Crop Management Rubber (Hevea Brasiliensis Muell. Arg) in North Sumatra With Special Aspects of Nursery
Crop Management Rubber (Hevea Brasiliensis Muell. Arg) in North Sumatra With Special Aspects of Nursery
Crop Management Rubber (Hevea Brasiliensis Muell. Arg) in North Sumatra With Special Aspects of Nursery
Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus
Pembibitan
Crop Management Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg) in North Sumatra With Special Aspects of
Nursery
ABSTRACT
Internship activities start from February to June 2014 in Dolok merangir, North Sumatra. In 2025
Indonesia aims to be the largest natural rubber producing countries in the world with a production of 3.8-
4.0 million tons year-1. Indonesian rubber productivity in 2012 was 1 073 kg ha-1. Productivity can be
increased if the plant area which less productive rejuvenated by superior clones. Nursery in rubber
influenced by budding activities. The observations aimed to determine the factors which affect of
success budding. The result was tested by statistical data analysis f-test. The results showed that a higher
percentage of successful budding rootstock on condition of being dormant. The percentage of budding
success was highest in clones PB 260 (86.12%) with an average shoot growth of 12.24 cm month-1 and the
percentage of budding success was less in clones DMI 35 (48.31%). The best time for budding on the rubber
plant at 7:00 to 9:00 pm because low of transpiration and low light intensity.
ABSTRAK
Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014 di kebun dolok merangir
Sumatera Utara. Pada tahun 2025 Indonesia menargetkan menjadi negara penghasil karet alam terbesar di
dunia dengan produksi 3.8-4.0 juta ton tahun-1. Produktivitas karet Indonesia pada tahun 2012 adalah 1
073 kg ha-1. Produktivitas dapat meningkat jika areal tanaman yang saat ini kurang produktif diremajakan
menggunakan klon unggul. Pembibitan pada tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan okulasi. Pengamatan
yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
okulasi. Hasil pengamatan diuji menggunakan analisis data statistika yaitu uji f. Hasil analisis
menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi lebih tinggi pada kondisi batang bawah yang sedang
dorman. Persentase keberhasilan okulasi tertinggi terdapat pada klon PB 260 (86.12%) dengan rata-rata
pertumbuhan tunas 12.24 cm bulan-1 dan persentase keberhasilan okulasi terendah yaitu pada klon DMI 35
(48.31%). Waktu yang terbaik untuk melakukan okulasi pada tanaman karet adalah pada pukul 07.00-09.00
WIB karena transpirasi dan intensitas cahaya matahari rendah.
organisasi dan ketenagakerjaan (jumlah pekerja, dari masing-masing klon yang ditanam, dan data
keterampilan pekerja, dan standar hari kerja), peta sebaran populasi klon di tiap blok.
lokasi, peta sebaran populasi, data produktivitas Data yang diperoleh akan dianalisis
dari masing-masing klon yang ditanam, dan data secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis
sebaran populasi klon di tiap blok. Selain itu, deskriptif dilakukan dengan menjelaskan hasil
studi pustaka dilakukan melalui laporan data berdasarkan perbandingan dengan data
penelitian, jurnal, buku teks, dan sumber pustaka standar baku perusahaan. Analisis kuantitatif
yang lain. terhadap pengamatan persentase keberhasilan
Pengamatan pada aspek khusus okulasi, tinggi tunas, kondisi batang bawah, dan
pembibitan tanaman karet dalam kegiatan magang waktu okulasi dianalisis menggunakan analisis
sebagai data primer yang dikumpulkan terdapat ragam (uji F). Apabila hasil analisis ragam
beberapa parameter khusus yang diamati, yaitu: menunjukkan pengaruh nyata, analisis dilanjutkan
1. Pengamatan persentase keberhasilan okulasi dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range
pada berbagai kondisi batang bawah. Test) pada taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 2007).
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada hari
yang berbeda dan juru okulasi yang sama.
Setiap ulangan terdiri dari 35 tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN
contoh pada kondisi daun batang bawah
yang sedang flush dan dorman, sehingga Keadaan Umum
terdapat 210 satuan pengamatan.
2. Pengamatan persentase keberhasilan okulasi Pelaksanaan pengamatan aspek khusus
pada 5 klon (PB 260, PB 330, PB 340, DMI pada kegiatan magang dilakukan di areal
13, DMI 35) yang diperoleh dari pembibitan Perkebunan Karet. Keadaan iklim di
pemerikasaan okulasi pada kontrol ke-2. kebun menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada termasuk ke dalam tipe iklim A (sangat basah)
bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang dengan kelembaban udara harian rata- rata + 75
sama. Setiap ulangan terdiri dari ±275 % dan suhu rata-rata harian 30 0C. Rata-rata
tanaman contoh, sehingga terdapat 4 125 curah hujan tahunan di kebun adalah 2 377 mm
satuan percobaan. tahun-1 dengan rata-rata bulan basah (BB) 9.30
3. Pengamatan tanaman contoh pada 3 waktu bulan dan bulan kering (BK) 1.10 bulan dalam
berbeda yaitu pada pukul 07.00-09.00, setahun. Jenis tanah adalah Podsolik Merah
09.00-11.00, dan 11.00-13.00 WIB. Kuning dengan pH antara 6 - 7. Tanah di
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada Perkebunan Karet memiliki kemampuan menahan
bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang air (WHC) yang relatif rendah karena kandungan
sama. Setiap ulangan terdiri atas ±450 pasirnya yang relatif cukup tinggi.
tanaman contoh, sehingga terdapat 4 050 Total luas areal pembibitan (nursery) di
satuan percobaan. kebun adalah 16.50 ha yang terletak di Sub-Divisi
4. Pengamatan pertumbuhan tunas hasil I, divisi III Dolok Ulu. Klon karet yang dominan
okulasi pada 5 klon (PB 260, PB 330, PB digunakan sebagai batang atas (entres) terdiri atas
340, DMI 13, DMI 35). Parameter yang PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13, dan
diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah DMI 35. Produktivitas masing-masing klon pada
daun pada 1 bulan dan 2 bulan setelah tahun 2013 diantaranya klon PB 260 2 474 kg
dilakukan penyerongan (cutback), kemudian ha-1, klon PB 330 sebesar 1 376 kg ha-1, klon PB
dirata-ratakan. Pengamatan terdiri atas 3 340 sebesar 1 597 kg ha-1, klon DMI 13 sebesar 2
ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru 233 kg ha-1 dan klon DMI 35 sebesar 2 005 kg ha-
1
okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari .
35 tanaman contoh, sehingga terdapat 525
satuan percobaan. Aspek Teknis
Data sekunder diperoleh dari laporan
manajemen, arsip kebun dan dokumentasi Kegiatan teknis yaitu semua kegiatan
lainnya. Data sekunder yang diperoleh antara yang berkaitan dengan budi daya tanaman karet.
lain luas areal, curah hujan, iklim, konsesi dan Penulis mengikuti kegiatan teknis sebagai
tata guna lahan, keadaaan tanaman (umur tanam, karyawan harian lepas (KHL). Kegiatan ini
populasi tanaman, jenis klon tanaman), struktur bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
organisasi dan ketenagakerjaan (jumlah pekerja, keterampilan tentang aspek teknik budi daya
keterampilan pekerja, dan standar hari kerja), peta tanaman karet. Aspek teknis yang dilakukan oleh
lokasi, peta sebaran populasi, data produktivitas penulis pada proses magang di perkebunan PT
BSRE hanya pada aspek pembibitan. Kegiatan bibit, pengendalian gulma, dan pemancangan.
teknis yang dilakukan yaitu pengecambahan Prestasi kerja yang dicapai penulis selama
benih dengan cara penyemaian, belajar okulasi, pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan terdapat
seleksi hasil okulasi, penyerongan (cut back), pada Tabel 1.
pewiwilan, seleksi bibit siap tanam, pengangkutan
Tabel 1. Prestasi Kerja yang dicapai penulis, karyawan, dan standar kerja
Prestasi kerja (HK-1)
Kegiatan
Mahasiswa Pekerja Standar
Pembuatan bedengan semai dan 1 bedeng 1.5 bedeng 1 bedeng
penyemaian bibit karet
Belajar okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok
Pewiwilan/penunasan bibit hasil okulasi 5 100 tanaman 7 500 tanaman 4 800 tanaman
Seleksi bibit siap tanam 79 tanaman 300 tanaman 300 tanaman
Pengangkutan bibit siap tanam 178 bibit 250 bibit 250 bibit
Pembukaan okulasi pada kontrol I 480 tanaman 2 005 tanaman 1 800 tanaman
Pengendalian gulma manual 4 baris 6 baris 10 baris
Seleksi calon batang bawah (culiing) 6 bedeng 11.5 bedeng 13 bedeng
Belajar membuat jendela okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok
Belajar membungkus okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok
Pengisian polibag dan pembongkaran 50 polybag 160 polybag 160 polybag
persemaian benih
Pemancangan(pancang kepala) 0.015 ha 0.875 ha 1 ha
Pemancangan (titik nol) 0.875 ha 0.875 ha 1 ha
Pemancangan (pancang kepala) 7 ha 7 ha 7 ha
Pemancangan (pancang batas) 7 ha 7 ha 7 ha
adalah kegiatan pengawasan pengolahan lahan, ditemukan selama menjadi pendamping mandor
pengendalian gulma TBM, pengendalian gulma yaitu keterlambatan rotasi pekerjaan karena
(strip spraying), pemupukan TBM, pembibitan kondisi lingkungan, sehingga jadwal rotasi
LCC, penunasan TBM, pemancangan, semprot pekerjaan tidak sesuai dengan rencana kerja. Hal
daun, dan aplikasi stimulansia. Prestasi kerja ini menyebabkan kualitas hasil pekerjaan kurang
yang dicapai penulis selama pelaksanaan baik karena pekerja mengejar target yang lebih
kegiatan manjerial sebagai pendamping mandor dari standar. Sebagai solusinya, perlu adanya rapat
perawatan dapat dilihat pada Tabel 2. kerja secara intensif untuk menyusun jadwal
Secara keseluruhan, kegiatan teknis budi ulang, sehingga pekerjaan yang belum dikerjakan
daya tanaman karet sudah sesuai dengan standar dapat terkontrol.
perusahaan. Adapun permasalahan yang
yang digunakan untuk batang bawah yaitu benih dilakukan pengamatan terhadap tinggi tunas
dari klon campuran (mix). Hal ini juga dalam polybag pada bulan ke-1 dan bulan ke-2
mempengaruhi keberhasilan okulasi yang kualitas setelah dilakukan penyerongan (cut back). Hasil
batang bawahnya tidak merata. pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Selanjutnya untuk melihat daya
kompatibilitas dari masing-masing klon, maka
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata tunas hasil okulasi yang terbentuk pada umur 31
tinggi tunas pada 5 klon yang diamati pada bulan hari setelah tanam berkisar 8.90 cm sampai 19.20
ke-1 tidak berbeda nyata tetapi pada bulan ke-2 cm. Tinggi rendahnya tunas pertama (payung
rata-rata tinggi tunas berbeda nyata dan jika pertama) pada benih karet ini akan mempengaruhi
dilihat pertumbuhannya tidak berbeda nyata. Pada perkembangan tunas kedua yang secara tidak
saat kegiatan magang memasuki bulan ke-4, langsung akan berpengaruh terhadap singkat atau
tinggi tunas DMI 35 baru mencapai umur 1 bulan lambatnya tanaman karet siap disadap (matang
setelah penyerongan (cut back). Oleh karena itu, sadap). Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
pengamatan tinggi tunas klon DMI 35 pada bulan 1 payung tunas berkisar 60 hari. Hal ini diduga
ke-2 setelah penyerongan tidak teramati. dipengaruhi oleh kompabilitas antara batang
Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi bawah dengan batang atas yang menyangkut
tunas hasil okulasi pada 5 klon yang diamati faktor genetik masing-masing klon.
menunjukkan bahwa pertumbuhan tunas yang
tertinggi yaitu pada klon DMI 13 sebesar 13.72 Kondisi batang bawah. Pengamatan ini
cm bulan -1 , tetapi tidak berbeda dengan klon PB dilakukan untuk menganalisis hubungan batang
260 sebesar 12.25 cm bulan-1 dan klon PB 340 bawah terhadap keberhasilan okulasi tanaman
sebesar 11.22 cm bulan-1 sedangkan pertumbuhan karet. Batang bawah yang digunakan merupakan
tunas terendah yaitu pada klon PB 260 sebesar klon campuran, sedangkan untuk batang atas
3.36 cm bulan-1 . Pada umur 31 hari atau 1 bulan menggunakan klon PB 330. Pengamatan
pertama (payung pertama) setelah penyerongan, dilakukan pada juru okulasi yang sama untuk
pertumbuhan klon PB 330 memiliki pertumbuhan menyeragamkan kondisi tanaman yang diamati.
tunas tertinggi sebesar 19.78 cm bulan-1 dan Parameter yang diamati adalah keberhasilan
pada bulan ke-2 setelah penyerongan klon okulasi pada pemeriksaan okulasi ke-2 (42 hari
DMI 13 memiliki pertumbuhan tunas tertinggi setelah okulasi). Hasil pengamatan keberhasilan
sebesar 26.41 cm bulan-1 . Menurut penelitian okulasi pada kondisi batang bawah dapat dilihat
Novalina (2009), menunjukkan bahwa panjang pada Tabel 6.
Tabel 7. Hasil pengamatan perbedaan waktu okulasi terhadap persentase keberhasilan okulasi
Waktu okulasi ∑ Okulasi ∑ Okulasi hidup % Keberhasilan
Kondisi suhu terbaik untuk pertumbuhan Kondisi batang bawah yang sedang dorman
kalus adalah antara 21-29.51 0C. Apabila (81.90%) mempunyai persentase keberhasilan
temperatur >29.51 0C dapat menimbulkan okulasi lebih tinggi dari pada kondisi batang
kerusakan pada pembentukan kalus, sedangkan bawah yang sedang flush (55.24%). Persentasi
bila temperatur <21 0C akan memperlambat keberhasilan okulasi pada 5 klon yang diamati
pembentukan kalus. Pembentukan kalus berbeda nyata. Persentasi keberhasilan okulasi
memerlukan kelembaban yang tinggi. Apabila tertinggi yaitu klon PB 260 sebesar 86.13%
kelembaban rendah dapat menimbulkan dengan rata-rata pertumbuhan tunas 12.25 cm
kekeringan yang dapat menyebabkan sel-sel pada bulan-1 dan persentase keberhasilan terendah
pertautan okulasi mati sehingga dapat yaitu pada klon DMI 35 sebesar 48.31%. Hal
menghalangi pembentukan kalus (Robbyana, ini menunjukan bahwa klon batang atas PB 260
2002). Kondisi suhu di kebun PT BSRE pada pagi memilki kompatibilitas yang tinggi. Waktu yang
hari rata-rata 26 0C dan pada siang hari dengan terbaik untuk melakukan okulasi pada tanaman
intensitas cahaya yang tinggi dapat mencapai karet adalah pada pukul 07.00-09.00 WIB karena
rata-rata 33 0C. Intensitas cahaya matahari yang transpirasi dan intensitas cahaya matahari rendah.
tinggi pada siang hari dan kondisi suhu tinggi Cahaya yang terlampau kuat akan mengurangi
akan mempengaruhi proses okulasi. Oleh karena daya tahan batang entres.
itu, okulasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi
hari atau sore hari pada saat intensitas cahaya DAFTAR PUSTAKA
matahari rendah dan kondisi suhu cenderung
rendah. Akyas, A,M. 2011. Dasar Teknologi (Biologi)
Pengendalian Panen Mangga. Bandung
KESIMPULAN (ID): Universitas Padjadjaran.
Kegiatan magang secara umum dapat Amypalupy, K. 2012. Produksi Bahan Tanam
dijadikan acuan tentang aspek teknis maupun Karet. Sumatera Selatan (ID): Balai
aspek manajerial yang dilakukan di lapangan. Penelitian Karet Sembawa.
Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang
pengelolaan tanaman karet dengan baik. Selain Anwar, C. 2007. Manajemen dan Teknologi
itu mahasiswa dapat memahami tentang aspek Budi daya Karet. Makalah disampaikan
manajerial perkebunan dengan baik, sehingga pada Pelatihan Tekno Ekonomi
mahasiswa dapat melihat relevansi dan kesesuaian Agribisnis Karet. Jakarta.
antara proses pendidikan dengan lapangan
pekerjaan. Balai Penelitian Sembawa. 2009. Pengelolaan
Secara khusus, aspek pembibitan pada Bahan Tanam Karet. Palembang (ID):
tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian
okulasi yang dilakukan. Okulasi yang dilakukan Sembawa.
di perkebunan adalah okulasi hijau. Persentase
keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa [BPTPJ] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
hal diantaranya kondisi batang bawah, Jambi. 2007. Teknik Pembibitan dan Budi
kompatibilitas klon yang digunakan sebagai Daya Karet Unggul di Provinsi Jambi.
batang atas (mata tunas) dan waktu okulasi.
Boerhendhy, I. 2012. Pembangunan Batang Prastowo, N., Roshetko, J.M. 2006. Tehnik
Bawah. Sumatera Selatan (ID): Balai Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif
Penelitian Karet Sembawa. Tanaman Buah. World Agroforestry
Centre (ICRAF) dan Winrock
Boerhendhy, I. 2013. Prospek perbanyakan bibit International, Bogor. P.100
karet unggul dengan teknik okulasi dini.
J. Litbang Pert. 32(2): 85-90. Robbyana, Y. 2002. Pembibitan tanaman karet
(Hevea brasiliensis Muall. Arg) di kebun
[Ditjenbun]. Direktorat Jenderal Perkebunan. Batulawang PTPN VII (Persero) Ciamis,
2013. Produksi, Luas Areal dan Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Produktivitas Perkebunan di Indonesia. Pertanian Bogor.
Gomez, K.A., Gomez, A.A. 2007. Prosedur Setiawan, D.H., Andoko, A. 2008. Petunjuk
Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Lengkap Budi Daya Karet. Jakarta (ID):
Sjamsudin, E., Baharsjah, J.S, AgroMedia Pustaka.
penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.