Studi Penurunan Total Coliform Mata Air Menggunakan Clay Filter

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

STUDI PENURUNAN TOTAL COLIFORM MATA AIR

MENGGUNAKAN CLAY FILTER

Widodo, Ganjar Samudro, Irawan Wisnu Wardana


Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP, Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang
Email: [email protected]

ABSTRACT

Clean water has become an scarce resource. due to lack of water catchment areas, the
loss of trees in the forest as a medium for absorbing water into the groundwater. According
to Indonesia health profile in 2011 Central Java province have access to good water 74%
and access to the bad water 26%. As an effort to use of water is accommodate the springs
with small discharge (spring seepage) scattered along the mountainside but, during the water
spring seepage flows occurs pollution by soil and rain one pollutant content is coliform
bacteria. One treatment solution using clay filter, made from a mixture of clay and sawdust
to create a filter that is able to kill 98% of contaminants. Sawdust are burned that creating
small holes that filter out harmful organisms. In this study, clay filter is made of variation in
the size of sawdust (50 mesh and 30 mesh), pressing the clay filter (with press and without
press), and the process of burning clay filter (combustion furnace and open burning). The
results show All clay filter efficiency of 100% after 6 hours of sampling. Clay filter with a
material size of 50 mesh has an average discharge of 102.4 ml / h to 159,5ml / h while the
clay filter with a material size of 30 mesh has an average discharge of 290ml / h to 527.6 ml /
h. Optimum clay filter is a filter made of clay with a material size of 30 mesh, pressed mold
and open burning. Results filtered on clay filter is 100% efficiency and discharge 291.1ml/h
Keywords: Water Scarcity, Spring Seepage, Clay filters

Pendahuluan
Air bersih sudah menjadi sumber daya yang
semakin langka, dikarenakan minimnya daerah
resapan air, hilangnya pohon-pohon di hutan
sebagai media penyerap air menjadi air tanah.
Menurut data profil kesehatan Indonesia tahun
2011 Provinsi Jawa Tengah memiliki akses
terhadap air yang baik sebanyak 74% dan
sebanyak 26% mendapatkan akses air yang kurang
baik. Sebagai salah satu upaya pemanfaatan air
yaitu dengan menampung mata air dengan debit
kecil (mata air rembesan) yang tersebar sepanjang
daerah lereng pegunungan kemudian ditangkap
dengaan satu bangunan broncapturing sebagai
salah satu sumber air minum. Mata air pada
dasarnya merupakan air yang bersih namum
karena mata air rembesan telah melalui lerenglereng gunung sebelum masuk kedalam bangunan

penangkap sehingga selama perjalanan air


mengalami pencemaran-pencemaran oleh tanah
dan hujan salah satu kandungan pencemar yaitu
kandung bakteri coliform. (Triatmaja Bambang,
2006). Salah satu solusi pengolahan yaitu dengan
clay filter yang di buat dari campuran tanah liat
dan sekam tanaman untuk membuat filter yang
mampu membunuh 98 % dari kontaminan yang
menyebabkan diare. Pada sekam yang dibakar akan
manjadi material dasar ketika filter dibakar dalam
furnace, menciptakan lubang-lubang kecil yang
menyaring organisme berbahaya (Plappally et al,
2011).
Tinjauan Pustaka
Escherichia coli umumnya merupakan flora
normal saluran pencernaan manusia dan hewan.
Sejak 1940 di Amerika Serikat telah ditemukan
strain-strain Escherichia coli yang tidak

merupakan flora normal saluran pencernaan. Strain


tersebut dapat menyebabkan diare pada bayi
Pengendalian Mikroba ialah segala kegiatan
yang dapat menghambat, membasmi dan
menyingkirkan mikroorganisme. Mikroorganisme
dapat disingkirkan dengan proses fisik atau bahan
kimia
Pentingnya pengendalian mikroorganisme adalah
sebagai berikut,
1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi
2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang
terinfeksi
3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan
oleh mikroorganisme
4. Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat
dengan proses fisik atau bahan kimia (Pelzaar
M, 2009)
Pengendalian mikroba secara fisik diantaranya
Suhu tinggi, air mendidih, Pembakaran,
pengeringan, osmosis balik, filtrasi.
Filtrasi adalah proses penyaringan partikel
secara fisik, kimia dan biologi untuk memisahkan
atau menyaringa partikel yang tidak terendapkan di
sedimentasi melalui media berpori. Selama proses
filtrasi, zat-zat pengotor dalam media penyaring
akan menyebabkan terjadinya penyumbatan pada
pori-pori media ( Tri joko, 2010)
Clay filter merupakan Filter yang dibuat
dari lempung dengan campuran bahan organik
yang sederhana, proses pembuatan sederhana
dengan tanah liat kemudian
mencampurnya
dengan beberapa bahan organik, seperti daun teh,
bubuk kopi atau sekam padi.
1. Bentuk clay filter dapat berupa silinder,
berbentuk disk, atau bentuk pot (Frustum)
2. Bahan dasar berupa clay seperti koalin putih,
tanah merah terakota, lempung hitam
3. Bahan tambahan dapat berupa serbuk gergaji,
sekam padi, kulit kopi,daun teh
Variabel kunci lainnya yang mempengaruhi sifatsifat filter keramik meliputi:
1. Penggunaan bahan tambahan dalam produks,
(misalnya: pasir, bahan organik yang mudah
terbakar )
2. Suhu pembakaran keramik (Firing)
3. Cara produksi (misalnya: cetakan tangan, tekan
mekanik).

Metodologi Penelitian
Variabel Bebas

1. Ukuran Serbuk Gergaji dan tanah liat ( 50 mesh


dan 30 Mesh)
2. Proses Pembakaran ( pembakaran dalam
Furnace dan pembakaran terbuka)
3. Proses Pencetakan ( dengan ditekan dan tanpa
ditekan)
Tabel 1 Variasi Pembuatan Clay Filter
No

Ukuran
Materi
50
30
Mesh Mesh

Proses
Pencetakan
Tanpa
Press
Press

Pembakaran
Furnace

terbuka

Variabel Kontrol
1. Rasio campuran antara serbuk gergaji dengan
tanah yaitu 50 : 50 berdasarkan rasio volume
pada kondisi kering (Phappaly at al,2010 )
2. Ketebalan clay filter 1 cm
3. Waktu pengambilan sampel setiap 3 jam (
berdasarkan Uji Pendahulua)
4. Pelaksanaan percobaan selama 12 Jam (
amri,2013)
5. Pengambilan dan perawatan menggunakan cara
yang sama pada setiap parameter air (SOP
Dinas Kesehatan Wonosobo)
6. Metodologi pemeriksaan yang sama pada setiap
parameter air (SOP Dinas Kesehatan
Wonosobo)
7. Ketinggian air terhadap Clay filter setinggi 100
cm ( Tekanan Hidrosatatis) yang merupakan
ketinggian optimum (amri,2013)
Pembuatan Clay Filter
1. Campurkan serbuk gergaji dan tanah liat
dengan ukuran material dasar 50 mesh
menggunakan rasio 50:50
2. Tambahkan air secukupnya sampai gumpalan
tanah liat menyatu dengan serbuk gergaji.
3. Cetak campuran tanah dengan serbuk gergaji
membentuk lempengan clay filter bulat dengan
diameter 10 cm dan ketebalan 1,5 cm
4. Hasil cetakan dijemur hingga kering
5. Clay filter dibakar dengan furnace maupun dan
dibakar secara terbuka

No
Sampel

Tanggal
Sampling
21 Mei
2014
1 Juni
2014

2
3

Gambar2 Alat Percobaan


Pelaksanaan percobaan
Langkah percobaan dengan variasi Clay filter no
1,2, dan 3 sebagai berikut,
1. Pasang clay filter 1, 2, dan 3 dengan pipa
ukuran 100 cm pada reactor sesuai dengan
gambar rancangan alat penelitian
2. Masukkan sampel air pada bak penampung atas
3. Hidupkan pompa yang berfungsi menahan
ketinggian air dalam over flow
4. Lakukan pengambilan sampel setiap 3 jam
selama 12 jam. Sampel yang diambil yaitu
sesudah melalui clay filter
Penggambilan Data Percobaan
Pengambilan data volume yang tersaring
dilakukan setiap rentang waktu 3 jam. Hasil
saringan diukur dengan gelas ukur kemudian
dicatat hasilnya serta disimpan dalam botol sampel
untuk pengujian total coliform
Pada tahap ini air yang telah ada pada botol sampel
diujikan total coliformnya. Metode yang digunakan
yaitu dengan metode MPN.
Hasil Dan Pembahasan
Analisis Kandungan Total Coliform
Tabel 2 Pemeriksaan Total Coliform Mata Air
No
Sampel

Tanggal
Sampling

18 Mei
2014

Ph

Test
Perkiraan
3

Test
Penegasan
1

MPN /
100 ml
Gol.
Coliform

Ph

Test
Penegasan

5.5

93

5.5

23

Sumber : Dinas Kesehata Wonosobo, 2014


Dari tabel hasil pemeriksaan dapat dilihat
bahwa total coliform sampel air tertinggi 93 MPN
dan nilai terendah yaitu 7 MPN. Fluktuasi Nilai
MPN pada sumber mata air rembesan karena
berapa hal diantaranya:
1. Waktu Pengambilan yang tidak bersamaan
dikarenakan kapasitas incubator labotratorium
yang akan menguji sampel tidak dapat
menampung semua sampel sekaligus
2. mata air yang digunakan adalah mata air
rembesan yang mengalir melalui lereng
pegunungan sehingga terjadi kontaninasi
bakteri dari tanah. (sutrisno dkk 2010)
Analisis Volume Hasil Saring Pada MasingMasing Clay Filter
Tabel 3 Debit Hasil Saring
Debit (ml/jam)
Jam Ke
Jam
6
Ke 9

No

No Filter

Jam
Ke 3

Filter 1

311,7

172

95

52,3

Filter 2

206,7

107,0

61,7

34,3

Filter 3

223,0

108,3

58,7

33,7

Filter 4

331,3

173,3

87,0

47,0

Filter 5

1164,0

503,3

255,3

125,3

Filter 6

477,0

328,0

214,0

141,0

Filter 7

524,0

307,0

203,0

130,3

Filter 8

1243,7

537,3

229,0

100,7

Jam Ke
12

Grafik perbandingan debit hasil saring berdasarkan


tabel sebagai berikut
Grafik Debit Hasil Saring
1400.0
1200.0
Debit ( ml/jam )

Gambar 1 Clay Filter


Pembuatan Alat Percobaan

MPN /
100 ml
Gol.
Coliform

Test
Perkiraan

Filter 1

1243.7
1164.0

Filter 2

1000.0

Filter 3

800.0
600.0
400.0
200.0
0.0

524.0

537.3
503.3

331.3
206.7

307.0
173.3
107.0

Filter 4
Filter 5
255.3
229.0
203.0
87.0
61.7

130.3
125.3
100.7
47.0
34.3

Jam Ke 3 Jam Ke 6 Jam Ke 9 Jam Ke 12

Gambar 3 Grafik Debit Hasil Saring

Filter 6
Filter 7
Filter 8

Pada Masing-Masing Clay Filter


Tabel 4 Efisiensi Removal Clay filter
Jam
Pengambilan

Efisiensi Removal Filter (%)


1

Jam Ke 3

42.9

100

100

90.3

100

100

100

Jam Ke 6

100

100

100

100

100

100

100

100

Jam Ke 9

100

100

100

100

100

100

100

100

Jam Ke 12

100

100

100

100

100

100

100

100

Grafik efisiensi removal pada masing-masing clay


filter disajikan dalam gambar 4.2 sebagai berikut,
Grafik Perbandingan efisiensi Removal
Clay filter terhadap Total Coliform

efisiensi removal (%)

100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0

100.0 100.0 100.0 100.0 Filter 1


90.3
Filter 2
Filter 3
Filter 4
42.9
Filter 5
Filter 6
Filter 7
0.0
0.0
filter 8
Jam Ke Jam Ke Jam Ke Jam Ke Jam Ke
0
3
6
9
12

Gambar 4 Grafik Perbandingan Efisiensi


Removal
Efisiensi removal pada jam ke 3 filter no 1, 4,
dan 8 belum 100 % menghilangkan total coliform.
ketiga filter merupakan filter yang tidak dipress
ketika proses pencetakan.
Selanjutnya untuk mengetahui besar pengaruh
varibel pembuatan maka dilakukan analisis
pengaruh variabel dengan cara membandingkan
hasil kualitas dan kuantitas antar clay filter.

Analisis Pengaruh Variabel Pembuatan Clay


filter Terhadap Hasil Saring

Analisis Pengaruh Variabel Ukuran Bahan


Perbandingan filter 2 dan filter 6. Filter 2
merupakan filter dengan ukuran bahan pembuat 50
mesh, pencetakan dengan press dan pembakaran
dalam furnace sedangkan filter 6 merupakan filter
dengan bahan pembuat 30 mesh, pencetakan
dengan press dan pembakaran dalam furnace.
perbandingan kedua filter adalah sebagai berikut,
Tabel 5 Perbandingan Clay Filter Dengan
Perbedaan Bahan Pembuatan
Jam
Pengambilan
Sampel
Jam ke 0
Jam ke 3
Jam ke 6
Jam ke 9
Jam ke 12

Kondisi dengan press dan pembakaran dengan


furnace
Filter 2
Efisiensi
Removal
0%
100%
100%
100%
100%

Filter 6

Debit
(ml/jam)
206,7
107,0
61,7
34,3

Grafik perbandingan filter


selengkapnya sebagai berikut,

Efisiensi
Removal
0%
100%
100%
100%
100%

dan

filter

Debit
(ml/jam)
477,0
328,0
214,0
141,0

Perbandingan Filter 2 dan Filter 6


100%
Efisiensi Removal

Clay filter dengan ukuran bahan pembuat 30


mesh memiliki debit yang besar dengan nilai debit
tertinggi 1243,7 ml/jam dan nilai debit terendah
477 ml/jam pada jam ke 3. Clay filter yang di cetak
dengan press pada proses pembuatan menghasilkan
debit hasil saring yang lebih kecil pada awal jam
ke 3 kemudian penurunan kuantitas hasil saring
tidak terlalu besar hingga jam ke 12, contoh yaitu
clay filter 6
Clay filter yang tidak di press ketika
pencetakan menghasilkan volume hasil saring yang
besar pada awal jam ke 3 kemudian mengalami
penurunan kuantitas hasil saring pada jam ke 12.
Contoh filter 8
Analisis Penurunan Total Coliform Sampel Air

600
100% 100% 100% 100%
500
477

80%

400

60%

328

40%
20%
0%

107
0%

300
214

206.7

61.7

200
141
100
34.30

Jam ke Jam ke Jam ke Jam ke Jam ke


0
3
6
9
12

Gambar 5 Grafik Perbandingan Filter 2 dan


Filter 6
Kualitas dari kedua filter mencapai 100% untuk
efisiensi removal terhadap parameter total coliform.
Perbedaan terjadi pada kuantitas volume hasil
saring pada filter dengan ukuran bahan pembuat 30
mesh volume hasil saring tertinggi 477 ml/jam
sedangkan terendah 141 ml/jam, sedangkan pada
filter dengan ukuran bahan pembuatan 50 mesh
volume hasil saring tertinggi 206,7 ml/jam dan
terendah 34,3 ml/jam. Kondisi ini dapat terjadi
karena proses terbentuknya ikatan pada keramik
disebabkan karena adanya proses sintering yatu
proses dimana terjadi ikatan antara partikel yang
terjadi pada ujung-ujunga partikel (www.
Instructabels.com/id/clay-sawdush-water-filters/?
All steps). Dengan ukuran partikel yang besar 50
mesh maka, ketika proses sintering selesai maka
akan menghasilkan pori antar partikel yang
semakin renggang kondisi ini yang menjadikan

Filter 2
Filter 6
Debit
Filter 2
Debit
Filter 6

kuantitas hasil saring semakin besar dibandingakan


dengan filter dengan bahan pembuatan 50 mesh.
Analisis Pengaruh Variabel pencetakan Clay
Filter
Perbandingna pengaruh perbedaan pencetakan
dapat dilihat pada perbandingan filter 7 dan filter 8.
Filter 7 merupakan filter dengan ukuran bahan
pembuat 30 mesh, pencetakan dengan press dan
pembakaran dan pembakaran terbuka sedangkan
filter 8 merupakan filter dengan bahan pembuata 30
mesh, pencetakan tanpa press dan pembakaran
terbuka. perbandingan kedua filter adalah sebagai
berikut,
Tabel 6 Perbandingan Clay Filter Dengan
Perbedaan Pencetakan

Jam ke 0
Jam ke 3
Jam ke 6
Jam ke 9
Jam ke 12

30 mesh dan pembakaran terbuka


Filter 7
Efisiensi
Removal
0%
100%
100%
100%
100%

Filter 8

Debit
(ml/jam)

Efisiensi
Removal
0%
0%
100%
100%
100%

524
307
203
130,3

Grafik perbandingan filter


selengkapnya sebagai berikut,

dan

Debit
(ml/jam)
1243,7
537,3
229
100,7

filter

Perbandingan Filter 7 dan Filter 8

Efisiensi Removal

100%
80%
60%
40%
20%
0%

0%

1400
100% 100% 100% 100%
1243.7
1200
1000
800
600
524 537.3
400
307
229
200
203 130.3
100.7
0
0%

Filter 7
Filter 8

Jam
Pengambilan
Sampel

Gambar 6 grafik Perbandingan Filter 7 dan


Filter 8
Filter 7 memiliki kelebihan dari segi kualitas
akan tetapi hasil volume hasil saring sedikit.
Berbanding
terbalik dengan filter 8 dengan
pembuatan tanpa press volume yang dihasilkan
banyak tetapi kualitas hasil saring mencapaai 100
% pada jam ke 6. Kondisi ini sesuai Penelitian
Mengenai pengaruh suhu pembakaran terhadap
sifat-sifat komposit keramik Alumina-zirkonia
yang dilakukan oleh (Ervin Yundra febrianto, dkk)
menunjukkan dengan tekanan pencetakan yang
besar maka jarak antar partikel tanah liat semakin
rapat sehingga pori yang terbentuk berukuran lebih
kecil. Pori yang berukuran kecil hanya mampu
melewatkan sejumlah air dengan volum kecil pula.

Filter 2

Filter 3

Debit
(ml/jam)

Jam ke 0
Jam ke 3
Jam ke 6
Jam ke 9
Jam ke 12

100%

Debit
(ml/jam)

206,7
107,0
61,7

Efisiensi
Removal
0%
100%
100%
100%

34,3

100%

33,7

Grafik perbandingan filter


selengkapnya sebagai berikut,

dan

filter

223
108,3
58,7

Perbandingan Filter 2 dan Filter 3

Debit
Fillter 7
Debit
Filter 8

Jam Jam Jam Jam Jam


ke 0 ke 3 ke 6 ke 9 ke 12

50 mesh dan Pencetakan dengan press


Efisiensi
Removal
0%
100%
100%
100%

100%
Efisiensi Removal

Jam
Pengambi
lan
Sampel

Dengan demikian nilai fluksnya juga kecil pada


luasan dan selang waktu yang sama. semakin besar
tekanan pencetakan semakin besar pula gaya yang
diberikan untuk menekan material sehingga jarak
antar partikel tanah liat semakin rapat.
Analisa Pengaruh Variabel Pembakaran Clay
Filter
Perbandingna pengaruh ukuran bahan dapat
dilihat pada perbandingan filter 2 dan filter 3. Filter
2 merupakan filter dengan ukuran bahan pembuat
50 mesh, pencetakan dengan dengan press dan
pembakaran dalam furnace sedangakan filter 3
merupakan filter dengan ukuran bahan pembuat 50
mesh, pencetakan dengan press dan pembakaran
secara terbuka. perbandingan kedua filter adalah
sebagai berikut,
Tabel 7 Perbandingan Clay Filter Dengan
Perbedaan Pembakaran

80%

250
100% 100% 100% 100%
223
206.7
200

60%

150
108.3
107

40%

61.7
58.7

20%
0%

100

0%

50
34.3
33.7
0

Filter 2
Filter 3
Debit
Filter 2
Debit
Filter 3

Jam ke Jam ke Jam ke Jam ke Jam ke


0
3
6
9
12

Gambar 7 Grafik Perbandingan Filter 5 dan


Filter 8
Perbandingan kualitas dan kuantitas hasil saring
dapat dilihat kedua filter mencapai 100% pada jam
ke 3, sedangkan Hasil pengukuran volume kedua
filter tidak mengalami perbedaan yang cukup besar.
Penelitian mengenai
Pengaruh Temperatur
Terhadap Pembentukan Pori Pada Arang Bambu
yang dilakukan oleh (frilla R.T.S, dkk )
menunjukkan bahwa Proses pembentukan karbon
dari bambu yang dibakar dengan menggunakan
furnace dalam suasana vakum memperlihatkan

adanya keterkaitan antara temperatur dengan


jumlah pori yang dihasilkan. Semakin tinggi
temperatur pembakaran maka semakin banyak
pori-pori yang terbentuk pada karbon tersebut
dengan ukuran sekitar 1m sehingga karbon yang
dihasilkan semakin baik.
Analisis Penentuan Cara Pembuatan Clay Filter
Optimum
Menentukan Clay Filter yang Memiliki Hasil
Saring Memenuhi BakuMutu
Tabel 8 Efisiensi Removal Setiap Clay Filter
Jam
Pengambilan

Efisiensi Removal Filter (%)


1

Jam Ke 3

42.9

100

100

90.3

100

100

100

Jam Ke 6

100

100

100

100

100

100

100

100

Jam Ke 9

100

100

100

100

100

100

100

100

Jam Ke 12

100

100

100

100

100

100

100

100

Rata-Rata

85.7

100

100

97.5

100

100

100

75

Dari tabel Efisiensi Removal dapat diketahui


bahwa filter 2,3,5,6,7 yang memiliki rata-rata
efisiensi 100% sehingga filter ini dapat memenuhi
persyaratan kualitas air minum yaitu total coliform
0.
Sedangkan filter 1,4, dan 8 tidak dapat
memenuhi karena rata-rata efisiensi kurang dari
100 %
Pada langkah kedua filter-filter yang telah
memenuhi kualitas air minum yaitu filter no
2,3,5,6,7 kemudian dilihat debit hasil saring.
Tabel 9Debit Hasil Saring
Jam
Pengambilan

Debit Hasil Saring Filter (ml/jam)


Filter
2

Filter
3

Filter
5

untuk pembakaran dalam furnace di daerah gunung


Prau sulit, sehingga dapat dikatakan clay filter
dengan bahan lempung dan serbuk gergaji 30
mesh, pencetakan dengan press dan pembakaran
secara terbuka merupakan clay filter optimum
Kesimpulan
Dari penelitian mengenai Studi Penurunan
Total Coliform Mata Air Menggunakan Clay
Filter dapat disimpulkan bahwa,
1. Semua clay filter dengan variasi ukuran bahan,
cara pencetakan, dan cara pembakaran dapat
mencapai efisiensi 100% setelah jam ke 6
sampling. Hanya pada filter 1,4 dan filter 8
pada jam ke 3 sampling kurang dari 100%.
2. Cara
Pembuatan
clay
filter
dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil
saring
3. Clay filter optimum merupakan clay filter yang
dibuat dengan ukuran bahan 30 mesh,
pencetakan dengan cara di press dan cara
pembakaran secara terbuka. Hasil saring pada
clay filter yaitu efisiensi 100% dan debit 291,1
ml/jam
Daftar Pustaka
Amri, Khairul. 2013. Studi Penurunan Fe dan Mn
Menggunakan Clay Filter. Tugas Akhir :
Universitas Diponegoro

Filter
6

Filter
7

Jam Ke 3

206,7

223,0

1164,0

477

524

Jam Ke 6

107,0

108,3

503,3

328

307

Jam Ke 9

61,7

58,7

255,3

214

203

Jam Ke 12

34,3

33,7

125,3

141

130,3

Rata-Rata

102,4

105,9

511,9

290

291,1

Perbandingan Kemudahan Pembuatan dan


Biaya
Pembuatan.Perbandingan
Dilakukan
terhadap 2 filter yang memiliki perbedaan cara
pembuatan akan tetapi merupakan filter dengan
hasil kualitas total coliform memenuhi standar air
minum kemudian debit hasil saring kedua filter
masih banyak yaitu, perbandingan antara filter 5
dan filter 7
Filter 5: Bahan lempung dan serbuk gergaji 30
mesh, pencetakan tanpa press, dan pembakaran
dalam furnace.
Filter 7: Bahan Lempung dan serbuk gergaji 30
mesh, pencetakan dengan press dan pembakaran
terbuka.
Dari kedua perbandingan diatas maka untuk daerah
lereng Gunung Prau sebagai objek studi pada
penelitian ini lebih aplikatif apabila menggunakan
clay filter dengan cara pembuatan filter 7 karena

Brown J, Sobsey M, Proum S. 2007. WSP Field


Notes, Improving Household Drinking
Water Quality. Use of Ceramic Water
Filters in Cambodia.WSP. UNICEF.
Clasen T, Brown J and Collin SM. 2006.
Preventing

diarrhea

with

household

ceramic filter. Assessment of a pilot


project in Bolivia. International Journal of
Environmental Health Research
Ervin, Yundra Febrianto, dkk. 2000. Pengaruh
Suhu Pembakaran Terhadap Sifat-Sifat
Komposit

Keramik

Zirkonia.Prosiding

Simposium

AluminaFisika

Nasional XVIII
Hardiyatmo, Hary Cristadi.2012.Mekanika Tanah
1. Yogyakarta: UGM Press
Kamala,

et

al.Water

Supply

Sanitary

Egineering and Pollution. New Delhi:


Mc-Graw Hill
Linsey, Ray K. Et al. 1996. Teknik Sumber Daya
Air Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Linsey, Ray K. Et al. 1996. Teknik Sumber Daya
Air Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Onggo, H, dkk. 1995. Pengaruh Pembakaran Pada
Reaksi Pembentukan Produk Keramik
Sernuk Gergaji dan Keramik Sekam.
Seminar Ilmiah Hasil Penelitian dan
Pengembangan Bidang Fisika Terapan.
PATH(Peogram for Appropriate Technologi in
Health.

2012.

The

Impact

of

Manufacturing variabel on ceramic pot


filtration effectiveness.
Pelczar, Michael J et al.2009. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta: UI Press
Peraturan

Menteri

Kesehatan

No.

492/Menkes/Per/IV/2010
Phappally et al. 2010. Theorical and Empirical
Modeling of Flow, Strengh, Leaching, and
Micro Structural Characteristic of V
Shape

Porous

Ceramic

Water

Filter.Disertation: Ohio State University


Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011
Pusat Pengendalian Dampak Lingkungan tahun
2011
Sop Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
tahun 2014
Sutrisno, totok.2010. Teknologi Penyediaan Air
Bersih. Jakarta: Rineka Cipta
Triatmaja,

Bambang.

2013.

Hidrologi

Terapan.Yogyakarta: Beta Offset


Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Www.Instructabels.com/id/clay-sawdush-waterfilters/? All steps akses tanggal 16 oktober
2012)

You might also like