1 PB PDF
1 PB PDF
1 PB PDF
Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Gunung Sari Estate, Kalimantan Selatan
Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Gunung Sari Estate, South Kalimantan
ABSTRACT
The research was conducted in Gunung Sari Estate, South Kalimantan from February until June
2011. Activities performedduring the internshipis a field worker for one month, as assistant foreman for one
month, as assistant chief of the garden for two months. The purpose of the internship is improve knowledge,
gain work experience and studying the management aspects of harvesting oil palm, both technical and
managerial aspects. The primary data were obtained directly from the field by doing discussions or
interviews with the foreman and assistant division as well as through direct observation in the field. The
secondary data were obtained from the company data or company records. Based om observation during
research can be conclude that the main issues in harvesting was late harvest interval, this was due to
defiency harvest labour, harvest basis was not reached and harvest labout absenteeism was high. Source of
losses in Gunung Sari Estate was unharvested bunches, unripe bunches, empty fruit bunch and uncollected
lossfruit. In general harvesting management in Gunung Sari Estate have to improved to minimaze losses.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Gunung Sari Estate, agang ini dilakukan di Gunung Sari Estate,
Kalimantan Selatan, dari Februari sampai Juni 2011. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian sebagai
seorang pekerja lapangan selama satu bulan, sebagai asisten mandor selama satu bulan, sebagai asisten
kepala kebun selama dua bulan. Tujuan dari penelitian adalah meningkatkan pengetahuan, mendapatkan
pengalaman kerja dan mempelajari aspek pengelolaan kelapa sawit panen, aspek teknis dan manajerial.
Data primer diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan diskusi atau wawancara dengan mandor
dan asisten divisi serta melalui pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari
perusahaan data atau catatan perusahaan. Berdasarkan pengamatan selama penelitian dapat disimpulkan
bahwa masalah utama dalam panen terlambat Interval panen, hal ini disebabkan kekurangan tenaga kerja
panen, dasar tidak Mencapai panen, dan absensi tenaga kerja panen tinggi. Sumber kerugian di Gunung
Sari Estate adalah Tandan dipanen, Tandan mentah, tandan kosong dan kehilangan buah yang belum
dikumpulkan. Pada panen umum dalam manajemen Gunung Sari Estate telah ditingkatkan untuk
meminimalkan kerugian.
hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi
(rata-rata 346 mm), sedangkan curah hujan hingga umur 25 tahun. Pada periode
terendah terjadi pada bulan September (rata-rata menghasilkan, perlu dilakukan perencanaan panen
110 mm). Rata–rata jumlah bulan basah (BB) dan yang rutin agar produksi yang dihasilkan sesuai
bulan kering (BK) berturut–turut yaitu 8.66 dan dengan potensi produksi tanaman. Perencanaan
2.22 bulan. Menurut kelas iklim Schmidth- panen dilakukan setiap tahun, semester, dan
Ferguson, keadaan iklim di GSE termasuk dalam harian. Dasar perencanaan panen adalah potensi
tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi produksi. Penentuan target tahunan mengacu pada
hutan hujan tropika. Berdasarkan hasil analisis standar produksi yang berdasarkan pada umur
tanah yang dilakukan oleh Minamas Research tanaman dan kelas lahan. Data produksi selama
Centre (MRC) pada tahun 2006, jenis tanah di beberapa tahun terakhir juga dijadikan dasar bagi
GSE tergolong ke dalam ordo oxisol dengan seri penentuan target selama setahun. Target satu
tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19 tahun didistribusikan pada bulan Januari–
Plinthic Hapludox. Desember dan dikelompokkan antara semester 1
Tanaman kelapa sawit yang diusahakan dan semester 2.
adalah Tenera yang merupakan hasil persilangan Target semester disusun setiap enam
antara Dura dan Psifera. Bibit yang digunakan bulan. Untuk menetapkan target per semester
berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit dilakukan sensus buah dan bunga. Produksi
(PPKS) dan PT Socfindo. Tanaman kelapa sawit tandan buah segar (TBS) ditentukan oleh jumlah
ditanam dengan jarak tanam 9,2 m x 9,2 m x 9,2 bunga yang kemudian berkembang menjadi buah.
m dengan pola tanam berbentuk segitiga sama sisi Proses perkembangan dari bunga menjadi buah
dengan standar populasi 136 pokok/ha. membutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan. Dengan
Produktivitas kelapa sawit di Kebun Gunung Sari menghitung jumlah TBS dapat diketahui produksi
dari tahun 2005 - 2010 yaitu 22.77, 20.68, untuk enam bulan ke depan. Pengamatan
20.54, 16.99, dan 23.22 ton TBS/ha/tahun. dilakukan dengan mengambil 10-15% pokok
sampel dari jumlah pokok produktif berdasarkan
Penetapan target tahun tanam masing-masing divisi. Pengamatan
dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan
Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika Desember dan Juni.
berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap
Tabel 1. Target dan realisasi produksi yang dapat dicapai Divisi 2 pada bulan Januari-Mei 2011
Produksi TBS
Realisasi terhadap Realisasi terhadap target
Produksi Realisasi
Potensi (kg) Target (kg) potensi (%) (%)
(kg)
Januari 1 632 150 1 871 910 1 690 672 103.59 90.32
Februari 1 530 140 1 476 060 1 411 920 92.27 95.65
Maret 1 632 150 1 480 510 2 118 900 129.82 143.12
April 2 040 180 1 633 860 2 214 410 108.54 135.53
Mei 2 142 190 1 869 610 2 341 900 109.32 125.26
Sumber : kantor Divisi 2 GSE (2011)
Berdasarkan pada tabel 1 terlihat bahwa dengan jumlah hari hujan 13 hari. Untuk lebih
Divisi 2 rata – rata mampu mencapai potensi jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
produksi kecuali pada bulan Februari, yang hanya Tidak selesainya hancak pada hari panen
mencapai 92,27% dari potensi produksi yaitu menyebabkan pusingan menjadi tinggi. Pusingan
1 411 920 kg. Tidak tercapainya potensi produksi panen pada bulan Februari belum mencapai
diakibatkan oleh seringnya pemanen tidak dapat standar yakni pusingan 6/7 atau minimal 4 kali
menyelesaikan hancaknya atau tidak mencapai dipanen pada satu bulan. Pusingan panen pada
basis pada hari panen. Disamping itu jumlah hari Bulan Februari termasuk tinggi yaitu 2.64.
kerja (HK) pada bulan Februari cukup rendah Kurangnya tenaga panen mengakibatkan tidak
dibanding bulan lain yaitu 1 429 HK dengan optimalnya penggalian potensi produksi. Pada
jumlah HK siap borongnya 1010 kg/HK. Tidak bulan Februari jumlah tenaga pemanen yang
tercapainya potensi produksi pada bulan Februari tercatat di divisi 2 adalah 39 orang sementara
juga dapat diakibatkan oleh rendahnya persentase standar jumlah pemanen di Divisi 2 adalah 44
kematangan buah. Rendahnya persentase orang, sehingga masih kekurangan 5 orang tenaga
kematangan buah diakibatkan oleh rendahnya pemanen. Dengan menambah tenaga pemanen
curah hujan pada bulan Februari, yaitu 53 mm diharapkan mampu meningkatkan efisiensi untuk
mencapai potensi produksi yang telah ditetapkan. dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi
Menurut Lubis (2008) keberhasilan dalam serta faktor pendukung lainnya yakni keadaan
pencapaian produksi sangat dipengaruhi oleh areal dan organisasi yang efektif.
bahan tanam yang digunakan, tenaga panen
Tabel 2. Jumlah hari kerja (HK), jumlah pemanen, pusingan dan curah hujan di Divisi 2 pada bylan Januari-
Mei 2011
Curah
HK siap Output Jumlah Jumlah
Bulan Luas (ha) HK kerja Pusingan hujan
borong (kg/HK) pemanen hari hujan
(mm)
Januari 990 1 596 1 277 1 059 38 3.17 18 203
Februari 990 1 429 1 010 988 39 2.64 13 53
Maret 990 1 774 1 422 1 234 40 3.03 20 221
April 990 1 746 1 488 1 268 40 3.1 16 238
Mei 990 1 837 1 386 1 275 41 3.89 15 165
Sumber : Kantor besar GSE (2011)
Kriteria matang panen di Divisi 2 adalah agar diperoleh tandan buah segar (TBS)
mengikuti Minimum Ripeness Standard (MRS) yang layak olah dengan kandungan ALB serendah
atau kriteria matang panen berdasarkan atas mungkin. Kandungan asam lemak bebas (ALB)
jumlah brondolan yang lepas secara alami dari buah juga dipengaruhi oleh kualitas buah saat
tandan buah yang matang yaitu sekurang- dipanen. Oleh karena itu terdapat kriteria matang
kurangnya terdapat lima brondolan per janjang di panen yang dibedakan menjadi beberapa fraksi.
piringan sebelum panen. Kriteria matang panen Pada setiap tingkatan fraksi kematangan buah
yang berlaku di Divisi 2 dapat dilihat pada memiliki rendemen minyak dan kandungan ALB
Tabel 3. Tujuan penerapan kriteria matang buah yang berbeda, seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengamatan kualitas potong buah di Divisi 2 GSE
Fraksi Buah Rendemen Minyak Kadar Asam Lemak Bebas
0 16 1.6
1 21.4 1.7
2 22.1 1.8
3 22.2 2.1
4 22.2 2.6
5 21.9 3.8
Sumber : Lubis (2008)
Tabel 4, panen pada fraksi 0 akan luas hanca tetap. Sebaliknya, bila persentase
merugikan karena rendemen minyaknya masih kematangan buah rendah, pemanen diberikan
rendah, sedangkan pada fraksi 4 dan 5 juga hanca yang lebih luas dari hanca tetap. Sistem
merugikan karena memiliki kadar ALB yang panen ini berjalan efektif di Divisi 2. Kekurangan
tinggi. Dari hasil pengamatan kualitas potong dari sistem ini adalah bila pemanen mendapat
buah di Divisi 2 (Tabel 5), total buah mentah hanca yang bukan hanca tetapnya, pemanen
yang dipanen adalah 0.7 %, buah under ripe 2.33 cenderung tidak menjaga kualitas panennya
%, buah ripe 88.11 %, dan buah empty bunch 8.9 seperti adanya ditemukan pelepah sengkleh dan
%. Pemanenan buah unripe merupakan salah satu susunan pelepah tidak U shape front stacking.
sumber losses. Persentase pemanenan buah unripe Pembagian hanca ini sepenuhnya adalah
di atas standar, hal ini terjadi karena sebagian wewenang mandor panen. Oleh karena itu
pemanen kurang memahami instruksi mandor diharapkan proses supervisi oleh mandor panen
mengenai buah yang boleh dipanen dan terkadang tetap dilaksanakan dengan baik untuk menjaga
untuk memenuhi basis, pemanen memanen buah kualitas panen tetap baik.
unripe. Oleh karena itu, perlu diberikan peraturan
yang jelas bagi pemanen supaya tidak terjadi Kebutuhan tenaga kerja
pemanenan buah mentah yang merugikan
perusahaan. Komponen kebutuhan tenaga kerja
Kualitas TBS hasil panen yang baik yaitu dihitung dari luasan areal panen dalam satu
pada fraksi 2 dan 3 (buah ripe). Persentase buah afdeling, kemampuan rata-rata pemanen per hari,
ripe masih di bawah standar yaitu 88.11, dan pusingan atau rotasi panen yang digunakan.
sementara persentase empty bunch tinggi yaitu Kemampuan rata-rata pemanen mengacu pada
8.90. Tingginya persentase empty bunch yang kegiatan panen selama satu hari kerja atau setara
dipanen menunjukkan bahwa pusingan panen dengan 7 jam. Berikut ini adalah contoh
yang dilakukan tinggi. Tingginya pusingan panen perhitungan tenaga kerja panen yang ada di
disebabkan oleh banyaknya tenaga pemanen yang Divisi 2 :
tidak masuk kerja, banyaknya libur, atau karena Luas areal panen : 990 ha
cuaca yang buruk. Pemanenan buah empty bunch Kemampuan pemanen : 3.8 ha
akan merugikan perusahaan berdasarkan Seksi panen : 6/7
kandungan minyak serta kandungan ALBnya. 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
Sistem panen 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
=
Sistem Panen yang berlaku di Divisi 2 𝑠𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 × 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
GSE adalah sistem hanca giring tetap per 990 ℎ𝑎
mandoran. Setiap pemanen mempunyai hanca = = 44
6 𝑠𝑒𝑘𝑠𝑖 × 3.8 ℎ𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
yang tetap. Akan tetapi hanca panen dapat Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga
berubah sesuai persentase kematangan buah yang kerja pemanen yang dibutuhkan adalah 44 orang.
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing Akan tetapi jumlah tenaga pemanen yang ada di
pemanen. Jika persentase kematangan buah tinggi, Divisi 2 saat bulan Mei adalah 41 orang. Hal ini
pemanen diberikan hanca yang lebih kecil dari
Manajemen Panen Kelapa … 305
Bul. Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)
menunjukkan tenaga panen efektif untuk setiap yang terealisasi dapat sesuai dengan rencana
harinya belum terpenuhi. Kurangnya tenaga kerja tahunan kebun. Pengontrolan tenaga kerja panen
pemanen akan mengakibatkan panen tidak tuntas dilakukan dengan mengamati kualitas dan
karena luas areal panen melebihi kemampuan kuantitas kerja pemanen. Pengamatan kualitas
rata-rata pemanen. Pusingan panen juga menjadi kerja pemanen yang dilakukan penulis yaitu
tinggi akibat pengulangan panen pada hanca yang pengamatan persentase buah matang tidak
belum tuntas akibatnya jumlah buah lewat matang dipanen. Pengamatan dilakukan dengan
bertambah dan berpotensi menjadi kehilangan mengambil dua kelompok kecil pemanen (KKP)
produksi. Untuk mengatasi hal tersebut, mandor dari setiap mandoran. Hasil pengamatan disajikan
mengambil kebijakan dengan memerintahkan pada Tabel 6.
pemanen yang belum tuntas hancanya agar Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa
membantu pemanen lain yang belum tuntas. persentase buah matang tidak dipanen masih di
Keputusan ini berjalan efektif karena pemanen atas standar yang ditetapkan oleh Gunung Sari
termotivasi dengan adanya premi lebih basis Estate yaitu 2.46 % per KKP. Standar buah
borong. matang tidak dipanen di Gunung Sari Estate
adalah 0 %. Tingginya persentase buah matang
Tenaga kerja pemanen tidak dipanen disebabkan oleh kelalaian pemanen,
pemanen kadang kurang teliti dalam melihat buah
Tenaga kerja pemanen yang terdaftar di matang di pokok. Faktor lain yang mempengaruhi
Divisi 2 Gunung Sari Estate pada Bulan Mei adalah keadaan pokok dan keadaan areal. Pada
tahun 2011 adalah 83 orang (41 cutter dan 42 pokok yang tunasannya tidak baik, brondolan
picker). Pengontrolan tenaga kerja pemanen perlu buah biasanya tersangkut di pelepah sehingga
dilakukan untuk mengetahui kualitas kerja pemanen akan kesulitan dalam menentukan
pemanen apakah sudah sesuai dengan Standar kematangan buah tersebut. Keadaan areal yang
Operasional Procedure (SOP) panen yang berpalung akan menyulitkan pemanen dalam
ditetapkan oleh perusahaan dan agar produksi memanen buah.
Tabel 6. Hasil pengamatan TBS tidak terpanen di Divisi 2 Gunung Sari Estate
KKP Total TBS dipanen Buah matang tidak dipanen % Buah matang tidak dipanen
KKP 1 60 1 1.67
KKP 2 81 0 0
KKP 3 73 1 1.37
KKP 4 80 1 1.25
KKP 5 62 4 6.45
KKP 6 50 2 4
Total 406 9 14.74
Rata-rata/ KKP 1,5 2.46
TBS yang mempunyai gagang panjang panjang. Selama menjadi pendamping mandor
dipotong serapat mungkin dengan buah, tetapi penulis mengamati hasil losses brondolan akibat
tidak sampai melukai atau menyebabkan pemotongan gagang panjang. Hasil pengamatan
terpotongnya brondolan atau terikut ke gagang disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil pengamatan losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang
Mandoran Jumlah TPH Losses Brondolan (buah) Jumlah TBS (tandan) Brondolan/TBS
A 19 114 220 0.52
B 19 64 250 0.26
C 19 230 410 0.56
Total 57 408 880
Rata-rata 0.45
Hasil pengamatan dapat dilihat bahwa yang maksimal hanya dapat dicapai jika losses
jumlah brondolan yang terbuang akibat produksi minimal. Oleh karena itu perlu
pemotongan gagang panjang adalah 0.45 ditingkatkan keterampilan pemanen dan
brondolan per TBS. Persentasenya memang tidak pengontrolan oleh mandor panen dalam
terlalu besar tapi ini merupakan sumber losses dan memotong gangang panjang.
perlu diwaspadai. Menurut Pahan (2008) produksi
Hasil pengamatan mengenai kualitas kutip oleh kelalaian pemanen (cutter). Pemanen tidak
brondolan, yaitu meliputi brondolan tinggal, baik mengutip brondolan yang tertinggal di bawah
tertinggal di piringan, pokok sawit dan pasar janjang panen dan brondolan yang tercecer akibat
rintis. Pengamatan dilakukan dengan melihat penggancuan dan pengangkutan mamakai
kinerja picker (pembrondol) dalam kelompok angkong.
kecil pemanen (KKP). Dalam satu KKP Gunung Sari Estate menetapkan standar
jumlah pembrondol mengikuti jumlah pemanen brondolan tinggal 2 buah brondolan per TBS.
yaitu 3 orang pembrondol. Hasil pengamatan Penulis juga melakukan pengamatan brondolan
dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 di bawah tinggal per pokok berdasarkan jumlah picker
terlihat bahwa persentase brondolan tinggal di dalam KKP. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
piringan paling tinggi yaitu 52.95 %. Tingginya Tabel 9. Hasil pengamatan pada Tabel 9
persentase brondolan tinggal di piringan brondolan yangtertinggal per TBS masih di atas
disebabkan oleh kelalaian pembrondol dan standar yang ditetapkan di Gunung Sari Estate
kondisi piringan kurang baik yaitu banyak yaitu 2.55 % artinya terdapat 2.55 brondolan per
ditumbuhi gulma sehingga menyulitkan TBS. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan
pembrondol dalam mengutip brondolan. pengawasan panen untuk meminimalkan
Persentase buah tinggal di pokok juga tinggi yaitu kehilangan panen.
42.67 %. Brondolan tinggal di pokok disebabkan
Tabel 9. Pengamatan brondolan tinggal per TBS dan per pokok panen
Picker Brondolan tinggal Jumlah Brondolan Tinggal %
Jumlah
dalam Pasar Total pokok
Piringan Pokok TBS Per TBS Per Pokok
KKP rintis panen
KKP 1 129 53 29 211 60 55 3.25 3.84
KKP 2 79 28 0 107 81 74 1.32 1.45
KKP 3 195 56 23 274 73 67 3.75 4.09
KKP 4 59 80 2 141 80 72 1.76 1.96
KKP 5 39 116 1 156 62 55 2.52 2.84
KKP 6 55 61 7 123 50 46 2.46 2.67
Total 406 369
Rata-rata 2.55 2.81
Tabel 10. Kejadian buah restan di Divisi 2 GSE bulan Januari – Mei 2011
Restan
Bulan
Tonase buah restan Jumlah hari restan (ton/hari)
Januari 101 920 9 4.08
Februari 20 780 2 0.83
Maret 73 400 6 2.94
April 76 030 2 3.04
Mei 44 760 6 1.79
Sumber : kantor Divisi 2 GSE (Mei, 2011)
tinggal didapatkan hasil 2.46% per KKP dan
Buah yang telah dikeluarkan di TPH oleh brondolan tinggal 2.55% per TBS. Hasil
pemanen banyak yang ditinggal, dan tidak sempat pengamatan kualitas kutip brondolan didapatkan
diperiksa oleh mandor panen, krani panen maupun hasil persentase brondolan tinggal di piringan
mandor transpor. Kejadian buah restan terbanyak paling tinggi 52.95 % dan di pokok 42.67 %.
terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 9 kali
dengan rata-rata 4,08 ton/ hari. Faktor utama DAFTAR PUSTAKA
penyebab terjadinya buah restan pada bulan
januari adalah tingginya curah hujan pada bulan Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis
Januari yang menyebabkan jalan rusak sehingga guineensis Jacq) di Indonesia Edisi 2.
tidak bisa dilalui oleh truk pengangkut buah. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat.
Kegiatan panen dimulai sejak pagi hari Medan.
hingga ancak panen tuntas. Untuk menuntaskan
panen satu hari, pemanen membutuhkan waktu Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005.
yang lebih lama, biasanya pemanen harus bekerja Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
hingga sore hari sehingga pengangkutan harus Yogyakarta (ID) : Gajah Mada
dilaksanakan hingga malam. Proses pengangkutan University Press.
buah pada malam hari tidak dapat berjalan efektif
karena kendala waktu dan tenaga tukang muat. Manual Referensi Agronomi. 2008. Buku
Hal ini menyebabkan buah tidak habis pada hari Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Standar
tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka mandor Operating Procedure Manual
panen harus memastikan bahwa pemanen yang Agronomic Practice). Jakarta (ID):
telah selesai panen tidak langsung pulang namun Minamas Plantation.
terlebih dahulu membantu pemanen lain yang
belum menuntaskan ancak panennya. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga
KESIMPULAN Hilir.. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Mutu buah hasil panen di Divisi 2 masih Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap
kurang baik. Berdasarkan hasil pengamatan mutu Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
buah panen di Divisi 2 terdapat buah mentah Sawit. Jakarta (ID): PT Agromedia
sebanyak 0.7 % (standar 0 %), buah ripe 88.11 % Pustaka.
(standar >95 %), dan buah empty bunch 8.9 %
(standar 0%). Losses TBS dan brondolan kelapa Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit.. Yogyakarta
sawit di Divisi 2 masih tergolong di atas standar (ID): Kanisius.
yang ditetapkan perusahaan. Pengamatan TBS