1 PB PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Bul.

Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Gunung Sari Estate, Kalimantan Selatan

Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Gunung Sari Estate, South Kalimantan

Midian Romeo Siregar dan Ade Wachjar*

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp.&Faks. 62-251-8629353 e-mail [email protected]
*Penulis untuk korespondensi: [email protected]

Disetujui 6 November 2017/Published online 14 November 2017

ABSTRACT

The research was conducted in Gunung Sari Estate, South Kalimantan from February until June
2011. Activities performedduring the internshipis a field worker for one month, as assistant foreman for one
month, as assistant chief of the garden for two months. The purpose of the internship is improve knowledge,
gain work experience and studying the management aspects of harvesting oil palm, both technical and
managerial aspects. The primary data were obtained directly from the field by doing discussions or
interviews with the foreman and assistant division as well as through direct observation in the field. The
secondary data were obtained from the company data or company records. Based om observation during
research can be conclude that the main issues in harvesting was late harvest interval, this was due to
defiency harvest labour, harvest basis was not reached and harvest labout absenteeism was high. Source of
losses in Gunung Sari Estate was unharvested bunches, unripe bunches, empty fruit bunch and uncollected
lossfruit. In general harvesting management in Gunung Sari Estate have to improved to minimaze losses.

Keyword : harvesting management, oil palm, source of losses

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Gunung Sari Estate, agang ini dilakukan di Gunung Sari Estate,
Kalimantan Selatan, dari Februari sampai Juni 2011. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian sebagai
seorang pekerja lapangan selama satu bulan, sebagai asisten mandor selama satu bulan, sebagai asisten
kepala kebun selama dua bulan. Tujuan dari penelitian adalah meningkatkan pengetahuan, mendapatkan
pengalaman kerja dan mempelajari aspek pengelolaan kelapa sawit panen, aspek teknis dan manajerial.
Data primer diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan diskusi atau wawancara dengan mandor
dan asisten divisi serta melalui pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari
perusahaan data atau catatan perusahaan. Berdasarkan pengamatan selama penelitian dapat disimpulkan
bahwa masalah utama dalam panen terlambat Interval panen, hal ini disebabkan kekurangan tenaga kerja
panen, dasar tidak Mencapai panen, dan absensi tenaga kerja panen tinggi. Sumber kerugian di Gunung
Sari Estate adalah Tandan dipanen, Tandan mentah, tandan kosong dan kehilangan buah yang belum
dikumpulkan. Pada panen umum dalam manajemen Gunung Sari Estate telah ditingkatkan untuk
meminimalkan kerugian.

Kata kunci : kelapa sawit, manajemen pemanenan, sumber kehilangan

Manajemen Panen Kelapa … 301


Bul. Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

Kelapa sawit merupakan salah satu Penelitian dilaksanakan di Gunung Sari


komoditas perkebunan andalan di Indonesia saat Estate, Kalimantan mulai bulan Februari 2011
ini. Menurut Pardamean (2008) komoditas kelapa sampai Juni 2011. Penelitian dilakukan meliputi
sawit cocok dikembangkan, baik berbentuk pola kegiatan teknis dan kegiatan manajerial yang
usaha perkebunan besar maupun skala kecil untuk disesuaikan dengan jadwal perkebunan. Kegiatan
petani pekebun. Pertumbuhan kelapa sawit lebih penelitian yaitu pemeliharaan dan pemanenan.
tahan menghadapi berbagai kendala dan masalah Kegiatan pemeliharaan meliputi pengendalian
dibandingkan tanaman lain. Mangoensoekarjo dan gulma secara manual dan kimia, pemupukan
Semangun (2005) menyatakan bahwa komoditas organik dan anorganik , penanaman benefical
kelapa sawit memiliki peluang bisnis yang besar plant dan rawat jalan. Kegiatan pemanenan
dan dapat menciptakan lapangan kerja yang meliputi perencanaan pemanenan hingga
mengarah kepada kesejahteraan masyarakat dan pengangkutan TBS ke pabrik.
sebagai sumber devisa negara. Pengumpulan data meliputi pengambilan
Kelapa sawit merupakan sumber minyak primer dan sekunder. Data primer merupakan
nabati yang penting. Kelapa sawit dapat diolah informasi yang diperoleh secara langsung melalui
menjadi minyak sawit yang dikenal sebagai pengamatan yang dilakukan serta diskusi
Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil langsung KHL, mandor dan asisten kebun. Data
(PKO). Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel primer yang diperoleh yaitu kriteria matang panen
Oil (PKO) dapat diolah menjadi bermacam- (kualitas potong buah), perhitungan angka
macam produk lanjutan dengan bermacam- kerapatan panen dan taksasi produksi, dan losses
macam kegunaan seperti minyak goreng, akibat pelaksanaan panen. Kriteria matang panen
mentega, sabun, kosmetika, dan obat. Selain itu, dilakukan dengan mengamati mutu buah sesuai
minyak kelapa sawit dapat menjadi substitusi kriteria matang panen yang diterapkan di Divisi 2.
bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar Pengamatan dilakukan di masing-masing
dipenuhi dari minyak bumi (Setyamidjaja, 2006). kemandoran dengan mengambil 15 TPH sampel
Pemanenan merupakan hal yang sangat perkemandoran. Perhitungan angka kerapatan
penting dalam kegiatan produksi tanaman kelapa panen (AKP) dan taksasi produksi dilakukan
sawit. Pelaksanaan pemanenan kelapa sawit dengan mengambil pokok sampel sebanyak 10%
berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak dari total populasi dalam satu blok yang diambil
yang dihasilkan. Kualitas minyak yang dihasilkan secara acak. Tandan buah segar tidak terpanen dan
bergantung pada kriteria panen buah yang layak kualitas kutip brondolan dilakukan dengan
dipanen. Menurut Pahan (2008) pelaksanaan akan mengamati kualitas kerja pemanenan (cutter) dan
berjalan normal bila dikelola dengan baik. Oleh pembrondol (picker). Losses brondolan akibat
karena itu, kegiatan pemanenan kelapa sawit pemotongan gagang panjang dilakukan dengan
sawit harus dilakukan sebaik-baiknya agar menghitung jumlah brondolan yang terikut dalam
diperoleh target produksi dengan kualitas yang potongan gagang panjang oleh pemanenan.
memenuhi permintaan pasar. Data sekunder diperoleh dari laporan
Keberhasilan panen dan produksi sangat manajemen (bulanan, semesteran, tahunan) dan
bergantung pada bahan tanam yang digunakan studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh yaitu
untuk panen, kelancaran transportasi serta faktor data elevasi, curah hujan, data produksi dan
pendukung lainnya seperti organisasi panen yang historis produksi. Data yang diperoleh kemudian
baik , keadaan areal dan insentif yang disediakan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
(Lubis, 2008). Pelaksanaan pemanenan kelapa
sawit yang tepat meliputi penentuan kriteria HASIL DAN PEMBAHASAN
panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan
tenaga kerja yang terampil, teknis panen, Kondisi umum
pengumpulan hasil dan pengawasan serta
pengangkutan panen. Penelitian ini bertujuan Gunung Sari Estate (GSE) terletak di
mempelajari dan menganalisis permasalahan Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten
dalam pengelolaan pemanenan agar dapat Tanah bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan
memberikan masukan yang efektif dan efisien dengan jarak ±200 km dari Banjarmasin dengan
dalam kegiatan pemanenan. ketinggian ± 15 m diatas permukaan laut (dpl).
Rata-rata curah hujan tahunan GSE dalam kurun
waktu sembilan tahun terakhir (2002-2010) adalah
2 528 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 159

302 Midian Romeo Siregar dan Ade Wachjar


Bul. Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)

hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi
(rata-rata 346 mm), sedangkan curah hujan hingga umur 25 tahun. Pada periode
terendah terjadi pada bulan September (rata-rata menghasilkan, perlu dilakukan perencanaan panen
110 mm). Rata–rata jumlah bulan basah (BB) dan yang rutin agar produksi yang dihasilkan sesuai
bulan kering (BK) berturut–turut yaitu 8.66 dan dengan potensi produksi tanaman. Perencanaan
2.22 bulan. Menurut kelas iklim Schmidth- panen dilakukan setiap tahun, semester, dan
Ferguson, keadaan iklim di GSE termasuk dalam harian. Dasar perencanaan panen adalah potensi
tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi produksi. Penentuan target tahunan mengacu pada
hutan hujan tropika. Berdasarkan hasil analisis standar produksi yang berdasarkan pada umur
tanah yang dilakukan oleh Minamas Research tanaman dan kelas lahan. Data produksi selama
Centre (MRC) pada tahun 2006, jenis tanah di beberapa tahun terakhir juga dijadikan dasar bagi
GSE tergolong ke dalam ordo oxisol dengan seri penentuan target selama setahun. Target satu
tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19 tahun didistribusikan pada bulan Januari–
Plinthic Hapludox. Desember dan dikelompokkan antara semester 1
Tanaman kelapa sawit yang diusahakan dan semester 2.
adalah Tenera yang merupakan hasil persilangan Target semester disusun setiap enam
antara Dura dan Psifera. Bibit yang digunakan bulan. Untuk menetapkan target per semester
berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit dilakukan sensus buah dan bunga. Produksi
(PPKS) dan PT Socfindo. Tanaman kelapa sawit tandan buah segar (TBS) ditentukan oleh jumlah
ditanam dengan jarak tanam 9,2 m x 9,2 m x 9,2 bunga yang kemudian berkembang menjadi buah.
m dengan pola tanam berbentuk segitiga sama sisi Proses perkembangan dari bunga menjadi buah
dengan standar populasi 136 pokok/ha. membutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan. Dengan
Produktivitas kelapa sawit di Kebun Gunung Sari menghitung jumlah TBS dapat diketahui produksi
dari tahun 2005 - 2010 yaitu 22.77, 20.68, untuk enam bulan ke depan. Pengamatan
20.54, 16.99, dan 23.22 ton TBS/ha/tahun. dilakukan dengan mengambil 10-15% pokok
sampel dari jumlah pokok produktif berdasarkan
Penetapan target tahun tanam masing-masing divisi. Pengamatan
dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan
Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika Desember dan Juni.
berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap
Tabel 1. Target dan realisasi produksi yang dapat dicapai Divisi 2 pada bulan Januari-Mei 2011
Produksi TBS
Realisasi terhadap Realisasi terhadap target
Produksi Realisasi
Potensi (kg) Target (kg) potensi (%) (%)
(kg)
Januari 1 632 150 1 871 910 1 690 672 103.59 90.32
Februari 1 530 140 1 476 060 1 411 920 92.27 95.65
Maret 1 632 150 1 480 510 2 118 900 129.82 143.12
April 2 040 180 1 633 860 2 214 410 108.54 135.53
Mei 2 142 190 1 869 610 2 341 900 109.32 125.26
Sumber : kantor Divisi 2 GSE (2011)

Berdasarkan pada tabel 1 terlihat bahwa dengan jumlah hari hujan 13 hari. Untuk lebih
Divisi 2 rata – rata mampu mencapai potensi jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
produksi kecuali pada bulan Februari, yang hanya Tidak selesainya hancak pada hari panen
mencapai 92,27% dari potensi produksi yaitu menyebabkan pusingan menjadi tinggi. Pusingan
1 411 920 kg. Tidak tercapainya potensi produksi panen pada bulan Februari belum mencapai
diakibatkan oleh seringnya pemanen tidak dapat standar yakni pusingan 6/7 atau minimal 4 kali
menyelesaikan hancaknya atau tidak mencapai dipanen pada satu bulan. Pusingan panen pada
basis pada hari panen. Disamping itu jumlah hari Bulan Februari termasuk tinggi yaitu 2.64.
kerja (HK) pada bulan Februari cukup rendah Kurangnya tenaga panen mengakibatkan tidak
dibanding bulan lain yaitu 1 429 HK dengan optimalnya penggalian potensi produksi. Pada
jumlah HK siap borongnya 1010 kg/HK. Tidak bulan Februari jumlah tenaga pemanen yang
tercapainya potensi produksi pada bulan Februari tercatat di divisi 2 adalah 39 orang sementara
juga dapat diakibatkan oleh rendahnya persentase standar jumlah pemanen di Divisi 2 adalah 44
kematangan buah. Rendahnya persentase orang, sehingga masih kekurangan 5 orang tenaga
kematangan buah diakibatkan oleh rendahnya pemanen. Dengan menambah tenaga pemanen
curah hujan pada bulan Februari, yaitu 53 mm diharapkan mampu meningkatkan efisiensi untuk

Manajemen Panen Kelapa … 303


Bul. Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)

mencapai potensi produksi yang telah ditetapkan. dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi
Menurut Lubis (2008) keberhasilan dalam serta faktor pendukung lainnya yakni keadaan
pencapaian produksi sangat dipengaruhi oleh areal dan organisasi yang efektif.
bahan tanam yang digunakan, tenaga panen

Tabel 2. Jumlah hari kerja (HK), jumlah pemanen, pusingan dan curah hujan di Divisi 2 pada bylan Januari-
Mei 2011
Curah
HK siap Output Jumlah Jumlah
Bulan Luas (ha) HK kerja Pusingan hujan
borong (kg/HK) pemanen hari hujan
(mm)
Januari 990 1 596 1 277 1 059 38 3.17 18 203
Februari 990 1 429 1 010 988 39 2.64 13 53
Maret 990 1 774 1 422 1 234 40 3.03 20 221
April 990 1 746 1 488 1 268 40 3.1 16 238
Mei 990 1 837 1 386 1 275 41 3.89 15 165
Sumber : Kantor besar GSE (2011)

Angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi BJR : 20.49 kg


produksi Total pokok produktif : 3 806 pokok
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ
𝐴𝐾𝑃 = × 100 %
Pengamatan terhadap angka kerapatan 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
panen dilakukan setiap hari untuk dapat 131
mentaksasi produksi besok hari. Pada saat = 400 × 100%
melaksanakan penelitian, penulis melakukan = 32.75% ≈ 33%
taksasi buah bersama mandor panen. Angka Perkiraan produksi = AKP × BJR × Total
Kerapatan Panen dihitung dengan menggunakan pokok produktif
pohon sampel. Pohon sampel diambil sebanyak = 0.33 × 20.49 × 3 806
10% dari total populasi pada satu blok. = 25 540 kg (25.5 ton)
Pengambilan pokok sampel ditentukan dengan Menurut perhitungan sensus harian di
memilih jalur secara acak pada blok sampel. atas, persentase kerapatan panen adalah 33%.
Angka Kerapatan Panen dapat dihitung dengan Berdasarkan angka kerapatan tersebut, maka
rumus : diperkirakan produksi yang keluar dari Blok F27
adalah 25.5 ton. Jumlah truk yang dibutuhkan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ juka kemampuan rata-rata angkut buah 8 ton TBS
𝐴𝐾𝑃 = × 100 %
𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 per tripnya adalah 3 truk (3 trip).
Angka Kerapatan Panen digunakan untuk
menghitung taksasi produksi. Taksasi produksi Kriteria matang panen
adalah kegiatan untuk memperkirakan produksi
TBS kebun yang akan dihasilkan pada periode Penentuan kriteria matang panen sangat
pemanenan tersebut yang dapat digunakan untuk penting dilakukan agar pemanen memotong
memperkirakan produksi, jumlah tenaga kerja tandan buah yang tepat. Secara teori, tandan buah
panen dan alat pengangkutan yang dibutuhkan yang ideal untuk dipanen adalah saat kandungan
untuk mengangkut TBS. Taksasi produksi minyak maksimal dalam daging buah dan
dilakukan di Blok F27 adalah 25.5 ton, dengan kandungan asam lemak bebas yang serendah
contoh perhitungan : mungkin.
Pokok sampel : 400 pokok
Jumlah buah merah : 131 tandan
Tabel 3. Standar kematangan (Ripeness standard) buah
Jenis Buah Kriteria Batas Toleran
Unripe (Mentah) 0 - 4 brondolan lepas/ janjang 0%
Under Ripe (Kurang Matang) 5 - 9 brondolan lepas/ jangjang < 5%
Ripe (Matang) ≥ 10 brondolan lepas/ janjang > 95%
Empty Bunch(Janjang Kosong) > 95 % brondolan lepas/ jangjang 0%
Longstalk (Gagang panjang) panjang gagang > 5 cm 0%
Old Bunch (Buah Restan) Lebih dari 48 jam 0%
Sumber : manual referensi agronomi minamas plantation Indonesia (2008)

304 Midian Romeo Siregar dan Ade Wachjar


Bul. Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)

Kriteria matang panen di Divisi 2 adalah agar diperoleh tandan buah segar (TBS)
mengikuti Minimum Ripeness Standard (MRS) yang layak olah dengan kandungan ALB serendah
atau kriteria matang panen berdasarkan atas mungkin. Kandungan asam lemak bebas (ALB)
jumlah brondolan yang lepas secara alami dari buah juga dipengaruhi oleh kualitas buah saat
tandan buah yang matang yaitu sekurang- dipanen. Oleh karena itu terdapat kriteria matang
kurangnya terdapat lima brondolan per janjang di panen yang dibedakan menjadi beberapa fraksi.
piringan sebelum panen. Kriteria matang panen Pada setiap tingkatan fraksi kematangan buah
yang berlaku di Divisi 2 dapat dilihat pada memiliki rendemen minyak dan kandungan ALB
Tabel 3. Tujuan penerapan kriteria matang buah yang berbeda, seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengamatan kualitas potong buah di Divisi 2 GSE
Fraksi Buah Rendemen Minyak Kadar Asam Lemak Bebas
0 16 1.6
1 21.4 1.7
2 22.1 1.8
3 22.2 2.1
4 22.2 2.6
5 21.9 3.8
Sumber : Lubis (2008)
Tabel 4, panen pada fraksi 0 akan luas hanca tetap. Sebaliknya, bila persentase
merugikan karena rendemen minyaknya masih kematangan buah rendah, pemanen diberikan
rendah, sedangkan pada fraksi 4 dan 5 juga hanca yang lebih luas dari hanca tetap. Sistem
merugikan karena memiliki kadar ALB yang panen ini berjalan efektif di Divisi 2. Kekurangan
tinggi. Dari hasil pengamatan kualitas potong dari sistem ini adalah bila pemanen mendapat
buah di Divisi 2 (Tabel 5), total buah mentah hanca yang bukan hanca tetapnya, pemanen
yang dipanen adalah 0.7 %, buah under ripe 2.33 cenderung tidak menjaga kualitas panennya
%, buah ripe 88.11 %, dan buah empty bunch 8.9 seperti adanya ditemukan pelepah sengkleh dan
%. Pemanenan buah unripe merupakan salah satu susunan pelepah tidak U shape front stacking.
sumber losses. Persentase pemanenan buah unripe Pembagian hanca ini sepenuhnya adalah
di atas standar, hal ini terjadi karena sebagian wewenang mandor panen. Oleh karena itu
pemanen kurang memahami instruksi mandor diharapkan proses supervisi oleh mandor panen
mengenai buah yang boleh dipanen dan terkadang tetap dilaksanakan dengan baik untuk menjaga
untuk memenuhi basis, pemanen memanen buah kualitas panen tetap baik.
unripe. Oleh karena itu, perlu diberikan peraturan
yang jelas bagi pemanen supaya tidak terjadi Kebutuhan tenaga kerja
pemanenan buah mentah yang merugikan
perusahaan. Komponen kebutuhan tenaga kerja
Kualitas TBS hasil panen yang baik yaitu dihitung dari luasan areal panen dalam satu
pada fraksi 2 dan 3 (buah ripe). Persentase buah afdeling, kemampuan rata-rata pemanen per hari,
ripe masih di bawah standar yaitu 88.11, dan pusingan atau rotasi panen yang digunakan.
sementara persentase empty bunch tinggi yaitu Kemampuan rata-rata pemanen mengacu pada
8.90. Tingginya persentase empty bunch yang kegiatan panen selama satu hari kerja atau setara
dipanen menunjukkan bahwa pusingan panen dengan 7 jam. Berikut ini adalah contoh
yang dilakukan tinggi. Tingginya pusingan panen perhitungan tenaga kerja panen yang ada di
disebabkan oleh banyaknya tenaga pemanen yang Divisi 2 :
tidak masuk kerja, banyaknya libur, atau karena Luas areal panen : 990 ha
cuaca yang buruk. Pemanenan buah empty bunch Kemampuan pemanen : 3.8 ha
akan merugikan perusahaan berdasarkan Seksi panen : 6/7
kandungan minyak serta kandungan ALBnya. 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
Sistem panen 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
=
Sistem Panen yang berlaku di Divisi 2 𝑠𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 × 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
GSE adalah sistem hanca giring tetap per 990 ℎ𝑎
mandoran. Setiap pemanen mempunyai hanca = = 44
6 𝑠𝑒𝑘𝑠𝑖 × 3.8 ℎ𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
yang tetap. Akan tetapi hanca panen dapat Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga
berubah sesuai persentase kematangan buah yang kerja pemanen yang dibutuhkan adalah 44 orang.
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing Akan tetapi jumlah tenaga pemanen yang ada di
pemanen. Jika persentase kematangan buah tinggi, Divisi 2 saat bulan Mei adalah 41 orang. Hal ini
pemanen diberikan hanca yang lebih kecil dari
Manajemen Panen Kelapa … 305
Bul. Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)

menunjukkan tenaga panen efektif untuk setiap yang terealisasi dapat sesuai dengan rencana
harinya belum terpenuhi. Kurangnya tenaga kerja tahunan kebun. Pengontrolan tenaga kerja panen
pemanen akan mengakibatkan panen tidak tuntas dilakukan dengan mengamati kualitas dan
karena luas areal panen melebihi kemampuan kuantitas kerja pemanen. Pengamatan kualitas
rata-rata pemanen. Pusingan panen juga menjadi kerja pemanen yang dilakukan penulis yaitu
tinggi akibat pengulangan panen pada hanca yang pengamatan persentase buah matang tidak
belum tuntas akibatnya jumlah buah lewat matang dipanen. Pengamatan dilakukan dengan
bertambah dan berpotensi menjadi kehilangan mengambil dua kelompok kecil pemanen (KKP)
produksi. Untuk mengatasi hal tersebut, mandor dari setiap mandoran. Hasil pengamatan disajikan
mengambil kebijakan dengan memerintahkan pada Tabel 6.
pemanen yang belum tuntas hancanya agar Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa
membantu pemanen lain yang belum tuntas. persentase buah matang tidak dipanen masih di
Keputusan ini berjalan efektif karena pemanen atas standar yang ditetapkan oleh Gunung Sari
termotivasi dengan adanya premi lebih basis Estate yaitu 2.46 % per KKP. Standar buah
borong. matang tidak dipanen di Gunung Sari Estate
adalah 0 %. Tingginya persentase buah matang
Tenaga kerja pemanen tidak dipanen disebabkan oleh kelalaian pemanen,
pemanen kadang kurang teliti dalam melihat buah
Tenaga kerja pemanen yang terdaftar di matang di pokok. Faktor lain yang mempengaruhi
Divisi 2 Gunung Sari Estate pada Bulan Mei adalah keadaan pokok dan keadaan areal. Pada
tahun 2011 adalah 83 orang (41 cutter dan 42 pokok yang tunasannya tidak baik, brondolan
picker). Pengontrolan tenaga kerja pemanen perlu buah biasanya tersangkut di pelepah sehingga
dilakukan untuk mengetahui kualitas kerja pemanen akan kesulitan dalam menentukan
pemanen apakah sudah sesuai dengan Standar kematangan buah tersebut. Keadaan areal yang
Operasional Procedure (SOP) panen yang berpalung akan menyulitkan pemanen dalam
ditetapkan oleh perusahaan dan agar produksi memanen buah.
Tabel 6. Hasil pengamatan TBS tidak terpanen di Divisi 2 Gunung Sari Estate
KKP Total TBS dipanen Buah matang tidak dipanen % Buah matang tidak dipanen
KKP 1 60 1 1.67
KKP 2 81 0 0
KKP 3 73 1 1.37
KKP 4 80 1 1.25
KKP 5 62 4 6.45
KKP 6 50 2 4
Total 406 9 14.74
Rata-rata/ KKP 1,5 2.46

TBS yang mempunyai gagang panjang panjang. Selama menjadi pendamping mandor
dipotong serapat mungkin dengan buah, tetapi penulis mengamati hasil losses brondolan akibat
tidak sampai melukai atau menyebabkan pemotongan gagang panjang. Hasil pengamatan
terpotongnya brondolan atau terikut ke gagang disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil pengamatan losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang
Mandoran Jumlah TPH Losses Brondolan (buah) Jumlah TBS (tandan) Brondolan/TBS
A 19 114 220 0.52
B 19 64 250 0.26
C 19 230 410 0.56
Total 57 408 880
Rata-rata 0.45

Hasil pengamatan dapat dilihat bahwa yang maksimal hanya dapat dicapai jika losses
jumlah brondolan yang terbuang akibat produksi minimal. Oleh karena itu perlu
pemotongan gagang panjang adalah 0.45 ditingkatkan keterampilan pemanen dan
brondolan per TBS. Persentasenya memang tidak pengontrolan oleh mandor panen dalam
terlalu besar tapi ini merupakan sumber losses dan memotong gangang panjang.
perlu diwaspadai. Menurut Pahan (2008) produksi

306 Midian Romeo Siregar dan Ade Wachjar


Bul. Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)

Tabel 8. Rekapitulasi hasil pengamatan kualitas kutip brondolan


Brondolan tinggal Persentase brondolan tinggal
KKP Total
Piringan Pokok Pasar rintis Piringan Pokok Pasar rintis
KKP 1 129 53 29 211 61.14 25.12 13.74
KKP 2 79 28 0 107 73.83 26.17 0
KKP 3 195 56 23 274 71.17 20.44 8.39
KKP 4 59 80 2 141 41.84 56.74 1.42
KKP 5 39 116 1 156 25 74.36 0.64
KKP 6 55 61 7 123 44.72 49.59 5.69
Rata-rata 92.67 65.67 10.33 168.67 52.95 42.07 4.98

Hasil pengamatan mengenai kualitas kutip oleh kelalaian pemanen (cutter). Pemanen tidak
brondolan, yaitu meliputi brondolan tinggal, baik mengutip brondolan yang tertinggal di bawah
tertinggal di piringan, pokok sawit dan pasar janjang panen dan brondolan yang tercecer akibat
rintis. Pengamatan dilakukan dengan melihat penggancuan dan pengangkutan mamakai
kinerja picker (pembrondol) dalam kelompok angkong.
kecil pemanen (KKP). Dalam satu KKP Gunung Sari Estate menetapkan standar
jumlah pembrondol mengikuti jumlah pemanen brondolan tinggal 2 buah brondolan per TBS.
yaitu 3 orang pembrondol. Hasil pengamatan Penulis juga melakukan pengamatan brondolan
dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 di bawah tinggal per pokok berdasarkan jumlah picker
terlihat bahwa persentase brondolan tinggal di dalam KKP. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
piringan paling tinggi yaitu 52.95 %. Tingginya Tabel 9. Hasil pengamatan pada Tabel 9
persentase brondolan tinggal di piringan brondolan yangtertinggal per TBS masih di atas
disebabkan oleh kelalaian pembrondol dan standar yang ditetapkan di Gunung Sari Estate
kondisi piringan kurang baik yaitu banyak yaitu 2.55 % artinya terdapat 2.55 brondolan per
ditumbuhi gulma sehingga menyulitkan TBS. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan
pembrondol dalam mengutip brondolan. pengawasan panen untuk meminimalkan
Persentase buah tinggal di pokok juga tinggi yaitu kehilangan panen.
42.67 %. Brondolan tinggal di pokok disebabkan

Tabel 9. Pengamatan brondolan tinggal per TBS dan per pokok panen
Picker Brondolan tinggal Jumlah Brondolan Tinggal %
Jumlah
dalam Pasar Total pokok
Piringan Pokok TBS Per TBS Per Pokok
KKP rintis panen
KKP 1 129 53 29 211 60 55 3.25 3.84
KKP 2 79 28 0 107 81 74 1.32 1.45
KKP 3 195 56 23 274 73 67 3.75 4.09
KKP 4 59 80 2 141 80 72 1.76 1.96
KKP 5 39 116 1 156 62 55 2.52 2.84
KKP 6 55 61 7 123 50 46 2.46 2.67
Total 406 369
Rata-rata 2.55 2.81

Buah restan sehingga tidak bisa dilalui. Secara umum, pada


musim penghujan, produksi meningkat, tetapi
Pengelolaan hasil panen secepat mungkin jalan mengalami banyak kerusakan sehingga
bertujuan agar diperoleh minyak dengan kualitas menyebabkan tingginya jumlah buah restan. Buah
dan kuantitas yang tinggi. Buah restan adalah yang telah selesai dipanen harus diangkut segera
buah yang tidak sempat dibawa ke pabrik pada ke pabrik. Kejadian buah restan di Divisi 2 GSE
hari itu juga yang disebabkan oleh jumlah selama bulan Januari-April 2011 dapat dilihat
kendaraan kurang atau karena jalan rusak pada Tabel 10.

Manajemen Panen Kelapa … 307


Bul. Agrohorti 5 (3) : 301-308 (2017)

Tabel 10. Kejadian buah restan di Divisi 2 GSE bulan Januari – Mei 2011
Restan
Bulan
Tonase buah restan Jumlah hari restan (ton/hari)
Januari 101 920 9 4.08
Februari 20 780 2 0.83
Maret 73 400 6 2.94
April 76 030 2 3.04
Mei 44 760 6 1.79
Sumber : kantor Divisi 2 GSE (Mei, 2011)
tinggal didapatkan hasil 2.46% per KKP dan
Buah yang telah dikeluarkan di TPH oleh brondolan tinggal 2.55% per TBS. Hasil
pemanen banyak yang ditinggal, dan tidak sempat pengamatan kualitas kutip brondolan didapatkan
diperiksa oleh mandor panen, krani panen maupun hasil persentase brondolan tinggal di piringan
mandor transpor. Kejadian buah restan terbanyak paling tinggi 52.95 % dan di pokok 42.67 %.
terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 9 kali
dengan rata-rata 4,08 ton/ hari. Faktor utama DAFTAR PUSTAKA
penyebab terjadinya buah restan pada bulan
januari adalah tingginya curah hujan pada bulan Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis
Januari yang menyebabkan jalan rusak sehingga guineensis Jacq) di Indonesia Edisi 2.
tidak bisa dilalui oleh truk pengangkut buah. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat.
Kegiatan panen dimulai sejak pagi hari Medan.
hingga ancak panen tuntas. Untuk menuntaskan
panen satu hari, pemanen membutuhkan waktu Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005.
yang lebih lama, biasanya pemanen harus bekerja Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
hingga sore hari sehingga pengangkutan harus Yogyakarta (ID) : Gajah Mada
dilaksanakan hingga malam. Proses pengangkutan University Press.
buah pada malam hari tidak dapat berjalan efektif
karena kendala waktu dan tenaga tukang muat. Manual Referensi Agronomi. 2008. Buku
Hal ini menyebabkan buah tidak habis pada hari Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Standar
tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka mandor Operating Procedure Manual
panen harus memastikan bahwa pemanen yang Agronomic Practice). Jakarta (ID):
telah selesai panen tidak langsung pulang namun Minamas Plantation.
terlebih dahulu membantu pemanen lain yang
belum menuntaskan ancak panennya. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga
KESIMPULAN Hilir.. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mutu buah hasil panen di Divisi 2 masih Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap
kurang baik. Berdasarkan hasil pengamatan mutu Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
buah panen di Divisi 2 terdapat buah mentah Sawit. Jakarta (ID): PT Agromedia
sebanyak 0.7 % (standar 0 %), buah ripe 88.11 % Pustaka.
(standar >95 %), dan buah empty bunch 8.9 %
(standar 0%). Losses TBS dan brondolan kelapa Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit.. Yogyakarta
sawit di Divisi 2 masih tergolong di atas standar (ID): Kanisius.
yang ditetapkan perusahaan. Pengamatan TBS

308 Midian Romeo Siregar dan Ade Wachjar

You might also like