3 Decrypted

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

AGROINTEK Volume 5, No.

2 Agustus 2011 133

PENURUNAN KANDUNGAN LOGAM PB DAN CR LEACHATE MELALUI


FITOREMEDIASI BAMBU AIR (EQUISETUM HYEMALE) DAN ZEOLIT

Bambang Suharto(1), Liliya Dewi Susanawati(1), dan Betha Ika Wilistien(2)


Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoya Bangkalan Madura
Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT

The very large numbers of trash in the TPA (end disposal place) will cause the natural
decomposition process goes on massively as well. The decomposition process will change trash
into organic fertilizer that if there any water input from the outside, it will dissolve metals that
later become the byproduct that is leachate. The introduction of chemical contained in the
leachate into the waters ecosystem may also affect the existing biota. Therefore, it is need the
waste treatment before released into the environment. Leachate waste treatment by using the
phytoremediation principle by means of Bambu air plant (Equisetum hyemale), with zeolite
planting media was to be the choice in the effort of liquid waste treatment the Phytoremediation
system was taken with a various considerations that very potential to develop into new
innovation in the process of leachate waste treatment. This research had the purpose to know
the effectiveness of phytoremediation system using water bamboo plant (Equisetum hyemale)
and zeolit planting media by batch system and continue system in reducing Pb and Cr heavy
metals contents of leachate. Research method used was the experimental method. Observations
carried out involved environmental temperature and humidity, solution pH and treatment
temperature, Reduction of Pb and Cr Metals Contents on leachate. Batch system and continue
system as a whole, mean of leachate pH tested during this treatment was about 7,466. Leachate
pH tested did not less than 7,200 and not more that 7,810. Mean of leachate temperature from
the first week through third week was of 22,283C. The best treatment was on the K2S1 (60
batch system plants) treatment with reduction of Pb metal content of 82,2% in the last week of
observation. While the reduction of Cr metal of 61,2% was on the K2S2 (60 continue system
plants) treatment.
Key Words: Leachate, Bambu air (Equisetum hyemale), Zeolite, phytoremediation.
PENDAHULUAN Produksi air lindi akan berlangsung dari sejak
TPA dibangun sampai sekitar 5-8 tahun
Sampah perkotaan yang ditampung
setelah TPA dinyatakan ditutup.
pada Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) akan
Perlu adanya pengolahan air lindi
mengalami proses dekomposisi. Proses
yang bertujuan untuk mengurangi dan
dekomposisi tersebut menyebabkan terjadinya
mencegah dampak negatifnya pada
perubahan fisik, kimia dan biologis secara
lingkungan. Sampai saat ini, upaya yang
simultan. Salah satu hasil dari dekomposisi
dilakukan untuk mengontrol polutan air lindi
sampah tersebut adalah leachate. Masuknya
mulai dari pengolahan air limbah (waste water
zat-zat kimia yang terkandung dalam air lindi
treatment) secara fisika, kimia, maupun
ke dalam ekosistem perairan juga dapat
biologi. Sejauh ini upaya pengolahan air lindi
mempengaruhi biota yang ada. Apabila di
di TPA masih bersifat konvensional, yaitu
dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran,
hanya berupa bak-bak pengendapan, sehingga
dapat menyebabkan kematian biota atau
kerjanya belum optimal. Hasilnya pun
mempengaruhi kegiatan fisiologis, proses
beragam dan kadang tak sepenuhnya efektif
makan, pembentukan sel dan fungsi jaringan
seratus persen.
sel suatu organ (Connel dan Miller,1983).
134 Penurunan Kandungan Logam Pb dan Cr ...(Bambang S, dkk)

Pengolahan limbah leachate dengan dengan menggunakan tanaman Bambu Air


menggunakan prinsip fitoremediasi melalui (Equisetum hyemale).
tanaman Bambu Air (Equisetum hyemale),
dengan media tanam zeolit menjadi pilihan 2. Memperluas cakrawala melalui teknologi
dalam upaya pengolahan limbah cair dan baru yang berwawasan ekologis bagi
fokus penelitian ini. Sistem fitoremediasi pengolahan air limbah di Indonesia.
diambil dengan berbagai pertimbangan yang
sangat potensial untuk dikembangkan menjadi 3. Memberikan informasi alternatif zeolit
inovasi baru dalam proses pengolahan sebagai pengolah limbah.
leachate.
Pengolahan air lindi di TPA Supit METODE PENELITIAN
Urang masih sederhana, yaitu hanya berupa Waktu dan Lokasi Penelitian
bak-bak pengendapan sehingga hasilnya Waktu penelitian ini dilaksanakan
belum optimal. Hal ini ditandai dengan mulai bulan Mei 2011 sampai bulan juli 2011.
kualitas fisik buangan pada outlet berwarna Lokasi penelitian dilaksanakan di Greenhouse
kehitaman dengan nilai pH 8,7 (Pemkot Laboratorium Teknik Sumber Daya Alam dan
Malang, 2011). Menurut Davis dan Cornwell Lingkungan, Laboratorium Daya dan Mesin
(1991), air lindi dari TPA dengan sistem Pertanian Jurusan Keteknikan Pertanian
sanitary landfill mengandung TSS 200-1000 Universitas Brawijaya Malang. Laboratorium
mg/l; BOD5 2000- 30.000 mg/l; COD 3000- Kimia Universitas Negeri Malang,
45.000 mg/l; dan pH 5,3 - 8,3. Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta
Penelitian ini difokuskan pada Kota Malang.
proses penurunan kandungan polutan dan
logam berat Cr dan Pb yang terkandung Alat dan Bahan
leachate. Sampel air limbah yang digunakan Alat
berasal dari TPAS Supit Urang kota Malang. Alat yang digunakan pada penelitian
Prosesnya melalui fitoremediasi tanaman ini adalah: pH Meter digital untuk mengukur
Bambu air (Equisetum hyemale) dan media pH air limbah, gelas Ukur untuk mengukur
tanam zeolit dengan tipe batch dan tipe volume air limbah yang digunakan,
kontinyu. termometer untuk mengukur suhu leachate
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : dan di lingkungan perlakuan / Greenhouse,
kontainer dengan volume 5000 ml sebagai
1. Mengetahui keefektifan sistem tempat air limbah yang sudah siap diujikan,
fitoremediasi menggunakan tanaman ember untuk mencuci zeolit, pot tanam
bambu air (Equisetum hyemale) dan media sebagai tempat tanam bambu air, selang air
tanam zeolit dengan sistem batch dalam untuk mengalirkan air limbah dari kontainer
menurunkan kandungan Timbal (Pb) dan ke pot, penggaris untuk mengukur tinggi
Cromium (Cr) dalam leachate. tanaman uji, jerigen sebagai tempat HCl dan
Aquades, oven untuk mengaktivasi media
2. Mengetahui penurunan kandungan Pb dan tanam zeolit, ayakan 2-3 Mesh untuk
Cr leachate. memisahkan partikel yang lebih kecil, nampan
untuk tampungan Sortasi zeolit.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi pada
tanaman Bambu air dan media tanam Bahan
Zeolit pada perlakuan Batch dan kontinyu Bahan yang digunakan dalam
setelah diairi oleh limbah leachate. penelitian ini adalah: Leachate/ air lindi
sebagai limbah yang diujikan, zeolit 2-3 mesh
Manfaat yang diharapkan dari hasil sebagai media tanam, lakban untuk menutup
penelitian ini adalah: lubang keluaran pot, bambu air (Equisetum
hyemale) sebagai tanaman uji, aquades (H2O)
1. Memberikan gambaran tentang pengolahan sebagai pencuci awal zeolit, HCl 1 M. sebagai
limbah cair industri secara fitoremediasi pencuci zeolit.
AGROINTEK Volume 5, No.2 Agustus 2011 135

Metode Penelitian Zeolit dicuci dengan air. Langkah ini


Metode penelitian yang digunakan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-
adalah metode metode eksperimental, yaitu kotoran yang ada pada zeolit. Pencucian
mengadakan percobaan untuk melihat awal dengan air biasa. Setelah terlihat
pengaruh variabel yang diteliti. Percobaan bersih, zeolit kemudian di rendam ke
menggunakan Rancangan Acak Kelompok dalam aquades selama 5 menit untuk
(RAK) yang disusun dalam 3 ulangan. 2 menetralisir zeolit.
faktor yaitu Kombinasi Tanaman Bambu air 2. Aktivasi Zeolit
dan sistem pengaliran leachate. Faktor I dan II Zeolit diaktivasi dengan dua proses. Proses
masing-masing terdiri dari 3 dan 2 taraf. pertama dengan mengoven zeolit tersebut
Kombinasi dari kedua faktor tersebut selama 2 jam dengan suhu 1500 C.
ditampilkan pada Tabel 1. pemanasan ini bertujuan untuk
1. Faktor I: Tanaman Bambu air (K) terdiri menguapkan air yang terperangkap di
dari 3 taraf yaitu : dalam pori-pori kristal zeolit, sehingga luas
K1 = Tanaman 30 batang permukaannya bertambah (Khairinal,
K2 = Tanaman 60 batang 2000). Setelah proses pertama selesai,
K3 = Tanpa Tanaman dilanjutkan proses kedua. Proses kedua ini,
2. Faktor II: Sistem pengaliran (S) terdiri zeolit direndam ke dalam HCl 1 M 1500
dari 2 taraf yaitu : mL selama lima menit yang bertujuan
S1 = Sistem Batch (genang) untuk mengatur kembali letak atom yang
S2 = Sistem Kontinyu (mengalir) dipertukarkan. Aktivasi zeolit dengan HCl
Tabel 1. Kombinasi perlakuan pada konsentrasi 0,1M hingga 11 M
Sistem Sistem menyebabkan zeolit mengalami
Sistem
pengairan Kontinyu dealuminasi dan dekationisasi yaitu
Batch S1
S2 keluarnya Al dan kation-kation dalam
Tanaman I I kerangka zeolit. Besar suhu dan lama
waktunya sama seperti proses pertama.
K1 K1S1 K1S2 3. Pengambilan sampel air limbah leachate /
K2 K2S1 K2S2 air lindiAir limbah leachate yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari
K3 K3S1 K3S2 TPAS Supit Urang Kota Malang. Leachate
diambil sebanyak 300 liter. Pengambilan
Dari proporsi diatas diperoleh air limbah dipusatkan pada efluent yang
kombinasi perlakuan sebagai berikut: langsung masuk dalam bak pengendapan
K1S1: 30 Tanaman dengan sistem batch yang juga sebagai penampung awal
K1S2: 30 Tanaman dengan sistem leachate. Selanjutnya leachate dimasukan
kontinyu kedalam Jerigen.
K2S1: 60 Tanaman dengan sistem batch 4. Proses Aklimitasi
K2S2: 60 Tanaman dengan sistem Proses ini bertujuan agar tumbuhan dapat
kontinyu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
K3S1: Tanpa Tanaman dengan sistem atau kondisi yang tak biasa. Pada proses
batch ini, tanaman diairi dengan limbah pada
K3S2: Tanpa Tanaman dengan sistem tempat asalnya sebelum di pindahkan pada
kontinyu lingkungan perlakuan. Waktu toleransi
Setiap kombinasi perlakuan dengan ulangan 3 yang diberikan selama 3 hari.
kali, sehingga terdapat 18 macam kombinasi. 5. Penempatan Media Tanam
Media tanam Zeolit telah diaktivasi. Zeolit
Tahapan Kegiatan
dimasukkan ke dalam pot tanam yang
Penelitian dikerjakan dalam
berdiameter 20 cm. pot yang digunakan
beberapa tahapan, yaitu :
tidak menggunakan bahan logam. Hal ini
1. Pencucian zeolit
bertujuan agar tidak ada reaksi antara
Zeeolit yang digunakan adalah zeolit alam
logam dengan air limbah.
dengan ukuran 2-3 mesh sebanyak 54 Kg.
6. Langkah Penanaman
136 Penurunan Kandungan Logam Pb dan Cr ...(Bambang S, dkk)

Bambu air yang akan ditanam dipisahkan Uji parameter penurunan kandungan
berdasarkan dimensinya. Jumlah rata-rata kadar Pb dan Cr tiap 7 hari sekali.
terbanyak yang nantinya digunakan dan 10. Analisa data hasil penelitian
ditanam. Dalam perlakuan ini digunakan Setelah semua data terekam dan tercatat.
dua langkah penanaman. Pertama, Maka dilakukan analisa data berupa
ditanam dengan jumlah massa 30 batang analisis statistik dengan Anova. Untuk
tanaman atau 1/4 luas pot, dan yang kedua melakukan perbandingan dan mengetahui
dengan jumlah massa 60 batang tanaman perlakuan manakah yang memberikan
atau luas 2/4 luas pot. pengaruh yang berbeda nyata pada kadar
Tanaman Bambu air dipilih dengan logam Pb dan Cr dengan Uji BNT dan
memperhatikan kualitas fisik tanaman. untuk interaksi dilakukan Uji BNJ pada
Kondisi fisik tanaman yang sehat ditandai selang kepercayaan 5%.
dengan kondisi batang yang tegak, segar
kuat dan tidak kering. Satu rumpun
tanaman Bambu air memliki variasi massa HASIL DAN PEMBAHASAN
batang yang beragam oleh karenanya,
Karakteristik Leachate sebelum perlakuan
keseragaman massa tanaman yang kecil Hasil uji laboratorium limbah
diakumulasikan dengan rerata massa leachate terdeteksi dan teridentifikasi adanya
Tanaman 5.1 gram. kandungan logam Pb dan Cr yang berada di
7. Pelakuan Sistem batch atas standar baku mutu limbah cair
Semua penelitian dilakukan di dalam sebagaimana SK. Gubenur Jatim no.45 Tahun
greenhose. Sistem batch pada kelompok 2002. Tentang baku mutu limbah cair bagi
tanaman 30, 60, dan tanpa tanaman dibuat industri dan kegiatan usaha lainnya.
tergenang dengan tinggi genangan 1 cm Keberadaan logam berat Pb dan Cr pada
dari permukaan media tanam. Hal ini leachate dapat dilanjutkan sebagai penelitian
untuk menyesuaikan volume batch karena sudah melebihi ambang batas aman
dengan volume kontinyu, yakni 2.700 ml. yang telah ditentukan.
Refill diberikan pada semua perlakuan Hasil analisa kimia pada penelitian
setiap tiga hari sekali. pendahuluan didapatkan nilai untuk
8. Perlakuan Sistem Kontinyu kandungan Pb dan Cr pada limbah leachate
Volume leachate yang diberikan pada adalah 2.2923 ppm dan 0.3892 ppm.
sistem ini sama seperti sistem batch yaitu Sedangkan kadar Timbal (Pb) ambang batas
2.700 ml pada pot tanamnya, namun yang ditentukan oleh WHO dan FAO 2 ppm
untuk sistem ini penambahnnya melalui (Nursal, 2005). Dengan demikian limbah
kontainer dengan volume 5000 ml. limbah leachate tersebut belum aman apabila di
di pot berdiamter 6 mm dibuat waktu buang langsung ke lingkungan tanpa adanya
pengamatan 24 jam. Pot dibuka untuk treatment terlebih dahulu. Baku mutu yang
mengalirkan leachate, Setelah itu, lubang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
pot ditutup dan leachate dikembalikan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001
kembali ke kontainer. Kran kontainer maupun berdasarkan Keputusan Gubernur
dibuka dengan debit 15 ml / detik. Jawa Timur No.45 Tahun 2002 yaitu
Leachate dialirkan kedalam sistem kandungan logam untuk Timbal (Pb) dan
melalui selang.yang ditanam sampai kromium (Cr) tidak boleh melebihi 0,1 ppm
bagian. dan 0,05 ppm.
9. Pengamatan Parameter Limbah leachate yang digunakan
Penelitian ini dilaksanakan di greenhouse pada penelitian ini berusia sekitar 2 tahun.
selama 21 hari. Leachate dibuat waktu Hal ini diketahui berdasarkan tahun
pengamatan 24 jam dengan bukaan kran pembangunan area penampungan limbah
dimulai tiap pukul 09.00 WIB. Suhu dan yakni tahun 2009. Sedangkan untuk kolam
pH sistem diamati sebagai data penampungan yang lama (1994-2009) sudah
pelengkap. Suhu dan Kelembaban tidak dioperasionalkan lagi. Sehingga
lingkungan greenhouse diamati tiap hari. leachate (air lindi) yang terdapat di dalamnya
AGROINTEK Volume 5, No.2 Agustus 2011 137

bisa dikategorikan masih baru.Limbah 480C pada waktu penyinaran matahari sedang
leachate dalam penelitian ini memiliki ciri berlangsung. Penutup pelastik mempengaruhi
antara lain berwarna hitam pekat. Bau yang kenaikan suhu dan akan menurun mengikuti
menyengat dan sedikit mengandung minyak. suhu tanaman. Pukul 06.00 suhu akan
Memiliki TDS yang besar, dapat terlihat dari meningkat, pukul 14.00 suhu menurun dan
banyaknya partikel asing yang terkumpul pukul 20.00 suhu semakin konstan disebabkan
dalam limbah tersebut. energi matahari yang diterima akan semakin
besar sesuai denagn sudut jatuh radiasi
matahari (Fidaus, 2009).
Karakteristik Tanaman
Kelembaban dalam lingkungan
Tanaman Bambu air (Equisetum
penelitian dipengaruh oleh kondisi cuaca dan
hyemale) yang diperlakukan sebagai tanamn
suhu pada hari penagamatannya, Lamanya
uji memiliki bentuk fisik dengan tinggi rerata
penyinaran tiap harinya tidak tetap. Oleh
70 cm. Diameter batang berkisar antara 0,4
karenanya kenaikan ataupun penurunan
0,6 cm. Rerata massa tanaman 5,1 gram.
kelembaban udara juga mengikuti perubahan
Pemilihan spesifikasi tanaman berdasarkan
suhu. Suhu dan kelembapan pada lingkungan
jumlah dominan yang ada pada rumpun
secara langsung mempengaruhi suhu dan
bambu air dengan karakter fisik yang segar,
proses evapotranspirasi tanaman perlakuan.
kuat, dan tidak mudah patah buku-bukunya.
Untuk batang tanaman yang tidak termasuk Karakteristik Leachate Hasil Penelitian
dalam spesifikasi tersebut, maka hitungannya Karakteristik leachate yag diamati
diakumulasikan sehingga mendekati dan atau meliputi pH, dan suhu pada semua perlakuan.
sampai pada ketentuan.
pH
Pemilihan batang tanaman yang baik
Salah satu pengukuran yang sangat
merujuk pada pernyataan Tjitrosoepomo
penting dalam berbagai cairan proses
(1989), Tanaman akan mampu meremediasi
(industri, farmasi, manufaktur, produksi
polutan jika tanaman tersebut sudah mencapai
makanan dan sebagainya) adalah pH, yaitu
usia dewasa. Tanaman bambu air memiliki
pengukuran ion hidrogen dalam suatu larutan.
batang dengan kandungan silikat yang tinggi,
Larutan dengan harga pH rendah dinamakan
yang berguna mengikat partikel logam yang
asam sedangkan yang harga pH-nya tinggi
terserap oleh akar tanaman.
dinamakan basa. Skala pH terentang dari 0
Lingkungan Penelitian (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7
Lingkungan penelitian yang diamati (netral) adalah harga tengah mewakili air
adalah suhu dan kelembaban lingkungan murni (Rahayu, 2009).
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pH untuk air terkontamasi adalah 8.
sistem perlakuan. Nilai ini menyatakan bahwa pH air bersifat
alkalis, pH alkalis sangat mendukung untuk
Suhu dan Kelembaban Lingkungan
terjadinya laju dekomposisi pada suatu
Penelitian utama dilaksanakan
perairan (Effendi, 2003). Namun pada limbah
selama 3 minggu atau 21 hari di greenhouse.
leachate dalam penelitian ini tidak
Greenhouse berbahan cover terang. Selama
menunjukkan pH yang mencapai nilai 8.
waktu tersebut dilakukan pengukuran yang
Sehingga laju dekomposisi tidak cepat terjadi.
berhubungan langsung dengan perlakuan
Pada pengukuran awal, pH leachate adalah
yakni suhu lingkungan dan kelembapan
7,8.
lingkungan greenhouse.
Penelitian ini pH leachate diamati
Penutup terang atau berwarna putih
setiap hari. Tiap perlakuan diambil sampelnya
memiliki Radiation Photosynthesis Active /
kemudian diukur besar keasaman limbah.
RPA cukup besar 35-75% dan refleksi
Tiap perlakuan yang memliki ulangan, pH
konstan 10-20%. Sedangkan untuk penutup
limbahnya hampir selalu tetap. Selisih pH tiap
gelap atau selain warna putih memiliki RPA
harinya hanya berkisar 0,1 0,2. Namun
35-75%.
beberapa ulangan perlakuan ada yang
Temperatur udara dalam suatu
memiliki selisih sampai 0,3. hal ini di
Greenhouse akan meningkat sekitar 370C-
pengaruhi oleh penambahan limbah baru telah
138 Penurunan Kandungan Logam Pb dan Cr ...(Bambang S, dkk)

di tentukan. Gambar 4.6 menunjukkan grafik Volume Leachate


total pH perlakuan Sistem Batch dan system Volume leachate pada sistem
Kontinyu selama penelitian pada minggu ke I, berkurang tiap hari. Berkurangnya volume
minggu II, dan Minggu III. leachate karena evapotranspirasi yang terjadi
Hasil penelitian (Suryadharma, pada sistem. Pengurangan pada masing-
2008) menunjukkan bahwa pH leachate masing sistem tidak sama.
berada pada rentang netral (6-8). Konsentrasi
Leachate Pada Sistem Batch
zat organik dan sulfat cenderung turun pada
Volume air limbah leachate yang
ketebalan media yang semakin besar dan
diujikan, ternyata mengalami perubahan. Baik
tinggi genangan yang lebih kecil. Pola
perlakuan pada sistem batch maupun sistem
penyebaran jarak dan waktu digambarkan
kontinyu. Berdasarkan pengamatan yang
dalam grafik kontur sebaran persen zat
dilakukan, disimpulkan bahwa penurunan dan
organik dan sulfat yang terlarut.
volume leachate yang ada pada sistem
Suhu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
Pengukuran suhu sistem (perlakuan) sistem itu sendiri.
dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan Masing-masing pot pengamatan,
dengan pengukuran suhu lingkungan volume leachate yang diberikan perlakuan
(greenhouse). Hal ini dimaksudkan untuk dibuat berbeda. untuk sistem batch, volume
menyesuaikan kesamaan perubahan suhu pada awal leachate yang diperlakukan pada pot
sistem dengan suhu lingkungan. Pengukuran adalah 2700 ml. dengan asumsi volume
suhu dilakukan pada pukul 09.00 wib. Waktu tersebut sama seperti penelitian pendahuluan.
ini dipilih berdasarkan waktu tanam Kedua, volume tersebut diperhitungkan aman
perlakuan. Sehingga perlakuan untuk sistem agar sistem tidak sampai terendam telalu
kontinyu dengan waktu tinggal 24 jam bisa banyak air. Rerata tinggi genangan pada
tepat waktu untuk hari berikutnya. sistem 0.8 cm sampai 1 cm. diatas media
Pada penelitian pendahuluan tanam.
sebelumnya, suhu leachate diukur di Sistem batch pada dasarnya
laboratorium setelah 24 jam adalah 19,568 0C. memiliki pola kerja yang sederhana. Pada
Hasil penelitian pendahuluan tersebut sistem ini leachate dibuat tergenang pada
dijadikan data pembanding dengan data perlakuan. Dengan asumsi selama waktu
perlakuan yang dilakukan di greenhouse.Suhu genang tersebut, leachate akan berproses
leachate yang ditempatkan di greenhouse dengan tanaman dan media secara
memiliki suhu yang lebih tinggi daripada fitoremediasi. Pada sistem ini, diperhitungkan
Suhu leachate yang ditempatkan di besarnya penambahan leachate baru ke dalam
laboratorium. Suhu leachate yang sistem. Penambahan ini dipengaruhi oleh
ditempatkan di laboratorium memiliki suhu kondisi lingkungan perlakuan (greenhouse)
sebesar 19,568 0C, sedangkan Suhu leachate selama penelitian. Suhu dan kelembaban
yang di tempatkan di greenhouse memiliki lingkungan, membuat sistem bereaksi dengan
suhu sebesar 22,283 0C dengan perlakuan dan leachate yang kemudian
waktu yang sama. dievapotranspirasikan ke lingkungan.
Schnoor et al. (1995) dalam Rosiana
Leachate Pada Sistem Kontinyu
(2007) mengatakan, Tanaman meremediasi
Volume leachate pada perlakuan
polutan organik melalui tiga cara, yaitu
sistem kontinyu sebanyak 7700 ml. sebab,
menyerap secara langsung bahan kontaminan,
perlakuan ini menggunakan kontainer untuk
mengakumulasi metabolisme non fitotoksik
mengalirkan leachate ke system. Jadi volume
ke sel-sel tanaman, dan melepaskan eksudat
tersebut merupkan total keseluruhan leachate
dan enzim yang dapat menstimulasi aktivitas
awal yang dengan rincian, volume kontainer
mikroba, serta menyerap mineral pada daerah
sebanyak 5000 ml. sedangkan untuk untuk
rizosfer. Tanaman juga dapat menguapkan
pot pengamatanya, volumenya sama yakni
sejumlah uap air. Penguapan ini dapat
2700 ml.Kedua sistem pada dasarnya
mengakibatkan migrasi bahan kimia.
memiliki pola kerja yang sama. Baik dalam
meremoval limbah, maupun dalam proses
AGROINTEK Volume 5, No.2 Agustus 2011 139

evapotranspirasi. Namun karena sistem Meskipun pH leachate keseluruhan


kontinyu dibuat waktu pengamatan leachate mengalami penuruna dari pH awal, namun
24 jam, maka perlakuan untuk sistem ini lebih pada hari penambahan leachate, pH
intensif dilakukan. Yakni dengan membuka mengalami peningkatan dari hari sebelumnya.
dan menutup kran setiap hari.
Penurunan Kandungan Logam
Perlakuan pada sistem kontinyu juga
mengamati perubahan volume leachate nya. Timbal (Pb)
namun untuk sistem ini pengamatannya Pengukuran adsorpsi logam berat
dilihat dari banyaknya leachate yang Timbal (Pb) dilakukan dengan perbandingan
berkurang pada kontainer. Besar penurunan hasil uji analisis secara kimia selama 3
volume kontainer sistem kontinyu dapat minggu. melakukan perbandingan untuk
diartikan juga sebagai banyaknya penambahan mengetahui perlakuan manakah yang
leachate yang dibutuhkan kontainer untuk memberikan pengaruh yang berbeda nyata
mencapai volume awal. Jika digambarkan pada kadar logam Pb setelah 1 minggu
dalam bentuk grafik, maka besarnya dilakukan Uji BNJ.
penambahan yang harus ditambahkan ke Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 2
kontainer agar tetap pada volume awal. dapat diketahui bahwa rata-rata kadar logam
Pengamatan terhadap perubahan Pb pada perlakuan K2S1 berbeda nyata
volume pada kedua sistem tersebut bertujuan perlakuan K1S2, perlakuan K3S1 dan K3S2.
untuk mengetahui banyaknya leachate yang Sedangkan kadar logam Pb pada perlakuan
digunakan oleh tanaman untuk metabolisme K1S2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan
dan yang dievapotanspirasikan ke lingkungan K3S2 dan juga K3S1. Rerata kadar logam Pb
penelitian. Penambahan leachate juga paling tinggi yaitu pada perlakuan K3S2
dimaksudkan agar volume sistem tetap dalam sebesar 0,81733 ppm, sedangkan rata-rata
kontol awal. Pengaruh dari penambahan logam Pb paling rendah pada perlakuan K2S1
leachate baru kedalam kedua sistem yaitu sebesar 0,50100 ppm.
perlakuan ini mempengaruhi pH harian.
Tabel 2. Pengaruh Tanaman Bambu Air dengan Sistem Pengaliran Leachate Terhadap Kadar
Logam Pb Setelah 1 Minggu Pengamatan
Kadar Logam Pb
Perlakuan Notasi*) BNJ0.05
(ppm)
K2S1 0,50100 a
K2S2 0,64100 ab
K1S1 0,67667 ab 0, 1923
K1S2 0,76967 b
K3S1 0,80167 b
K3S2 0,81733 b
Tabel 3.Pengaruh Tanaman Bambu Air dengan Sistem Pengaliran Leachate Terhadap Kadar
Logam Pb Setelah 2 Minggu Pengamatan
Kadar Logam Pb
Perlakuan Notasi*) BNJ0.05
(ppm)
K2S1 0,55500 a
K2S2 0,57900 ab
K1S1 0,67900 bc 0, 1068
K1S2 0,69933 c
K3S1 0,74633 c
K3S2 0,78267 c
*) Bilangan rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama maka dinyatakan tidak berbeda nyata pada p-
value = 0,05

Persentase penurunan logam pada 2,2923 ppm adalah sebagai berikut. K2S1
minggu pertama dari nilai Pb awal pelakuan memiliki nilai persentase yang paling besar
140 Penurunan Kandungan Logam Pb dan Cr ...(Bambang S, dkk)

yakni mencapai 78,1 %. Sedangkan perlakuan Pb pada perlakuan K1 (tanaman 30 batang)


K3S2 memiliki nilai penurunan logam Pb dan K2 (tanaman 60 batang) berbeda nyata
paling rendah yakni sebesar 64,3 %. dengan perlakuan K3 (tanpa tanaman).
Perlakuan dengan sistem batch memiliki Sedangkan perlakuan K1 (tanaman 30 batang)
kecenderungan persentase yang besar kecuali dan K2 (tanaman 60 batang) tidak berbeda
perlakuan K3S1 yang nilainya hanya 65,0 % , nyata. Dimana rata-rata kadar logam Pb
atau lebih besar 0,7 % dari pada perlakuan paling tinggi yaitu pada perlakuan K3 (tanpa
terendah. tanaman) sebesar 0,5918 ppm, sedangkan
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3 rata-rata logam Pb paling rendah pada
dapat diketahui bahwa rata-rata kadar logam perlakuan K2 (tanaman 60 batang) yaitu
Pb pada perlakuan K2S1 berbeda nyata dengan sebesar 0,43417 ppm.
perlakuan K1S1, K1S2 , K3S1 dan juga K3S1. Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 4
Sedangkan kadar logam Pb pada perlakuan dapat diketahui bahwa rata-rata kadar logam
K1S2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Pb pada perlakuan K2S2 berbeda nyata dengan
K3S1. Dimana rata-rata kadar logam Pb paling perlakuan K3S2 dan perlakuan K3S1.
tinggi yaitu pada perlakuan K3S2 sebesar Sedangkan kadar logam Pb pada perlakuan
0,78267 ppm, sedangkan rata-rata logam Pb K2S1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan
paling rendah pada perlakuan K2S1yaitu K2S2, K1S1 dan K1S2. Dimana rata-rata kadar
sebesar 0,55500 ppm. logam Pb paling tinggi yaitu pada perlakuan
Persentase penurunan logam pada K3S2 sebesar 0,60687 ppm, sedangkan rata-
minggu kedua dari nilai Pb awal pelakuan rata logam Pb paling rendah pada perlakuan
2,2923 ppm adalah sebagai berikut. K2S1 K2S1 yaitu sebesar 0,40933 ppm. Rerata
memiliki nilai persentase yang paling besar penurunan pada perlakuan K2S1 selama tiga
yakni mencapai 75,1%. Sedangkan perlakuan minggu pengamatan adalah 78,70%. dan
K3S2 memiliki nilai penurunan logam Pb untuk rerata penurunan Pb pada perlakuan
paling rendah yakni sebesar 65,9%. dengan persentase terendah selama
Persentase K2S1 pada minggu kedua lebih pengamatan, berada pada kisaran 67,87%.
rendah dari pada minggu pertama sebesar 3%.
Berdasarkan uji BNT pada Tabel 3
dapat diketahui bahwa rata-rata kadar logam
Tabel 4. Pengaruh Tanaman Bambu Air dengan Sistem Pengaliran Leachate Terhadap Kadar
Logam Pb Setelah 3 Minggu Pengamatan
Kadar Logam Pb
Perlakuan Notasi*) BNJ0.05
(ppm)
K2S1 0,40933 A
K2S2 0,45900 A
K1S1 0,46633 Ab 0, 1163
K1S2 0,47333 Ab
K3S1 0,57500 Bc
K3S2 0,60867 C
*) Bilangan rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama maka dinyatakan tidak berbeda nyata pada p-
value = 0,05

Tabel 5 Pengaruh Tanaman Bambu Air dengan Sistem Pengaliran Leachate Terhadap Kadar
Logam Cr Setelah 1 Minggu Pengamatan
AGROINTEK Volume 5, No.2 Agustus 2011 141

Kadar Logam Cr
Perlakuan Notasi*) BNJ0.05
(ppm)
K2S2 0,23800 a
K3S1 0,30233 ab
K1S1 0,30733 ab
0,1742
K2S1 0,36967 ab
K3S2 0,38800 ab
K1S2 0,46767 b
*) Bilangan rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama maka dinyatakan tidak berbeda nyata pada p-
value = 0,05

Tabel 6. Pengaruh Tanaman Bambu Air dengan Sistem Pengaliran Leachate Terhadap Kadar
Logam Cr Setelah 2 Minggu Pengamatan
Kadar Logam Cr
Perlakuan Notasi*) BNJ0.05
(ppm)
K2S2 0,23800 a
K2S1 0,27367 ab
K1S1 0,30867 ab
0,1493
K3S1 0,31267 ab
K3S2 0,34500 ab
K1S2 0,40633 b
*) Bilangan rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama maka dinyatakan tidak berbeda nyata pada p-
value = 0,05

Tabel 7. Pengaruh Tanaman Bambu Air dengan Sistem Pengaliran Leachate Terhadap Kadar
Logam Cr Setelah 3 Minggu Pengamatan
Kadar Logam Cr
Perlakuan Notasi*) BNJ0.05
(ppm)
K2S2 0,15100 a
K2S1 0,16500 ab
K1S1 0,17100 abc
0,0373
K3S1 0,18200 abc
K3S2 0,19800 bc
K1S2 0,20900 c
*) Bilangan rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama maka dinyatakan tidak berbeda nyata pada p-
value = 0,05

pada perlakuan K3S1 tidak berbeda nyata


Cromium (Cr)
dengan perlakuan K1S1, K2S1 dan K3S2.
Kromium (Cr) yang diujikan pada
Dimana rata-rata kadar logam Cr paling tinggi
penelitian ini memiliki nilai 0.3892 ppm. Pada
yaitu pada perlakuan K1S2 sebesar 0,46767
tiap 100 ml limbah leachate. Pengujian
ppm, sedangkan rata-rata logam Cr paling
keberadaan Kromium (Cr) yang terkandung
rendah pada perlakuan K2S2 yaitu sebesar
dalam leachate menggunakan metode
0,23800 ppm.
pengujian kadar Kromium (Cr) dalam air
Berdasarkan uji BNT pada Tabel 3.6
dengan alat spektrofotometer serapan atom
dapat diketahui bahwa rata-rata kadar logam
secara ekstraksi. Metode ini digunakan
Cr pada perlakuan K2S2 berbeda nyata
mengikuti SNI 25611 100 1.
perlakuan. Sedangkan kadar logam Cr pada
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.5
perlakuan K2S1 tidak berbeda nyata dengan
dapat diketahui bahwa rata-rata kadar logam
perlakuan K1S1, K3S1 dan K3S2. Dimana rata-
Cr pada perlakuan K2S2 berbeda nyata
rata kadar logam Cr paling tinggi yaitu pada
perlakuan K1S2. Sedangkan kadar logam Cr
142 Penurunan Kandungan Logam Pb dan Cr ...(Bambang S, dkk)

perlakuan K1S2 sebesar 0,40633 ppm, 4. Zeolit mengalami perubahan fisik (warna).
sedangkan rata-rata logam Cr paling rendah Sedangkan pada tanaman bambu air tidak
pada perlakuan K2S2 yaitu sebesar 0,23800 mengalami perubahan yang signifikan.
ppm. Tingkat kematian tanaman tidak masuk
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.7 dalam pengamatan.
dapat diketahui bahwa rata-rata kadar logam
Cr pada perlakuan K2S2 berbeda nyata Saran
perlakuan K1S2. Sedangkan kadar logam Cr 1. Perlu dilakukan penelitian untuk
pada perlakuan K2S1 tidak berbeda nyata mengetahui penurunan logam-logam
dengan perlakuan K1S1 dan K3S1. Dimana alkali, besi (Fe), Zing (Zn), dan Cadmium
rata-rata kadar logam Cr paling tinggi yaitu (Cd) dalam leachate.
pada perlakuan K1S2 sebesar 0,20900 ppm,
sedangkan rata-rata logam Cr paling rendah 2. Perlu dilakukan pengamatan mengenai
pada perlakuan K2S2 yaitu sebesar 0,15100 aktifitas biologi selama penelitian, BOD5
ppm. dan COD.

3. Perlu dilakukan analisis kimia pada media


KESIMPULAN DAN SARAN tanam yang diujikan dengan sistem ini.
Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah DAFTAR PUSTAKA
dilakukan maka dapat diambil kesimpulan : Adler PR. 2000. Phytoremediation of
1. Fitoremediasi cukup effektif dan murah Aquaculture Effluents. USDA-ARS,
untuk menangani pencemaran terhadap Kearneysville, West Virginia USA.
lingkungan oleh logam berat Pb dan Cr. Fall. 2004. Constructed Wetland. volume 5,
sehingga dapat digunakan untuk remediasi number 4. NESC, Caigan Mcikenzi.
TPA dengan menanam tanaman bambu air. USA
pada penelitian ini terbukti Hipotesis Firdaus A. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim
bahwa penurunan kandungan Pb di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
mengunakan fitoremediasi tanaman kecil. Bogor: Sarana Komonikasi
Bambu Air (Equisetum hyemale) dan Utama.
media tanam Zeolit dengan sistem batch Garnasih I. 2009. Potensi toksisitas dan
lebih efektif dari pada sistem kontinyu. genotoksisitas air Lindi sampah dari
Namun tidak terbukti pada Logam Cr. tpa sarimukti kabupaten bandung
Terhadap tikus.[Tesis yang tidak
2. penurunan kadar logam Pb pada penelitian dipublikasi. SITH-ITB, Bandung]
ini mencapai 82,2% pada perlakuan K2S1 Harold C, Bold. 1987. The Plant Kingdom
(tanaman 60 batang dengan sistem batch). Fifth Edition. New York: John Wiley
Sedangkan persentase penurunan logam Cr and Sons.
pada perlakuan K2S2 (tanaman 60 Batang Huheey. 1986. Inorganic Chemistry. 2nd
dengan sistem kontinyu) yaitu sebesar edition. New York: John Wiley and
61.2%. Sons.
Indartono. 2006. Digester Biogas Tipe Batch.
3. pH leachate mengalami penurunan selama Universitas Sumatra Utara. Sumatra
penelitian. pH leachate pada awal Utara.
penelitian adalah 7,8. Sedangkan pada Nursal F dan Basori. 2005. Akumulasi Timbal
akhir penelitian, pH leachate 7,433. Suhu (pb) pada Talus Lichenes di kota
dan kelembaban pada lingkungan pekanbaru. Jurnal Biogenesis Vol.
penelitian berpengaruh langsung pada 1(2):47-50
sistem perlakuan. Berkurangnya leachate Rahayu SS. 2009. Pengukuran pH.
pada sistem dipengaruhi oleh kondisi http://www.chem-is-try.org [diakses
lingkungan. Baik yang digunakan untuk tanggal 1 agustus 2011]
tanaman maupun proses evapotranspirasi. Rosiana N, T Supriatun., Y Dhahiyat. 2007.
Fitoremediasi limbah cair dengan
AGROINTEK Volume 5, No.2 Agustus 2011 143

eceng gondok (eichhornia crassipes Tjitrosomo SS. 1983. Botani Umum.


(mart) solms) dan limbah padat Yogyakarta: Gajah Mada University
Industri minyak bumi dengan Press. Yogyakarta.
sengon(Paraserianthes falcataria l. Zonneveld N, EA Huisman, and JH Boon.
Nielsen) bermikoriza. Penelitian. 1991. Prinsip prinsip budidaya ikan.
Unversitas Padjadjaran. Bandung. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 318
hal.

You might also like