Crop Management Rubber (Hevea Brasiliensis Muell. Arg) in North Sumatra With Special Aspects of Nursery

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Bul.

Agrohorti 4(1) : 94-103 (2016)

Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus
Pembibitan

Crop Management Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg) in North Sumatra With Special Aspects of
Nursery

Radhiya Nur Anwar dan Suwarto*

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 62-251-8629353 e-mail [email protected]
*Penulis untuk korespondensi: [email protected]

Disetujui 18 Januari 2016/ Published online 25 Januari 2016

ABSTRACT

Internship activities start from February to June 2014 in Dolok merangir, North Sumatra. In 2025
Indonesia aims to be the largest natural rubber producing countries in the world with a production of 3.8-
4.0 million tons year-1. Indonesian rubber productivity in 2012 was 1 073 kg ha-1. Productivity can be
increased if the plant area which less productive rejuvenated by superior clones. Nursery in rubber
influenced by budding activities. The observations aimed to determine the factors which affect of
success budding. The result was tested by statistical data analysis f-test. The results showed that a higher
percentage of successful budding rootstock on condition of being dormant. The percentage of budding
success was highest in clones PB 260 (86.12%) with an average shoot growth of 12.24 cm month-1 and the
percentage of budding success was less in clones DMI 35 (48.31%). The best time for budding on the rubber
plant at 7:00 to 9:00 pm because low of transpiration and low light intensity.

Keywords: budding, clone, nursery, rubber

ABSTRAK

Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014 di kebun dolok merangir
Sumatera Utara. Pada tahun 2025 Indonesia menargetkan menjadi negara penghasil karet alam terbesar di
dunia dengan produksi 3.8-4.0 juta ton tahun-1. Produktivitas karet Indonesia pada tahun 2012 adalah 1
073 kg ha-1. Produktivitas dapat meningkat jika areal tanaman yang saat ini kurang produktif diremajakan
menggunakan klon unggul. Pembibitan pada tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan okulasi. Pengamatan
yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
okulasi. Hasil pengamatan diuji menggunakan analisis data statistika yaitu uji f. Hasil analisis
menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi lebih tinggi pada kondisi batang bawah yang sedang
dorman. Persentase keberhasilan okulasi tertinggi terdapat pada klon PB 260 (86.12%) dengan rata-rata
pertumbuhan tunas 12.24 cm bulan-1 dan persentase keberhasilan okulasi terendah yaitu pada klon DMI 35
(48.31%). Waktu yang terbaik untuk melakukan okulasi pada tanaman karet adalah pada pukul 07.00-09.00
WIB karena transpirasi dan intensitas cahaya matahari rendah.

Kata kunci: karet, klon, okulasi, pembibitan

94 Radhiya Nur Anwar dan Suwarto


Bul. Agrohorti 4(1): 94-103 (2016)

PENDAHULUAN unggul belum optimal dan pemilihan teknik


okulasi yang belum sesuai. Oleh karena itu
Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) pengamatan aspek-aspek yang mempengaruhi
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang keberhasilan okulasi perlu dilakukan.
penting baik untuk lingkup Indonesia maupun Tujuan magang secara umum untuk
bagi internasional. Indonesia pernah menguasai meningkatkan relevansi atau kesesuaian antara
produksi karet dunia dengan mengungguli proses pendidikan dengan lapangan pekerjaan
produksi negara-negara lain. Tanaman karet serta meningkatkan kemampuan mahasiswa
merupakan salah satu komoditi perkebunan yang dalam memahami aspek teknis maupun aspek
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber manajemen dalam proses pengelolaan tanaman
devisa non migas bagi Indonesia. Luas areal karet karet di lapangan. Tujuan secara khusus yaitu
Indonesia saat ini, 85% (2.8 juta ha) merupakan untuk mempelajari dan mengetahui pengelolaan
areal perkebunan karet rakyat yang memberikan aspek pembibitan tanaman karet terutama faktor-
kontribusi 81% terhadap produksi karet alam faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi.
nasional (Balit Sumbawa, 2009).
Secara keseluruhan, luas pertanaman BAHAN DAN METODE
karet di Indonesia dari tahun 1995 hingga tahun
2012 cenderung fluktuatif, tetapi pada tahun Kegiatan magang dilaksanakan di
2012 menunjukkan peningkatan yang cukup perkebunan karet, Kabupaten Simalungun,
signifikan. T ahun 2012, Indonesia memiliki Sumatera Utara. Kegiatan magang ini
perkebunan karet seluas 3 506 201 ha dengan dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Februari
produksi mencapai 3 012 254 ton dan sampai bulan Juni 2014.
produktivitas 1 073 kg ha-1 (Ditjenbun 2013). Kegiatan magang ini dilaksanakan
Pada tahun 2025, Indonesia menargetkan menjadi dengan mengikuti kegiatan teknis dan kegiatan
negara penghasil karet alam terbesar di dunia manajerial. Kegiatan teknis dilakukan untuk
dengan produksi 3.8-4.0 juta ton tahun-1. mendapatkan keterampilan teknis. Kegiatan yang
Permasalahan utama karet Indonesia adalah dilakukan adalah menjadi karyawan harian lepas
produktivitas dan mutu karet rakyat yang sangat (KHL) selama 1 bulan mengikuti kegiatan
rendah. Peningkatan produksi dapat dicapai jika sesuai dengan yang dilaksanakan di lapangan.
areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang Kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan antara
produktif dapat diremajakan dengan menggunakan lain pembibitan, pemupukan, pengendalian
klon karet unggul sehingga produktivitas rata-rata gulma, penyadapan, aplikasi stimulansia, dan lain-
naik minimal 1 500 kg ha-1 (Anwar, 2007). lain. Kegiatan manajerial dilakukan sebagai
Penggunaan bibit dari klon unggul dapat pendamping mandor selama 2 bulan, sebagai
meningkatkan produktivitas rata-rata kebun dari pendamping sinder Sub-Divisi selama 1 bulan,
1 400-2 000 kg ha-1 tahun-1 menjadi 3 500 kg ha-1 dan penyusunan laporan serta membantu dalam
tahun-1 (Balit Sumbawa, 2009). kegiatan administrasi kebun untuk memperoleh
Perbaikan teknologi budi daya juga dapat keterampilan di tingkat manajerial.
menjadi salah satu usaha dalam meningkatkan Aspek khusus yang diambil sebagai bahan
produksi karet di Indonesia. Persiapan pembibitan analisis yaitu mengenai pembibitan tanaman karet.
merupakan aspek budi daya yang sangat penting Pengumpulan data yang diperlukan terdiri atas
dilakukan sebelum tanaman menghasilkan data primer dan data sekunder. Data primer
menjadi tua dan kurang produktif atau umur diperoleh dengan mengamati parameter
ekonomisnya habis. Perbanyakan vegetatif keberhasilan okulasi yaitu (1) persentase
mempunyai peranan yang penting dalam budi keberhasilan okulasi pada berbagai kondisi
daya tanaman perkebunan karena akan batang bawah, (2) persentase keberhasilan
menghasilkan tanaman yang secara genetik sama okulasi antar klon, (3) persentase keberhasilan
dengan induknya, sehingga memiliki sifat-sifat okulasi pada berbagai waktu okulasi, (4)
yang hampir seragam serta memiliki kemampuan pengamatan pertumbuhan tunas hasil okulasi, dan
produksi yang merata. Keseragaman ini akan (5) pengamatan pertumbuhan tanaman
meningkatkan efisiensi manajemen pengelolaan menghasilkan. Metode tidak langsung dilakukan
perkebunan (Boerhendhy dan Amypalupy, 2010). dengan studi pustaka dan pengumpulan data
Penyediaan bibit tanaman karet umumnya sekunder dari arsip perkebunan yaitu data-data
dilakukan melalui perbanyakan vegetatif keadaan umum perusahaan dan kebun antara lain
terutama menggunakan teknik okulasi. Kendala luas areal, curah hujan, iklim, konsesi dan tata
yang terdapat dalam teknik okulasi tanaman guna lahan, keadaaan tanaman (umur tanam,
karet diantaranya adalah penggunaan klon populasi tanaman, jenis klon tanaman), struktur

Pengelolaan Tanaman Karet... 95


Bul. Agrohorti 4(1) : 94-103 (2016)

organisasi dan ketenagakerjaan (jumlah pekerja, dari masing-masing klon yang ditanam, dan data
keterampilan pekerja, dan standar hari kerja), peta sebaran populasi klon di tiap blok.
lokasi, peta sebaran populasi, data produktivitas Data yang diperoleh akan dianalisis
dari masing-masing klon yang ditanam, dan data secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis
sebaran populasi klon di tiap blok. Selain itu, deskriptif dilakukan dengan menjelaskan hasil
studi pustaka dilakukan melalui laporan data berdasarkan perbandingan dengan data
penelitian, jurnal, buku teks, dan sumber pustaka standar baku perusahaan. Analisis kuantitatif
yang lain. terhadap pengamatan persentase keberhasilan
Pengamatan pada aspek khusus okulasi, tinggi tunas, kondisi batang bawah, dan
pembibitan tanaman karet dalam kegiatan magang waktu okulasi dianalisis menggunakan analisis
sebagai data primer yang dikumpulkan terdapat ragam (uji F). Apabila hasil analisis ragam
beberapa parameter khusus yang diamati, yaitu: menunjukkan pengaruh nyata, analisis dilanjutkan
1. Pengamatan persentase keberhasilan okulasi dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range
pada berbagai kondisi batang bawah. Test) pada taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 2007).
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada hari
yang berbeda dan juru okulasi yang sama.
Setiap ulangan terdiri dari 35 tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN
contoh pada kondisi daun batang bawah
yang sedang flush dan dorman, sehingga Keadaan Umum
terdapat 210 satuan pengamatan.
2. Pengamatan persentase keberhasilan okulasi Pelaksanaan pengamatan aspek khusus
pada 5 klon (PB 260, PB 330, PB 340, DMI pada kegiatan magang dilakukan di areal
13, DMI 35) yang diperoleh dari pembibitan Perkebunan Karet. Keadaan iklim di
pemerikasaan okulasi pada kontrol ke-2. kebun menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada termasuk ke dalam tipe iklim A (sangat basah)
bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang dengan kelembaban udara harian rata- rata + 75
sama. Setiap ulangan terdiri dari ±275 % dan suhu rata-rata harian 30 0C. Rata-rata
tanaman contoh, sehingga terdapat 4 125 curah hujan tahunan di kebun adalah 2 377 mm
satuan percobaan. tahun-1 dengan rata-rata bulan basah (BB) 9.30
3. Pengamatan tanaman contoh pada 3 waktu bulan dan bulan kering (BK) 1.10 bulan dalam
berbeda yaitu pada pukul 07.00-09.00, setahun. Jenis tanah adalah Podsolik Merah
09.00-11.00, dan 11.00-13.00 WIB. Kuning dengan pH antara 6 - 7. Tanah di
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada Perkebunan Karet memiliki kemampuan menahan
bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang air (WHC) yang relatif rendah karena kandungan
sama. Setiap ulangan terdiri atas ±450 pasirnya yang relatif cukup tinggi.
tanaman contoh, sehingga terdapat 4 050 Total luas areal pembibitan (nursery) di
satuan percobaan. kebun adalah 16.50 ha yang terletak di Sub-Divisi
4. Pengamatan pertumbuhan tunas hasil I, divisi III Dolok Ulu. Klon karet yang dominan
okulasi pada 5 klon (PB 260, PB 330, PB digunakan sebagai batang atas (entres) terdiri atas
340, DMI 13, DMI 35). Parameter yang PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13, dan
diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah DMI 35. Produktivitas masing-masing klon pada
daun pada 1 bulan dan 2 bulan setelah tahun 2013 diantaranya klon PB 260 2 474 kg
dilakukan penyerongan (cutback), kemudian ha-1, klon PB 330 sebesar 1 376 kg ha-1, klon PB
dirata-ratakan. Pengamatan terdiri atas 3 340 sebesar 1 597 kg ha-1, klon DMI 13 sebesar 2
ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru 233 kg ha-1 dan klon DMI 35 sebesar 2 005 kg ha-
1
okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari .
35 tanaman contoh, sehingga terdapat 525
satuan percobaan. Aspek Teknis
Data sekunder diperoleh dari laporan
manajemen, arsip kebun dan dokumentasi Kegiatan teknis yaitu semua kegiatan
lainnya. Data sekunder yang diperoleh antara yang berkaitan dengan budi daya tanaman karet.
lain luas areal, curah hujan, iklim, konsesi dan Penulis mengikuti kegiatan teknis sebagai
tata guna lahan, keadaaan tanaman (umur tanam, karyawan harian lepas (KHL). Kegiatan ini
populasi tanaman, jenis klon tanaman), struktur bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
organisasi dan ketenagakerjaan (jumlah pekerja, keterampilan tentang aspek teknik budi daya
keterampilan pekerja, dan standar hari kerja), peta tanaman karet. Aspek teknis yang dilakukan oleh
lokasi, peta sebaran populasi, data produktivitas penulis pada proses magang di perkebunan PT

96 Radhiya Nur Anwar dan Suwarto


Bul. Agrohorti 4(1): 94-103 (2016)

BSRE hanya pada aspek pembibitan. Kegiatan bibit, pengendalian gulma, dan pemancangan.
teknis yang dilakukan yaitu pengecambahan Prestasi kerja yang dicapai penulis selama
benih dengan cara penyemaian, belajar okulasi, pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan terdapat
seleksi hasil okulasi, penyerongan (cut back), pada Tabel 1.
pewiwilan, seleksi bibit siap tanam, pengangkutan

Tabel 1. Prestasi Kerja yang dicapai penulis, karyawan, dan standar kerja
Prestasi kerja (HK-1)
Kegiatan
Mahasiswa Pekerja Standar
Pembuatan bedengan semai dan 1 bedeng 1.5 bedeng 1 bedeng
penyemaian bibit karet
Belajar okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok
Pewiwilan/penunasan bibit hasil okulasi 5 100 tanaman 7 500 tanaman 4 800 tanaman
Seleksi bibit siap tanam 79 tanaman 300 tanaman 300 tanaman
Pengangkutan bibit siap tanam 178 bibit 250 bibit 250 bibit
Pembukaan okulasi pada kontrol I 480 tanaman 2 005 tanaman 1 800 tanaman
Pengendalian gulma manual 4 baris 6 baris 10 baris
Seleksi calon batang bawah (culiing) 6 bedeng 11.5 bedeng 13 bedeng
Belajar membuat jendela okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok
Belajar membungkus okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok
Pengisian polibag dan pembongkaran 50 polybag 160 polybag 160 polybag
persemaian benih
Pemancangan(pancang kepala) 0.015 ha 0.875 ha 1 ha
Pemancangan (titik nol) 0.875 ha 0.875 ha 1 ha
Pemancangan (pancang kepala) 7 ha 7 ha 7 ha
Pemancangan (pancang batas) 7 ha 7 ha 7 ha

Secara umum prestasi kerja pekerja memeriksa kegiatan penyadapan, mengawasi


sudah mencapai standar yang ditentukan oleh seluruh kegiatan perawatan di areal TBM dan TM,
perusahaan karena pekerja sudah memiliki mengawasi kegiatan persiapan lahan dan
pengalaman kerja yang cukup lama. Prestasi penanaman di areal replanting, dan megikuti
kerja penulis masih belum mencapai standar kegiatan apel pagi pukul 05.30 WIB bersama para
perusahaan karena penulis masih dalam tahap mandor. Rincian kegiatan kerja yang diawasi
pengenalan dan belajar dalam melakukan adalah pelaksanaan penyadapan di Blok V-23, V-
pekerjaan di lapangan. Secara kuantitas pekerja 26 dan W-26, pembibitan LCC di Blok W-23,
sudah mencapai target perusahaan, tetapi secara pemancangan di Blok U-22, pembuatan parit
kualitas hasil kerja masih kurang sesuai dengan isolasi batas kebun di Blok T-21, pembuatan
kualitas hasil kerja yang diinginkan perusahaan. reservoir, dan pengendalian gulma strip spraying
Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan di Blok W-23. Menurut penilaian penulis selama
dari mandor kerja. Solusi yang perlu dilakukan menjadi pendamping asisten kualitas kerja dan
adalah dengan melakukan pengawasan dan prestasi kerja para mandor di Sub-Divisi I Pondok
pengarahan yang lebih intensif lagi serta Baru sudah baik. Hal ini ditunjukkan oleh kualitas
memberikan pengertian kepada karyawan bahwa hasil kerja yang dihasilkan dan tercapainya target
kualitas kerja juga perlu diperhatikan. kerja yang sudah rencanakan.

Aspek Manajerial Mandor perawatan. Mandor perawatan


memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam
Asisten sub-divisi. Asisten Sub-Divisi mengawasi pekerjaan perawatan yang
memilki kewenangan dan tanggung jawab dilaksanakan setiap sesuai pembagian kerjanya,
terhadap wilayah yang dikelolanya sesuai memeriksa kehadiran para pekerja lepas atau
dengan ketetapan SOP lapangan PT BSRE. FL, menyusun laporan dan rencana kerja,
Tugas yang menjadi kewenangan Asisten Sub- memastikan bahwa seluruh pekerjaan selesai
Divisi adalah melakukan pengawasan dan sesuai prosedur, menjaga dan merawat inventaris
memastikan seluruh kegiatan lapangan yang ada peralatan kerja kebun setiap hari setelah selesai
di wilayahnya secara rutin. Kegiatan sebagai digunakan, dan berkewajiban hadir setiap hari
pendamping asisten yang telah diikuti penulis pukul 05.30 WIB pada kegiatan apel/antrian pagi
selama magang di Sub-Divisi I Pondok Baru, di kantor sub-divisi. Kegiatan pendampingan
Divisi III Dolok Ulu PT BSRE antara lain adalah mandor perawatan yang diikuti oleh penulis

Pengelolaan Tanaman Karet... 97


Bul. Agrohorti 4(1) : 94-103 (2016)

adalah kegiatan pengawasan pengolahan lahan, ditemukan selama menjadi pendamping mandor
pengendalian gulma TBM, pengendalian gulma yaitu keterlambatan rotasi pekerjaan karena
(strip spraying), pemupukan TBM, pembibitan kondisi lingkungan, sehingga jadwal rotasi
LCC, penunasan TBM, pemancangan, semprot pekerjaan tidak sesuai dengan rencana kerja. Hal
daun, dan aplikasi stimulansia. Prestasi kerja ini menyebabkan kualitas hasil pekerjaan kurang
yang dicapai penulis selama pelaksanaan baik karena pekerja mengejar target yang lebih
kegiatan manjerial sebagai pendamping mandor dari standar. Sebagai solusinya, perlu adanya rapat
perawatan dapat dilihat pada Tabel 2. kerja secara intensif untuk menyusun jadwal
Secara keseluruhan, kegiatan teknis budi ulang, sehingga pekerjaan yang belum dikerjakan
daya tanaman karet sudah sesuai dengan standar dapat terkontrol.
perusahaan. Adapun permasalahan yang

Tabel 2. Prestasi kerja sebagai pendamping mandor perawatan


Prestasi kerja (HK-1)
Kegiatan Jumlah KHL yang Luas areal yang Lama kegiatan
diawasi (orang) diawasi (ha) (jam)
Membongkar tunggul dan 1 25 7
penebangan pohon
Pengolahan lahan (Ripping 1) 4 6.03 4
Pengolahan lahan (Teraching) 2 5.05 4
Pengolahan Lahan (Ploughing) 1 19 3.5
Pemancangan 6 12 5.5
Pemancangan (pancang kepala) 7 25 5.5
Pembibitan LCC (Mucuna bracteata) 10 0.25 5
Penanaman stek LCC (Mucuna 10 0.25 5
bracteata)
Semprot sarang buaya 5 1.5 4.5
Semprot strip (Strip spraying) 10 9.96 4.5
Pemupukan dasar lahan pembibitan 3 1 3.5
Semprot sarang buaya 5 1.5 4.5
Semprot strip (Strip spraying) 10 9.96 4.5
Pemupukan TBM 9 17.8 2.5
Menunas 6 14.25 4.5
Semprot daun 4 7 2
Penimbangan hasil (Cup lumb) 32 - 1

Mandor penyadapan. Mandor sadap Tabel 3. Prestasi kerja sebagai pendamping


memiliki kewenangan dan tanggung jawab mandor penyadapan
dalam mengawasi seluruh kegiatan penyadapan Prestasi kerja (HK-1)
yang dikerjakan setiap hari. Permasalahan yang Jumlah KHL Luas areal
Lama
ditemui di lapangan saat menjadi pendamping Kegiatan yang yang
kegiatan
Mandor Sadap antara lain kurang disiplinnya diawasi diawasi
(jam)
penyadap dalam kehadiran dan penyadapan yang (orang) (ha)
masih kurang sesuai dengan aturan dan ketentuan Penyadapan 20 25 5.5
yang berlaku. Banyak tanaman yang sudah rusak Latihan - - -
menyebabkan para penyadap melakukan penyadapan
(Retraining)
penyadapan tidak sesuai dengan arahan mandor
Aplikasi 4 7 4.5
sadap. Hal-hal yang harus dilakukan oleh mandor stimulansia
untuk mengatasi masalah tersebut adalah
memperketat pengawasan serta memberikan Krani stasiun lateks. Krani Stasiun Lateks
pengarahan agar penyadap lebih disiplin memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam
Kegiatan pendampingan mandor sadap memastikan bahwa penyadap mengerjakan
yang diikuti oleh penulis adalah kegiatan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
pengawasan penyadapan di Blok Y-25, Y-26, Z- stasiun lateks sesuai prosedur yang ditetapkan,
25, T-24, U-23, U-24, dan V-23. Prestasi kerja menyusun laporan produksi dan menyerahkannya
yang dicapai penulis selama pelaksanaan kegiatan ke kantor sub-divisi, melayani penimbangan
manjerial sebagai pendamping mandor lateks, cup lumb dan scrap dari para penyadap,
penyadapan dapat dilihat pada Tabel 3. menjaga kebersihan stasiun lateks termasuk tangki

98 Radhiya Nur Anwar dan Suwarto


Bul. Agrohorti 4(1): 94-103 (2016)

lateks dan peralatannya, membantu tugas sehari- Aspek Khusus


hari krani sub-divisi, dan bertanggung jawab atas
faktur kiriman lump sebagai bukti serah terima Okulasi. Parameter yang diamati yaitu
lateks dari lapangan ke pabrik. Penulis berperan persentasi keberhasilan okulasi tiap klon untuk
sebagai pendamping krani stasiun lateks di stasiun melihat kualitas dan potensi batang atas yang
lateks X-24 dan mepelajari cara menggunakan digunakan karena penggunaan benih untuk batang
software penimbangan lateks. Pelaksanaan bawah di pembibitan menggunakan benih dengan
pengumpulan hasil sudah sesuai dengan prosedur klon campuran. Keberhasilan okulasi dapat
yang ditetapkan perusahaan. diketahui dengan cara membuat cungkilan pada
Permasalahan yang ditemukan selama perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila
menjadi pendamping krani stasiun cup lumb masih berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan
diantaranya keterlambatan penyadap datang ke berhasil (Amypalupy 2010).
stasiun cup lumb, keterlambatan mobil Pengamatan dilakukan pada kontrol ke-2
pengangkut hasil, serta penentuan potongan (42 hari setelah okulasi), sehingga persentasi
timbangan untuk kadar air. Hal ini menyebabkan keberhasilan okulasi dihitung berdasarkan jumlah
terjadi selisih timbangan antara lapangan dan okulasi yang hidup pada kontrol ke-2. Data
pabrik karena kandungan air dalam cup lumb persentase keberhasilan okulasi dari 5 klon yang
sudah banyak keluar. diamati dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase keberhasilan okulasi tiap klon


Klon Bedeng ∑ Diokulasi ∑ Okulasi hidup % Keberhasilan okulasi
PB 260 1 309 263 85.11
2 312 275 88.14
3 323 275 85.14
Rata-rata 944 813 86.13a
PB 340 1 254 184 72.44
2 235 164 69.79
3 294 178 60.54
Rata-rata 783 526 67.59bc
PB 340 1 264 120 45.45
2 283 129 45.45
3 266 184 69.17
Rata-rata 813 433 53.36cd
DMI 13 1 280 217 77.50
2 235 184 78.30
3 264 181 68.56
Rata-rata 264 181 74.79ab
DMI 35 1 274 163 59.49
2 274 112 40.88
3 258 115 44.57
Rata-rata 806 390 48.31d
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menandakan bahwa hasil uji f dengan nilai uji lanjut
DMRT pada taraf 5% berbeda nyata. Sumber : Data hasil pengamatan lapang.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa Menurut Boerhendy (2003), perbedaan


persentase keberhasilan okulasi pada 5 klon yang tingkat keberhasilan okulasi dapat disebabkan
diamati berbeda nyata. Rata-rata persentase oleh 2 faktor yaitu: (1) perbedaan karakteristik
keberhasilan okulasi masing-masing klon jaringan mata tunas antar klon, sehingga suatu
bervariasi. Klon PB 260 memiliki persentasi klon lebih mudah diokulasikan dari pada jenis
keberhasilan okulasi tertinggi sebesar 86.13% lainnya, (2) perbedaan kompatibilitas antara
dan persentase keberhasilan terendah yaitu pada jaringan batang atas dan batang bawah. Benih
klon DMI 35 sebesar 48.31%. Penelitian yang untuk batang bawah seharusnya berasal dari benih
dilaksanakan BPTP Jambi (2008), menunjukkan terpilih (propellegitim) yaitu benih yang diketahui
bahwa keberhasilan okulasi klon PB 260 dengan pohon induknya. Klon anjuran untuk batang
batang bawah GT 1 adalah 84% dan dengan bawah adalah GT 1, PR 300, PR 228, AVROS
batang bawah Avros 2037 adalah 83%. Hal ini 2037, LCB 1320, PB 260, BPM 24, PB 330 dan
menunjukan bahwa klon batang atas PB 260 RRIC 100 (Boerhendhy 2012). Benih dari klon
memilki kompatibilitas yang tinggi (Tabel 5). anjuran sulit didapatkan, oleh karena itu benih

Pengelolaan Tanaman Karet... 99


Bul. Agrohorti 4(1) : 94-103 (2016)

yang digunakan untuk batang bawah yaitu benih dilakukan pengamatan terhadap tinggi tunas
dari klon campuran (mix). Hal ini juga dalam polybag pada bulan ke-1 dan bulan ke-2
mempengaruhi keberhasilan okulasi yang kualitas setelah dilakukan penyerongan (cut back). Hasil
batang bawahnya tidak merata. pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Selanjutnya untuk melihat daya
kompatibilitas dari masing-masing klon, maka

Tabel 5. Pengamatan rata-rata tinggi tunas pada 5 klon yang diamati


Tinggi tunas (cm)
Klon Bedeng ∑ Tanaman Pertumbuhan
Bulan ke-1 Bulan ke-2
PB 260 1 35 19.00 26.01 7.01
2 35 8.28 23.64 15.36
3 35 10.71 25.07 14.36
Rata-rata 12.66a 24.91ab 12.25a
PB 340 1 35 19.87 22.80 2.93
2 35 21.93 22.54 0.61
3 35 17.52 24.09 6.57
Rata-rata 19.92a 23.14b 3.36b
PB 340 1 35 12.61 22.03 9.42
2 35 12.81 23.91 11.10
3 35 13.33 26.47 13.14
Rata-rata 12.92a 24.14ab 11.22a
DMI 13 1 35 16.41 27.37 10.96
2 35 5.43 24.03 18.60
3 35 16.22 27.83 11.61
Rata-rata 12.69a 26.41a 13.72a
DMI 35 1 35 21.03
2 35 12.60
3 35 4.44
Rata-rata 12.69a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menandakan bahwa hasil uji f dengan nilai uji lanjut
DMRT pada taraf 5% berbeda nyata. Sumber: Data hasil pengamatan lapang

Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata tunas hasil okulasi yang terbentuk pada umur 31
tinggi tunas pada 5 klon yang diamati pada bulan hari setelah tanam berkisar 8.90 cm sampai 19.20
ke-1 tidak berbeda nyata tetapi pada bulan ke-2 cm. Tinggi rendahnya tunas pertama (payung
rata-rata tinggi tunas berbeda nyata dan jika pertama) pada benih karet ini akan mempengaruhi
dilihat pertumbuhannya tidak berbeda nyata. Pada perkembangan tunas kedua yang secara tidak
saat kegiatan magang memasuki bulan ke-4, langsung akan berpengaruh terhadap singkat atau
tinggi tunas DMI 35 baru mencapai umur 1 bulan lambatnya tanaman karet siap disadap (matang
setelah penyerongan (cut back). Oleh karena itu, sadap). Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
pengamatan tinggi tunas klon DMI 35 pada bulan 1 payung tunas berkisar 60 hari. Hal ini diduga
ke-2 setelah penyerongan tidak teramati. dipengaruhi oleh kompabilitas antara batang
Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi bawah dengan batang atas yang menyangkut
tunas hasil okulasi pada 5 klon yang diamati faktor genetik masing-masing klon.
menunjukkan bahwa pertumbuhan tunas yang
tertinggi yaitu pada klon DMI 13 sebesar 13.72 Kondisi batang bawah. Pengamatan ini
cm bulan -1 , tetapi tidak berbeda dengan klon PB dilakukan untuk menganalisis hubungan batang
260 sebesar 12.25 cm bulan-1 dan klon PB 340 bawah terhadap keberhasilan okulasi tanaman
sebesar 11.22 cm bulan-1 sedangkan pertumbuhan karet. Batang bawah yang digunakan merupakan
tunas terendah yaitu pada klon PB 260 sebesar klon campuran, sedangkan untuk batang atas
3.36 cm bulan-1 . Pada umur 31 hari atau 1 bulan menggunakan klon PB 330. Pengamatan
pertama (payung pertama) setelah penyerongan, dilakukan pada juru okulasi yang sama untuk
pertumbuhan klon PB 330 memiliki pertumbuhan menyeragamkan kondisi tanaman yang diamati.
tunas tertinggi sebesar 19.78 cm bulan-1 dan Parameter yang diamati adalah keberhasilan
pada bulan ke-2 setelah penyerongan klon okulasi pada pemeriksaan okulasi ke-2 (42 hari
DMI 13 memiliki pertumbuhan tunas tertinggi setelah okulasi). Hasil pengamatan keberhasilan
sebesar 26.41 cm bulan-1 . Menurut penelitian okulasi pada kondisi batang bawah dapat dilihat
Novalina (2009), menunjukkan bahwa panjang pada Tabel 6.

100 Radhiya Nur Anwar dan Suwarto


Bul. Agrohorti 4(1): 94-103 (2016)
tumbuh dan beramifikasi lagi. Pada giliran air
Tabel 6. Pengamatan kondisi batang bawah berikut hara mineral dan hormon (terutama
terhadap persentase keberhasilan sitokinin yang diproduksi diakar) dialirkan lagi ke
okulasi bagian atas tumbuhan, tunas kuncup yang dorman
Kondisi Batang % Keberhasilan terpicu lagi, tunas yang kuncup mulai pecah,
∑ diokulasi flushing, dan daun berkembang (Akyas, 2011).
Bawah Okulasi
35 62.86 Hal ini menjelaskan bahwa pada kondisi batang
Flush 35 40.00 flush terdapat aliran air dan asimilat yang
35 62.86 dihasilkan tanaman untuk pertumbuhan daun
Rata-rata 55.24b sehingga getah akan banyak keluar dan akan
35 88.57 menyebabkan lengketnya kulit pada kayu.
Dorman 35 62.86 Kondisi tersebut menyebabkan pertautan mata
35 94.29 tunas dan kayu batang bawah tidak sempurna
Rata-rata 81.90a
karena kecenderungan bahwa semakin muda daun
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada
kolom yang sama menandakan bahwa hasil yang terdapat pada batang bawah, maka semakin
uji f dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5% banyak getah yang keluar dari batang tanaman
berbeda nyata. Sumber: Data hasil sehingga akan menyulitkan pada saat pembuatan
pengamatan lapang jendela okulasi. Hal ini menyebabkan persentase
keberhasilan okulasi pada kondisi batang bawah
Hasil analisis data kondisi batang bawah yang flush rendah.
menunjukkan bahwa persentase keberhasilan
okulasi pada kondisi batang bawah yang sedang Waktu okulasi. Pengamatan dilakukan
dorman dan flush berbeda nyata. Kondisi daun pada 3 waktu yaitu pukul 07.00-09.00, 09.00-
batang bawah yang sedang dorman (81.90%) 11.00, dan 11.00-13.00 WIB pada 3 bedeng yang
mempunyai keberhasilan okulasi yang lebih baik berbeda. Keberhasilan okulasi dilihat pada
dari pada kondisi daun batang bawah yang sedang pemeriksaan ke-2 (42 hari setelah okulasi).
flush (55.24). Kondisi daun batang bawah yang Adapun hasil pengamatan persentase keberhasilan
sedang dorman dicirikan oleh kulit batang yang okulasi berdasarkan waktu dapat dilihat pada
tidak lengket karena getah yang keluar sedikit, Tabel 7.
sehingga pertautan batang atas dan batang bawah Berdasarkan hasil analisis data terhadap
lebih sempurna jika dibandingkan saat kondisi pengamatan waktu okulasi, persentase
daun batang bawah yang sedang flush. Hal ini keberhasilan okulasi pada 3 kondisi waktu
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa okulasi tidak berbeda nyata. Hasil pengamatan
kondisi tunas batang bawah yang baik untuk waktu okulasi pada pukul 07.00-09.00 WIB
okulasi yaitu tunas batang bawah dalam keadaan menunjukkan rata-rata persentase keberhasilan
tidur (dorman) atau daun tua (Amypalupy, 2012). okulasi sebesar 74.39%, pada pukul 09.00-11.00
Selain itu teori lain menyebutkan bahwa kondisi WIB menunjukkan rata-rata persentase
terbaik batang bawah dalam kegiatan okulasi yaitu keberhasilan okulasi sebesar 67.13% dan pada
pada fase pertumbuhan yang optimum, kambium pukul 11.00-13.00 WIB menunjukkan rata-rata
aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan persentase keberhasilan okulasi sebesar
dan proses merekatnya mata tempel ke batang 60.92%. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut
bawah (Prastowo dan Roshetko, 2006). memberikan informasi bahwa semakin siang
Teori kendali umpan balik menjelaskan waktu okulasi, maka persentase keberhasilan
bahwa semakin meningkatnya transpirasi karena okulasi semakin rendah. Hal ini sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan tunas-tunas teori yang menyebutkan bahwa waktu terbaik
muda, luas permukaan transpirasi bertambah untuk pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari,
dengan cepat sedemikian rupa sehingga akar tidak antara pukul 07.00-11.00 pagi, karena pada saat
mampu lagi mengimbanginya dengan suplai air tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis
yang cukup. Akibatnya terjadi cekaman air sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi
sehingga ujung-ujung tumbuhan pada bagian aktif dan optimum. Pelaksanaan okulasi diatas
tunas menjadi dorman. Pada keadaan tersebut pukul 12.00 siang kurang baik karena kondisi
daun masih tetap berfungsi, tetapi karena tunas daun mulai layu dan kualitas entres sudah
tidak lagi menjadi sink (penampung), fotosintat menurun (Prastowo dan Roshetko, 2006).
banyak dialirkan ke akar, dengan akibat akar

Tabel 7. Hasil pengamatan perbedaan waktu okulasi terhadap persentase keberhasilan okulasi
Waktu okulasi ∑ Okulasi ∑ Okulasi hidup % Keberhasilan

Pengelolaan Tanaman Karet... 101


Bul. Agrohorti 4(1) : 94-103 (2016)

(pohon) (pohon) okulasi


07.00-09.00 1 452 325 71.90
2 441 337 76.42
3 457 342 74.84
Rata-rata 1 350 1 004 74.39a
09.00-11.00 1 470 321 68.30
2 440 295 67.05
3 474 313 66.03
Rata-rata 1 384 929 67.13a
11.00-13.00 1 459 301 65.58
2 458 268 58.52
3 474 278 58.65
Rata-rata 1 391 847 60.92a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menandakan bahwa hasil uji f dengan uji lanjut
DMRT pada taraf 5% berbeda nyata. Sumber : Data hasil pengamatan lapang di PT BSRE

Kondisi suhu terbaik untuk pertumbuhan Kondisi batang bawah yang sedang dorman
kalus adalah antara 21-29.51 0C. Apabila (81.90%) mempunyai persentase keberhasilan
temperatur >29.51 0C dapat menimbulkan okulasi lebih tinggi dari pada kondisi batang
kerusakan pada pembentukan kalus, sedangkan bawah yang sedang flush (55.24%). Persentasi
bila temperatur <21 0C akan memperlambat keberhasilan okulasi pada 5 klon yang diamati
pembentukan kalus. Pembentukan kalus berbeda nyata. Persentasi keberhasilan okulasi
memerlukan kelembaban yang tinggi. Apabila tertinggi yaitu klon PB 260 sebesar 86.13%
kelembaban rendah dapat menimbulkan dengan rata-rata pertumbuhan tunas 12.25 cm
kekeringan yang dapat menyebabkan sel-sel pada bulan-1 dan persentase keberhasilan terendah
pertautan okulasi mati sehingga dapat yaitu pada klon DMI 35 sebesar 48.31%. Hal
menghalangi pembentukan kalus (Robbyana, ini menunjukan bahwa klon batang atas PB 260
2002). Kondisi suhu di kebun PT BSRE pada pagi memilki kompatibilitas yang tinggi. Waktu yang
hari rata-rata 26 0C dan pada siang hari dengan terbaik untuk melakukan okulasi pada tanaman
intensitas cahaya yang tinggi dapat mencapai karet adalah pada pukul 07.00-09.00 WIB karena
rata-rata 33 0C. Intensitas cahaya matahari yang transpirasi dan intensitas cahaya matahari rendah.
tinggi pada siang hari dan kondisi suhu tinggi Cahaya yang terlampau kuat akan mengurangi
akan mempengaruhi proses okulasi. Oleh karena daya tahan batang entres.
itu, okulasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi
hari atau sore hari pada saat intensitas cahaya DAFTAR PUSTAKA
matahari rendah dan kondisi suhu cenderung
rendah. Akyas, A,M. 2011. Dasar Teknologi (Biologi)
Pengendalian Panen Mangga. Bandung
KESIMPULAN (ID): Universitas Padjadjaran.

Kegiatan magang secara umum dapat Amypalupy, K. 2012. Produksi Bahan Tanam
dijadikan acuan tentang aspek teknis maupun Karet. Sumatera Selatan (ID): Balai
aspek manajerial yang dilakukan di lapangan. Penelitian Karet Sembawa.
Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang
pengelolaan tanaman karet dengan baik. Selain Anwar, C. 2007. Manajemen dan Teknologi
itu mahasiswa dapat memahami tentang aspek Budi daya Karet. Makalah disampaikan
manajerial perkebunan dengan baik, sehingga pada Pelatihan Tekno Ekonomi
mahasiswa dapat melihat relevansi dan kesesuaian Agribisnis Karet. Jakarta.
antara proses pendidikan dengan lapangan
pekerjaan. Balai Penelitian Sembawa. 2009. Pengelolaan
Secara khusus, aspek pembibitan pada Bahan Tanam Karet. Palembang (ID):
tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian
okulasi yang dilakukan. Okulasi yang dilakukan Sembawa.
di perkebunan adalah okulasi hijau. Persentase
keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa [BPTPJ] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
hal diantaranya kondisi batang bawah, Jambi. 2007. Teknik Pembibitan dan Budi
kompatibilitas klon yang digunakan sebagai Daya Karet Unggul di Provinsi Jambi.
batang atas (mata tunas) dan waktu okulasi.

102 Radhiya Nur Anwar dan Suwarto


Bul. Agrohorti 4(1): 94-103 (2016)

Boerhendhy, I., Amypalupy K. 2010. Terjemah dari : Statistical Procedur for


Optimalisasi produktivitas karet melalui Agricultural Research. Ed ke-2.
penggunaan bahan tanaman,
pemeliharaan, sistem eksploitasi dan Novalina. 2009. Pewarisan beberapa karakter
peremajaan tanaman . J. Litbang Pert. kualitatif pada tanaman karet. J.
30(2):23-30. Agronomi. 13(1):17-20.

Boerhendhy, I. 2012. Pembangunan Batang Prastowo, N., Roshetko, J.M. 2006. Tehnik
Bawah. Sumatera Selatan (ID): Balai Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif
Penelitian Karet Sembawa. Tanaman Buah. World Agroforestry
Centre (ICRAF) dan Winrock
Boerhendhy, I. 2013. Prospek perbanyakan bibit International, Bogor. P.100
karet unggul dengan teknik okulasi dini.
J. Litbang Pert. 32(2): 85-90. Robbyana, Y. 2002. Pembibitan tanaman karet
(Hevea brasiliensis Muall. Arg) di kebun
[Ditjenbun]. Direktorat Jenderal Perkebunan. Batulawang PTPN VII (Persero) Ciamis,
2013. Produksi, Luas Areal dan Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Produktivitas Perkebunan di Indonesia. Pertanian Bogor.

Gomez, K.A., Gomez, A.A. 2007. Prosedur Setiawan, D.H., Andoko, A. 2008. Petunjuk
Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Lengkap Budi Daya Karet. Jakarta (ID):
Sjamsudin, E., Baharsjah, J.S, AgroMedia Pustaka.
penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.

Pengelolaan Tanaman Karet... 103

You might also like