4)
f h p
Jika semuanya dibagi q, maka didapatkan persamaan :
1 1 1 (5)
p q f
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan di SMA N 3 Yogyakarta pada
bulan April hingga Mei 2015. Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas, dipilih kelas X MIA 4
sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan praktikum dengan pendekatan PLE, dan kelas X
MIA 6 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan praktikum biasa. Materi yang dipilih adalah
praktikum lensa cembung.
Terdapat enam variabel yang dibahas, yaitu pendekatan PLE dalam praktikum fisika (variabel
bebas), kemampuan dan kemandirian siswa melaksanakan praktikum fisika, keterampilan membuat
laporan praktikum (variabel terikat), serta guru, materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran (variabel
kontrol).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi dalam pre test dan post test. Data juga didapatkan
dari angket dan hasil penilaian laporan praktikum yang mengacu pada rubrik. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan uji one way anova dalam program SPSS 16 yaitu untuk mengetahui signifikansi
beda rata-rata dua kelompok. Dengan demikian akan diketahui ada tidaknya perbedaan antara kelas
kontrol dan eksperimen setelah diberi perlakuan. Terdapat dua jenis hipotesis yang diuji, yaitu
kemandirian dan kemampuan siswa berpraktikum (8 hipotesis), serta kemampuan siswa membuat
laporan praktikum (4 hipotesis).
Angket digunakan untuk menganalisis pendapat siswa. Angket yang diberikan ada dua, yaitu
tentang praktikum fisika dan tentang pemanfaatan internet untuk pembelajaran. Hasil angket
dianalisis menggunakan program Microsoft Excel.
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1
JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433 Halaman 76
Angket
Hasil analisis angket mengenai praktikum fisika: (1) praktikum fisika bermanfaat untuk memudahkan
penguasaan konsep materi yang sedang dipelajari, (2) siswa tidak mengalami kesulitan memahami
tujuan praktikum, (3) diskusi setelah praktikum cukup membantu penguasaan konsep materi yang
dipelajari, (4) saat diskusi diperlukan banyak bantuan dari guru untuk memahami hal-hal yang
didiskusikan, (5) menurut siswa membuat kesimpulan hasil diskusi tidak sulit dilakukan, (6) siswa
merasa tidak perlu banyak bantuan dari guru untuk dapat menyimpulkan hasil percobaan,
(7) presentasi kelompok yang biasa dilakukan dalam pembelajaran menurut siswa bermanfaat untuk
membantu memahami konsep materi yang sedang dipelajari, (8) siswa kurang antusias untuk
mempresentasikan hasil praktikum. (9) siswa mengharapkan tiap kelompok diberikan kebebasan
merancang dan melakukan praktikum sendiri dengan bahan yang disediakan sendiri, (10) internet
sangat membantu siswa mengumpulkan teori bahan praktikum.
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1
JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433 Halaman 77
Hasil analisis angket pemanfaatan internet dalam pembelajaran: (1) siswa dapat menggunakan
internet untuk menemukan informasi penunjang pembelajaran, (2) siswa sudah terbiasa
menggunakan social media seperti facebook, twitter, instagram, dan sebagainya, (3) kebanyakan
siswa mempunyai blog pribadi, (4) siswa belum memanfaatkan blog pribadi untuk keperluan
pembelajaran, (5) siswa mampu mengoptimalkan penggunaan Google Search Engine, (6) siswa
dapat menggunakan Google Application, (7) siswa dapat menggunakan software pembelajaran
tertentu untuk menunjang penguasaan materi, (8) internet banyak membantu siswa untuk menguasai
materi pembelajaran, (9) siswa lebih senang saat harus banyak mencari sendiri materi pembelajaran
yang dipelajari, (10) belajar mandiri membuat kemampuan siswa lebih berkembang.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji one way anova dari program SPSS 16, di mana jika sig > 0,05
tidak terdapat perbvedaan secara signifikan, tapi jika sig < 0,05 maka terdapat perbedaan signifikan.
Pertama mengenai kemandirian dan kemampuan siswa melaksanakan praktikum fisika yang
dijabarkan dalam delapan hipotesis. Hasil ujinya adalah sebagai berikut: (1) sig 0,171, kemampuan
merangkai alat praktikum antara kelas kontrol dan eksperimen tidak berbeda signifikan; (2) sig
0,005, kemampuan menghitung (menentukan) fokus lensa cembung antara kelas kontrol dan
eksperimen berbeda signifikan, rerata kelas eksperimen 1,833 sedangkan kelas kontrol 1,400; (3) sig
0,414, kemampuan mengenali alat praktikum fisika antara kelas kontrol dan eksperimen tidak
berbeda signifikan; (4) sig 0,121, kemampuan menuliskan tujuan praktikum antara kelas kontrol dan
eksperimen tidak berbeda signifikan; (5) sig 0,283, kemampuan menuliskan dasar teori penunjang
antara kelas kontrol dan eksperimen tidak berbeda signifikan; (6) sig 0,009, kemampuan
menyesuaikan dasar teori penunjang dengan tujuan praktikum antara kelas kontrol dan eksperimen
berbeda signifikan, rerata kelas eksperimen 1,267 sedangkan kelas kontrol 0,833; (7) sig 0,810,
kemampuan mengolah data praktikum antara kelas kontrol dan eksperimen tidak berbeda signifikan;
(8) sig 0,000, kemampuan membuat kesimpulan praktikum antara kelas kontrol dan eksperimen
berbeda signifikan, rerata kelas eksperimen 1,400, kelas kontrol 0,767.
Kedua mengenai kemampuan siswa membuat laporan praktikum yang dijabarkan menjadi empat
hipotesis. Hasil ujinya adalah sebagai berikut (1) sig 0,513, bentuk laporan praktikum antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda signifikan; (2) sig 0,812 kemampuan menyajikan data
dalam laporan praktikum antara kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda signifikan; (3) sig
0,747 sig > 0,05, kemampuan melakukan pembahasan hasil dalam laporan praktikum antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda signifikan; dan (4) sig 0,039, kemampuan menyimpulkan
dalam laporan praktikum antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda signifikan, rerata
kelas eksperimen sebesar 2,50 dan kelas kontrol 2,03.
Jika dilihat dari pembelajaran yang sudah dilakukan pada proses pengambilan data penelitian,
dapat dinyatakan bahwa pendekatan PLE seperti yang sudah dibahas dalam kajian teori belum dapat
dilaksanakan secara tepat dan maksimal. Siswa belum sepenuhnya mempergunakan internet untuk
menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar personal sesuai dengan dirinya sehingga belum
bisa memaksimalkan potensi siswa.
Dalam setting pembelajaran pada penelitian ini, internet baru sebatas referensi yang belum bisa
menjadi acuan pokok membangun konsep siswa secara mandiri. Sebab secara teori seharusnya siswa
harus merancang praktikumnya sendiri sejak awal berdasarkan hasil eksplorasinya menggunakan
sumber materi yang berasal internet atau berbagai aplikasi, menentukan alat maupun bahan
praktikum sesuai dengan hasil kreativitasnya, dan melakukan percobaan juga secara mandiri, hingga
akhirnya dapat menuliskan hasil percobaan dan mempublikasikannya di internet. Hal fundamental
lain dalam PLE yang belum sempat dilakukan adalah mengkomunikasikan hasil praktikum yang
berupa laporan praktikum dalam blog atau social media yang memungkinkan untuk dapat diakses
secara luas dan melihat feedback yang diberikan pengguna media sebagai respon atas hasil kerja
siswa. Namun penelitian ini baru sebatas melihat pengaruh pendekatan PLE pada keterampilan siswa
untuk membuat laporan praktikum.
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1
JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433 Halaman 78
SIMPULAN
Dari implementasi pendekatan PLE pada praktikum fisika sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kemandirian dan kemampuan dalam melaksanakan praktikum fisika pada siswa SMA,
dapat disimpulkan bahwa pendekatan PLE tidak mempengaruhi kemampuan siswa merangkai alat
praktikum, mengenali alat praktikum, merumuskan tujuan praktikum, menuliskan dasar teori
penunjang, dan mengolah data praktikum. Tapi berpengaruh pada kemampuan siswa untuk
mengambil data praktikum (dalam penelitian ini menentukan fokus lensa cembung), menyesuaikan
dasar teori penunjang dengan tujuan praktikum. dan menyusun kesimpulan praktikum.
Sedangkan dalam kaitannya untuk meningkatkan keterampilan membuat laporan praktikum fisika
dapat disimpulkan bahwa: pendekatan PLE tidak mempengaruhi bentuk laporan hasil praktikum
siswa, kemampuan siswa menyajikan hasil praktikum pada laporan resmi (tabulasi data), dan
kemampuan siswa membuat pembahasan pada laporan praktikum. Tapi mempengaruhi pembuatan
kesimpulan laporan praktikum.
REFERENSI
A.Giambattista, B.M Richardson and R.C Richardson, 2010, Physics, The McGraw-Hill Companies,
Inc.
D. Halliday and R. Resnick, J.Walker, 2010, Fisika Dasar Edisi 7. Erlangga.
Dicke JSH Siregar, 2010, Personal Learning Environtments, Majalah Ilmiah IC Tech, vol 5 No 1
Januari.
H.D. Young and R.A. Freedman, 2010, Fisika Universitas Jilid 2. Erlangga.
Mark van Harmelen, Personal Learning Environtments, 2006. Websites:http://www.computer.org.
R. Mauliyani,, Hairida, R. Rasmawan, 2014, Penerapan Constructive Feedback pada Pembuatan
Laporan Praktikum Kimia SMA Negeri 7 Pontianak, Websites : http://jurnal.untan.ac.id.
S.A Skrabut,, Personal Learning Environments: The Natural Way of Learning. Website :
http://www.uwyo.edu/skrabut/docs/aded5050_project.pdf .
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1