Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326052977

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di


Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara

Article · January 2017


DOI: 10.29244/agrob.4.1.87-93

CITATIONS READS

2 4,954

2 authors, including:

Hari Prasetyo
Stmik Amikom Yogyakarta
12 PUBLICATIONS   58 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hari Prasetyo on 26 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Bul. Agrohorti 4(1): 87-93 (2016)

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang
Halaban, Sumatera Utara

Weeds Control on Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Plantation in Padang Halaban Estate,
North Sumatera

Hari Prasetyo dan Sofyan Zaman*

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 62-251-8629353 e-mail [email protected]
*Penulis untuk korespondensi: [email protected]

Disetujui 18 Januari 2016/ Published online 25 Januari 2016

ABSTRACT

The Intership activity was started from February to June 2014 in Padang Halaban Estate, North
Sumatra. Observations of weed vegetation made with the analysis of vegetation in 4 blocks with different
planting years to get summed dominance ratio (SDR) and index of similarity using Bray-Curtis index of
similarity. The dominant weeds in 4 blocks belong to the group of grass. Weed vegetation in 4 blocks is not
homogeneous. Blocks that have high levels of weed vegetation similarity to the farthest sequentially is this
year plant, old mature plant, young mature plant and then immature plant. The cost of weed control in main
nursery is higher than in pre nursery. The cost of weed control in immature plant is higher than in mature
plant.

Keywords: cost, oil palm, Padang Halaban Estate, weeds control

ABSTRAK

Kegiatan magang berlangsung dari bulan Februari hingga Juni 2014 di Perkebunan Padang
Halaban, Sumatera Utara. Pengamatan vegetasi gulma dilakukan dengan analisis vegetasi pada 4 blok
dengan tahun tanam yang berbeda untuk mendapatkan nisbah jumlah dominansi (NJD) dan koefisien
komunitas menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis. Gulma yang dominan pada 4 blok termasuk ke
dalam golongan rumput. Keempat blok memiliki vegetasi gulma yang tidak homogen. Blok yang memiliki
kesamaan vegetasi gulma terdekat hingga terjauh secara berurut adalah blok tanaman tahun ini, tanaman
menghasilkan tua, TM muda dan tanaman belum menghasilkan. Biaya pengendalian gulma di pembibitan
utama lebih tinggi dibandingkan pre nursery. Biaya pengendalian di TBM lebih tinggi dibandingkan TM.

Kata kunci: biaya, Kebun Padang Halaban, kelapa sawit, pengendalian gulma

Pengendalian Gulma Perkebunan... 87


Bul. Agrohorti 4(1): 87-93 (2016)

PENDAHULUAN tahunan yang komposisinya cukup besar


dibandingkan dengan gulma semusim.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Gulma di perkebunan kelapa sawit selain
merupakan salah satu komoditas perkebunan menimbulkan persaingan dengan tanaman juga
utama di Indonesia. Kelapa sawit telah mengganggu kelancaran kegiatan kebun. Gulma
memberikan peran penting pada perekonomian di gawangan dapat menyulitkan pemanenan,
dan pembangunan Indonesia. Menurut Pahan pengutipan brondolan dan mengurangi efektivitas
(2008) sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa pemupukan. Gulma di pasar pikul dapan
sawit dikuasai Indonesia dan Malaysia. mengganggu pergerakan tenaga kerja. Kelancaran
Berdasarkan kajian oleh Amir (2004), ekspor kegiatan yang terganggu dapat mengurangi
pertanian memiliki pengaruh yang positif terhadap produktivitas tenaga kerja (PPKS, 2010).
pendapatan nasional. Menurut data yang dihimpun Kerugian yang diakibatkan oleh gulma
oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, volume tidak terlihat secara langsung. Beberapa faktor
ekspor kelapa sawit Indonesia pada tahun 2013 yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat
mencapai 20_572_200 ton yang nilainya persaingan antara tanaman perkebunan dan gulma
mencapai 15.8 trilyun USD. Perkebunan kelapa antara lain pertumbuhan tanaman terhambat
sawit juga mampu menciptakan lapangan sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama,
pekerjaan sehingga menambah kesejahteraan penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi
masyarakat. Berdasarkan data yang dihimpun oleh tanaman, produktivitas kerja terganggu, gulma
Direktorat Jenderal Perkebunan luas total areal dapat menjadi sarang hama dan penyakit, serta
perkebunan kelapa pada tahun 2013 mencapai biaya pengendalian gulma yang sangat mahal
9_149_919 ha. (Barus, 2003).
Produksi CPO (Crude Palm Oil) Menurut Alamprabu (2010), di Provinsi
Indonesia pada tahun 2013 Indonesia mencapai 24 Jambi tercatat kerugian hasil pada komoditi
431 640 ton. Produksi yang tinggi tidak terlepas kelapa sawit yang disebabkan oleh gulma Mikania
dari pengelolaan tanaman yang tepat. Pengelolaan micrantha sebesar Rp_38_110_500 dengan luas
tanaman tersebut meliputi kegiatan pembibitan, serangan 757.5 ha, kerugian akibat Imperata
penanaman, pemupukan, pemanenan dan cylindrica sebesar Rp_59_971_500 dengan luas
pengendalian OPT (Organisme Pengganggu serangan 1086 ha, dan akibat Paspalum
Tanaman) seperti hama, penyakit tumbuhan dan conjugatum sebesar Rp_43_416_599 dengan luas
gulma. Menurut PPKS (2010), areal yang serangan 1149.9 ha.
didominasi oleh gulma yang berbahaya atau Pengelolaan tanaman yang tepat
pesaing berat seperti sembung rambat (Mikania merupakan kegiatan yang penting untuk
micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica), meningkatkan produksi kelapa sawit.
dan Asystasia coromandeliana dapat menurunkan Pengendalian gulma merupakan salah satu
produksi sampai 20%. kegiatan pengelolaan yang tidak kalah penting
Menurut Setyamidjaja (2006) secara garis dibandingkan tindakan pengelolaan yang lain,
besar jenis-jenis gulma yang dijumpai pada maka perlu dilakukan tindakan pengendalian
perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan gulma yang efektif dan efisien.
menjadi gulma berbahaya dan gulma lunak. Kegiatan magang ini bertujuan
Gulma berbahaya adalah gulma yang memiliki mengetahui permasalahan dan cara penyelesaian
daya saing tinggi terhadap tanaman pokok seperti masalah mengenai pengendalian gulma pada
ilalang (Imperata cylindrica), sembung rambat perkebunan kelapa sawit serta mengetahui biaya
(Mikania cordata dan M. micrantha), yang dibutuhkan dalam pengendalian gulma.
lempuyangan (Panicum repens), teki (Cyperus
rotundus), kirinyuh (Chromolaena odorata), BAHAN DAN METODE
harendong (Melastoma malabatrichum) dan
tembelekan (Lantana camara). Gulma lunak Kegiatan magang dilaksanakan di
adalah gulma yang keberadaannya dalam budi Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban Estate
daya tanaman kelapa sawit dapat ditoleransi dan (PHLE), Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten
dapat menahan erosi tanah namun jumlahnya juga Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
tetap harus dikendalikan. Contoh gulma lunak Kegiatan tersebut dilaksanakan selama empat
diantaranya babadotan (Ageratum conyzoides), bulan yang dimulai pada Februari hingga Juni
rumput kipahit (Paspalum conjugatum), dan pakis 2014.
(Nephrolephis biserrata). Menurut Sastroutomo Kegiatan magang dilaksanakan dengan
(1990), pada lahan perkebunan tanahnya jarang melakukan praktek kerja secara langsung di
mengalami pengolahan mempunyai jenis gulma perkebunan kelapa sawit. Kegiatan yang

88 Hari Prasetyo dan Sofyan Zaman


Bul. Agrohorti 4(1): 87-93 (2016)

dilaksanakan lebih diarahkan kepada aspek jumlah individu spesies gulma tertentu dalam
khusus pengendalian gulma. Terdapat beberapa petak sampel. BBM adalah bobot basah spesies
peranan yang berbeda bagi mahasiswa untuk gulma tertentu dalam petak sampel. FM adalah
setiap bulannya. jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma
Satu bulan pertama mahasiswa bertugas tertentu.
sebagai karyawan harian lepas (KHL). Mahasiswa Data sekunder diperoleh dari arsip
melaksanakan kegiatan yang berubungan dengan perkebunan meliputi data kondisi kebun seperti
aspek teknis seperti persiapan lahan, penanaman, peta areal, jenis tanah, iklim, topografi, populasi
pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, tanaman, data produksi dan produktivitas, curah
pemangkasan, pemanenan dan pengangkutan hujan serta dosis rekomendasi herbisida pada
tandan buah segar (TBS). Mahasiswa kebun tersebut. Data standar dan target kebun
melaksanakan kegiatan magang sebagai meliputi pemeliharaan, pemanenan, produksi dan
pendamping mandor pada satu bulan berikutnya. tenaga kerja. Selain itu juga data non teknis
Kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan aspek meliputi organisasi dan manajemen kebun.
manajerial. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai Data yang diperoleh dianalisis
pendamping mandor meliputi pengawasan menggunakan metode deskriptif dengan
kegiatan di kebun, penentuan tenaga kerja dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
biayanya, penentuan dosis, konsentrasi, dan standar operasional dan aturan kerja yang berlaku.
jumlah bahan kimia yang digunakan, manajemen Dominansi jenis gulma dihitung dengan
pengendalian gulma, manajemen pemanenan, menggunakan Nisbah Jumlah Dominansi (NJD)
serta pembuatan laporan pertanggungjawaban. setiap jenis gulma yang diperoleh. NJD dihitung
Dua bulan terakhir mahasiswa dengan rumus (Fitriana et al. 2013):
melaksanakan kegiatan magang sebagai
pendamping asisten yang bertugas menyusun
rencana kerja harian dan bulanan, mengevaluasi
hasil kegiatan kebun, mengawasi semua pekerjaan
yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan) KN merupakan kerapatan nisbi yaitu nilai
untuk mengetahui cara penilaian hasil kerja KM spesies gulma tertentu dibagi total KM semua
mandor, dan membantu asisten dalam jenis gulma. BBN merupakan bobot basah nisbi
menyelesaikan administrasi kebun. Seluruh yaitu nilai BBM spesies gulma tertentu dibagi
rangkaian kegiatan dicatat pada jurnal harian total BBM semua jenis gulma. FN merupakan
kegiatan magang. frekuensi nisbi yaitu nilai FM spesies gulma
Data yang dikumpulkan dalam kegiatan tertentu dibagi total FM semua jenis gulma. NJD
magang ini adalah data primer dan data sekunder. menunjukkan kemampuan suatu jenis gulma
Pengumpulan data primer dilakukan melalui tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang
pengamatan pada saat mengikuti kegiatan di ada.
lapangan dengan cara mencatat seluruh kegiatan. Kemudian setiap blok dibandingkan
Data tersebut meliputi dominansi jenis gulma, tingkat kesamaan vegetasi gulmanya dengan
dosis dan konsentrasi herbisida yang digunakan, menghitung koefisien komunitas (KK)
organisasi pengendalian gulma, ketepatan menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis
pelaksanaan pengendalian, jumlah HK yang (Ludwig dan Reynolds 1988). KK dihitung
dibutuhkan dan estimasi biaya pengendalian per dengan rumus:
tahun.
Pengambilan data dominansi jenis gulma
dilakukan dengan analisis vegetasi dengan metode
kuadrat 50.cm x 50.cm yang diambil secara acak
tidak langsung. Pengambilan sampel dilaksanakan Nilai W adalah jumlah individu terendah
di 4 Blok dengan umur tanaman yang berbeda. dari spesies gulma yang terdapat di 2 blok yang
Blok tersebut diantaranya adalah blok Tanaman dibandingkan. Nilai a adalah jumlah semua
Tahun Ini (TTI), blok Tanaman Belum individu dari spesies gulma pada blok pertama,
Menghasilkan (TBM), blok Tanaman dan b adalah jumlah semua individu dari spesies
Menghasilkan (TM) muda (kurang dari 6 tahun), gulma pada blok kedua. KK menunjukkan tingkat
dan blok TM Tua. Di setiap blok dilakukan kesamaan antara 2 blok yang dibandingkan.
pengambilan 15 sampel. Data yang diambil pada Kemudian tingkat kesamaan tersebut ditampilkan
setiap sampel kuadrrat diantaranya adalah dalam bentuk dendrogram.
kerapatan mutlak (KM), bobot basah mutlak
(BBM) dan frekuensi mutlak (FM). KM adalah

Pengendalian Gulma Perkebunan... 89


Bul. Agrohorti 4(1): 87-93 (2016)

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 tahun. Pelemparan kuadrat dilakukan sebanyak


15 kali sehingga diperoleh 15 petak contoh untuk
Vegetasi Gulma setiap blok. Hasil analisis vegetasi gulma
disajikan dalam Tabel 1.
Nisbah jumlah dominansi. Analisis Berdasarkan hasil dari analisis vegetasi
vegetasi dilakukan pada 4 blok dengan umur pada Tabel 1, gulma yang paling dominan pada
tanaman berbeda. Analisis vegetasi gulma di TTI blok TTI adalah Axonopus compressus dengan
diambil di Blok ex-12 divisi I dengan tahun tanam NJD 37.30%. Gulma yang paling dominan pada
2014. Blok tersebut merupakan blok replanting. blok TBM adalah Ottochloa nodosa dengan NJD
Analisis vegetasi gulma di TBM di ambil di Blok 63.60%. Gulma yang paling dominan pada blok
50 divisi II dengan tahun tanam 2013. Analisis TM muda adalah Cynodon dactylon dengan NJD
vegetasi gulma di TM muda diambil di Blok 39 32.47%. Gulma yang paling dominan pada blok
divisi II dengan tahun tanam 2010. Umur tanaman TM tua adalah Axonopus compressus dengan NJD
telah mencapai 4 tahun. Analisis vegetasi gulma 29.72%. Spesies gulma yang paling dominan pada
di TM tua diambil di Blok 34 divisi II dengan 4 blok tersebut termasuk ke dalam golongan
tahun tanam 1999. Umur tanaman telah mencapai rumput.

Tabel 1. Nilai NJD gulma berdasarkan analisis vegetasi pada 4 blok yang berbeda tahun tanam
NJD per Lokasi (%)
No Jenis Gulma
TTI TBM TM muda TM Tua
Rumput
1 Axonopus compressus 37.30 8.35 11.34 29.72
2 Cynodon dactylon 6.09 1.98 32.47 3.19
3 Ottochloa nodosa 63.60 18.83
4 Paspalum conjugatum 2.48 0.68
5 Eleusine indica 2.88 7.29
6 Echinochloa colona 2.19
7 Setaria plicata 0.60
Subtotal 43.39 79.30 53.29 53.03
Daun lebar
8 Borreria alata 14.63 2.34 1.46 5.48
9 Urena lobata 12.25 2.97 2.26 3.69
10 Cleome rutidosperma 4.41 6.45 3.79
11 Melastoma malabathricum 3.15
12 Mimosa pudica 2.77 0.78 3.48 2.23
13 Ageratum conyzoides 0.55 0.60
14 Asystasia intrusa 0.53 1.81
15 Phyllanthus niruri 0.52 0.72 1.10
16 Euphorbia hirta 0.69 1.62
17 Amaranthus spinosus 4.22
18 Singonium sp. 0.49 14.01
19 Peperomia pellucida 0.59
20 Mimosa invisa 1.26
21 Clidemia hirta 1.28
22 Kacangan 0.62
23 Kentosan 6.75 1.40 1.06 0.72
Subtotal 45.58 17.17 18.97 30.99
Teki
24 Cyperus kyllingia 9.15 3.53 22.80 10.71
25 Cyperus rotundus 1.32 4.94
26 Cyperus iria 0.56
Subtotal 11.03 3.53 27.74 10.71
Pakis
27 Nephrolepis biserrata 2.72
28 Stenochlaena palustris 1.32
29 Diplazium asperum 1.22
Subtotal 5.27
Total 100.0 100.0 100.0 100.0

90 Hari Prasetyo dan Sofyan Zaman


Bul. Agrohorti 4(1): 87-93 (2016)

Jumlah gulma golongan rumput yang


tertinggi terdapat pada blok TBM dengan jumlah
79.30%. Jumlah gulma golongan daun lebar yang
tertinggi terdapat pada blok TTI dengan jumlah
45.58%. Jumlah gulma golongan teki yang
tertinggi terdapat pada blok TM muda dengan
jumlah 27.74%. Gulma golongan pakis hanya
ditemui pada blok TM tua dengan jumlah 5.27%.
Koefisien komunitas. Koefisien
komunitas (KK) merupakan nilai yang
menunjukkan kesamaan komunitas vegetasi
gulma dari 2 areal atau komunitas yang berbeda.
Semakin tinggi nilai KK maka semakin homogen Gambar 1. Dendrogram kesamaan komunitas
vegetasi gulma dari 2 komunitas (blok) yang gulma dari 4 blok dengan umur
dibandingkan. Nilai KK dari 4 blok yang telah tanaman yang berbeda
dilakukan analisis vegetasi disajikan dalam Tabel
2. Semprot Anak Kayu
Menurut Fitriana et al. (2013) dan Pandia
(2011), dua komunitas dinyatakan homogen jika Semprot anak kayu di PHLE merupakan
nilai KK ≥ 75% dan heterogen jika < 75%. kegiatan yang tidak rutin dilaksanakan. Semprot
Vegetasi gulma di antara TTI, TBM, TM muda anak kayu dilaksanakan jika populasi anak kayu
dan TM tua tidak ada yang homogen. Hal tersebut sudah terlalu banyak sehingga tidak dapat
disebabkan seluruh nilai KK yang diperoleh dikendalikan dengan dongkel anak kayu. Anak
kurang dari 75%. Vegetasi gulma yang memiliki kayu adalah gulma daun lebar yang memiliki
kesamaan paling tinggi adalah TTI dengan TM batang berkayu. Herbisida yang digunakan adalah
Tua dengan nilai KK sebesar 53.56%. Vegetasi Garlon 670 EC (Triklopyr) + Erkafuron 20 WG
gulma yang memiliki kesamaan paling rendah (metil metsulfuron). Gulma yang menjadi sasaran
adalah TBM dengan TM Muda dengan nilai KK adalah Clidemia hirta, Urena lobata dan
sebesar 15.59 %. Melastoma malabatrichum.
Pelaksanaan semprot anak kayu di
Tabel 2. Nilai koefisien komunitas berdasarkan beberapa divisi tidak dilakukan dengan
analisis vegetasi dari 2 komunitas yang sebagaimana mestinya. Herbisida yang digunakan
berbeda hanya Garlon tanpa tambahan Erkafuron.
Komunitas 1 Komunitas 2
Nilai Koefisien Kemudian mandor perawatan tidak melakukan
Komunitas (%) survei pada hari sebelum dilakukannya
TTI TBM 16.55 penyemprotan. Hal tersebut mengakibatkan tidak
TTI TM Muda 34.56 efektifnya kegiatan semprot anak kayu yang
TTI TM Tua 53.56 dilakukan.
TBM TM Muda 15.59
Berdasarkan pengamatan, gulma anak
TBM TM Tua 29.83
TM Muda TM Tua 26.02 kayu yang telah disemprot menunjukkan gejala
sepeti terbakar 5-7 hari setelah semprot, namun
Berdasarkan nilai KK yang telah pada 4 minggu setelah aplikasi, gulma yang
diperoleh, dapat disusun dendrogram kesamaan disemprot tidak mati (Gambar_2).
komunitas. Dendrogram pada Gambar 1
menunjukkan seberapa dekat jarak kesamaan
komunitas dari 4 blok yang dilakukan analisis
vegetasi. Vegetasi gulma di TTI dan TM Tua
memiliki jarak kesamaan paling dekat, sedangkan
vegetasi gulma di TBM memiliki jarak kesamaan
paling jauh dengan 3 vegetasi lainnya. Komunitas
yang memiliki kesamaan vegetasi gulma terdekat
hingga terjauh secara berurut adalah TTI, TM
Tua, TM muda dan TBM.
Gambar 2. Hasil semprot anak kayu 4 minggu
setelah aplikasi

Pengendalian Gulma Perkebunan... 91


Bul. Agrohorti 4(1): 87-93 (2016)

Efek dari herbisida yang diberikan tidak Nursery dikendalikan hanya secara manual
bereaksi menyeluruh pada gulma sehingga gulma dengan cara dicabut tanpa pengendalian secara
dapat tumbuh kembali. Hal tersebut berakibat kimiawi. Pre Nursery tidak memerlukan areal
pada penggunaan herbisida dan tenaga kerja yang yang begitu luas sehingga tidak memerlukan
sia-sia. tenaga kerja dalam jumlah yang banyak,
sedangkan pengendalian gulma di Main Nursery
Penggunaan Alat Pelindung Diri dilakukan secara manual dan kimiawi
menggunakan herbisida untuk mengendalikan
Tenaga kerja pengendalian gulma, gulma di antara Polybag.
khususnya tenaga semprot diharuskan memakai
APD secara lengkap, tetapi dalam pelaksanaannya Tabel 3. Estimasi biaya pengendalian gulma di
banyak tenaga kerja yang tidak memakai secara pembibitan
lengkap (Gambar 3). Tenaga semprot hanya Tahapan Biaya (Rp 1000 bibit-1 tahun-1)
memakai baju pelindung dan masker tanpa Pre Nursery 142 885
pelindung wajah, sarung tangan dan apron. Main
Pelindung wajah yang berbahan plastik tembus Nursery 451 352
pandang tidak digunakan dengan alasan Total 594 237
menyulitkan bernafas dan menghalangi
pandangan karena uap air dari pernafasan. Sarung Biaya pengendalian di TBM lebih tinggi
tangan dan apron dinilai menyulitkan pelaksanaan dibandingkan TM. Hal tersebut disebabkan
semprot karena membuat panas. Asisten dan populasi gulma pada TBM lebih tinggi
mandor 1 beberapa kali mengingatkan mandor dibandingkan TM. Populasi gulma yang tinggi
semprot saat lingkaran pagi untuk mengawasi tentu memerlukan biaya pengendalian yang lebih
penggunaan APD, namun dalam pelaksanaannya tinggi. Biaya pengendalian yang tinggi pada TBM
mandor semprot membiarkan tenaga semprotnya adalah pengendalian secara manual. Pengendalian
tidak memakai APD secara lengkap. tersebut adalah garuk piringan. Garuk piringan di
lahan TBM dilakukan dengan rotasi 6 kali dalam
satu tahun.

Tabel 4. Estimasi biaya pengendalian gulma di


lapangan
Biaya Pengendalian Gulma
Fase Tanaman (Rp ha-1 tahun-1)
Manual Kimia Total
TBM* 1 216 512 455 517 1 672 029
TM 135 168 360 108 495 276
Gambar 3. Tenaga semprot tidak menggunakan Keterangan: * Biaya belum termasuk penanaman LCC di
TBM
APD secara lengkap

Estimasi Biaya Pengendalian Gulma Penanaman Legume Cover Crop (LCC)


di lapangan membutuhkan perawatan ekstra.
Pengendalian gulma merupakan salah satu Perawatan ekstra tersebut menimbulkan biaya
kegiatan perawatan di perkebunan kelapa sawit baru diluar biaya pengendalian gulma. Biaya
yang memerlukan biaya yang tinggi. Selain upah tersebut dimulai dari pembibitan LCC,
tenaga kerja, pengendalian gulma juga penanaman, dan perawatan hingga populasi LCC
menggunakan bahan berupa herbisida yang telah menutupi tanah secara penuh. Analisis biaya
harganya relatif mahal. Biaya pengendalian gulma dari penanaman LCC terhadap biaya pengendalian
didapatkan dengan menghitung upah tenaga kerja gulma membutuhkan analisis yang lebih
dan biaya herbisida dari jumlah rotasi dalam satu mendetail. Maka perlu dilakukan analisis lebih
tahun. Data diperoleh dari kegiatan pengendalian lanjut mengenai biaya pembibitan, penanaman
yang rutin dilaksanakan dan diskusi dengan dan perawatan LCC terhadap biaya pengendalian
asisten kebun. Biaya pengendalian gulma yang gulma di perkebunan kelapa sawit.
penulis rangkum berdasarkan data yang diperoleh
di lapangan disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. KESIMPULAN
Biaya pengendalian gulma di pembibitan
Main nursery lebih besar dibandingkan Pre Berdasarkan hasil analisis vegetasi, gulma
Nursery. Hal tersebut disebabkan gulma pada Pre yang dominan di areal TM tua adalah Axonopus

92 Hari Prasetyo dan Sofyan Zaman


Bul. Agrohorti 4(1): 87-93 (2016)

compressus. Gulma yang dominan di areal TM [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.


muda adalah Cynodon dactylon. Gulma yang 2013. Perkembagan Produksi Komoditi
dominan di areal TBM adalah Ottochloa nodosa. Perkebunan 2008 – 2013 [Internet].
Gulma yang dominan di areal TTI adalah [diunduh 2014 Jul 13]. Tersedia pada:
Axonopus compressus. Spesies-spesies gulma http://ditjenbun.deptan.go.id/tinymcpuk/g
tersebut termasuk golongan rumput. Masing- ambar/file/ Produksi_Estimasi_2013.pdf.
masing komunitas yang dibandingkan memiliki
vegetasi gulma yang tidak homogen. Blok yang [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.
memiliki kesamaan paling tinggi adalah TTI 2014. Perkembangan Volume dan Nilai
dengan TM Tua. Komunitas yang memiliki Ekspor Komoditas Primer Perkebunan
kesamaan vegetasi gulma terdekat hingga terjauh Tahun 2008 – 2013 [Internet]. [diunduh
secara berurut adalah TTI, TM Tua, TM muda dan 2014 Jul 13]. Tersedia pada
TBM. http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk
Pengendalian di pembibitan main nursery /gambar/file/5.%20 Ekspor.pdf.
membutuhkan biaya yang lebih tinggi
dibandingkan di pre nursery. Pengendalian di Fitriana, M., Parto, Y., Munandar, Budianta, D.
areal TBM membutuhkan biaya yang lebih tinggi 2013. Pergeseran jenis gulma akibat
dibandingkan dengan pengendalian di areal TM. perlakuan bahan organik pada lahan
Pengendalian gulma di PHLE dilakukan dengan kering bekas tanaman jagung (Zea mays
cukup baik, namun di beberapa divisi kurangnya L.). J Agron Indonesia. 41(2): 118-125.
pengawasan dalam kegiatan semprot anak kayu
mengakibatkan hasil yang kurang efektif. Ludwig, J.A., Reynold, J.F. 1988. Statistical
Kemudian kesadaran tenaga semprot akan bahaya Ecology: A Primer on Methods and
herbisida dan pengawasan terhadap penggunaan Computing. New York (US): John Wiley
APD kurang diperhatikan. & Sons Inc.

DAFTAR PUSTAKA Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit,


Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga
Amir, H. 2004. Pengaruh ekspor pertanian dan Hilir. Jakata (ID): Penebar Swadaya.
nonpertanian terhadap pendapatan
nasional. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Perdana, E. 2009. Pengendalian gulma kelapa
8(4):101-115. kawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Bukit Pinang, PT Bina Sains Cemerlang,
Alamprabu, D. 2010. Pengelolaan gulma pada Minamas Plantation, Kabupaten Musi
perkebunan kelapa sawit. Berita Utama Rawas, Propinsi Sumatera Selatan
[Internet]. [diunduh 2013 Nov 12]). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan. Bogor.
go.id/perlindungan/berita-196
pengelolaan-gulma-pada-perkebunan- Pandia, J.A. 2011. Aplikasi herbisida dalam
kelapa-sawit.html. persiapan lahan dan frekuensi
pengendalian gulma terhadap
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di pertumbuhan dan produksi jagung (Zea
Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi mays L.) selatan [skripsi]. Bogor (ID):
Aplikasi Herbisida. Yogyakarta (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kanisius.
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2010. Budi
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. Daya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT
2013. Perkembangan Luas Areal Balai Pustaka.
Perkebunan 2008 – 2013
[Internet]. [diunduh 2014 Jul 13]. Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta
Tersedia pada http://ditjenbundeptan.go. (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
id/tinymcpuk/gambar/file/Luas_Areal_Est
imasi_2013.pdf. Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan
Pengelolaannya. Yogyakarta (ID): Graha
Ilmu.

Setyamidjaja, D. 2006. Seni Budi Daya, Kelapa


Sawit. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Pengendalian Gulma Perkebunan... 93

View publication stats

You might also like