1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

JURNAL

UJI TOKSISITAS AKUT DAN UJI SUB LETHAL LIMBAH


CAIR SAWIT PADA MEDIA PEMELIHARAAN IKAN LELE
SANGKURIANG (Clarias gariepinus)

OLEH

VINA OKTO VIANA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
2

ACUTE AND SUBLETHAL TOXICITY TEST OF PALM OIL


WASTES IN THE MAINTENANCE MEDIA OF Clarias gariepinus

By

Vina Okto Viana 1, Saberina Hasibuan 2, Syafriadiman2


Faculty of Fisheries and Marine Resources
Riau University
Email: [email protected]

Abstract

This research was conducted on November 9, 2018 until December 15, 2018 at
the Laboratory of Environmental Quality of Culture, Faculty of Fisheries and
Marine, University of Riau. Objective of this study to determine the effect of palm
liquid waste on the acute toxicity test and sub lethal of Clarias gariepinus and
safe doses for the growth of C. gariepinus. Determination of 96-h LC using the
50

EPA probit method in the SPSS program. Palm liquid waste has an effect on C.
gariepinus in the preliminary test the threshold value below 100 ml/L is obtained
and the upper threshold value is 1000 ml/L. In acute toxicity the value obtained of
96-h LC is 417,936 ml / L and the safe biological value (Biological Safety Level)
50

is 4,18 ml/L. In the sublethal test the best treatment during the study was found in
treatment P1 (4 ml/L) with absolute weight growth of 4.95 g, specific growth rate
of 4.94% and survival of 80%.

Keywords: toxicity, acute, sub lethal, palm liquid waste, Clarias gariepinus

1) Students of the Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau


2) Supervisor of the Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau
3

UJI TOKSISITAS AKUT DAN UJI SUB LETHAL LIMBAH


CAIR SAWIT PADA MEDIA PEMELIHARAAN IKAN LELE
SANGKURIANG (Clarias gariepinus)

Oleh

Vina Okto Viana 1, Saberina Hasibuan 2, Syafriadiman 2


Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau
Email : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 November 2018 sampai 15 Desember


2018 bertempat di Laboraturium Mutu Lingkungan Budidaya, Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh limbah cair sawit pada uji toksisitas akut dan sub lethal ikan Lele
Sangkuriang (C. gariepinus) dan dosis yang aman untuk pertumbuhan ikan Lele
Sangkuriang (C. gariepinus). Penentuan nilai LC50 96 jam menggunakan metode
EPA probit dalam program SPSS. Limbah cair sawit memberikan pengaruh
terhadap ikan Lele Sangkuriang (C. gariepinus) dimana pada uji pendahuluan
diperoleh nilai ambang batas bawah 100 ml/L dan nilai ambang batas atas 1000
ml/L. Pada toksisitas akut diperoleh nilai LC50 96 jam yaitu 417,936 ml/L dan
nilai batas aman biologinya (Biological Safety Level) adalah sebesar 4,18 ml/L.
Pada uji sublethal Perlakuan terbaik selama penelitian terdapat pada perlakuan P1
(4 ml/L) dengan pertumbuhan bobot mutlak sebesar 4,95 g, laju pertumbuhan
spesifik 4,94 % dan kelulushidupan 80%.

Kata kunci : toksisitas, akut, sub lethal, limbah cair sawit, lele sangkuriang,

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


2) Dosen Pembimbing Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2

PENDAHULUAN menghambat laju pertumbuhan dan


kelangsungan hidup ikan Patin.
Keberadaan industri kelapa Untuk mengidentifikasikan
sawit menjadi salah satu sektor karakteristik dan toksisitas akut
penting yang erat hubunganya limbah cair sawit, perlu dilakukan
dengan masalah lingkungan. Karena penelitian terhadap limbah cair sawit
seiring dengan bertambahnya perkebunan dengan menggunakan hewan uji
kelapa sawit, maka akan meningkatkan berupa ikan. Salah satu ikan yang
jumlah produksi yang dijadikan sebagai organisme
mengakibatkan bertambahnya bioindikator adalah ikan Lele
jumlah pengelolaan minyak sawit dan Sangkuriang (Clarias gariepinus).
jumlah limbah yang dihasilkan akan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
bertambah pula. Industri kelapa gariepinus) merupakan ikan air
sawit adalah suatu industri yang tawar yang banyak diminati untuk
menghasilkan limbah cair dalam dilakukan budidaya, memiliki harga
jumlah besar, dimana dalam yang ekonomis, mudah
mendapatkan satu ton minyak kelapa dibudidayakan dan permintaan pasar
sawit dihasilkan dua setengah ton sangat besar. Penelitian tentang uji
limbah cair pabrik kelapa sawit toksisitas limbah cair sawit terhadap
(Taha dan Ibrahim, 2014). ikan telah dilakukan sebelumnya
Limbah cair yang dihasilkan oleh Destya (2016), mengenai uji
dari proses pengolahan kelapa sawit toksisitas akut limbah cair kelapa
berupa Palm Oil Mill Effluent sawit terhadap ikan Patin (Pangasius
(POME) air buangan kondensat (8- sp.). Berdasarkan hasil penelitian
12%) dan air hasil pengolahan (13- diperoleh nilai LC50-96 jam selama
23%). Limbah cair tersebut dapat uji toksisitas akut adalah 9,787 %
mencemari perairan karena dapat menyebabkan kematian ikan
mengandung konsentrasi bahan patin 50% dalam jangka waktu 96
organik yang relatif tinggi yaitu jam. Metode uji toksisitas akut yang
Biological Oxigen Demand (BOD) digunakan adalah metode Renewal
25.500 mg/L, Chemical Oxigen Test.
Demand (COD) 48.000 mg/L, Total Oleh karena hal-hal tersebut
Suspended Solid (TSS) 31.170 mL/L, maka perlu dilakukan penelitian
N 41 mL/L, minyak dan lemak 3.075 mengenai uji toksisitas akut dan sub
mL/L dan pH 4.0 (Wong et al., lethal limbah cair sawit pada media
2009). pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang
Paparan limbah cair kelapa (C. gariepinus ).
sawit menunjukkan efek negatif Tujuan
terhadap tingkah laku ikan, dimana Penelitian ini bertujuan untuk
ikan berenang secara tidak beraturan, mengetahui pengaruh limbah cair
diikuti gerakan operculum yang sawit pada uji toksisitas akut dan sub
melambat serta ekresi lendir yang lethal ikan Lele Sangkuriang (C.
berlebihan dari permukaan tubuhnya gariepinus) dan dosis yang aman
yang disertai terjadinya perubahan untuk pertumbuhan ikan Lele
warna (Yosmaniar et al. 2009). Sangkuriang (C. gariepinus).
Amalia (2013) menyatakan bahwa
limbah cair kelapa sawit METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
3

Penelitian ini dilaksanakan selama 96 jam dan sekaligus


pada tanggal 09 November 2018 menentukan nilai LC50 96 jam serta
sampai 15 Desember 2018 bertempat menentukan nilai Batas Aman
di Laboraturium Mutu Lingkungan Biologi (Biological Safety Level).
Budidaya, Fakultas Perikanan dan Uji sub lethal bertujuan untuk
Kelautan Universitas Riau. menentukan pertumbuhan bobot
mutlak, laju pertumbuhan spesifik
Bahan dan Alat dan kelulushidupan benih ikan Lele
Bahan yang digunakan dalam Sangkuriang (C. gariepinus).
penelitian ini adalah air yang
digunakan berasal dari sumur bor, Prosedur Penelitian
PK (KMnO4) yang digunakan untuk
membersihkan akuarium dari jamur Persiapan Wadah Penelitian
dan parasit, benih ikan Lele Akuarium yang digunakan
Sangkuriang (C. gariepinus) terlebih dahulu dicuci dengan air
berukuran 5-7 cm yang berjumlah sumur bor, lalu direndam dengan
450 ekor diperoleh dari para penjual larutan PK (KMnO4) selama 24 jam
benih ikan di Pekanbaru, limbah cair untuk membasmi hama dan penyakit,
sawit yang diperoleh dari pabrik selanjutnya akuarium dicuci dan
sawit PTPN V Sei. Pagar, Kampar. dibilas kembali dan dikeringkan pada
Peralatan yang digunakan pada suhu kamar selama 24 jam. Setelah
penelitian ini terdiri dari akuarium 24 jam kemudian akuarium diisi air,
berukuran 30 cm x 30 cm x 20 cm, diaerasi, dan diberi tanda atau label
tangguk ikan, timbangan analitik, sesuai dengan hasil acak.
blower, batu aerasi, toples besar, pH
meter. Aklimatisasi Ikan Uji
Metode Penelitian Aklimatisasi dilakukan dengan
Metode yang digunakan dalam perendaman kantong plastik selama
penelitian ini adalah metode 15 menit, lalu ikan ditebar pada
eksperimen dengan menggunakan wadah penampungan ikan dan baru
Rancangan Acak Lengkap (RAL) diberi pakan setelah 24 jam. Ikan
dengan satu faktor (Gaspersz, 1989) dibiarkan beradaptasi pada wadah
dengan menggunakan rumus : tersebut selama 3 hari. Setelah 3 hari
Yij = μ + σ 1 + € ij lalu ikan ditebar ke akuarium
penelitian. Pakan yang diberikan
Penelitian ini dilakukan dengan berupa pellet komersil FF-999
tiga tahap percobaan yang dilakukan dengan kandunga protein 30%
secara tertib, yaitu : Uji pendahuluan dengan cara adsatiation, dengan
merupakan uji untuk menentukan frekuensi pemberian pakan 3 kali
kisaran konsentrasi ambang batas sehari.
atas (A) dan ambang batas bawah
(B) dari toksisitas limbah cair sawit Uji Pendahuluan
pada media pemeliharaan ikan Lele Konsentrasi limbah cair sawit
Sangkuriang (C. gariepinus). Uji dalam uji pendahuluan merujuk
toksisitas akut bertujuan untuk kepada konsenrasi yang disarankan
menentukan pengaruh limbah cair oleh Rand dan Petrocelli (1989),
sawit terhadap mortalitas benih ikan yaitu = 0,00 ; 0,01 ; 0,1 ; 1,0 ; 10,0 ;
Lele Sangkuriang (C. gariepinus) 100,0 dan 1000,0 ml/L. Limbah cair
4

sawit dimasukan ke dalam wadah uji Penentuan Nilai LC50 96 Jam dan
berisi air. Selanjutnya ikan uji Nilai Batas Aman Biologi
dimasukan ke dalam wadah uji (Biological Safety Level)
sebanyak 10 ekor/wadah (1 Penentuan nilai LC50 96 jam
ekor/liter). Uji pendahuluan menggunakan metode EPA probit
dilakukan selam 96 jam dimana dengan jalan mengunakan
pengamatan dilakukan selama pendekatan statistik untuk melukis
jangka waktu pemaparan 0, 12, 24, garis terbaik yang dibentuk melalui
36, 48, 60, 72, 84 dan 96 jam. data-data kematian (mortalitas) ikan
Dilakukan juga pengamatan pada uji dan lama waktu pemaparan secara
tingkah laku dan morfologi ikan. ringkas dilakukan dengan software
Penentuan konsentrasi yang Probit Analisis dalam program
digunakan pada uji toksisitas akut SPSS. Sedangkan nilai batas aman
ditentukan sesuai dengan formula biologi dihitung dengan
Syafriadiman (2006) sebagai berikut: menggunakan rumus Denton dan
Buldon dalam Syafriadiman (2000)
Pn =B + (n – 1) sebagai berikut :
Nilai Batas Aman Biologi
(NBAB) = LC50 96 jam x AF
Uji Toksisitas Akut Dimana : AF =”Aplication Factor
Dalam uji toksisitas akut ini
untuk limbah cair sawit 0,01”
konsentrasi limbah cair sawit pada
masing-masing media uji
Uji Sub Letal
berdasarkan nilai ambang atas (A)
Konsentrasi limbah cair sawit
dan nilai ambang bawah (B) yang
dalam uji sub lethal pada penelitian
didapat dari uji pendahuluan. Uji
ini berdasarkan dari Rand and
toksisitas akut dilakukan dengan
Petrocelli (1985) yaitu 0 x LC50 96
mengukur masing-masing dosis
jam, 0,01 x LC50 96 jam, 0,1 x LC50
konsentrasi yang telah didapat yaitu
96 jam, 1,0 x LC50 96 jam dengan 3
pada P0 (0,00 ml/L), P1 (100 ml/L),
kali ulangan. Adapun konsentrasi
P2 (325 ml/L), P3 (550 ml/L), P4
yang diperoleh dan digunakan dalam
(775 ml/L) dan P5 (1000 ml/L)
uji sublethal yaitu : P0 (0,0 ml/L), P1
(Lampiran 4) kemudian dimasukan
(4 ml/L), P2 (42 ml/L) dan P3 ( 418
kedalam wadah akuarium dengan
ml/L).
kapasistas 10 L, selanjutnya pada
Uji kelulushidupan dilakukan
masing-masing wadah dimasukan 10
selama 30 hari dengan menggunakan
ekor benih ikan Lele Sangkuriang
metode semi dinamis dikarenakan
(C. gariepinus).
adanya pergantian air dan
Pengamatan benih ikan Lele
penyiponan. Selama pemeliharaan
Sangkuriang (C. gariepinus) yang
ikan diberi pakan pelet komersil
hidup dilakukan setelah pemaparan
dengan kandungan protein 30%
selama 0, 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84
sebanyak 3 kali dalam sehari.
dan 96 jam. Tingkah laku ikan
diamati secara deskriptif yaitu
Parameter Yang Diukur Pada Uji
pergerakan, bentuk sirip dan sisik,
Sub lethal
pergerakan operculum dan bentuk
1. Pertumbuhan Bobot Mutlak
insang.
Menurut (Effendi, 1992) yaitu :
Wm= Wt – Wo
5

2. Laju Pertumbuhan Spesifik cair sawit memberi pengaruh


Menggunakan rumus Metaxa et terhadap mortalitas ikan Lele
al (2006) yaitu : Sangkuriang (C. gariepinus) selama
= x 100% uji toksisitas maka dilakukan
ANOVA dengan menggunakan
3. Tingkat Kelulushidupan (SR)
software SPSS.
Berdasarkan Effendie (1992)
Dasar pengambilan keputusan
yaitu :
dalam penenlitian ini adalah
SR = % mengikuti langkah-langkah yang
disarankan oleh Syafriadiman (2006)
4. Penentuan Nilai Aplikasi Faktor yaitu bila nilai p (probabilitas) < 0,01
Nilai faktor aplikasi maka hipotesis penelitian diterima
(Application factor, AF) merupakan dan jika nilai p (probabilitas) > 0,01
hubungan antara hasil pengujian maka hipotesis penelitian di tolak,
toksisitas lethal (LC50) dan hasil dan untuk mengetahui adanya
pengujian toksisitas akut (MATC). perbedaan antara perakuan,
Maunth dan Stephen (1967) dilakukan uji rentang Newman-
mengemukakan perlunya penentuan Keuls, data kualitas air dianalisis
konsentrasi maksimum yang dapat secara deskriptif.
diizinkan atau MATC (Maximum
Allowable Toxicant Concertration), HASIL DAN PEMBAHASAN
yang didefinisikan sebagai
konsentrasi bahan pencemaran Hasil Uji Pendahuluan
maksimum yang diizinkan dan aman Hasil uji pendahuluan didapat
bagi perkembangan organisme nilai mortalitas tertinggi terdapat
akuatik. pada perlakuan P6 (1000,0 ml/L)
Nilai Application factor dapat yaitu 100%. Tingginya nilai
dicari dengan menggunakan rumus mortalitas pada perlakuan P6 akibat
menurut Mounth dan Stephant dari konsentrasi limbah cair sawit
(1967) sebagai berikut : sebanyak 1000 ml dalam 1 liter air
pada media pemeliharaan ikan Lele
AF =
Sangkuriang (C. gariepinus) mampu
meningkatkan nilai mortalitas
Pengukuran Kualitas Air sebanyak 100%. Kematian ikan Lele
Pengukuran parameter kualitas Sangkuriang (C. gariepinus) pada
air seperti suhu dan pH dilakukan konsentrasi 1000 ml/L mulai
setiap 24 jam sekali, sedangkan mengalami kematian pada jam ke 24,
pengukuran DO, CO2 dan NH3 sedangkan pada konsentrasi 10-100
dilakukan pada awal, tengah dan ml/L mulai mengalami kematian
akhir penelitian. pada jam ke 48 yaitu dengan nilai
mortalitas berkisar 10-30%. Nilai
Analisis Data mortalitas terendah yaitu 0% terdapat
Untuk mendapatkan nilai pada konsentrasi 0,00-1 ml/L. Hasil
median lethal konsentrasi LC50 96 pengamatan selama 96 jam tidak
jam di tentukan dengan metode EPA terjadi kematian pada ikan Lele
probit, yaitu prosedur statistik Sangkuriang (C. gariepinus).
parameter pada selang kepercayaan Konsentrasi limbah cair sawit pada
95% (Finney, 1978). Selanjutnya kisaran 0,00-1 ml/L dalam media
untuk mengetahui apakah limbah
6

pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang organisme terhadap toksikan adalah


(C. gariepinus) tidak mampu berbeda-beda menurut jenis dan
menyebabkan kematian sehingga ukurannya. Ikan Lele Sangkuriang
nilai mortalitasnya 0%. (C. gariepinus) memiliki daya
Mortalitas Lele Sangkuriang resistansi yang lebih tinggi terhadap
(C. gariepinus) semakin meningkat pencemaran limbah cair kelapa sawit
seiring dengan meningkatnya dibandingkan dengan ikan lainya.
konsetrasi limbah cair sawit yang Hal ini diduga karena ikan Lele
diberikan. Hal ini diduga karena dapat hidup pada rentang faktor
semakin tingginya kandungan bahan pembatas yang luas sehingga
organik yang terkandung dalam memiliki daya toleransi yang lebih
limbah cair sawit yang bersifat tinggi terhadap polutan dibandingkan
toksik sehingga mematikan ikan. dengan jenis ikan lainnya (Zulfahmi
Menurut Amalia et al., (2013) et al., 2017).
karakteristik limbah cair kelapa sawit Berdasarkan uji pendahuluan
memiliki bahan organik yang tinggi diperoleh nilai ambang batas bawah
sehingga pada proses (BB) 100 ml/L dan untuk nilai
dekomposisinya menghasilkan ambang batas atas (BA) adalah 1000
amonia. Nilai amonia yang tinggi ml/L. Penggunakan konsentrasi
dapat menyebabkan kematian ikan limbah cair sawit kisaran 0,01-1000
yang tinggi. Hal ini sama dilakukan ml/L, maka diperoleh perlakuan
dengan Zulfahmi et al., (2017) pada untuk uji toksisitas akut sebagai
uji pendahuluan yang dilakukan berikut : P0 (tanda limbah cair
dengan uji toksisitas limbah cair sawit/kontrol); P1 (100 ml/L); P2
sawit terhadap ikan Nila diperoleh (325 ml/L); P3 (550 ml/L); P4 (775
hasil selama uji pendahuluan, ml/L) dan P5(1000 ml/L).
mortalitas komulatif ikan Nila pada
konsentrasi 35 mg/L telah mencapai Hasil Uji Toksisitas Akut
70% pada saat pengamatan jam ke- 6 Mortalitas Ikan Lele Sangkuriang
dan mencapai 100% pada jam ke-24. (C. gariepinus)
Ikan Lele Sangkuriang (C. Persentase mortalitas benih
gariepinus) membutuhkan waktu ikan Lele Sangkuriang (C.
yang lebih lama untuk mengalami gariepinus) akibat pemberian limbah
kematian setelah terpapar limbah cair sawit pada uji toksisitas akut
yaitu selama 24 jam. Koesumadinata selama 96 jam, dapat dilihat pada
dan Sutrisno (1997) menyatakan Tabel 1 berikut.
bahwa sensitivitas (kerentanan)

Tabel 1. Mortalitas ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)


Perlakuan Jumlah Ikan Ulangan Jumlah Rata- Mortalitas
Awal 1 2 3 Ikan Rata (%)
(Ekor/Wadah) Mati
P0(0 ml/L) 10 0 0 0 0 0 0
P1(100 ml/L) 10 2 3 2 7 2.3 23
P2(325 ml/L) 10 3 5 3 11 3.7 36
P3(550 ml/L) 10 9 9 7 25 8.3 83
P4(775 ml/L) 10 10 10 9 29 9.7 96
P5(1000 ml/L) 10 10 10 10 30 10 100
7

lebih besar dibandingkan dengan


Pada Tabel 1 dapat dilihat penelitian Syafriadiman (2009) yang
bahwa rata-rata mortalitas ikan Lele juga menggunakan limbah cait sawit
Sangkuriang (C. gariepinus) pada dengan ikan uji yang berbeda yaitu
perlakuan P0 (kontrol) adalah 0%. ikan nila merah (Oreochromis sp)
Persentase mortalitas 0% pada dengan nilai LC50 126,06 ml/L.
kontrol sesuai dengan penelitian Tingginya nilai LC50 pada
Syafriadiman (2009) yang penelitian ini menandakan bahwa
memelihara ikan nila merah limbah cair sawit yang digunakan
(Oreochromis sp.) dengan tidak terlalu toksit terhadap ikan Lele
konsentrasi limbah cair kelapa sawit Sangkuriang (C. gariepinus) bila
0,0 ml/L menghasilkan nilai dibandingkan dengan ikan nila
mortalitas 0%. Rand dan Petrocelli merah (Oreochromis sp), karena ikan
(1985) dalam Sandra (2017) lele dapat hidup ditempat-tempat
menambahkan bahwa dalam kritis, seperti rawa, sungai, sawah,
perlakuan kontrol sebaiknya tidak kolam ikan yang keruh, dan tempat
ada satu organisme pun yang berlumpur yang kekurangan oksigen.
mengalami kematian, akan tetapi Hal ini terjadi karena ikan Lele
apabila dipersentasekan lebih dari mempunyai alat pernapasan
10% selama uji toksisitas akut, tambahan berupa labirin yang
sebaiknya dilakukan pengulangan uji berfungsi untuk bernafas dalam
toksisitas akut. Sedangkan pada ikan lumpur (Rukmana dan Yudirachman,
yang mengalami kematian 2017).
disebabkan oleh karakteristik air
limbah yang menghambat laju Batas Aman Biologi (Biological
pertumbuhan ikan Lele Sangkuriang Safety Level)
(C. gariepinus). Pada uji ini dapat Nilai batas aman biologi
terlihat gejala fisik yang timbul limbah cair sawit dengan
akibat keracunan pada ikan Lele menggunakan application factor
Sangkuriang (C. gariepinus) yaitu yang disarankan oleh Denton dan
ikan menjadi hiperaktif, hilangnya Buldon (1981) dalam Syafriadiman
keseimbangan, megap-megap hingga (2000) untuk limbah cair sawit
akhirnya mati. adalah 0,01 x 417,936 ml/L (LC50 96
jam), sehingga diperoleh batas aman
Nilai LC50 96 Jam biologi sebesar 4,18 ml/L. Semakin
Nilai LC50 96 jam limbah cair besar nilai LC50 maka Nilai Batas
sawit terhadap ikan Lele Aman Biologinya (NBAB) akan
Sangkuriang (C. gariepinus) dengan semakin besar, sebaliknya apabila
waktu pemaparan 96 jam dengan nilai LC50 organisme uji kecil maka
menggunakan metode Probit dalam nilai batas aman biologi cenderung
SPSS adalah 417,936 ml/L. Hal ini kecil.
menunjukkan bahwa jika limbah cair Nilai batas aman biologi ini
sawit pada konsentrasi 417,936 ml/L juga ditemukan oleh Amalia et al.
masuk ke dalam lingkungan perairan (2013) nilai batas aman biologi
dapat menyebabkan kematian 50% limbah cair pabrik kelapa sawit pada
ikan Lele Sangkuriang (C. ikan Patin yang didapat selama
gariepinus) selama 96 jam. Nilai penelitian adalah sebesar 0,14 ml/L
LC50 dalam penelitian ini ±3 kali (0,01 x LC50 96 jam). Pada
8

Syafriadiman (2009) limbah cair Hasil Uji Sub Lethal


industri kelapa sawit untuk benih
ikan nila merah selama penelitian Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan
adalah 1,26 ml/L. Nilai batas aman Lele Sangkuriang (C. gariepinus)
penelitian ini ±3 kali lebih besar Pertumbuhan rata-rata bobot
dengan hasil penelitian Romi (2003) mutlak ikan Lele Sangkuriang (C.
untuk toksikan yang sama dengan gariepinus) selama uji sub lethal
organisme uji yang berbeda, yaitu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
larva ikan gabus (0,40 ml/L).

Tabel 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Lele Sangkuriang (C. gariepinus)


Perlakuan Rata-Rata Bobot Ikan Hari Ke- Bobot Mutlak
0 10 20 30
P0(0,0 ml/L) 1,45 2,76 4,88 6,49 5,04±0,11b
P1(4 ml/L) 1,46 2,31 4,33 6,41 4,95±0,26b
P2(42 ml/L) 1,46 2,24 4,19 6,17 4,71±0,17b
P3(418 ml/L) 1,43 - - - 0,00±0,00a
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata

Berdasarkan Tabel 2 rata-rata ikan Lele Sangkuriang (C.


pertumbuhan bobot mutlak ikan Lele gariepinus) pada hari ke enam mati
Sangkuriang (C. gariepinus) semua. Hal ini terjadi karena
tertinggi terdapat pada P0 ( 0,0 ml/L) kemungkinan ikan tidak mampu
yaitu sebesar 5,04 g, kemudian bertahan hidup dalam konsentrasi
diikuti oleh P1 (4 ml/L) sebesar 4,95 418 ml/L, akibat kandungan toksik
g, P2 (42 ml/L) sebesar 4,71 g dan yang tidak bisa ditolerir oleh ikan
pada P3 (418 ml/L) sebesar 0,00 g. Lele Sangkuriang (C. gariepinus),
Pertumbuhan bobot mutlak ikan Lele sehingga pada perlakuan P3 (418
Sangkuriang (C. gariepinus) yang ml/L) tidak dapat dilakukan
terbesar dijumpai pada P1 (0,00 perhitungan untuk bobot mutlak dan
ml/L) disebabkan karena tidak laju pertumbuhan spesifik ikan Lele
adanya limbah cair sawit sehingga Sangkuriang (C. gariepinus).
ikan respon terhadap makanan yang Hasil Analisis Varian
diberikan. Pada perlakuan P1 (4 (ANAVA) menunjukkan bahwa
ml/L) dan P2 (42 ml/L) pertumbuhan perbedaan konsentrasi limbah cair
bobot mutlak ikan Lele Sangkuriang sawit yang diberikan dalam media
(C. gariepinus) tidak berbeda dengan pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang
perlakuan P1 karena konsentrasi (C. gariepinus) berpengaruh nyata
limbah cair yang diberikan masih terhadap pertumbuhan bobot mutlak
dalam konsentrasi yang rendah (p<0,01). Selanjutnya Uji lanjut
sehingga tidak memberikan kesan Newman Keuls menunjukkan bahwa
yang berarti terhadap pertumbuhan perlakuan P3 (418 ml/L) berbeda
bobot mutlak ikan Lele Sangkuriang sangat nyata terhadap perlakuan P0
(C. gariepinus). Pada perlakuan P3 (0,0 ml/L), P1 (4 ml/L) dan P2 (42
(418 ml/L), ikan Lele Sangkuriang ml/L). Sedangkan antar perlakuan P0
(C. gariepinus) tidak mengalami (0,0 ml/L) P1 (4 ml/L) dan P2 (42
pertumbuhan bobot mutlak karena ml/L) memberikan pengaruh yang
9

sama terhadap pertumbuhan bobot terakumulasi menyebabkan organ


mutlak ikan Lele Sangkuriang (C. tubuh ikan mengalami gangguan
gariepinus). sehingga mengurangi nafsu makan
Penurunan laju pertumbuhan dan pemanfaatan energi yang
bobot mutlak juga terdapat pada berasal dari makanan lebih banyak
penelitian Amalia et al., (2013) digunakan untuk mempertahankan
bahwa kelangsungan hidup, diri dari tekanan lingkungan.
pertumbuhan dan tingkat konsumsi Esenowa dan Ogwumba (2010)
oksigen ikan Patin (Pangasius sp.) menambahkan bahwa pertumbuhan
yang terpapar limbah cair pabrik C. gariepinus semakin menurun
kelapa sawit. Dimana rata-rata seiring dengan peningkatan
pertumbuhan mutlak tertinggi konsentrasi toksikan, yang
terdapat pada perlakuan A (0,00 disebabkan oleh ikan tidak
ml/L), yang tidak berbeda nyata merespon pakan sehingga ikan
dengan pertumbuhan mutlak pada kekurangan asupan nutrisi dan
perlakuan B (0,07 ml/L) dan C (0,14 kekurangan energi.
ml/L) (konsentrasi ≤ 1 % x LC50 96
jam) dan berbeda sangat nyata Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan
dengan pertumbuhan mutlak pada Lele Sangkuriang (C. gariepinus)
perlakuan D 90,88 ml/L), E (1,77 Hasil penelitian terhadap laju
ml/L), F (3,53 ml/L) dan G (7,06 pertumbuhan spesifik ikan Lele
ml/L). Sangkuriang (C. gariepinus) pada uji
sublethal dalam penelitian ini dapat
Menurut Taufik (2005) dalam dilihat pada Tabel 3.
Amalia (2013), bahan toksik yang

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Lele Sangkuriang (C. gariepinus)


Ulangan P0 P1 P2
( 0,0ml/L) (4 ml/L) (42 ml/L)
1 5,18 5,44 5,06
2 4,78 4,94 4,45
3 5,04 4,44 4,91
Jumlah 14,99 14,82 14,42
b b
Rata-Rata 5,00±0,20 4,94±0,50 4,81±0,31b
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 3 rata-rata ml/L) karena tidak adanya pemberian


laju pertumbuhan spesifik ikan Lele limbah cair sawit sehingga ikan
Sangkuriang (C. gariepinus) pada respon terhadap makanan yang
perlakuam P0 (kontrol) sebesar 5,00 diberikan dan laju pertumbuhan
%, pada P1 (4 ml/L) sebesar 4,94%, spesifiknya meningkat. Untuk laju
pada P2 (42 ml/L). Nilai laju pertumbuhan spesifik P1 (4 ml/L)
pertumbuhan spesifik ikan Lele dan P2 (42 ml/L) tidak menunjukan
Sangkuriang (C. gariepinus) perbedaan yang nyata pada
tertinggi dijumpai pada P0 (0,00 perlakuan P0 (0,00 ml/L) karena
10

konsentrasi limbah cair sawit yang toksik pada limbah cair sawit yang
diberikan tidak terlalu bersifat toksik menyebabkan ikan Lele Sangkuriang
sehingga tidak memberikan (C. gariepinus) menjadi stress.
pengaruh terhadap laju pertumbuhan Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor
spesifik. eksternal dan internal, yang mana
Konsentrasi limbah sawit faktor eksternal meliputi suhu,
mempengaruhi laju pertumbuhan jumlah makanan, kualitas makanan,
spesifik yang dilihat dari hasil kualitas air dan ruang gerak,
Analisis Varians (Anava) dengan sedangkan faktor internal meliputi
P<0,01. Selanjutnya hasil uji lanjut umur, keturunan, kelamin, daya
Newman Keuls menunjukkan bahwa tahan terhadap penyakit dan
P0 (0,0 ml/L) P1 (4 ml/L) dan P2 (42 kemampuan memanfaatkan makanan
ml/L) memberikan pengaruh yang (Bakri, 2006).
sama terhadap laju pertumbuhan Pada penelitian ini pakan yang
spesifik ikan Lele Sangkuriang (C. diberikan sama, kualitas air relatif
gariepinus). Penurunan laju sama, hanya dibedakan kandungan
pertumbuhan spesifik juga terdapat konsentrasi limbah cair sawit yang
pada penelitian Syafriadiman (2009) diberikan pada media pemeliharaan
yaitu mengenai toksisitas limbah cair ikan Lele Sangkuriang (C.
minyak kelapa sawit dan uji sub gariepinus) sehingga konsentrasi
Lethal terhadap ikan Nila toksik yang terkandung juga semakin
(Oreochromis sp.) menunjukan tinggi dan akan menyebabkan ikan
bahwa rata-rata laju pertumbuhan menjadi stress kemudian pakan yang
spesifik benih ikan nila merah pada diberikan kurang direspon oleh ikan
kontrol adalah 2,54%, pada dan terjadi akumulasi toksik dalam
perlakuan dengan konsentrasi 1,26 tubuh ikan selanjutnya
ml/L sebesar 2,40%, pada perlakuan mengakibatkan penurunan
dengan konsentrasi 31,6 ml/L pertumbuhan spesifik ikan Lele
sebesar 2,29%, dan pada perlakuan Sangkuriang (C. gariepinus).
dengan konsentrasi 63,1 ml/L
sebesar 2,16%. Kelulushidupan Ikan Lele
Laju pertumbuhan spesifik Sangkuriang (C. gariepinus)
antar perlakuan mengalami Selama Uji Sub Lethal
penurunan, hal ini disebabkan oleh Hasil pengamatan
kondisi media yang tidak kelulushidupan ikan Lele
mendukung bagi pertumbuhan ikan Sangkuriang (C. gariepinus) selama
berupa kandungan bahan organik uji sub lethal dapat dilihat pada
yang semakin meningkat dan bersifat Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Kelulushidupan Ikan Lele Sangkuriang (C. gariepinus) Selama Uji


Sub Lethal
Perlakuan Jumlah Ikan Ulangan Jumlah Rata- SR
Awal 1 2 3 Ikan Rata (%)
(Ekor/Wadah) Hidup
P0(0 ml/L) 10 10 10 10 30 10 100±0,00d
P1(4 ml/L) 10 8 7 9 24 8 80±10,00c
P2(42 ml/L) 10 6 6 7 19 6,3 63±5,77b
Berdasarkan Tabel 4 persentase gariepinus) memperoleh
kelulushidupan ikan Lele kelulushidupan 63%.
Sangkuriang (C. gariepinus) pada Dalam hal ini, pada nilai batas
Tabel 8 dapat dilihat bahwa aman biologi limbah cair sawit yaitu
perlakuan P0 (0,0 ml/L) sebesar 4 ml/L dapat dilakukan
100%, P1 (4 ml/L) sebesar 80%, pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang
pada P2 (42 ml/L) sebesar 63%. (C. gariepinus) yang mana
Berdasarkan hasil persentase tersebut memperoleh kelulushidupan sebesar
menunjukkan bahwa semakin tinggi 80% dan pada konsentrasi cair sawit
konsentrasi limbah cair sawit sebesar 42 ml/L ikan Lele
menyebabkan kelulushidupan ikan Sangkuriang (C. gariepinus)
Lele Sangkuriang (C. gariepinus) memperoleh kelulushidupan 63%.
semakin menurun (Lampiran 10). Dengan demikian limbah cair sawit
Penurunan persentase kelangsungan apabila masuk ke dalam perairan
hidup seiring meningkatnya umum tidak begitu mematikan pada
konsentrasi limbah cair diduga karena ikan Lele Sangkuriang (C.
daya toksik limbah tersebut yang dapat gariepinus) dan juga limbah cair
mematikan organisme uji. Interaksi sawit ini juga dapat dimanfaatkan
yang tidak serasi antara ikan Lele untuk memelihara ikan Lele
Sangkuriang (C. gariepinus) dan Sangkuriang (C. gariepinus).
kondisi lingkungan yang buruk dapat Ada beberapa faktor yang
menyebabkan stress pada ikan membuat ikan mati mungkin salah
Sangkuriang (C. gariepinus), satunya disebabkan oleh faktor
sehingga sistem pertahanan tubuh kualitas air berupa amonia. Dimana
ikan tersebut menjadi lemah dan nilai amonia pada media
terganggu. Hal tersebut dapat pemeliharaan ini tergolong tinggi
menyebabkan ikan lele mudah mati dan bersifat toksik bagi ikan Lele
(Mulia, 2012). Sangkuriang (C. gariepinus).
Konsentrasi limbah sawit Konsentrasi amonia yang tinggi pada
mempengaruhi kelulushidupan ikan suatu perairan akan meyebabkan
Lele Sangkuriang (C. gariepinus) kematian ikan yang terdapat pada
yang dilihat dari hasil Analisis perairan tersebut, amonia akan
Varians (Anava) dengan P<0,01. bersifat racun jika jumlah nilai
Selanjutnya hasil uji lanjut Newman amonia tinggi (Sihaloho, 2009).
Keuls menunjukkan bahwa,
persentase kelulushidupan ikan Lele Nilai Application Factor
Sangkuriang (C. gariepinus) pada P0 Nilai application factor yang
(0,0 ml/L), P1 (4 ml/L) dan P2 (42 didapat berdasarkan Mount dan
ml/L) memiliki perbedaan yang Stephan (1967) untuk ikan Lele
nyata terhadap satu sama lainnya Sangkuriang (C. gariepinus) adalah
Dalam hal ini nilai batas aman 0,1. Nilai ini didapat dari
biologi limbah cair sawit yaitu 4 perbandingan nilai LC50 96 jam
ml/L dapat dilakukan pemeliharaan (417,936 ml/L) dengan konsentrasi
ikan Lele Sangkuriang (C. batas aman dari uji sub lethal (42
gariepinus) yang mana memperoleh ml/L). Hal ini menunjukan bahwa
kelulushidupan sebesar 80% dan pada pemaparan jangka panjang
pada konsentrasi cair sawit sebesar dengan ikan Lele Sangkuriang (C.
42 ml/L ikan Lele Sangkuriang (C. gariepinus) dalam stadia awal akan
9

menghasilkan data toksisitas sub yang diberikan menyebabkan


lethal dengan lebih akurat, sehingga semakin meningkatnya nilai pH.
diperoleh perkiraan angka faktor Limbah cair sawit setelah proses
yang lebih kecil. pengolahan, memiliki kolam asam
Dari hasil penelitian ini pada kolam 1. Setelah melalui
(ambang konsentrasi toksikan limbah beberapa proses dari kolam 1 sampai
cair sawit 0,1 x LC50 96 jam) kolam 5 kondisi limbah menjadi
tergolong kedalam dosis rendah basa. Hal ini dikarenakan pada
(sama dengan pada kontrol) yang kolam tersebut limbah telah diberi
tidak memberikan efek toksik sama kapur dengan tujuan untuk menaikan
sekali terhadap pertumbuhan bobot nilai pH, sehingga limbah cair sawit
mutlak, laju pertumbuhan spesifik yang pada awalnya asam menjadi
dan kelulushidupan ikan Lele basa (Hasugian, 2012). Sedangkan
Sangkuriang (C. gariepinus). Nilai limbah yang diambil untuk
AF pada penelitian ini (0,1) lebih digunakan adalah limbah dari kolam
besar dari pada yang dilaporkan oleh 2 yang masih dalam proses
Putri (2007), yaitu 0,001 untuk pengapuran. SNI (2014) menyatakan
logam berat cd terhadap benih ikan bahwa pH dalam pemeliharaan ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus, Lele 6,6-7,5.
Burchell). Sedangkan pada 3). DO (Oksigen Terlarut)
Syafriadiman (2010), nilai aplikasi Hasil pengukuran DO (oksigen
faktor limbah cair sawit pada ikan terlarut) selama penelitian berkisar
Nila (Oreochromis sp.) adalah 0,01 5,1-7,6 mg/L. hal ini dikarenakan
penggunakaan aerator dalam
Parameter Kualitas Air menghasilkan gelembung-
1). Suhu Air (0C) gelembung udara sehingga membuat
Rata-rata pengukuran suhu air kadar DO naik. Pada kisaran ini
selama penelitian berkisar 25-29 0C. oksigen terlarut yang terkandung
Perubahan suhu pada setiap dalam media pemeliharaan ikan Lele
perlakuan tidak berbeda jauh bahkan Sangkuriang tergolong aman untuk
relatif hampir sama disebabkan pertumbuhan ikan Lele. Oksigen
penelitian ini dilakukan di dalam terlarut (DO) yang optimal untuk
ruangan (Laboraturium) sehingga kelangsungan hidup ikan Lele
perubahan cuaca tidak terlalu Sangkuriang berkisar antara 5 – 6
mempengaruhi perubahan suhu. mg/L (Djoko, 2006) sedangkan DO
Suhu air yang baik untuk hidup ikan yang dapat mematikan ikan lele
Lele Sangkuriang (C. gariepinus) sangkuriang adalah 1,5 -2,0 mg/L
adalah kisaran 25-30 0C (Djoko, (Rudiyanti, 2009).
2006). Kisaran suhu pada penelitian 4). CO2 (Karbondioksida bebas)
ini tergolong suhu yang bagus untuk Hasil pengukuran CO2
budidya ikan Lele Sangkuriang (C. (karbondioksida bebas) selama
gariepinus). penelitian berkisar 4,00-31,63 mg/L.
2). pH (Derajat Keasaman Air) Semakin meningkat meningkatnya
kisaran pH pada uji sub lethal konsentrasi limbah cair sawit yang
adalah 5-8,2 tergolong baik untuk diberikan pada media pemeliharaan
pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang ikan Lele Sangkuriang (C.
(C. gariepinus). Dimana semakin gariepinus) semakin meningkat juga
tinggi konsentrasi limbah cair sawit kandungan CO2. Limbah cair sawit
10

melakukan proses fermentasi dalam mg/L (Juliana, 2003). Amalia et al.


pembentukan asam dan gas metana (2013) menyatakan bahwa kadar
dari suatu senyawa organik amonia yang diperoleh selama uji
sederhana pada reaksi anaerob sublethal pada ikan Patin adalah
sehingga melibatkan banyak reaksi 0,002-0,058 mg/L yang dapat
percabangan yang banyak bersifat toksik bagi ikan.
menghasilkan karbon dioksida
(Linarsih dan Sarto, 2018). KESIMPULAN DAN SARAN
Wardoyo (1981) menjelaskan Berdasarkan penelitian yang
bahwa karbondioksida bebas yang telah dilakukan limbah cair sawit
aman dalam perairan bagi kehidupan memberikan pengaruh terhadap ikan
organisme akuatik adalah sebesar 12 Lele Sangkuriang (C. gariepinus)
ppm. Menurut Lingga (1989) dimana pada uji pendahuluan
karbondioksida bebas ini lebih diperoleh nilai ambang batas bawah
mudah larut dalam air di bandingkan 100 ml/L dan nilai ambang batas
dengan oksigen, kekurangan oksigen atas 1000 ml/L. Pada toksisitas akut
terlarut menyebabkan ikan lebih aktif diperoleh nilai LC50 96 jam yaitu
bernafas dan tanda ini bisa di lihat 417,936 ml/L dan nilai batas aman
dari gerakan air di seputar insang. biologinya (Biological Safety Level)
5). Amonia (NH3) adalah sebesar 4,18 ml/L. Pada uji
Hasil pengukuran amonia sub lethal pemberian limbah cair
selama uji sublethal berkisar 0,001 - sawit memberikan pengaruh sama
0,0310 mg/L, semakin tinggi pada perlakuan P0 (0,00 ml/L), P1 (4
konsentrasi limbah cair sawit yang ml/L) dan P2 (42 ml/L) baik pada
diberikan pada media pemeliharaan pertumbuhan bobot mutlak, laju
ikan Lele Sangkuriang (C. pertumbuhan spesifik dan
gariepinus) selama uji sublethal kelulushidupan. Perlakuan terbaik
maka semakin meningkat pula selama penelitian terdapat pada
kandungan amonia. Limbah cair perlakuan P1 (4 ml/L) dengan
sawit memiliki bahan organik yang pertumbuhan bobot mutlak sebesar
tinggi. Sehingga proses 4,95 g, laju pertumbuhan spesifik
dekomposisinya menghasilkan 4,94 % dan kelulushidupan 80%,
amonia. Nilai amonia yang tinggi pada konsentrasi tersebut limbah cair
dapat menyebabkan kematian ikan sawit aman untuk proses
yang tinggi. Boyd (1979) pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang
menyatakan paras toksik dari NH3 (C. gariepinus) dan bila masuk ke
untuk pemaparan jangka pendek dalam perairan umum tidak
adalah 0,6-2 ppm. membayakan bagi ikan Lele
Afrianto dan Liviawaty (1992) Sangkuriang (C. gariepinus).
menyatakan konsentrasi amonia
yang tinggi dapat menyebabkan Saran
kerusakan insang, sehinnga ikan sulit Limbah cair sawit pada media
mengambil oksigen dari lingkungan. pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang
Boyd (1979) paras toksik dari NH3 (C. gariepinus) dengan konsentrasi
pemaparan jangka pendek 0,6-2 4 ml/L diperoleh kelulushidupan
ppm. Kisaran terendah amonia tak sebesar 80%. Tingkat kelulushidupan
terionisasi yang masih diperbolehkan ikan yang tinggi ini perlu dilakukan
dalam usaha budidaya adalah 0.02 pengamatan mengenai mengenai
11

anatomi ikan dan melihat efek Priangan. Trobos. Jakarta. :


limbah cair sawit terhadap kesehatan 80–81 hlm.
ikan serta layak atau tidak untuk
dikonsumsi oleh manusia. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air
bagi Pengelolaan Sumber
DAFTAR PUSTAKA Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius.
Afrianto, E dan E. Liviawaty, 1992. Yogjakarta. 256 hlm.
Pengendalian Hama dan
Penyakit Ikan. Kanisius. Esenowo, I. K dan O. A. Ugwumba.
Yogyakarta. 87 hlm. 2010. Growth response of
catfish (C. gariepinus)
Amalia R, Marsi, dan Ferdinant HT. exposed to water so luble
2013. Kelangsungan Hidup, fraction of detergent and
Pertumbuhan dan Tingkat diesel oil. Environmental
Konsumsi Oksigen Ikan Patin Reseacrh Journal. 4 (4) : 298-
(Pangius sp) yang Terpapar 301
Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit. Jurnal Akuakultur Finney. D. J. 1978. Stastiscal
Rawa Indonesia 1 (2): 203- Method in Biological Assay.
215. Charles Griffin and Co Ltd.
Biomentrical Journal. 21 (7) :
Bakri, S. 2006. Toksisitas Limbah 689-690
Cair Industri Kelapa Sawit dan
Uji Sublethal Terhadap Gaspersz, V. 1989. Metode
Pertumbuhan Ikan Sepat Rawa Perancangan Percobaan. CV.
(Trichogaster trichogaster). Armico. Bandung. 289 hlm
Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Hasugian, A, P. 2012. Remediasi
Riau. Pekanbaru. 68 hlm. Amonia dalam Limbah Cair
(tidak diterbitkan). Pabrik Kelapa Sawit untuk
Media Hidup Ikan dengan
Boyd, 1979. Water Quality in Warm Metode Elektrokoagulasi dan
Water Fish Pond. Auburn Filtrasi Aktif. Skripsi. Fakultas
University. Agriculture Perikanan Kelautan.
Experiments station. Alabama. Universitas Riau. Pekanbaru.
389 pp. 67 hlm (tidak diterbitkan)

Destya, Q. 2016. Uji Toksisitas Juliana, A. 2003. Pengaruh Tepung


Limbah Cair Sawit Terhadap Terigu Dan Garam Terhadap
Ikan Patin (Pangasius sp.) Perubahan Kualitas Air Dan
Dengan Metode Renewel Test. Kelangsungan Hidup Benih
Jurnal Online Mahasiswa. Ikan Mas (Cyprinus Carpio L).
3(2) : 1-9. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 21 hlm (tidak
Djoko. 2006. Lele Sangkuriang diterbitkan)
Alternatif Kualitas di Tanah
12

Linarsih dan Sarto. 2018. Emisi Gas Universitas Riau. Pekanbaru.


Metana dan Karbon Dioksida 49 hlm (tidak diterbitkan).
pada Proses Pengolahan
Limbah Cair Kelapa Sawit. Rudiyanti, S. 2009. Pertumbuhan
Berita Kedokteran Masyarakat. dan Survival Rate Ikan Mas
34(3):107-114 (Cyprinus carpio Linn) Pada
Berbagai Konsentrasi Pestisida
Lingga, P. 1989. Ikan Mas Kolam Regent 0,3G. Saintek
Air Deras. Penebar Swadaya. Perikanan. 5 (1) : 49–54.
Jakarta. 62 hlm.
Rukmana, R dan H. Yudirachman.
Koesumadinata S & Sutrisno. 1997. 2017. Suskes Budidaya Ikan
Toksisitas Herbisida pada Ikan Lele Secara Intensif. Andi
Nila. Jurnal Penelitian Publisher. Yogyakarta. 57 hlm
Perikanan Indonesia. 3(2):23-
28. Sandra, E, B. 2017. Toksisitas
Logam Berat Hg (Merkuri) dan
Mount, D. I. And C. E. Stephan, Uji Subletal ikan Patin
1967. A Method For (Pangasius hypophtalmus).
Establishing Acceptable. Fish Skripsi. Fakultas Perikanan
Soc. 96: 185-193. Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru. 58 hlm (tidak
Mulia, D. S. 2012. Vaksinasi Lele diterbitkan)
Dumbo. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. 56 hlm Sihaloho, W. S. 2009. Analisis
Kandungan Amonia dari
Putri, S, P. 2007. Toksisitas Akut Limbah Cair Inlet dan Outlet
dan Uji Subkronik Logam dari Beberrapa Industri Kelapa
Berat Cd (Kadmium) Sawit. Skripsi. Fakultas
Terhadap Benih Ikan Lele Matematika dan Ilmi
Dumbo (Clarias gariepinus, Pengetahuan Alam. Medan 48
Burchell). Skripsi. Fakultas hlm (tidak diterbitkan)
Perikanan Kelautan.
Universitas Riau. Pekanbaru. Syafriadiman. 2000. Penentuan Bio
119 hlm (tidak diterbitkan) Indikator Pencemaran.
Toksisitas Limbah Industri
Rand. G. M. and Petrocelli, S. R. Terhadap Organisme
1985. Faundamental of Aquatic Macrobenthos dari Perairan
Toxikology. Methods and Sungai Siak. Pekanbaru.
Aplication. Washington :
Hemisphere Publising Co. Syafriadiman. 2006. Teknik
Pengolahan Data Statistik. CV
Romi, A. 2003. Toksisitas Limbah Mina Mandiri. Pekanbaru. 270
Cair Industri Kelapa Sawit hlm
Terhadap Larva Ikan Gabus
(Channa, sp). Skripsi. Fakultas Syafriadiman. 2010. Toksisitas
Perikanan dan Kelautan. Limbah Cair Minyak Kelapa
Sawit dan Uji Sublethal
13

Terhadap Ikan Nila


(Oreochromis sp.). Berkala
Perikanan Terubuk. 3(1):95-
106.

Taha MR dan Ibrahim AH. 2014.


COD Removal From
Anaerobically Treated Palm
Oil Mill Effluent (AT-POME)
Via Aerated Heterogeneous
Fenton Process: Optimization
Study. Journal of Water
Process Engineering, (1): 8–
16.

Wardoyo, S.T.H., 1981, Kriteria


Kualitas Air untuk Keperluan
Pertanian dan Perikanan,
Makalah Training AMDAL,
Kerjasama PPLH-UNDEP-
PUSDL¬PSL. Bogor. 19-31
hlm

Wong FPS, Nandong J, Samyudia Y.


2009. Optimised treatment of
palm oil mill effluent.
International Journal of
Environment and Waste
Management, 3(3/4):265-277.

Zulfahmi, Ilham. 2017. Toksisitas


Limbah Cair Kelapa Sawit
Terhadap Ikan Nila
(Oreochromis niloticus
Linneus 1758) dan Ikan
Bandeng (Chanos chanos
Froskali 1755). Agricola. 7(1)
: 44-55

You might also like