10 38 1 PB PDF
10 38 1 PB PDF
10 38 1 PB PDF
Full Paper
PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERKEMBANGAN PARASIT
PADA BENIH GURAMI, Osphronemus goramy
Nani S. Rahayu1*, Dewi Susanti1, Dwi Lantiani1, Sutopo A. Wibowo1, Roosita Diana1 dan Murwantoko2
1
Stasiun Karantina Ikan Kelas II Adisucipto, Jl. Cabe No. 43 B Sambelen, Yogyakarta
2
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora Gd. A4, Bulaksumur, Yogyakarta
*Penulis untuk korespondensi, E-mail: [email protected]
Abstract
Research was conducted to determine the effect of salinity on the reduction of parasites in Gouramy
(Osphronemus goramy). The Research was performed using completely Randomized design with 5
salinity treatments (water pond, water with salt concentration 0, 2, 4 dan 6 g/l) with 4 replications. The
5-7 cm of gouramy fingerling were reared as on treatments and the parasites were counted using skin
scrapping dan wet mount methods. Observation was performed every 3 day for 15 days on parasite
intensity, prevalence, mortality, symptoms and water quality.
The result showed that several parasites including Trichodina sp., Apiosoma sp., Ichthyophthirius sp.,
Oodinium sp., dan Henneguya sp were observed. The highest intensity and prevalence were found in
Trichodina sp. The salinity and length of administration were significantly decrease number parasites.
Salinity treatments (2, 4 dan 6 g/l) for 3 days could totally remove Trichodina sp. from fishes. Meanwhile
the data of other parasite species were insignificant due to the low level of its intensity and prevalence.
Salinity administration at level 6 g/l could reduce mortality.
perkembangan populasi parasit pada benih gurami (O. sebanyak 5% dari total populasi benih yang akan
goramy), dan mengetahui pengaruh perkembangan dilalulintaskan dengan mengamati gejala klinis dan
parasit terhadap kelulushidupan benih gurami (O. terlebih dahulu didukung dengan anamnesa. Benih
goramy). gurami kemudian didistribusikan dalam akuarium
media air asal, pada salinitas 0, 2, 4 dan 6 g/l dengan
4 pengulangan masing-masing 50 ekor.
Bahan dan Metode
Pengamatan gejala klinis perkembangan parasit
Uji coba dilaksanakan di Laboratorium Stasiun dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali selama 15 (lima
Karantina Ikan Kelas II Adisucipto Jogjakarta, dimulai belas) hari dengan jumlah sampel 5 (lima) ekor
tanggal 01 Juli sampai dengan 31 Juli 2008. ikan tiap akuarium per pengamatan. Pengamatan
Bahan kualitas air dilakukan pada awal (ho) tengah (h7)
Bahan uji coba meliputi: benih gurami ukuran 5-7 cm dan akhir kegiatan (h15) sedangkan penggantian
jumlah 1200 ekor yang berasal dari pembudidaya ikan air dilakukan setiap hari dengan cara menyifon
Kabupaten Bantul, pakan yang berbentuk pelet, air bagian dasar akuarium sebanyak 10% volume per
laut dari Pantai Sundak Kabupaten Gunung Kidul, air hari dan pemberian pakan pelet 2 (dua) kali sehari
tawar berasal dari air kran. pada pagi dan sore hari. Nilai yang digunakan dalam
mengevaluasi tingkat perkembangan parasit adalah
Metode Penelitian
prevalensi dan intensitas, dihitung dengan rumus :
Sebelum Kegiatan uji coba dilakukan kegiatan
persiapan sarana dan prasarana uji coba, yaitu:
seleksi benih gurami ukuran 5-7 cm, mempersiapkan ∑ Penyebab penyakit
alat dan bahan yang akan digunakan selama uji coba Intensitas = ________________________________
Uji Pendahuluan
Tingkat kelulushidupan/SR adalah persen (%)
Uji Pendahuluan dilakukan satu minggu sebelum
organisme yang hidup dari jumlah seluruh organisme
waktu pelaksanaan uji coba. Uji pendahuluan meliputi
yang dipelihara dalam suatu wadah. Menurut Affandie
uji ketahanan atau daya tahan hidup benih gurami
(1997) nilai SR dapat dihitung dengan rumus sebagai
terhadap perlakuan salinitas yang diberikan.
berikut :
Penelitian Utama Nt
Penelitian utama dilakukan dalam Rancangan SR = _______
x 100 %
Acak Lengkap 5 perlakuan, yaitu air media asal, No
salinitas 0, 2, dan 6 g/l dengan 4 ulangan. Penelitian
utama merupakan uji pengaruh salinitas terhadap Dengan keterangan :
perkembangan populasi parasit selama 15 hari SR = Survival Rate
perlakuan di Instalasi Karantina Ikan. Kegiatan uji No = Jumlah Ikan pada awal percobaan (ekor)
coba utama diawali dengan memeriksa jenis dan Nt = Jumlah Ikan akhir (ekor).
jumlah parasit dari air media asal pada benih gurami
sebanyak 5% dengan metode skin scrapping untuk Tingkat kelulushidupan dianalisis dengan analisis
bagian kulit dan sirip bagian atas serta wet mount sidik ragam. Sedangkan tingkat perkembangan
untuk bagian insang (Kurniasih, 2007) pada lapisan populasi parasit, gejala klinis dan kualitas air dianalisis
insang lembar 1 (satu) bagian atas (posisi kepala secara deskriptif.
disebelah kiri dengan posisi perut menghadap ke
bawah) serta pemeriksaan parasit darah dengan Hasil dan Pembahasan
membuat preparat apus dari darah yang diambil dari
lineal lateralis (caudal artery), kemudian pemeriksaan Uji coba dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2008,
jenis dan jumlah parasit dari gurami yang telah dengan didahului uji pendahuluan pada bulan Mei
diaklimatisasi dalam air kran selama 2 (dua) hari 2008. Kegiatan diawali dengan pembuatan tandon
air laut yang telah disteril dengan 20 ppm klorin pada pengamatan hari ke-3. Penurunan intensitas parasit
air laut dengan salinitas perlakuan 2, 4 dan 6 g/l. Air Trichodina sp. pada perlakuan media asal dan kontrol
tandon digunakan untuk mengisi akuarium pengujian tidak sedrastis pada perlakuan yang diberi salinitas.
dan penggantian air selama pelaksanaan uji coba. Populasi Trichodina sp. pada saat pengamatan
pertama diperkirakan pada puncaknya. Kematian
Pada uji pendahuluan 50 gurami yang diberi perlakuan
benih gurami dimulai pada benih dengan intensitas
salinitas 5 dan 10 g/l dengan pengamatan tingkah
tertinggi sampai yang terendah. Ikan mengalami
laku dan kelangsungan hidup selama 7 (tujuh) hari
penurunan kualitas kesehatan yang sangat besar
diketahui bahwa gurami dapat hidup dengan baik
akibat infeksi parasit ini sehingga ikan tidak mampu
dengan kelulushidupan 100%. Pemeriksaan parasit
memulihkan kondisi kesehatannya dan terjadi
dilakukan pada ikan uji dengan air media awal (sebelum
kematian total pada hari ke-12.
dilakukan aklimatisasi atau pencampuran dengan air
tanah) sebanyak 100 ekor. Parasit yang diketemukan Perkembangan penyakit akan lebih cepat apabila
adalah: Trichodina sp., Apiosoma sp., Ichthyophthirius lingkungan kualitas air menurun yaitu O2 terlarut < 4
sp., Oodinium sp., dan Henneguya sp. ppm, BO tinggi dan suhu air yang fluktuatif. Kondisi
Oksigen terlarut setelah hari ketiga menunjukkan di
Perkembangan Parasit
bawah 4 ppm dengan suhu yang relatif rendah yaitu
Intensitas serangan parasit ditunjukkan dengan
23-240C, dimana kondisi tersebut merupakan kondisi
membandingkan jumlah parasit yang ditemukan
optimal (suhu 22-250C) bagi perkembangan parasit
dengan jumlah ikan yang terinfeksi. Secara umum
Trichodina sp. (Davis, 1961). Parasit Trichodina sp.
dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian salinitas
diduga peka terhadap salinitas sehingga tidak dapat
dapat menurunkan intensitas semua jenis parasit
berkembangbiak dan mengalami kematian.
yang ditemukan. Penurunan intensitas masing-masing
parasit pada masing-masing perlakuan menunjukkan
Tabel 2. R erata prevalensi serangan parasit
perbedaan terhadap lamanya waktu perendaman.
Trichodina sp. pada gurami, O. goramy.
Trichodina sp. Waktu/ Air Salinitas
Perkembangan parasit Trichodina sp. selama Hari Media 0g/l 2g/l 4g/l 6g/l
perlakuan salinitas menunjukkan penurunan. Hal ini
dapat dilihat pada tabel rerata intensitas pada semua 0 95,00 93,75 93,75 93,75 93,75
perlakuan. Penurunan intensitas parasit Trichodina 3 95,00 95,00 10,00 5,00 0,00
sp. terjadi pada waktu perendaman kurang dari 3 6 0,00 30,00 0,00 0,00 0,00
hari sehingga pada hari ketiga intensitas Trichodina 9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
sp. untuk semua perlakuan salinitas di bawah 1 dan 12 - - 0,00 0,00 0,00
mencapai nol pada pengamatan hari keenam. Hal ini 15 - - 0,00 0,00 0,00
berarti perlakuan 2, 4, 6 g/l memberikan efek yang
sama terhadap parasit ini. Data intensitas parasit
Trichodina sp. terhadap salinitas dapat dilihat pada
Tabel 1.
Perlakuan pada media awal dan perlakuan kontrol
(0g/l) menunjukkan penurunan intensitas pada
sudah tidak ditemukan parasit ini. Perlakuan kontrol Tabel 5.Rerata intensitas serangan parasit
(0 g/L) menunjukkan penurunan secara perlahan Ichthyophthirius sp. pada gurami O.
terhadap intensitas parasit ini sampai hari ke-9 dan goramy.
pengamatan dihentikan karena pada hari ke-12 Waktu/ Air Salinitas
semua ikan mati. Hari Media 0g/l 2g/l 4g/l 6g/l
0 7,38 6,96 6,96 6,96 6,96
3 6,99 5,50 1,75 4,67 0,50
6 1,90 9,26 0,00 0,00 0,00
9 1,58 3,43 0,00 0,00 0,00
12 - - 0,00 0,00 0,00
15 - - 0,00 0,00 0,00
Ichthyophthirius sp.
Perkembangan parasit Ichthyophthirius sp. selama
perlakuan salinitas menunjukkan penurunan. Hal Gambar 3. Ichthyophthirius sp.
ini dapat dilihat pada tabel rerata intensitas pada
semua perlakuan. Penurunan intensitas parasit Perlakuan salinitas terbukti dapat menghambat
Ichthyophthirius sp. terjadi pada waktu perendaman perkembangan parasit Ichthyophthirius sp. Perlakuan
kurang dari 3 hari dan mencapai nol pada pengamatan salinitas dapat menjadi terapi pengobatan infeksi
hari keenam. Data intensitas parasit Ichthyophthirius parasit Ichthyophthirius sp. (Anonim, 2008b).
sp. terhadap salinitas dapat dilihat pada Tabel 5.
Apiosoma sp.
Perkembangan parasit Ichthyophthirius sp. pada
Parasit Apiosoma sp. selama pengamatan dapat
media asal menunjukkan penurunan pada setiap
ditemukan hanya di awal pengamatan. Pengaruh
pengamatan dan mencapai intensitas 0 pada hari
sampai hari ke-9. Pengamatan dihentikan karena kelangsungan hidup benih gurami terhadap perlakuan
pada hari ke-12 benih gurami pada kedua perlakuan salinitas dari konsentrasi terendah sampai tertinggi
ini mati total. menunjukkan peningkatan.
Hasil analisa sidik ragam terhadap SR benih gurami
Tabel 10. Rerata prevalensi serangan parasit Kista
menunjukkan beda nyata antar perlakuan dengan
Henneguya sp. pada gurami,O. goramy.
tingkat kepercayaan 95%.
Waktu/ Air Salinitas
Hari Media 0g/l 2g/l 4g/l 6g/l Hasil pengamatan SR menunjukkan perlakuan 6
0 15,00 12,50 12,50 12,50 12,50 g/L memberikan nilai kelulushidupan paling tinggi
3 5,00 20,00 5,00 0,00 15,00 dibandingkan perlakuan yang lain. Beberapa jenis
6 5,00 10,00 5,00 0,00 0,00 ikan air tawar toleran terhadap sejumlah kecil natrium
9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dalam bentuk garam (Anonim, 2008d). Gurami dapat
12 - - 0,00 0,00 0,00 bertahan pada air yang bersalinitas 12 ppt (Anonim,
15 - - 0,00 0,00 0,00 2008c).
A B
Gurami dapat hidup baik di daerah tropis dengan 2. Sebaiknya pengamatan dengan kondisi salinitas
suhu antara 24–28oC, kadar O2 terlarut 3–5 ppm, yang sama dilakukan oleh orang yang sama
pH di air antara 6,5–7,8 (Respati & Santoso, 1993; sehingga hasil dapat lebih konsisten.
Puspowardoyo & Djarijah, 1992). Nilai Amonia yang
baik bagi pertumbuhan benih gurami kurang dari 0.05 Daftar Pustaka
ppm dan CO2 bebas 6,7 ppm (Halimah & Heruwati,
1997). Affandie. 1997. Studi kebiasaan makan Gurami. J.
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. I
Kualitas air baku untuk akuarium air tawar menurut (2): 56-68.
Anonim (2008 a) adalah sebagai berikut: Amonia
< 0,012 ppm, nitrit 0,2 ppm, oksigen terlarut > 3 Afrianto, E. & E. Liviawaty. 1992. Pengendalian hama
ppm, dan pH 6,5-9,0. Berdasarkan pada baku mutu dan penyakit ikan. Kanisius. Yogyakarta. 56 hal
kualitas air normal untuk ikan air tawar maka terlihat Anonim. 2008a. Enviroment, Kualitas air untuk
jelas bahwa kondisi kualitas air cukup kondusif ikan air tawar, Salinitas. http://www.naksara
bagi kehidupan ikan, kecuali pada suhu. Meskipun net/Aquaculture/Environment-kualitas air-untuk-
demikian menurut Anonim (2008c) perubahan suhu ikan-air-tawar-salinitas html. Diakses 24 Oktober
yang dapat ditolerir ikan adalah 5o C. 2008.
Anonim. 2008b. Pembenihan Gurami. http://www. Huet, M. 1972. Text Book of Fish Culture: Breeding
bbat-sukabumi.tripod.com/gurami.pembenihan and Cultivation of Fish. Avenue General Derache.
gurami.html. Diakses 24 Oktober 2008. Brussel. 436p.
Anonim. 2008c. Aspek produksi budidaya gurami. Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish
http://www.ikanmania.wordpress.com/2008/01/ Culture in Tropics. Taylor and Francis. London
21aspek-produksi-budidaya gurami.html. Diakses and Philadelphia.
24 Oktober 2008.
Post, G. 1987. Textbook of Fish Health. Revised and
Anonim, 2008d. Parameter Kualitas Air. http://www. Expanded.T.F.H Publications.
o-fish.com. parameter kualitas _air. Html. Diakses
Puspowardoyo, H. & A.B. Djajirah. 1992. Mem-
24 Oktober 2008.
budidayakan Gurami Secara Intensif. Kanisius.
Anonim, 2008e. Penyakit Parasiter (Ciliata).http:// Yogyakarta. 80 hal.
hobiikan.blogspot.com/2008/07/ penyakit-
Respati, H. & H. Santoso. 1993. Petunjuk Praktis
parasiter-ciliata.html. Diakses 24 Oktober 2008.
Budidaya Gurami. Kanisius. Yogyakarta. 50 hal.
Dana, D. & S.L. Angka. 1990. Masalah Penyakit
Scarperclaus, W. 1992. Fish Diseases. AA. Balkema.
Parasit dan Bakteri pda Ikan Air Tawar Serta
Rotterdam (2): 717-723.
Cara Penanggulangannya. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta. 57 hal. Sudarto. 1989. Porselin, Blau Safir, dan Paris yang
Bertelur. Warta XI (2) : 51-174.
Davis, H.S. 1961. Culture and Diseases of Game
Fishes “University of California” Press. Berkeley Sulistijo. 1980. Potensi dan Usaha Pengembangan
and Los Angeles. p. 208-212. Budidaya Perairan di Indonesia. Proyek Penelitian
Potensi Sumberdaya Ekonomi. Lembaga Oseano-
Halimah, S.R. & E.S. Heruwati. 1997. Pertumbuhan dan
logi Nasional. LIPI. Jakarta. Hal 56-57.
Sintasan Benih Gurami Dalam Sistem Resirkulasi
Dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Jurnal
Penelitian Perikan Indonesia III (1): 65-77.